Media Informasi & Komunikasi K O TI K A N A AL *
A
EP BNN SI UB LIK INDONE
R
SINAR BNN
* BAD A
ON
N
AR
SI
N
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
www.bnn.go.id
Optimalkan
Hukum dan Kerjasama Demi Indonesia Bebas Narkoba
THINK HEALTH NOT DRUGS Edisi 8 -
Drs Indradi Thanos
Pecandu dan Korban Bukan Pelaku Kriminal
2011
GRATIS Uji Narkoba via Rambut EDISI 8 - 2011
Fenomena Cakrawala:
Afghanistan Tetap Menjadi Ancaman
DARI KAMI
SINAR MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Penasehat Sekretaris Utama BNN Inspektur Utama BNN Dewan Pengarah Deputi Bidang Pencegahan BNN Deputi Bidang Pemberantasan BNN Deputi Bidang Rehabilitasi BNN Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Koordinator Kelompok Ahli Ketua Dewan Redaksi Karo Umum Settama BNN Pemimpin Redaksi Kabag Humas dan Dokumentasi BNN Drs Sumirat Dwiyanto MSi, Utami Kartika Putri Wakil Pemimpin Redaksi Karjono Anggota Redaksi Bambang Harjoko, Samsul Muarif Reporter Utama Sardhi Duryatmo Asisten Reporter Indira Kelana Devi, Endah Kurnia Fotografer Omar Abidin Gilang, Luciana Astrid Kuswandi Designer Bahrudin, Tony Parhansyah Editor Elisabet Diyas Puspandari Koresponden Niken Anggrek Wulan (Jawa), Rahmansyah Dermawan (Sulawesi), Argo Hartono Arie (Sumatera) Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. (021) 80871556, 80871557 Faks. (021) 808852525, 80871591, 80871592 Penerbit PT Trubus Swadaya Wisma Hijau, Jl. Mekarsari Raya No. 15, Mekarsari, Cimanggis, Depok 16452 Telp. (021) 8729060; Faks. (021) 8729059 Sirkulasi Bag Humas & Dokumentasi BNN
Galang Kerjasama Atasi Belenggu Narkoba
R
apat IDEC Far east Working Group telah usai. Forum yang dilaksanakan atas kerjasama BNN dengan US DEA dihadiri oleh 20 negara Kawasan Timur. Tujuannya, menyamakan “arah” untuk bersatu padu menanggulangi dan memerangi peredaran gelap narkoba. Komitmen itu diwujudkan dengan adanya pertukaran informasi masing-masing negara tentang kegiatan operasional memberantas narkoba serta sasaran targetnya. Dibahas pula mengenai modus operandi baru dalam peredaran narkoba. Dalam kesempatan itu, juga dilakukan koordinasi cara pemberantasan sindikat dan semua mata rantai peredaran narkoba. Sindikat narkoba tak pernah berhenti dan terus memperbaharui berbagai modus penyelundupan, termasuk peralatan dan teknologi yang semakin mutakhir. Dengan adanya kerjasama itu, tekad Indonesia untuk memerangi penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba kian bulat. Itu semua akan berimbas terhadap niatan mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba. Tak hanya forum tersebut, seluruh upaya kerjasama dengan semua pihak, baik instansi dalam negeri dan luar negeri telah dijalin. Inilah yang dilakukan Bidang Hukum dan Kerjasama yang dipimpin Deputi Hukum dan Kerjasama, Drs Indradi Thanos. Detil mengenai bentuk kerjasama dan pihak-pihak yang telah ikut berkomitmen membantu BNN dalam memerangi narkoba, dibahas tuntas di edisi ini. Tulisan menarik yang juga diulas adalah mengenai keberhasilan BNN mengungkap pabrik sabu di pemukiman. Merebaknya tren lokasi produksi di pemukiman, terlebih lokasi elit menjadi perhatian penting bagi para pihak. Hal itu menjadi catatan penting bagi pihak Pemda dan pengelola perumahan. Simak pula mengenai kiat cegah narkoba di lingkungan kerja. Data BNN menyebutkan, jumlah tersangka penyalahguna narkoba di kalangan dewasa sekitar 3 kali lipat ketimbang remaja. Berbagai program pencegahan, konseling, dan rehabilitasi di lingkungan kerja perlu diberi perhatian lebih. Salam, Redaksi
Alamat Email Humas BNN
[email protected] Bagi yang ingin menyumbangkan tulisan silahkan kirim ke email humas BNN.
Wartawan Majalah SINAR BNN dilengkapi dengan identitas dan menandatangani Pakta Intergritas. Jurnalis SINAR BNN bersedia diproses secara hukum bila terkait permasalahan narkoba dan langsung dikeluarkan sebagai tim. Menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik dan di bawah naungan DEWAN PERS yang indenpendent (pasal 15 (1) UU No. 40/1999 Tentang Pers.
2
SINAR BNN EDISI VIII/2011
2011. Majalah SINAR BNN. All Right Reserved Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Kutipan isi penerbit diperbolehkan asal menyebutkan sumbernya. Redaksi menerima sumbangan artikel dan foto mengenai gaya hidup sehat, informasi anti narkoba, dan tulisan yang membangun moral bangsa. Redaksi berhak menyunting tulisan kontributor tanpa mengurangi makna tulisan. Semua isi majalah dan konsepnya terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asazi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual no agenda: D002010022007 Izin No 10/PPBJ/Roum-04/IV/2011/BNN Internasional Standard of Serial Number (ISSN) N0 2086-454X - 9772086454046
Dok. Humas BNN
Pelindung Kepala BNN
DAFTAR ISI WAWANCARA Drs Indradi Thanos: Pecandu dan Korban Bukan Pelaku Kriminal ....................
WASPADA 4
Narkoba dan HIV/AIDS ...........................................................
48
INFO Cegah Narkoba di Lingkungan Kerja dengan CSR .......
54
FOKUS Belajar dari WHOs .....................................................................
58
OPINI
LIPUTAN Jalin Kerjasama Demi Indonesia Bebas Narkoba ..........
8
International Drug Enforcement Conference (IDEC) Mewujudkan Negeri Bebas Narkoba ................................
16
Santoso Signifikansi Media untuk P4GN ...........................................
62
PERNIK SMUN 3 Palu Sekolah Percontohan Antinarkoba ....................................
64
KABAR DAERAH Desa Siaga Narkoba Pertama di Jawa Barat ...................
66
Sepak Terjang BNK Bekasi dan Satnarkoba Polres Bekasi dalam P4GN ............................
68
BNK Bekasi Uji Urine Sopir Bus ............................................
72
KOLOM
74
................................................................................
Penyambutan Mahasiswa Baru FIB UI Nasib Bangsa di Tangan Generasi Muda ..........................
20
FENOMENA CAKRAWALA
Pusat Rehabilitasi Narkoba di Makassar ..........................
22
Afghanistan Tetap Menjadi Ancaman .............. 80
Sidang Kasus Pencucian Uang Jaringan Boski ..............
26
Opium, Makanan Rutin Anak Afghanistan ..... 82
BNN Ungkap Pabrik Sabu di Pemukiman Elit.................
28
Generasi Bangsa dalam Ancaman Narkoba ...................
INFO Pohon Harapan Simbol Empati pada Korban Narkoba ..............................
OPINI KESEHATAN
31
Cara Enak Supaya Sehat .............
88
Urusan Lambung, Temulawak Jagonya ....................
90
BNN Selamatkan 26.400 Anak Bangsa ..............................
92
BNN Gelar Halal Bihalal ..........................................................
94
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan Pejabat Eselon II, III, dan IV BNN ..........................................
95
LIPUTAN Uji Narkoba via Rambut .........................................................
32
Peredaran Gelap Narkoba Melalui Laut............................
36
YKP2N: Karyakan Mantan Kecanduan Narkoba ............
40
Colombo Plan Ketika Dunia Kerja Keras Berantas Narkoba ...................
44
Ilustrasi Cover : Awaluddin
84
DOKUMEN
SINAR BNN EDISI VIII/2011
3
WAWANCARA
Drs Indradi Thanos
Pecandu dan Korban Bukan Pelaku Kriminal Bulan Oktober 2011 menandai tepat satu tahun pelantikan Drs Indradi Thanos sebagai Deputi Hukum dan Kerjasama. Pada masa jabatan baru itu, diterapkan perubahan substansial seperti yang tercantum pada Undang-Undang No.35 Tahun 2009.
D
i antaranya, kewajiban untuk menjalani rehabilitasi bagi mereka yang terbukti sebagai penyalahguna narkoba. Sebuah amanat baru dan tanggungjawab besar yang diemban oleh Indradi terhadap upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Berikut petikan wawancara Sinar BNN dengan Deputi Hukum dan Kerjasama BNN, Drs Indradi Thanos.
4
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Bagaimana menurut bapak, mengenai hukum terhadap pecandu, para pengedar, bandar dan importir atau eksportir narkoba di Indonesia? Pemerintah Indonesia telah mengatur kebijakan narkotika di Indonesia berdasarkan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika agar lebih humanis bagi para pecandu sesuai dengan kesepakatan WHO.
WAWANCARA
Dalam undang-undang ini, para pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba bukan merupakan pelaku kriminal, melainkan dianggap sebagai orang sakit dan perlu diobati, sehingga diharapkan permintaan pasar untuk peredaran narkoba yang terorganisir semakin berkurang. Selain itu, pada pasal 54 mengatur para pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Sedangkan bagi pelaku kejahatan narkoba (pengedar, bandar, eksportir, importir ilegal) pemerintah sepakat memberikan hukuman lebih berat, yaitu pidana penjara seumur hidup sampai hukuman pidana mati. Bagaimana dengan hukum di negara lain? Apakah sama dengan hukum di Indonesia? Hukum di negara lain sama dengan di Indonesia, namun terkadang ada yang menerapkan lebih rinci, seperti contohnya di Malaysia, diatur dalam hukum negara, jumlah barang yang dipakai, misalnya ganja diukur perbatangnya, atau seperti di Australia, bagi para korban atau pecandu diobati.
sosial yang ditunjuk oleh menteri sosial. Setelah melapor, institusi tersebut melakukan asesmen, kemudian hasil asesmen tersebut dicatat dalam rekomendasi medis. Pasien tersebut kemudian diberi kartu lapor diri dalam masa pengobatan. Dengan adanya PP ini diharapkan para pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba dapat diobati sehingga permintaan pasar terhadap narkoba berkurang dan masyarakat menjadi imun terhadap penyalahgunaan narkoba. Apakah Sejak dikeluarkannya PP No.25 Tahun 2011 apakah sudah terasa efeknya dalam program P4GN? Jika belum, langkah apa yang perlu dilakukan agar peraturan tersebut dapat berjalan dengan baik? Saat ini sedang disiapkan Peraturan Menteri Kesehatan untuk penanganan rehabilitasi khususnya pelaksanaan PP
No.25 Pasal 13 tentang penanganan terhadap tersangka, pecandu, atau korban penyalahgunaan atau penyalahguna yang tertangkap tangan dalam proses penyidikan, penuntutan atau penetapan rumah sakit-rumah sakit yang ditunjuk belum seluruhnya siap. Apakah kendala yang dihadapi dalam menjalankan PP No.25 itu? Kendala utama, biaya rehabilitasi untuk tersangka. Belum ada yang bisa menjamin baik jamkesmas maupun jamkesda. Kedua, bantuan dari BNN berupa sarana IPWL baru akan tersedia tahun 2012. Selanjutnya melalui rencana dan program kerja yang akan diimplementasikan pada kurun waktu mendatang, permasalahan-permasalahan yang saat ini muncul secara bertahap akan dapat ditanggulangi dengan baik dan proposional.
Bagaimana menurut anda mengenai PP No.25 Tahun 2011 tentang wajib lapor bagi penyalahguna narkoba dan apa manfaatnya? Pelaksanaan PP ini dilakukan oleh pecandu atau keluarganya (orang tua atau wali) ke institusi pemerintah yang telah ditunjuk seperti rumah sakit, puskesmas, lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh menteri kesehatan, serta lembaga rehabilitasi SINAR BNN EDISI VIII/2011
5
WAWANCARA
Lalu apa yang dimaksud dengan Restorative Justice? Prinsip Restorative Justice (RJ) merupakan sebuah konsep pemikiran yang merespon pengembangan sistem peradilan pidana dengan menitikberatkan pada kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisihkan dengan mekanisme yang bekerja pada sistem peradilan pidana yang ada saat ini, merupakan upaya pemulihan rasa keadilan. Sejauh mana undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika mengadopsi prinsip Restorative Justice? Dalam Pasal 54 UU No.35 Tahun 2009 disebutkan, khususnya terhadap pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba, wajib dilakukan pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Mengacu pada pasal tersebut, artinya pecandu dan korban penyalahguna dianggap bukan sebagai pelaku kriminal, namun sebagai orang sakit dan harus diobati sesuai dengan kebijakan World Health Organization (WHO). Sedangkan dalam pasal 55 peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal pelaporan ke lembaga wajib lapor yang telah ditunjuk. Bagaimana proses dan latar belakang pengakomodasian prinsip RJ dalam UU No.35 Tahun 2009? Hasil kongres PBB “Congress on Crime Prevention and the Treatment of O ffenders” mendiskusikan tentang perkembangan kejahatan, penanggulangannya dan penanganan pelaku kejahatan. Dari hasil diskusi tersebut, pelaku kejahatan narkotika 6
SINAR BNN EDISI VIII/2011
hukum, hak untuk dapat berhubungan dengan keluarga, hak untuk dapat menerima surat, dan mendapatkan fasilitas kesehatan.
ditetapkan sebagai kejahatan jaringan sindikat internasional yang terorganisir dan menurut UU No.35 tahun 2009 dihukum berat. Bagi pelaku yang terbukti sebagai produsen atau pengedar illegal, aset yang dimilikinya juga dirampas negara serta bagi pecandu dan korban penyalahgunaan dilakukan rehabilitasi pengobatan. Apakah fasilitas penjara juga menjadi dasar pertimbangan Restorative Justice? Sejalan dengan UU No.35 Tahun 2009 Pasal 54 dan PP No.25 Tahun 2011, diharapkan di penjara juga telah disiapkan rehabilitasi medis bagi pecandu atau korban yang sedang melakukan proses hukum. Untuk lapas atau rutan, sebaiknya dipisahkan. Penjara untuk murni pecandu, korban penyalahguna dan pelaku kriminalitas atau sindikat narkoba dimonitor melalui alat keamanan selama 24 jam agar jangan sampai narkoba masuk di lapas atau rutan. Dalam hal ini, apa saja hak korban yang dilindungi? Hak mendapatkan perlindungan hukum, hak mendapatkan penasehat
Dalam kasus pengedar di bawah umur, jika pelaku merupakan korban sindikat, bagaimana hukumnya? Ada tiga pilihan, yang pertama, diserahkan kepada lembaga yang menangani permasalahan anak di bawah umur untuk mendapatkan pembinaan dan pengawasan menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Selanjutnya dilakukan pengobatan melalui lembaga rehabilitasi yang telah ditentukan oleh pemerintah termasuk disediakan fasilitas rehabilitasi medik di lapas anak, atau diserahkan kepada orangtua atau wali anak tersebut untuk mendapatkan pembinaan secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Seperti apa kesamaan persepsi antarpenegak hukum tentang hak anak? Hak anak harus dilindungi dari segala perbuatan tindak pidana yang akan mempengaruhi secara mental maupun spiritualnya serta mengembalikan kepada orang tua atau wali untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan. Apa komitmen BNN dalam implementasi azas Restorative Justice dalam P4GN? Menjadikan bangsa Indonesia imun, pulih dari penyalahgunaan narkoba dan lebih aman dari peredaran gelap narkoba. Indah Saraswati
WAWANCARA
SINAR BNN EDISI VIII/2011
7
LIPUTAN
Membangun Kerjasama Antar Lembaga
Wujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba Kejahatan narkoba bersifat luar biasa karena lintas negara dan terorganisir. Dampaknya yang luas menimpa segenap lapisan masyarakat. Terutama kerugian sangat besar dari segi kesehatan, sosial ekonomi, dan keamanan.
8
SINAR BNN EDISI VIII/2011
www.calearning.files.wordpress.com
B
erdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) pada 2008 menunjukkan, angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia atau setara 3,6-juta orang. Dan pada 2015 jumlah tersebut diperkirakan naik menjadi 2,8%. Artinya, ada sekitar 5,1-juta orang yang perlu mendapat perawatan untuk dipulihkan kesehatannya. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat kejahatan narkoba pun sangat besar. Diperkirakan pada 2010, Indonesia akan mengalami kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba sekitar Rp41,2-triliun yang terdiri dari komponen biaya privat dan biaya sosial. Sementara dari segi keamanan,
Pentingnya kerjasama yang komprehensif dalam rangka mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba
kejahatan narkoba mengakibatkan hilangnya suatu generasi bangsa di masa depan yang berakibat sangat fatal bagi kelangsungan bangsa Indonesia.
Seluruh komponen Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba memang akan mempengaruhi segenap sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan
MoU antara BNN dengan Kemenag, AAMTI, IGI, dan BKKBN
negara. Oleh karena itu, perlu wujud nyata untuk melakukan program Pe n c e g a h a n , Pe m b e r a n t a s a n Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Namun, untuk menjalankan itu semua pemerintah, BNN, dan pihak Kepolisian tidak dapat bekerja sendiri. Perlu wujud nyata dan komitmen bersama seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia untuk bersatu menciptakan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Untuk mendukung hal tersebut, BNN melalui Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama perlu melibatkan seluruh komponen bangsa dalam upaya P4GN. Tugas pokok dan fungsi kerjasama itu juga merupakan amanat rakyat yang tertuang dalam Perppu No. 23 Tahun 2010 tentang BNN khususnya pasal 25. Tahun ini, setelah restrukturisasi organisasi dan tindak lanjut UU no. 35 Tahun 2009, BNN secara bertahap merangkul berbagai pihak yang memiliki tugas pokok, fungsi, dan peran sesuai dengan fokus
strategi P4GN. Fokus tersebut yakni, peningkatan kesadaran masyarakat yang secara simultan dijalankan dengan strategi pemberantasan dan terapi rehabilitasi. Oleh karena itu, kerjasama dilakukan dengan beberapa instansi sesuai tupoksi dan perannya. Kerjasama itu pun dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Kerjasama yang dilakukan tak hanya dengan instansi/lembaga di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Di dalam negeri, pada Januari—Agustus 2011, BNN telah melakukan nota kesepahaman dengan 10 instansi, baik pemerintah maupun swasta. Yaitu dengan Kementerian Kominfo, Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Asosiasi
Agensi Model dan Talenta Indonesia (AAMTI), Indomaret (PT Indomarco Prismatama), dan 11 perusahaan penyelenggara telekomunikasi. Adapun bentuk kerjasama telah diimplementasikan dalam berbagai program. Termasuk di dalamnya, pencegahan dalam bentuk kegiatan informatif melalui media informasi maupun langsung; kegiatan peningkatan sumberdaya manusia melalui pelatihan teknis baik preventif maupun operasional pemberantasan; pemberdayaan masyarakat melalui program alternative development; serta peningkatan dan pengembangan terapi vokasional untuk bidang terapi dan rehabilitasi.
