I. PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian. Jagung juga menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir di dalam sistem agribisnis (BPTP, 2006). Jagung merupakan komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan karena selain dapat digunakan sebagai pangan sumber karbohidrat dan protein juga penting artinya sebagai bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Kebutuhan jagung di Indonesia pada tahun 2004 cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering pertahun. Adapun konsumsi jagung terbesar untuk pangan dan industri pakan ternak. Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung (Purwono dan Hartono, 2007). Produksi jagung meskipun meningkat setiap tahunnya namun masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga memerlukan import sebanyak 400.000 ton tahun 2005 dan 600.000 ton pada tahun 2006 (BPTP, 2006). Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil jagung, namun produksi jagung di Sumatera Utara masih tergolong rendah dibanding provinsi lain di Indonesia. Perluasan areal dan produksi jagung tidak menunjukkan nilai yang cukup berarti dalam tahun 2002-2006.
1 Universitas Sumatera Utara
2
Produksi jagung tahun 2002 – 2006 di Kabupaten Deli Serdang 80.492 ton dengan luas panen 24.247 ha dan produktifitas 33,20 kw/ha (Biro Pusat Statistik, 2004). Pada tahun 2006 produksi jagung di Kabupaten Deli Serdang 65.015 ton dengan luas panen 19.027 ha dan produktifitas 34,17 kw/ha (Biro Pusat Statistik, 2006). Produksi jagung di Kabupaten Deli Serdang mengalami fluktuasi produksinya. Namun dibanding daerah lain kabupaten ini tergolong rendah produksinya (Biro Pusat Statistik, 2006). Salah satu daerah sentra pengembangan jagung di dataran rendah di Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang yang produksinya tergolong rendah dibanding dengan Kabupaten lainnya. Pengembangan produksi jagung di Kabupaten Deli Serdang umumnya dilakukan pada lahan Inceptisol. Kendala yang dihadapi pada tanah Inceptisol antara lain tingkat kesuburan yang rendah dengan karakteristik pH rendah dan ketersediaan unsur hara N, P, K rendah (Kasno, Setyorini dan Tuberkih, 2006). Peningkatan produksi jagung khususnya di Kabupaten Deli Serdang dapat dilakukan melalui penggunaan varietas jagung introduksi yang adaptif dan pengelolaan hara. Perbaikan tingkat ketersediaan hara akan meningkatkan adaptasi varietas- varietas jagung introduksi. Varietas memiliki adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan tumbuh, termasuk tingkat kesuburan tanah. Tanah Inceptisol merupakan tanah dengan kondisi kesuburan rendah dan pH rendah sehingga diperlukan varietas yang memiliki adaptasi yang baik pada kondisi tersebut. Selama ini petani di Kabupaten Deli Serdang menggunakan varietas hibrida yaitu Pioneer 12 (potensi hasil 10-12 ton/ha),
Universitas Sumatera Utara
3
Pioneer 23 (10,5 ton/ha), dan NK 22 (10,47 ton/ha), tetapi pada kenyataannya hasil yang diperoleh di lapangan hanya mencapai 8-9 ton/ha. Varietas Lokal yang biasa digunakan adalah Arjuna (5-6 ton/ha). Namun varietas lokal tersebut sudah jarang digunakan, petani lebih banyak menggunakan varietas hibrida. Varietas jagung memiliki latar belakang genetik yang luas sehingga masih mungkin mendapatkan varietas unggul dengan cara menyeleksi dari populasi varietas pada berbagai lingkungan. Pemilihan lingkungan yang tepat akan mempercepat waktu mendapatkan varietas jagung yang unggul. Hasil penelitian Ruhiyat, dkk., (2007), menunjukkan bahwa terdapat interaksi genotip dengan lingkungan tumbuh untuk parameter bobot 100 biji dan jumlah biji per tongkol. Berdasarkan analisis adaptasi, terdapat hibrida-hibrida yang mempunyai adaptasi yang baik disetiap lokasi pengujian untuk karakter-karakter yang diuji yaitu bobot biji pipilan kering, bobot 100 biji dan jumlah biji per tongkol. Pada dasarnya potensi hasil varietas tanaman jagung yang ditanam di Kabupaten Deli Serdang tersebut akan tercapai bila diberi pemupukan yang cukup karena jagung adalah tanaman yang banyak membutuhkan hara N, P dan K. Sebagai gambaran umum, untuk setiap ton hasil biji, tanaman membutuhkan 27,4 kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 K (Cooke,1985dalam Arianti dkk2008). Angkutan hara yang besar tersebut, sebagian harus dicapai dari pemberian pupuk yang jumlahnya dapat bervariasi, sangat tergantung pada kondisi tanah, iklim, air, varietas (genetik) dan manajemen yang menentukan tingkat pertumbuhan tanaman.Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman maka perlu dilakukan pemupukan secara effisien. Faktor yang menyebabkan timbulnya masalah
