I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada dasarnya anak adalah anugrah pemberian terindah dari tuhan yang diberikan melalui sebuah ikatan perkawinan. Anak adalah bukan orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan manusia yang oleh karena kondisinya belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang maka segala sesuatunya berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.1 Sebagai orang tua sudah seharusnya menjaga dan membimbing seorang anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak-anak memerlukan pemeliharaan dan perlindungan khusus dari orang tuanya. Namun pada masa kini ada orang tua yang tega melakukan penganiayaan terhadap anak-anak, bahkan tak jarang penganiayaan itu dilakukan oleh sang ibu kandungnya, hal ini dilihat dari kenyataan banyaknya kasus penganiayaan yang dilakukan pada seorang anak oleh ibu kandungnya sendiri akhir-akhir ini.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, berpartisipasi, berkembang, dan berhak atas perlindungan dari tindak pidana dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial,dan berakhlak
1
Suryana. Keperawatan anak untuk siswa. Jakarta. BGC. 1996. hlm.33
2
mulia. Mengupayakan perlindungan dan kesejahateraan anak perlu dilakukan dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta perlakuan tanpa diskriminasi, untuk mewujudkannya, diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang undangan yang dapat menjadi pelaksanaannya. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam UUD 1945 dan Kovensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.
Usaha perlindungan terhadap anak telah cukup lama dibahas baik di Indonesia maupun di dunia Internasional. Sejak tahun lima puluhan perhatian kearah terwujudnya peradilan anak telah timbul dimana-mana. Perhatian terhadap masalah perlindungan anak ini tidak akan pernah berhenti, karena disamping masalah universal juga karena dunia ini akan selalu diisi oleh anak-anak. Sepanjang dunia tidak sepi dari anak-anak, selama itu pula masalah tentang anak akan selalu dibicarakan. Perhatian akan perlunya perlindungan khusus bagi anak berawal dari Deklarasi Jenewa tentang Hak-Hak Anak Tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of Human Right Tahun 1958. Bertolak dari itu kemudian pada tanggal 20 November 1958 Majelis Umum PBB mengesahkan Declaration of Human Rights of The Child/ Deklarasi hak-hak anak.2
Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa anak adalah termasuk subyek dan warga negara yang berhak atas perlindungan hak konstitusionalnya dari serangan orang lain, serta termasuk juga untuk menjamin peraturan perundang-undangan yang memang mendukung pada hak-hak anak.
2
Ismail. Hak-hak Anak. 20 April 2013. www.hukumonline.com, ( jam 10.15 WIB )
3
Namun tetap saja masih banyak orang tua terlebih seorang ibu yang mungkin tidak menyadari dari arti penting pasal tersebut.
Contoh seperti kasus yang terjadi pada, Selasa 31 Maret 2009, di Jln. Ikan Kiter, Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan (TbS, Bandar Lampung). Gusti Rahayu seorang ibu yang tega membakar anak kandungnya, Sofiana(6). Korban menderita luka bakar mulai ujung kepala sampai punggung, serta kedua tangannya. Pelaku mengaku sangat marah ketika korban menolak berangkat kesekolah. Pelaku juga menuturkan, aksi nekatnya itu dipicu impitan ekonomi. Alasannya, Syaiful (35), suaminya, sudah tiga hari tidak memberikan uang belanja kepadanya. Pelaku menceritakan, sebelum dibakar, tubuh korban terlebih dahulu disiram dengan minyak tanah dalam jeriken yang ada di dapur. Setelah itu, ia membakar korbannya dengan menggunakan korek gas. Diduga motif penganiayaan ini karena adanya pengaruh tekanan psikologi yang dialami pelaku karena himpitan ekonomi.3
Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri juga dialami oleh Nanda Nadiya Safitri seorang anak berumur 9 tahun di Bogor, Jawa Barat, yang dianiaya oleh Gusniar yang merupakan ibu kandungnya sendiri hingga seluruh tubuhnya babak belur dan kepalanya harus dijahit. Korban juga disekap selama tiga hari. Korban harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor, Jawa Barat karena luka lebam dan patah tulang rusuknya akibat hantaman benda tumpul diseluruh tubuhnya. Kepala korban bahkan harus menerima jahitan karena dipukul balok kayu papan congklak.
