1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh dan berkembang secara cepat. Pertumbuhan sektor industri akan mampu memberikan lapangan kerja, menyediakan kebutuhan barang dan jasa serta memberikan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada era globalisasi seperti saat ini, industri harus mampu berkompetisi dengan industri lain bahkan dengan industri negara lain. Pengembangan industri di daerah harus memfokuskan pada sektor-sektor yang menjadi andalan dan yang memiliki kemampuan daya saing (competitive advantage). Sektor industri yang menjadi andalan diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor industri terutama industri besar sedang (IBS) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pengaruh kebijakan industrialisasi yang mendorong perkembangan industri telah menempatkan industri menjadi sektor utama dalam struktur ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi sektor industri dalam ekonomi wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai 32,83%, meningkat 0,32% dibandingkan tahun 2009. Peningkatan ini mampu mengubah struktur ekonomi wilayah Provinsi Jawa Tengah dari agraris menjadi industri dan jasa (tabel 1.1).
2
Tabel 1.1. Struktur Ekonomi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan (%) Tahun 2001-2010 Sektor 2001 2002 2003 2004 Ekonomi Pertanian 20,3 22,53 22,32 21,07 Pertambangan 1,50 1,00 1,00 0,98 dan Penggalian Industri 30,3 31,85 31,59 32,40 Pengolahan Listrik, Gas 1,2 0,79 0,82 0,78 dan Air Bersih Bangunan 4,0 4,97 5,09 5,49 Perdagangan 23,9 21,37 21,03 20,87 Pengangkutan 5,2 4,77 5,34 4,79 dan Komunikasi Keuangan 3,8 3,68 3,58 3,55 Jasa-Jasa 9,7 9,03 9,23 10,06 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: Jawa Tengah dalam Angka, data diolah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
20,92 1,02
20,57 1,11
20,43 1,12
19,96 1,10
19,30 1,11
18,69 1,12
32,23
31,98
31,97
31,68
32,51
32,83
0,82
0,83
0,84
0,84
0,84
0,86
5,57 21,01 4,89
5,61 21,11 5,06
5,69 21,30 4,90
5,75 21,23 5,16
5,83 21,38 5,20
5,89 21,42 5,24
3,54 10,01 100
3,58 10,25 100
3,62 10,36 100
3,71 10,57 100
3,79 10,03 100
3,76 10,18 100
Distribusi IBS di Jawa Tengah tidak merata secara geografis atau terkonsentrasi hanya terjadi di wilayah tertentu bila dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai tambah. Gambaran tentang pola perkembangan IBS kabupaten/ kota dapat dilihat dengan menggunakan analisis tipologi daerah. Analisis ini dilakukan dengan mengklasifikasikan kabupaten/ kota menjadi empat kuadran/ kategori yang mampu memetakan posisi kabupaten/ kota yang satu dibandingkan dengan kabupaten/ kota yang lain dengan menggunakan variabel jumlah tenaga kerja dan nilai tambah yang dihasilkan.
3
Tabel 1.2. Tipologi Daerah Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Tambah IBS Jawa Tengah, Tahun 2001-2010 Kuadran II Kuadran I 2001 2010 2001 2010 Cilacap Cilacap Kudus Kudus Sragen Kendal Semarang Semarang Kota Surakarta Kota Semarang Kota Semarang Sukoharjo Sukoharjo Karanganyar Jepara Kendal Kuadran IV Kuadran III 2001 2010 2001 2010 Banyumas Banyumas Jepara Purbalingga Banjarnegara Banjarnegara Pekalongan Pekalongan Kebumen Kebumen Boyolali Pati Purwerejo Purwerejo Demak Wonosobo Wonosobo Pati Magelang Magelang Klaten Boyolali Wonogiri Klaten Grobongan Wonogiri Blora Karanganyar Rembang Sragen Temanggung Grobongan Batang Blora Pemalang Rembang Tegal Demak Brebes Temanggung Purbalingga Batang Kota Magelang Pemalang Kota Salatiga Tegal Kota Pekalongan Brebes Kota Tegal Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Tegal Sumber: Jawa Tengah dalam Angka, data diolah.
4
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2001, kabupaten/ kota yang masuk dalam kuadran I atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS yaitu Kabupaten Kudus, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kendal. Kabupaten Cilacap, Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen berada dalam kuadran II atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS berdasarkan nilai tambah. Kabupaten/ kota yang masuk dalam kuadran III atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS berdasarkan ukuran jumlah tenaga kerja yaitu Kabupaten Jepara, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati. Sedangkan kabupaten/ kota yang lain masuk ke dalam kuadran IV atau teridentifikasi bukan sebagai wilayah konsentrasi IBS baik berdasarkan ukuran jumlah tenaga kerja dan nilai tambah.
Gambar 1.1. Peta Sebaran Geografis IBS di Jawa Tengah Tahun 2001
5
Perubahan posisi wilayah konsentrasi IBS pada kabupaten/ kota terjadi pada tahun 2010, dimana Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kendal tidak lagi masuk ke dalam kuadran I namun Kabupaten Jepara masuk ke dalam kuadran I. Pergeseran posisi juga terjadi pada kuadran II yaitu pergeseran Kabupaten Kendal dari kuadran I menjadi kuadran II. atau dari kuadran konsentrasi IBS berdasarkan tenaga kerja menjadi kuadran konsentrasi IBS. Pada kuadran III juga mengalami perubahan, dimana Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demak berubah ke kuadran IV, namun Kabupaten Purbalingga masuk ke dalam kuadran III. Perubahan posisi kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS dapat dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2.
Gambar 1.2. Peta Sebaran Geografis IBS di Jawa Tengah Tahun 2010
6
Perubahan posisi kabupaten/ kota yang digambarkan dengan naik turunnya jumlah tenaga kerja yang terserap maupun nilai tambah yang dihasilkan menggambarkan bagaimana perkembangan IBS selama periode tahun 2001 sampai 2010. Perubahan posisi kabupaten/ kota tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti bahan baku, tenaga kerja terampil, energi, upah tenaga kerja, investasi maupun kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Identifikasi IBS di Jawa Tengah yang cukup potensial dikembangkan, dimaksudkan untuk mencari wilayah pusat pertumbuhan industri. Terkonsentrasi lokasi industri di suatu wilayah dapat mempercepat pertumbuhan industri dalam wilayah tersebut. Industri cenderung mengelompok di daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerahnya dapat menopang kebutuhan masyarakatnya. Pengelompokan industri ini dapat memberikan manfaat akibat lokasi industri yang saling berdekatan. Pengembangan IBS didasarkan pada suatu pemikiran bahwa percepatan pembangunan IBS akan terjadi bila mampu menarik investasi (investasi dalam negeri dan luar negeri). Penelitian ini akan difokuskan pada kabupaten/ kota yang merupakan daerah konsentrasi IBS. Kabupaten/ kota yang akan dianalisis yaitu Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. Kegiatan ekonomi Kota Semarang dan Kabupaten
Cilacap
memberikan
sumbangan
sekitar
21,50%
terhadap
pembentukan PDRB Jawa Tengah sementara luas kedua wilayah tersebut hanya 8,07%. Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor industri di kedua wilayah tersebut mencapai 20,33%. Kedua wilayah ini juga mempunyai fasilitas sarana penunjang industri yang sangat lengkap seperti bandar udara dan pelabuhan.
7
1.2.
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan penjabaran latar belakang maka beberapa permasalahan yang yang diambil sebagai fokus penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah ada perbandingan perkembangan di wilayah konsentrasi IBS yang berdasarkan tenaga kerja dan nilai tambah dengan wilayah konsentrasi IBS yang berdasarkan tenaga kerja atau nilai tambah?
2.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perbedaan perkembangan IBS?
1.3.
