I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 149
IMPLEMENTASI FILSAFAT PERENIALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Novi Triana Habsari* Abstrak Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif dan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh para kaum perenialis adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendiskusikan karya-karya yang termashur dalam rangka mendisplinkan pikiran. Guru berperan bukan sebagai perantara antara dunia dan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar. Kata kunci: filsafat perenialisme, pembelajaran sejarah Pendahuluan
yang
Istilah Perenialisme berasal dari bahasa latin, yakni dari akar kata perenis
terus dari waktu kewaktu atau abadi. Pengertian ini apabila dianalogikan dengan bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim. Hal ini menunjukkan adanya gejala yang terus ada dan sama. Apabila gejala dari musim kemusim ini dihubungkan satu dengan yang
lain
seolah-olah
merupakan
benang dengan corak warna khas, yakni terus menerus sama. Maka pandangan ini
selalu
mempercayai
mengenai
adanya nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas
zaman adalah pengulangan dari apa
sehingga
istilah tradisionalime. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif dan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern.
Perenialisme
pandangan
menentang
progresivisme
yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Kaum
dasar itu, perenialis memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang
sebelumnya
perenialisme sering disebut dengan
atau perennial yang berarti tumbuh terus menerus melalui waktu, hidup
ada
perenialis
melawan
kegagalan-kegagalan dan tragedi dalam abad
modern
kembali
ini
kepada
dengan
mundur
kepercayaan
yang
* Novi Triana Habsari adalah Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
150 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
aksiomatis yang telah teruji tangguh,
dalam
baik
sesuatu
mengnai
hakikat
realitas,
karakternya. yang
Setiap
segala
tidak
hanya
ada,
pengetahuan, maupun nilai yang telah
merupakan padupadan antara zat atau
member dasar fundamental bagi abad-
benda, tatapi juga merupakan unsur
abad sebelumnya.
potensial yang aktual sabagaimana yang diutarakan Aristoteles sekaligus sesuatu
Ontologi Perenialisme
yang datang bersama-sama dari sesuatu yang terkandung dalam inti (essensce)
Ontologis perenialisme terdiri dari
penggertian-pengertian,
seperti
dan potensialitas ini memungkinkan sesuatu menjadi ada.
benda individual, esensi, aksiden dan
Dengan demikian, segala yang
substansi. Perenialisme membedakan
ada di dalam ini terdiri dari materi dan
realitas
aspek-aspek
bentuk atau badan dan jiwa disebut
perwujudannya dalam tipologi istilah
dengan substansi. Bila dihubungkan
ini. Benda individual yang dimaksud
dengan manusia, manusia itu adalah
adalah benda sebagaimana tampak di
petensialitas yang di dalam hidupnya
hadapan manusia dan dapat ditangkap
tidak
panca indera, seperti batu, lembu,
eksintensi keduniaan, tidak jarang pula
rumput, orang dalam bentuk, ukuran,
dimilikinya
warna, dan aktivitas tertentu, sep erti
kemauannya semua ini dapat diatasi.
dalam
jarang
dikuasai akal,
oleh
sifat
perasaan,
dan
manusia jika ditilik dari segi esensinya
Ontologis perenialisme berisikan
yang tidak lain adalah makhluk berpikir.
pengertian benda individual, esensi,
Adapun aksiden selau dimaknai sebagai
aksiden, dan substansi.
keadaan-keadaan khusus yang berubah-
a. Benda individual adalah benda yang
ubah dan dipandang bersifat kurang
sebagaimana tampak di hadapan
penting
dengan
manuasia yang dapat ditangkap oleh
esensial, misalnya orang suka beermain
indra kita, sperti batu, kayu, dan
sepaturoda atau suka berpakaian bagus,
lain-lain.
jika
dibandingkan
sedangkan substansi adalah kesatuan dari
tiap-tiap
misalnya
tertentu yang menjadikan bendaitu
partikular dan unversal, material dan
lebih baik intrinsik daripada halnya,
spiritual. Dalam pengertian ini, segala
misalnya
yang ada
esensinya adalah berpikir.
