1
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor
perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu “texere” yang berarti menenun. Dalam hubungannya dengan perdagangan, tekstil biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan sandang yang berupa pakaian. Akan tetapi, selain untuk kebutuhan sandang, tekstil juga dapat digunakan untuk hal-hal lainnya. Sebagai contoh, tekstil digunakan dalam bentuk kain pembungkus jok mobil maupun motor dalam industri otomotif. Sektor industri manufaktur seperti industri tekstil ini sendiri memiliki peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian Indonesia dilihat dari dua sisi, yaitu peranannya terhadap ekspor manufaktur dan kemampuannya dalam menghasilkan cadangan devisa. Oleh karena itu, pemerintah harus terus melakukan upaya guna mendorong pertumbuhan industri manufaktur, tidak hanya memperhatikan kondisi dalam negeri saja, tetapi dalam konteks perdagangan internasonal. Peranan industri tekstil bagi perekonomian dunia dapat diamati dari beberapa sudut pandang, salah satunya adalah dari sisi perdagangan internasional. Dari data Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu dari tahun 2000 hingga tahun 2009, peranan tekstil baik dalam perdagangan komoditi dunia maupun ekspor manufaktur dunia menunjukkan kecenderungan yang menurun di setiap tahunnya.
2
Tabel 1.1 Peranan Komoditi Tekstil Indonesia Dalam Perdagangan Dunia Tahun 2000-2009 (%)
2000
Share terhadap perdagangan komoditi dunia (%) 2,5
Share terhadap ekspor manufaktur dunia (%) 3,4
2001
2,5
3,3
2002
2,4
3,2
2003
2,3
3,1
2004
2,2
3,0
2005
2,0
2,8
2006
1,9
2,6
2007
1,7
2,5
2008
1,6
2,4
2009
1,7
2,5
Tahun
Sumber : WTO (2000–2009) Berkaitan dengan peranannya sebagai sektor industri, pada dasarnya menunjukkan bahwa industri tekstil memberikan kontribusi yang besar dalam hal penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun sayangnya, ternyata industri tekstil ini terhambat oleh beberapa kendala mulai dari persaingan pasar domestik maupun pasar internasional, peningkatan harga bahan baku sebagai akibat tidak langsung dari naiknya harga minyak dunia, mesin-mesin produksi tekstil yang sebagian besar merupakan mesin yang sudah tua, tingginya biaya produksi, terbatasnya kapasitas industri, tidak kondusifnya kebijakan perbankan, rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja akibat pola produksi yang cenderung bersifat padat karya, dan masih terbatasnya industri penunjang, serta ketidakefisienan dan lemahnya dukungan sektor jasa dalam negeri. Hambatan-hambatan tersebut perlu ditinjau lebih dalam
3
dikarenakan semakin terbukanya sifat perekonomian Indonesia dan semakin diterimanya ideologi perdagangan bebas antar berbagai negara di dunia. Pertumbuhan ekspor tekstil dunia selama kurun waktu 29 tahun terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif dari tahun 1980 hingga tahun 2009. Pada Tabel 1.2, dapat menggambarkan bahwa petumbuhan ekspor tekstil dunia mengalami stagnansi. Selama periode waktu tersebut (1980–2009), pertumbuhan ekspor tekstil dunia rata-rata adalah sebesar 4%. Tingkat pertumbuhan ekspor tekstil dunia dalam Tabel 1.2 yang cenderung tidak stabil di setiap tahunnya, jelas mengindikasikan bahwa hambatan-hambatan yang ada dalam perdagangan industri tekstil masih harus diperhatikan. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekspor Tekstil Dunia Tahun 1980-2009 (%) Tahun
Pertumbuhan Ekspor Tekstil Dunia
1980 – 1985
-1
1985 – 1990
15
1990 – 1995
8
1995 – 2000
0
2000
5
2001
-5
2002
5
2003
13
2004
12
2005
4
2006
8
2007
9
2008
5
2009
-17
Sumber : WTO (1980–2009)
4
Tingkat pergerakan nilai tukar selain dapat mempengaruhi pergerakan pertumbuhan tekstil, juga menjadi instrument penting dalam menentukan pergerakan perdagangan tekstil Indonesia. Tingkat pergerakan nilai tukar secara komprehensif dapat di lihat dari beberapa faktor, yaitu peranan stabilitas ekonomi, pasar modal internasional, dan perdagangan internasional. Pengamatan mengenai pengaruh nilai tukar terhadap pergerakan perdagangan tekstil berdasarkan teori produsen
atas
ketidakpastian
(uncertainty)
industri
menjelaskan
bahwa
profitabilitas industri berkaitan dangan pergerakan nilai tukar. Hal ini berarti, pergerakan nilai tukar yang semakin tinggi akan memberikan ketidakpastian terhadap keuntungan suatu industri yang akan berdampak terhadap kegiatan produksi di kemudian hari. Baron (1976), menyatakan bahwa peningkatan pergerakan nilai tukar akan memberikan keuntungan terhadap perdagangan jika instrument hedging tersedia. Pada umumnya, kasus ini banyak terjadi pada eksportir yang risk lovers. Akan tetapi, De Grauwe (1988) juga menyatakan bahwa hubungan positif antara pergerakan nilai tukar dengan perdagangan dapat meningkat pada industri yang risk averse, karena industri yang risk averse mengkhawatirkan adanya skenario terburuk ketika resiko meningkat, maka upaya untuk mencegah penurunan yang drastis atas penerimaan ekspor adalah melalui peningkatkan volume ekspor. Tabel 1.3 di bawah ini, dapat menjelaskan perkembangan perdagangan ekspor impor tekstil Indonesia, dimana pada perkembangan perdagangan ekspor tekstil Indonesia menunjukkan angka yang fluktuatif, berbeda dengan perkembangan perdagangan impor tekstil Indonesia yang cenderung menurun.
