I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan masih menjadi permasalahan utama yang dihadapai oleh bangsa Indonesia, sehingga penanggulangannya tidak dapat ditunda dan menjadi prioritas dalam pelaksanaan pembangunan. Indonesia sebagai negara maritim dengan potensi kelautan dan perikanan yang besar ternyata belum mampu mengatasi kemiskinan yang banyak terjadi di sektor kelautan dan perikanan. Tukiran (2015) mengutip dari berbagai sumber laporan
BPS, Bappenas dan
UNDP menyebutkan bahwa perbandingan penduduk miskin di daerah pesisir lebih besar dibandingkan dengan daerah bukan pesisir. Oleh karena itu mengingat potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki, pemerintah saat ini menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai poin penting dalam pembangunan nasional. Kemiskinan dan permasalahan lainnya kemudian ditindak lanjuti dengan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang diarahkan pada integrasi 3 pilar yaitu kedaulatan, keberlanjutan dan kemakmuran (Pregiwati, 2015). Salah satu wilayah yang identik dengan kemiskinan adalah Kabupaten Gunungkidul. Menurut data BPS Popinsi DIY (2012), Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak di DIY (23%). Disamping itu memiliki wilayah yang paling kering di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan memiliki banyak lahan marjinal. Dengan kondisi yang demikian muncul anggapan bahwa potensi perikanan khususnya perikanan budidaya sulit untuk dikembangkan. Namun menurut Titik Sugiharto (2012) berdasarkan hasil penelitiannya, bahwa Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi 1
untuk dikembangkan budidaya perikanan dengan memanfaatkan air hujan. Dengan lahan budidaya yang luas, teknologi pemanfaatan air hujan dengan paket teknologi kolam terpal dapat meningkatkan produktivitas lahan, keuntungan pembudidayaan dan keberlanjutan produksi lele. Hal tersebut dibuktikan dengan perkembangan perikanan budidaya di Kabupaten Gunungkidul terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul (2012), produksi perikanan budidaya pada tahun 2010 sebesar 3.073,25 ton dan pada tahun 2012 naik menjadi 4.860,31 ton. Produksi perikanan budidaya sebagian besar berasal dari hasil budidaya kolam dan budidaya pada telaga dengan komoditas seperti lele (clarias sp), nila (oreochromis niloticus) dan gurame (ospronemous gourami). Wilayah yang menjadi penghasil ikan budidaya berada di Kecamatan Ponjong, Semin, Karangmojo, dan Playen untuk budidaya kolam dan kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah/bagian selatan Kabupaten Gunungkidul untuk budidaya telaga. (Wardono, dkk. 2013). Pada tahun 2011 jumlah kelompok pembudidaya ikan mencapai 496 kelompok dari sebelumnya 310 kelompok. Sedangkan jumlah unit pembenihan rakyat (UPR) di 2011 mencapai 50 kelompok dari sebelumnya 33 kelompok. Seiring dengan peningkatan produksi dan jumlah pelaku usaha di perikanan budidaya muncul beberapa permasalahan yang terkait dengan sistem usaha perikanan budidaya. Permasalahan yang muncul terkait dengan sistem usaha perikanan, dan menurut pembudidaya ikan setempat permasalahan tersebut disebabkan adanya ketersediaan jumlah benih ikan berkualitas belum mencukupi, 2
teknis budidaya ikan yang tidak sesuai dengam Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB), mahalnya harga pakan dan rendahnya diversifikasi olahan hasil perikanan. Selain permasalahan tersebut diatas, muncul permasalahan lain terkait dengan pemasaran. Budidaya ikan yang dihasilkan oleh masyarakat tidak mampu memenuhi permintaan pasar terkait dengan kuantitas dan kualitas hasil panen. Sementara itu, permintaan kebutuhan ikan seperti nila, emas, gurame dan lele terus meningkat seiring dengan tumbuhnya “wisata kuliner” yang menggunakan ikan hasil budidaya sebagai bahan baku utama. Saat ini telah berkembang 14 unit rumah makan berbahan baku ikan, dengan kebutuhan stok ikan nila sebanyak 1,5 ton minggu. Namun, pasokan bahan baku sebagian besar berasal dari luar Kabupaten Gunungkidul yaitu dari Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten. Disamping itu, belum adanya integrasi kelembagaan antar sub sistem usaha perikanan juga ditengarai menjadi kendala dalam usaha perikanan budidaya di Kabupaten Gunungkidul. Seiring dengan perkembangan usaha budidaya di Kabupaten Gunungkidul serta untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, maka dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh Badan Penelitian Kelautan dan Perikanan (BALITBANG KP) melalui program Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis). Pemberdayaan yang dilakukan oleh KIMBis berbasis pada teknologi dengan memanfaatkan teknologi tepat guna dan hal ini dilakukan karena terjadi gap antara pemilik teknologi dengan pengguna teknologi, di mana teknologi kelautan dan perikanan telah banyak dihasilkan namun tidak dapat memenuhi 3
