1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan ilmiah tidak selalu memiliki nilai komersial. Produk akhir temuan ilmiah dapat berupa jurnal, buku atau invensi. Penemuan ilmiah yang disebut invensi biasanya memiliki nilai komersial. Invensi tertentu dapat ditingkatkan menjadi produk komersial sedangkan sebagian yang lain tidak. Produk invensi dapat berupa barang, jasa (ide, proses, teknologi) atau keduanya yang pada tingkatan tertentu dapat diajukan paten. Invensi agar dapat dipasarkan membutuhkan inovasi. Inovasi adalah kreativitas yang diwujudkan dalam bentuk produk atau jasa. Bentuk produk atau jasa ini relatif lebih mudah dinilai, dievaluasi atau dimodifikasi sehingga dapat dipasarkan. Produk inovasi yang sudah dipasarkan dapat dievaluasi apakah diterima pasar atau tidak. Evaluasi ini dapat dijadikan penemuan ilmiah untuk pengembangan produk-produk berikutnya. Siklus ini oleh Khalil (2000) disebut sebagai komponen siklus inovasi (Gambar 1). Mungkin tidak dapat dikembangkan menjadi produk komersial
Invensi Tidak selalu memiliki nilai komersial
Penemuan ilmiah
Inovasi
Adopsi invensi
Pasar
1. Membeli atau diabaikan
Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000) Invensi yang dipatenkan memiliki potensi nilai komersial yang tinggi. Saat ini, jumlah permohonan paten di Indonesia dari berbagai negara yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI hingga tahun 2010 mencapai 76.686 pemohon. Indonesia
2
berada pada posisi keempat jumlah pemohon paten terbanyak setelah Amerika, Jepang dan Jerman. Pada tahun 2010, jumlah pemohon paten Indonesia melebihi Jerman (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah pemohon paten terbesar per negara 1991-2010 Negara 1. Amerika Serikat 2. Jepang 3. Jerman 4. Indonesia 5. Belanda 6. Swiss 7. Inggris 8. Perancis 9. Korea 10.Australia ... Total Sumber : Ditjen Haki, 2011
1991 -2009 19406 12639 6282 5839 3857 3311 3016 2530 2046 1503 ... 71024
2010 1229 1089 440 721 276 303 144 217 182 89 ... 5662
Total 20635 13728 6722 6560 4133 3614 3160 2747 2289 1592 ... 76686
Permohonan paten di Indonesia selain dari lembaga penelitian pengembangan negara, perusahaan, dan individu juga diusulkan melalui perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang produktif mengajukan permohonan paten adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain membantu mengusulkan paten, IPB juga mengikutkan invensi dosen-dosennya pada kompetisi Bisnis Innovation Center (BIC) yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Produk invensi IPB telah diikutkan sejak pertama kali dikompetisikan yaitu tahun 2008. Perguruan tinggi yang berpartisipasi pada kompetisi BIC cenderung meningkat baik dari segi jumlah proposal maupun jumlah yang terpilih sebagai produk inovatif. IPB secara institusi termasuk lembaga yang sudah mengelola produk inovasinya secara terorganisir dibandingkan perguruan tinggi lain. Hal ini dapat dilihat pada kompetisi BIC dimana partisipan dari IPB dikoordinasikan oleh Direktorat Riset dan Kajian Strategis ( Dit.RKS) IPB, sedangkan perguruan tinggi lain masih atas nama jurusan atau fakultas. Jumlah inovasi dari IPB yang terpilih tiap tahun cenderung meningkat. Jumlah inovasi IPB secara kumulatif lebih dari dua pertiga jumlah invensi yang berasal dari perguruan tinggi (Tabel 2).