5
Dari Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan ekspor tekstil di Indonesia yang mencapai angka sebesar 3829 (juta US$). Disamping itu, dari Tabel 1.3, kita juga dapat melihat bahwa lonjakan impor tekstil di Indonesia terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka sebesar 3262 (juta US$), berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang cenderung menurun. Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Impor Tekstil Indonesia Tahun 2000–2009 (Juta US$) Tahun Ekspor Tekstil Impor Tekstil 2000
3505
1251
2001
3202
1088
2002
2909
866
2003
2921
623
2004
2961
712
2005
3353
756
2006
3614
730
2007
3829
785
2008
3675
3262
2009
3208
2802
Sumber : WTO (2000–2009) Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan antar negara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Terjadinya perubahan indikator makroekonomi negara lain, secara tidak langsung akan berdampak terhadap indikator makroekonomi suatu negara. Selain faktor suku bunga dan inflasi, nilai tukar mata uang juga merupakan faktor penting dari kondisi ekonomi suatu negara.
6
Nilai tukar sangat berperan dalam perdagangan suatu negara, dimana nilai tukar merupakan sesuatu yang paling kritis bagi mayoritas ekonomi pasar bebas dunia. Akan tetapi, nilai tukar juga berpengaruh pada skala yang lebih kecil seperti mempengaruhi pendapatan riil dan investasi seseorang. Dalam hal ini, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sangat ditentukan oleh mekanisme pasar. 1.2.
Perumusan Masalah
Secara garis besar, pergerakan pertumbuhan tekstil di Indonesia ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran. Dari sisi faktor permintaan, pergerakan pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan volume ekspor tekstil di Indonesia. Di sisi lain, yaitu faktor penawaran, pergerakan pertumbuhan ekspor tekstil sangat dipengaruhi oleh daya saing yang dapat dicerminkan dari nilai tukar riil dan beberapa hambatan domestik. Artinya, terdapat hubungan positif yang signifikan antara nilai tukar riil efektif dengan volume ekspor tekstil di Indonesia. Hasilnya akan menunjukkan bahwa semakin tinggi depresiasi nilai tukar riil efektif, maka semakin murah nilai ekspor manufaktur Indonesia dan semakin tinggi volume ekspor nonmigas manufaktur. Potensi pertumbuhan tekstil Indonesia sebenarnya sangat besar mengingat jumlah penduduk Indonesia dan pasar internasional yang sangat potensial untuk di garap sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu tekstil Indonesia dalam
7
menghadapi hambatan daya saing dari sisi penawaran. Akan tetapi, untuk menunjang peningkatan mutu tekstil ini, diperlukan perubahan, yaitu perubahan dari produk massal ke produk lifestyle sehingga produk tekstil Indonesia dapat bersaing dengan produk serupa dari negara lain dan juga dibutuhkan peran dari pelaku industri tekstil tersebut dalam hal pemasaran, desain yang baik dan industri yang kompeten. Disamping itu, dibutuhkan peran Asosiasi Tekstil Indonesia (API) dalam membawa industri tekstil dan produk tekstil Indonesia kearah yang semakin berkembang. Hal seperti ini diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan tekstil Indonesia karena akan memicu adanya persaingan positif antar industri tekstil di Indonesia. Oleh karena itu, penilaian terhadap industri tekstil diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia mengingat bahwa tekstil merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh manusia. Kinerja perdagangan tekstil Indonesia memperlihatkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh yang tidak pasti terhadap ekspor tekstil Indonesia. Dalam hal pengukuran pengaruh pergerakan nilai tukar terhadap ekspor menunjukkan hasil yang sangat beragam. Pada Gambar 1.1, menunjukkan laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia. Dalam Gambar 1.1 dibawah ini memperlihatkan laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia dalam kurun waktu triwulanan dimana terjadi pergerakan yang cukup signifikan pada awal tahun 2005. Namun, pada triwulan ke 3 tahun 2008, juga terjadi penurunan pertumbuhan industri tekstil di Indonesia. Dalam gambar tersebut, dapat dilihat bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi laju pertumbuhan tekstil Indonesia.
