I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas tanaman sayuran hortikultura yang berasal dari Amerika Selatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang stabil. Tanaman ini menyebar luas di dataran Eropa yang dibawa pada masa penjajahan oleh Spanyol dan Protugis dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Kentang adalah sayuran umbi yang banyak mengandung karbohidrat, dan dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti beras dan jagung. Komoditi ini dapat di panen umur 90-120 hari setelah tanam tergantung jenis dan speciesnya (Niniek, A, 2010). Kentang di Indonesia adalah tanaman hortikultura yang penting, tetapi produksinya belum cukup baik, begitu juga dengan kualitas dan kuantitas. Dapat di lihat dari rata-rata produksi di Indonesia sayuran ini masih cukup rendah yaitu 4,1 ton/ha, dibandingkan dengan negara-negara di Eropa seperti Spanyol (19,7 ton/ha dan Protugis 16,2 ton/ha (Dimango, J, 2015). Data terakhir (FAO, 2002) menunjukan Amerika Selatan adalah negara produsen kentang terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 14 % diikuti oleh Spanyol 9 %, sedangkan kontribusi Indonesia terhadap produksi kentang dunia hanya sekitar 0,43 %. Hal ini disebabkan tanah yang kurang subur, ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang rendah, serangan hama dan penyakit, pemupukan yang tidak berimbang dan pemakaian pupuk kimia dalam konsentrasi tinggi, serta teknis budidaya yang kurang tepat (Suhaeni, N, 2010). Serangan hama dan penyakit merupakan kendala terbesar dalam budidaya tanaman kentang. Hama yang umum menyerang kentang adalah Trips sp yang
1
menghisap cairan batang dan daun sehingga tampak kuning, mengering dan akhirnya mati, dan ulat tanah (Agrotis ipstilon) yang menyerang akar tanaman kentang sewaktu muda yang menyebabkan kinerja akar terganggu, tanaman menjadi layu dan akhirnya mati muda. Penyakit yang menyerang kentang disebabkan oleh jamur seperti busuk daun (Phytophtora infestans), becak coklat (Altenaria solani) dan layu fusarium (Fusarium oxysporum) (Semangun, 2000). Salah satu cara untuk mengoptimalkan produksi tanaman kentang adalah pemberian pupuk organik cair. POC adalah larutan yang berasal dari bahan organik yang telah tercampur dengan bahan tambahan, di fermentasi dalam jangka waktu tertentu dan memiliki kandungan hara lebih dari satu unsur. Jenis POC yang banyak dikembangkan adalah dari bahan dasar daun tithonia, daun paitan jepang, daun kirinyuh, dan lain sebagainya. Menurut Sukarmin, (2008), POC daun kirinyuh merupakan pupuk cair dari bahan dasar daun kirinyuh (Chiromolaena odorata) dicampur dengan molase (makanan bakteri), terasi, EM 4, dan air sebagai pelarut, difermentasi selama 1 bulan. Bioplasma adalah pupuk organik cair yang memiliki bahan dasar urine sapi dengan memanfaatkan mikro organisme algae hijau lumut dan bakteri yang diproduksi langsung dari petani produsen POC Merek, Sumatera Utara. POC umumnya digunakan sebagai upaya meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk produksi tanaman. Penambahan nutrisi juga dapat menyediakan unsur hara di dalam tanah yang tidak dapat diserap tanaman menjadi bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhannya lewat perantara sel tunggal (Mikro organisme).
2
1.2. Tujuan. Tujuan dari pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui perbandingan pertumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) dengan POC daun kirinyuh dengan bioplasma di Taman Simalem Resort, Sumatera Utara.
2.
Membandingkan produksi kentang (Solanum tuberosum L.) dengan menggunakan POC daun kirinyuh dengan bioplasma di Taman Simalem Resort, Sumatera Utara.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Karakteristik Komoditi.
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Kentang Solanum tuberosum L. merupakan tanaman dari suku Solanaceae yang mempunyai umbi batang yang bisa dikonsumsi. Umbi kentang berasal dari Amerika Selatan dan menjadi salah satu makanan pokok yang penting di Eropa. Tanaman ini merupakan kelompok herba, yaitu tanaman pendek yang tidak memiliki kayu dan tumbuh baik pada iklim yang sejuk, namun juga bisa di tanam di dataran tinggi serta di daerah yang beriklim tropis. Bentuk bunga komoditi ini tergolong pada bunga sempurna dan tersusun secara majemuk. Ukurannya cukup besar, berwarna putih dan memiliki diameter rata-rata sekitar 3 cm. Sistematika menurut klasifikasi botani (Difly, S, 2011) sebagai berikut: Divisi
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Species
: Solanum tuberosum L.
Kentang juga merupakan tumbuhan dikotil dengan sifat semusim dan memiliki bentuk semak. Batang yang ada di atas permukaan tanah memiliki warna hijau, kemerahan, atau ungu tua.
Warna dari batang
juga dapat
dipengaruhi oleh usia dari tanaman itu sendiri dan keadaan dari lingkungannya. Pada tingkat kesuburan tanah yang lebih baik atau kering, warna dari batang
4
tumbuhan yang lebih tua akan jauh lebih mencolok warnanya, atau berwarna terang.
Di bagian bawah dari batang bisa berkayu, sedangkan untuk batang
tanaman yang masih muda tidak berkayu, sehingga tidak terlalu kuat untuk menopang pertumbuhan dan mudah roboh. 2.1.2. Jenis-Jenis Tanaman Kentang. Indonesia memiliki banyak varietas kentang yang memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Perbedaan sifat ini berpengaruh terhadap warna, bentuk, ukuran dan rasa umbi. Daerah yang menjadi sentra produksi tanaman kentang di Indonesia adalah Priangan, Cipanas, Lembang, Wonosobo, Tawangmangu, Batu, Tengger dan Kerinci. Suhaeni, N, (2010) mengatakan bahwa berdasarkan bentuk warna komoditi ini dapat digolongkan menjadi tiga yaitu, kentang kuning, kentang putih dan kentang merah. a. Kentang Kuning. Kentang kuning merupakan jenis yang memiliki umbi dan kulit berwarna kuning, memiliki rasa umbi yang enak, gurih dan tidak banyak mengandung air. Rukmana, R, (1997) mengatakan bahwa golongan kentang ini paling banyak di konsumsi karena rasanya yang enak, empuk, dan sedikit berair.
Kelompok
varietas ini seperti eigenheimer, patrones, rapan, katella, cosima, cipanas, segunung, thung, granola dan lain-lain. b. Kentang Putih. Kentang putih merupakan jenis dengan kulit dan daging umbi berwarna agak putih. Samadi, B, (1997) mengatakan bahwa golongan kentang ini memiliki potensi hasil yang tinggi dengan profitabilitas layak diusahakan.
Kelompok
varietas ini seperti marita, donata, radosa, diamant dan lain sebagainya.
5
c. Kentang Merah. Kentang merah merupakan jenis dengan umbi berwarna merah dan daging buahnya berwarna kuning.
Samadi, B, (1997) mengatakan bahwa golongan
kentang ini memiliki batang besar dan kuat, daun rimbun dan bunga dapat berbuah menjadi biji setelah berumur 100 hari setelah tanam. Kelompok varietas ini seperti dasiree, arka, red pontiac dan lain sebagainya. 2.2.
