I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia kerja yang semakin komplek disertai dengan era globalisasi menjadikan persaingan semakin ketat dalam segala sektor. Hal ini menjadikan tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Untuk menghadapi perkembangan ini kreatif dan mandiri harus ditumbuhkan. Mengingat Indonesia adalah negara agraris maka sektor pertanian sangat berperan dalam menunjang perekonomian negara. Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia, bahkan sudah dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Teh hitam dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis L) yang berupa bubuk. Secara tradisional teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh hijau,teh hitam dan teh putih. Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan. Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses oksidasi enzimatis. Untuk mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang beberapa tahun terakhir lebih menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). Maka proses pengolahan teh hitam pada tahap penggilingan yang semula hanya menggunakan sistem orthodox murni sekarang
Laporan PKPM 2015
|1
berkembang menjadi orthodox rotorvane. Penambahan alat rotorvane bertujuan agar proses penghancuran lebih intensif teh yang dihasilkan memiliki ukuran partikel kecil yang lebih banyak. PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh yang cukup berkualitas. Hal ini dapat ditinjau dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk yang dihasilkan. Seiring dengan proses globalisasi yang menuntut produsen untuk menghasilkan produk berkualitas, maka pemberian jaminan mutu yang pasti dari perusahaan terhadap produk berkualitas sangat berpengaruh dalam menentukan pasar dan daya saing, sehingga mendorong penulis untuk mengetahui proses pengolahan dan teknologi secara rinci.Untuk mengaplikasikan pelajaran yang didapat oleh mahasiswa sewaktu kuliah di Program Studi Mesin Dan Peralatan Pertanian maka dipilih PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI Desa sungai Lambai Kab. Solok Selatan sebagai tempat pelaksanaan PKPM, yang mempelajari tentang alat dan mesin pengolahan dan produksi teh ( Camellia sinensis L.Kuntze ).
1.2. Tujuan Tujuan Umum PKPM merupakan salah satu kurikulum yang harus dijalani oleh mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh secara umum bertujuan untuk : 1. Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai pengolahan teh hitam dan teh hijau.
Laporan PKPM 2015
|2
2. Untuk mengetahui bagaimana suasana kerja yang sebenarnya bagi mahasiswa. 3. Untuk melatih disiplin mahasiswa agar siap untuk terjun kedunia kerja setelah tamat dari Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Tujuan Khusus 1. Mempunyai bekal pengalaman dan mental yang siap untuk terjun kedunia kerja. 2. Mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di luar kampus sehingga mahasiswa diharapkan kelak tidak akan kesulitan. 3. Untuk mempelajari, mengenal dan memahami secara langsung proses pengolahan teh (Camellia sinensis L. Kuntze). 4. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses dan prinsip kerja yang digunakan dalam proses produksi teh hitam. 5. Mengetahui sistem (proses produksi, pengemasan, pemasaran) dan distribusi.
1.3. Manfaat Manfaat yang diharapkan setelah mengikuti pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) adalah : 1. Mahasiswa memahami proses pengolahan produksi teh 2. Meningkatkan soft skill dalam bekerja sama dan bergaul dengan karyawan. 3. Mahasiswa dapat termotivasi untuk merintis karir yang bagus dalam dunia kerja dan membuka usaha sendiri
Laporan PKPM 2015
|3
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Tanaman Teh Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh ( Camellia sinensis ) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tanaman tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, taksonomi teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Guttiferales Famili : Theacceae Genus : Cammellia Species : Cammellia sinensis (Nazaruddin dkk, 1993). Tanaman teh dapat tumbuh sampai setinggi sekitar 6-9 m. Di perkebunan perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan
Laporan PKPM 2015
|4
daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak (Siswoputranto, 1978). Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur yang berkisar antara 10 – 300C pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm per tahun dengan ketinggian 600 – 2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam secara berbaris dengan jarak tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50 – 100 cm dengan batang tegak dan bercabang-cabang (Setyamidjaja, 2000). Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50–70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian tanaman tua agar produktivitas tanaman teh tetap bagus. Pohon yang tua diganti dengan bibit yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan khusus untuk pembiakan tanaman muda (Setyamidjaja, 2000). Bahan-bahan kimia dalam teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu : substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis dan enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang baik pada teh jadi apabila pengendaliannya selama pengolahannya dapat dilakukan dengan tepat (Arifin, 1994). Sesuai dengan perkembangan pasar teh hitam dewasa ini dengan telah ditemukannya cara penyajian minum teh celup, proses pengolahan teh hitam dengan sistem penghancuran intensif makin berkembang, dikenal kemudian pengolahan CTC (Cutting Tearing and Curling ). Dengan pengolahan CTC hampir semua sel daun pucuk menjadi hancur, sehingga proses fermantasi dapat berjalan lebih merata. Hal ini menyebabkan teh CTC mempunyai sifat quick
Laporan PKPM 2015
|5
brewing dengan warna air seduhan merah pekat dan rasa yang kuat. Sebanyak 2535 % bahan teh celup terdiri dari CTC dan selebihnya teh hitam orthodox – rotorvane . Dengan makin sadarnya peminum teh akan manfaatnya bagi kesehatan ,para pengolah teh hitam maupun teh hijau dituntut agar dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi adalah wajar apabila para pengolah teh melakukan pengolahan teh yang sesuai dengan prinsip prinsip yang benar (Wiwik,2012).
2.2.