di
individu,
b. Esensi sesuatu adalah suatu kualitas
alam seperti
halnya
manusia, hewan, tumbuh-tumbuahan, dan sebagainya, menampakkan hal logis
manusia
ditinjau
dari
c. Aksiden adalah keadaan khusus yang
dapat
berubah-ubah
dan
I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 151
sifatnya
kurang
penting
bersendikan prinsip-prinsip keabadian.
dibandingkan dengan esensialnya,
Ini
berati
misalnya orang suka barang-baran
kebenaran adalah perhatian mengenai
antik.
esensi dari sesuatu.
d. Subtansi adalah suatu kesatuan dari
perhatian
mengenai
Kepercayaan
terhadap
tiap-tiap hal individu dari yang khas
kebenaran itu akan terlindung apabila
dan yang universal, yang material
segala sesuatu
dan yang spiritual.
nyata. Jelaslah bahwa pengetahuan itu
dapat dikeetahui dan
Menurut Plato, perjalanan suatu
merupakan hal yang sangat penting
benda dalam fisika menerangkan ada
kerena ia merupakan pengolahan akal
empat kausa:
pikiran yang konsekuen.
1. Kausa materialis, yaitu bahan yang
Menurut perenialisme, filsafat
menjadi sususnan sesuatu benda,
yang tertinggi adalah ilmu metafisika.
misalnya telur, tepung, dan gula
Sebab sains sebagai ilmu pengetahuan
untuk roti.
menggunakan metode induktif yang
2. Kausa formalitas, yaitu dipandang dari
formnya,
bentuknya,
atau
bersifat analisis empiris kebenarannya terbatas,
relatif,
atau
kebenaran
modelnya, misalnya bulat, gepeng,
probalitas. Akan tetapi, filsafat dengan
dan lain-lain.
metode deduktif bersifat analogical
3. Kausa efisien, yaitu gerakan yang digunakan
dalam
pembuatan
analysis, kebanaran yang dihasilkan bersifat self evidence unversal.
sesuatu cepat, lamabat, atau tergesagesa.
Ia
berjalan
dengan
hukum-
hukum berpikir sendiri yang berpangkal
4. Kausa finalis adalah tujuan atau
pada
hukum
pertama,
yaitu
akhir dari sesuatu, dikatankanlah
kesimpulannya bersifat mutlak asasi.
tujauan pembuatan sebuah patung.
Oleh karena itu,, menurut pereneliasme,
Epistemologi Perenialisme
perlu adanya dalil-dalil yang logis, nalar
Perenialisme bahwa
segala
sesuatu
berpendapat
sehingga sulit diubah atau ditolak
yang
kebenarannya, seperti pada prinsip-
dapat
diketahui dan merupakan kenyataan
prinsip
adalah
Aristoteles.
apa
yang
terlindung
pada
kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara
yang
dikemukan
oleh
Aksiologi Perenialisme Perenialisme
memandang
pikiran dan benda-benda. Benda-benda
masalah nilai berdasarkan asas-asas
di sini maksudnya adalah hal-hal yang
supernatural, yaitu menerima universal
152 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
yang abadi. Dengan asas seperti itu tidak
(pikiran)
hanya ontologi dan epistemologi yang
manuasia yang pertama-tama tercemin
didasarkan atas prinsip teologi dan
dari jiwa dan pikirinnya yang disebut
supernatural,
dengan
tetapi
epistemologi.
manusia.