Ratu Annisa
Dwi Prasetya A
LIPUTAN
President Director PT Indomarco Prismatama, Sinarman Jonatan mengapresiasi kerjasama dengan pihak BNN
Upaya ke depan Sukses dengan sejumlah kerjasama yang telah terjalin, ke depan, BNN akan menjalin kerjasama dengan Sekolah Tinggi Kepolisian, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perhubungan, Ditjen Imigrasi dan Ditjen Beacukai. Dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, kerjasama SINAR BNN EDISI VIII/2011
9
Ratu Annisa
LIPUTAN
Peresmian Indomaret di UPT T&R Lido pada 29 Juli 2011
dengan Kementerian Perhubungan, Ditjen Imigrasi dan Ditjen Bea Cukai diharapkan akan mendapat dukungan sinergis berkaitan dengan Sistem Analisis Penumpang yang dapat mempermudah proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Berbagai kerjasama yang terjalin dilakukan secara intensif. Seluruh
Dok. Humas BNN
bertujuan meningkatkan program diseminasi informasi melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sedangkan dengan Kementerian BUMN mensasarkan kontribusi BUMN dalam implementasi program kemitraan dan Bina Lingkungan serta pertanggungjawaban sosial perusahaan di bidang P4GN. Terakhir
pelaksanaan upaya P4GN dilakukan secara selaras dan sinergis pada masing-masing komponen dan/ instansi. Tujuannya, agar upaya yang dilaksanakan dapat mendorong keberhasilan visi Indonesia Bebas Narkoba secara lebih efektif dan efisien. Meski demikian, dalam menjalin kerjasama, BNN seringkali menghadapi beberapa kendala. Diantaranya, hambatan sektoral terkait kepentingan masing-masing institusi yang akan disinergikan sebagai substansi kerjasama. Hambatan lainnya, masalah komunikasi dan koordinasi baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan penanggungjawab penyusunan nota kesepahaman maupun perjanjian kerjasama. Hambatan juga muncul terkait mekanisme dan hubungan tata cara kerja dalam proses penyusunan perjanjian kerjasama atau nota kesepahaman dan implementasi program atau kegiatan.
MoU BNN dengan Australian Federal Police (AFP)
10
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
kerjasama dengan Negara–Negara lain. Diantaranya, Benua Afrika, Amerika, dan Asia, seperti Meksiko, Venezuela, China, Nigeria, dan Maroko. Negara-negara tersebut menjadi incaran produsen, distributor, pusat organisasi sindikat, dan sekaligus transit peredaran gelap narkoba dengan tujuan pasar Indonesia.
Dok. Humas BNN
IDEC
(kanan-kiri)Kepala BNN dengan Meneg PP-PA dan Menbudpar
Kerjasama Internasional Untuk menanggulangi kejahatan narkoba yang bersifat lintas negara, BNN juga melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri, seperti The Australian Federal Police (AFP) pada 17 Maret 2011 dan Timor Leste (27 Maret 2011). Timor Leste merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia baik daratan maupun lautan. Daerah tersebut berpotensi sebagai jalur peredaran gelap narkoba, sehingga pos–pos perbatasan perlu diperkuat oleh personil dan sistem keamanan. Berbeda dengan Timor Leste, Australia dan Indonesia memiliki sistem transportasi udara dan laut yang berhubungan secara langsung baik dari bandara dan pelabuhan. Kasus– kasus penyelundupan barang–barang dan narkoba ke Australia banyak yang melalui wilayah Indonesia, terutama jalur Bali dan Jakarta. Berbagai kerjasama internasional yang dijalin bertujuan agar upaya
pemberantasan peredaran gelap narkoba dapat dilakukan secara optimal. Misalnya, adanya contact person/focal point dalam tugas-tugas lapangan terutama dalam pertukaran informasi atau data intelijen maupun dalam capacity building kedua belah pihak akan memperlancar upaya pemberantasan atau pencegahan. Adapun bentuk kesepahaman yang dilakukan berupa MoU (Nota Kesepakatan) dengan Negara yang sering menjadi sasaran produsen, distributor, pusat organisasi sindikat, dan transit peredaran gelap narkoba. Dari MoU tersebut, BNN melakukan pertukaran informasi tentang buronan narkoba, tren atau pola peredaran gelap narkoba, modus operandi, dan sekaligus melakukan operasi bersama (controlled delivered drugs). Juga diperoleh pola clandestine laboratories, jaringan peredaran gelap narkoba, serta aliran dana atau asset. Di masa yang akan datang, BNN akan memproses lebih lanjut
Mengingat pentingnya jalinan kerjasama antarnegara, BNN pun aktif dalam International Drug Enforcement Conference (IDEC), forum kerjasama Internasional yang terdiri atas 107 negara terfokus pada pemberantasan peredaran gelap narkoba. Negaranegara yang tergabung dalam IDEC memanfaatkan pertukaran informasi di bidang buronan pelaku tindak pidana narkoba, target intelijen, sindikat narkoba, pelaku-pelaku jaringan peredaran gelap narkoba yang perlu diawasi serta pertukaran informasi pola–pola clandestine laboratories narkoba khususnya Amphetamine-type Stimulants (ATS). Presiden IDEC ke–29 adalah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Drs. Gories Mere. Kegiatan IDEC 2012 direncakan akan diadakan pada bulan Juni 2012 di Bali. Indonesia merupakan co-host dengan DEA United States. Event itu merupakan kegiatan IDEC pertama di benua Asia. Sebelumnya, kegiatan serupa diselenggarakan di Benua Amerika. Indonesia dipercaya menyelenggarakan IDEC 2012. Sebagai anggota IDEC, sejumlah manfaat besar diperoleh. Pihak BNN secara efektif dapat melakukan SINAR BNN EDISI VIII/2011
11
LIPUTAN
Sofyan Effendi
penindakan dan pengejaran para pelaku peredaran gelap narkoba jaringan Internasional melalui pertukaran info tentang keberadaan dan identitas pelaku, serta aset dan data intelijen lainnya. Contohnya, penangkapan anggota jaringan narkoba Abas Kazerouni, Sindikat Internasional Iran. Keberhasilan penanganan kasus itu diperoleh dengan melibatkan negara peserta IDEC Regional dan IDEC Internasional. Sukses lainnya, Indonesia telah menangkap anggota dan pimpinan jaringan peredaran gelap narkoba, Amir Santosa melalui kerjasama dan pertukaran informasi negara-negara anggota IDEC. Rosy Nur Apriyanti
MoU antara BNN dengan Menkominfo
v
MoU BNN dengan SIKIB
Ratu Annisa
^
12
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
Daftar MoU BNN Dalam Negeri Tahun 2011 No 1
2
3
4
MoU BNN-Indomaret (PT Indomarco Prismatama)
BNN-Kementerian Kominfo
BNN-SIKIB
BNN-Penyelenggara Telekomunikasi (11 perusahaan telekomunikasi)
Masa Berlaku
Masa Berakhir
27 Januari 2011
27 Januari 2021
Pengembangan terapi vokasional melalui peningkatan keterampilan dan pelibatan residen dalam unit usaha
28 Februari 2016
Mengembangkan pola pembinaan masyarakat bebas narkotika melalui budaya, serta peningkatan ekstensi lingkungan pariwisata bebas narkotika
12 Mei 2015
Perluasan program advokasi dan diseminasi informasi melalui kegiatan preventif dan pembinaan sumber daya manusia khususnya generasi muda dan wanita
24 Mei 2014
Untuk memberikan kemudahan akses data dan/atau informasi dalam mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan melalui pemasangan dan operasionalisasi perangkat penyadapan sesuai ketentuan peratutan perundang-undangan
28 Februari 2011
12 Mei 2011
24 Mei 2011
Tujuan
5
BNN-IGI
14 Juni 2011
14 Juni 2016
Untuk meningkatkan peran serta Guru Indonesia dalam mendukung program pelaksanaan P4GN di lingkungan Pendidikan
6
BNN-AAMTI
14 Juni 2011
14 Juni 2016
Meningkatkan pemahaman, kesadaran, serta partisipasi aktif para model dan talent Indonesia dalam upaya P4GN
7
BNN-Kemenag
14 Juni 2011
14 Juni 2016
Peningkatan kendali diri masyarakat terhadap narkotika melalui peningkatan kegiatan keagamaan
14 Juni 2014
Untuk meningkatkan angka kesehatan reproduksi khususnya remaja dan wanita melalui program keluarga kecil, sehat dan sejahtera yang mengedepankan petugas penyuluh lapangan sebagai fasilitator dalam penanggulangan masalah narkotika dalam upaya P4GN dan mewujudkan masyarakat Indonesia bebas Narkoba 2015
8 Agustus 2014
Peningkatan efektivitas pengarusutamaan gender dan perlindungan perempuan dan anak dalam Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
8 Agustus 2015
Mengembangkan pola pembinaan masyarakat bebas narkotika melalui budaya, serta peningkatan ekstensi lingkungan pariwisata bebas narkotika
8
9
10
BNN-BKKBN
BNN-KPPPA
BNN-Kemenbudpar
14 Juni 2011
8 Agustus 2011
8 Agustus 2011
SINAR BNN EDISI VIII/2011
13
LIPUTAN Daftar MoU Antara BNN dengan Komponen Masyarakat Tahun 2011 No
MoU
1
BNN - Yayasan L-Paska (Jateng)
2
BNN - Yayasan Rumah Damai (Jateng)
3
BNN - Yayasan Mitra Alam (Jateng)
4
BNN – Yayasan Charis (DIY)
5
BNN – Yayasan KPAN Al Munawwir (Darul Mabarot) (DIY)
6
BNN – Yayasan Kunci Yogyakarta (DIY)
7
BNN - Yayasan Kontras Yogyakarta (DIY)
8
BNN – Yayasan Perkumpulan Suara Nurani (SUAR) (Jatim)
9
BNN – Yayasan Ponpes Inabah XIX Surabaya (Jatim)
10
BNN – Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat (Kalbar)
11
BNN - Yayasan Galilea (Kalteng)
12
BNN – Yayasan Inabah Banua Anyar (Kalsel)
13
BNN – Yayasan Pondok Modern Ibadurrahman (Kaltim)
14
BNN – Yayasan Doulus Jakarta (DKI)
15
BNN – Yayasan Adiksifitas (DKI)
16
BNN – Yayasan Kapeta (DKI)
17
BNN – Yayasan Kios Info Kes Pus Lit HIV Atmajaya (DKI)
18
BNN – Yayasan Pelangi Harapan Bangsa (NPOS3) (DKI)
19
BNN – Yayasan Kampung Bali Care (DKI)
20
BNN – Yayasan Budi Luhur (DKI)
21
BNN – Yayasan Nusantara Peduli Mandiri (DKI)
22
BNN – Yayasan Pesantren Hikmah Syahadah (Banten)
23
BNN – Yayasan Inabah II Putri (Jabar)
24
BNN – Yayasan Pondok Remaja Inabah XV (Jabar)
25
BNN – Yayasan Pondok Rehabilitasi Inabah XV (Jabar)
26
BNN – Yayasan CBU Kamboja Depok (Jabar)
27
BNN – Yayasan Pondok Sahabat (Jabar)
14
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Masa Berlaku
Masa Berakhir
25 Juli 2011
25 Juli 2014
Tema
Dukungan Penguatan Lembaga Rehabilitasi Adiksi Berbasis Masyarakat
29 Juli 2011
29 juli 2014
LIPUTAN
28
BNN – Yayasan Rumah Sebaya (Jabar)
29
BNN – Yayasan Pantura Plus Karawang (Jabar)
30
BNN – Yayasan Getsemani Anugerah (Jabar)
31
BNN – Yayasan Penuai Indonesia (Jabar)
32
BNN – Yayasan Ponpes Nurul Jannah (Jabar)
33
BNN – Yayasan Rumah Cemara Bandung (Jabar)
34
BNN – Yayasan Pelayanan Agape (Jabar)
35
BNN – Yayasan Sekar Mawar (Jabar)
36
BNN – Yayasan Bangkit (NTT)
37
BNN – Yayasan Rumah Dampingan “Lentera” (NTB)
38
BNN – Yayasan Aksi (NTB)
39
BNN – Yayasan New Padeo Jiwa (Sumbar)
40
BNN – Yayasan Lembaga Pengabdian Pemuda Bangsa (Maluku)
41
BNN – Yayasan Sikok (Jambi)
42
BNN – Yayasan Batam Tourist Development Board (Kepri)
43
BNN – Yayasan Medan Plus (Sumut)
44
BNN – Yayasan Sibolangit Centre (Sumut)
45
BNN – Yayasan Galatea (Sumut)
46
BNN – Yayasan Keris Sakti (Sumut)
47
BNN – Yayasan Mercusuar Doa (Sumut)
48
BNN – Yayasan Pemulihan Kasih Bangsa (Sumut)
49
BNN – Yayasan Sungai Jordan (Sumut)
50
BNN – Yayasan Mitra Mulia (Sumsel)
51
BNN – Yayasan Intan Maharani (Sumsel)
52
BNN – Yayasan Ar-Rahman (Sumsel)
53
BNN – Yayasan Dua Hati Bali (Bali)
54
BNN – Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) (Bali)
55
BNN – Yayasan Kasih Kita Denpasar (Bali)
56
BNN – Yayasan Saburai Support Group (SSG) (Lampung)
57
BNN – Yayasan Sinar Jati (Lampung)
58
BNN – Yayasan Sadar Hati Foundation (Jatim)
59
BNN – Yayasan Bambu Nusantara (Jatim)
60
BNN – Yayasan Corpus Christi (Jatim)
61
BNN – Yayasan Orbit (Jatim)
29 Juli 2011
29 juli 2014
Dukungan Penguatan Lembaga Rehabilitasi Adiksi Berbasis Masyarakat
SINAR BNN EDISI VIII/2011
15
LIPUTAN
International Drug Enforcement Conference (IDEC)
Mewujudkan Negeri Bebas Narkoba
Dok. Humas BNN
Permasalahan narkoba merupakan ancaman global yang bersifat extraordinary crime. Hampir setiap negara menghadapi masalah peredaran gelap narkoba. Sebagai gambaran, dunia mengenal golden triangle, golden crescent, dan golden peacock sebagai sumber utama ketersediaan narkoba.
16
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
Kepala BNN Drs Gories Mere mengatakan, permasalahan narkoba merupakan ancaman global yang bersifat extra ordinary crime
tanaman yang bisa tumbuh di semua jenis tempat dan cuaca dan terdapat di 172 negara, dengan produsen terbesar adalah Afghanistan dan Maroko.
Dok. Humas BNN
Narkoba sintesis
Untuk narkoba jenis kokain, menurutnya, didominasi oleh wilayah Amerika Selatan yang juga disebut dengan istilah golden peacock, meliputi Kolombia, Peru, dan Bolivia. Adapun ganja merupakan jenis
Gories menambahkan, selain narkoba yang berasal dari tanaman, juga terdapat narkoba yang berasal dari bahan sintetis seperti ekstasi dan shabu. Bahan utama pembuatan narkoba sintetis adalah zat kimia yang disebut prekursor. Sebagian besar prekursor yang masuk ke Indonesia berasal dari India yang masuk melalui China. Gories juga menjelaskan, sindikat narkoba akan terus berupaya dengan berbagai cara untuk mengedarkan narkoba ke berbagai belahan dunia, termasuk di antaranya tempat tujuan wisata seperti Pulau Bali. Pihak aparat, antara lain BNN, Polri, Bea Cukai dan Imigrasi tentu tidak akan
tinggal diam dalam mengantisipasi hal tersebut. ”Melalui penggunaan peralatan seperti mesin X-Ray Scanner serta dengan adanya Satgas Seaport dan Airport Interdiction diharapkan dapat meminimalisir peredaran gelap narkoba ke Indonesia,” tambah Gories. Namun demikian, kata Gories, hal ini tentu tidak akan cukup. Pasalnya, pihak sindikat terus menggunakan modus-modus terbaru untuk tetap memasukkan narkoba ke Indonesia. Pihak sindikat memiliki kemampuan mengelabui petugas sehingga kewaspadaan dan ketelitian pihak petugas sangat diperlukan di lapangan, meski mereka telah dibekali dengan berbagai pelatihan dan peralatan pendukung. ”Para petugas umumnya memiliki keterampilan mengenali secara psikologis gerak-gerik orang yang dinilai mencurigakan saat membawa narkoba. Saat ini umumnya para sindikat marak menggunakan modus dengan cara menelan narkoba dan disimpan dalam perut. Jika SINAR BNN EDISI VIII/2011
17
Dok. Humas BNN
D
emikian dikatakan Kepala BNN, Gories Mere, dalam konferensi pers usai opening ceremony Rapat Kerjasama International Drug Enforcement Conference (IDEC) bagi negara-negara anggota untuk Kawasan Timur Jauh (Far East Region) di Kuta, Bali, (7/9/ 2011). Gories mengatakan, golden triangle adalah wilayah yang meliputi suatu kawasan di antara tiga negara, yaitu Thailand, Laos, dan Myanmar. Sedangkan kawasan golden crescent meliputi Iran, Pakistan dan Afganistan. ”Afghanistan sendiri saat ini ditengarai menyuplai sebesar 93% dari kebutuhan heroin dunia,” ujarnya.
LIPUTAN
mereka menyembunyikan dalam tas atau paket, pasti akan terdeteksi oleh mesin x-ray,” ujarnya.
Dihadiri 20 negara
sebagai upaya mengkoordinasikan dua puluh delegasi anggota IDEC Kawasan Timur Jauh untuk secara bersamasama menanggulangi permasalahan narkoba yang dirasakan kian kompleks dan mengancam kehidupan global di Kawasan Timur Jauh. Melalui rapat kerjasama ini seluruh delegasi dapat bertukar data dan informasi tentang kegiatan operasional yang akan dilaksanakan dalam hal pemberantasan narkoba, berikut sasaran targetnya. Selain itu, mereka juga mendiskusikan mengenai modus-modus operandi terbaru yang digunakan oleh para sindikat dalam hal peredaran gelap narkoba.
Dok. Humas BNN
Rapat kerjasama Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan United States Drug Enforcement Administration (US-DEA) ini dihadiri oleh 20 negara yang termasuk dalam Kawasan Timur Jauh (Far East Region), yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, Hongkong SAR, Jepang, Macau SAR, Malaysia, Myanmar, New Zealand, Korea, Laos, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, Vietnam, Papua Nugini, US-DEA, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Masing-masing delegasi anggota IDEC terdiri atas 1 atau 2 pejabat tinggi di bidang penegakan hukum narkoba yang didampingi oleh Senior Level dari DEA Representatif di masing-masing negara. Sementara itu, representatif dari badan-badan penegak hukum di setiap negara yang bukan menjadi member IDEC diundang sebagai observer. Terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah dalam IDEC Far East Regional Working Group kali ini merupakan hasil dari sidang IDEC ke-28 yang diselenggarakan di Cancun, Meksiko pada 7 April 2011. Penyelenggaraan rapat kerjasama IDEC Far East Regional Working Group ini dimaksudkan
IDEC dihadiri oleh perwakilan dari 20 negara yang termasuk dalam Kawasan Timur Jauh
18
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
Didirikan pada 1983, organisasi IDEC dimaksudkan sebagai upaya untuk melembagakan kerjasama regional para pejabat penegak hukum dari seluruh belahan bumi barat guna membangun kerjasama dan komitmen yang dibutuhkan dalam mensukseskan upaya pemberantasan narkoba. Konferensi IDEC pertama kali dicetuskan oleh negara-negara yang telah mengikuti program pelatihan drugs enforcement yang diadakan oleh US-DEA. Dan, IDEC regional working group saat ini terbagi menjadi enam region: The South America Region, The Carribean Region, North & Central Americas Region, Europe & Africa Region, South & Central Asia Region, dan Far East Region. Konferensi IDEC Far East Region ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Pada 21—22 September 2010, Konferensi IDEC untuk Far East Region dilaksanakan di Nongsa, Batam dan dihadiri oleh 70 peserta yang berasal dari 17 negara.
Dok. Humas BNN
Membangun kerjasama
Konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan dalam upaya pengejaran target operasi oleh masing-masing negara. Sebagaimana diketahui bersama, sindikat narkoba tidak akan pernah berhenti dan akan terus mengupayakan berbagai modus untuk menyelundupkan narkoba dengan peralatan dan teknologi yang semakin canggih.
Sebagai host country IDEC Far East Regional Working Group, Indonesia mengukuhkan tekad bangsa dalam memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba demi mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Khrisna
Memiliki Kontribusi Strategis Kepala BNN Gories Mere mengatakan, dari hasil kerjasama tukar informasi antarpeserta IDEC telah beberapa kali membuahkan hasil yang luar biasa. Beberapa waktu lalu, pihak petugas berhasil menangkap seorang pimpinan sindikat narkoba bernama Abbas di Bangkok, Thailand. Dari keterangan tersangka Abbas, terdapat sekitar 2.000 pabrik pembuatan narkoba di Iran yang hasilnya siap diedarkan ke berbagai wilayah di Asia. Selain itu, berkat kerjasama yang dilakukan, BNN juga berhasil menangkap seorang anggota sindikat asal Belanda di wilayah Sentul, Bogor, dengan barang bukti tak kurang dari 250-ribu butir ekstasi. Sementara itu, Direktur Narkoba & Kejahatan Terorganisir Bareskrim Polri, Arman Depari menjelaskan bahwa berdasarkan data pada semester pertama tahun 2011 ini terdapat kenaikan sebesar 67% untuk tindak pidana narkotika jenis shabu. Sedangkan untuk jenis narkoba lain sekitar 8%. Dari persentase tersebut, banyak narkoba yang masuk berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, pertemuan IDEC ini memiliki kontribusi yang sangat strategis, khususnya bagi Indonesia dalam hal melakukan koordinasi lintas negara. Khrisna
SINAR BNN EDISI VIII/2011
19
LIPUTAN
Penyambutan Mahasiswa Baru FIB UI
Nasib Bangsa di Tangan Generasi Muda Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah merambah ke berbagai aspek sehingga diharapkan di tangan generasi mudalah nasib bangsa ini akan ditentukan.
20
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Dok. Humas BNN
D
em i k i a n yang disampaik an oleh Direktur Tindak dan Kejar BNN Dr Benny Jozua Mamoto SH MSi dalam kegiatan Pengenalan Sistem Akademik tingkat Fakultas di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, pada pertengahan Agustus 2011. Tingkat penyalahgunaan narkoba di tanah air memang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian BNN dan Puslitkes UI menunjukkan, jumlah penyalahguna narkoba pada 2008 sebanyak 1,99% atau sekitar 3,3-juta orang dan pada 2010 diprediksi jumlahnya mengalami peningkatan menjadi 3,8-juta orang atau 2,21% dari populasi penduduk Indonesia. Makin meningkatnya jumlah konsumen di Indonesia tersebut akan makin mengundang beroperasinya jaringan sindikat narkoba di tanah air, terlebih dengan harga yang tinggi (great market-great price)
Dihadiri lebih dari 300 mahasiswa baru
Oleh karena itu wajar bila Benny mengharapkan peran aktif mahasiswa dalam mencegah peredaran narkoba disek itar nya. Contohnya di
lingkungan Universitas Indonesia maupun di luar kampus serta bersikap peduli dan waspada terhadap penyalahgunaan narkoba.
Dr Benny J Mamoto, mengharapkan peran aktif mahasiswa dalam mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
Dok. Humas BNN
Dok. Humas BNN
gerak an bebas narkoba. Niat baik yang disampaikan Dekan FIB UI itu pun disambut baik Benny yang ikut mengisi di salah satu kegiatan Pengenalan Sistem Akademik tingkat Fakultas FIB (15—19 Agustus 2011). Kegiatan itu dihadiri oleh lebih dari 300 mahasiswa baru. Selain pemberian materi tentang narkoba, BNN melalui bagian Humasnya juga membuka stan pameran di lokasi kegiatan. Tujuannya agar
Dengan adanya interaksi langsung antara Benny sebagai perwakilan BNN dengan mahasiswa baru di Universitas Indonesia, khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, diharapkan dapat mengajak mahasiswa lainnya untuk berkata "Tidak pada Narkoba”.
Pencegahan awal
Antusiasme mahasiswa baru FIB UI ketika bertanya kepada Dr Benny Jozua Mamoto
Dok. Humas BNN
LIPUTAN
Pembagian flyer dan brosur oleh BNN kepada mahasiswa baru FIB UI
mahasiswa lebih mengenal bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sehingga lebih mawas diri. Acara tersebut diakhiri dengan pembagian sejumlah flyer, stiker dan majalah secara gratis oleh BNN kepada seluruh mahasiswa baru FIB UI. Sedangkan sebagai kenangkenangan, FIB UI memberikan sertifikat dan bingkisan kepada Dr Benny. Sofyan Efendi dan Rosy Nur Apriyanti
Dok. Humas BNN
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia menggandeng Badan Narkotika Nasional untuk berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan penyambutan mahasiswa baru. BNN dianggap sebagai instansi tepat yang mampu memberikan penyuluhan dan pencegahan awal mengenai narkotika dan bahan aditif berbahaya lainnya, terutama kerentanan mahasiswa baru yang berada pada kisaran usia remaja. Dekan FIB UI Prof Dr Bambang Wibawarta pun ingin menjadikan fakultas yang dipimpinnya sebagai pionir di UI yang melaksanak an Stan BNN dikunjungi banyak mahasiswa SINAR BNN EDISI VIII/2011
21
LIPUTAN
Pusat Rehabilitasi Narkoba di Makassar Berdasarkan data BNN pada 2008 jumlah penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan mencapai angka 103.849 orang dan pada 2010 diprediksi meningkat menjadi 121.773 orang atau melebihi dari rata-rata penyalahgunaan narkoba tingkat nasional.
Pembangunan Pusat Rehabilitasi Narkoba di Makassar direncanakan selesai pada Desember 2011
22
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Foto-foto: Dok. Deputi bidang Rehabilitasi BNN
K
epala BNN Drs Gories Mere mengungk apk an, t e r j a d i n y a peningkatan angka penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan karena kecenderungan dari masyarakat untuk mencoba hal-hal baru yang pada akhirnya kebablasan. "Termasuk sulit membendung pengaruh-pengaruh yang timbul dari pergaulan di masyarakat utamanya di usia muda,” jelas Gories Mere. Sayangnya, fasilitas rehabilitasi yang ada di Sulsel kurang memadai u n t u k m e n a m p u n g p a r a penyalahguna narkoba. Selama tiga tahun terakhir hanya mampu merehabilitasi tak kurang dari 100 orang. Drop in Center yang bernaung di bawah YKP2N, juga hanya sanggup menampung 40 dari 120 pecandu
LIPUTAN
narkoba pada 2010. Angka tersebut menunjukkan keterbatasan jumlah fasilitas yang tersedia serta rendahnya keinginan pemakai untuk terus memperbaiki diri.
Tekan jumlah pecandu Menurut Gories hadirnya pusat terapi, rehabilitasi, dan pelayanan narkoba di Makassar merupakan
salah satu harapan agar Sulawesi Selatan terbebas dari narkoba. Kehadiran pusat rehabilitasi narkoba di Kota Angin Mamiri ini adalah salah satu yang terbaik di kawasan Timur Indonesia. “Kami sangat berharap hadirnya fasilitas ini bisa menekan angka pengguna narkoba sesuai target pemerintah Indonesia Bebas Narkoba tahun 2015,” tambah Gories Mere.
www.kompas.com
Dok. Humas BNN
UPT T&R Narkoba BNN di Makassar dibangun di atas lahan seluas 2.5 ha
Kehadiran pusat rehabilitasi yang direncanakan selesai pada Desember 2011 bertujuan untuk mewujudkan pelayanan terapi dan rehabilitasi yang bermutu dan profesional secara komprehensif, efisien, efektif, dan memenuhi standar untuk pemulihan bagi korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba. Selain itu, juga melindungi korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba dari pelayanan yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan. Tujuan lain, dapat disusunnya penatalaksanaan rehabilitasi terpadu korban penyalahgunaan narkoba yang berbasis masyarakat. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pusat rehabilitasi yang dibangun di Makassar menjadi komitmen serius dari pemerintah daerah untuk memberantas narkoba. “Ini tantangan tersendiri buat kami karena sama seperti tantangan teroris. Narkoba
Para pejabat yang menghadiri peletakkan batu pertama Pusat Terapi dan Rehabilitasi Narkoba di Makassar
Gubernur Sulawesi S elatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pusat rehabilitasi yang dibangun di Makassar menjadi komitmen serius dari pemerintah daerah untuk memberantas narkoba SINAR BNN EDISI VIII/2011
23
LIPUTAN
terkadang tanpa kita sadari, ternyata sudah ada di sekitar kita, keluarga kita dan itu sangat serius,” ujar Syahrul. Selain penyediaan lahan untuk pembangunan pusat rehabilitasi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga memberikan bantuan satu unit mobil operasional dan menginstruksikan dinas kesehatan dan dinas sosial untuk memberikan dukungan personil dan peralatan. “Makassar merupakan pusat distribusi dari segala hal untuk 14 provinsi di Timur Indonesia, sehingga jika terjadi sesuatu di Sulsel akan berimbas ke 14 provinsi itu. Pembangunan ini (pusat rehabilitasi) menjadi strategi yang tepat,” kata Syahrul.
Fasilitas Pusat rehabilitasi di Komplek DPU Baddoka, Kecamatan Biringkanaya, M a k a s s a r, y a n g d i re s m i k a n peletakan batu pertamanya pada 23 Agustus 2011 tersebut diperkirakan menelan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) senilai Rp50-miliar. Kepala BNNP Sulawesi Selatan Drs Richard Marolop Nainggolan MM MBA menjelaskan,
24
SINAR BNN EDISI VIII/2011
pusat rehabilitasi ini dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare dengan kapasitas 500 orang, 70 persen untuk
pria dan 30 persen wanita. Fasilitas dalam UPT Rehabilitasi Narkoba BNN di Baddoka, Makassar, tersebut antara lain bangunan pengelola dan terapi, bangunan rehabilitasi laki-laki, bangunan rehabilitasi perempuan, half way house, gedung serbaguna, rumah dinas dokter, mess karyawan, guest house, workshop, dapur dan laundry, tempat ibadah, lapangan olahraga outdoor, dan pos jaga. Sementara gedung kantor BNNP dibangun di atas lahan seluas 2.000 m2 di Jalan Nuri Baru, Kelurahan M a c c i n i S o m b a l a , K e c a m a t a n Tamalate,
LIPUTAN
Makassar. Kedua fasilitas ini (Pusat Rehabilitasi Narkoba dan kantor BNNP Sulawesi Selatan) dibangun berdasarkan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) BNN 2011 pada proyek standardisasi kantor provinsi untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan narkoba, pelayanan terapi dan rehabilitasi bermutu, serta melindungi pecandu dari pelayanan yang dapat merugikan kesehatan. Selama ini, BNNP Sulawesi Selatan berkantor di salah satu ruangan di gedung Celebes Convention Center (CCC) dengan status pinjam pakai dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan dalam operasionalnya didukung oleh 35 pegawai negeri sipil (PNS) Pemer intah Provinsi Sulawesi Selatan.
Kawasan Timur Indonesia termasuk rawan terhadap penyalahgunaan maupun peredaran gelap narkoba. “Empat provinsi di Timur Indonesia berada di atas prevalensi nasional yaitu Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara. Sementara tiga provinsi tidak memiliki tempat
perawatan penyalahgunaan narkoba yaitu Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua Barat. Dengan adanya pusat rehabilitasi di Makassar ini diharapkan jumlah penyalahguna narkoba bisa ditekan jauh dibawah dari rata-rata penyalahgunaan narkoba tingkat nasional. Rosy Nur Apriyanti
SINAR BNN EDISI VIII/2011
25
LIPUTAN
Sidang Kasus Pencucian Uang Jaringan Boski
Dwi Prasetya A
Sejak terungkap pada awal 2011 oleh BNN, pihak yang terlibat dalam jaringan Boski terus dihadirkan ke meja hijau. Salah satunya Abdul Kadir Najumudeen, WNA keturunan India, yang diduga melakukan tindak pidana pencucian uang haram dari jaringan tersebut
S
idang yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada Kamis (25/08) itu mendengarkan keterangan saksi ahli. Saksi ahli yang dihadirkan dalam persidangan tersebut adalah ahli tindak pidana dan money laundry, Dr Yenti Ganarsih SH MH dan ahli teknologi informasi (IT ) dari BNN, Kompol Alberthus Dedi. Kedua saksi hadir untuk menjelaskan mengenai tindak pidana pencucian uang yang diduga dilakukan oleh Abdul Kadir Najumudeen serta kronologisnya. Dalam keterangannya, Yenti menjelaskan tentang keterkaitan tindak pidana money laundry yang diduga dilakukan oleh Abdul Kadir Najumudeen dengan tindak pidana narkoba. Menurut Yenti, keterkaitan
Abdul Kadir Najumudeen ditangkap petugas BNN atas dugaan keterlibatnya dalam jaringan Boski
26
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Dwi Prasetya A
LIPUTAN
Ahli hukum pidana dan money laundry Dr Yenti Garnasih SH MH hadir sebagai saksi ahli dari sisi hukum pidana dan money laundry
hasil kejahatan narkoba jaringan Boski senilai lebih dari US$175 ribu. Ia menggunakan modus membuka beberapa rekening atas nama anak buahnya dan di money changer miliknya yang merupakan perwakilan sebuah money changer di Singapura. Menurut Direktur Tindak dan Kejar BNN Drs Benny Jozua Mamoto SH MSi modus pencucian uang seperti ini merupakan modus lama yang selalu dimainkan oleh jaringan narkoba. ’’Prinsipnya kita (BNN, red) akan ’memiskinkan’ mereka ( jaringan narkoba, red) dengan mengusut tuntas hingga ke aset-aset,’’ tukas Benny. Sidang yang berlangsung selama satu jam tersebut akan dilanjutkan pada 8 September 2011 dengan agenda pembacaan tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum. Dwi Prasetya Anindito
cpadollar.com
tindak tersebut tidak terlepas dari tindak pidana narkoba yang dilakukan oleh jaringan Boski. ’’Kalau yang satu sudah terbukti otomatis tindak pidana induknya (narkoba, red) pasti juga akan terbukti’’, ungkap Yenti yang juga dosen di Fakultas Hukum Universitas Trisakti itu. Yenti
menambahkan UU No. 35 Tahun 2009 bisa menjadi pintu masuk bagi BNN untuk mengusut kasus money laundry dalam tindak pidana narkoba. Sementara itu, ahli teknologi informasi dari BNN dalam kesaksiannya menjelaskan mengenai peredaran uang milik jaringan Boski di beberapa rekening dan money changer yang diduga dilakukan oleh Abdul Kadir Najumudeen. Kehadiran saksi ahli dari BNN sempat menimbulkan pertanyaan dari kuasa hukum. Pada akhirnya Ketua Majelis Hakim memutuskan ahli IT dari BNN tersebut merupakan saksi biasa bukan saksi ahli karena berasal dari pihak yang menangkap terdakwa. Abdul Kadir Najumudeen sendiri ditangkap oleh petugas BNN di Harmoni, Jakarta Pusat. Najumudeen diduga melakukan pencucian uang
Najumudeen diduga melakukan pencucian uang haram jaringan Boski senilai US$ 175-ribu
Terdakwa Abdul Kadir Najumudeen bersama kuasa hukumnya SINAR BNN EDISI VIII/2011
27
LIPUTAN
BNN Ungkap Pabrik Sabu di Pemukiman Elit
Dwi Prasetya A
Untuk kesekian kalinya, jaringan narkoba internasional memanfaatkan sebuah pemukiman elit di Bogor, Jawa Barat, dalam menjalankan bisnisnya. Lokasi dengan kesibukan tinggi dan keamanan yang terkesan longgar dianggap sangat menguntungkan.
Rumah di kawasan perumahan Sentul City, Cluster Mediterania 1, Jl Padjajaran No.55 yang diduga dijadikan pabrik sabu
B
adan Narkotika Nasional kembali berhasil mengungkap kasus peredaran gelap narkoba jaringan internasional, pada Minggu 11 September 2011. BNN berhasil mengamankan
28
SINAR BNN EDISI VIII/2011
tiga tersangka berkewarganegaraan Taiwan yang diduga produsen narkoba jenis sabu. Ketiga tersangka berinisal A, AM, dan H dibekuk oleh petugas BNN di sebuah apartemen, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta
Utara. Dari ketiga tersangka, petugas berhasil menyita barang bukti berupa sabu, alat penghisap sabu (bong), 1 botol berisikan tablet efedrin, 20 telepon genggam, dan uang tunai Rp10-juta.
^ & v Sejumlah barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tersangka AM, maka petugas BNN melakukan pengembangan. Dari Informasi itu akhirnya berhasil diungkap kedok sebuah rumah yang diduga kuat sebagai pabrik pembuatan sabu. Tepatnya di kawasan perumahan Sentul City, Cluster Mediterania 1, Jl Padjajaran No.55. Berdasarkan pengeledahan di tempat kejadian perkara (TKP), petugas BNN menemukan sejumlah barang bukti yang menguatkan indikasi bahwa tersangka A telah menyiapkan rumah di Sentul City tersebut sebagai pabrik pembuatan sabu. Selain di Cluster Mediterania, para tersangka juga memanfaatkan sebuah rumah di Cluster Mountain View Residences sebagai tempat pengeringan.
Menurut Direktur Tindak dan Kejar BNN Dr Benny Jozua Mamoto SH MSi, kasus ini merupakan pengembangan dari kasus laboratorium methamphetamine di Batam pada 2007. “K ami mengembangkan kasus di Batam
2007. Dari data itu, kami terus lakukan pengembangan dan pemantauan dan ternyata ada indikasi mereka masih terus aktif memproduksi sabu,” ujar Benny. Lebih lanjut dosen Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia itu mengatakan, penggerebekan ini masih terus dikembangkan untuk mengejar otak di balik pabrik sabu berinisal AL dan HK yang berkewarganegaraan Taiwan. “Kami juga mengamankan tiga orang warga negara Taiwan. Karena masih terus dikembangkan agar bisa terungkap otak di balik pabrik sabu ini. Yang pasti, kami sudah berkoordinasi dengan interpol Taiwan agar bos besar dari 3 orang ini bisa ditangkap,” urainya.
Sepi Menurut Benny, para pengedar narkoba memang kerap memilih pemukiman sepi sebagai tempat tinggal atau gudang penyimpanan. Biasanya tetangganya adalah orang sibuk atau orang yang jarang bersosialisasi. Para tersangka yang baru menempati rumah di Sentul
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya A
LIPUTAN
SINAR BNN EDISI VIII/2011
29
LIPUTAN
Dwi Prasetya A
Sentul City Bogor tersebut adalah warga Jakarta. Terlebih lagi warga yang dominan tinggal di kawasan tersebut adalah para pendatang yang mengontrak di komplek Sentul City tersebut. ”Kebanyakan sebagian pemilik rumah di sini orang Jakarta, jadi ke sini ya cuma liburan aja, dan banyak juga yang ngontrak, termasuk yang ditangkap ini,” tambahnya.
sejak beberapa bulan lalu, juga “Mulai besok pagi (Rabu 14/9) tidak melapor kepada Ketua Rukun kita bersama warga akan melakukan Tetangga setempat. sensus. Apakah dia tinggal tetap, Senada dengan pernyataan kontrak, atau pun cuma liburan saja,” Benny, Koordinator Keamanan ucap Poerwanto saat ditemui di Sentul City, Poerwanto juga tidak lokasi olah TKP yang dilakukan oleh mengetahui kegiatan yang dilakukan pihak BNN, di Sentul, Bogor. Sensus oleh tersangka. ’’Saya jarang ngeliat penduduk tersebut dilakukan lantaran Direktur Tindak dan Kejar BNN, Dr Benny dia keluar dan rumahnya juga selalu menurut Poerwanto sebagian besar Jozua Mamoto SH MSi menyatakan kasus terlihat kosong,’’ ungkap Poerwanto. warga yang memiliki rumah dan ini merupakan pengembangan dari kasus Te t a n g g a s e k i t a r r u m a h tinggal di kawasan laboratorium narkoba di Batam pada 2007 yang digrebek BNN itu pun tidak mengetahui aktivitas tersangka. Hal ini mencerminkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap aktivitas-aktivitas yang mencurigakan di lingkungannya Hal itu, memberikan celah bagi penjahat khususnya bandar nar k oba untuk beraktivitas bahkan memproduksi narkoba. Terkait penggerebekan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di k awasan perumahan mewah Sentul City pada Juni dan September, pihak keamanan Sentul City akan melakukan sensus penduduk terhadap Para tersangka yang berhasil dibekuk petugas BNN di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara seluruh warganya. 30
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Dwi Prasetya A
Rumah di Cluster Mountain View Residences yang dijadikan sebagai tempat pengeringan
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya Anindito
LIPUTAN INFO
Pohon Harapan
Simbol Empati pada Korban Narkoba Lebih dari 200-ribu orang meninggal akibat penyalahgunaan narkoba. Sebagai salah satu upaya untuk mengkampanyekan bahaya narkoba, UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) membuat prasasti yang diatasnya dibangun sebuah pohon dari besi yang dinamakan “Tree of Hope” alias Pohon Harapan.
