PEMANFAATAN BARANG BEKAS UNTUK MEMBENTUK JARING-JARING, DAN MEMBUKTIKAN RUMUS LUAS PERMUKAAN, SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG PADA SISWA KELAS IX SMPN 2 NUBATUKAN MELALUI PENDEKATAN RME HYRONIMUS LADO SMPN 2 NUBATUKAN e-mail:
[email protected] PENGANTAR Pengaruh perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia kini cukup terasa. Bahkan dalam proses pembelajaran kinipun lebih diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang sanggup dan siap untuk menghadapi tantangan di abad 21 yang serba modern. Guru bahkan dituntut untuk mampu menggunakan teknologi dalam proses pembelajarannya, baik yang berbasis komputer bahkan berbasis android, mulai dari yang off line hingga yang on line. Namun perlu disadari bahwa Indonesia, merupakan negara kepulauan yang tidak semuanya berkembang secara bersamaan. Oleh karenanya ketika hal itu diterapkan pada sekolah yang berada di daerah, tempat atau sasaran yang tepat maka sama seperti kita menabur bibit unggul di tanah yang subur, namun sama halnya seperti kita menabur bibit unggul di tanah yang gersang bila keadaannya berbanding terbalik. Sama seperti yang dialami saya dan guru-guru lainnya yang mengabdi dan bertugas di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). SMPN 2 Nubatukan adalah salah satu sekolah negeri yang terletak di dalam wilayah 3T, walaupun keberadaannya di seputar ibukota kabupaten Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai guru yang mengabdi dan bertugas di daerah 3T, perlu banyak pertimbangan dalam mempersiapkan pembelajaran, mulai dari fasilitas pendukungnya (sarana), hingga sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini siswa. Sebagai contoh, pernah sekali saya mempersiapkan pembelajaran matematika (materi lingkaran luar dan dalam segitiga) dengan media animasi power point sederhana, karena kebetulan sekolah saya sudah memiliki fasilitas yang saya butuhkan dalam proses pembelajaran seperti listrik, dan in focus. Namun sayang pada saat kegiatan pembelajaran tiba-tiba listriknya padam berkepanjangan dan tak ada solusi saat itu, hingga pembelajaranpun tidak 1
lagi terkesan berbasis komputer, dan apa yang direncanakan saat itu tidak berjalan secara maksimal. MASALAH Bagi kebanyakan siswa, matematika dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang sulit dan tidak disenangi karena dipenuhi dengan rumus yang bersifat abstrak. Walaupun demikian perlu disadari bahwa aktifitas manusia merupakan bagian dari matematika seperti pandangan Hans Freudental yang menyatakan bahwa matematika merupakan aktifitas manusia. Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak menyenangi pelajaran matematika, dan salah satunya adalah cara mengajar guru yang belum sesuai. Menurut Darkasyi, dkk (2014), rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu siswa itu sendiri, guru, pendekatan pembelajaran, dan lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Demikian juga menurut Tilaar, et al. (2012) prestasi belajar siswa yang rendah disebabkan oleh sejumlah faktor, dan salah satunya adalah kompetensi guru yang tidak memadai. Seperti yang diungkapkan Darkasyi dan Tilaar, hasil belajar siswa kelas IX SMPN 2 Nubatukan pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung khusunya kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola (KD 1) yang diperoleh melalui ulangan harian pada tanggal 3 s.d 4 Oktober 2016, masih jauh dari harapan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1: Rerata perolehan nilai ulangan harian siswa untuk KD 1
A 18.90 13.04%
Rombongan Belajar B C Kelas 11.95 12.52 Rata-rata 8.70% 8.70% Ketuntasan
Berdasarkan Tabel 1, tampak hasilnya masih di bawah rerata ideal. Dan melalui kegiatan refleksi serta masukan dari siswa setelah proses pembelajaran diketahui bahwa, secara visual siswa masih sulit memahami walaupun pembelajaran sebelumnya (pada KD 1) menggunakan media power point. Guru terkesan mendominasi dalam proses sebab bukan siswa yang melakukan visualisasi.
2
Untuk itu, profesionalisme seorang guru dituntut dalam mengelolah pembelajaran sehingga siswa lebih aktif belajar. Darling, et al. (2009) berpendapat bahwa untuk meningkatkan partisipasi siswa maka, belajar harus berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini diperkuat dengan pendapat Vera (2012) bahwa guru harus memahami perannya sebagai fasilitator, serta mengenali ciri-ciri dan kecakapan yang mesti dimiliki oleh seorang fasilitator. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda. Menurut Wijaya (2012) pembelajaran matematika dalam kelas masih terpusat pada guru, dimana siswa hanya dilatih untuk melakukan perhitungan matematika dengan rumus yang tidak pernah diketahui dari mana asalnya. Demikian juga diungkapkan Choppin (2011) bahwa guru matematika dalam proses pembelajaran terlalu mengandalkan buku teks, sehingga ia kebingungan dalam merancang soal dan hanya mengajarkan materi yang mudah, sedangkan yang sulit dibiarkan. Sebagai upaya untuk membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan membantu mereka memahami rumus-rumus matematika yang bersifat abstrak, maka dibutuhkan benda-benda konkrit ataupun manipulatif. Seperti yang diungkapkan Subanji (2013) bahwa, dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk menekankan media (peraga) untuk mengembangkan pemahaman siswa, sebab dengan melakukan sendiri (learning by doing), media juga dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Demikian juga dikatakan Suwarni (2014) bahwa, menggunakan media adalah salah satu cara yang baik bagi guru untuk menyajikan pembelajaran yang menarik di dalam kelas. Hal serupa diungkapkan Asyhar (2012) bahwa, media memiliki peran dan fungsi strategi yang secara langsung maupun tak langsung dapat mempengaruhi motivasi,
minat
dan
atensi
peserta
didik
dalam
belajar
serta
mampu
memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga memudahkan peserta didik. Dipertegas lagi oleh Pujianto (2012) bahwa, pembelajaran matematika di SMP masih perlu menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran pada materi bangun ruang sisi lengkung memang pernah dilakukan penulis dengan memanfaatkan barang bekas seperti, kardus bekas makanan ringan untuk dibentuk menyerupai tabung dan kerucut, sedangkan bola memanfaatkan bola plastik. Namun ada kekurangan yang diperoleh saat 3
membuktikan luas permukaan baik tabung maupun kerucut, sebab beberapa siswa justru menggunakan lem untuk menjahili temannya. Demikian halnya dengan pembuktian luas permukaan bola. Karena berbahan plastik, ketika dilem pada permukaan kertas tidak menempel dengan baik (terlepas), dan permukaan bola yang digunting-gunting tidak menutupi secara sempurnah lingkaran-lingkaran yang disediakan (bolong-bolong). Sementara beberapa hasil penelitian lain, dan juga vidio pembelajaran yang saya tonton di youtube menunjukkan bahwa luas permukaan bola menggunakan buah jeruk. Sayang sekali untuk daerah kabupaten Lembata yang terkenal dengan suhunya yang cukup ekstrim untuk memperoleh buah jeruk, hanya pada musim tertentu saja dan itupun cukup mahal. PEMBAHASAN DAN SOLUSI Solusi Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka sesuai silabus tersisa 6 × 35’ pada pertemuan selanjutnya terhitung tanggal pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 10 s.d 12 Oktober 2016, 17 s.d 19 Oktober 2016, dan 24 s.d 26 Oktober 2016 penulis berusaha untuk mengatasinya dengan tetap memanfaatkan barang bekas (sampah) yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, sebagai bahan utamanya seperti; kardus bekas makanan ringan, dan bola plastik ukuran kecil. Serta bahan tambahan lainnya seperti, lem castol, dan skotlet (cutting sticker). Ada nilai inovasi kali ini dengan menambahkan bahan skotlet sebagai lapisan (kulit), baik tabung, kerucut, maupun bola untuk menghindari masalah-masalah yang telah terjadi, seperti yang telah diungkapakan di atas. Adapun alat yang dibutuhkan seperti, gunting, silet, hekter, jangka, penggaris, dan pensil. Berikut adalah gambar alat dan bahan yang dimaksud, serta bangun ruang (selain bola) yang telah dibentuk.
Gambar 1. Alat dan Bahan yang dibutuhkan, serta bangun yang dihasilkan 4
Dengan demikian, ketika siswa membuka skotlet yang menempel pada bangunbangun tersebut, mereka tidak lagi menggunakan lem untuk menempelkannya kembali pada kertas yang disediakan dan diharapkan mereka dapat memahami jaring-jaring yang dapat membentuk bangun-bangun tersebut, serta mampu membuktikan baik rumus luas permukaan maupun volumenya. Pembahasan Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru mengumpulkan bekas kardus makanan ringan untuk membentuk enam tabung menggunakan lem castol, dengan dua tabung yang tingginya sama dengan setengah diameter bola, dua tabung yang tingginya sama dengan diameter bola, dan dua tabung yang tingginya sama dengan dua kali diameter bola. Demikian juga dibentuk enam kerucut dengan ukuran yang serupa, dimana luas alas tabung dan kerucut disesuaikan dengan bola. Disediakan juga enam balok dengan ukuran serupa, dimana luas alas balok yang berbentuk persegi panjang disesuaikan juga dengan alas tabung dan kerucut. Semua model bangun tersebut (kecuali balok), dilapisi skotlet sebanyak tiga lapis disesuaikan dengan banyaknya rombongan belajar, untuk membuktikan jaring-jaring dan rumus luas permukaan. Sedangkan balok hanya digunakan untuk membuktikan volume tabung. Karena rancangan pembelajaran didesain berdasarkan pendekatan Realistic Mathematics Educations (RME), maka siswa terlebih dahulu dikelompokkan secara heterogen berdasarkan tingkat pemahaman dan jenis kelamin. Maksimal terdapat empat siswa dalam satu kelompok, dengan pertimbangan setiap anggota kelompok
mempunyai
tugas
dan
tanggung
jawabnya
masing-masing.
Pendistribusiannya terdiri dari satu siswa yang pemahamannya tinggi, satu siswa yang pemahamannya sedang, dan dua siswa yang pemahamannya rendah, dengan
pertimbangan
ketika
diskusi
kelompok
berjalan
siswa
yang
berkemampuan rendah dapat dibantu oleh siswa yang berkemapuan sedang dan tinggi. Sebab menurut Wijaya (2012) proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendekatan RME yaitu interaktivitas.
5
Tahapan Eksplorasi dalam kegiatan pembelajaran didahului dengan memberikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi lengkung. Hal ini bersesuaian dengan karakteristik pendekatan RME yaitu penggunaan konteks. Menurut Wijaya (2012) konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata asalkan dapat dibayangkan dalam pikiran siswa. Hal tersebut menjadi salah satu prinsip pendekatan RME yaitu imaginable (dapat dibayangkan). Adapun masalah yang dimaksud sebagai berikut: “sambil menunjukkan model tabung, kerucut, dan bola yang telah dilapisi skotlet (cutting sticker). Misalkan seorang siswa diminta untuk melapisi kulit benda-benda tersebut dengan skotlet seperti Gambar 1 di atas. Berapa luas minimal skotlet yang dibutuhkan siswa tersebut, dan berapa daya tampungnya masing-masing?”
Tahapan Elaborasi ditandai dengan guru memberikan kesempatan untuk siswa berdiskusi dalam kelompok menyelesaikan masalah memanfaatkan model-model bangun yang telah dibentuk. Ketika kelompok mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan bantuan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat menuntun mereka untuk memperoleh jawaban. Hal ini bersesuaian dengan salah satu prinsip pendekatan RME yaitu guided (menuntun). Berikut dialog yang terjadi saat siswa bingung untuk menuliskan bagian-bagian dari skotlet yang juga merupakan bagian-bagian bangun ruang; Guru
: coba tunjukkan bagian mana dari skotlet ini yang merupakan garis pelukis dan keliling alas kerucut? Siswa MV : menunjuk dengan benar Guru : apa rumus keliling lingkaran? Siswa MV : πr2? Guru : bukankah itu merupakan rumus luas lingkaran? Siswa : oh ya, 2πr Guru : apakah selimut kerucut membentuk segitiga? Siswa : Tidak Guru Jika demikian, bagaimana menghitung luasnya?