Kodrat
kekuatan
wujud
potensial
yang
Khususnya, dalan tingkah laku manusia,
membimbing tindakan manusia mujunu
manusia sebagai subjek telah memiliki
pada Tuhan atau menjauhi Tuhan.
potensi-potensi kebaikan sesuai dengan
Dengan kata lain, melakukan kebaikan
kodratnya. Di samping itu,, ada pula
atau kejahatan, dan kebaikan tertinggi
kecenderungan dan dorongan-dorongan
adalah mendekatkan diri pada Tuhan
ke arah yang tidak baik. Masalah nilai
sessudah tingkatan ini baru kehidupan
merupakan hal yang utama dalam
berpikir
perenialisme kerena berdasarkan pada
hendaknya berorientasi pada potensi itu
asas-asas supernatural, yaitu universal
kepada masyarakat agar kebutuahan
yang abadi, khusunya tingkah laku
yang
manusia. Jadi hakikat manusia itu yang
masyarakat bisa terpenuhi.
pertama-tama adalah jiwanya.
rasional.
ada
pada
Dalam
Pendidikan
setiap
bidang
lapisan
pendidikan,
Oleh karena itu, hakikat manusia
perenialisme sangat dipengaruhi oleh
itu juga menentukan hakikat perbuatan-
tokoh-tokohnya seperti Plato, Aritoteles,
perbutannya dan persoalan nilai adalah
dan Thomas Aquinas. Menurut Plato,
persoalan spiritual. Dalam aksiologi,
manusia secara kodrat memiliki tiga
prinsip pikiran itu bertahan dan tetap
potensi, yaitu
berlaku Secara etika.
pikiran.
Tindakan
hendaknya
berorentasi pada potensi itu kepada
rasional
masyarakat agar kebutuhan yang ada
seseorang manusia kerena manusia itu
pada setiap lapisan masyarakat bisa
secara
terpenuhi.
dengan
almiah
ialah
Pendidikan
yang
bersesuaian
itu
nafsu, kemauan, dan
sifat
condong
kepada
kebaikan. Jadi, manuasia sebagai subjek
Dengan
demikian,
jelaskan
dalam bertingkah laku telah memiliki
bahwa perenialisme itu menghendaki
potensi
agar pendidikan disesuaikan dengan
kebaikan
kodratnya,
di
sesuai
samping
dengan ada
kecenderungan-kecenderungan
pula
keadaan manusia
dan
nafsu,
kemauan,
dan
pikiran
dimiliki
secara
dorongan-dorongan ke arah yang tidak
sebagaimana
baik.
kodrat. Dengan memerhatikan hal ini, Tindakan yang baik adalah yang
bersesuaian
dengan
sifat
rasional
pendidikan
yang
yang mempunyai
yang
berorientasi
pada
potensi dan masyarakat akan dapat
I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 153
terpenuhi. Ide-ide Plato ini kemudian
Pengembangan akal diharapkan mampu
dikembangkan oleh Aristoteles dengan
mebekali
lebih
mempertinggi
mendekatkan
kenyataan.
Bagi
kepada
dunia
Aristoteles,
tujuan
pendidikan adalah kebahagian.
anak
pikirannya.
didik
dalam
kemampuan Prisip
akal
ini
sangat
berpengaruh bagi sitem pendidikan
Untuk mencapai pendidikan itu,
modern, ketika kecerdasan nalar kerap
aspek jasmani, emosi, dan intelek harus
menjadi hal yang begiyu mendapat
dikembangkan
perhatian lebih.
secara
seimbang.
Zuhairini Arikonto di sini berpendapat dalam
bukunya
Filsafat
Pendidikan Perenialisme
Pendidikan
Kaum perenialis berpandangan
Islam, betapa tujuan pendidikan yang
bahwa dalam dunia yang tidak menentu
dikehendaki oleh Thomas Aquinas tidak
dan
lain
usaha
membahayakan yang ditimbulkan akbat
mewujudkan kapasitas yang ada dalam
terjadinya krisis diberbagai dimensi
individu agar menjadi aktualitas, aktif,
kehidupan manusia (khususnya dalam
dan nyata. Dalam hal in peranan guru
pendidikan), tidak ada satupun yang
pada
lebih bermanfaat daripada kepastian
dimakudkan
anak
sebagai
didik
adalah
mengembangkan
untuk
potensi-potensi
dipandang dan menetukan. Simpifikasi yang lain diberikan Robert Hutckins dengan
mengatakan
manusia adalah pendidikan
sebab
animal rasionale,
harus
mengembangkan manusia
bahwa diarahkan
akal
dapat
budi
hidup
penuh
tujuan
kekacauan,
pendidikan
serta
serta
kestabilan
dalam perilaku pendidik. Dalam
pemikiran
menyelesaikan
dan
itu,
untuk
mengembalikan
keadaan yang genting saat ini, perenialis
guna
memandang bahwa jalan keluar tidak
agar
ada yang lain kecuali kembali ke
penuh
kebudayaan
masa
kebijaksanaan demi kebaikan hidup.