Syarat Tumbuh Tanaman Kentang.
2.2.1. Iklim. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghendaki iklim dengan suhu udara dingin dan lembab. Untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari penuh yang dibutuhkan adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah. komoditi ini adalah 18-
Suhu optimal
C, dengan kelembapan 80-90 % dan ketinggian
tempat antara 1000- 3000 m dpl. Kentang sangat peka terhadap air, sehingga penanamannya dianjurkan pada akhir musim hujan. Kelembaban di dalam tanah berpengaruh besar, jika intensitasnya meningkat dapat menyebabkan ketidak normalan pertumbuhan umbi dan banyak mengeluarkan cabang-cabang. Angin kencang dapat membuat batang tidak kuat dan mudah patah, sehingga pada daerah yang memiliki potensi angin yang tinggi budidaya dilakukan di dalam green house (Neni, J, 2010) 2.2.2. Kesuburan Tanah. Kesuburan tanah memegang peranan penting untuk budidaya tanaman kentang, fungsi tanah sebagai penyangga akar, penyedia air, zat hara dan udara untuk pernafasan akar tanaman. Kondisi media tumbuh yang dibutuhkan tanaman
6
kentang adalah berstruktur remah, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Areal lahan penanaman untuk budidaya komoditi ini harus berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam agar perakaran dapat menembus tanah untuk mengambil unsur hara dan melakukan fotosintesis, sehingga didapatkan makanan untuk seluruh bagian tanaman.
Kondisi keasaman tanah yang
dikehendaki oleh kentang adalah 5,8-7. Pengapuran dilakukan apabila ph kurang dari 5,8 dengan kapur dolomit yang berstruktur rapuh, remah dan mudah mengikat asam. 2.3.
Pupuk Organik Cair.
2.3.1. Pupuk Organik Cair (POC) Daun Kirinyuh. Pupuk organik adalah pupuk dengan konsentrasi ketersediaan senyawa kimia carbon (C) dan nitrogen (N) yang rendah pada bahan yang digunakan. Pupuk organik cair adalah bahan organik yang telah tercampur dengan bahan tambahan dalam bentuk cair dan difermentasi dalam jangka waktu tertentu dan memiliki kandungan lebih dari satu unsur. POC yang paling banyak digunakan adalah dari tanaman hijau seperti tithonia, rumput paitan jepang dan kirinyuh. Kirinyuh (Chiromolaena odorata) merupakan gulma yang banyak mengandung unsur kimia C,N, P, dan K dalam bentuk yang belum terurai. Gulma ini dapat di dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan pupuk organik caik. Kandungan lain pada tanaman liar ini adalah beberapa fitohormon seperti auksin, sitokinin dan giberalin yang dapat membantu mikro organisme untuk melepaskan ikatan ion-ion C,N,P dan K dalam bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan menjadi dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan (Dewi, H, 2015)
7
Phonidi, (2015) menyatakan bahwa pupuk organik cair daun kirinyuh merupakan POC dengan bahan dasar daun kirinyuh yang dicampur dengan bahan tambahan seperti terasi, molase (makanan Mikro organisme Bacillus paini, Psaudomonas thuringiensis, dan Beauferia bassiana), EM 4 (pengurai atau dekomposer), dan air dalam konsentrasi dan takaran yang sesuai kemudian difermentasi selama
1 bulan. Pembuatan POC daun kirinyuh 160 liter dapat
menghasilkan ekstakan murni sebanyak 120 liter larutan POC. Satu liter POC daun kirinyuh mengandung unsur hara makro dan mikro seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Unsur Hara dalam POC Daun Kirinyuh 1 Liter. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Analisis C Organik N Total Total O MgO Na S Cu Mn Fe B Pb Cd Ph
POC Daun Kirinyuh (%) 3,48 0,23 0,08 0,77 0,15 0,65 0,06 3,00 Ppm Tidak Terdeteksi 92,00 Ppm 27,50 Ppm 29,00 Ppm Tidak Terdeteksi 3,87 O
Sumber : Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, (2015). Aplikasi yang dianjurkan untuk budidaya tanaman kentang adalah 1 liter POC untuk 10 liter air yang dapat membantu kesuburan tanah dan melepaskan ikatan ion-ion hara, sehingga dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Teknologi ini sudah diterapkan sebelumnya pada budidaya tanaman kentang dengan hasil dapat meningkatkan produksi tanaman kentang dari
8
3,8 ton/ ha menjadi 4, 1 ton/ ha (Rusdi, 2015). Selain ramah lingkungan teknologi ini juga mudah dibuat dan ketersediaan bahan bakunya dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak. 2.3.2. Pupuk Organik Cair (POC) Bioplasma. Bioplasma berasal dari dua kata yaitu bio dan plasma, bio artinya lingkungan tumbuh dan plasma artinya cairan di dalam sel. Bioplasma adalah cairan di dalam sel yang dapat dijadikan sebagai media untuk melepaskan ikatan ion-ion carbon, nitrogen, phospor dan kalium di dalam tanah. Cairan di dalam sel diperoleh dari mikro organisme seperti bakteri Bacillus paini, Psaudomonas thuringiensis dan algae hijau lumut yang dikembangkan di dalam media perbanyakan. Bioplasma dapat dijadikan sebagai POC untuk meningkatkan kesuburan tanah dan membantu ketersediaan unsur hara bagi tanaman. POC bioplasma banyak mengandung unsur hara makro, seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Unsur Hara dalam POC Bioplasma 1 Liter. No.
Jenis Analisis
POC Daun Kirinyuh (%)
1
C Organik
4,00
2
N Total
4,07
Total
3 4
O
0,06 0,09
Sumber : Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, (2015). Saputra, (2015) mengatakan bahwa pupuk organik cair bioplasma merupakan suatu metode mentransformasikan anorganik menjadi organik lewat jasa perantara sel tunggal (Bakteri dan Algae hijau lumut). POC bioplasma ini diproduksi langsung oleh petani produsen merek, sumatera utara. Bahan dasar pembuatan POC bioplasma ini adalah urine sapi (media tumbuh perbanyakan
9
bakteri dan algae hijau lumut), molase dan ditambah EM 4 (pengurai atau dekomposer). Alga hijau lumut merupakan satu bahan tambahan penting pada teknologi ini yang hanya dapat dibeli di tempat produksi dengan harga 5000/ kantong. Bakteri dan Algae hujau lumut dapat membantu memutuskan rantai carbon (C), nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K), dalam tanah menjadi unsur tunggal sehingga bergabung dengan senyawa kompleks seperti C organik, N Total,
Total,
dan
O
sehingga
dapat
diserap
oleh
tanaman.
Mikrooerganisme di dalam POC bioplasma yang diberikan ke dalam tanah akan masuk kedalam ion-ion hara dan perlahan-lahan memutuskan rantai carbon (C), nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K). Senyawa kompleks yang terlepas dapat diambil oleh akar tanaman untuk membantu proses fotosintesis. Pupuk organik cair bioplasma dapat diaplikasikan pada tanaman sayursayuran, salah satunya tanaman kentang. Teknologi ini mengandung amoniak yang bersifat panas hasil perombakan karbohidrat yang dapat merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada batang dan daun tanaman. Suhu panas dapat menekan pertumbuhan gulma pada areal sekitar penanaman yang diberikan Pupuk organik cair (Adi, 2015).
10
III. METODE PELAKSANAAN
3.1.
Waktu dan Tempat. Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini telah dilaksanakan di
Zona 2 Organik Taman Simalem Resort – PT. Merek Indah Lestari, Jalan Raya Merek Sidikalang KM 9, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dari tanggal 16 Maret sampai 13 Juni 2015. 3.2.
Alat dan Bahan. Alat yang digunakan selama kegiatan adalah cangkul, garu, koret, gembor,
ember, gunting, pisau, tali, drum, knapsack, tangki oksigen, keranjang panen dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit kentang, daun kirinyuh, bioplasma, molase, terasi, EM 4, air, urine sapi, bubur california, ekstrak sirsak dan pestisida nabati. 3.3.
Pelaksanaan.
3.3.1. Pengadaan Bibit. Bibit yang digunakan adalah
umbi turunan kentang kuning granola
varietas lokal Merek, Sumatera Utara yang bebas hama dan penyakit, umbi berwarna kuning, rasanya enak dan dipanen saat berumur 70-90 hari setelah tanam. Tunas akan muncul setelah disimpan selama 3 bulan pada tempat yang kering dan segar, dan siap digunakan untuk penanaman. Bibit yang digunakan adalah 2 kg/15 m2 yang dibeli dari distributor di Merek, Sumatera utara. 3.3.2. Pengolahan Tanah. Pengolahan tanah dilakukan pada tanah yang subur, dengan cara diolah (dicangkul) sedalam 30 cm hingga berstekstur gembur, dibiarkan selama satu hari.
11
Lebar bedengan dibuat berukuran 100 cm dan antar bedengan dibuat drainase berukuran 30 cm untuk membuang kelebihan air. Kentang tidak dapat tumbuh baik pada lahan yang tergenang air sehingga akan mengganggu proses pertumbuhan. 3.3.3. Pemberian Pupuk Dasar. Pupuk dasar yang digunakan untuk budidaya kentang ini adalah pupuk primaloka, yaitu oupuk organik dengan C/N ratio rendah dengan netto 50 kg yang dapat meningkatkan kualiatas hasil tanaman, memperbaiki struktur tanah dan memberikan ketersediaan unsur hara bagi tanaman pangan dan hortikultura. Pemberiannya dilakukan dengan cara menyebarkan diatas bedengan dengan dosis pupuk 25 kg/bedengan hingga pupuk tersebar merata. Lahan yang telah diolah diratakan kembali dengan bambu sampai lahan terlihat bersih dan bebas dari sisa perakaran tanaman, lahan disiram sampai lembab dan siap digunakan untuk penanaman. 3.3.4. Persiapan Pembuatan POC Daun Kirinyuh. Persiapan pembuatan POC daun kirinyuh dilakukan sebelum penanaman bibit dilapangan. Tahapan pembuatan POC daun kirinyuh adalah, daun kirinyuh dicincang dengan pisau sebanyak 20 kg, dimasukan kedalam drum ukuran 200 liter. Ditambahkan molase, EM 4, dan terasi ke dalam drum yang telah berisi daun kirinyuh, air dimasukan sebanyak 150 liter dan diaduk semua bahan sampai merata. Drum ditutup dan difermentasi selama
1 bulan, dilakukan penyaringan
dan hasilnya di masukan kedalam diregen - diregen 10 liter, dan siap diaplikasikan pada tanaman. Pengaplikasikan dilakukan dengan cara 1 liter POC diencerkan dalam 10 liter air kemudian diberikan ke tanaman 400 ml/tanaman
12
dengan cara langsung disiramkan di sekeliling pangkal batang dan seluruh tanaman. 3.3.5. Persiapan Pembuatan POC Bioplasma. Persiapan pembuatan POC bioplasma dilakukan sebelum penanaman bibit dilapangan. Tahapan pembuatan POC bioplasma adalah, mikro organisme (Bakteri dan Algae dimasukan ke dalam 200 liter urine sapi, dan dimasukan kedalam tangki oksigen ukuran 300 liter. Ditambahkan molase dan EM 4, ke dalam tangki oksigen yang telah berisi urine sapi, tangki oksigen dihidupkan agar mikro organisme dapat berkembang dan fermentasi selama 21 hari atau sampai menjadi pekat. Dilakukan penyaringan/ penfilteran sampai cairan bioplasma diperoleh (tampung di dalam drum), masukan POC bioplasma ke dalam diregendiregen 10 liter, dan siap diaplikasikan ke tanaman. Cara pengaplikasikan 1 liter POC diencerkan dalam 10 liter air kemudian diberian ke tanaman 400 ml/tanaman dengan cara langsung disiramkan di sekeliling pangkal batang. 3.3.6. Penanaman. Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 60 × 50 cm. Penanaman dilakukan dengan cara bibit yang telah mengeluarkan tunas dimasukkan kedalam lubang tanam yang telah disiapkan sampai kedalaman 5 cm agar pertumbuhan tanaman dapat sempurna. Tutup keselurahan bibit kentang yang ada di dalam lubang tanam sampai ke permukaan tanah dan lahan penanaman disiram kembali agar lembab.
13
3.3.7. Pemeliharaaan. a.
Penyiraman. Penyiraman dilakukan awal sebelum tanam dan satu minggu sesudah tunas
muncul ke permukaan. Budidaya yang dilakukan di dalam green hause perlu penyiraman rutin pagi atau sore hari sekali sampai tanaman memasuki pertumbuhan generatifnya.
Pada saat telah berumur 2- 3 bulan penyiraman
dilakukan sekali dua hari, karna tanaman kentang tidak menghendaki air yang banyak terutama saat pembentukan umbi sampai siap untuk di panen. b.
Penyulaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh
dilapangan atau tanaman dengan pertumbuhan yang tidak normal.
Penyebab
salah satu tidak tumbuhnya bibit tanaman kentang adalah terserang ulat tanah (Agrotis ipstilon) yang ada di dalam tanah. Hama ini sebaiknya dibuang dengan cara,
mencari
disekitar
tanah
penanaman
sampai
menemukannya
dan
dimusnahkan. Umumnya ulat ini langsung terlihat pada tanah tempat penanaman dan selanjutnya di biarkan selama satu hari dan baru dilakukan penyulaman. c.
Pembumbunan. Pembumbunan dilakukan dengan cara meninggikan tanah pada batang
tanaman agar tidak tumbang, umbi tidak kelihatan ke permukaan dan mempercepat pembesaran umbi di dalam tanah.
Tujuan kekiatan ini untuk
merangsang pembentukan akar baru sehingga umbi kentang yang dihasilkan bisa semakin banyak, membantu perkembangan umbi dan memperkokoh berdirinya batang. Pembumbunan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi pernafasan tanaman di dalam tanah.
14
d. Penyiangan dan Pendangiran. Penyiangan dilakukan dengan cara tanaman kentang dibersihkan dari gulma yang tumbuh disekitar perakaran tanaman terutama gulma berdaun lebar, teki-tekian dan rumput-rumputan. Pendangiran dilakukan bersamaan dengan penyiangan, yaitu menggemburkan tanah disekitar tanaman kentang untuk sirkulasi udara dalam tanah agar dapat memperbanyak akar tanaman dan mempercepat pertumbuhan umbi kentang. e.
