I. PENDAHULUAN 1.1. LataI' Belakang
Al.'1ivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200 tabun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan timah ini, tersebar dalam bentangan wilayah sejaub lebih dari 800 kilometer, yang disebut The
Indonesian Tin Belt. Bentangan sabuk timah di Indonesia ini merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt, membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia ke arah Thailand, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia
Di
Indonesia sendiri, wilayah cadangan timah mencakup Pulau Karimun, Kundur, Singkep, dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang, Kepulauan Riau) di utara terus ke arah selatan yaitu Pulau Bangka, Belitung, dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
Penambangan di Bangka telah dimulai pOOa tahun 1711, di Singkep pada tabun 1812, dan di Belitung sejak 1852 (Batubara, 2009).
Namun, aktivitas
penambangan timah lebih banyak dilakukan di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep (PT Timah, 2008). Kegiatan penambangan timah di pulau-pulau ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang. Dari sejumlah pulau penghasiJ timah itu, Pulau Bangka merupakan pulau penghasiJ timah terbesar di Indonesia.
Pulau Bangka yang luasnya mencapai 1.294050 ha, seluas 27,56
persen daratan pulaunya merupakan area Kuasa Penambangan (KP) timah. Area penambangan terbesar di pulau ini dikuasai oleh PT Tambang Timah (anak perusahaan PT Timah Tbk) yang menguasaJ area KP seluas 321.577 ha. 1
Perusahaan besar timah lainnya adalah PT Kobatin, yaitu sebuah perusahaan penanaman
~odal
asing (PMA)/ joint venture antara PT. Timah Tbk. (25 %)
Malaysia Smelting Corporation Bhd /MSC Bhd. (75 %) yang menguasai area KP seluas 35.063 ha (Bappeda Bangka, 2000).
Selain itu terdapat sejumlah
perusahaan penambangan timah swasta lain (kurang lebih 21 perusahaan swasta lain ) yang penambangannya tersebar di wilayah darat dan laut Kepulauan Bangka Belitung, antara lain PT. Mitra Stania Prima
Produksi timah dunia pada tahun 2009 mencapai sekitar 295.000 ton dimana 41 % diantaranya dihasilkan oleh negara China, 31 % oleh Indonesia, dan sisanya sebesar 29 % dihasilkan oleh negara-negara lainnya terutama negaranegara dari Benua Amerika Selatan, seperti Brazil, Peru, Bolivia dan Chili Berdasarkan jurnal ekonomi Indocommercial (2009), 80 % produksi timah dunia pada tabun 2008 dihasilkan oleh negara-negara dari benua Asia (terutama China dan Indonesia), 17 % dari negara-negara benua Amerika, dan sisanya 3 % berasal dari negara-negara Eropa Jika dilihat dari cadangan deposit timah dunia yang ada (US Geological Surve , 2009), dari 11 juta ton cadangan deposit timah dunia, 3 juta ton berada di China, 25 juta ton di Brazil, 1.0 juta ton di Peru dan 0,9 juta ton di Indonesia Sementara untuk Indonesia sendiri merupakan negara produsen kedua terbesar dunia (setelah China) dan sebagai negara pengekspor terbesar dunia
Indonesia
perlu mewasdai hal tersebut karena dengan produksi rata-rata 70.000 ton per tahun, maka cadangan timah Indonesia akan habis dalam waktu 12 - 13 tabun, sementara negara-negara penghasil timah lainnya masih akan dapat berproduksi terns karena
2
cadangan deposit yang masih tersedia cu1:up banyak sementara tingkat produksinya jauh di bawab Indonesia Di sisi lain, kita mengetahui babwa mineral timah, termasuk salah satu bahan galian tambang strategis di Indonesia bahkan di dunia yang akan habis dan tidak bisa diperbarui kembali (unrenewable). Kebutuhan dunia akan timah putih yang terus meningkat, yang dilatarbelakangi oleh pengurangan penggunaan timah hitam di negara maju, dan peningkatan konsumsi ootuk berbagai kebutuhan telah memberikan dampak kenaikan harga yang signifikan dan cenderung masih terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari Tabel I
Tabell. Perkembangan Harga Timah Dunia Tahun 2001- 2010 C\n\Jy.lll1e.~9ml.
Tahun 2001
Harga Rata-rata Timah awa! tahun/MT (USD) 5.250
2002
4.000
2003
4.800
2004
6.500
2005
8.000
2006
8.000
2007
12.000
2008
19.000
2009
11.000
2010
25.000
Kebutuhan konsumsi timah dunia sebagian besar dipergooakan ootuk solder, tin plate, peluru (bullet) dan alloy (campuran logam). Jika memperhatikan data Badan Pusat Statistik (2009), temyata impor tin plate Indonesia masih cu1.'Up tinggi yaitu mencapai 133.000 ton pada tahoo 2008 atau meningkat rata-rata sebesar 18 % per taboo dalam hlflm wa1.'tu tabun 2001 sampai 2008. 3
Negara-
negara asal irnpor tin plate Indonesia rata-rata bukan merupakan negara produsen timah dunia, kecuali China
Meskipun saat ini telah ada perusahaan industri
Indonesia yang memproduksi tin plate (pT. Latinusa, Thk), namun kebutuhan pasar dornestik Indonesia yang tinggi bel urn rnarnpu memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga impor setiap tahunnya meningkat terus.
Indonesia sebagai
produsen besar timah dunia sudah seharusnya mulai menata kembali regulasi perdagangan dan industri timahnya, guna mernberikan nilai tambah (vallue added) yang sebesar-sebesarnya bagi pernasukan devisa negara Perkembangan harga timah dunia dalarn sepuluh tahun terakhir ini sangat berfluktuasi sangat tergantung pada aspek sosial, ekonorni, dan polilik dunia rnaupun situasi di Indonesia Situasi sosial, ekonorni, dan polilik Indonesia dapat rnempengaruhi tren harga timah dunia, karena Indonesia rnerupakan pernasok lirnah terbesar di pasar dunia Misalnya kebijakan pelarangan ekspor bijih limah yang diberlakukan oleh Pernerintah Rl pada bulan Juni 2003 telah rnernberikan darnpak positif terhadap harga timah yang berangsur-angsur mernbaik. Kejadian lain adalah upaya pemerintah unluk rnenertibkan penarnbangan dan pabrik peleburan timah di pertengahan lahun 2006 telah meningkatkan harga timah dunia hingga harnpir 300 % dari harga sebelurnnya meskipun kernudian kernbali rnengalarni
penurunan.
Permasalahannya
pengernbangan ind ustri hiEr (downstream)
adalah
di
Indonesia
kondisi
tidak mendapatkan perhatian
pernerintah sebagai stakeholder utama negara ini, sehingga hampir seluruh perusahaan timah yang ada di Indonesia, lermasuk perusahaan timah negara terbesar yaitu PT. Timah Thk dan perusahaan penanaman modal asing (PMA palungan Indonesia dan Malaysia) lerbesar yang beroperasi sejak tahun 1971 di 4
Indonesia yaitu PT. Kobatin hanya memproduksi mineral timah putih ini dalarn bentuk barang setengah jadi (work in progress) berupa timiuf batangan (tin ingot) dan langsung dieksport ke luar negeri sehingga negara tidak memperoleh keuntungan yang maksimal dari nilai tarnbah yang tersedia.
Justru negara lain
yang bukan sebagai pemilik cadangan timah seperti Singapore dan Malaysia memperoleh keuntungan besar dari pasokan timah batangan dari Indonesia. Narnun demik:ian pengaruh dari keadaan perekonomian global juga sangat besar terhadap flul1:uasi harga timah dunia Krisis subprime-mortage di Amerika Serikat pada penghujung tahun 2008 yang telah menyebar menjadi krisis global dunia telah berdampak pada penurunan harnpir semua produk industri dan konsumsi dunia termasuk tirnah. Saat ini harga pasar timah dunia masih mengacu pada harga yang diterbitkan oleh London Metal Exchange (LME), sebuah pusat perdagangan logam dunia yang berbasis di London.
Untuk mendapatkan tingkat harga premium yang
ditetapkan oleh LME, terlebih dahulu sebuah perusahaan harns terdaftar sebagai anggota
terdaftar
LME
dengan
berbagai
kategori
yang
.
.
masmg-masmg
membutuhkan persyaratan-persyaratan keanggotaan yang ketat. Sedangkan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak atau belurn terdaftar sebagai anggotan LME, tingkat harga yang diterimanya di pasar dunia rata-rata lebih rendah 500 - 1000 USD per ton nya dengan spesifikasi produk yang sebenarnya sarna PT. Mitra Stania Prima (PT. MSP) adalah salah satu perusahaan timah swasta dari 23 perusahaan sejenis di Indonesia ( termasuk PT. Timah Tbk dan PT. Kobatin ) khususnya di Propinsi Bangka Belitung yang telah melibatkan diri sebagai produsen dan eksportir timah Indonesia. Berdiri sejak tahun 2003, PT. 5
MSP merupakan sebuah perusahaan yang terintegrasi mulai dari kegiatan survey, e1.11lorasi, produksi, pengolahan dan pemurnian hingga penjualan (ekspor). Perusahaan ini memiliki konsesi areal Ijin Usaha Pertarnbangan Produksi (IUP Produksi) seluas ± 3.500 ha di Pulau Bangka dan telah cukup mempooyai andil dalam menyumbangkan devisa negara dan membantu perekonomian daerah setempat sejak kurang lebih 7 tahoo yang lalu. Dengan latar belakang situasi tersebut, Indonesia sebenarnya sebagai negara eksportir timah putih terbesar di dunia, berpeluang untuk menjadi pengendali harga
(price control) timah di pasar dunia Pemanfaatan timah putih ootuk konsumsi domestik yang lebih besar akan memberikan nilai tambah berganda dan efek berganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan industri di dalarn negeri dan penyediaan lapangan kerja. Namoo kondisi yang terjadi saat ini, seperti yang sudah dituliskan sebelurnnya di atas, justru perusahaan-perusahaan timah yang ada di Indonesia saat ini hanya memproduksi produk setengah jadi (work in progress) atau bahkan dapat dikatakan masih sebagai produk bahan baku (raw moterial) yang tidak mempooyai nHai tambah (vallue added) sarna sekali dalam jurnlah tonase yang sebesar-besarnya sehingga negara tidak memperoleh keuntungan yang besar dari transaksi eksport ini, sementara disisi lain jurnlah cadangan mineral timah ini di Indonesia akan semakin menipislhabis. Sehubungan dengan kondisikondisi eksternal tersebut di atas, PT. Mitra Stania Prima sebagai perusahaan timah swasta di Indonesia, perlu untuk merumuskan rencana strategis perusahaan ootuk lima tahun mendatang sampai dengan tahun 2015 sehingga siap untuk menghadapi tantangan perubahan industri timah dunia dan mampu memberikan keuntungan bagi para pemegang saharnnya 6