dianggap
sangat
Oleh karenanya, tujuan pendidikan di
ketangguhannya.
lampau ideal
yang
dan
teruji
sekolah perlu sejalan dengan pandangan
Untuk itulah, pendidikan saat ini
dasar di atas, mepertinggi kempuan
mesti lebih banyak mengarahkan pusat
anak untuk memiliki akal sehat.
perhatiannya kepada kebudayaan masa
Disini
disimpulalkan
lampau yang ideal serta telah teruji
bahawa tujuan pendidikan yang hendak
tangguh. Dapat disimpulkan perenialis
dicapai
bermaksud
memiliki
mewujudkan agar anak didik hidup
terhadap
bahagia
menjauh
oleh demi
dapat
perenialis kebaikan
hidupnya.
pandangan modernistic dari
tradisi
yang
bertolak
yang dan
telah terlalu
154 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
mengedepankan
logika
dan
rasio
bandingkan. Maka dari itu dapat
daripada sumber pengetahuan lainnya
dikatakan
serta
merupakan filsafat yang susunannya
terlalu
memandang
sesuatu
berdasarkan materi.
bahwa
mempunyai
Jelaslah sekarang jika dikatakan
perenialisme
kesatuan.
Susunan
tersebut merupakan hasil pikiran
bahwa pendidikan yang ada sekarang ini
yang
perlu kembali kepada masa lampau
bagi seseorang untuk bersikap tegas
karena dengan mengembalikan keapaan
dan
(apa yang ada, apa yang terjadi, serta
perenialisme berpendapat bahwa
apa yang menjadi tujuan) pada masa
mencari
lampau, kebudayaan yang dianggap
tujuan yang jelas merupakan tugas
krisis
utama
ini
dapat
perenialisme
teratasi
karena
ia
melalui dapat
mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan
zaman
dahulu
dengan
memberikan lurus.
Oleh
dan
kemungkinan karena
itulah,
menemukan
dari
filsafat,
arah
khususnya
filsafat pendidikan. Setelah terdesak
perenialisme
karena
perkembangan
sekarang.
politik industry yang cukup berat ,
A. Teori Pendidikan Perenialisme
timbullah
Perenialisme
usaha
untuk
bangkit
memandang
kembali dan perenialisme berharap
pendidikan sebagai jalan kembali
agar manusia kini dapat memahami
atau
keadaan
ide dan cita-cita filsafatnya yang
sekarang. Perenialisme memberikan
menganggap sebagai suatu asa yang
sumbangan yang berpengaruh, baik
komperhensif. Perenialisme dalam
berupa teori maupun praktik bagi
makna filsafat dianggap sebagai satu
kebudayaan
pendidikan
pandangan hidup yang berdasarkan
sekarang. Maka, dapat dikatakan
pada sumber kebudayaan dan hasil-
bahwa
hasilnya.
mengembalikan
dan
perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali, yaitu
sebagai
suatu
mengembalikan
proses
kebudayaan
Filsafat memandang
pernialisme
bahwa
kepercayaan
aksiomatis zaman kuno (tradisi dan
sekarang ini perlu dikembalikan ke
kebudayaan
kebudayaan masa lampau.