kebutuhan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan. Beranjak dari penjelasan diatas, keterlibatan banyak pihak yang terkait pada program KIMBis dalam pengembangan perikanan budidaya, membutuhkan peran komunikasi untuk mengorganisasi setiap kebijakan yang dijalankan. Proses komunikasi yang dilakukan oleh KIMBis terus dilakukan dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Proses komunikasi yang dijalankan oleh KIMBis tentunya tidak mudah, muncul berbagai kendala yang dihadapi dalam penyampaian berbagai informasi kepada pemangku kepentingan. Upaya pemetaan pemangku kepentingan, penggunaan pesan, pemilihan media dan mekanisme umpan balik menjadi penting dilakukan agar tercipta komunikasi efektif yang dapat mendukung keberhasilan program. Mensinergikan berbagai kepentingan dan mencari solusi permasalahan secara terintegrasi untuk mewujudkan pengembangan mina bisnis perikanan budidaya merupakan tugas berat, mengingat banyak pemangku kepentingn yang terlibat. Oleh karenanya, diperlukan pemahaman bersama (mutual understanding) antara KIMBis dan pemangku kepentingan untuk mencapai satu tujuan. KIMBis sebagai wadah komunikasi, advokasi dan pendampingan serta konsultasi bagi masyarakat, diharapkan mampu menjembatani masing-masing kepentingan. Selain itu, kejelasan tugas dan fungsi dari struktur pelaksanaan KIMBis juga diperlukan untuk memaksimalkan kinerja program ini. Memastikan bahwa program ini diketahui keberadaanya dan dirasakan manfaatnya oleh pemangku kepentingan menjadi hal penting. Proses komunikasi yang dilakukan oleh KIMBis bersifat dinamis karenanya adanya interaksi dan 4
umpan balik dengan para pemangku kepentingan. Bagaimana KIMBis mensosialisasikan programnya kepada berbagai satuan kerja di bawah lingkup Balitbang KP, Pemda Kabupaten/Kota dan mempersuasi dalam proses pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam KIMBis. Bagaimana KIMBis berkoordinasi dengan pengurus daerah untuk mengatur pelaksanaan kegiataan, bagaimana pengurus KIMBis memberikan akses informasi terhadap kelompok sasaran terkait dengan permasalahan kelautan dan perikanan, bagaimana KIMBis dapat berkoordinasi untuk mengatur perilaku kelompok sasaran dalam penciptaan norma yang disepakati bersama. Bagaimana KIMBis menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung. Bagaimana pengelolaan terhadap media komunikasi yang digunakan serta pengelolaan umpan balik dari kelompok sasaran dengan menyediakan ruang dialog mengingat munculnya resistensi dari pemangku
kepentingan.
Sehingga
dengan
demikian,
KIMBis
perlu
mengkomunikasikan kebijakannya guna mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pemda. Berdasarkan permasalahan diatas, dinamika komunikasi yang terjadi di dalam pengembangan perikanan budidaya oleh KIMBis Kabupaten Gunungkidul menjadi isu penting untuk dikaji. Interaksi dan keterlibatan banyak pemangku kepentingan dan beragamnya kepentingan yang harus disinergikan untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam rangka mencapai tujuan KIMBis. Peneliti akan melihat dinamika komunikasi di dalam KIMBis yang terkait pengembangan perikanan budidaya berupa aktor-aktor yang terlibat dalam KIMBis, pengkomunikasian pesan dan pemilihan media yang digunakan selama 5
ini, umpan balik dan mekanisme yang digunakan. Hal tersebut diatas, dapat memberikan gambaran dinamika komunikasi pada KIMBis dalam penyampaian informasi kepada pemangku kepentingan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan pokok
pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimana Dinamika Komunikasi Dalam Pengembangan Perikanan Budidaya oleh Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) di Kabupaten Gunungkidul?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka dijabarkan beberapa pertanyaan spesifik sebagai berikut : 1. Bagaimana pengkomunikasian pesan yang dijalankan oleh Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul pada seluruh pemangku kepentingan yang terlibat? 2. Siapa saja aktor yang terlibat pada Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul? 3. Bagimana ragam umpan balik dan upaya Klinik IPTEK Mina Bisnis dalam menanggapi umpan balik dari berbagai aktor yang terlibat dalam Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul?
1.3
Tujuan Penelitian : Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian
mengenai dinamika komunikasi dalam pengembangan perikanan budidaya oleh Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul untuk menjelaskan 6
dinamika komunikasi yang terjadi pada suatu program yang dijalankan oleh institusi dan bagaimana mengelola dinamika tersebut, dengan melibatkan berbagai aktor dalam suatu program. Sesuai dengan rumusan permasalahan, maka penelitian dinamika komunikasi bertujuan memetakan dan menganalisis pengkomunikasian pesan yang dijalankan oleh Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul pada seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, selanjutnya memetakan dan menganalisis aktor-aktor yang terlibat; serta memahami beragam umpan balik dari para aktor dan upaya-upaya yang dilakukan oleh Klinik IPTEK Mina Bisnis dalam menanggapi berbagai feedback/umpan balik dari berbagai aktor yang terlibat dalam Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kabupaten Gunungkidul.