3
Tabel 2
Jumlah produk invensi perguruan tinggi yang masuk pada buku Inovasi Paling Prospektif versi BIC Perguruan Tinggi
Kumulatif Kumulatif (buah) (%)
2008
2009
2010
IPB ITB
21 3
24 6
50 2
95 11
UGM Universitas Brawijaya Bandung FE Institute Unika Widya Mandala Universitas Hasanudin
1
2 2 1
2 3 3 1
3 4 4 3 2
Universitas Bina Nusantara Universitas Lampung Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Mataram STMIK Amikom Yogya Universitas Jember Universitas Udayana Universitas Sriwijaya Universitas Dharma Persada Institut Teknologi Nasional Malang
1
2 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
Universitas Muhamadiyah Malang UNDIP
1 1
1 1
Universitas Atmajaya Jumlah
1 66
1 136
30
40
69.85 8.09 2.21 2.94 2.94 2.21 1.47 1.47 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 100
Sumber : KNRT(2008), BIC (2009, 2010) (data diolah)
Posisi invensi IPB yang umumnya berbasis sumber daya alam lokal memiliki nilai yang strategis. Hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia yang hendaknya dapat dikelola optimal secara efektif dan efisien. IPB sebagai universitas yang ingin mengedepankan penelitian (research based university) sebagai ciri khasnya, di tahun mendatang mestinya akan berupaya meningkatkan produk penelitian baik berupa publikasi ataupun invensi. Produk invensi hendaknya bermanfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Bermanfaat secara sosial (benefit) artinya produk penelitian memang tidak ditujukan untuk komersial, tetapi untuk kesejahteraan masyarakat. Bermanfaat secara ekonomi (profit) artinya produk dapat dikomersialisasi secara menguntungkan di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Alih teknologi bagi perguruan tinggi bersifat wajib sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 tahun 2005, pasal 2, yang menyebutkan
4
”Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan yang dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah sejauh tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan” (KNRT, 2006). Alih teknologi oleh universitas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Alih teknologi didalam mendorong peningkatan perekonomian dan daya saing nasional menurut Allen dan Norling (1991), dapat dilakukan melalui (1) penyediaan sumber daya manusia yang terlatih dan termotivasi, (2) penelitian yang dikembangkan selaras dengan kebutuhan industri, (3) asistensi teknis dan manajerial terhadap pengembangan kesejahteraan komunitas/ kelompok masyarakat, (4) pemanfaataan fasilitas dan teknologi canggih yang dimiliki oleh universitas
sebagai
referensi
oleh
perusahaan
atau
masyarakat,
(5)
mengembangkan lingkungan yang mendukung komersialisasi. Pendekatan terakhir mengandung kontroversi tetapi akhir-akhir ini beberapa aktivitas komersial telah dipandang positif. Bentuk-bentuk transformasi teknologi menjadi nilai komersial antara lain (1) penelitian berbasis pesanan konsumen, (2) konsultasi, dan (3) bisnis start up. IPB sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melakukan bisnis (usaha komersial) secara langsung karena tujuan utamanya bukan komersial, tetapi IPB membutuhkan sumber pendanaan lain (income generating center) untuk operasional dan peningkatan kesejahteraan para karyawan dan dosennya. Pengembangan lingkungan yang mendukung komersialisasi di lakukan oleh IPB dengan beberapa cara antara lain dengan memfasilitasi berbagai unit usaha komersial seperti PT BLST (Bogor Life Science & Technology), PT Prima Kelola, PT Biofarmaka, IPB-Shigeta dan Satuan Usaha Akademik (SUA) di level fakultas seperti Technopark yang berperan dalam inkubasi bisnis. Beberapa pusatpusat studi juga didorong untuk mempublikasikan atau mengkomersialisasikan hasil-hasil temuannya. Strategi penciptaan dan asistensi wirausaha baru dilakukan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Kewirausahaan (P3K) IPB. Pengelolaan komersialisasi paten diusahakan oleh Direktorat Riset dan Kajian Strategis (Dit. RKS IPB). Unit-unit bisnis di IPB dikelola dan dikoordinasikan oleh Direktorat Bisnis dan Kemitraan (Dit.BK IPB) dengan SUA yang aktif
5
tercatat ada 11 unit (Dit. BK IPB, 2009). Saluran distribusi atau pasar produk invensi juga sudah di rintis melalui outlet antara lain melalui Serambi Botani dan Agrimart. Ditolaknya UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) oleh Mahkamah Konstitusi bukan berarti IPB berhenti menyosialisasikan atau mengkomersialkan produk invensinya. IPB tetap dapat mengkomersialkan produk penelitian dengan penyesuaian seperlunya. Kantor HKI IPB (2005, 2007) membuat kategori produk invensi berbasis paten antara lain produk makanan-minuman, sistem, proses dan bioteknologi, obat-obatan serta alat dan mesin. Dit.RKS IPB (2011) mempublikasikan 3 buku terkait invensi yaitu Teknologi IPB untuk Industri Bidang Makanan-Minuman, Inovasi IPB untuk Industri Bidang Peternakan, Kedokteran Hewan dan Perikanan ,dan buku Varietas Unggul IPB. Hasil survei pendahuluan di Dit.RKS IPB menunjukkan bahwa produk penelitian perguruan tinggi banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sehingga manfaat secara sosial maupun ekonomi belum dapat dirasakan oleh inventor dan masyarakat sekitar. Agar sukses dimanfaatkan secara komersial, maka dibutuhkan rencana strategi korporat yang cermat. IPB memiliki pakar baik di bidang pengembangan produk baru maupun manajemen.
Secara
kelembagaan,
IPB
sudah
memiliki
unit-unit
pengembangan bisnis sebagai generating income center baik yang ada di level universitas maupun di fakultas. Selain itu, Alumni melalui Himpunan Alumni (HA) IPB yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia juga mendukung usaha-usaha bisnis terutama pengembangan bisnis yang terkait dengan pertanian sebagai ciri khas IPB sehingga visi IPB yang mengembangkan karakter wirausaha dapat dioptimalkan. Interaksi perguruan tinggi dengan pengusaha/industri menjadi salah satu kendala dalam memasarkan produk penelitian sehingga perlu ditingkatkan. Salah satu hal yang diperlukan adalah penawaran kerjasama disertai dengan profil klaster dan strategi komersialisasi produk invensi. Selain itu juga diperlukan strategi penciptaan para wirausahawan baru. Dalam menyusun strategi komersialisasi produk invensi IPB yang jumlahnya ratusan
6
perlu dilakukan klasifikasi agar lebih mudah diidentifikasi strategi komersialisasinya. Ada beberapa pilihan
strategi
komersialisasi diantaranya adalah
menciptakan usaha baru (create new venture), pemberian lisensi atau royalti, penjualan (sale) atau jual putus, dan joint venture (Dit.RKS, 2010a). Pilihanpilihan ini berdasarkan pada beberapa faktor strategis seperti karakteristik produk/teknologi, kemampuan produksi, pasar dan kebutuhan finansial.
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komersialisasi invensi yang meliputi: a. Perumusan
alternatif
strategi
berdasarkan
identifikasi
kekuatan,
kelemahan, tantangan, dan ancaman invensi IPB. b. Penyusunan klasifikasi produk invensi IPB bidang makanan dan minuman berdasarkan karakteristik tertentu. c. Analisis strategi komersialisasi yang sesuai berdasarkan karakteristik invensi.
1.3 Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai alternatif strategi komersialisasi produk invensi terutama bagi perguruan tinggi dan inventor. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk membantu mitra/ investor dan calon wirausaha dalam memilih produk invensi sesuai klasifikasinya.
1.4 Ruang Lingkup Analisis strategi komersialisasi dibatasi pada produk invensi IPB terutama terkait makanan dan minuman karena jumlahnya cukup banyak dan bidang pangan merupakan salah satu agenda prioritas di IPB. Daftar invensi yang diambil berdasarkan buku Teknologi IPB untuk Industri Bidang Makanan-Minuman (Dit.RKS, 2010b).