Tujuan Penelitian
Terkait pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Membandingkan perkembangan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.
2.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan perkembangan IBS Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.
1.4.
Lingkup dan Batasan Penulisan
Mengingat keterbatasan data industri yang tersedia sampai pada tingkat kecamatan, maka penelitian ini dilakukan hanya pada tingkat kabupaten/ kota. Tingkat perkembangan IBS diukur pada kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS. Kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS tersebut disebut kluster atau setidaknya potensial kluster. Penelitian ini hanya dibatasi
8
dengan menggambarkan perkembangan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun (2001-2010).
1.5.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan akan dapat berguna sebagai bahan acuan, wawasan dan pembanding bagi penelitian atau studi yang sama pada waktu dan lokasi yang lain.
2.
Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkaitan erat dengan perencanaan dalam pengembangan IBS dan diharapkan hasil ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan mengenai potensi untuk menarik investasi di sektor industri di masa yang akan datang.
3.
Sumbangan referensi bagi kepentingan penelitian lebih lanjut, khususnya pada studi yang terkait dengan industri.
1.6.
Keaslian Penelitian
Penelitian tentang topik perkembangan industri telah banyak dilakukan dengan fokus, modus ataupun lokus yang berbeda. Penelitian hasil kajian perkembangan industri banyak ditemukan baik sebagai hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa MPKD UGM maupun dari Perguruan Tinggi yang lain. Ringkasan selengkapnya seperti pada tabel 1.3.
9
Tabel 1.3. Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Lokasi Fokus Kajian faktor- Kab. Klaten, Mengetahui faktorfaktor penentuan Jawa Tengah faktor yang lokasi industri di mempengaruhi Klaten pemilihan lokasi industri Aris Faktor-faktor yang Kab. Mengetahui faktorMartopo mempengaruhi Karanganyar, faktor yang (2003) perkembangan Jawa Tengah mempengaruhi kawasan perkembangan peruntukan industri kawasan industri Palur dan Gondangrejo Kab. Karanganyar Afifuddinsyah Faktor-faktor yang Kota Dumai Mengetahui faktor(2004) mempengaruhi faktor yang perkembangan mempengaruhi industri manufaktur perkembangan di Kota Dumai industri manufaktur
No Peneliti 1 Hasvia (2000)
2
3
4
Arif Brillianto Faktor-faktor yang (2013) mempengaruhi tingkat perkembangan IKM Mebel di Sentra Industri Mebel Kota Pasuruan
Kota Pasuruan, Jawa Timur
Mengetahui tingkat perkembangan setiap IKM mebel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta persepsi masyarakat terhadap action pemerintah dalam mendukung usahanya
Perbedaan dengan penelitian-penelitian di atas yaitu penelitian ini berbeda lokasi penelitian, variabel data penelitian, unit analisis dan waktu pengamatan. Fokus penelitian lebih menekankan pada perbedaan perkembangan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.
10
1.7.
Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari enam bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, deskripsi wilayah penelitian, hasil temuan dan pembahasan serta kesimpulan dan rekomendasi. Bab I Pendahuluan Dalam bab ini menyajikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, lingkup dan batasan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini memuat tentang konsep perkembangan IBS serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan IBS. Bab ini memuat tentang kajian teori dari berbagai macam literatur baik berupa buku, jurnal, tesis, dan internet. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini berisi pendekatan penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, variabel penelitian dan kerangka pikir penelitian. Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Bab ini menjelaskan tentang kondisi geografis, tofografi dan iklim, kondisi kependudukan, kondisi perekonomian Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.
11
Bab V Hasil Temuan dan Pembahasan Di dalam bab ini membahas tentang perkembangan IBS, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan perkembangan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten
Cilacap
serta
implikasi
perkembangan
IBS
terhadap
perkembangan wilayah di Jawa Tengah. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Bab yang terakhir ini memuat tentang hasil akhir dan penjelasan dari keseluruhan penelitian ini serta rekomendasi tentang studi selanjutnya.