I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kontribusi sektor pertanian terhadap petumbuhan ekonomi nasional selalu
menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan di suatu negara, dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Namun, kondisi sektor pertanian di Indonesia saat ini masih belum stabil. Sehingga Pembangunan pertanian adalah hal penting yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi pertanian di Indonesia. Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan potensi, daya dukung lahan, untuk berbagai komoditi (Flamboyan 108, 2010). Pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang makin kompleks seiring dengan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian, penurunan kualitas sumber daya ginetik, dan persaingan global (BPPP, 2014). Di Bali, Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama dalam pembangunan pertanian. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka permintaan pangan terus meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan pangan. Selain itu, perlahanlahan terjadi pergeseran pola masyarakat ke arah yang lebih konsumtif (Budiari, 2013). Perubahan pola hidup ini menyebabkan masyarakat yang dulunya memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga mulai ditinggalkan. Selain itu, tantangan lainnya berupa pemanasan global yang
1
2
berdampak pada perubahan iklim. Ditambah lagi dengan terbatasnya areal pertanian yang menyebabkan ketahanan pangan semakin menipis. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan (Deptan, 2011). Ketahanan pangan dapat terwujud dengan upaya pemenuhan pangan yang sehat dan bergizi pada rumah tangga adalah hal yang paling utama. Mewujudkan ketahanan pangan dimulai dari setiap rumah tangga yang diharapkan dapat mengoptimalisasi sumberdaya yang dimiliki, termasuk pekarangan dalam menyediakan pangan bagi keluarga (Budiari, 2013). Salah satu upaya membangun ketahanan pangan adalah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Dengan pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi rumah tangga. Kebijakan kementrian dalam upaya membangun Kemandirian pangan dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian berupa Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kawasan Rumah Pangan Lestari merupakan upaya pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu kawasan dengan tujuan menyediakan pangan keluarga yang beragam, gizi seimbang dan aman melalui pemanfaatan teknologi inovatif, diantaranya
3
pengolahan limbah (kotoran) ternak untuk pupuk, penggunaan sampah rumah tangga menjadi Mikro Organisme Lokal (MOL). KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil (Deptan, 2011). Untuk itu, berbagai ragam tanaman jenis hortikultura diprioritaskan dan dalam program KRPL juga dikembangkan unggas, ternak kecil dan ikan. Program KRPL dilaksanakan di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar dibawah binaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Pelaksanaan program ini dimulai dari tahun 2012 hingga saat ini masih berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu rumah tangga. Untuk memudahkan komunikasi mereka membentuk suatu Kelompok Wanita Tani (KWT). Maka dari itu keberadaan dan partisipasi KWT sangat berperan penting untuk menunjang keberhasilan program ini. Program KRPL di Dusun Cengkilung di ikuti oleh 20 anggota dengan nama KWT Pangan Sari. Anggota kelompok memiliki pekerjaan yang beragam mulai dari ibu rumah tangga, buruh tani dan pegawai swasta. Namun semua anggota memiliki komitmen yang sama ingin memajukan Dusun mereka melalui program KRPL (Suyasa dan Budiari, 2012). Salah satu inovasi teknologi yang diaplikasikan pada kegiatan ini adalah menerapkan pola budidaya secara organik. Mulai dari pembibitan, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit dilakukan dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik didapatkan melalui kerjasama antara Kelompok Pangan Sari dengan bimbingan dari BPTP Bali untuk pengolahan kotoran hewan ternak menjadi pupuk organik. Sampai saat ini
4
program KRPL masih berlanjut dengan perkembangan yang semakin bagus, karena anggota KWT turut mengembangkan KRPL secara individu di pekarangan rumah masing-masing. Selain peran aktif BPTP Bali, KWT Pangan Sari juga memiliki peran dan tanggung jawab dalam melaksanakan progam tersebut, sehingga partisipasi kelompok sangat mutlak diperlukan. Namun, masih ada beberapa hal yang belum disadari oleh banyak pihak. Menurut Soetrisno (1995), partisipasi sering dipahami secara keliru dan sepihak. Para perencana pembangunan, pemerintah dan aparatnya memahami partisipasi sebagai dukungan yang harus diberikan oleh rakyat pada keputusan, rencana pembangunan yang sudah diputuskan dari atas (top-down). Partisipasi top-down adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah sebagai pemberi gagasan awal, dalam hal ini pemerintah berperan lebih dominan mengatur jalannya program yang berawal dari perencanaan hingga poses evaluasi, sehingga peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. Salah satu kelemahan dari sistem top-down adalah terjadinya ketidakseimbangan antara apa yang diberikan oleh pemerintah dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Melihat kelemahan sistem top-down, maka pembangunan sebagai proses menuju kesejahteraan masyarakat seharusnya menerapkan pola partisipasi bottomup. Bottom-up adalah perencanaan yang dilakukan masyarakat. Masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu program. Berdasarkan hal tersebut partisipasi sangat berperan penting dalam sebuah program, termasuk partisipasi KWT Pangan Sari pada program KRPL.
5
Dalam berpartisipasi setiap anggota mempunyai bentuk partisipasi sebagai keterlibatan dan keikutsertaan anggota dalam mengembangkan program KRPL. Maka perlu dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi KWT Pangan Sari dan kendala-kendala yang dihadapi KWT Pangan Sari dalam melaksanakan program KRPL di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut. 1.
Bagaimana tingkat partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari ?
2.
Apa kendala-kendala yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam mengikuti program Kawasan Rumah Pangan Lestari?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dua hal sebagai berikut. 1.
Untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
6
2.
Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam mengikuti program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
1.4
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut. 1.
Bagi anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari, penelitian ini dapat menambah pengetahuan sejauh mana anggota kelompok harus berpartisipasi dalam mendukung program Kawasan Rumah Pangan Lestari atau kebijakan pemerintah.
2.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam hal keterkaitan antara partisipasi anggota kelompok, pertanian, serta Kawasan Rumah Pangan Lestari. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitianpenelitian selanjutnya.
3.
Bagi mahasiswa, dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan pada kehidupan nyata dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Pertanian Universits Udayana.
4.
Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang terbatas pada tingkat
partisipasi dan kendala yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Pangan Sari dalam menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Tingkat partisipasi yang diukur dilihat dari bentuk partisipasi (partisipasi finansial, partisipasi material, partisipasi jasa, partisipasi moral), sedangkan kendalakendala yang dihadapi petani dilihat dari aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek sosial.