Sejarah Singkat Perusahaan PT. MITRA KERINCI Berkedudukan di Kota Padang, Sumatera Barat
merupakan anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI Group) yang mengelola perkebunan dan dua pabrik teh yaitu pabrik teh hijau dan teh hitam. PT Mitra kerinci berdiri pada 17 Juli 1990 dengan nama PT Perkebunan Mitra Kerinci yang merupakan usaha patungan antara PTP VIII (Sekarang PTPN IV) dengan PT RNI. Tahun 1992 berganti nama menjadi PT Mitra Kerinci dan sejak 1 Desember 1998 seluruh saham dimiliki oleh PT RNI. Kebun liki terletak di desa Sungai Lambai, Kecamatan Lubuk Gadang-Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Secara geografis lokasi kebun berada pada 10 43’ LS dan 1010 17’ BT (166 Km dari Kota Padang), pada ketinggian 900-1200 dpl, dimana suhu berkisar 18-29 0C, dengan penyinaran matahari yang mencukupi dan curah hujan hampir sepanjang tahun (4.100 mm/Tahun), sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman teh yang ideal. Berada di lereng gunung kerinci dan berdampingan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sebagai konservasi hutan hujan tropis, serta dilandasi komitmen kuat ke arah
Laporan PKPM 2015
|6
sistem produksi hijau yang berkelanjutan sehingga produk teh kebun Liki dijamin murni, sangat alami dan bebas dari berbagai polusi. Dalam areal HGU seluas 2.025 Ha, terbentang areal tanaman teh dengan klon unggul generasi terbaru seluas 1.470 Ha. Sisanya merupakan areal konservasi hutan asli (sebagai konservasi sumber air) dan hutan produksi kayu sebagai sumber energi utama (bahan bakar berkelanjutan) untuk keperluan pabrik teh. Lingkungan yang masih sangat alami dan terjaga dengan baik itulah nilai lebih dari Kebun Liki yang mungkin sudah jarang dimiliki lagi oleh kebun teh lain di indonesia. PT. Mitra Kerinci memiliki 2 unit pabrik teh, yaitu 1 unit Pabrik Teh Hijau dan 1 unit pabrik teh hitam, masing-masing dengan kapasitas produksi sekitar 2 juta kilogram teh kering pertahun. Pabrik Teh Hijau dengan 3 grade mutu ekspor (Pekoe Super) dan 1 grade mutu lokal (Broken Mix), sementara pabrik teh hitam menghasilkan 17 grade teh hitam (Common grade/Broken orthodox) mulai dari Orange Pekoe 1 sampai Broken Mix. Teh Hijau produksi Kebun Liki telah dikenal berkualitas tinggi (pernah meraih juara pada Tea Festival 2003 di Bandung) dengan pasar utama untuk ekspor baik secara langsung maupun melalui trader/packer teh ternama. Begitu pula dengan produk teh hitam, sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor (Timur Tengah, Pakistan, Taiwan). Selain dalam bentuk Bulk (karungan/paper sack), PT Mitra Kerinci juga membuat produk teh kemasan untuk pasar eceran domestik, baik teh seduh maupun teh celup (Kerinci Tea, Teh Minang, Liki Tea).
Laporan PKPM 2015
|7
2.3.
Lokasi Perusahaan PT. MITRA KERINCI berada di lokasi lereng pengunungan gunung
kerinci sebelah barat yang persis nya berada di desa Sungai Lambai , Kecamatan Sangir , Kabupaten Solok Selatan . secara goegrafis lokasi kebun berada pada 10 43 ̊ LS dan 1010 17 ̊ ( 166 Km dari kota padang ) Perkebunan teh PT. MITRA KERINCI berada pada daerah dataran sedang dengan ketinggian diantara 9001200 diatas permukaan laut dengan curah hujan yang sedang berkisar rata rata 4.100 mm per tahun nya dimana suhu berkisar 18 – 29 ̊ C sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman teh yang ideal , berdampingan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat ( TNKS ) sebagi konservasi dari hujan tropis , serta di landasi komitmen kuat ke arah sistem produksi teh hijau yang berkelanjutan sehingga produk teh kebun liki dijamin murni , sangat alami dan bebas dari berbagai polusi dalam areal HGU seluas 2.025 Ha terbentang areal tanaman teh dengan klon unggul generasi terbaru seluas 1.470 Ha sisanya merupakan hutan asli ( sebagai konservasi sumber air ) dan hutan produksi kayu sebagai sumber energi utama bahan bakar berkelanjutan untuk keperluan pabrik teh . PT. MITRA KERINCI memiliki 2 unit pabrik teh , yaitu 1 unit pabrik teh hijau dan 1 unit pabrik teh hitam masing – masing dengan kapasitas produksi sekitar 2 juta kilogram teh kering per tahun nya . pabrik teh hijau dengan 3 grade mutu ekspor ( pekoe super) dan 1 grade mutu lokal ( Broken Mix ) , sementara pabrik teh hitam menghasilkan 17 grade teh hitam ( common grade / Broken Orthodox ) mulai dari orane pekoe 1 sampai Broken Mix . Teh hijau produksi kebun Liki telah dikenal berkualitas tinggi ( pernah meraih juara pada tea festival 2003 di Bandung ) dengan pasar utama untuk ekspor baik secara langsung
Laporan PKPM 2015
|8
maupun melalui trader/packer teh ternama , begitu pula dengan produk teh hitam , sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ( Timur tengah , Pakistan , Taiwan ) selain dalam bentuk bulk ( karung /paper sack ), PT . Mitra kerinci juga membuat produk teh kemasan untuk pasar eceran domestik , baik teh seduh maupun tehy celup ( Kerinci Tea , Teh Minang , Liki Tea )
2.4.
Tujuan Perusahaan Adapun tujuan berdirinya PT. Mitra Kerinci adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan dan menunjang program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional 2. Melestarikan budidaya tanaman khususnya di bidang perkebunan teh 3. Mengurangi ankga pengangguran serta meningkatkan sumber daya alam ( SDA ) khusus nya disekitar desa Sungai Lambai
2.5.
Struktur Organisasi Dalam dunia usaha struktur organisasi sangat penting sebagai wadah untuk
mengadakan perencanaan serta pelaksanaan demi terwujud nya suatu tujuan yang diinginkan . untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam dunia kerja untuk mengatur manajemen perlu diadakan perorganisasian untuk menyatukan sumber daya pokok dengan cara yang teratur , mengatur orang orang dengan pola pikir berbeda sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan semsetinya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Dalam praktek nya suatu organisasi digambarkan dalam bentuk bagan yang dapat dilihat dengan jelas alur pembagian tugas dan tanggung jawab serta posisi masing masing individu yang berada dalam oranisasi tersebut . struktur terlampir
Laporan PKPM 2015
|9
III.
PELAKSANAAN PKPM
3.1. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini selama ± 3 Bulan dimulai pada tanggal 16 Maret 2015 dan selesai pada tanggal 30 mei 2015.
3.2. Tempat Pelaksanaan Tempat dilaksanakannya Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini di PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI Desa sungai Lambai Kab. Solok Selatan.