1.4
Manfaat Penelitian : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Secara Akademik. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan akademik untuk memperkaya kajian sosial dalam bidang komunikasi pembangunan terkait dinamika komunikasi di sektor kelautan dan perikanan. 2. Secara Praktis. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pembuat kebijakan di sektor kelautan dan perikanan baik di tingkat pusat maupun daerah, tentang proses komunikasi yang hendaknya dijalankan oleh institusi/lembaga untuk mengoptimal kinerjanya guna mencapai tujuan.
7
1.5
Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan dinamika komunikasi telah banyak dilakukan.
Beberapa penelitian dengan fokus dinamika komunikasi di dalam organisasi yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti terdahulu yang disajikan dalam tabel 1. 1.
8
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu Terkait Dinamika Komunikasi No
Penelitian, Judul dan Tahun
Metode
Tujuan
Hasil
1
Dinamika Organisasi Forum Joglo (Studi Kasus Terhadap Dinamika Komunikasi Internal dan Eksternal Organisasi Forum Joglo Kotagede Yogyakarta 2010-2013) (Choirul Fajri, 2013)
Kualitatif
Mengetahui bagaimana dinamika komunikasi internal serta eksternal yang selama ini diterapkan oleh Organisasi Forum Joglo
Dinamika Komunikasi Internal: Telah terbangun struktur komunikasi yaitu bagaimana cara organisasi berkomunikasi dengan para anggotanya maupun anggota dengan anggota. Dalam budaya komunikasi, menempatkan musyawarah sebagai forum untuk berkoordinasi Dinamika Komunikasi Eksternal : Berusaha menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak eksternal organisasi. Hambatan yang dihadapi : masalah keuangan, adanya rangkap jabatan, pendelegasian tugas dan kewajiban dari masingmasing pengurus, serta pelibatan dalam masalah pengambilan keputusan. PTUM mengembangkan rutinitas kharisma yang menjadi nilai yang melembaga.
Mengetahui hambatan serta kendalakendala yang dihadapi dalam dinamika komunikasi baik secara internal dengan OPKP ataupun eksternal yakni dengan masyarakat sekitar.
2
Dinamika Komunikasi Organisasi Dalam Penguatan Budaya Organisasi Keagamaan (Muhammad Najih Farihanto, 2013)
Kualitatif
Melihat dinamika komunikasi organisasi yang terjadi dalam penguatan budaya organisasi di PUTM dan Seminari Tinggi Santo Paulus STSP mengembangkan pola (STSP) demi mencapai tujuan pembinaan dan pendampingan organiasasi. personal, komuniter, unit, tingkat dan basis. 9
No
Penelitian, Judul dan Tahun
Metode
3
The communication dynamics of Turkish CEOs as strategic leaders in change management (Elgiz Yilmas dan Saba Gamze Oral, 2009)
Kualitatf
4
Dynamic of communication in Emergency Management (Jonh C. Dunn, Stephen Lewandowsky dan Kim Kirsner, 2002)
Mix Method
Tujuan
Hasil
Mengetahui metode PUTM Meode di PTUM menggunakan dan Seminari Santo Paulus mengelola pendekatan informal, komunikasi komunikasi organisasi dalam vertikal ke bawah dan tidak ada penguatan umpan balik pesan. budaya organisasi, serta tinjauan secara filosofis mengenai budaya Metode di STSP menggunakan organisasi di pendekatan secara formal, kedua organisasi tersebut komunikasi vertikal dan horizontal Mengetahui bahasa yang digunakan Penggunaan beberapa kata oleh pemimpin puncak perusahaan di memiliki hubungan langsung Turki selama proses perubahan dengan komponen perubahan organisasi organisasi. Menguasai komunikasi dan bahasa menjadi karakteristik penting seorang pemimpin untuk menghadapai perubahan. Menguji faktor-faktor yang mengatur Faktor tugas tertentu yang berkaitan dinamika komunikasi antara anggota dengan karakteristik tugas tim manajemen darurat dalam manajemen darurat yang cenderung tumpahan kimia yang berbahaya. konstan di situasi yang berbeda, dan faktor-situasi tertentu yang berkaitan dengan karakteristik unik dari situasi saat ini menentukan pola komunikasi antara anggota tim inti. Pertukaran verbal berkorelasi dengan terjadinya peristiwa kritis.
10
Mencermati hasil penelitian terdahulu, maka dapat diidentifikasikan posisi penelitian yang akan dilakukan. Keaslian penelitian ini terletak pada beberapa hal, yaitu : 1. Penelitian dinamika komunikasi dikaitkan dengan proses komunikasi dalam pengkontruksian pesan dan mekanisme umpan balik pengembangan perikanan budidaya. 2. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, di mana sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian tentang dinamika komunikasi KIMBis di Kabupaten Gunungkidul.
11