ideal) dan abad pertengahan perlu
Perenialisme
merupakan
aliran filsafat yang mendasarkan pada kesatuan, bukan menceraiberaikan,
bukan
membanding-
dijadikan
masa
lampau
penyusunan
yang
konsep
filsafat pendidikan saat ini. Sikap ini bukan merupakan romantisme
ataupun
nostalgia,
I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 155
melainkan
terlah
berdasarkan
hanya
keyakinan
bahwa
kepercayaan
manusia dikembangkan.
tersebut
berguna
bagi
abad
setelah
aspek
Sekolah
rasional
adalah
sekarang. Jadi sikap untuk kembali
institusi
ke masa lampau itu merupakan
mencapai misi yang amat mulia.
konsep bagi perenialisme, dengan
Sekolah
kata lain, perenialisme menganggap
berkepentingan dengan persoalan
pentingnya
semacam pekerjaan, hiburan dan
Pembentukan
khusus
yang
sebuah berupaya
tidak
terlalu
kebiasaan
rekreasi manusia. Ketiga hal ini
dalam pendidikan sekarang yang
memiliki tempat dalam kehidupan
berdasarkan pada kebiasaan
manusia,
dan
kebudayaan pada masa lampau yang memiliki
nilai
integritas
berada
diluar
lingkup aktifitas pendidikan.
dan
idealitas.
tetapi
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang
B. Tujuan Pendidikan Perenialisme Bagi
perenialis,
mengetahui kebenaran dan suatu
nilai-nilai
waktu akan meneruskannya kepada
kebenaran bersifat universal dan
generasi selanjutnya. Sekolah adalah
abadi. Inilah yang menjadi tujuan
lembaga
pendidikan yang sejati. Oleh karena
mempersiapkan peserta didik atau
itu,
adalah
orang muda untuk terjun kedalam
didik
kehidupan. Sekolah bagi perenialis
dan
merupakan yang artificial tempat
nilai-nilai
peserta didik berkenalan dengan
tujuan
pendidikan
membantu
peserta
menyiapkan menginternalisasikan kebenaran
yang
abadi
agar
mencapai kebijakan dan kebaikan
sosial budaya. Kurikulum
Sekolah tatanan
pada
dasarnya
buatan,
yakni
berperan
hasil yang paling baik dari warisan
hidup. sebuah
yang
pendidikan
bersifat subject Connected, berpusat pada
materi
pelajaran.
Materi
tempat para intelektual yang belum
pelajaran harus bersifat universal,
matang berkenalan dengan capaian
seragam dan abadi. Selain itu, materi
terbesar manusia. Sekolah, seperti
pelajaran terutama harus terarah
pandangan
bukanlah
kepada pembentukan rasionalitas
miniature masyarakat yang lebih
manusia sebab demikianlah hakikat
luas. Kehidupan manusia, dalam
manusia.
pengertian utuhnya, dapat dijalani
memiliki status tertinggi adalah
progresif,
Mata
pelajaran
yang
156 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
mata
pelajaran
memiliki
manuasia sejak dari asalnya, yang
“Rational Content” yang lebih besar.
berasal dari realitas yang hakiki.
Oleh
berat
Menurut
pada
bersumber dari ide mutlak, yaitu
karena
kurikulum pelajaran
yang itu,
titik
diletakkan sastra,
matematika,
Tuhan.
Plato,
“dunia
Kebenaran,
pengetahuan,
bahasa dan humaniora, termasuk
dan
sejarah. Sedangkan sumber dan cara
manusia lahir yang berumber dari
bmempelajari seni liberal tersebut
ide yang mutlak tadi. Manusia tidak
dengan cara mempelajari the Greats
mengusahakan
book.
memciptakan
C. Tokoh-Tokoh Perenialisme
nilai
idea”,
sudah
melainkan Plato (427-347 SM), hidup
dalam dan
bagaimana
dengan ketidakpatian, yaitu filsafat
semuanya
sofisme. Ukuran kebenaran dan
kembali oleh manuisa.
ukuran moral menurue sofisme secara
pribadi,
moral, menusia
menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan
manusia
arti
nilai
pada zaman kebudayaan yang sarat
adalah
sebelum
kebenaran,
pengetahuan,
1. Plato
ada
akal
itu
atau
dapat
rasio,
ditemukan
Kebenaran itu ada, yaitu kebenaran yang bulat dan utuh.