3.3. Metode Pelaksanaan Dalam pelaksanaan PKPM di PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI ini mahasiswa melaksanakan kegiatan di pabrik pengolahan, yang dilaksanakan setiap hari senin sampai sabtu dan kegiatan dimulai pada pukul 07.00 sampai pada pukul 17.00 WIB. Untuk pengambilan data yang dibutuhkan dilakukan pengamatan secara lansung dilapangan sambil melakukan diskusi dan tanya jawab dengan operator, mandor, assisten dan karyawan serta mempelajari dari laporan assisten training. 4.4 Produk Olahan Teh Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu. Manfaat minuman teh ternyata dapat menimbulkan rasa segar,
dapat memulihkan
kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini hanya dapat
Laporan PKPM 2015
| 10
dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta penggunaan mesin–mesin peralatan pengolahan yang memadai (Arifin, 1994). Secara garis besar perbedaan pengolahan sistem orthodox dan CTC Sistem Orthodox Derajat layu pucuk 44%-46% Ada sortasi bubuk basah Tangkai atau tulang terpisah, disebut badag Diperlukan pengeringan ECP Tenaga kerja banyak Tenaga listrik besar Sortasi kering kurang sederhana Fermentasi bubuk basah 105- 120 menit Waktu proses pengolahan berlangsung lebih dari 20 jam Sistem CTC Derajat layu pucuk 32%-35% Tanpa dilakukan sortasi bubuk basah Bubuk basah ukuran hampir sama Pengeringan cukup FBD Cita rasa kurang kuat, air seduhan cepat merah Tenaga kerja sedikit Tenaga listrik kecil Fermentasi bubuk basah 80-85 menit Proses pengolahan waktunya cukup pendek (kurang dari 20 jam)
Laporan PKPM 2015
| 11
Menurut Hartoyo (2003), teh dapat dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Pengelompokkan teh berdasarkan tingkat oksidasi adalah sebagai berikut : 1. Teh hijau daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil. 2. Teh hitam atau teh merah daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Orthodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) dan CTC ( metode produksi teh crush, tear, curl yang berkembang sejak tahun 1932 ). Menurut Arifin (1994), teh wangi dibuat dari teh hijau yang dicampur dengan bahan pewangi dari bunga melati, melalui proses pengolahan tertentu untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping rasa tehnya masih tetap ada. Seduhan teh wangi mempunyai aroma bunga yang berkombinasi dengan rasa tehnya sendiri. Hal ini membuat teh wangi menjadi minuman yang digemari terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Laporan PKPM 2015
| 12
Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan Teh dapat dilihat pada Diagram 1 di bawah ini. Pemetikan Pucuk (mesin petik)
Timbangan Masuk (Timbangan Berat)
Pelayuan Pucuk 1 (withering trough)
Teh Hijau (Green tea)
Teh Hitam (Black teh)
Pelayuan 2 (Rotary Panner)
Pengilingan/Penggulu ngan (OTR)
Penggilingan/Penggul ungan (OTR)
Sortasi basah (DIBN & Rotorvane)
Pengeringan 1 (ECP)
Fermentasi ( Humidifier )
Pengeringan 2 (Ball tea)
Pengeringan (Two dryer TSD)
Sortasi dan pengepakan (Vibro dan blender)
Sortasi dan Pengepakan (vibro dan blender)
Diagram 1. Proses Pengolahan ( Orthodox Rotorvane ) Teh Hijau dan Teh Hitam
Laporan PKPM 2015
| 13
4.4.1. Proses Pengolahan Teh Hijau Teh hijau dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh tanpa proses fermentasi. Pengolahan teh hijau di Indonesia masih menggunakan peralatan sederhana. Hampir 90% pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh hijau ini nantinya akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa Tengah. Seperti pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun proses pengolahan teh hijau secara sederhana sebagai berikut : A. Pelayuan Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga menjadi lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat Rotary Panner dalam keadaan panas. Lama pelayuan antara 5-7 menit. Suhu pelayuan yang baik dalam Rotary Panner berkisar 100 – 150 OC. Tingkat layu pucuk pada pengolahan teh hijau berkisar 65 - 68%. B. Penggulungan Penggulungan pada teh hijau pada dasarnya merupakan tahapan pengolahan yang bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan akan terbentuk menjadi gulungan kecil. Penggunaan mesin Open Top Roller ( OTR ) tipe single action. Lamanya penggulungan selama 30 – 40 menit.
Laporan PKPM 2015
| 14
C. Pengeringan pertama Selain menurunkan kadar air juga memekatkan cairan sel yang menempel di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat. Jumlah air yang diuapkan sebanyak 38 – 42 %. Berlangsung selama 25 menit mesin yang digunakan yaitu ECP (Endless Chain Pressure). Hasil pengeringan pertama masih setengah kering. D. Pengeringan kedua Pengeringan kedua menggunakan Ball Tea. Tujuan dari pengeringan kedua yaitu selain untuk mengurangi kadar air juga untuk memperbaiki bentuk menggulung teh keringnya sehingga suhu 100 ˚C – 130 ˚C, lama pengeringan 10 15 jam E. Sortasi Kering Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat jenis grade serta menyeragamkan warna dengan proses poiishing ( sortir ). 4.4.2. Proses Pengolahan Teh Hitam pengolahan teh hitam sistem orthodox murni di Indonesia hampir tidak lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah sistem orthodox-rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel yang lebih kecil (teh bubuk). Tahapan proses orthodox secara umum sebagai berikut : pelayuan, peggilingan dan sortasi bubuk basah, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan.
Laporan PKPM 2015
| 15
Adapun proses pengolahan teh hitam secara sederhana sebagai berikut : A. Pelayuan Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik dan kemudian dimulai pelayuan (withering). Hal ini dilakukan untuk menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daun- daun teh agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan menempatkan daun di rak-rak dalam gedung. Udara dingin disemprotkan melalui rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam. Menurut Arifin (1994), proses pelayuan bertujuan untuk membuat daun teh agar lebih lentur dan mudah digulung sehingga memudahkan cairan sel keluar jaringan pada saat digulung. Waktu yang diperlukan dalam pelayuan 12-15 jam dan suhunya tidak boleh lebih 27 OC. Dalam proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu pertama perubahan senyawa-senyawa kimia yang dikandung di dalam pucuk, dan kedua menurunnya kandungan air sehingga pucuk menjadi lemas (flacid). Perubahan pertama lazim disebut proses pelayuan kimia dan yang kedua disebut pelayuan fisik (Arifin, 1994). B. Penggulungan Biasanya daun-daun yang telah layu diambil dan dimasukkan kedalam alat penggulung daun. Karena daun telah layu, maka daun tersebut tidak akan remuk melainkan hanya akan menggulung saja. Kemudian pekerjaan menggulung daun ini juga dibagi menjadi beberapa tingkatan. Yaitu daun-daun yang bergumpal-gumpal menjadi bingkahanbingkahan, sering harus dipecah-pecah lagi sambil diayak untuk memisahkan
Laporan PKPM 2015
| 16
daun-daun yang berukuran besar dengan daun yang berukuran sedang juga daun yang berukuran kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan fermentasi dan juga penjenisannya. Sebab penjenisan ini dilakukan pada waktu daun masih dalam keadaan basah, penggilingan daun teh bertujuan untuk memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga terjadi reaksi antara cairan sel dengan oksigen yang ada diudara. Peristiwa ini dikenal dengan nama oksidasi enzimatis (fermentasi). Pemecahan daun perlu dilakukan dengan intensif agar fermentasi dapat berjalan baik. C. Oksidasi Enzimatis Istilah fermentasi banyak digunakan untuk pengolahan industri pertanian, misalnya fermentasi alkohol, fermentasi ragi dan lain-lain. Namun istilah fermentasi atau pemeraman pada pengolahan teh sebenarnya adalah sejumlah besar reaksi kimia antara satu dengan lainnya ditandai dengan aktivitas enzim. Fermentasi ini untuk mendapatkan teh yang berwarna cokelat tua dan harum baunya. Peristiwa oxidasi enzimatis yang telah dimulai pada awal penggulungan merupakan proses oxidase senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Suhu terbaik yaitu 26 OC serta kelembaban diatas 90%. Oxidasi senyawa polifenol, terutama epigalocatechin dan galatnya akan menghasilkan quinonquinon yang kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi bisflavanol, theaflavin, thearubigin. Proses kondensasi dan polimerisasi berjalan membentuk substansi-substansi tidak larut
Laporan PKPM 2015
| 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemetikan
Gambar 1. Pemetikan Teh Menggunakan Mesin Petik. Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Arifin, 1992). Menurut Siswoputranto (1978), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan. Cara pemetikan daun teh dibedakan menjadi dua yaitu pemetikan halus (fine plucking) dan cara pemetikan kasar (coarse plucking).