Pemberian POC Daun Kirinyuh dan POC Bioplasma. Pemberian POC dilakukan satu bulan setelah penanaman secara rutin dan
kontiniu, dilakukan 2 kali dalam seminggu sampai berumur 65 hari setelah tanam. Pemberian POC dilakukan dengan dosis yang sama tetapi berbeda kandungan dan cara pemberian. Aplikasi dilakukan dengan cara disiramkan menggunakan gembor, untuk lebih jelas pemberian pupuk organik cair daun kirinyuh dan bioplasma dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Aplikasi Perlakuan Pemberian Pupuk Organik Cair. No
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
1
Dosis 1 liter POC untuk 10 liter air
2
Pemberian dilakukan dengan cara Pemberian dilakukan dengan cara disiramkan ke sekeliling pangkal disiramkan ke sekeliling pangkal batang. batang dan seluruh tanaman.
Dosis 1 liter POC untuk 10 liter air
Dari Tabel 3 pemberian POC dilakukan dengan dosis yang sama yaitu 1 liter POC untuk 10 liter air. Pembuatan dilakukan menggunakan gembor dan gelas ukur dengan dosis yang diberikan untuk satu tanaman adalah 400 ml/tanaman dan 10 liter untuk 24 populasi dengan panjang lahan 7,5 meter dan lebar 1 meter untuk masing-masing perlakuan.
Pemberian dilakukan secara
teratur sampai umur 65 hari atau minggu ke 10 setelah tanam.
15
f. Pengendalian Hama dan Penyakit. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menyerang kentang dilapangan adalah hama Trips sp yang mengisap cairan batang dan daun tanaman dan Agrotis ipstilon merusak akar batang tanaman yang masih muda. Pengendalian yang dilakukan pada hama Trips sp yaitu penyemprotan dengan air ekstrak sirsak, aplikasinya 1 liter ekstrak dicampur 15 liter air bersih dan Agrotis ipstilon ditemukan di dalam tanah yang di cari terlebih dahulu, kemudian dibunuh. Penyakit yang menyerang tanaman kentang di lapangan adalah penyakit Phitopthora infestans yang disebabkan oleh cendawan, dengan gejala serangan tanaman busuk pada pangkal batang dan akhirnya mati. Pengendalikan dilakukan dengan cara pengasapan pada green hause, penyemprotan dengan bubur california dengan aplikasi bagian daun dan batang tanaman diolesi 3 minggu sekali sampai merata dan pemberian pestisida nabati (Tricoderma sp, Bacillus paini, Beauveria bassiana, dan Psaudomonas thuringiensis) dengan dosis 100 ml pestisida nabati untuk 10 liter air. 3.3.8. Panen. Panen kentang dilakukan umur 85 hari atau pada minggu ke 12 setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan rentang waktu kriteria bibit yang digunakan yaitu umur 70-90 hari setelah tanam. Gunawan, C, (2015) mengatakan ciri-ciri panen kentang yaitu, 70 % dari seluruh tanaman daun-daunnya menguning, batang menguning, umbi melekat dengan daging umbi dan kulit tidak mudah mengelupas. Cara panen yang dilakukan adalah membongkar akar pada tanah tempat penanaman, dan mengambil umbi yang ada diperakaran. Umbi yang telah
16
dipanen diletakkan di dalam seed bag dan siap dibawa ke tempat penanganan pasca panen. 3.3.9. Penangan Pasca Panen. Penanganan pasca panen kentang dilakukan setelah panen sampai umbi siap untuk dipasarkan. Hasil panen di lapangan dibawa ke tempat pencucian, umbi dicuci bersih dengan air mengalir, bersihkan dari tanah yang melekat di permukaan kulitnya, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari langsung. Kentang dikemas ke dalam kantong plastik kemasan organik Taman Simalam Resort, Sumatera Utara dan siap dipasarkan ke supermarket dan hotel-hotel.
17
3.3.10. Pengamatan. Pengamatan yang dilakukan selama 8 minggu dari minggu ke lima sampai minggu ke 12 setelah tanam dilapangan, dengan mengamati : 1.
Persentase hidup tanaman, dihitung setelah tanaman kentang berumur 30 hari setelah tanam (persen %).
2.
Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai pucuk tanaman tertinggi pada umur 30 hari setelah tanam (dalam hitungan cm).
3.
Jumlah tangkai daun, dihitung dari dua tangkai daun dari pangkal sampai dua tangkai daun dari pucuk pada umur 30 hari setelah tanam (buah).
4.
Jumlah anakan, dihitung dari jumlah anakan yang keluar disamping batang utama pada umur 30 hari setelah tanam (buah).
5.
Jumlah umbi, dihitung saat panen pada minggu ke 12 setelah tanam (buah).
6.
Berat sampel umbi rata-rata, ditimbang setelah panen pada minggu ke 12 setelah tanam (gram).
7.
Berat umbi terbesar, ditimbang setelah panen pada minggu ke 12 setelah tanam dengan memilih satu umbi terbesar pada masing-masing sampel perlakuan teknologi (gram).
8.
Berat umbi keseluruhan, ditimbang setelah panen pada minggu ke 12 setelah tanam dengan menimbang keseluruhan produksi umbi pada masing-masing perlakuan teknologi (Kg).
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil. Pengamatan yang dilakukan adalah persentase hidup tanaman, tinggi
tanaman, jumlah tangkai daun, jumlah anakan, jumlah umbi, berat sampel umbi rata-rata, berat umbi terbesar dan berat umbi keseluruhan tanaman kentang dengan perlakuan teknologi POC daun kirinyuh dengan bioplasma dalam kurun waktu 12 minggu sesuai dengan tahap kegiatan yang dikerjakan, seperti yang terdapat pada Tabel di bawah ini : 4.1.1. Persentase (%) Hidup Tanaman. Persentase (%) hidup tanaman yang dibudidayakan menggunakan POC daun kirinyuh dengan bioplasma menunjukan perbedaan, untuk melihat perbandingan kedua perlakuan ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase (%) Hidup Tanaman Kentang. Perlakuan
Persentase (%)
POC Daun Kirinyuh
100 %
POC Bioplasma
91, 66 %
Dari Tabel 4 persentase tumbuh tanaman kentang yang dibudidayakan menggunakan POC daun kirinyuh dengan POC bioplasma menunjukan perbedaan. Tanaman kentang dengan perlakuan daun kirinyuh tumbuh 100 %, sedangkan dengan perlakuan bioplasma mengalami pertumbuhan 91,66 %. Penyebab kematian kentang dengan perlakuan bioplasma adalah terserang hama ulat tanah (Agrotis ipstilon). Untuk melihat grafik persentase (%) tumbuh kentang perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 1.