sehingga pada zaman itu tidak ada
Manusia
kepastian dalam moral, tidak ada
kebenaran tersebut dengan jalan
kepastian
berpikir, bukan dengan pengamatan
tergantung individu. kejahatan
dalam pada Bahaya
kebenaran, masing-masing perang
menggancam
dan bangsa
indera,
dapat
karena
memperoleh
dengan
berpikir
itulah manusia dapat mengetaui hakikat
kebenaran
dan
Dengan
indera,
Athena. Siapa yang bisa memperoleh
pengetahuan.
kebenaran secara retorik, dialah
manusia
yang benar. Plato ingin membangun
memperkiraan. Manusia hendaknya
dan membina tata kehidupan yang
memikirkan,
ideal, di atas tata kebudayaan yang
mempelajari dirinya sendiri dan
tertib dan sejahtera, membina cara
keseluruhan alam semesta.
yang menuju kebajikan.
hanya
sampai
menyelidiki
pada dan
Esensi realitas, pengetahuan,
Plato berpandangan bahwa
dan nilai merupakan manifestasi
realitas yang hakiki itu tetep tidak
dari hukum universal yang abadi
beubah. Realitas atau kenyataan-
dan sempurna, yaitu ide mutlaj yang
kenyataan itu telah ada pada diri
merupakan supernatural. Ketertiban
I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 157
sosial hanya akan mungkin apabila
dengan
ide tersebut dijadikan standar, atau
menekankan
dijadikan atas normatif dalam segala
spekulatif. Aristoteles mengambil
aspek kehidupan. Tujuan utama
cara
pendidikan
realitis.
adalah
mebina
gurunya,
berpikir
berpikir Ia
Plato
yang rasional
rasional
empiris
mengajarkan
cara
pemimpin yang sadar akan asas
berpikir atas prinsip ralistis, yang
normatif
dekat pada alam kehidupan manusia
tersebut
melaksanakannya
dalam
dan semua
sehari-hari.
aspek kehidupan.
Aristoteles hidup pada abad
Masyarakat
yang
ideal
keempat Sebelum Masehi, namun
adalah masyarakat adil sejehtera.
dia
Masyarakat ini lahir apabila setiap
adab
warga negara melaksanakan fungsi
Aristoletes
sosialnya sesuai dengan tingkat
berpikir abad pertengahan yang
kependudukan
melahirkan
renaissance.
pribadinya. Manusia yang terbaik
positifnya
terhadap
adalah manusia yang hidup atas
menyebabkan ia mendapat sebutan
dasar prinsip “idea mutlak”. Ide
sebagai
mutlak inilah yang membimbing
Kebajiakn
manusia untuk menemukan kriteria
kebahagian dan kebaikan, bukanlah
moral, politik, dan sosial, serta
pernyataan
pemikiran
keadilan. Ide mutlak adalah suatu
perenungan
pasif,
prinsip mutlak yang menjadi sumber
merupakan sikap kemauan yang
realitas
baik dari manusia.
dan
semesta
kebenaran
kemampuan
dan
abadi
hakikat yang
dinyatakan
sebagai
petengahan.
Karya-karya
merupakan
Bapak
Menurut
dasar Sikap inkuiri
Sains
akan
pemikir
Modern.
menghasilkan atau
melainkan
Aristoteles,
transendental. Ide mutlak adalah
manusia adalah makhluk materi dan
pencipta alam semseta, yaitu Tuhan.
rohani sekaligus. Sebagai materi, ia
2. Aristoteles
manyadari bahwa manusia dalam
Aristoteles (384-322 SM),
hidupnya berada dalam kondisi
adalah murid Plato, namun dalam
dalam materi dan sosial. Sebagai
pemikirannya ia mereaksi terhadap
makhluk rohani manusia sadar ia
filsafat gurunya, yaitu idealisme.