Laporan PKPM 2015
| 18
Kegiatan pemetikan yang memerlukan karyawan yang jumlahnya paling besar masih banyak ditemui hasil pemetikan yang hanya mengejar target tanpa memperhatikan tata cara pemetikan yang benar. Apalagi menghadapi musim hujan yang produksinya lebih banyak dari pada musim kemarau maka akan dibutuhkan lebih banyak lagi karyawan. Hal ini menyebabkan perlunya pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dalam pelaksanaannya (Maulana, 2000). Pemetikan yang dilakukan di Mitra Kerinci yaitu : 1. Berdasarkan jenisnya, pemetikan dapat dibedakan menjadi: A. Pemetikan jendangan pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi. Pemetikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% pucuk daun telah tumbuh. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan maka tunas muda sudah membentuk cabang dan kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. B. Pemetikan produksi atau disebut juga pemetikan biasa pemetikan ini dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan, pemetikan produksi dilakukan secara terus - menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu dengan siklus 8-12 hari. C. Pemetikan gendesan pemetikan gendesan ialah pemetikan dilakukan pada kebun yang akan dipangkas. Yaitu memetik semua pucuk yang akan diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
Laporan PKPM 2015
| 19
2. Berdasarkan jenisnya, petikan dibedakan menjadi: Jenis petikan ialah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : A.
Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
(P) dengan satu daun, atau pucuk burung (B) dengan satu daun muda (M), biasanya ditulis dengan rumus P+1 atau B+1M. B. Petikan medium apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda, ditulis dengan rumus P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+ 3M. C.
Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus [P+4 atau lebih, B+(1-4 t)].
Gambar 2. Jenis – jenis Pucuk Daun Teh Keterangan gambar : P+1 : Pucuk peko dan 1 daun P+2 : Pucuk peko dan 2 daun
Laporan PKPM 2015
| 20
P+3
: Pucuk peko dan 3 daun
B+1M : Pucuk burung dan 1 daun muda B+2
: Pucuk burung dan 2 daun
B+3M : Pucuk burung dan 3 daun muda
4.1.2. Proses Pengolahan Teh Hitam sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 sistem yaitu : 1. Sistem orthodox (dapat dibagi menjadi dua yaitu orthodox murni dan orthodox rotorvane). 2. Sistem baru (CTC atau Crushing Tearing Curling). Pengolahan teh hitam secara sistem orthodox murni di Indonesia hampir tidak lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah sistem orthodox rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel yang lebih kecil (teh bubuk). Sedangkan proses pengolahan teh hitam di Unit Perkebunan, PT Mitra Kerinci menggunakan sistem Orthodox Rotorvane.
Laporan PKPM 2015
| 21
Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Mitra Kerinci secara umum dapat dilihat pada Diagram 2 di bawah ini.
Diagram 2. Peroses Pengolahan Teh hitam ( Black tea ). 1. Pelayuan (withering trough ) proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada pucuk daun teh mencapai 50 – 60 % dan membuat pucuk daun teh agar lebih lentur sehingga mudah digulung maka, memudahkan cairan sel keluar jaringan pada saat digulung. Waktu yang diperlukan dalam pelayuan 12-15 jam dengan suhu tidak boleh lebih dari 27 0C, suhu optimal yang digunakan sekitar 23-27 0C serta kelembaban pada proses pelayuan 76% dengan derajat layu pucuk teh 44-46%.
Laporan PKPM 2015
| 22
Mesin pelayuan (withering trough ) pada PT. Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Mesin Pelayuan (withering trough) Teh hitam Tujuan dari proses pelayuan di PT.Mitra Kerinci adalah : A. Menurunkan kadar air pucuk teh hingga 50 - 60%. B. Memudahkan proses berikutnya. C. Mendapatkan derajat layu pada hasil akhir. Berikut ini penjelasan untuk masing-masing tahap dalam proses pelayuan di PT.Mitra Kerinci yaitu . 1) Pengiraban/pembeberan pucuk daun Pucuk segar yang telah ditimbang dikeluarkan dari waring kemudian dibeberkan di Withering Trough (WT). Pembeberan dilakukan dengan mengurai pucuk yang menggumpal dan disebar secara merata oleh dua orang yang saling berhadapan dari kedua sisi through. Hamparan pucuk diusahakan harus rata (tinggi permukaan sama) agar hasil layu merata. Tujuan dari pembeberan di PT.Mitra Kerinci antara lain: A. Memecahkan gumpalan pucuk akibat genggaman pemetik dan tumpukan pada saat pengangkutan. B. Memudahkan udara menembus sela-sela daun.