3
Alan. Ibu bakar anak kandung. 2 April 2013. www.radarlampung.co.id.( jam 19.15WIB)
4
Diduga korban dianiaya karena himpitan ekonomi yang harus ditanggung sang ibu setelah ditinggal pergi suaminya.4
Kasus lainnya terjadi di Ternate, Maluku Utara, Pasangan suami istri Mei dan M Yani ditangkap polisi, lantaran kerap menganiaya anak kandungnya sendiri (Rava), hingga lima jari tangankanan anaknya nyaris putus. Pasangan suami isteri ini menyiksa anaknya yang baru berusia empat tahun tersebut dengan memaksa sang anak untuk memasukkan tangan ke dalam air panas. Direktur Lembaga Perlindungan Anak (LPA) setempat melihat langsung kondisi korban dan membawanya ke kantor polisi. Di hadapan polisi, tersangka Mei ibu tujuh anak ini, mengatakan bahwa Rava dikenal sebagai anak yang nakal di lingkungan mereka. Ia mengaku memaksa Rava mencelupkan tangan kanannya ke dalam air panas yang masih mendidih. Korban yang merupakan anak ke lima pasangan dari M yani dan Mei ini mengaku kejadian tersebut dilakukan ibu kandungnya saat dirinya meminta uang untuk membeli sepatu, dan kaos kaki guna keperluan sekolah. Namun uang yang bukan di berikan tetapi tangannya dicelup ke dalam air panas yang masih mendidih.5
Berdasarkan kasus-kasus ini maka dapat dilihat adanya faktor-faktor penyebab seorang ibu melakukan tindak pidana terhadap anak kandungnya sendiri, seperti faktor ekonomi dan juga tekanan psikologis seperti yang dialami oleh Gusniar setelah ditinggalkan pergi oleh suaminya. Upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak 4
Suhendri. Ibu menganiaya anak. 2 April 2013.www.indosiar.com/patroli (jam 20.20 WIB) Agus Budi. Orang Tua aniaya Anak. 21 April 2013. http://news.okezone.coms. (jam 11.11 WIB)
5
5
kandungnya lebih dioptimalkan pada upaya penanggulangan secara penal yang bersifat represif.
Baik upaya penanggulangan secara penal dan non penal biasanya ditemui faktor penghambat, seperti para ibu cenderung lebih tertutup kepada masalah yang mereka alami sehingga keluarga ataupun orang terdekat terkadang tidak mengetahui masalah yang dialaminya. Upaya penyuluhan atau konseling yang dilakukan oleh PPA tidak memberikan antusiasme yang tinggi kepada masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat banyaknya faktor-faktor yang mendasari seorang ibu melakukan tindak pidana penganiayaan, baik dari segi hukum maupun sosial masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: "Analisis Kriminologis Terhadap Penyebab Penganiayaan Ibu Kepada Anak Kandungnya”
B.
Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.
Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : a.
Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penganiayaan yang dilakukan ibu terhadap anak kandungnya ?
b.
Bagaimanakah upaya untuk menanggulangi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan ibu kepada anak kandungnya ?
6
2.
Ruang Lingkup
Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah sesuai dengan yang penulis maksud, maka sangat penting dijelaskan terlebih dahulu batasan-batasan atau ruang lingkup penelitian termasuk kedalam kajian Hukum Kriminologi. Substansi skripsi ini ialah menitik beratkan faktor-faktor penyebab ibu melakukan tindak pidana, khususnya dalam tindak pidana penganiyaan. Peneltian ini dilakukan tahun 2013. Daerah penelitian juga penulis hanya membatasi di wilayah Polresta Bandar Lampung.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya tindak pidana penganiayaan yang dilakukan ibu kepada anak kandungnya.
b.
Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana penganiayaan yang dilakukan ibu kepada anak kandungnya.
2. Kegunaan Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut : a.
Secara teoritis, untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum dan memperluas wawasan keilmuan penulis agar dapat dipakai sebagai kajian dalam menentukan langkah kebijaksanaan guna
7
menanggulangi masalah penganiayaan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya. b.
Secara praktis, dapat memberikan sumbangan pikiran bagi aparat penegak hukum pidana, khususnya dalam kasus penganiayaan yang dilakukan ibu terhadap anak kandungnya.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1.
Kerangka Teoritis
Terhadap tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam pasal 351-356 KUHP. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.6 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana penganiayaan, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Abdul Syani7, yaitu :
1. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya mental dan anomi. b. Sifat umum, dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu : umur, gender, kedudukan didalam masyarakat, pendidikan, dan hiburan. 2.
Faktor eksternal, antara lain : a. Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun keadaan ekonominya rendah.
6 7
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.1986.hlm. 123. Abdul Syani.Sosiologi Kriminalitas. Bandung. Ramadja karya.1987. hlm. 44-52
8
b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama. c. Faktor bacaan, dipengaruhi oleh bacaan/buku yang dibaca. d. Faktor film, dipengaruhi oleh film/tontonan yang disaksikan.
Upaya penanggulangan suatu tindak pidana penganiayaan dalam konteks kriminologis, penulis menggunakan teori penanggulangan tindak pidana, Penanggulangan kejahatan ditetapkan dengan cara : a. Penerapan Hukum Pidana (Criminal Law Application) b. Pencegahan tanpa Pidana (Preventiob Without Pinishment) c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa.8
Pada
butir
(1)
menitik
beratkan
pada
upaya
yang
bersifat
represif
(penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi dalam sarana Penal, sedangkan pada butir (2 dan 3) menitik beratkan pada upaya yang bersifat Preventif (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi dikelompokkan dalam sarana non penal.
Selain itu juga dilakukan melalui sarana non penal, seperti tindakan preventif dari masyarakat untuk tidak menjadi korban kejahatan penganiayaan, peneranganpenerangan melalui media cetak dan elektronik sebagai sarana informasi lainnya, meningkatkan norma, keimanan dan ketakwaan serta memperkuat norma-norma agama.
8
Barda Nawawi Arief.Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 1996.hlm.61.
9
3.
Konseptual
Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsepkonsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin atau yang diteliti.9
Berikut ini dibahas mengenai konsep atau arti dari beberapa istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi: a.
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya).10
b.
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan ilmiah tentang: a) perumusan sosial pelanggaran hukum, penyimpangan sosial, kenakalan, dan kejahatan; b) polapola tingkah laku dan sebab musabab terjadinya pola tingkah laku yang termasuk dalam kategori penyimpangan sosial, pelanggar hukum, kenakalan, dan kejahatan yang ditelusuri pada munculnya suatu peristiwa kejahatan, seta kedudukan dan korban kejahatan dalam hukum dan masyarakat; d) pola reaksi sosial formak, informal, dan non-formal terhadap penjahat, kejahatan, dan korban kejahatan. Dalam pengertian tersebut termasuk melakukan penelitian ilmiah terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia, serta usaha Negara dalam mewujudkan hak-hak asasi manusia dan kesejahteraan sosial.11
c.
Penganiayaan berasal dari kata dasar “aniaya” yang secara bahasa mempunyai arti menyiksa, mempersakiti dengan bengis. Kemudian kata dasar tersebut mendapatkan imbuhan pe –an sehingga menjadi penganiayaan yang
9
Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm. 132. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm.43. 11 MuhammadMustofa. Kriminologi.Depok. FISIP UI PRESS. 2007.hlm.14. 10
10
berarti
perlakuan
sewenang-wenang
(penyiksaan,
penindasan
dan
sebagainya).12 d.
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilanibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (Biologis) dari seseorang yang megisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak).13
e.
Anak Kandung adalah sebuah ungkapan yang aartinya Anak yang terlahir dari benih atau rahim sendiri. Anak yang terlahir dari benih atau rahim sendiri diistilahkan sebagai Anak Kandung. Jadi arti Anak Kandung adalah Anak yang terlahir dari benih atau rahim sendiri. Kata Istilah Anak Kandung merupakan ungkapan resmi dalam bahasa Indonesia.14
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis menguraikan secara garis besar materi yang dibahas dalam skripsi ini dalam sistematika sebagai berikut: Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis menguraikan secara garis besar materi yang dibahas dalam skripsi ini dalam sistematika sebagai berikut:
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989. hlm. 40. 13 Rudi Widodo. Pengertian Ibu. http//:id.wikipedia.org/wiki/ibu (jam 11.04 WIB) 14 Imam. Arti anak kandung. http://keju.blogspot.com/1970/01/arti-istilah-ungkapan-anakkandung-kamus-ungkapan-bahasa-indonesia.html (jam 11.30 WIB)
11
I.
PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab yang membahas tentang pengertian kriminolgis, pengertian penganiayaan dan pasal apa yang mengatur penganiayaan.
III. METODE PENELITIAN Merupakan bab yang menjelaskan metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh dan mengolah data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor penyebab ibu melakukan penganiayaan kepada anak kandungnya dan upayaapa saja yang dilakukan pihak terkait guna menanggulangi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak kandungnya, baik secara penal maupun non penal.
12
V. PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup dan memuat kesimpulan secara rinci dari hal penelitian dan pembahasan serta memuat saran penulis dengan permasalahan yang dikaji.