akan menuju pada proses yang lebih
Hasilnya
disebut
tinggi yang menuju kepada manusia
filsafat realisme (realisme klasik).
ideal, manusia sempurna. Manusia
Cara berpikir Aristoteles berbeda
sebagai hewan rasional memiliki
pemikirannya
158 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
kesadaean intelektual dan spiritual,
dipikirkan
ia hidup dalam alam materi sehingga
neoplatonisme dalam ajaran mereka
akan menuju pada derajat yang lebih
tentang
tinggi, yaitu kehidupan yang abadi,
Aquina menekankan dua hal dalam
alam supernatural.
pemikiran tentang realitas, yaitu : 1)
3. Thomas Aquinas Thomas
oleh
teori
filosof
“emansi”
Thomas
dunia tidak diadakan dari semacam Aquina
mencoba
bahan dasar, dan 2) penciptaan
mempertemuak suatu pertentangan
tidak terbatas pada satu saat saja,
yang muncul pada waktu itu, yaitu
demikian menurut Bertens (1979).
antara ajaran Kristen dengan filsafat (sebetuknya
dengan
filsafat
Dalam
masalah
pengetahhuan,
Thomas
Aquina
Aritoteles, sebab pada waktu itu
mengemukakan bahwa pengetahuan
yang dijadikan dasar pemikiran logis
itu diperoleh sebagai persentuhan
adalah filsafat noeplatonisme dari
dunia luar dan oleh akan budi,
Plotinus yang dikembangkan oleh St.
maenjadi
Agustinus). Menurut Aquina tidak
pengetahuan
terdapat
pertentangan
antara
bersumber dari wahyu, manusia
filsafat
(khususnya
filsafat
dapat
pengetahuan.
Selain
manusia
yang
meperoleh
pengetahuan
Aristoteles) dengan ajaran agama
melalui pengelaman dan rasionya
(Kristen). Keduanya dapat berjalan
(di
dalam lapangannya masing-masing.
pandagan
Thomas Aquina secara terus terang
realisme, dan ajaran gereja). Filsafat
dan tanpa ragu-ragu mendasarkan
Thomas Aquina disebut tomisme.
filsafatnya
Kadang-kadang
kepada
filsafat
Aristoteles.
sinilah
ia
mempertemukan
filsafat
idealisme,
orang
tidak
membedakan antara perenialisme
Pandangan tentang realistis,
dengan noetomisme. Perenialisme
ia mengemukakan, bahwa segala
adalah sama dengan noetomisme
sesuatu yang ada, adanya itu karena
dalam pendidikan.
diciptakan tergantung
olej
Tuhan,
dan
kepada-Nya.
Ia
mempertahankan
bahwa
Tuhan,
D. Perenialisme Dalam Pembelajaran Sejarah Metode
pembelajaran
yang
bebas dalam menciptakan dunia.
digunakan oleh para kaum perenialis
Dunia tidak mengalir dari Tuhan
adalah membaca dan diskusi, yaitu
bagaikan air yang mengalir dari
membaca dan mendiskusikan karya-
sumbernya, seperti hanlnya yang
I M P L E M E N T A S I F I L S A F A T P E R E N I A L I S M E ………| 159
karya yang termashur dalam rangka mendisplinkan pikiran. Guru berperan bukan sebagai perantara antara dunia dan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar. Disamping mengembangkan potensi self-discovery, ia
juga
melakukan
otoritas
moral
kepada murid-muridnya karena guru memposisikan
seorang
yang
professional yang qualified dan superior dibandingkan dengan muridnya. Guru harus memiliki aktualitas yang lebih dan pengetahuan yang sempurna. Daftar Pustaka Agastya. Vol 01 N0. 02 Juli 2011. Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya. Madiun: Prodi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun. Barnadib, Iman. 1976. Filsafat Pendidikan Sistem Dan Metode. Yogyakarta : Andi Offset. HW, Teguh Wangsa Gandhi. Filsafat Pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media. Sadulloh, Uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharto, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media Group