Laporan PKPM 2015
| 23
2. Proses Penggulungan dan Sortasi Basah ( Rotorvane ) Proses penggulungan dan sortasi basah terdiri dari penggulungan, penggilingan dan sortasi basah. Lamanya penggilingan bagi pabrik di dataran rendah berkisar 25-40 menit, dan didatarn tinggi berkisar 40-70 menit. Alat yang biasa digunakan untuk penggulungan adalah Open Top Roller (OTR) dengan waktu 30-40 menit. Mesin penggiling ,sedangkan orthodox rotorvane dengan Rotorvane (RV). Ruang Sortasi basah Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Mesin Penggulungan Teh Hitam ( OTR )
Laporan PKPM 2015
| 24
Proses penggilingan pada Mitra Kerinci terdiri dari penggulungan, penggilingan dan sortasi basah. Proses penggilingan dilakukan setelah turun pucuk layu sekitar pukul 05.00 WIB. Karena pada pagi hari kelembabannya masih relatif tinggi. Ruang Sortasi basah Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
Gambar 5. Mesin sortasi basah ( DIBN ) Teh Hitam
Ruang Penggilingan Teh Hitam Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Mesin Penggilingan ( Rotorvane ) Teh hitam Mitra Kerinci
Laporan PKPM 2015
| 25
Tujuan dari penggulungan dan sortasi basah di Mitra kerinci adalah : 1) Untuk membentuk daun agar mengelinting/menggulung. 2) Untuk memecahkan dinding sel pucuk daun teh sehingga cairan keluar di permukaan daun dengan merata. 3) Memperoleh bubuk yang seragam dan memudahkan proses sortasi kering. 4) Tujuan sortasi basah mendapat grade kasar yang diinginkan perusahaan yaitu ayakan 1, ayakan 2, ayakan 3, dan ayakan kasar 4 untuk memudahkan proses sortasi dan pengeringan.
3. Oksidasi Enzimatis (Fermentasi) Proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 120 menit dihitung sejak pucuk turun layu. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah baki aluminium dan rak. Penggunaan aluminium sebagai bahan dasar baki karena aluminium tidak menimbulkan reaksi yang dapat mempengaruhi proses oksidasi enzimatis. Pada bagian bawah baki terdapat lubang yang berfungsi agar udara segar dapat masuk sehingga tidak terjadi over fermentasi. Setelah proses penggilingan maka bubuk teh dimasukkan dalam baki fermentasi dengan tebal hamparan sekitar 7 cm untuk badag 10 cm. Kemudian disusun dalam rak dan dibawa ke ruang fermentasi. Oksidasi enzimatis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Kadar air pada bahan. 2. Suhu dan kelembaban relatif. 3. Jenis bahan (pucuk).
Laporan PKPM 2015
| 26
4. Persediaan oksigen. Pengaturan suhu, kelembaban dan waktu oksidasi enzimatis diperlukan agar terjadi proses oksidasi enzimatis yang optimum. Suhu ruang fermentasi 21 – 25 0C serta kelembaban minimal ruang fermentasi 91%. Pengaturan suhu dan kelembaban di ruang oksidasi enzimatis dilakukan dengan menggunakan humidifier. Kelembaban ruang tidak boleh terlalu rendah karena bila kelembaban terlalu rendah, ruangan akan kering dan suhu akan bertambah sehingga bubuk yang difermentasi akan. Adapun ruang oksidasi fermentasi dapat dilihat pada gambar. 7 di bawah ini.
Gambar 7. Ruang fermentasi ( Humidifier ) Teh Hitam di PT. Mitra Kerinci
Laporan PKPM 2015
| 27
kering sebelum masuk ruang pengeringan. Hal ini dapat mempengaruhi rasa, warna dan aroma teh kering yang dihasilkan. Pada proses oksidasi enzimatis di terjadi perubahan- perubahan antara lain : a. Perubahan teh dari warna hijau menjadi kecoklatan (tembaga mengkilat). b. Dihasilkan substansi theaflavin dan thearubigin yang akan menetukan sifat air seduhan. Hal ini sering disebut tea tester sebagai strenght, colour, quality dan briskness. 4. Pengeringan ( Two Stage Dryer ) tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka kadar air dalam teh menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam penyimpanan. Waktu pengeringan yang ideal untuk mengeringkan teh bubuk hingga mencapai kandungan air yang dinginkan yaitu 5 – 6 % adalah 20-30 menit dengan pemberian suhu panas sebesar 90-98 OC. Adapun ruang pengeringan dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.
Gambar 8. Mesin pengering teh hitam (TSD)
Laporan PKPM 2015
| 28
Mesin pengering yang digunakan yaitu
two stage dryer (TSD) yang
jumlahnya 3 unit yaitu driyer yang pertama dengan tipe three circuit drier berkapasitas 300 kg bubuk teh/jam dan drier yang kedua dan ketiga dengan tipe two circuit drier yang berkapasitas 250 kg bubuk teh /jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas mesin pengering ialah : a. Kadar air bubuk teh basah. b. Temperatur dan volume udara panas. Prinsip kerja mesin pengering yaitu karena pergerakan trays maka bubuk teh yang diletakkan diatas trays akan ikut bergerak dan diratakan oleh spreader yang berputar. Bubuk teh yang telah bergerak diatas trays akan bersentuhan dengan udara panas yang dihasilkan oleh heater sehingga air yang terkandung dalam bubuk teh menguap maka kadar air akan menjadi 5-6 %. 5.
Sortasi Kering ( Vibro )
Adapun ruang sortasi dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9. Mesin sortasi teh hitam Mitra kerinci (Vibro)
Laporan PKPM 2015
| 29
Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen atau masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain itu teh juga masih mengandung debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang akan sangat berpengaruh pada mutu teh nantinya. Untuk itu sangat dibutuhkan proses penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu bentuk dan ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin umumnya partikel teh hasil sortasi kering berbeda-beda. Ukuran mesh nomor ayakan berkisar 8 sampai 32. Setiap jenis teh mempunyai standar ukuran berdasarkan besar kecilnya partikel yang dipisah-pisahkan oleh ayakan dengan ukuran mesh nomor yang berbeda-beda sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Didalam mesin sortasi terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu: 1. Teh Daun (Leafy grades) a. Orange pecco (OP) b. Pecco (P) c. Pecco Souchon (PS) d. Souchon (S)
2. Teh Remuk (Broken grades) a. Broken Orange Pecco(BOP) b. Broken Pecco (BP) c. Broken Tea (BT) 3. Teh Halus
Laporan PKPM 2015
| 30
a. Fanning (F) b. Dust (D). Proses sortasi kering atau penjenisan bertujuan untuk mendapatkan bentuk, ukuran partikel teh yang seragam dan bersih sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain tujuan diatas sortasi juga bertujuan untuk : a. Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai dengan ukuran partikel. b. Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahan-bahan lain misalnya debu. Produk teh yang dihasilkan oleh adalah sebagai berikut : Mutu I = BOP Grof, BOP, BOPF, PF, Dust, BP, BT, BM Mutu II = PF II, Dust II, BP II, BT II, BM II Mutu III = Dust III, BM III, bohea Adapun pengertian dari masing-masing mutu yaitu : a. BOP Grof (Broken Orange Pecco Grof) yaitu partikel seperti BOP tetapi lebih besar. 1.) Mutu I b. BOP (Broken Orange Pecco) yaitu partikel pendek, agak kecil terdiri dari tulang-tulang daun pendek dengan sobekan daun kecil yang keriting, biasanya berasal dari daun teh yang muda. c. BOPF (Broken Orange Pecco Fanning) yaitu ukurannya hampir sama dengan BOP tetapi lebih kecil dan keriting. d. PF (Pecco Fanning) yaitu bentuk partikelnya seperti BOPF tetapi lebih kecil, dan warnanya lebih hitam dari PF II. e. Dust yaitu partikelnya berukuran kecil.