19
105 100 100
POC daun Kirinyuh
95
POC Bioplasma
91.66
90 85 Kentang dengan Perlakuan
Gambar 1. Grafik Pesentase Hidup Tanaman Kentang. Dari grafik 1 dapat dilihat persentase hidup tanaman kentang yang dibudidayakan dengan POC daun kirinyuh lebih besar dari pada bioplasma. Kentang dengan POC daun kirinyuh tumbuh 100 %, sedangkan menggunakan bioplasma tumbuh 91,66 %. Hal ini disebabkan tanaman kentang yang dibudidayakan dengan POC bioplasma menggalami kematian sehingga memiliki perbandingan hidup 8, 34 %. 4.1.2. Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman yang dibudidayakan denpan perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma menunjukan perbedaan, untuk lebih jelas dapat terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tinggi Tanaman Kentang. No
Pengamatan Minggu ke
1 2 3 4 5 6
5 6 7 8 9 10 Rata-rata
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
I (cm) 11 24 29 31 36 40 28,5
II (cm) 14 31 31 34 40 42 32
III (cm) 7 13 18 24 28 31 20,16
I (cm) 11,5 18 20 23 24 28 20,75
II (cm) 10 18 20 22 22 26 19,66
III (cm) 11,5 19 20 22 22 25 19,91
20
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat tinggi tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh rata-rata pengamatan pada minggu kelima sampai kesepuluh lebih tinggi dibandingkan dengan bioplasma. Sampel I POC daun kirinyuh 28,5 cm berbeda jauh dengan sampel I bioplasma yaitu 20,75 cm. Sampel II POC daun kirinyuh 32 cm berbeda jauh dengan sampel II bioplasma yaitu 19,66 cm, dan sampel III POC daun kirinyuh 20,16 cm tidak berbeda jauh dengan sampel III bioplasma 19,91 cm. Untuk melihat grafik perbandingan rata-rata tinggi tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Grafik 2. 40 32
28.5
30
20.75 20
19.66
20.16 19.91
POC daun Kirinyuh POC Bioplasma
10 0 Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Gambar 2. Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman Kentang. Dari grafik 2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman kentang yang dibudidayakan dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih bagus dibandingkan dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh tinggi tanaman kentang yang paling tinggi terlihat pada sampel II yaitu 32 cm. Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma tinggi tanaman kentang yang paling tinggi terlihat pada sampel I yaitu 20,75 cm.
21
4.1.3. Jumlah Tangkai Daun. Jumlah tangkai daun yang dibudidayakan dengan menggunakan perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma menunjukan perbedaan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Tangkai Daun Kentang.
No 1 2 3 4 5 6
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
Pengamatan Minggu ke 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
I 7 11 18 23 20 18 16
II 10 18 27 20 17 17 18
III 5 7 11 9 9 8 8
I 13 14 14 12 13 14 13
II 11 19 13 10 11 8 12
III 11 12 8 6 9 8 9
Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat rata-rata jumlah tangkai daun kentang menggunakan POC daun kirinyuh memiliki perbedaan dengan bioplasma. Sampel I POC daun kirinyuh 16 tangkai berbeda jauh dengan sampel I bioplasma yaitu 13 tangkai. Sampel II POC daun kirinyuh 18 tangkai berbeda jauh dengan sampel II bioplasma yaitu 12 tangkai dan sampel III POC daun kirinyuh 8 tangkai tidak berbeda jauh dengan sampel III bioplasma 9 tangkai. Untuk melihat grafik perbandingan rata-rata jumlah tangkai daun kentang perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 3. 20
18
16 13
12 8
10
9
POC daun Kirinyuh POC Bioplasma
0 Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Gambar 3. Grafik Rata-Rata Jumlah Tangkai Daun Kentang.
22
Dari grafik 3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tangkai daun kentang yang dibudidayakan dengan perlakuan POC daun kirinyuh berbeda jauh dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh jumlah tangkai daun kentang yang paling banyak terlihat pada sampel II yaitu 18 tangkai. Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma jumlah tangkai daun kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 13 tangkai. 4.1.4. Jumlah Anakan. Jumlah anakan yang dibudidayakan dengan menggunakan perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma menunjukan perbedaan, hal ini dapat terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Anakan Kentang.
No 1 2 3 4 5 6
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
Pengamatan Minggu ke 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
I 1 1 2 2 3 2
2
II 2 3 3 2 3 3 3
III 1 2 2 3 3 2 2
I 2 3 3 3 3 2 3
II 3 3 3 3 3 1
3
III 3 3 3 3 3 1 3
Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat rata-rata jumlah anakan kentang minggu ke lima sampai sepuluh menggunakan bioplasma lebih banyak dibandingkan daun kirinyuh.
Sampel I POC daun kirinyuh 2 anakan berbeda dengan sampel I
bioplasma yaitu 3 anakan. Sampel II kedua perlakuan ini sama-sama berjumlah 3 anakan, dan sampel III POC daun kirinyuh 2 anakan berbeda dengan sampel III bioplasma yaitu 3 anakan. Untuk melihat grafik perbandingan rata-rata jumlah anakan kentang perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 4.
23
4 3
3
3
3
3 2
2
2
POC daun Kirinyuh
1
POC Bioplasma
0 Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Gambar 4. Grafik Rata-Rata Jumlah Anakan Kentang. Dari grafik 4 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah anakan kentang yang dibudidayakan dengan POC daun kirinyuh berbeda dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh jumlah anakan kentang yang paling banyak terlihat pada sampel II yaitu 3 anakan. Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma jumlah anakan kentang sama-sama berjumlah 3 anakan. 4.1.5. Jumlah Umbi. Jumlah umbi di hitung saat tanaman telah dipanen pada minggu ke 12 setelah tanam. Hasil yang diperoleh setiap sampel menunjukan perbedaan, untuk lebih jelas data hasil jumlah umbi tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh dan bioplasma dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Umbi Kentang.
No 1
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
Pengamatan Minggu ke 12 Jumlah
I
II
III
I
II
III
20
19
12
14
16
12
20
19
12
14
16
12
Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat rata-rata jumlah umbi kentang menggunakan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan bioplasma. Sampel
24
I POC daun kirinyuh 20 umbi berbeda jauh dengan sampel I POC bioplasma yaitu 14 umbi. Sampel II POC daun kirinyuh 19 umbi berbeda jauh dengan sampel II perlakuan bioplasma yaitu 16 buah, dan sampel III kedua perlakuan ini samasama berjumlah 12 umbi. 25 20
19
20
16 15
14 12
12
POC daun Kirinyuh
10 POC Bioplasma 5 0 Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Gambar 5. Grafik Jumlah Umbi Kentang. Dari grafik 5 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah umbi kentang yang dibudidayakan dengan perlakuan POC daun kirinyuh berbeda jauh dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh jumlah umbi kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 20 umbi. Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma jumlah umbi kentang yang paling banyak terlihat pada sampel II yaitu 16 umbi. 4.1.6. Berat Sampel Umbi Rata-Rata. Berat sampel umbi rata-rata di timbang saat tanaman telah dipanen pada minggu ke 12 setelah tanam. Hasil yang diperoleh setiap sampel menunjukan perbedaan. Data berat sampel umbi rata-rata tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh dan bioplasma dapat dilihat pada Tabel 9.
25
Tabel 9. Berat Sampel Umbi Rata-Rata Kentang.