8
Laju Pertumbuhan Tekstil Indonesia 150 100 50 0 ‐50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia (2005-2009) Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Industri Tekstil Indonesia Tahun 2005–2009 (%) Adapun pengaruh nilai tukar terhadap laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia, Gambar 1.2 menunjukkan bahwa penurunan laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia yang terjadi pada tahun 2008 diakibatkan adanya pergerakan nilai tukar yang sangat mencolok pada tahun tersebut. Pada tahun tersebut, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika meningkat sebesar 19,5% atau naik dari 9.219 per Dollar Amerika ke 11.630 per Dollar Amerika.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 25 20 15 10 5 0 ‐5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
‐10 ‐15
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia (2005-2009) Gambar 1.2 Perkembangan Triwulanan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Tahun 2005–2009 (%)
9
Disamping pergerakan nilai tukar yang mempengaruhi laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia, namun ternyata, hal tersebut juga berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Gambar 1.3 dapat menjelaskan adanya pengaruh pergerakan nilai tukar dan laju pertumbuhan industri tekstil Indonesia terhadap PDB Indonesia. Pada gambar-gambar sebelumnya, menjelaskan bahwa pada tahun 2008, nilai tukar yang melonjak mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan industri tekstil di Indonesia. Tetapi, ternyata tidak hanya laju pertumbuhan industri tekstil saja yang menurun, namun PDB Indonesia pada triwulan ke 3 tahun 2008 juga mengindikasikan adanya penurunan akibat dari pergerakan nilai tukar rupiah yang melonjak naik.
PDB Indonesia 7 6 5 4 3 2 1 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia (2005-2009) Gambar 1.3 Perkembangan Triwulanan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2005–2009 (%)
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat didefinisikan perumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian adalah sebagai berikut :
10
1. Bagaimana pengaruh perubahan indikator makroekonomi terhadap perdagangan tekstil Indonesia di pasar internasional. Apakah saling mempengaruhi satu sama lain? 2. Dengan melihat bahwa tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekspor tekstil Indonesia di pasar internasional yang fluktuatif, bagaimana
sifat
yang
terjadi
antara
perubahan
indikator
makroekonomi terhadap perdagangan tekstil Indonesia di pasar internasional? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah yang ada, dapat disimpulkan
beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Menganalisis
pengaruh
perubahan
indikator
makroekonomi
Indonesia terhadap perdagangan tekstil Indonesia di pasar internasional. 2. Mengidentifikasi
hubungan
antara
beberapa
indikator
makroekonomi Indonesia terhadap perdagangan tekstil Indonesia di pasar internasional. 1.4.
Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, diantaranya : 1. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi terkait guna meningkatan
kinerja
industri
tekstil
Indonesia
dalam
hal
menghadapi perkembangan perdagangan internasional dilihat dari
11
pengaruh pergerakan nilai tukar terhadap perdagangan tekstil di Indonesia. 2. Dapat
menjadi
bahan
evaluasi
terhadap
peran
intervensi
pemerintah yang berguna dalam membangun industri tekstil Indonesia di pasar internasional. 3. Dapat menjadi informasi tambahan dan referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang yang sama. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami penelitian ini,
maka dari itu penulis membatasi pembahasan hanya pada pengaruh perubahan variabel makroekonomi Indonesia terhadap perdagangan tekstil Indonesia, di pasar internasional khususnya perdagangan ekspor tekstil Indonesia. Hal ini terkait pada pertumbuhan dan perkembangan ekspor tekstil Indonesia. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) untuk mengidentifikasikan hubungan pengaruh perubahan beberapa variabel makroekonomi terhadap perdagangan tekstil Indonesia di pasar internasional.