Laporan PKPM 2015
| 31
f. BT (Broken Tea) yaitu partikel yang gepeng, pipih, agak hitam dan biasanya berasal dari daun. g. BP (Broken Pecco) yaitu partikel yang pendek halus, bertulang- tulang, dan biasanya berasal dari daun muda. h. BM (Broken Mix) yaitu berbentuk partikel gepeng atau pipih seperti BT tetapi kecil. 2.) Mutu II a. PF II yaitu partikel sama seperti PF I tetapi banyak mengandung tangkai dan serat berwarna agak kemerahan. b. Dust II yaitu partikel seperti DUST I tapi berwarna lebih cerah dan halus c. BT II yaitu sama separti BT I hanya ukurannya yang berbeda lebih kecil dan warna kemerahan. d. BP II yaitu berbentuk sama dengan BP I tapi lebih pipih dan kelihatan banyak serat dan tulang, sehingga warnanya lebih kemerahan. e. BM II yaitu hampir sama dengan BM I, tetapi lebih kecil dan warnanya lebih kemerahan dari BM I. 3.) Mutu III a. DUST III yaitu bubuk yang partikelnya sangat lembut, lebih halus daripada DUST II dan masih banyak mengandung debu. b. BOHEA (BTL/BBL) yaitu sisa dari hasil sortasi yang terdiri dari tulangtulang daun dan serabut
Laporan PKPM 2015
| 32
4.1.3. Proses Pengolahan Teh Hijau ( Green tea ) Teh hijau dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh tanpa proses fermentasi. Pengolahan teh hijau di Indonesia masih menggunakan peralatan sederhana. Hampir 90% pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh hijau ini nantinya akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa Tengah. Seperti pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun proses pengolahan teh hijau secara sederhana dapat dilihat pada diagram 3 sebagai berikut :
Diagram 3. Proses Pengolahan Teh Hijau 1. Pelayuan ( Rotary Panner ) Pelayuan merupakan proses pengolahan yang pertama kali dilakukan dalam pengolahan teh hijau. Pelayuan dilakukan dengan menggunakan mesin
Laporan PKPM 2015
| 33
Rotary Panner. Mesin ini berbentuk silinder yang berputar dan dipanasi dengan burner. Setelah suhu didalam silinder 100 - 150°C pucuk segar dimasukkan ke dalam silinder dengan ketebalan tertentu. Di dalm silinder, pucuk segar akan terpanasi sehingga pucuk akan menjadi lemas. Pelayuan bertujuan untuk mendapatkan daun yang lemas dan mengurangi kadar air bahan hingga 65%-70% sehingga akan memudahkan dalam proses penggulungan. Pelayuan yang baik akan menghasilkan pucuk yang lemas merata dan apabila ditekuk, batang tidak patah serta memiliki bau yang sedikit harum. Prinsip kerja dari pelayuan ini adalah dengan adanya pemanasan pada bagian luar dinding luar silinder oleh pemanas. Maka ruang di dalam silinder akan panas sehingga apabila pucuk segar dilewatkan di dalamnya akan menjadi layu. Silinder dibuat berputar dengan tujuan agar bahan dapat terpanasi secara merata. Adapun mesin rotary panner dapat dilihat pada gambar. 10 di bawah ini :
Gambar 10. Mesin Rotary Panner ( Pelayuan Teh Hijau ) Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga menjadi lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan
Laporan PKPM 2015
| 34
sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat Rotary Panner dalam keadaan panas. Lama pelayuan antara 5 - 7 menit.
2. Penggulungan ( Open Top Roller ) Setelah pelayuan dilanjutkan dengan proses penggulungan.Penggulungan bertujuan untuk membentuk daun teh menjadi
gulungan-gulungan kecil dan
mengeluarkan cairan sel segar yang menempel di permukaan daun. Mesin yang digunakan dalam penggulungan ini adalah mesin Orthodox Roller (lebih terkenal disebut Open Top Roller ). Mesin ini memiliki dua tipe yaitu single action dan double action. Single Action Roller yaitu mesin penggulung yang mejanya diam sementara yang berputar jaketny (silinder tegak tempat pucuk yang digulung). Sedangkan Double Action Roller yaitu mesin penggulung baik meja Adapun mesin Open Top Roller dapat dilihat pada gambar. 11 di bawah ini :
Gambar 11. Mesin Open Top Roller
Laporan PKPM 2015
| 35
maupun jaketnya berputar Penggulungan daun teh dilakukan dengan adanya loyangan
atau perputaran nampan ataupun kedua-duanya dengan cara
pengadukan dan sirkulasi. Daun teh layu yang masuk melalui hopper ditampung dalam silinder dan karena adanya perputaran dan goyangan silinder serta nampan sehingga daun akan tergulung. Adapun lama proses penggulungan ini berkisar 30 – 40 menit. Setelah tergulung maka sel-sel daun yang telah pecah akan bercampur dengan oksigen sehingga kemungkinan terjadinya fermentasi akan semakin besar. Untuk menjegah harus segera dikeringkan pada mesin pengering awal.
3. Pengeringan Pertama (Endless Chain Preasure) Pengeringan awal dilakukan dengan ECP (Endless Chain Presure Drier) atau mesin pengering dengan rantai yang tidak terputus dan pengeringan dilakukan dengan adanya bak pengering yang
mempunyai tingkatan-tingkatan. Untuk
mengeringkan pucuk yang telah digulung dan agar tidak terjadi proses fermentasi maka harus digunakan udara panas yang bersuhu 100 – 150 °C yang ditiupkan dengan blower atau kipas angin. Pembagian angin harus merata untuk setiap tingkatan agar diperoleh derajat kekeringan yang sama. Untuk menghasilkan udara panas sampai C 135° digunakan dapur api kayu bakar sebagai sumber panasnya sebagai sumber energinya. Pengeringan awal ini bertujuan untuk mempererat cairan sel daun dan menurunkan kadar air mencapai 38%-42%. Pucuk layu hasil penggulungan dimasukkan ke dalam ECP Belong melalui rak-rak yang berjalan dan bersusun. Pengeringan dilakukan dengan cara
Laporan PKPM 2015
| 36
menguapkan air yang terjadi karena adanya kontak antara udara yang panas dengan pucuk di dalam Belong. Adapun mesin Endless Chain Preasure ( ECP ) dapat dilihat pada gambar. 12 di bawah ini :
Gambar 12. Mesin Pengering Pertama ( Endless chain Preasure ) Ketebalan daun diatur dengan menggunakan sisir yang terletak di dekat pucuk dimasukkan sehingga ketebalan daun akan rata. Hasil pengeringan awal ini masih setengah kering sehingga harus dilanjutkan
dengan pengeringan
berikutnya.