No
1
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
Pengamatan Minggu ke
12
I (gram) 425
II (gram) 335
III (gram) 215
I (gram) 225
II (gram) 115
III (gram) 110
Jumlah
425
335
215
225
115
110
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat rata-rata berat sampel umbi rata-rata kentang menggunakan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan bioplasma. Sampel I POC daun kirinyuh 425 gram berbeda jauh dengan sampel I POC bioplasma yaitu 225 gram. Sampel II POC daun kirinyuh 335 gram berbeda jauh dengan sampel II perlakuan bioplasma yaitu 115 gram, dan sampel III POC daun kirinyuh 215 gram berbeda jauh dengan sampel III bioplasma yaitu 110 gram. Untuk melihat grafik perbandingan rata-rata berat sampel umbi rata-rata perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 6. 500
435
400 300
325 225
POC daun Kirinyuh
215
200 115
110
Sampel 2
Sampel 3
POC Bioplasma
100 0 Sampel 1
Gambar 6. Grafik Berat Sampel Umbi Rata-Rata Kentang. Dari grafik 6 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata berat sampel umbi ratarata kentang yang dibudidayakan dengan POC daun kirinyuh berbeda jauh dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh
26
berat sampel umbi rata-rata kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 435 gram. Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma jumlah umbi kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 225 gram. 4.1.7. Berat Umbi Terbesar. Berat umbi terbesar di timbang saat tanaman telah dipanen pada minggu ke 12 setelah tanam.
Hasil yang diperoleh setiap masing-masing perlakuan
menunjukan perbedaan. Data hasil berat umbi terbesar tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh dan bioplasma dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Berat Umbi Terbesar Kentang.
No
1
POC Daun Kirinyuh
POC Bioplasma
Sampel
Sampel
Pengamatan Minggu ke
12
I (gram) 95
II (gram) 82
III (gram) 67
I (gram) 65
II (gram) 63
III (gram) 53
Jumlah
95
82
67
65
63
53
Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat rata-rata berat umbi terbesar kentang menggunakan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan bioplasma. Sampel I POC daun kirinyuh 95 gram berbeda jauh dengan sampel I POC bioplasma yaitu 65 gram. Sampel II POC daun kirinyuh 82 gram berbeda jauh dengan sampel II perlakuan bioplasma 63 gram, dan sampel III
POC daun kirinyuh 67 gram
berbeda jauh dengan sampel III bioplasma 53 gram.
Untuk melihat grafik
perbandingan rata-rata berat umbi terbesar perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 7.
27
100 80
95
82 65
63
67 53
60
POC daun Kirinyuh
40 POC Bioplasma
20 0 Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Gambar 7. Grafik Berat Umbi Terbesar Kentang. Dari grafik 7 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata berat umbi terbesar kentang yang dibudidayakan dengan POC daun kirinyuh berbeda jauh dengan bioplasma. Pada perlakuan sampel I, II dan III menggunakan POC daun kirinyuh berat umbi terbesar kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 95 gram.
Perlakuan sampel I, II dan III menggunakan bioplasma jumlah umbi
kentang yang paling banyak terlihat pada sampel I yaitu 65 gram. 4.1.8. Berat Umbi Keseluruhan. Berat umbi keseluruhan di timbang saat tanaman telah dipanen pada minggu ke 12 setelah tanam.
Hasil yang diperoleh menunjukan perbedaan.
Untuk lebih jelas data hasil berat umbi keseluruhan tanaman kentang menggunakan POC daun kirinyuh dan bioplasma dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Berat Umbi Keseluruhan Kentang. Perlakuan
Berat Umbi Keseluruhan (Kg)
POC Daun Kirinyuh
8,75 Kg
POC Bioplasma
4,15 Kg
Dari Tabel 11 dapat dilihat berat umbi keseluruhan kentang yang dibudidayakan menggunakan POC daun kirinyuh dengan bioplasma menunjukan perbedaan. Tanaman kentang dengan perlakuan daun kirinyuh memiliki hasil
28
produksi 8,75 Kg, sedangkan dengan perlakuan bioplasma dengan produksi 4,15 Kg. Untuk melihat grafik berat umbi keseluruhan kentang perlakuan POC daun kirinyuh dengan bioplasma dapat dilihat pada Gambar 8. 10
8.75
8 6
4.15
POC daun Kirinyuh
4 POC Bioplasma
2 0 Kentang dengan Perlakuan
Gambar 8. Grafik Berat Umbi Keseluruhan Kentang. Dari grafik 8 dapat dilihat tanaman kentang dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan dengan bioplasma. Berat umbi keseluruhan kentang dengan POC daun kirinyuh 8,75, sedangkan menggunakan bioplasma 4,15 Kg.
Kedua perlakuan POC ini memiliki selisih 4,60 Kg, sehingga
penggunaan POC daun kirinyuh dengan bioplasma memiliki produksi dengan perbandingan (2 :1). 4.2.
Pembahasan.
4.2.1. Persentase (%) Hidup Tanaman. Berdasarkan uraian hasil diatas dapat dilihat tanaman kentang yang dibudidayakan dengan perlakuan POC daun kirinyuh memiliki persentase hidup 100 %, sedangkan POC bioplasma 91,66 %.
Menurut kriteria bibit unggul
persentase pertumbuhan tanaman dengan kedua perlakuan ini masih tergolong baik. Handoyo, B, (2015) mengatakan kriteria bibit unggul adalah pertumbuhan genjah, rakus akan unsur hara dan memiliki persentase tumbuh diatas 80 %.
29
Menurunnya persentase tanaman kentang dengan perlakuan POC bioplasmna karena tanaman mati terserang hama ulat tanah (Agrotis ipstilon sp.) di lapangan. Anelida, (2015) mengatakan Ulat tanah (Agrotis ipstilon sp.) merupakan hama penggerek akar di dalam tanah yang memakan, menghisap cairan dan merusak akar tanaman saat berumur muda di dalam tanah sehingga akar tidak mampu berfungsi dalam mengangkut unsur hara dan mineral, mempengaruhi proses
fotosintesis
dan
mengganggu
jalannya
pertumbuhan
tanaman.
Terganggunya aktifitas perakaran tanaman menyebabkan makanan tidak dapat diterima baik oleh bagian tanaman, sehingga kentang awalnya mengalami layu, menguning dan akhirnya mati. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi serangan hama ini adalah mengambil tanah bekas penanaman kemudian di buang dan selanjutnya diberikan ekstak sirsak, aplikasinya 1 liter ekstak dicampur 15 liter air bersih dengan cara disiramkan ke seluruh titik tumbuh pada perakaran tanaman. 4.2.2. Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman kentang dengan POC daun kirinyuh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POC bioplasma. Bioplasma mengandunng mikro organisme Alga hijau lumut yang dapat mempercepat perombakan senyawa carbon, nitrogen, phospor dan kalium di dalam tanah, sehingga diserap tanaman. Pengaruh terhadap tanaman pertumbuhannya lebih cepat pada awal penanaman tetapi, karena tingginya hara makro yang diberikan menyebabkan ketersediaan unsur hara ini tidak banyak lagi di dalam tanah dan perlu unsur hara tambahan dari luar (Saputra, A, 2015).
30
4.2.3. Jumlah Tangkai Daun. Jumlah tangkai daun kentang dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan POC bioplasma. Hal ini terjadi karena POC daun kirinyuh mengandung unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang seimbang, sedangkan POC bioplasma hanya mengandung unsur hara makro saja. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis yang dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Semangun, 2000). 4.2.4. Jumlah Anakan. Jumlah anakan kentang dengan perlakuan POC bioplasma lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan POC daun kirinyuh.
Larutan bioplasma
mengandung senyawa amoniak bersifat panas hasil rombakan karbohidrat yang disebabkan oleh mikro organisme (bakteri dan algae hijau lumut) yang dapat mempercepat perkecambahan bibit, munculnya tunas anakan dan merangsang tunas anakan tumbuh dengan banyak (Rusdi, 2015). Perlakuan teknologi daun kirinyuh anakan meningkat di minggu kesembilan karena penyerapan unsur haranya baru terlihat reaksinya. 4.2.5. Jumlah Umbi. Jumlah umbi kentang dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih banyak dibandingkan POC bioplasma, disebabkan karena banyak kandungan unsur hara makro dan mikro dibandingkan unsur hara bioplasma dalam 1 liter larutan, seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tanaman kentang tidak hanya memerlukan unsur hara makro tetapi juga memerlukan unsur hara mikro walau dalam jumlah
31
yang sedikit, sedangkan unsur tersebut tidak banayak di POC bioplasma sehingga produksi berkurang (Sandoyo, 2010). 4.2.6. Berat Sanpel Umbi Rata-Rata. Berat sampel umbi rata-rata kentang dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih besar dibandingkan POC bioplasma, disebabkan ketersediaan unsur hara makro dan mikro di dalam larutan pupuk organik cair. Setiap sampel memiliki berat yang berbeda karena pemilihan sampel tidak hanya pada tanaman dengan pertumbahan baik, tetapi diambil dari sampel yang pertumbuhannya bagus, sedang dan kurang baik, sehingga menunjukan hasil yang berbeda. 4.2.7. Berat Umbi Terbesar. Berat umbi terbesar kentang dengan perlakuan POC daun kirinyuh lebih besar dibandingkan dengan perlakuan POC bioplasma, karena ketersediaan unsur hara
Total dan
di dalam larutan pupuk organik cair dapat
memperbanyak dan memperbesar umbi pada tanaman kentang. Satu liter larutan daun kirinyuh mengandung bioplasma
Total 0,06 % dan
Total 0,08 % dan
0,77 % dan untuk
0,09 %.
4.2.8. Berat Umbi Keseluruhan. Berat umbi keseluruhan kentang dengan kedua perlakuan ini yaitu 8,75 Kg untuk daun kirinyuh dan 4,15 Kg untuk bioplasma. Hasil ini menunjukan POC daun kirinyuh lebih bagus untuk pertumbuhan tanaman kentang di bandingkan POC bioplasma. Perbandingan kedua perlakuan ini 2 : 1 dapat ditunjukan daun kirinyuh 2 kali lebih banyak menghasilkan produksi umbi dibandingkan bioplasma.
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan tanaman kentang dengan penggunaan POC daun kirinyuh lebih baik dibandingkan menggunakan POC bioplasma yang terlihat dari persentase (%) hidup tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah tangkai daun yaitu masing-masingnya 100 %, 26,9 cm, dan 14 buah, sedangkan jumlah anakan kentang terbanyak terdapat pada penggunaan POC bioplasma yaitu 3 anakan. 2. Jumlah umbi, berat sampel umbi rata-rata, berat umbi terbesar dan berat umbi keseluruhan tertinggi terdapat pada tanaman kentang dengan penggunaan POC daun kirinyuh yaitu masing-masingnya 17 buah, 325 gram, 81,3 gram, dan 8,75 kg. Produksi tanaman kentang paling tinggi terdapat pada tanaman kentang dengan penggunaan POC daun kirinyuh yaitu 8,75 kg dibandingkan produksi kentang akibat penggunaan POC bioplasma yang hanya 4,15 kg. 5.2. Saran. Dalam melakukan budidaya tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disarankan menggunakan POC daun kirinyuh karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi umbi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2015. Pupuk Organik Cair Teknologi Sederhana Pendukung Usaha Tani. Swadaya. Jakarta. Hal 53. Anelida. http://Hama-ulat-tanah(Agrotis ipstilon sp)-pada-tanaman-kentang. (Download 08 Juni 2015). Demango, J. http://Perkembangan-sayuran-kentang-lokal-dan-dunia. (Download 17 Juni 2015). Dewi, H. 2015. Pupuk Organik Cair Daun Kirinyuh. Nuansa. Bandung. Hal 103. Difly, S. 2011. Budidaya Tanaman Kentang Dataran Tinggi dan Dataran Gurun. Gramedia. Medan. Hal 68. FAO. 2002. Pusat Perkembangan Data Produksi Hasil Tanaman Pertanian Manca Negara untuk Dunia. Gunawan, C. 2015. Budidaya Sayuran Umbi Wortel dan Kentang Organik. Swadaya. Jakarta. Hal 86. Handoyo, B. http://Bibit-unggul-kentang-varietas-granola-indonesia). (Download 17 Juni 2015). Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, (2015). Neni, J. 2010. Budidaya Kentang Organik. Gramedia. Medan. Hal 87. Niniek, A. 2010. Perkembangan Saruran Umbi Kentang dan Wortel Nusantara. Swadaya. Jakarta. Hal 117 Phonidi. 2015. Pemanfaatan Teknologi Ramah Lingkungan untuk Pupuk Organik Cair. Nuansa. Bandung. Hal 103. Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 108. Rusdi. 2015. Budidaya Kentang dengan Pupuk Organik Cair Daun Kirinyuh. Gramedia. Medan. Hal 76. Samadi, B. 1997. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta. Hal 90. Sandoyo. 2010. Pupuk Organik Cair Ramah Lingkungan. Bola Bintang Pumblishing. Medan. Hal 216.
34
Saputra, A. http:// Produsen Pupuk Organik Cair Bioplasma. 2015. Semangun. 2000. Kiat Mengatasi Permasalahan Tanaman. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Suhaeni, N. 2010. Petunjuk Praktis Menanam Kentang. Nuansa. Bandung. Hal 52. Sukarmin. 2008. Pupuk Organik Cair Daun Kirinyuh, Paitan Jepang dan Tithonia. Gramedia. Medan. Hal 106.
35
LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan PKPM di Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara.
Pengeluaran Tanah dari Bedengan
Memasukan & Pengolahan Tanah
Bedengan Siap di Olah
Gambar 9. Pengolahan Tanah dan Pembentukan Bedengan
Pupuk Dasar Primaloka
Pemberian Pupuk Dasar
Penyiraman Lahan untuk Penanaman
Gambar 10. Pemberian Pupuk Dasar dan Penyiraman Lahan
Bibit Kentang
Pembuatan Lubang Tanam
Penanaman Kentang
Gambar 11. Penanaman
36
Daun Kirinyuh Kering yang telah di Cincang
Terasi, Molase dan EM 4
Hasil POC Daun Kirinyuh
Mikro organisme (Algae & Bakteri)
Bahan POC Bioplasma yang telah Tercampur
Tangki yang di Pasang Oksigen
Fermentasi POC Bioplasma 21 Hari
Hasil Saringan POC Bioplasma
Hasil Pupuk Organik Cair Bioplasma
Gambar 12. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Penyiraman
Pemupukan Susulan
Pemberian POC Daun Kirinyuh
37
Pemberian POC Bioplasma
Bubur Calivornia, Ekstrak Sirsak & Pestisida Nabati
Penyemprotan
Gambar 13. Pemeliharaan
Umur 14 Hari Setelah Tanam
Umur 28 Hari Setelah Tanam
Umur 42 Hari Setelah Tanam
Umur 56 Hari Setelah Tanam
Umur 70 Hari Setelah Tanam
Panen (Umur ke 85 Hari Setelah Tanam)
Gambar 14. Pertumbuhan Kentang
38
Hama Ulat Tanah Agrotis ipstilon.
Penyakit Phitopthora infestans.
Penyakit Busuk Umbi
Gambar 15. Hama & Penyakit pada Tanaman Kentang
Panen
Pengeringan
Hasil Panen
Pencucian
Peacking
Hasil Produk Pemasaran
Gambar 16. Panen, Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran
39
Lampiran 2. Sejarah Berdirinya Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara.
Taman Simalem Resort merupakan salah satu objek wisata terbaru dan termegah di Provinsi Sumatera Utara, terletak di kawasan bukit Merek, Sidikalang dengan pemandangan danau toba dari sudut pandang yang sangat luas. Taman Simalem Resort didirikan pada tahun 2000 oleh PT Merek Indah Lestari (perusahaan yang terkait dengan Hotel Sibayak Berastagi) Lestari dan Nexus Investment Pte Ltd (perusahaan investasi dari Singapore) di Jalan Raya Merek Sidikalang KM 9, pada ketinggian tempat 1500 mdpl, Kabupaten Karo-Sumatera Utara yang dipimpin oleh bapak Tamin Sukardi. Pada tahun 2000-2006 perusahaan ini gencar melakukan pembangunan dan pengembangan, hingga tahun 2007 mulai dibuka untuk tamu dan umum. Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 ha, yang direncanakan sebagai tujuan wisata pertanian atau agrowisata dan wisata alam atau ekowisata terpadu terbesar di Indonesia. Luas areal ini belum semua termanfaatkan dengan baik, lebih dari 130 ha merupakan hutan yang diperoleh dari rakyat untuk dilestarikan sebagai Buffer Zone (zona penyangga) karena berdampingan dengan kawasan hutan Sibuaten Register 3/K. Lebih dari 25 ha telah ditanami teh, kopi, buah jeruk, markisa, terong belanda, alpukat dan biwa. Buah biwa merupakan buah khas karo yang saat ini keberadaannya kurang diperhatikan, tempat ini akan menjadi daerah pengembangan biwa terbesar di Kabupaten Karo dan Indonesia. Taman ini dilengkapi berbagai fasilitas modern dan rekreasi seperti wisata alam, agrowisata, lounge-cafe, dan resort/villa. Objek wisata ini akan berprospek tinggi karna didukung fasilitas yang sangat modern dengan objek alam yg
40
spektakuler (Danau Toba sebagai danau terbesar di Asia Tenggara & terdalam serta air terjun kembar & hutan alami). Fasilitas-fasilitas Taman Simalem Resort yang memiliki keindahan dan keunikan diantaranya sebagai berikut : 1. Pangambatan Valley (pusat pembibitan bunga dan gazebo tepi sungai untuk berpiknik) 2. Biwa, Markisa & Orange Farm (Kebun buah-buahan yang ditanam secara alami) 3. Kodon-kodon Cafe (Gazebo dengan pemandangan Danau Toba yg indah) 4. Toba Cafe (layanan cepat saji dengan pemandangan lapangan golf) 5. Karo Agrotourism Farm (pusat penelitian & pengembangan sayuran, buah dan bunga) 6. Tongging Cafe (sajian makanan ringan) 7. Management Office (kantor pengelola dan pusat informasi) 8. Jungle Track & Camping Ground (hutan belantara, air terjun kembar, tempat perkemahan) 9. Helipad (area parkir helicopter) Fasilitas-fasilitas yang masih dalam proses pembangunan : 1. Lapangan Golf Gorat Ni Padang (lapangan golf nine-hole ditengah kebun teh dan kopi) 2. Merek Funland (area rekreasi dan hiburan keluarga) 3. Pangambatan Zoopark (taman satwa interaktif dan alami) 4. Waterfall Lodge (hunian eksklusif tepi sungai di dalam hutan alami)
41
5. Tongging Lodge & Convention and Spa (hotel & kos2an dgn fasilitas konvensi) 6. Cable car (transportasi penghubung Taman Simalem ke tepian Danau Toba) 7. One Tree Hill Villa Resort (hunian khusus member) 8. Buddhist Temple (arsitekur vihara Tiongkok Kuno) Taman ini terdiri dari 6 departement (Finance Dept, Accounting Dept, Operational Dept, Agro Dept, Fasilities Dept dan HRD Dept) yang saling bekerja sama satu sama lain. Salah satu departemen yang memiliki peranan penting adalah Agro Dept, yaitu departement yang memiliki beberapa zona seperti Organik, Orange, Intercroping, Coffee, Possion Fruit, Biwa, dan Product & Proses. Zona Organik merupakan salah satu areal penanaman dan pengembangan tanaman buah dan sayur-sayuran.
Areal ini juga digunakan sebagai pusat
penelitian untuk mendapatkan hasil produk pertanian organik yang lebih baik. Zona Orgaik menawarkan pertanian modern namun tetap alami, tanpa pupuk kimia atau bahan kimia lainnya, dan tempat ini bisa menjadi tempat wisata keluarga yang alami dan menarik. Pangambatan Valley Flower Nursery merupakan tempat pengembangan dan pembibitan tanaman hias. Tempat ini menyajikan berbagai jenis bunga mulai dari jenis bunga lokal sampai bunga yang berasal dari manaca negara. Pembibitan tanaman buah seperti jeruk, biwa, markisa juga di kembangkan di tempat ini namun untuk bibit buah taman simalem tidak menjualnya dan hanya membuka untu tamu atau sekedar melihat cara dan bagaiman pembibitan buah-buah tersebut.
42
Lampiran 3. Struktur Organisasi Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara. PT. MEREK INDAH LESTARI ORGANIZATION CHART Board of Commissioner (Tamin Sukardi)
Board of Director
Managing Director
Finance Dept
Accounting Dept
Operational Dept
Agro Dept
Fasilities Dept
HRD Dept
Purchasing
Account Payable
House keeping
Organic
Landscape
Personnel
Purchasing
Account Receiveable
Front Office
Inter croping
Golf
Recruitmen
Logistic
Internal Audit
Food & Beverage Service
Orange
Nursery
Training & Development
Coffee
Bokashi
General Affair
Tea
Park Ranger / Outbound
Security
Food & Beverage Kitchen GRO
Housekeeping Outdoor
Possion Fruit Biwa
M&E Product & Proses
43
Lampiran 4. Peta Areal Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis (Sepriko Herman, A.Md) adalah anak ketiga dari 3 bersaudara yang dilahirkan di Padang, 02 September 1994. Jenjang pendidikan dimulai dari SDN 10 Kota Batu pada Tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1 Gunung Talang pada tahun 2006, kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMK Negeri 1 Gunung Talang pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Program Studi Teknologi Produksi Hortikultura, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Gelar diploma III penulis raih pada tahun 2015 selama 3 tahun. Semasa kuliah semester V (lima) pernah menulis Laporan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Manfaat Mikro Organisme Lokal (MOL) Pelepah Pisang dan Air Beras untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)” Pada semester akhir melaksanakan magang atau PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) di Taman Simalem Resort - PT. Merek Indah Lestari, Sumatera Utara, dan terakhir membuat laporan tugas akhir dengan judul “Perbandingan Penggunaan POC Daun Kirinyuh dengan Bioplasma dalam Budidaya Kentang (Solanum tuberosum L.) di Taman Simalem Resort, Sumatera Utara.”
45