P
ohon Harapan yang terletak di luar markas PBB di Wina, Austria, tersebut menyimbolkan sebuah awal kehidupan baru, harapan baru, dan keyakinan untuk mencegah dan mengobati para penyalahguna narkoba, yang ada di tengah masyarakat. Ide pembangunan Pohon Harapan hasil rancangan Ilse Stiber dan Vocational School di Wina ini bermula dari kisah nyata seorang ibu di Jerman. Seorang ibu yang anaknya meninggal akibat overdosis, membangun sebuah tugu peringatan di sebuah taman kota. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon menjelaskan, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menanggulangi peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Namun keluarga, sekolah, masyarakat, dan organisasi keagamaan sudah seharusnya juga turut berpartisipasi untuk melakukan tindakan pencegahan narkoba di
lingkungannya. Hal ini juga tentunya perlu dukungan dari media massa, karena upaya penanggulangan narkoba juga sudah seharusnya disebarluaskan melalui media.
Memberi spirit Sementara Menteri Buruh dan Urusan Perlindungan Konsumen Austria, Rudolf Hundstorfer, mengatakan, “Hari ini, kita semua tahu bahwa korban adiksi narkoba bisa dirawat dan didiagnosis sejak dini, dan pencegahan menjadi langkah yang paling penting dalam menanggulangi narkoba. Saya harap, eksistensi pohon ini bisa memberi spirit bagi orang-orang dan keluarga korban penyalahgunaan narkoba bisa semakin kuat untuk melindungi lingkungan mereka dari jeratan narkoba”. Francis Maertens, Deputi Direktur Eksekutif UNODC, mengatakan bahwa Pohon Harapan bisa menyampaikan p esan pada masyarak at agar tidak memberi stigma buruk
pada p enyalahguna narkoba, namun justru merangkul mereka dan memberikan empati. Sementara Wakil Kepala Komisi Narkoba Austria, Eveline Hejlek, mengatakan bahwa adiksi narkoba bukan hal yang tabu untuk dibicarakan, justru harus menjadi perhatian k h u s u s k a re n a m a s a l a h narkoba bisa mempengaruhi sistem kehidupan seluruh masyarakat, bangsa, dan negara. “Kami semua berkomitmen untuk membantu mereka yang menderita akibat adiksi narkoba dan mendukung mereka yang melakukan tindakan pencegahan penyalahgunaan narkoba,” pungkas Hejlek. Budi Kurniapraja Sumber : www.undoc.org
Pohon Harapan, simbol sebuah awal kehidupan baru, harapan baru, dan keyakinan untuk mencegah dan mengobati para penyalahguna narkoba SINAR BNN EDISI VIII/2011
31
LIPUTAN
Uji Narkoba via Rambut
Foto-foto: Sofyan Efendi
Inilah kemajuan teknologi uji narkoba terbaru. Jika melalui urine, narkoba yang terdeteksi hanya berumur 3 hari, tetapi lewat rambut bisa 1-3 minggu.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Prof Dr Bachtiar Aly sebagai salah satu relawan yang pertama diambil sampel rambutnya untuk diuji menggunakan teknologi GC MS MS
32
SINAR BNN EDISI VIII/2011
T
eknologi pengujian narkoba via rambut baru diluncurkan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Senin, 12 September 2011, di Lapangan Utama BNN, Cawang, Jakarta Timur. Teknologi bernama GC MS MS (Gas Chromatography Mass Spectrometer) tersebut memiliki tingkat sensitivitas dan keakuratan tinggi untuk mendeteksi kandungan narkoba pada tubuh seseorang, meski dalam jumlah kecil sekalipun. “Tingkat keakuratan alat ini bisa diper tanggungjawabk an,” ujar Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN Drs Sambudiyono MM. Cara kerja GC MS MS pun sederhana. Pe t u g a s cukup mengambil beberapa helai rambut sepanjang 1 cm untuk selanjutnya dianalisis menggunakan GC MS MS yang sudah terpasang dalam mobil uji narkoba BNN. Hasil akan terbaca setelah 17–20 menit dalam bentuk print out berupa lembaran kertas berisi data kandungan obat dalam rambut tersebut. “Hasil print out bisa dijadikan barang bukti seseorang menggunakan narkoba atau tidak,” tambah Sambudiyono. Selanjutnya mobil berisi teknologi GC MS MS diserahkan secara simbolis kepada Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN yang diwakili oleh Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN Drs Sambudiyono MM, sebagai satuan kerja yang akan bertanggung jawab dalam operasional kegiatan mobil yang dilengkapi uji lab tersebut. Kini BNN memiliki 10 mobil yang didalamnya terdapat lab pengujian, termasuk alat GC MS MS. Namun,
LIPUTAN
Kepala BNN Drs Gories Mere menyerahkan mobil berisi teknologi GC MS MS secara simbolis kepada Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN yang diwakili oleh Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN Drs Sambudiyono MM
“Tidak menutup kemungkinan jumlah (mobil berisi alat pengujian narkoba, red) akan bertambah di anggaran tahun depan,” kata Sambudiyono. Hal itu sesuai dengan pernyataan Kepala BNN. “Direncanakan mobil uji narkoba ini akan ditempatkan di setiap BNNP seluruh Indonesia, namun perlu waktu untuk menyesuaikan. Tahun 2011, target untuk kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya dulu,” kata Gories Mere.
Inspeksi mendadak Peluncuran mobil uji narkoba ini jelas sangat memudahkan dan membantu BNN dalam menjalankan program Pencegahan, Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Deputi Pemberdayaan Masyarakat (Dayamas) misalnya, akan menggunakan mobil berteknologi GC MS MS tersebut untuk melakukan sistem inspeksi mendadak (sidak) narkoba kepada masyarakat. “Terdapat beberapa lokasi yang akan kami sidak, diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat seperti perumahan warga, dan lingkungan kerja seperti di kantor maupun instansi,” jelas Sambudiyono. Untuk menjalankan program P4GN, tentunya bidang Pemberdayaan Masyarakat akan bekerjasama dengan Satuan Kerja (Satker)
lain, seperti Pemberantasan dan Pencegahan. “Misalnya, kami mendapat info dari Bidang Pemberantasan bahwa murid-murid di sekolah A banyak yang menggunakan narkoba. Segera kami lakukan sidak dengan menggunakan mobil uji narkoba. Apabila terbukti banyak pemakai, maka temuan tersebut kami serahkan kepada Bidang Pemberantasan atau bidang rehabilitasi untuk ditindaklanjuti. Atau kita koordinasikan, apakah akan dilaksanakan pemberdayaan alternatif. Tentunya info yang kami dapat bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sidak yang kami laksanakan tidak SINAR BNN EDISI VIII/2011
33
LIPUTAN
salah sasaran,” jelas Sambudiyono. Pria yang akrab disapa Sam itu berharap mobil berisi alat uji narkoba GC MS MS bisa segera dioperasikan. Menyangkut masalah sidak ke sekolah dan kampus, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Prof Dr Bachtiar Aly MA pun siap membantu dari segi birokrasi ke lingkungan pendidikan. Dengan demikian diharapkan sidak berjalan lancar dan lebih dari itu, para akademisi dapat membantu dan mendukung program P4GN BNN.
Mengapa rambut? Selain rambut, GC MS MS juga bisa menggunakan urine untuk mendeteksi narkoba. Namun, menurut Sam sifat rambut yang permanen lebih memudahkan a n a l i s i s d a l a m mengidentifikasi keberadaan narkoba di tubuh seseorang. Selain itu, uji narkoba via urine hanya mendeteksi narkoba beberapa saat sampai tiga hari setelah
pemakaian. Sementara uji narkoba melalui rambut dapat mendeteksi penggunaan narkoba untuk jangka waktu lebih lama, seminggu hingga tiga bulan setelah pemakaian. Dengan demikian diharapkan upaya penghilangan bukti oleh tersangka dengan cara kabur beberapa hari tetap dapat dicegah. Sam juga menjelaskan, kalau menggunakan urine, sangat mungkin terjadi penyelewengan. Ada kemungkinan seseorang mengganti urine dengan air atau menukarnya dengan urine orang lain yang tidak mengonsumsi narkoba. Berbeda dengan rambut, ketika mengambil sampel rambut, kami bisa mengawasinya secara langsung,” kata Sam.
Lebih singkat
Direktur Pemberdayaan Alternatif Sambudiyono, teknologi GC MS MS menggunakan rambut sebagai sampel
34
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Kelemahan lain, tes menggunakan urine memakan waktu lama. Untuk meminimalisir tertukarnya sampel rambut seseorang yang akan dites, maka sampel tersebut dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label. Kecepatan pengujian narkoba dengan teknologi GC MS MS dengan media rambut juga diamini Direktur Tindak dan Kejar BNN Dr Benny Jozua Mamoto SH MSi. Menurutnya jika melakukan tes melalui urine memakan waktu sampai satu hari. Sementara, “Dalam sehari bisa ribuan rambut kita tes,” kata Benny. Untuk mengetahui kinerja alat GC MS MS, Kepala BNN beserta jajarannya pun melakukan uji narkoba dengan rambut setelah peluncuran alat tersebut. Pejabat BNN yang melaksanakan uji diantaranya
LIPUTAN
Kepala BNN, Deputi Pemberantasan, Deputi Hukum dan Kerjasama, Deputi Rehabilitasi, Kapuslitdatin dan beberapa Pejabat Eselon II diambil sampel rambutnya untuk kemudian dianalisis oleh petugas menggunakan alat GC MS MS. Acara serah terima mobil sekaligus peluncuran teknologi terbaru uji narkoba GC MS MS pun diakhiri dengan peninjauan Kepala BNN dan para pejabat ke mobil uji narkoba. Sofyan Efendi Para petugas sedang menganalisis sampel rambut menggunakan teknologi GC MS MS
Mobil uji narkoba yang mengusung teknologi terbaru SINAR BNN EDISI VIII/2011
35
LIPUTAN
Peredaran Gelap Narkoba Melalui Laut Dulu para sindikat perdagangan narkoba menjadikan bandar udara sebagai pintu masuk utama dalam menyelundupkan barang terlarang itu ke Indonesia. Namun kini, ketika pengamanan di bandara semakin ketat dan menggunakan alat-alat canggih, penyelundupan narkoba pun diduga mulai bergeser melalui jalur laut.
36
SINAR BNN EDISI VIII/2011
www.lightrail-hartbeat.com
P
ara penyelundup narkoba memang selalu mencari celah dalam memasukkan narkoba ke Indonesia. Biasanya mereka menggunakan pintu masuk yang tidak melewati alat-alat deteksi terutama melalui pelabuhan antarpulau dan pelabuhan tidak ramai lainnya atau kawasan-kawasan pantai. Mereka memanfaatkan kelemahan pengamanan di laut atau perairan, serta pelabuhan untuk memasukkan narkoba ke tanah air. Para penyelundup juga lebih menyukai membawa narkoba dalam paket besar melalui jalur laut dan antarpulau. Hal tersebut pernah diungkap oleh aparat keamanan. Menurut Kepala Subdit Bantuan Hukum BNN, Supardi SH MH, salah satu kasus yang paling menonjol adalah pengungkapan pabrik gelap narkoba di Cikande, Serang, Banten, pada 2005. Berdasarkan penyidikan aparat, para tersangka dalam kasus tersebut
Pelabuhan laut kerap digunakan penyelundup untuk memasukkan narkoba ke Indonesia
menggunakan jalur laut untuk mengangkut berbagai peralatan dan bahan untuk kegiatan produksi narkoba. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, barang bukti narkoba, khususnya ekstasi hasil penyitaan di pelabuhan laut Dumai,
Riau mengalami peningkatan. Pada 2009 petugas bea dan cukai berhasil menyita ekstasi sebanyak 2.101 gram, sementara pada 2010 meningkat menjadi 19.781 gram. Hal serupa pun terjadi di pelabuhan Batam Centre, dari 1.708 gram ekstasi (2009) naik menjadi 15.632,1 gram (2010).
Biasanya mereka menggunakan pintu masuk yang tidak melewati alat-alat deteksi terutama melalui pelabuhan antarpulau atau kawasankawasan pantai
Ancaman
Kepala Subdit Bantuan Hukum BNN Supardi SH MH memberikan materi tentang implementasi UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam perspektif penyidikan BNN untuk pelaksanaan P4GN di Indonesia
M enurut Wak il Komandan Komando Latihan Armabar, Letkol Herman Budianto, kunjungan para perwira TNI AL ini sangat penting karena bisa memberikan pengalaman bagi mereka. Ia pun berkata, “Dengan pengetahuan yang cukup mengenai narkoba, kami mengharapkan agar para anggota TNI AL bisa terhindar
Dok. Humas BNN
Hal itu membuktikan bahwa saat ini ancaman peredaran gelap narkoba tak hanya datang dari udara, tapi juga laut. Untuk itu Indonesia yang notabene sebagai negara kepulauan pun harus dengan tanggap dan serius menghadapai ancaman tersebut.
Maka dari itu Supardi sangat menyambut baik kedatangan 20 perwira TNI AL ke kantor Badan Narkotika Nasional pada Rabu, 14 September 2011. Para perwira tersebut berasal dari staf Armada RI Kawasan Barat (Armabar), Kapal Republik Indonesia (KRI), Pangkalan Utama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut 3 (Lantamal 3), Korps Marinir (Kormar), dan Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal). Kedatangan mereka dalam rangka menghadiri audiensi tentang permasalahan narkoba khususnya di bidang penyidikan di wilayah kelautan Indonesia. Pada acara audiensi tersebut, Supardi sebagai Kepala Subdit Bantuan Hukum BNN memberikan materi tentang implementasi UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam perspektif penyidikan BNN untuk pelaksanaan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di perairan Indonesia.
Dok. Humas BNN
www.smileasagi07.blogspot.com
LIPUTAN
Sekitar 20 perwira TNI AL berkunjung ke BNN pada 14 September 2011 SINAR BNN EDISI VIII/2011
37
dari bahaya penyalahgunaan narkoba”. Harapan Herman, pihaknya bisa mengetahui l e b i h b a ny a k t e n t a n g situasi narkoba saat ini, terutama di wilayah laut. Dengan begitu TNI AL bisa memberikan kontribusi maksimal dalam penanganan kasus narkoba di laut. Dengan banyaknya pengungkapan kasus narkoba yang menggunakan jalur perairan Indonesia, pengawasan di wilayah tersebut harus lebih dimaksimalkan, terutama melalui kerjasama yang solid antara BNN dan instansi terkait lainnya, khususnya TNI AL. Sejauh ini koordinasi BNN dan
www.moslempapua.blogspot.com
LIPUTAN
TNI AL sudah terjalin dengan baik. Melalui operasi Maritim Bersinar, BNN dan juga TNI AL secara terpadu telah melaksanakan operasi bersama untuk
Sebagai negara kepulauan, Indonesia harus tanggap dan serius menghadapi ancaman peredaran gelap narkoba melalui laut
melakukan pengawasan narkoba di wilayah kelautan nusantara. Rosy Nur Apriyanti dan Budi Kurniapraja
Barang Bukti Ekstasi Hasil Penyitaan di Pelabuhan Laut pada 2009 & 2010 No.
Provinsi
Pelabuhan
1
Sumut
2
3
2010
Teluk Nibung
992.905,08
6.426,00
Gram
Belawan
1.565,54
-
Gram
Tanjung Tiram
286,00
-
Gram
Dumai
2.101,00
19.781,00 2.100
Gram Butir
Bagan Siapi-Api
-
1.993,00
Gram
Bengkalis
-
2.976,00
Gram
Tanjung Balai Karimun
-
2.000,00 10.112
Gram Butir
Batam Centre
1.708,00
15.632,10 13.490
Gram Butir
998.565,62
48.808,10 25.702
Gram Butir
Jumlah Sumber: Ditjen Bea dan Cukai, Januari 2011
38
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Keterangan
2009
Riau
Kepri
Tahun
LIPUTAN
SINAR BNN EDISI VIII/2011
39
LIPUTAN
YKP2N
Karyakan Mantan Kecanduan Narkoba
K
“
ami menjalankan kegiatan ini baru 3 bulan, sehingga yang datang masih sedikit. Mungkin ke depan bisa lebih banyak lagi pengendara motor atau mobil yang mempercayakan pencucian kendaraannya kepada kami,” kata Bagus Priyono. Namun, kedua pria itu tampak senang dan menjalankan pekerjaan dengan semangat tinggi. Maklum selepas dari program rehabilitasi pada akhir 2006 di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obatobat Terlarang (YKP2N) Makassar, Bagus dan Fajar belum mempunyai pekerjaan tetap. Mereka merasakan sulitnya memperoleh pekerjaan. Bagus dan Fajar menjadi pemakai narkoba sejak usia dini. “Awalnya saya hanya mengisap ganja ketika duduk di bangku SMP. Kemudian, meningkat ke putau saat di kelas 2 SMA pada 1999,” tutur Bagus.
40
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Kelahiran Cokonuri, Makassar, 1983 itu mengaku perceraian kedua orangtua yang membuatnya tidak betah tinggal di rumah. Ia lebih banyak bergaul dengan teman-teman di lingkungan kompleks perumahan yang terkenal sebagai pusat peredaran dan pemakai narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan, waktu itu. Sejak itu pula Bagus tak lagi menghiraukan sekolahnya dan semakin asyik dengan barang haram.
Ketua umum YKP2N Ir Andi Sulolipu beserta jajarannya terus bekerja keras untuk memfasilitasi para mantan pecandu narkoba agar memiliki kesibukan
Karjono
Di depan sebuah kantor barcat putih di Jalan Adhyaksa Raya No. 11 Makassar, Bagus Priyono dan Fajar sibuk mencuci motor. Setiap hari ada 7—10 motor yang singgah untuk dicuci. Lumayan, hanya bermodal sikat dan deterjen, mereka dapat mengantongi selembar uang dengan nominal Rp100.000 per hari.
Karjono
LIPUTAN
YKP2N memfasilitasi bidang jasa pencucian motor dan mobil
Beruntung YKP2N terus gencar melakukan pendampingan ke para pecandu narkoba, hingga Bagus dan beberapa temannya dapat dibujuk untuk direhabilitasi. “Teman-teman sudah banyak yang meninggal dan takut ditangkap, sehingga saya bersedia menjalani program rehabilitasi selama 9 bulan,” tambahnya. Menurut Bagus, orang yang sudah kecanduan narkoba susah untuk lepas karena di dunia hitam itu, apa pun bisa diperoleh: kehidupan glamor, uang, maupun perempuan. Sebab biasanya selain untuk dirinya sendiri para pecandu berperan sebagai pengedar narkoba.
memfasilitasi para mantan pecandu narkoba memiliki kesibukan. Beberapa kegiatan yang sudah berjalan di antaranya bergerak di bidang jasa seperti mencuci pakaian, percetakan, las, cuci motor/mobil, membentuk grup band, dan membuka kafe yang dilengkapi hot spot untuk kaula muda. Menurut Andi kegiatan yang dibangunnya baru mampu menampung sebagian kecil mantan
pecandu. “Beberapa kegiatan seperti laundry dan las memang sudah lebih dari 5 tahun, tapi yang lainnya baru dalam hitungan bulan,” kata Andi. Dengan begitu pendapatannya baru bisa menutup gaji masingmasing kegiatan, belum mampu menutup biaya operasional kantor secara keseluruhan. “Laundry saja pendapatannya naik-turun. Sekarang banyak saingan,” kata Maxi Ridwan, koordinator dan konseling YKP2N, yang membina kegiatan itu. Kegiatan usaha yang terlihat mapan adalah las listrik. Dengan tujuh karyawan yang juga sesama mantan pecandu narkoba, setiap bulan puluhan hingga ratusan juta pendapatan bisa dikantongi. “Tergantung pesanan. Kadang bulan ini banyak, besok bisa saja sedikit,” kata Bayu Ari, koordinator kegiatan yang juga mantan pecandu sabu. Pria kelahiran Jawa Timur 39 tahun lalu itu merasa mantap dengan pekerjaan yang digelutinya. Pasalnya, selain memberikan gaji yang cukup lumayan, Rp5-juta—Rp7-juta per bulan, juga
Pantaslah Ir Andi Sulolipu selaku ketua umum YKP2N merisaukan para pecandu yang telah direhabilitasi. “Jika para mantan pecandu narkoba tidak mempunyai kesibuk an (pekerjaan), maka kemungkinan besar akan terjerumus kembali,” ujar Andi. Oleh karena itu Andi beserta jajarannya terus bekerja keras untuk
Dok. YKP2N
Butuh kesibukan
Berbagai proyek pemerintah dapat melibatkan tim dari YKP2N, salah satunya dibidang percetakan SINAR BNN EDISI VIII/2011
41
pihak pemerintah provinsi turut membesarkan kegiatan kami, pasti bisa dengan mudah diwujudkan,” tutur Maxi. Pria kelahiran Makassar bertampang Ambon itu mencontohkan beberapa kegiatan pemerintah provinsi yang bisa dilimpahkan ke YKP2N. Pembuatan pagar besi di gedunggedung pemerintahan bisa dilimpahkan pengerjaannya ke tim las YKP2N. Atau Koni daerah menyerahkan pakaian-pakaian kotornya ke tim laundry. Bahkan, jika pemerintah provinsi hendak mencetakkan buku, majalah, atau brosur, tim percetakan YKP2N yang dikoordinir Rachmat, mantan pecandu narkoba, bisa dilibatkan.
^
Pengguna narkoba di Sulsel banyak ditemukan dari kalangan bawah
v
Laundry, salah satu usaha yang dimiliki oleh Aftercare YKP2N
Dok. YKP2N
dengan mempunyai kesibukan ia terhindar dari kekhawatiran kambuh mengonsumsi sabu. Bayu adalah anak Cokonuri yang menyabu sejak 1998. Ia direhabilitasi di YKP2N pada 2007. “Bayu, sering kabur dengan memanjat pagar. Masukkeluar panti rehabilitasi sampai 3 kali,” kata Maxi, yang selalu menjemput paksa Bayu. Namun, dengan ketekunan Maxi membimbingnya, Bayu yang kini jadi adik iparnya itu dapat meninggalkan dunia “khayal”. “Rugi, pecandu narkoba itu tidak mempunyai masa depan. Yang mereka pikirkan hanya kenikmatan saat itu,” ujar Bayu. Makanya Bayu dan teman-teman merasa beruntung ada YKP2N yang memperhatikan nasibnya untuk kembali ke dunia “nyata”. “Cuma, kami belum bersinergi dengan pihak pemerintah. Coba kalau
pukatbangsa.files.wordpress.com
LIPUTAN
42
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
Pendamping “Kasihan mereka, kalau tidak segera ditangani bisa hancur hidupnya,” ujar Maxi. Maxi menjelaskan dari 2001— 2011, klien yang didampingi YKP2N berjumlah 280 orang. Dari jumlah itu yang aktif ditemui di lapangan sekitar 200 orang. Selama 2009— 2011, Yayasan yang didirikan pada 10 April 1999 itu sudah mengirimkan sebanyak 54 orang ke Unit Pelayanan Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (UPT T&R BNN) di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Program rehabilitasi itu dinilai Andi sangat membantu para pecandu narkoba yang ingin kembali ke jalan lurus. Mereka merasa terbantu dari segi pembiayaan, karena selama 8 bulan di pusat rehabilitasi semua pengeluaran ditanggung pemerintah, termasuk tiket pergi-pulang dari Makassar. Tak heran pada 2010 ada 47 orang yang dikirim ke UPT T&R BNN di
Lido. Sayang, pada 2011 program itu dihentikan, sehingga hanya 4 orang yang sukarela dengan dananya sendiri datang ke Lido. “Mereka pasti orang kaya, sedangkan yang miskin tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Andi. Dulu, pada 2005—2008 di YKP2N juga melakukan rehabilitasi dengan dana berasal dari donatur perorangan yang notabene sebagai pejabat. Nah, ketika si donatur tersebut tidak lagi menjabat, aliran dana terhenti. Mau tidak mau program rehabilitasi dihentikan. “Mudah-mudahan dengan dibangunnya pusat rehabilitasi di Makassar yang ditargetkan selesai akhir 2011, tidak ada hambatan lagi bagi para pecandu narkoba untuk direhabilitasi,” harap Andi. Dengan begitu program Indonesia Bebas Narkoba pada 2015 betul-betul bisa terwujud. Rahmansyah Darmawan
Dok. Deputi bidang Rehabilitasi BNN
Andi memang sangat berharap pemerintah mau lebih banyak membantu pihaknya membebaskan Makassar dari bahaya narkoba. “Narkoba merusak generasi bangsa. Makassar berada diperingkat ke V kategori jumlah penduduk yang berisiko narkoba. Jumlahnya pada 2009 mencapai 131.894 orang,” tutur Andi. Ke depan dengan semakin berkembangnya kota Makassar tantangan untuk mengatasi peredaran narkoba kian besar. Terbukti pada Agustus 2011 heroin senilai Rp12miliar dari Malaysia dan sabu seberat 10 kg masuk ke Makassar. “Makassar menjadi target peredaran narkoba,” tambahnya. Pengguna narkoba di Makassar dari usia 12 (kelas 6 SD) sampai 50 tahun. Mereka berasal dari kalangan bawah seperti tukang sol sepatu, pedagang jamu, hingga anak-anak pejabat.
Pusat rehabilitasi di Makassar yang ditargetkan selesai akhir 2011 dapat menjadi jalan keluar bagi para pecandu narkoba untuk direhabilitasi SINAR BNN EDISI VIII/2011
43
LIPUTAN
Colombo Plan
Ketika Dunia Kerja Keras Berantas Narkoba www.colombo-plan.org
Berawal dari kesamaan sebagai negara berkembang, Australia, Inggris, Kanada, Srilanka, India, Selandia Baru, dan Pakistan membentuk wadah organisasi bernama Colombo Plan for Cooperative Economic Development in South and Southeast Asia. Tujuannya untuk saling membantu dalam proses pembangunan, memajukan kerjasama teknik, serta membantu alih teknologi antarnegara anggota. Logo Colombo Plan
S
elain itu, organisasi yang resmi berdiri pada 1 Juli 1951 tersebut juga bertujuan untuk wadah berbagi pengalaman pembangunan antara negara anggota sekawasan dengan penekanan konsep kerjasama Selatan–Selatan. Seiring perkembangan zaman, nama Colombo Plan (CP) berubah menjadi The Colombo Plan for Cooperative Economic and Social Development in Asia and Pacific. Hal ini dikarenakan jumlah negara anggota yang semakin banyak, 28 negara. Sebut saja Afghanistan, Australia, Bangladesh, Bhutan, Fiji, 44
SINAR BNN EDISI VIII/2011
India, Indonesia, Iran, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Srilanka, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Brunei Darussalam, Inggris, dan Kanada. Perubahan nama organisasi juga untuk mencerminkan komposisi geografis keanggotaan dan ruang lingkup aktifitasnya yang semakin luas. Dalam struktur organisasi, Colombo Plan terdiri dari Consultative Committee, Colombo Plan Council, dan Colombo Plan Secretariat. Yang disebut pertama merupakan badan utama yang melakukan pertemuan
dua tahun sekali. Sedangkan Colombo Plan Council merupakan badan yang melaksanakan keputusan dari Consultative Committee. Terakhir adalah Colombo Plan Secretariat. Seluruh biaya Sekretariat Colombo Plan ditanggung secara rata oleh semua negara anggota melalui kontribusi tahunan. Namun, untuk biaya pelatihan dan pendidikan didanai secara sukarela oleh negara donor, baik anggota maupun non anggota Colombo Plan.
Program Colombo Plan memiliki lima program utama. Pertama, Programme
LIPUTAN
www.colombo-plan.org
CP. Bidang studi mencakup spektrum yang luas dari beragam mata pelajaran, seperti TI Manajemen, Pertanian, Ilmu Sosial, Lingkungan, Diplomasi dan Hubungan Internasional, serta Kebijakan Publik. Colombo Plan menawarkan 46 beasiswa per tahun untuk negaranegara anggota. Dari 2005 sampai 2009,
for Public Administration and Environment (PPA/E) yang memfokuskan pada pembangunan sumber daya masyarakat pada sektor publik di negara anggota melalui pemberian pelatihan dan lokakarya. Program ini juga bertujuan untuk memberikan pelatihan jangka panjang dan pendek di bidang lingkungan seperti perubahan alam, konservasi alam, dan lain sebagainnya. Program kedua adalah Programme for Private Sector Development (PPSD) yang memiliki fokus pada pembangunan sosial dan ekonomi kapasitas kecil dan menegah negara anggota melalui pelatihan transfer teknologi, kebijakan perdagangan, manajemen bisnis, dan isu-isu perdagangan.
Long Term Scholarship Program (LTSP) merupakan program ketiga Colombo Plan yang memusatkan pada program beasiswa pendidikan jangka panjang untuk pascasarjana yang merupakan warga negara anggota
The Regional Conference on Drug Prevention Best Practices di Hanoi, Vietnam, 28 September–1 Oktober 2010
Colombo Plan telah mensponsori 93 sarjana di berbagai bidang di bawah LTSP. Program CP berikutnya adalah Drug Advisory Programme (DAP). Program ini merupakan program pertama yang menangani penyalahgunaan narkoba di kawasan Asia Pasifik. DAP memberikan kontribusi yang signifikan kepada negara anggota dengan peningkatan sumber daya manusia pemerintah maupun organisasi masyarakat yang berhubungan dengan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.
SINAR BNN EDISI VIII/2011
45
www. en.oncb.go.th
Wilayah negara anggota Colombo Plan
LIPUTAN
Terak hir, A sian Centre for Certification and Education of Addiction Profesional (ACCE). ACCE merupakan kepanjangan tangan dari DAP dalam penyelenggaraan pelatihan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia di negara anggota dalam bidang pengobatan dan rehabilitasi Sofyan terhadap pecandu narkoba.
www.colombo-plan.org
Efendi
www.colombo-plan.org
The First Colombo Plan Focal Point Desk Officers Meeting, Colombo, Sri Lanka, 12–13 Agustus 2009
Struktur organisasi Drug Advisory Programme Colombo Plan
46
SINAR BNN EDISI VIII/2011
LIPUTAN
Drug Advisory Programme
Fokus Tanggulangi Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Drug Advisory Programme (DAP) adalah program antarpemerintah regional di bawah Colombo Plan yang khusus untuk membangun kapasitas regional untuk mengurangi peredaran narkoba di Asia dan Pasifik. Selama tiga dekade terakhir, DAP telah membantu dalam proses kebijakan untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengurangi peredaran gelap narkoba. Sejak berdiri pada 1973, kegiatan DAP memfokuskan pada peningkatan pengembangan sumber daya manusia di negara-negara anggota, terutama bagi mereka yang terlibat dalam pengobatan dan rehabilitasi pecandu—di sektor publik, LSM, dan masyarakat—dan kegiatan mengurangi peredaran narkoba. Sejalan dengan tujuan ini, DAP Colombo Plan mendirikan Asian Centre for Certification and Education of Addiction Profesional (ACCE) pada Februari 2009, terdiri dari ahli di bidang pelatihan dan rehabilitasi, yang akan bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses Program Sertifikasi bagi para dokter atau tim pendamping untuk menangani pecandu di Asia-Pasifik. Tujuannya adalah untuk menciptakan kader profesional (dokter/ tim pendamping) dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi. Dengan demikian, memungkinkan mereka memberikan layanan berkualitas dan perawatan bagi para pecandu yang menjalani rehabilitasi.
Kegiatan DAP telah melakukan banyak kegiatan, seperti mengurangi peredaran narkoba, membangun layanan pengobatan dan rehabilitasi bagi pacandu di negara-negara anggota yang dipilih, dan memelopori beberapa forum regional seperti HONLEA (Heads of National Law Enforcement Agencies) dan IFNGO (International Federation Of Non-Government Organizations For The Prevention Of Drug And Substance Abuse). DAP juga telah berperan dalam memperkenalkan dan mempopulerkan prinsip-prinsip pengobatan Model TC (Therapeutic community) ke Asia dan Pasifik. DAP juga telah memulai program khusus untuk negara-negara yang memerlukan perhatian khusus. Contohnya proyek pemberantasan peredaran narkoba secara besar-besaran di Afghanistan. DAP juga telah memberikan kontribusinya untuk Indonesia salah duanya dalam bentuk bantuan pendidikan dan pelatihan yang ditawarkan oleh CP. Selama kurun waktu 1995—2007, ada sekitar 1.131 warga negara Indonesia yang mengikuti berbagai program CP. Dengan jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara kedua terbesar (setelah Afghanistan), yang menerima bantuan CP. Dalam beberapa tahun terakhir kegiatan yang menonjol antara Indonesia dan CP adalah program pelatihan penanganan penyalahgunaan narkoba yang dikoordinasikan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan beberapa pesantren di Indonesia di bawah organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Kegiatan yang diadakan pada 2005 ini bertujuan membangun masyarakat bebas narkoba melalui pesantren narkoba gratis. CP memulai program untuk mendukung dan memperkuat pesantren berdasarkan pencegahan dan program pascarehab di Indonesia. Kegiatan ini juga sesuai dengan tujuan CP untuk menangani kebutuhan negara-negara anggota dan menggunakan strategi organisasi berbasis agama dalam rangka memberantas peredaran narkoba. Program ini didanai oleh Biro Urusan Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Ada 12 pesantren di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Yogyakarta yang dijadikan tempat belajar untuk 36-ribu orang yang berpartisipasi. Sofyan Efendi
SINAR BNN EDISI VIII/2011
47
WASPADA
Narkoba dan HIV/AIDS tulah data yang diungkapkan Kepala Bidang Pemberantasan Pe n y a k i t M e n u l a r ( P 2 M ) Dinas Kesehatan Garut, Dede Rohmansyah, seperti yang dilansir oleh jabar.tribunnews.com. Dede menuturkan selama periode
Januari–Agustus 2011, telah ditemukan 117 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat. “Dari 117 pengidap HIV/AIDS itu, sekitar 50% tertular akibat pemakaian narkoba melalui jarum suntik,” katanya.
tanpasekolah.files.wordpress.com
I
Lima puluh persen dari 117 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan pemakai narkoba.
www.us-winston.com
Itu karena biasanya, sesama pengguna narkoba lebih senang menggunakan alat suntik bersamasama karena lebih terasa nikmat dan adanya rasa setia kawan. Selain itu, juga menghemat narkoba, karena mereka tidak mau meninggalkan sedikitpun narkoba di satu jarum. Padahal, “Penggunaan jarum suntik secara bergantian antara pecandu narkoba merupakan penyebab kedua terbanyak seseorang terkena HIV/ AIDS,” k ata Amanta Ariella dari Healthy Lifestyle Promotion Division Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Sekitar 50% pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat tertular akibat pemakaian narkoba melalui jarum suntik
48
SINAR BNN EDISI VIII/2011
WASPADA
Awaluddin
Menurut Deputi Rehabilitasi BNN dr Kusman Surikusumah SpKJ, narkoba memang identik dengan seks bebas. “Sudah pasti para pecandu narkoba itu melakukan seks bebas karena akalnya sudah tidak sehat,” ujarnya. Tak heran kalau anak perempuan yang memakai narkoba sudah tidak perawan lagi. Selain itu, “Remaja yang kecanduan tadi biasanya akan menjual barangbarang yang ada di rumahnya untuk mendapatkan narkoba dan karena tidak ada lagi yang dijual, akhirnya merek a menjajak an tubuhnya,” tambah dokter spesialis jiwa lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung itu.
Kuman dan virus masuk melalui jarum suntik dan beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah vena, ke jantung dan beredar ke seluruh tubuh. Aliran narkoba yang melalui pembuluh darah adalah yang tersingkat dan tanpa mengalami penyusutan kadar narkoba. Tetapi, bukan berarti penyebaran virus dari penyalahgunaan narkoba tidak melalui saluran lain. Saluran lain yang juga bisa menyebabkan terbawanya virus adalah melalui saluran pernapasan dan pencernaan. Walaupun penyebaran melalui kedua saluran itu tidak
secepat melalui saluran aliran darah, namun tetap harus diwaspadai efek yang ditimbulkan.
Seks bebas Selain itu, efek dari penggunaan narkoba menyebabkan pecandunya kehilangan kesadaran dan penalaran tentang akal sehat. Akibatnya, ketika melakukan hubungan seksual sesama pecandu narkoba mereka sama sekali tidak memikirkan hubungan seksual yang aman, sehingga risiko tertular HIV semakin besar.
Deputi rehabilitasi BNN dr Kusman Suriakusumah, SpKJ mengatakan, sudah pasti para pecandu narkoba itu melakukan seks bebas karena akalnya sudah tidak sehat SINAR BNN EDISI VIII/2011
49
WASPADA
Pecandu narkoba biasanya melakukan seks bebas yang mengakibatkan risiko tinggi tertular HIV/AIDS
Gejala
miracleputri.blogspot.com
Penyakit AIDS memerlukan perhatian khusus karena sampai sekarang belum ada obat untuk menyembuhkan dan vaksin untuk mencegah infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Satu hal yang harus mendapat perhatian lebih adalah orang yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukkan gejala apapun dalam jangka waktu relatif lama, 7–10 tahun atau disebut masa laten. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kalinya memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, maka hasilnya belum tentu dideteksi adanya
HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan karena tubuh membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Dari segi kesehatan, masa laten inilah yang mengkhawatirkan karena orang yang sudah tertular tidak menyadarinya, tetapi dapat menularkan virus kepada orang lain. Setelah melewati masa laten, barulah si penderita HIV merasakan gejala-gejala AIDS dan secara bertahap tingkat kesehatannya menurun. Ada dua gejala AIDS, yaitu gejala minor dan gejala mayor. Tandatanda utama seseorang menderita AIDS (gejala mayor) diantaranya berat badan turun secara singkat, demam berkepanjangan dan diare lebih dari sebulan. Sedangkan tandatanda tambahan atau gejala minor diantaranya penderita mengalami batuk berkepanjangan, kelainan kulit dan iritasi, infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
Prinsip ABCDE Merupakan salah satu gejala AIDS, Berat badan turun drastis
50
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Penyakit HIV/AIDS telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks dan penggunaan jarum suntik terkontaminasi HIV pada pengguna narkoba. Yang lebih memprihatinkan lagi, virus HIV/AIDS banyak diderita usia produktif, yaitu 19–40 tahun. Akibatnya, mutu sumber daya manusia dan produktivitasnya menurun. Amanta mengatakan, agar terhindar dari HIV/AIDS dapat dilakukan dengan prinsip “ABCDE”. “Yang pertama Abstinesia, yaitu tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Yang kedua, Be Faithfull, artinya setia sama pasangannya masing-
www.tipsku.info
eabenetwork.com
Bagi mereka, free sex dan narkoba saling berkaitan. Ada istilah narkoba tanpa free sex seperti sayur tanpa garam. Seharusnya, kampanye “No Free Sex Untill Married” terus digalakkan, terutama bagi kalangan remaja. Karena mereka masih mencari jati diri dan rentan terpengaruh pergaulan bebas. Bahkan, perkembangan teknologi tanpa batas membuat remaja dengan mudah mengakses informasi apapun yang mereka inginkan.
Batuk berkepanjangan, salah satu gejala minor AIDS
masing. Berikutnya Condom, selalu gunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual, Kemudian, Don’t use Drugs, atau jangan sekali-kali menggunakan narkoba. Terakhir adalah Education, buat pendidikan dan penyuluhan tentang H I V / A I D S d a n bahaya narkoba,” jelasnya. Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS, namun ada obat yang
Penyuluhan bahaya narkoba, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindarkan remaja dari HIV/AIDS
penyuluhan tentang bahaya narkoba, itu bisa memberikan dorongan baik untuk pecandu narkoba maupun yang bukan pecandu narkoba. Pemerintah pun turut memberikan peran penting dalam pemulihan pecandu narkoba dengan cara mendorong gerakan masyarakat untuk peduli dalam upaya anti narkoba. “Jangan
tinggalkan dan jauhi pengguna narkoba, tetapi tetaplah berteman dengan mereka tanpa rasa takut. Karena selama tidak terjadi pertukaran darah, air mani dan cairan vagina, serta ASI (air susu ibu, red), HIV/AIDS tidak akan menular,” tutup Amanta. Sofyan Efendi dan Rosy Nur Apriyanti
Antiretro Viral, obat penekan pertumbuhan virus HIV
sonya-just4share.blogspot.com
psychology.wikia.com
mampu menekan pertumbuhan virus HIV yaitu ARV (Antiretro Viral). “Selain meminum obat ini, penderita HIV/ AIDS harus berolahraga dan makan makanan bergizi, sehingga daya tahan tubuhnya lebih baik,” tegas Amanta. Bagi pecandu narkoba, sebaiknya dipulihkan terlebih dahulu. Banyak pihak yang berperan dalam upaya pemulihan pecandu narkoba agar terbebas dari belenggu narkoba. Keluarga menjadi landasan per tama, kemudian lingkungan sekitar serta pemerintah. Keluarga harus bisa menciptakan suasana y a n g h a n g a t d a n bersahabat, berkomunikasi secara aktif, dan mengarahkan pecandu tanpa bermaksud untuk menggurui. Keluarga juga harus memberi dukungan moril dan psikologis kepada pecandu. Faktor lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan menciptakan s u a s a n a kebersamaan dan
Dok. BNNK Sukoharjo
WASPADA
Selain minum obat, penderita HIV/AIDS harus berolahraga dan makan makanan bergizi
SINAR BNN EDISI VIII/2011
51
WASPADA
Deteksi HIV Lebih Cepat dan Akurat
gajitz.com
Era baru mendeteksi infeksi HIV telah datang. Peneliti di Columbia University telah menemukan sebuah alat tes darah portable. Alat yang terbilang murah tersebut terbukti memiliki akurasi sekelas analisis rumah sakit dalam mendeteksi HIV, sifilis, dan penyakit menular lainnya. Para peneliti pun telah menguji prototipe alat berupa cip seukuran kartu kredit itu terhadap ratusan pasien di Rwanda. Hasil yang dilaporkan cukup menggembirakan, yaitu tingkat akurasinya mencapai 100 persen. Alat bernama mChip itu bisa mengatasi tiga hambatan dalam pengobatan terutama di negara miskin, seperti biaya tinggi, akses sulit, dan hasil yang lama. Seorang profesor di Columbia University, Samuel Sia, mengatakan awalnya mereka berharap bisa menciptakan sebuah tes diagnostik yang bisa diakses pasien dengan mudah daripada harus pergi ke klinik untuk mengambil tes darah dan menunggu hasilnya selama berhari-hari.
Biaya produksi mChip akan jauh lebih murah ketimbang harus menjalani tes laboratorium. Pasalnya, biaya produksinya hanya US$1 per unit atau setara Rp8.500/unit. Karena dapat memindai protein, yang masing-masing bisa merespons setiap penyakit pada satu sampel darah tunggal, mChip terbilang lebih murah dan akurat. Rosy Nur Apriyanti Sumber: mediaindonesia.com (12/9/2011)
52
SINAR BNN EDISI VIII/2011
HALO WASPADA BNN
SINAR BNN EDISI VIII/2011
53
INFO
Cegah Narkoba di Lingkungan Kerja dengan CSR
H
dietergunawan.wordpress.com
Siapa bilang hanya kalangan remaja yang perlu mendapat perhatian khusus soal pencegahan penggunaan narkoba? Menurut hasil penelitian BNN dan Puslitkes UI pada 2008 menunjukkan, penyalahguna narkoba pada pekerja (60%) justru lebih besar dibandingkan pelajar (40%).
54
SINAR BNN EDISI VIII/2011
al tersebut juga diperkuat dengan data BNN pada 2010 yang mencatat jumlah tersangk a penyalahguna narkoba di kalangan dewasa—usia 25 tahun ke atas—lebih tinggi daripada remaja, yaitu sebesar 4.616 orang. Sementara remaja, 16— 24 tahun, hanya 1.437 tersangka. Selain itu, paradigma sebagian besar orang yang menganggap kalangan pekerja merupakan orang dewasa yang sudah bisa bertanggung jawab atas setiap keputusannya juga dirasa kurang tepat. Selama ini, mereka diyakini tahu betul membedakan apa yang salah dan apa yang benar. Karyawan merupakan kalangan yang dianggap berani berkata tidak terhadap narkoba. Namun, kenyataan berkata lain. Data survei penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pekerja tahun 2009 yang dilakukan BNN dan Puslitkes UI juga menyebutkan, sebagian besar yang menggunakan narkoba Menurut data UNODC, tingkat penggunaan narkoba di kalangan dewasa dan pekerja lebih tinggi ketimbang kalangan dewasa yang tidak bekerja
Dengan kenyataan itu wajar bila kemudian organisasi yang bernaung di bawah PBB tersebut membuat kebijakan yang meminta perusahaan untuk memasukkan langkah pencegahan dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja sebagai bentuk corporate social responsibility (CSR).
Mayoritas karyawan memakai narkoba lantaran tekanan pekerjaan
adalah berstatus karyawan tetap (47,7%) dan tenaga kerja kontrak (35,1%). Sedangkan bila dilihat dari jenis pekerjaannya, maka prevalensi tingkat ketergantungan narkoba dalam setahun terakhir yang paling tinggi adalah di sektor bangunan/ konstruksi, yaitu sebesar 10,1%. Di Amerika Serikat, menurut data United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), tingkat penggunaan narkoba di kalangan dewasa dan pekerja justru lebih tinggi ketimbang kalangan dewasa yang tidak bekerja. Data UNODC juga menyebutkan, sebagian besar karyawan yang menggunakan narkoba bekerja pada level manajemen rendah. Alasan penggunaan narkoba memang beragam. Namun, mayoritas disebabkan tekanan pekerjaan. Contohnya, status pegawai yang terus-menerus kontrak atau sudah lama bekerja, tapi tak kunjung mendapat promosi.
kebijakan yang meminta perusahaan untuk memasuk k an langk ah pencegahan dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja sebagai bentuk corporate social responsibility (CSR). Lingkungan kerja memang kini sudah sangat menyatu dengan kehidupan seseorang. Sadar atau tidak, kebanyakan orang menghabiskan hampir sebagian besar waktu dalam hidupnya di lingkungan kerja.
Dalam sehari, paling tidak sekitar 8 hingga 10 jam hidup seseorang terpakai untuk bekerja. Masa bekerja juga merupakan masa yang paling lama dilalui seseorang semasa hidupnya. Umumnya seseorang bekerja mulai usia 23 tahun dan pensiun di usia 55 tahun. Artinya, lebih dari 30 tahun hidup seseorang dilewatkan di dunia kerja. Selain rumah, kantor pun menjadi salah satu tempat yang paling sering
CSR Dengan kenyataan itu wajar bila kemudian organisasi yang bernaung di bawah PBB tersebut membuat
bp.blogspot.com
bp.blogspot.com
INFO
Lingkungan kerja yang sehat dapat mempengaruhi tingkat loyalitas dan dedikasi para pekerjanya terhadap perusahaan SINAR BNN EDISI VIII/2011
55
INFO
dikunjungi seseorang. Karena itu kondisi lingkungan kerja memiliki peranan yang cukup penting dalam hidup seseorang. UNODC dan BNN percaya, lingkungan kerja yang sehat dapat mempengaruhi tingkat loyalitas dan dedikasi para pekerjanya terhadap perusahaan. Perusahaan pun dituntut untuk menyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi karyawan, baik secara organisasional maupun dari sisi lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang sehat dapat terlihat dari rendahnya jumlah karyawan yang sakit setiap bulan serta terbebasnya tempat kerja dari jaringan peredaran gelap narkoba.
Dampak buruk
masyarakat luas. Di lingkungan kerja, penyalahgunaan narkoba berdampak menurunkan produktivitas dan prestasi kerja, menurunnya kualitas produksi, hilangnya potensi sumber daya manusia yang terbaik dan diskualifikasi profesionalisme, serta akan memicu pada kecelakaan kerja. Sebut saja karyawan yang pekerjaannya berhubungan dengan alat-alat berat, tentu berpotensi membahayakan dirinya jika bekerja dalam kondisi fly. Sopir kantor yang mengemudi di bawah pengaruh alkohol tentu berpeluang mengalami kecelakaan lalu lintas. Ketergantungan terhadap narkoba pada karyawan juga diyakini bisa mempengaruhi kondisi psikis, perilaku, produktivitas, serta proses pembuatan keputusan dalam bekerja.
Dok. BNN
Menurut Direktur Advokasi BNN Anang Iskandar dampak buruk dan bahaya penyalahgunaan narkoba berakibat secara fisik, mental, dan sosial ekonomi baik pada diri pemakai, lingkungan kerja, maupun
Masa bekerja juga merupakan masa yang paling lama dilalui seseorang semasa hidupnya.
BNN menyelenggarakan Rapat Koordinasi Lingkungan Kerja Pemerintah Bebas Narkoba di Jakarta dalam rangka menanggulangi dampak pengaruh narkoba di lingkungan kerja pemerintah
56
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Bayangkan betapa berbahayanya jika karyawan yang memiliki ketergantungan narkoba bekerja di level top management.
Ciptakan lingkungan sehat Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala BNNP Kalimantan Timur Drs Sabar Sinaga MSi mengatakan perlu upaya dari segenap elemen masyarakat termasuk pekerja dan pengusaha untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari narkoba. “Guna memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja, maka perlu ditempatkan para kader penyuluh sebagai inti dalam memperkuat daya tahan para pekerja dan pengusaha dari bahaya narkoba, sek aligus untuk menciptak an lingkungan yang sehat dan bersih dari narkoba,” jelas Sabar dalam acara Temu Kader Penyuluh P4GN di Lingkungan Kerja di Samarinda, Kalimantan Timur. BNN pun bersikap proaktif menanggulangi dampak pengaruh narkoba di lingkungan kerja pemerintah. Salah satunya melalui penyelenggaraan workshop tentang Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Bebas Narkoba di Lingkungan Kerja Pemerintah di DKI Jakarta, pada 21—22 Maret 2011. Kegiatan tersebut diikuti oleh Pusat Penyuluhan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pemuda dan
Olahraga, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah DKI Jakarta, Kepolisian, dan TNI Angkatan Laut Kementerian Pertahanan. Pada hari pertama, workshop yang dilaksanakan selama 2 hari tersebut mendiskusikan tentang dampak buruk penggunaan narkoba pada produktivitas kerja. Sementara materi yang dibicarakan pada hari kedua adalah bagaimana menerapkan konsep prinsip pendidikan pada program pencegahan narkoba berbasis tempat kerja. Kemudian dilanjutkan dengan tema Fasilitator Program di Tempat Kerja, serta Aktualisasi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat di Lingkungan Kerja Pemerintah Ditinjau dari Aspek Laboratorium. Selang seminggu, 29—30 Maret, BNN kembali mengadakan kegiatan "Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Lingkungan Kerja Bebas Narkoba Bagi Lima Lingkungan Kerja Pemerintah di Provinsi Sulawesi Utara" di Manado. Kegiatan yang dihadiri 100 peserta itu dimaksud untuk menyatukan komitmen, persepsi, dan pandangan dari masing-masing Instansi Pemerintah dalam program P4GN yang tepat sesuai kondisi di lapangan. Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba menuju ASEAN “Drugs Free” tahun 2015.
Penanganan karyawan Sementara UNODC, selain mendorong perusahaan untuk memasukkan pencegahan terhadap
Ilustrasi: Baharudin
INFO
Pemecatan karyawan yang menggunakan narkoba hanya menambah persoalan dalam masyarakat lantaran ia kehilangan pekerjaan dan berpotensi menjadi pengedar narkoba.
penggunaan narkoba sebagai program CSR, organisasi itu juga menekankan supaya perusahaan membuat regulasi dan kebijakan khusus soal penggunaan dan peredaran narkoba di lingkungan k e r j a . Tu j u a n ny a , m e n c e g a h dampak merusak yang lebih luas. Organisasi itu juga memberikan sejumlah penekanan khusus kepada perusahaan dalam melakukan upaya penanganan karyawan yang terbukti menggunakan narkoba ketika bekerja. Salah satu poin yang ditekankan adalah tidak memecat karyawan yang kedapatan menggunakan narkoba. Pemecatan kerap dilakukan karena perusahaan tidak mau repot mengurus karyawan yang menjadi
pecandu. Padahal, memecat karyawan yang menggunakan narkoba justru hanya menambah persoalan dalam masyarakat. Setelah dipecat, ia akan kehilangan pekerjaan dan berpotensi menjadi pengedar narkoba. Dalam hal ini, penggunaan narkoba juga tidak seharusnya dilihat sebagai tindak kriminal, tetapi penyakit yang harus dipulihkan. Oleh karenanya dengan memasukkan pencegahan narkoba di lingkungan kerja dalam CSR, perusahaan pun wajib mengikutkan karyawan yang menggunakan narkoba dalam program konseling dan rehabilitasi. Bila semua berjalan lancar, yakin jumlah penyalahguna narkoba di kalangan pekerja dewasa akan dapat ditekan. Rosy Nur Apriyanti SINAR BNN EDISI VIII/2011
57
FOKUS
Belajar dari WHOs WHOs berada di New South Wales, Sydney, Australia
metode perawatan. Awalnya, pada 1979, metode yang diterapkan adalah klien menjalani rawat inap selama 18 bulan di pusat rehabilitasi yang lokasinya sangat jauh dari kota, sekitar 2,5 jam dari Sydney. Tempatnya terisolasi dan jauh dari mana-mana. Hasilnya, didapatkan angka relaps sebanyak 95%.
Narcotic Anonymous
Peserta Job Placement Training bersama Director of WHOs
D
i WHOs, semua klien (pecandu narkoba) akan menolong diri sendiri dan menolong rek annya sesama pecandu dalam usaha lepas dari pengaruh buruk narkoba. Maklum, pusat rehabilitasi di New South Wales, Sydney, Australia ini menggunakan metode terapi berbasis komunitas alias Therapeutic Community (TC). 58
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Berdasarkan jurnal penyalahgunaan narkoba (UNDPC, 1990), TC memiliki tingkat keberhasilan sebesar 80%, dengan indikator si penyalahguna berhasil bertahan pada kondisi bebas zat dalam waktu lebih lama. Namun, dengan catatan klien tersebut mengikuti seluruh tahapan hingga selesai. Dalam perjalanannya, WHOs telah mengalami beberapa kali perubahan
Setelah selesai menjalani rawat inap selama 18 bulan, klien akan melanjutkan ke Narcotic Anonymous (NA), yaitu suatu perkumpulan dimana para anggotanya adalah para pecandu yang masih dalam pemulihan. Keanggotaan dalam NA adalah gratis, dan tidak ada iuran atau biaya apa pun. Satu-satunya persyaratan keanggotaan NA adalah adanya keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba. Aktivitas utama NA adalah pertemuan anggota yang dilakukan secara rutin untuk membantu satu sama lain agar tetap bersih. Bersih di sini adalah berpantang
landsurveyorsunited.com
Bermula dari sebuah rumah sakit jiwa, kini WHOs (We Help Ourself) menjadi pusat rehabilitasi bagi para penyalahguna narkoba.
FOKUS
penuh dari semua suasana hati dan pikiran untuk menggunakan narkoba kembali. Dalam seminggu, klien minimal harus mengikuti 5 kali pertemuan NA. Dengan begitu klien yang berada di komunitas dan masyarakat tetap mendapatkan layanan yang sama setelah keluar dari tempat rehabilitasi. Tidak ada lembar khusus (seperti absen atau pencatatan) yang digunakan untuk memonitor kehadiran klien di NA. Namun, berkat adanya sistem pertemanan yang kuat, maka setiap klien akan dapat mengetahui siapa yang hadir dan yang tidak. Ada yang mengatakan sebuah program rehabilitasi dikatakan sukses jika ada sebuah model aftercare yang baik. Nah, NA merupakan salah satu model aftercare. Oleh karenanya di Sydney akhirnya mulai muncul banyak NA yang bergerak bebas sendiri dan tidak ada hubungan dengan pusat rehabilitasi. Lokasi NA pun sudah diberitahukan kepada semua klien pada hari pertama mereka datang ke pusat rehabilitasi, sehingga jika seseorang memutuskan untuk berhenti, maka dia masih dapat mengakses layanan terapi yang berbasis NA. Dengan banyaknya NA maka durasi dari layanan di TC bisa dikurangi dan memperbanyak layanan di NA.
Paket safety kit yang disediakan di toilet Kamar–kamar residen tinggal
di kota. Prosesnya, residen yang telah menjalani rawat inap selama 12 bulan akan dirujuk ke rumah singgah yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka untuk menjalani rehabilitasi lanjutan selama 6 bulan. Setelah itu, mereka baru melanjutkan ke tahap NA. Dengan menggunakan metode ini, tingkat relapse turun menjadi sekitar 80%. Selang 10 tahun, metode rehabilitasi kembali mengalami perubahan. Layanan rawat inap kembali dikurangi menjadi 6 bulan lalu residen akan melanjutkan ke
rumah singgah, yang pada saat itu jumlahnya semakin banyak. Setelah itu baru masuk ke tahap NA. Metode ini menunjukkan hasil lebih baik, yaitu tingkat relapse turun menjadi 75%.
Angka relaps 50% Durasi rehabilitasi mengalami perubahan lagi pada 2010. Saat itu, layanan rawat inap hanya dilakukan selama 4 bulan. Pada periode tersebut residen hanya menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan personal. Setelah problem personal telah selesai, maka residen akan melanjutkan ke rumah singgah untuk fase stabilisasi atau transisional.
Rawat inap 12 bulan Akhirnya pada 1986, dilakukan pengurangan durasi rawat inap yang tadinya 18 bulan menjadi 12 bulan. Dan untuk mengatasi jarak pusat rehabilitasi yang jauh, maka dibuatlah beberapa rumah singgah yang berada
Fasilitas layanan SINAR BNN EDISI VIII/2011
59
FOKUS
Pada fase transisional, residen diajarkan pre-employment skills untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Harapannya, ketika para pecandu selesai menjalani rehabilitasi, mereka sudah siap untuk terjun ke masyarakat. Pada 2010, jumlah rumah singgah semakin banyak sehingga memudahkan residen untuk memilih rumah singgah yang paling dekat dengan tempat tinggal mereka. Dengan menggunakan metode tersebut, tingkat relapse semakin menurun, hanya sebesar 50%. Sama dengan metode sebelumnya, setelah selesai menjalanai rawat inap dan terapi lanjutan di rumah singgah, residen akan melanjutkan ke tahap NA.
Tiga kondisi pecandu WHOs memiliki 2 cabang dengan layanan yang hampir sama, yaitu di Hunter Valley (Newcastle) dan Najara (Sunshine Coast). WHOs hanya menerima pecandu dengan usia minimal 19 tahun. Berdasarkan kondisinya, WHOs membagi pecandu menjadi tiga. Pertama adalah pecandu yang masih menggunakan narkoba dan belum ingin untuk lepas dari narkoba. Pecandu pada golongan ini berarti menggunakan layanan harm reduction, yaitu program pengurangan dampak buruk penggunaan narkoba. Kedua adalah pecandu yang masih ingin menggunakan narkoba, tetapi ingin memperbaiki kualitas hidup. Pada kategori ini pecandu menggunakan layanan maintenance. Tipe terakhir adalah pecandu yang ingin benar-benar lepas dari narkoba. Untuk itu pecandu harus masuk ke pusat rehabilitasi dan mengikuti 60
SINAR BNN EDISI VIII/2011
program TC yang dikombinasikan dengan NA. Perencanaan secara matang harus dilakukan oleh pusat rehabilitasi dan klien itu sendiri sebagai antisipasi apabila klien memutuskan untuk berhenti. Klien yang sudah menjalani rehabilitasi hanya akan berhasil pulih jika disediakan dukungan rumah singgah dan layanan NA dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Dengan begitu bisa mengurangi keinginan klien untuk memakai narkoba kembali (relaps). Maklum, kebanyakan klien masuk pusat rehabilitasi karena program pengalihan, sehingga pada awalnya mereka memang tidak memiliki kemauan untuk sembuh. Namun, dengan dukungan rehabilitasi yang baik diharapkan kemungkinan untuk relapse lebih kecil. Untuk memenuhi kebutuhan klien yang belum mau bebas dari narkoba, WHOs memberikan pilihan, diantaranya edukasi tentang layanan methadone, pengendalian infeksi,
Pemberian paparan oleh manager MTAR, Josh
informasi tentang intravena, Layanan Jarum Suntik dan Alat Suntik Steril (LJASS) dan CPR (Cardio Pulmonary Resusitation). Yang disebut terakhir adalah kombinasi pemijatan jantung dari luar dan pernafasan buatan dari mulut ke mulut. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan klien yang belum mau bebas dari narkoba WHOs juga menyediakan safe kit yang berisi daftar NA (berisi alamat dan jadwal pelaksanaan pertemuannya), 3 buah alat suntik, 3 buah kondom, 3 buah lubrikan, informasi penggunaan jarum, perban, air bersih, tisu steril, dan informasi mengenai CPR. Sebenarnya di WHOs tidak boleh menggunakan narkoba, namun kemungkinan untuk menggunakan narkoba masih terjadi walaupun hanya kurang dari 1%. Dan, residen yang akan menggunakan narkoba itu harus mendapatkan pengawasan ketat dari pendampingnya. Sofyan Efendi
FOKUS
Struktur Layanan di WHOs Pusat rehabilitasi WHOs memiliki empat layanan dalam
Sebelum mengikuti layanan ini, klien akan diperiksa apakah
pemulihan pecandu narkoba, yaitu New Beginning, Gunyah,
sedang menjalani terapi lain selain methadone. Misalnya ART, TB,
RTOD (Residential Treatment of Opioid Dependence), dan
atau interferon. Apabila klien sudah siap, proses layanan akan
MTAR (Methadone to Abstinence Rehabilitation). New Beginning
dimulai dengan menurunkan dosis methadone dalam 2–4 minggu
adalah program terapi residensial yang fokus pada pemenuhan
pertama, kemudian memasuki tahap stabilisasi selama 3–6 bulan.
kebutuhan khusus pada perempuan. Sedangkan Gunyah untuk
Setelah itu klien diarahkan untuk menjalani terapi komunitas di
klien laki-laki.
luar (NA). Namun, jika ada klien yang relapse, maka ia harus
New beginning dan Gunyah adalah program pemulihan
mengulang dari proses pertama, dimulai dari pemeriksaan ulang,
kecanduan narkoba yang menggunakan sistem layanan
dan klien bisa memutuskan sendiri layanan apa yang sesuai untuk
residensial berbasis TC dan berdurasi selama tiga sampai enam
dirinya, apakah New Beginning, Gunyah, atau lainnya.
bulan. Kedua program ini dibagi menjadi beberapa kelompok
Sejatinya Methadone tidak diberikan di WHOs, tetapi dilakukan
kerja, yaitu konseling, dukungan kesehatan, pendidikan,
di klinik atau rumah sakit, karena sudah merupakan regulasi dari
manajemen stress dan pengembangan keterampilan.
pemerintah New South Wales (Australia). Setiap pagi, para residen
Pengoperasian kedua program ini dilakukan secara terpisah
diantar menggunakan bus ke klinik yang telah ditetapkan untuk
antara laki-laki dan perempuan. Tujuannya agar lingkungan
mendapatkan penurunan dosis methadone. Angka keberhasilan
menjadi nyaman dan aman sehingga semua klien dapat
dari layanan ini sebesar 71%, artinya sebagian besar klien bisa
berkonsentrasi pada pemulihan. Interaksi laki-laki dan perempuan
mempertahankan kondisi tidak memakai narkoba dan bersih
terbatas hanya di kafetaria.
dari narkoba sampai ia di masyarakat. Dan sekitar 46% klien
New beginning dan Gunyah menyediakan pendidikan HIV dan penyakit infeksi lainnya akibat penyalahgunaan narkoba. Layanan ini menggunakan sistem pendekatan harm reduction. New beginning juga menyediakan akses untuk pertemuan NA, pusat kesehatan perempuan, jasa hukum, program latihan seperti yoga dan tai chi serta kegiatan pendidikan lainnya.
murni menjalankan hidup bersih dari alkohol dan obat-obatan lainnya.
RTOD Bentuk layanan pemulihan pecandu narkoba lainnya di WHOs adalah RTOD. Layanan yang didirikan pada 2009 ini didanai oleh
Secara struktur, New beginning dan Gunyah sama, tetapi
Departemen Kesehatan Australia. Program ini menggunakan
memiliki latar belakang asal klien yang sebagian besar berbeda.
sistem TC yang dimodifikasi dan ditujukan pada pengguna
Klien di Gunyah sebagian adalah rujukan kasus hukum atau
terapi rumatan opiate yang tidak mampu menjaga stabilisasi di
pengadilan, sementara di New beginning kebanyakan berasal
komunitas-nya.
dari orang-orang yang memiliki masalah sosial dan pengasuhan anak.
MTAR
Selain itu, program ini juga bertujuan untuk stabilisasi guna mendapatkan dosis yang ideal, mengatur penggunaan polydrug, mengatasi masalah mental, fisik, dan psikososial. Namun, program ini tidak bertujuan untuk abstinensia.
MTAR merupakan layanan pemulihan bagi klien yang telah
Kehadiran empat layanan di atas membuat pecandu memiliki
menjalani program rumatan methadone dan memutuskan
pilihan. Maklum, tak ada satu pun pecandu yang sama. Maka
untuk benar-benar berhenti pakai narkoba. Layanan ini dibentuk
dari itu sangat tepat jika WHOs menyediakan beberapa pilihan
pada 1999. Program MTAR berlangsung antara 4—6 bulan,
layanan untuk terapi para pecandu narkoba. Buktinya, dengan
dan menerapkan program spesifik berdasarkan jenis kelamin.
terapi yang baik dan tepat, jumlah klien yang relapse pun semakin
Dengan adanya program ini, diharapkan klien bisa sembuh dari
sedikit. Dengan begitu diharapkan jumlah penyalahguna narkoba
ketergantungan narkoba.
juga dapat ditekan.
Sofyan Efendi
SINAR BNN EDISI VIII/2011
61
OPINI
Santoso
Peran Media dalam upaya akselerasi Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba atau P4GN sangat strategis dan signifikan. Media adalah corong untuk menyampaikan pesan-pesan pada masyarakat tentang bahaya narkoba.
S
antoso, Kepala Kantor Berita Antara Sulawesi Tengah menggambarkan, media itu seperti pengeras suara. “Jadi jika ada seseorang yang berteriak dengan pengeras suara, maka pesan itu akan bisa tersampaikan dengan maksimal,” katanya. Dalam menyuguhkan berita tentang narkoba, Santoso tak mengelak jika para pelaku media memang lebih memilih menampilkan berita yang terkait dengan pengungkapan kasus dibanding berita tentang rehabilitasi atau pencegahan. “Berita narkoba yang sifatnya crime atau pengungkapan kasus itu memang lebih menarik, karena ibaratnya seperti makanan yang siap disantap. Sementara isu pencegahan atau rehabilitasi memang jauh lebih rumit karena ibaratnya seperti beras yang harus dimasak dulu hingga jadi nasi, artinya isu-isu tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan matang,” ujar ayah tiga anak itu. 62
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Pada dasarnya baik isu pencegahan atau rehabilitasi cukup menarik untuk diangkat. Namun, tidak mudah untuk menyajikan berita-berita tentang pencegahan atau rehabilitasi, jika si pemilik berita itu sendiri tidak bisa menghadirkan kegiatan yang menarik untuk dijadikan bahan liputan. Santoso pun menyarankan agar BNN bisa membuat kegiatan yang menarik sehingga bisa menjadi berita yang bagus. Oleh karena itulah BNN harus sedikit kerja keras sehingga kegiatan yang tercipta bisa menjadi bidikan para pewarta untuk meliput.
Proteksi penghalang pewarta Menurut Santoso, akan lebih baik jika kegiatan pencegahan juga tersosialisasikan dengan baik ke media.
Dok. Humas BNN
Signifikansi Media untuk P4GN Kepala Kantor Berita Antara Sulawesi Tengah, Santoso, melihat unsur proteksi dalam dunia rehabilitasi terkadang menjadi penghalang para pewarta untuk mengangkat sebuah berita
Sudah seharusnya BNN mengundang banyak media untuk meliput kegiatankegiatan yang sifatnya pencegahan atau rehabilitasi. “Saat ini jika ada acara tentang pengungkapan kasus, media yang diundang banyak, tapi jika sifatnya rehab atau pencegahan, media yang diundang sedikit,” ujarnya. Khusus isu rehabilitasi, Santoso melihat unsur proteksi dalam dunia rehabilitasi terkadang menjadi penghalang para pewarta untuk mengangkat sebuah berita. Proteksi bisa datang dari si pecandu sendiri yang tidak ingin jati dirinya diungkap atau bisa juga datang dari keluarganya yang enggan anggota keluarganya diekspos sehingga menjadi berita konsumsi publik.
Pada dasarnya baik isu pencegahan atau rehabilitasi cukup menarik untuk diangkat. Namun, tidak mudah untuk menyajikan beritaberita tentang pencegahan atau rehabilitasi, jika si pemilik berita itu sendiri tidak bisa menghadirkan kegiatan yang menarik untuk dijadikan bahan liputan
OPINI
Oleh karena itulah BNN harus sedikit kerja keras sehingga kegiatan yang tercipta bisa menjadi bidikan para pewarta untuk meliput Saat disinggung bagaimana revitalisasi media massa untuk akselerasikan P4GN di Sulawesi Tengah, Santoso masih melihat bahwa pemberitaan tentang narkoba di Sulteng masih kurang. “Mungkin isu di sini kalah menarik jika dibandingkan dengan isu-isu di kota besar lainnya seperti di Bandung atau Jakarta, sehingga berita tentang narkoba kurang terekspos dengan maksimal,” terang wartawan senior itu. Santoso melihat tingkat pemahaman media terhadap permasalahan narkoba juga masih kurang, sehingga kemungkinan pemberitaan yang muncul tidak begitu maksimal. Sebagai salah satu strategi untuk lebih mengenalkan isuisu narkoba dengan baik, sebenarnya BNN telah mengambil langkah tepat seperti melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan media atau melakukan kunjungan hingga ke dapur redaksi media. Hal tersebut menjadi indikator positif untuk menjalin kerjasama yang nantinya akan berpengaruh pada pemberitaan narkoba di media itu.
Pemahaman narkoba Pria yang terkenal kritis ini sangat yakin jika sebuah media telah
BNN telah mengambil langkah tepat seperti melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan media atau melakukan kunjungan hingga ke dapur redaksi media memahami betul masalah narkoba dengan baik, maka penyampaian berita narkoba akan semakin intensif. Berdasarkan pengamatannya bahkan seorang hakim pun yang belum paham tentang masalah narkoba, menjatuhkan vonis pada pengedar dengan hukuman yang rendah. Namun, setelah si hakim itu paham betul bahaya narkoba yang diakibatkan pada para korbannya, maka tak segan-segan hakim tersebut menjatuhkan vonis yang berat bagi si pengedar. Santoso juga berharap agar sinergi antara media dan BNN bisa terjalin dengan baik dengan catatan BNN memberikan ruang bagi semua media dengan porsi atau level yang seimbang. Artinya BNN tidak memfokuskan kerjasama dengan salah satu media. Menurut Santoso, sebuah media besar yang memiliki rating tinggi belum jadi jaminan bisa menyampaikan isu narkoba pada masyarakat dengan maksimal. “Terkadang, media tertentu yang hanya memiliki rating lebih rendah justru bisa menjadi sarana kampanye anti penyalahgunaan narkoba yang jauh lebih maksimal,” katanya. Karena itulah Santoso menegaskan bahwa nama besar atau rating sebuah media bukanlah satu-satunya indikator informasi narkoba bisa tersampaikan dengan baik, karena pada dasarnya semua media memiliki segmen
Khusus isu rehabilitasi, Santoso melihat unsur proteksi dalam dunia rehabilitasi terkadang menjadi penghalang para pewarta untuk mengangkat sebuah berita. Proteksi bisa datang dari si pecandu sendiri yang tidak ingin jati dirinya diungkap atau bisa juga datang dari keluarganya yang enggan anggota keluarganya diekspos sehingga menjadi berita konsumsi publik
atau pangsa pasar masing-masing. Ia menambahkan, pemberdayaan seluruh media akan menjadi langkah yang sangat strategis dalam rangka menyebarluaskan isu yang terkait dengan pencegahan, rehabilitasi, dan pengungkapan kasus tentang narkoba secara seimbang. Di akhir perbincangan, Santoso menyarankan agar BNN bisa lebih memberikan stimulan pada media untuk lebih produktif menghasilkan karya yang terkait dengan narkoba melalui lomba karya tulis media yang lebih terfokus pada isu pencegahan atau rehabilitasi. Santoso pun
Santoso juga berharap agar sinergi antara media dan BNN bisa terjalin dengan baik dengan catatan BNN memberikan ruang bagi semua media dengan porsi atau level yang seimbang. Artinya BNN tidak memfokuskan kerjasama dengan salah satu media memberikan tips sebuah lomba yang ideal untuk pemberitaan narkoba. Ia menyarankan agar BNN jauhjauh hari telah mengumumkan akan mengadakan kegiatan tertentu yang terkait dengan bidang pencegahan dan juga rehabilitasi, dan BNN mengundang media untuk meliputnya, sehingga dari rangkaian kegiatan tersebut, para pelaku media bisa mendapatkan topik yang bagus sehingga terdorong untuk menghasilkan karya tulisan yang lebih efektif. Budi Kurniapraja SINAR BNN EDISI VIII/2011
63
PERNIK
SMUN 3 Palu
Sekolah Percontohan Antinarkoba
S
MUN 3 Palu memiliki segudang prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Secara akademis, sekolah dengan luas 21.374 m2 tersebut memiliki prestasi dengan tingkat kelulusan siswa 100% setiap tahunnya dan berakreditasi A. Sementara dari sisi non akademik, sekolah ini telah meraih berbagai prestasi dari bidang ekstrakulikulernya. Menurut Kepala Sekolah SMUN 3, Drs H Muh. Arasy MSi, sekolah ini menjadi percontohan antinarkoba karena memiliki potensi yang sangat Kepala Sekolah SMU Model Negeri 3 Palu, Drs H Muh. Arasy MSi mengatakan sekolahnya menjadi percontohan anti narkoba karena memiliki potensi kuat mengakselerasikan program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah
64
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Foto-foto: Dok. Humas BNN
Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Palu, mendapat kehormatan karena telah ditetapkan menjadi sekolah percontohan antinarkoba di kawasan Sulawesi Tengah. Sekolah ini pun mendapat kehormatan dikunjungi oleh Kepala BNN, Gubernur Sulawesi Tengah, Kepala BNNP beserta rombongan, pada 23 Juli 2011.
PERNIK
Siswa-siswi SMU Model Negeri 3 Palu menjalani tes urine pada awal masuk mereka masuk sekolah
kuat untuk mengakselerasikan program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah. “Ada beberapa aspek yang bisa menjadi poin penting sehingga sekolah ini terpilih. Dari aspek kedisiplinan, sekolah ini menerapkan aturan yang sangat ketat dalam berbagai hal, sehingga mental dan sikap siswa dan pengajarnya sendiri sangat kuat,” kata Arasy. Sementara itu, dari aspek akademis, SMUN 3 Palu memiliki kapasitas yang sangat baik karena merupakan salah satu pemegang akreditasi A dengan fasilitas penunjang akademis yang sangat memadai. Aspek lain yang tak kalah penting adalah kesiapan sekolah tersebut dalam menyelenggarakan kegiatan P4GN.
dini sehingga tidak ada siswa yang berstatus penyalahguna narkoba di sekolah. Menurut Kepala Sekolah yang telah mendapatkan Satya Lancana Karya Satya pada 2004 dan 2009 dari Presiden itu, SMUN 3 Palu telah menyelenggarakan program tes urine dan tak ada satu pun yang positif terkena narkoba. Di samping tes urine, dalam waktu dekat SMUN 3 Palu akan menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang bersifat sosialisasi, baik penyuluhan atau kegiatan positif lainnya yang terkait dengan anti penyalahgunaan narkoba. Dari kegiatan tersebut, Arasy akan mempersiapkan agar para siswanya bisa menjadi andalan sebagai kader sekolah yang bisa menyampaikan lagi pesan-pesan narkoba pada teman sebayanya dan lebih luas lagi bagi lingkungan sekitarnya. Harapan ke depan, Kepala Sekolah SMUN 3 Palu itu menginginkan dukungan yang maksimal baik dari BNN, BNNP, serta BNNK. "Dukungan tersebut tetunya berupa moril ataupun materil, terutama motivasi yang kuat bagi pihaknya, sehingga
Para siswa-siswi SMU Model Negeri 3 Palu menghibur para tamu undangan dengan pertunjukkan teater
Peserta yang hadir di SMU Model Negeri 3 Palu dalam rangka peresmian sekolah dan lingkungan berbasis bebas narkoba
kegiatan yang berorientasi pada P4GN akan terlaksana secara terpadu dan sinergis," pungkas Arasy. Budi Kurniapraja
Tes urine Untuk mengimplementasikan program P4GN, SMUN 3 memiliki program penting khususnya d a l a m aspek pencegahan penyalahgunaan narkoba. Salah satu program yang sudah berjalan hingga saat ini adalah tes urine bagi siswa baru. “Kegiatan tes urine telah berjalan selama 2 tahun terakhir,” ujar Arasy. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan
Kepala BNN, Gubernur Sulawesi Tengah, Kepala BNNP beserta rombongan meninjau sekolah percontohan anti narkoba SMU Model Negeri 3 Palu pada 23 Juli 2011 SINAR BNN EDISI VIII/2011
65
KABAR DAERAH
Desa Siaga Narkoba Pertama di Jawa Barat Sebagai bentuk antisipasi terhadap maraknya peredaran narkoba di wilayah jalur wisata Kuningan, Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat membentuk garda terdepan bernama Desa Siaga Narkoba. Desa Linggasana, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat, lah yang terpilih menjadi desa pertama yang menjalankan program ini.