Universitas Sumatera Utara
4
pemupukan adalah dosis yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dan karakteristik tanah. Hal ini menyebabkan unsur hara yang diberikan tidak dapat tersedia dengan baik. Selama ini pengelolaan hara N, P dan K di lahan pertanaman jagung dilakukan petani berdasarkan anjuran pemerintah dan dosis yang telah digunakan petani sesuai dengan kebiasaannya, sedangkan dosis berdasarkan PTT (pengelolaan tanaman terpadu) belum sepenuhnya dilaksanakan. Metode PTT dan PUTK (perangkat uji tanah kering) dapat meningkatkan daya adaptasi dan produktifitas tanaman karena bersifat spesifik lokasi. Disamping itu amandemen juga berperan dalam pengelolaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman dapat memperbaiki sifat kimia tanah dan meningkatkan ketersediaan hara pupuk. Adapun jenis amandemen yang diberikan yaitu pupuk organik (kotoran ternak) dan kapur (dolomit/CaMgCO3). Dari ketiga metode tersebut belum diketahui yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan dan produksi jagung di lapangan. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan pengkajian adaptasi beberapa varietas jagung pada tanah Inceptisol dengan pengelolaan hara N, P dan K yang optimal spesifik lokasi.
Universitas Sumatera Utara
5
Perumusan Masalah Penelitian Untuk meningkatkan produksi jagung di tanah Inceptisol maka perlu diperoleh varietas yang sesuai, sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap varietas yang dapat beradaptasi pada kondisi kesuburan rendah. Pengembangan jagung di Sumatera Utara diarahkan kedataran rendah khusus Kabupaten Deli Serdang di lahan Inceptisol yang produksi jagung dilahan tersebut umumnya rendah. Keterbatasan varietas jagung yang digunakan petani dan dosis pemupukan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi jagung. Sehingga untuk meningkatkan produksi jagung dapat dilakukan melalui penggunaan varietas introduksi yang adaptif disertai pengelolaan hara yang tepat. Namun yang menjadi permasalahan adalah belum diketahui diantara varietas NK 22, Pioneer 12, Pioneer 23, dan Arjuna yang dapat berproduksi tinggi. Dan perlu dikaji apakah pengelolaan hara tertentu dapat meningkatkan daya adaptasi dan produksinya. Dengan metode ilmiah itu perlu dikaji bagaimana respon setiap varietas jagung tersebut terhadap pemupukan dengan dosis berdasarkan PUTK dan pemerintah serta aplikasi amandemen tanah dengan pupuk organik dan kapur.
Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi status kesuburan tanah Inceptisol kabupaten Deli Serdang. 2. Membandingkan respon pertumbuhan dan produksi varietas jagung NK 22, Pioneer 12, Pioneer 23, dan Arjuna pada berbagai metode pengelolaan hara.
Universitas Sumatera Utara
6
Hipotesis Penelitian 1. Pengelolaan hara berdasarkan PUTK lebih baik dibandingkan dari pemerintah dan dosis petani. 2. Pemberian amandemen pupuk organik dan kapur berpengaruh meningkatkan produksi varietas jagung Pioneer 23, Pioneer 12, NK 22, dan Arjuna. 3. Pengelolaan hara berdasarkan PUTK berpengaruh meningkatkan produksi varietas jagung Pioneer 23, Pioneer 12, NK 22, dan Arjuna. 4. Pengelolaan hara berdasarkan PUTK serta pemberian amandemen kapur dan pupuk organik meningkatkan produksi jagung. 5.
Interaksi varietas, amandemen dan pengelolaan hara berdasarkan PUTK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.
Manfaat Penelitian Mendapatkan metode pengelolaan hara yang paling tepat dan pengembangan tanaman jagung di tanah Inceptisol Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara