I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat ke-4 penyakit termahal dalam pengobatan menurut The World Oral Health Report tahun 2003. Kesehatan gigi dan mulut merupakan aspek penting dari kesehatan untuk semua anak, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Individu dengan kebutuhan khusus menerima perawatan kesehatan gigi dan mulut yang kurang dibandingkan dengan individu normal berdasarkan tingginya tingkat penyakit gigi di antara mereka (Bhambal dkk, 2013). Masalah gigi yang umum, seperti kerusakan gigi atau penyakit gusi, mempengaruhi semua anak, tetapi anakanak dengan kebutuhan khusus memiliki lebih banyak masalah kesehatan gigi dan mulut dari pada populasi umum. Berdasarkan hasil survey cepat di beberapa SLB, jenis anak kebutuhan khusus sebagian besar di Indonesia adalah anak tuna netra (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Anak tuna netra adalah anak yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kesehatan mulut anak-anak tuna netra cenderung menjadi masalah karena mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan dan sering tidak dapat menerapkan secara memadai teknik yang diperlukan dalam mengontrol plak (Shetty, 2010 sit Singh dkk, 2014). Penderita tuna netra tidak dapat
memahami pentingnya kebersihan gigi dan mulut sehingga hal tersebut menyebabkan perkembangan karies gigi serta penyakit radang periodontal (Mann dkk, 1984 sit Ahmad dkk, 2009). Beberapa peneliti mencatat bahwa anak tuna netra memerlukan pendidikan yang lebih dalam hal kesehatan gigi dan mulut, serta instruksi mengenai kebersihan gigi dan mulut. Pada literatur penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut, diketahui bahwa anak tuna netra (baik mereka yang buta total dan low vision) mendapatkan sedikit informasi pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Hal ini penting bagi mereka untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut serta membangun praktik kebersihan gigi dan mulut sehingga dapat mengurangi prevalensi penyakit gigi dan periodontal dalam populasi anak tuna netra (Chang dan Shih, 2004). Studi literatur kesehatan gigi dan mulut mengatakan bahwa pendidikan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada tuna netra sangat langka bahkan hampir tidak ada (Kumar dkk, 2013). Pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu proses belajar yang timbul oleh karena adanya kebutuhan kesehatan sehingga menimbulkan aktivitas-aktivitas perseorangan atau masyarakat dengan tujuan untuk menghasilkan kesehatan yang baik. Maksud dan tujuan pendidikan kesehatan mulut pada anak-anak hakekatnya adalah memperkenalkan anak dengan dunia kesehatan gigi, serta segala persoalan mengenai gigi sehingga mampu memelihara kesehatan gigi, melatih anggota badan anak sehingga mereka dapat membersihkan gigi sesuai kemampuannya (Herijulianti dkk, 2002). Metode dan teknik dalam pendidikan yang hendak digunakan sebaiknya
dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan yang ingin dicapai (Matodang, 2005). Motivasi menyikat gigi merupakan salah satu kategori pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pada anak – anak (budhiarto, 2010). Motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar mengajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi (Herijulianti dkk, 2001). Tuna netra memiliki ketergantungan lebih pada suara, percakapan, dan sentuhan untuk mengetahui keadaan sekitar mereka. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan melalui penjelasan-penjelasan secara lisan cenderung kurang menarik bagi anak (Tarmudji, 1996). Pendidikan kesehatan gigi dan mulut memerlukan modifikasi untuk menarik perhatian dan memudahkan mereka (Kumar dkk, 2012). Bernyanyi merupakan salah satu upaya untuk merangsang anak tuna netra dalam melakukan kegiatan pembelajaran, sebab dengan bernyanyi anak dapat mengungkapkan katakata sesuai syair yang ada dalam nyanyian. Pembelajaran melalui bernyanyi dapat melatih fungsi kognitif (nalar) yang memungkinkan seseorang untuk berfikir, mengingat, menganalisis, dan belajar (Suheri, 2012). Bernyanyi adalah suatu bentuk kegiatan seni untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia melalui suara. Melalui nyanyian dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, pendidik dapat menumbuhkan minat anak untuk lebih senang dan giat belajar, bahkan dapat memudahkan anak dalam memahami materi ajar yang disampaikan. Anak dibuat senang, tidak bosan, dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Nyanyian akan membuat anak lebih cepat mempelajari, menguasai,
dan mempraktikkan suatu materi ajar yang disampaikan oleh pendidik karena dalam melakukan kegiatan belajar anak diajak untuk melakukan dan memperagakan suatu gerakan yang sesuai dengan makna dari lagu yang dinyanyikan (Jamalus, 1991 sit Suheri 202). Bernyanyi untuk anak-anak bukan saja menyuarakan lagu, tapi sekaligus membawakan isi dan makna nyanyian, kemudian anak akan mengekspresikan perasaannya melalui aktivitas gerakan setelah mendengarkan nyanyian. Anak mempunyai hubungan yang aktif dalam merespon nyanyian. Melalui gerak dan olah tubuhnya akan dapat digambarkan apa yang dirasakan dan dimengerti oleh anak tersebut terhadap nyanyian. Aktivitas gerakan itu sendiri sangat dibutuhkan bagi anak usia dini dalam melatih dan mengembangkan motorik kasar mereka (Matondang, 2005).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah : bagaimana perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada (bernyanyi) terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra usia 9 – 11 tahun.
C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada (bernyanyi) terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra usia 9 – 11 tahun belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah “Meningkatkan Pengenalan Anggota Tubuh Bagian
Atas Melalui Bernyanyi pada Anak Tunagrahita Sedang” oleh Yetti Suheri (2012). Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek yang diteliti yaitu anak tuna netra dan lagu yang diberikan.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada (bernyanyi) terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra usia 9 – 11 tahun.
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian tentang perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada (bernyanyi) terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra usia 9 – 11 tahun ini diharapkan memberikan manfaat : 1. Bagi ilmu pengetahuan Memberikan informasi dibidang ilmu kedokteran gigi anak mengenai perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra usia 9 – 11 tahun. 2. Bagi masyarakat Menambah wawasan atau pengetahuan masyarakat mengenai perbedaan pengaruh motivasi menyikat gigi cara verbal tanpa dan dengan nada terhadap kebiasaan menyikat gigi pada anak tuna netra dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
3. Bagi institusi Dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di sekolah untuk melakukan motivasi kesehatan gigi dan mulut dengan bernyanyi lagu “sikat gigi” pada anak tuna netra.