1.2. Perumusan Masalah.
Ketersediaanbahan baku dalam suatu industri adalah sangat penting, dan akan menjadi sangat penting pada industri yang bahan bakunya berasal dari sumber daya alam yang tidak berkesinambungan (unsustailUlbility), sebagaimana industri pertambangan, dimana bahan ba1.'UI1ya merupakan barang yang tidak dapat tergantikan dan lama kelamaan akan semakin berkurang dan habis (unrenewable). Sementara disisi lain, pada tahapan proses produksi khususnya di industri pertambangan di Indonesia, saat irii masih hampir semua industri pertambangan di Indonesia belum memanfaatkan nilai tambah (added value) secara maksimal dan sebagian besar produk dijual masih dalam bentuk barang setengah jadi (work in progress) bahkan masih dapat dikatakan sebagai bahan baku (raw material). Di
samping itu, terdapat 22 perusahaan timah lain yang orientasinya hanya menjual produk setengah jadi timah dalam jumIah sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan untuk mendapat nilai tambah sebesar-besamya Untuk menyikapi permasalahan di atas,
maka perlu diupayakan
suatu pemikiran bagaimana memanfaatkan
sumberdaya bahan tambang timah yang terbatas dengan memberikan manfaat riilai tambah yang sebesar-besamya. Dalam era globalisasi sekarang ini sekat-sekat perdagangan antar negara sudah hampir tidak ada batasnya lagi, sehingga hanya perusahaan-perusahaan yang siaplah yang akan dapat bertahan.
Di sisi lain harga timah duriia cenderung
flul.'tuatif dan sangat tergantung pada perkembangan sosial, ekonomi dan politik dunia,
sehingga untuk dapat tumbuh perusahaan-perusahaan harus dapat
mengantisipasinya dengan strategi-strategi korporat yang tepat 7
Meneennati persoalan-persoalan tersebut, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini didasarkan pada pertanyaan beru.-ut ini :
1. Bagaimana persaingan industri timah saat ini dan di masa depan (industry foresight), baik pada tingkat lokal maupun di tingkat global. 2. Apakah visi dan rnisi PT. MSP masih reievan dengan persaingan saat ini ? 3. Bagaimana kondisi linpgan internal dan ekstemal PT. MSP yang dapat menjadi kompetensi dalam memanfaatkan peluang di masa depan ? 4. Bagaimana strategi dan prioritas strategi PT. MSP untuk dapat bertahan dalam persaingan industri timah di Indonesia dan bagaimana kelanjutan perusahaan ke depannya ? 5. Bagaimana PT. MSP merancang program dan reneana lindakan (action plan) ke depan untuk menghadapi tantangan era globalisasi ?
1.3. Tujuan Penelitian Dari
latar
belakang
dan
perumusan
masalah
yang
dikemukakan
sebelurnnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : I. Menganalisis persaingan industri timah saat ini dan di masa depan (industry
foresight), baik pada tingkat lokal maupun di tingkat global. 2. Menganalisis visi dan misi PT. MSP yang ada saal ini dan menentukan visi dan rnisi PT. MSP untuk masa depan. 3. Mengidenlifikasi
fak'lor-faktor lingkungan internal dan eksternal PT. MSP
yang dapat menjadi kompetensi dalam memanfaalkan peluang di masa depan.
8
4. Menganalis dan menentukan altematif strategi PT. MSP untuk dapat bertahan dalam persaingan industri timah di Indonesia 5. Merumuskan secara umum program dan rencana tindakan (action plan) PT. MSP ke depan melalui formulasi strategi untuk menghadapi tantangan era globalisasi 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1. Bahan pertimbangan untuk menentukan arah (road map) dan pilihan strategi
perusahaan dalam masa waldu 5-10 tahun kedepan. 2. Bahan penyusunan rencana program dan tindakan perusabaan dalam kurun waktu 5-10 tabun kedepan dengan mencermati era globalisasi yang saat ini sudah muJai beIjalan. 1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah mengidentifikasi dan
menganalisis
fa1.'tor-faldor baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh dalam penentuan strategi perusahaan PT. MSP dimasa depan, serta memformulasikan strategi PT. MSP pada kurun waktu 5-10 tahun kedepan.
9
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB