1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak–anak, remaja, dewasa, dan tua. Masa dewasa inilah manusia menetapkan keputusan besar dalam hidupnya salah satunya yaitu menikah. Perkawinan sendiri merupakan jenjang kehidupan yang harus dilalui oleh setiap orang. Agama Hindu memiliki tahapan untuk mewujudkan empat tujuan hidup itu disebut dengan catur asrama. Tahap brahmacari asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mendapatkan dharma. Grhasta asrama memprioritaskan mewujudkan artha dan kama. Wanaprasta asrama dan sanyasa asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mencapai moksa. Perkawinan atau wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hidup grhasta asrama. Tugas pokok dari grhasta asrama menurut lontar Agastya-Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut "yatha sakti kayika dharma" yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan dharma. Seorang grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan dharma dalam kehidupan ini Agastya-Parwa sekanda V.14.7
.
Banyak daerah, khususnya bagi umat hindu di Bali, pelaksanaan perkawinan juga akan diwarnai oleh berlakunya hukum adat, karena antara adat dan agama sulit
2
dipisahkan, hukum perkawinan juga sangat dipengaruhi oleh hukum keluarga yang masih dikuasai oleh hukum adat. Sistem kekeluargaan purusa (patrilineal) yang dianut dalam hukum adat keluarga bali (dresta bali) sangat penting pengaruhnya terhadap hukum perkawinan bagi umat hindu bali. Pengaruh tersebut sangat jelas tampak terhadap bentuk-bentuk perkawinan Wayan Windia (2013 :20). Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Sution Usman,2000:21). Berdasarkan pendapat di atas maka dijelaskan juga oleh Wayan Windia (2013 :27) perkawinan masyarakat Hindu Bali ada tiga jenis yaitu : Mematik/meminang : dimana pihak laki-laki meminta kepada orang tua pihak perempuan untuk menikahkan anak laki-laki mereka dengan anak gadis dari pihak perempuan. Menikah dengan cara telah dijodohkan yakni pertalian hubungan karena dijodohkan atau dikehendaki oleh pihak kedua orang tua tanpa sepengetahuan pihak si gadis atau jejaka Ngelayat/Ngerorod atau Kawin Lari, merupakan pernikahan yang dilaksanakan karena tidak adanya restu dari orang tua perempuan, sehingga pada akhirnya diambillah keputusan untuk melaksanakan ngerorod (kawin lari). Sesuai tradisi adat bali yang menganut garis patrilineal (menurut garis keluarga laki-laki, patrilineal), maka ketiga bentuk pernikahan tersebut seluruhnya diselenggarakan oleh pihak keluarga pengantin laki-laki. Pernikahan ngerorod merupakan tradisi pernikahan yang paling sering digunakan pada pernikahan masyarakat hindu bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Pernikahan ngerorod selalu
3
digunakan pada setiap pernikahan karena dianggap sebagai cara yang lebih baik dan mudah untuk digunakan dibandingkan dengan jenis pernikahan lainnya. Beberapa alasan yang membuat masyarakat hindu bali melaksanakan pernikahan ngerorod adalah: 1.
Perbedaan kasta antara pihak wanita dengan pihak laki-laki, di mana kasta calon pengantin wanita lebih tinggi dibandingkan dengan kasta calon pengantin laki-laki sehingga ritual perkawinan harus mengikuti perubahan status.
2.