Gambar 2. Aktifitas kelompok dan bantuan dari guru 6
Tidak ada hal mengejutkan yang terjadi saat proses pembelajaran pembuktian volume. Namun justru terjadi saat proses pembelajaran pembuktian luas permukaan antara lain; ketika secara keseluruhan anggota kelompok tidak mampu menjawab pertanyaan terakhir di atas. Untuk itu, siswa diminta untuk melengkapinya menjadi sebuah lingkaran berdasarkan panjang garis pelukis (s) pada skotlet yang ditempelkan dengan jangka. Kemudian melanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menuntun mereka memperoleh jawaban benar atau memperbaiki jawabannya, sebagai berikut: Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru
: mana jari-jari lingkaran tersebut? : menunjuk dengan benar : bagaimana rumus keliling dan luas lingkaran jika jarijarinya demikian? : 2πr dan πr2 : bagaimana jika jari-jarinya (r) saya ganti dengan s? : oh ya, 2πs dan πs2 : disebut apakah bagian lingkaran yang ditutupi oleh skotlet? : Juring : bagaimana menghitung luasnya? Karena masih bingung, temukan itu dengan membuat perbandingan sebagai luas juring panjang busur juring berikut: = luas lingkaran keliling lingkaran
Hal lainnya yaitu ketika siswa panik, saat skotlet yang dibuka dari permukaan bola tidak mencukupi untuk seluruh lingkaran yang telah dibuat. Hal itu sengaja diciptakan oleh guru agar siswa lebih kreatif saat menyimpulkan, karena diperintahkan untuk menjiplak setengah bola sebanyak 6 sampai 7 kali. Bahkan ada siswa dari salah satu kelompok yang mengklaim bahwa skotletnya kurang. Oleh karenanya guru membantu dengan pertanyaan penuntun untuk meredahkan kepanikannya sekaligus membantu mereka untuk menyimpulkan. Berikut dialog yang terjadi: Siswa Guru Siswa Guru
Siswa
: : : :
sambil mengacungkan tangan. Pak, skotlet kami kurang Mana pekerjaanmu? menunjukkan hasil kerja kelompoknya OK. Ternyata skotlet yang anda buka dari bola tadi, hanya dapat menutupi empat permukaan lingkaran, dan hal itu benar. Jika demikian apa yang dapat kamu simpulkan? : Oh 7
Begitupun ketika hasil kerja kelompok dipresentasekan di hadapan kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan. Siswa terkesan kaku saat berbicara, padahal sudah diberitahukan sebelumnya agar berbicara selayaknya seperti saat diskusi kelompok. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan biar tidak kaku. Walaupun terkesan kaku saat berbicara di hadapan teman-temannya sendiri, namun setidaknya mereka sudah bisa memulainya. Perwakilan kelompok yang maju, merupakan hasil undian bersama. Hasil kerja kelompokpun terbilang cukup memuaskan, terutama untuk membuktikan luas permukaan bola. Bahkan kekurangan yang pernah dialami ketika membuktikan luas permukaan bola, kelihatan lebih sempurnah ketika menggunakan skotlet.
Gambar 3. Membuktikan luas permukaan bola & Presentasi hasil Tahapan Konfirmasi sebagai akhir dari kegiatan inti dengan tanya jawab untuk membuat kesimpulan bersama siswa, yang berkaitan dengan jaring-jaring yang membentuk baik tabung, kerucut maupun bola, serta rumus luas permukaan dan volume yang telah dibuktikan. Hal ini bersesuaian dengan katrakteristik pendekatan RME yaitu pemanfataan hasil konstruksi siswa. Beberapa hal yang disimpulkan berdasarkan hasil konstruksi siswa yang berkaitan dengan jaringjaring antara lain; (*) terdapat tiga bagian yang membentuk bangun tabung antara lain; hasil dari dua kelompok adalah sebuah persegi panjang dan dua lingkaran, hasil dari dua kelompok lain adalah sebuah jajar genjang dan dua lingkaran, dan dua kelompok lainnya mempunyai hasil sebuah persegi panjang yang lebarnya berbentuk gerigi dan dua lingkaran, (**) terdapat dua bagian yang membentuk kerucut yaitu sebuah lingkaran dan sebuah bidang yang belum diketahui namanya, yang mana diketahuinya setelah melengkapinya menjadi sebuah lingkaran, (***) terdapat empat lingkaran yang membentuk bangun bola. Namun 8
ada satu kelompok yang hanya menghasilkan tiga lingkaran. Setelah ditelusuri ternyata
skotletnya
masih
saling
menindih,
sehingga
diminta
untuk
memperbaikinya. Kesimpulan yang berkaitan dengan luas permukaan berdasarkan hasil konstruksi siswa antara lain; (*) terdapat dua lingkaran dan satu persegi panjang yang dapat membentuk tabung. Karena luas lingkaran adalah πr2 dan luas persegi panjang adalah panjang kali lebar dimana panjangnya adalah kelingling alas atau atap yang berbentuk lingkaran (2πr) dan lebarnya adalah tinggi tabung (t), maka luasnya adalah πr2t, jika luas seluruhnya digabungkan maka diperoleh luas tabung adalah 2πr2 + 2πrt (**) terdapat sebuah lingkaran dan juring lingkaran yang berjari-jari garis pelukis (s) yang membentuk kerucut. Karena luas lingkaran adalah πr2
dan
luas
juring ditemukan
dengan
membuat
perbandingan
luas juring panjang busur juring = dimana luas dan keliling lingkaran yang luas lingkaran keliling lingkaran
berjari-jari s secara berturut-turut adalah πs2 dan 2πs, maka luas juring diperoleh adalah πrs, jika seluruh luasnya digabungkan maka diperoleh luas kerucut adalah πr2 + πrs, (***) terdapat empat lingkaran yang membentuk bangun bola. Karena luas lingkaran adalah πr2, maka luas permukaan bola adalah 4πr2. Demikian pula kesimpulan yang berkaitan dengan volume berdasarkan hasil konstruksi siswa antara lain; (*) jumlah pasir dalam balok sama dengan jumlah pasir dalam tabung. Karena luas alas balok berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah 7,2 cm dan lebar 4,2 cm, dengan demikian luasnya adalah 30,24 cm. Karena luas alas tabung berbentuk lingkaran dengan diameter lingkaran adalah 6,2 cm, sehingga jari-jarinya adalah 3,1 cm. Dengan demikian maka luas alas tabung adalah 30,21. Dapat disimpulkan bahwa luas permukaan balok kurang lebih sama dengan luas permukaan tabung. Karena tinggi balok sama dengan tinggi tabung dan volume balok sama dengan volume tabung maka volume tabung adalah πr2t, dimana πr2 adalah luas alas tabung, (**) jumlah pasir dalam tabung sama dengan tiga kali jumlah pasir dalam kerucut. Karena luas alas tabung dan kerucut kongruen, dan tinggi tabung sama dengan tinggi kerucut, maka volume kerucut sama dengan satu dari tiga bagian volume tabung atau
9
volume kerucut adalah ⅓πr2t, (***) terdapat satu kesimpulan berdasarkan tiga ukuran tinggi kerucut yang berbeda. Pertama, jumlah pasir dalam empat kerucut sama dengan jumlah pasir dalam bola. Karena tinggi kerucut sama dengan setengah diameter bola, dan setengah diameter bola sama dengan jari-jari, maka tinggi kerucut sama dengan jari-jari bola (t = r). Sehingga volume bola sama dengan empat kali volume kerucut, dimana volume kerucut adalah ⅓πr2t, maka volume tabung adalah
4 3 πr . Kedua, 3
dua kali jumlah pasir dalam kerucut sama dengan jumlah pasir dalam bola. Karena tinggi kerucut sama dengan diameter bola, dan diameter bola sama dua kali
jari-jari, maka tinggi kerucut sama dengan dua kali jari-jari bola (t = 2r).
Sehingga volume bola sama dengan dua kali volume kerucut, dimana volume kerucut adalah ⅓πr2t, maka volume tabung adalah
4 3 πr . Ketiga, jumlah pasir 3
dalam kerucut sama dengan jumlah pasir dalam bola. Karena tinggi kerucut sama dengan dua kali diameter bola, dan diameter bola sama dua kali jari-jari, maka tinggi kerucut sama dengan dua kali jari-jari bola (t = 4r). Sehingga volume bola sama dengan volume kerucut, dimana volume kerucut adalah ⅓πr2t, maka volume tabung adalah
4 3 πr . 3
Sebagai penguatan guru melakukan penegasan kembali terhadap hal-hal yang dianggap penting seperti; jaring-jaring yang membentuk baik tabung, kerucut maupun bola, serta rumus luas permukaan dan volume yang telah dibuktikan. Adapun hal-hal yang ditegaskan guru sebagai berikut: (*) terdapat tiga bidang yang membentuk tabung yaitu dua lingkaran dan satu persegi panjang. Persegi panjang tersebut merupakan selimut kerucut yang dirumuskan dengan 2πrt, sehingga luas permukaan kerucut dirumuskan dengan 2πr2 + 2πrt = 2πr (r + t), dimana volumenya dirumuskan dengan πr2t, (**) terdapat sebuah lingkaran dan juring lingkaran yang membentuk kerucut, dimana luas juring merupakan selimut kerucut dirumuskan dengan πrs. Sehingga luas permukaan kerucut dirumuskan dengan πr2 + πrs = πr (r + s), dan volumenya dirumuskan dengan ⅓πr2t, (***)
10
terdapat empat lingkaran yang membentuk bangun bola. Sehingga luas permukaan bola adalah 4πr2, dan volume bola dirumuskan dengan
4 3 πr . 3
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan, maka perlu dilakukan tes pada tanggal 31 Oktober 2016 s.d 2 November 2016, untuk kompetensi dasar (KD) 2 yaitu menghitung luas permukaan dan volume tabung, kerucut, serta bola. Berdasarkan hasil ulangan, terlihat bahwa hasil ulangan masih belum memuaskan, namun peningkatannya cukup signifikan dibandingkan dengan hasil ulangan pada KD 1. Adapun hasil ulangan yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2: Rerata perolehan nilai ulangan harian KD 2
A 39.64 60.87%
Rombongan Belajar B C Kelas 38.96 40.76 Rata-rata 43.48% 47.83% Ketuntasan
KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) ketika teknologi tak mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk menyelesaikan masalah pendidikan di daerah 3T, maka alam sekitarlah sebagai jawabannya, (2) terbukti siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sebab mereka belajar dengan melakukan sendiri, (3) inovasi yang dilakukan dengan menambahkan skotlet pada permukaan model tabung, kerucut, dan bola terbukti mampu mengatasi dua masalah sekaligus yaitu; menghindari siswa yang suka menjahili teman jika menggunakan lem, dan menutupi secara sempurnah lingkaran-lingkaran yang disediakan pada proses pembuktian luas permukaan bola, (4) model tabung, kerucut, dan bola dapat menjadi jembatan (bridge) yang baik untuk menghubungkan hal yang konkrit menuju pengetahuan matematika yang formal. Berikut adalah gambar menyerupai bongkahan es yang menunjukkan bahwa model sebagai jembatan antara pengetahuan yang kongkrit dan pengetahuan formal.
11
Gambar 4. Bongkahan es yang menunjukkan tingkatan pengetahuan Harapan penulis Adapun harapan yang dipandang perlu untuk dikemukakan penulis adalah sebagai berikut; (1) bagi pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan, melalui dinas pendidikan setempat untuk mengkategorikan dengan benar kebutuhan satuan pendidikan berdasarkan skala ska prioritas menuju pada mutu pendidikan yang mampu bersaing, (2) bagi sekolah sebagai penyelenggara untuk memperhatikan sarana pendukung yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran seperti mengadakan beberapa unit PC, sehingga ketika pembelajarannya berbasis komputer tidak terkesan guru saja yang mendominasi. Demikian juga satu unit genset untuk menjaga kemungkinan pemadaman listrik. Hal ini dimaksudkan agar siswa kita sudah benar-benar benar matang ketika ke dunia luar yang serba modern, (3) ( bagi guru-guru yang bertugas, dan mengabdikan dirinya di wilayah 3T, jangan pernah menyerah dengan keadaan karena lingkungan jika dimanfaatkan dengan benar dapat memberikan manfaat yang besar terutama dalam memperbaiki mutu pembelajaran kita di kelas.
12
DAFTAR PUSTAKA Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Choppin, J. 2011. The role of local theories: teacher knowledge and its impact on engaging students with challenging tasks on Math Ed Res J DOI 10.1007/s13394-011-0001-8 Darkasyi, M., Johar, R., & Ahmad, A. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe dalam Jurnal Didaktik Matematika Vol. 1, No. 1, April 2014, 21-34 Darling, L., Hammond & Richardson, N. 2009.
Research Review/Teacher
Learning: What Matters? on How Teachers Learn. February 2009, Vol. 66, No. 5, 46-53 Pujianto, W. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Operasi pada Bentuk Aljabar melalui Pendekatan Kontekstual dengan Menggunakan Media Kayu Berwarna pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Sukosari Bondowoso. Jurnal Edukasi Matematika. Vol.3, No.5, Juni 2012, 333-343 Subanji. 2013. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang: Universitas Negeri Malang Suwarni, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Media Manik-Manik pada Siswa Kelas IV SDN Tanggul Wetan 02 Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Tanggul-Jember. Jurnal Pancaran. Vol.3, No.3, Agustus 2014, 177-186 Tilaar, R., A., H., Sutjipto & Handoyo, S., S. 2012. Improving the quality of education in remote areas: The case of the sra program in the elementary schools of Kabupaten Lembata, NTT on NEWSLETTER No. 33 Dec/2012 Vera, A. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas. Jogjakarta: Diva Press Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
13
14