Laporan PKPM 2015
| 37
4. Pengeringan Kedua ( Ball Tea ) Pengeringan akhir ini merupakan kelanjutan dari pengeringan awal. Pada pengeringan awal kadar air yang diperoleh sebesar 38%-42% sedangkan pada pengeringan akhir ini bertujuan untuk menurunkan kadar air hingga tinggal 5%6% Ball Tea masing-masing berbentuk silinder berputar yang digerakkan oleh motor Pucuk teh yang berasal dari OTR dimasukkan kedalam silinder BT. Sambil diputar pucuk teh akan dipanasi oleh burner. Pengeringan di BT ini berlangsung kurang lebih selama 10 - 15 jam dan suhu berkisar dari 100 ˚C – 130 ˚C selama maksimal 15 jam. Adapun mesin Ball Tea dapat dilihat pada gambar. 13 di bawah ini :
Gambar 13. Ball Tea ( Mesin Pengering kedua ) Pada akhir proses, pemanas kemudian dimatikan dan blower dihidupkan. Hal ini dilakukan untuk memoles bahan sehingga debu-debu akan hilang dan bahan akan kelihatan mengkilap. Alat ini mempunyai kapasitas kerja sebesar 200-
Laporan PKPM 2015
| 38
300 kg/jam. Setelah melalui alat ini, teh kering yang telah terpisah disortasi lagi di ruang Sortasi.
4. Sortasi ( Midleton ) Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat jenis grade ( Grade teh hijau berbeda dari teh hitam karna teh hijau berbentuk kasaran yang belum siap dipasarkan menjadi peroduk jadi ) dan serta menyeragamkan warna dengan proses sortir. Sortasi kemudian dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak dan tangkai daunnya. Adapun mesin Sortasi ( Midleton ) dapat dilihat pada gambar. 14 di bawah ini :
Gambar 14. Mesin sortasi teh hijau ( Midleton ).
Laporan PKPM 2015
| 39
Sebelum proses selanjutnya dilakukan yaitu proses Pengepakan, terlebih dahulu dilakukan proses Sortasi. Proses Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan jenis teh berdasarkan hasil dari proses produksi. Jenis teh dari hasil produksi meliputi : a. PSB Ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya tergulung padar terpilih, berwarna hijau sampai kehitaman, sangat sedikit tercampur tulang. b. PSK (Peko Super Kecil) Ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilih, berwarna hijau kehitaman, berukuran lebih panjang dari PSB, sedikit tercampur serat dan tulang. c. CM (Chun Mee) Ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya tergulung padat memanjang, berwarna hijau kehitaman sampai hitam. d. Dust Ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya tidak tergulung tetapi berupa potongan pipih,berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, sedikit tercampur serat dan tulang.
Laporan PKPM 2015
| 40
e. Tulang Ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya 100% berupa gagang, berwarna kuning kecoklatan.
f. Jikeng ciri-ciri : Teh hijau yang partikelnya tergulung longgar dan kurang terpilih, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, tercampur banyak tulang.
5. Pengepakan
Adapun mesin Pengepakan Teh Hijau ( Blender ) dapat dilihat pada gambar. 15 di bawah ini :
Gambar 15. Mesin Pengepakan Teh Hijau ( Blender )
Laporan PKPM 2015
| 41
Pengepakan Teh hijau dan teh hitam sebenarnya sama oleh karna itu pengepakan di jadikan satu penjelasannya oleh penulis dan mesin yang digunakan yaitu bernama Blender yang dimasukkan dalam karung yang dilapisi oleh pelastik dalam karung dan ada juga pengepakan secara manual apabila permintaan pelanggan adalah grade tertentu tanpa harus di mix dengan blender. Adapun mesin Pengepakan Teh Hitam ( Blender ) dapat dilihat pada gambar. 16 di bawah ini :
Gambar 16. Mesin Pengepakan ( Blender ) Teh Hitam.
Laporan PKPM 2015
| 42
Proses pengepakan dan pengemasan merupakan tahapan terakhir dari pengolahan teh hitam dan teh hijau di PT. Mitra Kerinci. Adapun tujuan dari pengepakan dan pengemasan teh hitam dan teh hijau ialah : a. Melindungi teh dari kerusakan b. Memudahkan dalam penyimpanan digudang serta transportasi c. Sebagai alat promosi. Adapun kapasitas dari Blender teh hitam dan teh hijau berbeda karna ukuran dari masing – masing mesin berbeda untuk teh hitam 2 – 3 Ton sedangkan teh hijau 3,5 – 4,5 Ton.
Laporan PKPM 2015
| 43
4.2. Pembahasan 4.2.1. Mesin Penggulung Open Top Roller dan Sortasi Basah Dibagian ini penulis akan membahas mesin yang diambil untuk judul Tugas Akhir yaitu Mesin Penggulung Open Top Roller ( OTR ) dan Sortasi Basah Teh Hitam : Adapun mesin Open Top Roller Teh Hitam ( OTR ) dapat dilihat pada gambar. 17 di bawah ini :
1 2 3 4 10 5 6 7 8 9
Gambar 17. Mesin Open Top Roller ( OTR ) Teh Hitam Keterangan bagian – bagian mesin : 1. Corong fungsi daun segar jatuh ke tong penggulungan dari withering trough ( Pelayuan ).
Laporan PKPM 2015
| 44
2. Pembatas bak fungsi agar daun tidak berserakan saat jatuh dari corong. 3. Silinder tong fungsi wadah daun segar siap digiling di meja penggiling OTR 4. Ring pengikat tong fungsi pengikat tong agar stabil saat berputar menggiling 5. Meja gilingan fungsi tumpuang tong penggiling untuk menggiling daun agar berlipat 6. Handle pembuka fungsi membuka dan menutup keluaran hasil gulungan 7. Motor penggerak fungsi menggerakkan OTR 8. Lori penampung fungsi menampung hasil 9. Kaki pondasi 10. Mata pisau ( Tumpul ) fungsi menahan daun dan menekan daun ke meja gilingan agar daun menggulung. Spesifikasi Mesin : 1. Diameter
: 47 ’’
2. Putaran engkol
: 42 – 45 Rpm
3. RPM 660 volt
:
4. Motor Ratio 1 :20
: Merk Renold England size WV 08
5. Panjang
: 2,6 m
6. lebar
: 2,2 m
7. Tinggi
: 1,9 m
8. Jumlah
: 3 buah
9. Kapasitas
: 350 – 375 kg / Jam
Laporan PKPM 2015
20 HP, 1440 Rpm, 50 HZ, 380 –
| 45
10. Lama waktu sekali gulungan : 30 – 40 menit Cara kerja mesin : 1. Siapkan gerobak untuk menampung hasil output Open Top Roller (OTR) untuk menghindari pucuk tercecer. 2. Saat pengisian dari corong jatuh ke dalam tong OTR mesin harus dalam keadaan mati. 3. Tunggu sampai tong terisi penuh, setelah penuh bunyikan bel kode tanda OTR telah penuh. 4. Lalu hidupkan mesin 5. Amati proses penggulungan dan masukkan pucuk yang belum tergulung ditepian meja Open Top Roller (OTR). 6. Bersihkan pucuk tercecer pada saat pengisian. 7. Tunggu 30 – 40 menit saat daun sudah terlihat menggulung 8. Matikan mesin terdahulu saat pengeluaran hasil gulungan 9. Tamping hasil menggunakan gerobak lori dan buka handle penutup wadah 10. Selesai. Kerusakan Mesin OTR : 1. Baut sering lepas dan haus mengakibatkan mesin OTR saat berputar berisik. 2. Bel motor penggerak sering kendur saat berputar. 3. Handle pembuka macet dan menyulitkan pekerja menutup kembali corong keluaran OTR dikarenakan pinggir penutup terganjal gulungan daun teh.
Tujuan penggulungan 1. Untuk membentuk daun agar mengelinting/menggulung. 2.
Untuk memecahkan dinding sel pucuk daun teh sehingga cairan keluar di permukaan daun dengan merata.
3. Memudahkan proses pengeringan di TSD.
Laporan PKPM 2015
| 46
Adapun mesin Sortasi Basah Teh ( DIBN ) dapat dilihat pada gambar. 18 di bawah ini :
1
2 3
4
5
Gambar. 18 Mesin Sortasi Basah Teh Hitam ( DIBN ) Keterangan bagian – bagian mesin : 1. Motor penggerak Conveyor fungsi mengerakkan conveyor. 2. Conveyor fungsi mengangkut teh hasil gilingan dari OTR. 3. Meja ayakan fungsi mengayak teh setelah keluar dari OTR. 4. Corong keluaran fungsi tempat keluar nya hasil ayakan. 5. Motor penggerak ayakan fungsi menggerakkan meja ayakan. Spesifikasi : 1. Jumlah
: 2 unit
2. Ukuranmeja
: 5,8 m X 9,3 m X 2 meja
3. Kapasitas pengayakan
: 25 kg / Menit
Laporan PKPM 2015
| 47
4. Tahun Pembuatan
: Tahun 1998 / Padu Usaha Bandung
5. Putaran poros engkol
: 120 putaran / menit
6. Electromotor
: 3 HP, 960 Rpm, 3 Phase, 50 Hz, 220 –
380 volt. Cara kerja mesin : 1. Bersihkan terlebih dahulu mesin ayakan dari sisa – sisa ayakan. 2. Setelah itu tekan tombol ON mesin Conveyor dan mesin ayakan. 3. Angkut hasil gulungan daun teh dari OTR kedalam conveyor pengangkut 4. Perhatikan mesin ayakan akan bekerja mengayak daun teh hasil gulungan dari OTR. 5. Dan siapkan bak penampung ( Dhool troly ) dibawah corong penampung grade. 6. Selesai Tujuan Ayakan : 1. Memudahkan proses pengeringan di TSD. 2. Menyempurnakan proses oksidasi fermentasi. Adapun corong hasil keluaran dari mesin ayakan ini berjumlah 4 buah yang mana grade tersebut adalah : 1. Bubuk kasar 1 2. Bubuk kasar 2 3. Bubuk kasar 3 4. Bubuk kasar 4 Hasil dari grade ini nantinya akan di sortasi kembali di ruangan sortasi kering setelah keluar dari mesin pengering ( TSD ).
Laporan PKPM 2015
| 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan 1. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Mitra Kerinci yaitu pucuk segar daun
teh berasal dari kebun LIKI dan dari kebun PT. Mitra Kerinci. 2. Proses pengolahan teh hitam di PT. Mitra Kerinci menggunakan sistem orthodox-rotorvane, yang terdiri dari beberapa tingkatan proses meliputi proses pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan. 3. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh hitam di PT. Mitra Kerinci telah menggunakan mesin sehingga dapat mempermudah berjalannya proses produksi. 4. Pengepakan/pengemasan di PT. Mitra Kerinci menggunakan dua macam yaitu : Karung plastik yang ukurannya sama dengan paper sack yaitu 120 x 70 x 20 cm. dan Kertas karton menggunakan kertas karton berupa kemasan kecil. 5. Pemasaran pada PT. Mitra Kerinci dengan dua tujuan yaitu ekspor dan konsumsi lokal. 6. Pendistribusian PT. Mitra Kerinci dengan menggunakan truk kontainer.
Laporan PKPM 2015
| 49
5.2. Saran 1. Dalam hal pemetikan sebaiknya pengisian kedalam keranjang maupun waring tidak terlalu padat agar pucuk tidak memar. 2. Para pemetik sebaiknya selalu diberi pengarahan agar pemetikan yang dilakukan hanya pucuk daun saja. Sehingga meminimalisir terbawanya daun tua, ranting serta kotoran dalam proses pengolahan agar teh yang dihasilkan berkualitas. 3. Bubuk teh kering yang baru saja keluar dari TSD seharusnya didinginkan terlebih dahulu hingga suhunya mencapai 300C sebelum dilakukan proses sortasi. 4. Perlu dilakukan proses pembersihan secara berkala pada alat, mesin, serta bangunan seperti atap, dinding, dan lantai.
Laporan PKPM 2015
| 50
VI. DAFTAR PUSTAKA Arifin, S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebagai Tinjauan Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta. Maulana, Mohamad. 2000. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Mutu Teh Do Unit Usaha Perkebunan Malabar PT Nusantara VIII Jawa Barat. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%2810%29%20soca- maulanapengelln%20mutu%20teh%281%29.pdf pada Rabu, 3 Maret 2010. Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional. Gramedia. Jakarta Setyamidjaja, Djoehana. 2000. TEH, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. Wiwik, 2012. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. PT. Mitra Kerinci. Solok Selatan.
Laporan PKPM 2015
| 51