Tidak adanya restu dari orang tua pihak wanita dikarenakan berbagai faktor dari segi ekonomi, pendidikan, dan status sosial. (Wawancara, tetua adat Banjar Terta Yoga , tanggal 16 November 2014)
Masyarakat hindu bali memiliki tradisi pernikahan ngerorod dikarenakan berbagai faktor di atas. Kebanyakan pernikahan ngerorod dilaksanakan karena tidak adanya restu orang tua pihak wanita karena adanya kesenjangan antara calon pengantin wanita dengan calon pengantin laki-laki seperti halnya pernikahan sembambangan (kawin lari) dalam masyarakat adat lampung yang dilaksanakan karena tidak adanya restu dari orang tua pihak perempuan. Penggunaan pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah sudah pudar bahkan tidak digunakan lagi. Berikut adalah bukti data mengenai pudarnya pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah:
4
Tabel 1. Data Jumlah Pernikahan Ngerorod di Banjar Terta Yoga Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tahun Jumlah Pernikahan 2008 15 2009 16 2010 10 2011 12 2012 20 2013 13 2014 10 Jumlah 96 Sumber data: Tetua Adat Banjar Terta Yoga
Melaksanakan Ngerorod 5 3 2 1 11
Data di atas diperoleh dari tetua adat Banjar Terta Yoga Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Tetua adat merupakan pengurus adat yang sudah tidak menjabat dan masih memiliki pengaruh di Banjar (dusun). Tetua adat dan ketua adat adalah orang yang wajib hadir pada acara-acara adat masyarakat hindu bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah terutama untuk acara pernikahan. Suatu pernikahan yang tidak mendapatkan restu dari orang tua pihak perempuan dapat dilaksanakan dengan pernikahan ngerorod, namun kini pernikahan yang dianggap dapat menjadi solusi dari permasalahan dalam pernikahan, tidak digunakan lagi. Berkurangnya bahkan tidak digunakannya lagi tradisi pernikahan ngerorod tidak menutup kemungkinan terjadinya pernikahan berbeda kasta dan pernikahan tanpa persetujuan orang tua pihak perempuan, justru semakin banyak pernikahan yang melanggar norma yaitu pernikahan berbeda kasta. Cara pandang masyarakat terhadap pernikahan ngerorod berubah seiring perkembangan zaman sehingga tradisi pernikahan ngerorod yang merupakan pernikahan tanpa restu orang tua dari pihak perempuan di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah, telah pudar bahkan tidak digunakan lagi.
5
Hakekatnya kebudayaan mempunyai sifat dinamis namun juga statis. Sifat dinamis yang dimaksut adalah dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sifat statis adalah esensi kebudayaan itu sendiri yang tidak dapat berubah sampai kapanpun Koentjaraningrat (2009). Tradisi pernikahan ngerorod merupakan budaya yang bersifat dinamis dimana, seiring berjalannya waktu mengalami kepudaran dalam penggunaanya namun, bersifat statis dimana esensi atau makna dari pernikahan ngerorod tidak pernah berubah. Pendekatan kewilayahan Geografi, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya (Yunus, 2001). Tradisi yang tetap digunakan di daerah asal setelah berpindah ke daerah yang baru mengalami perubahan dan pudar dan dapat dikaji dengan pendekatan Geografi. Berdasarkan latar belakang di atas, dimaksudkan untuk mengadakan penelitian guna mengetahui lebih jauh mengenai “Pudarnya Penggunaan Tradisi Pernikahan Ngerorod pada Masyarakat Bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.”
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah melakukan pendataan tentang penggunaan tradisi pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Hasil dari pendataan tersebut kemudian digunakan untuk analisis “Pudarnya Tradisi Pernikahan Ngerorod pada Masyarakat Bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.”
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah pudarnya tradisi pernikahan ngerorod pada Masyarakat Bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah karena adanya konsesus? 2) Apakah pudarnya tradisi pernikahan ngerorod di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah karena adanya pernikahan campuran (amalgamasi)? 3) Apakah pudarnya tradisi pernikahan ngerorod di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah karena tingkat pendidikan yang lebih baik?
D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk: 1) Untuk mengkaji adanya konsesus yang memudarkan tradisi pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram kabupaten Lampung Tengah. 2) Untuk mengkaji pernikahan campuran (amalgamasi) yang memudarkan tradisi pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. 3) Untuk mengkaji tingkat pendidikan yang lebih baik yang memudarkan tradisi pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
7
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain: 1.
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2.
Untuk mengetahui pudarnya tradisi pernikahan ngerorod pada masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan wawasan, ilmu pengetahuan, dan menambah informasi tentang pernikahan ngerorod yang terjadi pada masyarakat bali.
4.
Menambah pengetahuan pada mata kuliah Geografi Budaya di Program studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5.
Dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar dalam ilmu pengetahuan sosial, khususnya pada pembahasan kebudayaan.
F. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1.
Ruang lingkup objek penelitian adalah pudarnya penggunaan tradisi pernikahan ngerorod dalam masyarakat adat suku bali.
2.
Ruang lingkup subjek penelitian adalah tokoh masyarakat dan masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
8
3.
Ruang lingkup tempat penelitian adalah Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
4.
Ruang lingkup waktu penelitian: Tahun 2015.
5.
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi budaya. Menurut Ekblaw dan Mulkerne, Geografi budaya yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita amati. Geografi budaya merupakan bagian dari Geografi Manusia yang objek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termasuk aktivitas atau prilaku manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Penelitian ini, Geografi Budaya berhubungan dengan aktivitas kebudayaan khususnya ngerorod (kawin lari) yang dilakukan oleh masyarakat bali di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.