Dwi Prasetya
D
Kepala Desa Linggasana Heni Rosdiana meningkatkan kewaspadaan terhadap pendatang yang sewaktu-waktu bisa melakukan tindak kejahatan, seperti peredaran gelap narkoba
66
SINAR BNN EDISI VIII/2011
esa yang terletak di sebelah Utara Kabupaten Kuningan tersebut memang termasuk daerah yang memiliki banyak tempat hiburan. Oleh karena itu, BNNP Jawa Barat dan BNNK Kuningan merasa perlu membentuk suatu gerakan kesiagaan yang di dalamnya adalah unsur masyarakat desa. Selain itu, Desa Linggasana juga merupakan salah satu jalur pendakian ke Gunung Ceremai yang otomatis membuka peluang masuknya orang-orang dari luar desa itu. Peresmian Desa Linggasana sebagai Desa Siaga Narkoba dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat yang juga Ketua BNP Jawa Barat, H Efendy Yusuf pada 20 Juli 2011. Ketua BNP Jawa Barat didampingi Ketua BNNK Kuningan, Guruh Irawan SSTP MSi, Bupati
Kuningan H Aang Hamid Suganda, Wabup Kuningan yang juga menjabat Ketua BNK Kuningan, Drs H Momon Rochmana MM, Ketua DPRD H Acep Purnama SH MH, Kajari, Kapolres, Dandim beserta unsur Muspida Kuningan lainnya, Kepala Desa Linggasana, Heni Rosdiana, secara bersama-sama memukul kentongan sebagai tanda peresmian Linggasana menjadi Desa Siaga Narkoba.
Perhatian Pemerintah Dalam sambutannya, Ketua BNP Jabar H Dede Yusuf mengatakan, dijadikannya Desa Linggasana sebagai Desa Siaga Narkoba di Kuningan, merupakan sebuah wujud perhatian pemerintah akan rawannya peredaran narkoba di wilayah perbatasan. “Perlu diketahui, Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang kerap dijadikan sasaran bagi peredaran narkoba. Apalagi menjalur dengan Cirebon yang merupakan jalur transit
KABAR DAERAH
Camat Cilimus, R Koentjoro melihat Desa Siaga Narkoba di Desa Linggasana merupakan suatu bentuk partisipasi dan antisipasi masyarakat untuk memerangi bahaya narkoba. ’’Di Linggasana itu banyak tempat hiburan jadi perlu adanya antisipasi dari masyarakat sendiri’’, ungkap Koentjoro saat ditemui di kantor Kecamatan Cilimus, Kuningan. Koentjoro juga menyatakan sebaiknya tidak hanya Desa Cilimus yang menjadi Desa Siaga Narkoba agar terjadi pemerataan terhadap antisipasi bahaya narkoba. ’’Intinya kami siap bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,’’ pungkas Camat Cilimus itu.
Acara peresmian Desa Linggasana sebagai Desa Siaga Narkoba
dari berbagai wilayah, sehingga Kuningan bisa dijadikan sebagai tempat persembunyian, mengingat kondisi geografisnya yang cukup strategis,” terangnya. Pencanangan Desa Siaga Narkoba melalui civil society, menurut Dede merupakan gerakan moral yang harus didukung semua pihak. Gerakan ini sengaja melibatkan unsur masyarakat, seperti tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh ulama, majelis ta’lim, serta berbagai unsur lainnya. “Mereka harus menerangi masyarakat agar paham tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Apalagi Kuningan merupakan daerah pariwisata yang kemungkinan besar banyak bersentuhan dengan peredaran gelap narkoba,” jelasnya. Menurut birokrat yang dulu tenar sebagai artis tersebut, Desa Siaga Narkoba di Kabupaten Kuningan harus memiliki jalur komunikasi dalam upaya pencegahan beredarnya narkoba secara meluas. “Ini tugas yang tak mudah, karena Desa Siaga Narkoba ini adalah desa mandiri. Kami
Waspada terhadap pendatang Menurut Kepala Desa Linggasana Heni Rosdiana, banyaknya tempat hiburan yang ada di desanya membuat akses masuk pendatang baik sebagai pengunjung atau pekerja sangat mudah. ’’Mayoritas pemiliki dan pengunjung tempat hiburan di desa saya adalah orang-orang Jakarta dan sekitarnya,’’ ungkap Heni saat ditemui majalah Sinar BNN di kantornya. Hal tersebut membuat Kepala Desa Linggasana meningkatkan kewaspadaan terhadap para pendatang yang bisa saja sewaktuwaktu melakukan tindakan kejahatan, salah satunya peredaran gelap narkoba. ’’Oleh karenanya, kita banyak menggerakkan para pekerja di tempat hiburan menjadi kader utama dari Desa Siaga Narkoba untuk memberikan informasi apabila melihat kejadian mencurigakan dalam hal ini peredaran gelap narkoba,’’ tambah Heni. Heni juga menyatakan bahwa respon masyarakat terhadap Desa Siaga Narkoba sangat baik. Masyarakat Desa Linggasana giat melakukan siskamling setiap malam dengan fokus mencegah tindakantindakan kejahatan. Selain siskamling, Kepala Desa dan perangkat desa lainnya juga rajin melakukan penyuluhan narkoba kepada masyarakat, baik informal maupun formal. Hal ini dilakukan agar masyarakat tahu dan paham terhadap bahaya narkoba.
Dok. Desa Linggasana
Dok. Desa Linggasana
hanya berusaha untuk memberikan sebuah kepedulian, karena wilayah ini merupakan pusat pariwisata di Kabupaten Kuningan,” pungkas Dede.
Wakil Gubernur Jawa Barat H Effendy Yusuf saat peresmian Desa Linggasana sebagai Desa Siaga Narkoba pada Juli 2011
Desa Siaga Narkoba merupakan suatu bentuk gerakan dukungan dari masyarakat terhadap kegiatan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) dalam rangka menuju citacita bangsa ini untuk menjadi negeri bebas narkoba. Oleh karenanya, perlu adanya dukungan yang masiv terhadap gerakan-gerakan dari daerah untuk menyatukan tekad agar bebas dari lingkaran setan narkoba. Dwi Prasetya A
SINAR BNN EDISI VIII/2011
67
KABAR DAERAH
Sepak Terjang BNK Bekasi dan Satnarkoba Polres Bekasi dalam P4GN
Dwi Prasetya A
Satuan Narkoba Kepolisian Resort Metropolitan Bekasi bersama Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi memusnahkan berbagai macam barang bukti narkoba hasil sitaan operasi Nila pada periode 27 Juni hingga 16 Juli 2011.
Pemusnahan barang bukti dilakukan sebagai komitmen BNK Bekasi bersama Polres Metro Bekasi terhadap Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
68
SINAR BNN EDISI VIII/2011
KABAR DAERAH
Dwi Prasetya A
B
Pemusnahan barang bukti narkoba jenis ganja dilakukan dengan cara dibakar
Tersangka yang berhasil diciduk pleh Polres Metro Bekasi
dan miras tradisional, serta 200 kantong miras oplosan. Minuman keras tersebut disita dari 284 orang tersangka, terdiri dari 272 laki-laki dan 12 perempuan. Acara pemusnahan yang berlangsung selama satu jam tersebut dihadiri oleh Ketua BNK Kota Bekasi, Kapolresta Bekasi, Pemuka Agama, Musyawarah pimpinan daerah, dan pejabat dari Kejaksaan Negeri Bekasi.
Dwi Prasetya A
pasti selalu tinggi angka peredaran ganjanya,’’ tukas Sangadi. Pemusnahan yang berlangsung di halaman parkir Polres Metropolitan Bekasi, Polda Metro Jaya tersebut sesuai dengan Undang-Undang No 35 Tahun 2009 khususnya pasal 75K dan pasal 91 tentang pemusnahan barang bukti narkotika paling lambat 7 hari setelah penetapan Kejaksaan Negeri setempat. Selain memusnahkan berbagai macam barang bukti narkoba, polisi dan BNK Kota Bekasi juga memusnahkan 8.868 botol minuman keras dengan kandungan alkohol di atas lima persen dari berbagai merek
Dwi Prasetya A
Ba r a n g b u k t i y a n g dimusnahkan antara lain 224 kilogram lebih ganja kering, heroin seberat 1 gram, dan sabu seberat 8 gram. Barang bukti yang dimusnahkan merupakan hasil dari penangkapan terhadap sebanyak 37 orang tersangka. Menurut Kepala Satuan Narkoba Polres Kota Bekasi, Kompol Sangadi pemusnahan barang bukti ini merupakan bukti komitmen dari Polres bersama BNK Bekasi untuk memberantas narkoba di Kota Bekasi. ’’Kita bersama BNK berkomitmen untuk selalu menjalin kerjasama yang baik dan komprehensif untuk memberantas narkoba di Kota Bekasi,’’ ungkap Sangadi. Terkait banyaknya barang bukti ganja yang disita, Sangadi menyatakan bahwa ini membuktikan masih tingginya potensi peredaran ganja di Bekasi. ’’Ini memang seperti sudah ’’tradisi’ di daerah penyangga
Selain melakukan pemusnahan dan razia BNK Bekasi bersama LSM rajin mengadakan sosialisasi bahaya narkoba kepada masyarakat SINAR BNN EDISI VIII/2011
69
KABAR DAERAH
Razia narkoba dan sosialisasi
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya A
Dwi Prasetya A
Selain melakukan pemusnahan barang bukti, BNK Bekasi bersama aparat penegak hukum di Kota Bekasi juga aktif melakukan razia narkoba dan minuman keras di berbagai tempat. Sasaran yang menjadi tempat razia adalah kafe-kafe, tempat karaoke, dan diskotek yang disinyalir menjadi tempat peredaran gelap narkoba. Hal ini dilakukan oleh BNK Bekasi sebagai bentuk pencegahan secara komprehensif bersama aparat penegak hukum di kota Bekasi terhadap bahaya penyakit masyarakat seperti narkoba.
Tidak hanya razia, BNK Bekasi juga sangat aktif melakukan sosialisasi bahaya narkoba kepada masyarakat, khususnya kalangan remaja yang rawan menjadi konsumen baru para bandar narkoba. BNK Bekasi bersama NGO (Non Government Organization) mendatangi sekolah, kampus, dan berbagai tempat lainnya untuk memberikan informasi tentang bahaya 70
SINAR BNN EDISI VIII/2011
narkoba. Dengan langkah-langkah sosialiasi yang dilakukan oleh BNK Kota Bekasi diharapkan masyarakat Kota Bekasi menjadi aware dan care terhadap bahaya dari penggunaan dan peredaran gelap narkoba dalam rangka cita-cita Indonesia bebas narkoba 2015. Dwi Prasetya Anindito
^^ Pemusnahan minuman keras ^
Barang bukti ganja seberat 110 kg yang berhasil disita oleh Polresta Bekasi bersama BNK Bekasi. Banyaknya barang bukti ganja yang disita membuktikan kerawanan kota Bekasi terhadap peredaran narkoba khususnya jenis ganja
KABAR DAERAH
SINAR BNN EDISI VIII/2011
71
KABAR DAERAH
BNK Bekasi Uji Urine Sopir Bus Puncak arus mudik yang diperkirakan terjadi pada 26—27 Agustus, membuat Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi menggelar tes urine untuk para pengemudi bus dari berbagai Perusahaan Otobus (PO). Pada kegiatan tersebut, BNK Bekasi bekerjasama dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi, Pimpinan Satuan Narkoba Polres Kota Bekasi (Satnarkoba Polresta Bekasi). Tes urine dilakukan di Terminal Induk Kota Bekasi, pada Kamis, 25 Agustus 2011.
S
Dok. BNK Bekasi
“
Sebelum dites, para sopir bus didata oleh petugas
72
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Sekitar 105 pengemudi yang dites (urine, red). Mereka dijemput oleh pihak Polres dan Dishub di setiap PO nya, serta dites. Saat tes, mereka diawasi ketat oleh petugas sehingga meminimalisir jika ada yang bertindak curang,” ujar Eded Hermawan, staf pelaksana BNK Bekasi. Setelah itu, lanjutnya, urine yang telah diserahkan diuji dengan menggunakan alat uji multi drug screen. Alat tersebut dapat mendeteksi kandungan zat tidur, alkohol, ganja, hingga morfin pada urine yang diuji. Hasilnya, terdapat dua pengemudi yang terbukti menggunakan zat methamphetamine dan mereka langsung diarahkan oleh Polres Kota Bekasi untuk direhabilitasi. Menurut Eded, jumlah pengguna yang tertangkap melalui tes ini menurun sekitar 20% dibandingkan tahun sebelumnya.
KABAR DAERAH
Dok. BNK Bekasi
Sebelumnya, 17 Desember 2010, BNK Bekasi melakukan tes urine kepada aparat pemerintahan dan pejabat yang berlangsung di Gedung Balai Patriot Bekasi. Selanjutnya BNK Bekasi juga berencana menggelar kegiatan yang sama untuk Anggota Dewan Paripurna DPRD Bekasi. “Tes ini selalu kami lakukan secara mendadak, semacam Sidak (inspeksi mendadak), sehingga para pengguna narkoba dapat langsung ditindak,” pungkas Eded. Dengan adanya kegiatan tersebut, Eded berharap agar pengguna narkoba, khususnya di Kota Bekasi jumlahnya dapat berkurang.
Tes urine dilakukan untuk para pengemudi bus di Terminal Induk Kota bekasi
Indah Saraswati
“Tahun lalu, kami menggunakan laboratorium mobile dari BNP Jawa Barat, namun dinilai kurang efektif, karena setelah tes, hasilnya baru dapat keluar sekitar seminggu kemudian. Dalam rentang waktu selama itu, pengemudi yang terbukti menjadi pengguna pasti sudah kabur duluan,” jelas Eded. Menurutnya, alat uji yang digunakan saat ini merupakan langkah tepat, karena rentang waktu hasil tes dapat diketahui 3—4 jam kemudian dan yang terbukti pemakai dapat langsung diarahkan untuk direhabilitasi oleh pihak yang berwenang.
Dok. BNK Bekasi
BNK Bekasi bekerjasama dengan Dishub Kota Bekasi, Satnarkoba Polresta Bekasi, dan Kemenkes
Dok. BNK Bekasi
Tes yang berlangsung selama dua jam itu dimulai dari pukul 09.00 WIB dan dilakukan hanya sehari. “Tes ini merupakan rangkaian kegiatan rutin yang kami gelar setiap tahun. Tujuannya tentu untuk mengantisipasi pengemudi yang memakai narkoba, karena merekalah yang mengoperasikan kendaraan. Jangan sampai ada pengemudi yang terpengaruh zat berbahaya karena hal tersebut berpengaruh pada konsentrasinya saat menjalankan kendaraan,” kata Eded. Tes urine pengemudi bus ternyata tak hanya di lakukan di Terminal Induk Kota Bekasi. Terbukti di sejumlah terminal di Jakarta juga digelar tes urine bagi awak bus, seperti di Terminal Kampung Rambutan dan Pulogadung. Seperti yang dilansir dari vivanews.com, sebanyak 85 sopir bus melakukan tes urine di masingmasing terminal tersebut.
Dok. BNK Bekasi
Sehari tes
^^ Urine diuji menggunakan alat multi drug screen dan dilakukan oleh petugas dari Kemenkes ^ 17 Desember 2010, BNK Bekasi juga melakukan tes urine kepada aparat pemerintahan dan pejabat yang berlangsung di Gedung Balai Patriot Bekasi SINAR BNN EDISI VIII/2011
73
KOLOM
Kenali Anak dengan Baik
muslimmatters.org
Suatu sore Ibu Widya menjerit histeris dan pecahlah tangisnya. Kartika, anak perempuan satu-satunya yang baru saja merayakan ulang tahun ketujuh belasnya minggu lalu, mengaku terjerat narkoba. Ayah Kartika pun (walau diam seribu bahasa) secara refleks mengepalkan tangannya lalu melayangkannya di atas meja.
Hubungan yang dekat dengan anak membuat orang tua mawas diri terhadap perubahan sikap dan perilaku anak
Meski berhasil menahan diri tidak melukai si putri kesayangan, sang ayah tetap tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau katakan. Terlalu banyak pikiran, perasaan, dan terlalu penuh kekesalan yang membuncah dalam detik itu. Tidak tertahankan, sangat kompleks dan tidak dapat diungkapkan. Langkah apa yang harus dilakukan? Bagaimana menyembunyikan aib ini? Kartika harus segera pindah sekolah, tapi atas alasan apa? Bagaimana menyelamatkan martabat keluarga? Apa kita semua perlu pindah rumah, bahkan pindah kota? Ribuan pertanyaan bertubi-tubi mendarat dalam benak ayah belum juga berhasil diartikulasikan dalam kata-kata. Ibu pun lelah menangis, tertunduk tanpa daya sambil menggeleng-geleng kepala tanda kegagalan. Gagal menjadi orang tua, ibu, dan gagal menjadi istri yang 74
SINAR BNN EDISI VIII/2011
menjaga rumah tangga dan anak-anak. Padahal, dulu ia memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga untuk bisa mengasuh anak-anak secara lebih intens. Sang ibu pun tak habis pikir mengapa hal itu sampai tidak terdeteksi olehnya. Ia lalu berpikir, jangan-jangan banyak pembantu yang selama ini dipecat karena dianggap mencuri sebenarnya tidak mencuri. Bisa jadi itu perbuatan Kartika semua. Perasaan sayang, benci, kasihan, dan keinginan untuk menyakiti anak sendiri datang serentak, tetapi diam dalam keheningan yang dihasilkan. Kata-kata tidak lagi cukup untuk mengungkapkan rasa marah, kecewa, sedih, sayang, dan kasihan. Rasanya semua bahasa gagal menghasilkan sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan hati saat itu.
KOLOM
Satu dari sepuluh rumah tangga pernah atau sedang mengalami masalah narkoba
aprilize.files.wordpress.com
Kartika pun melirih sambil bersimpuh di hadapan ayah dan ibunya, terisak sambil tiada henti memohon pengampunan dari Tuhan dan orang tuanya. Dalam keheningan ayah ibunya, Kartika merasa lebih tersiksa. Kartika tahu bahwa dalam diam tersebut, dia telah amat sangat menyakitkan hati, bahkan menghancurkan hidup mereka. “Apa yang telah kuperbuat Tuhan? Mengapa kenikmatan itu berujung nestapa? Kalau saja saya tahu,” sesalnya dalam hati.
Potret kehidupan Cuplikan kejadian itu merupakan sebuah potret rumah tangga masa kini. Sebuah penelitian Household Survey yang dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa pada 2004 di Jakarta menemukan, satu dari sepuluh rumah tangga pernah atau sedang mengalami masalah narkoba. Itulah kenyataan yang terjadi. Walau masalah keluarga merupakan masalah dari unit terkecil masyarakat Indonesia, kenyataannya membuktikan lain. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba adalah bagian dari masalah sosial, ekonomi, dan pertahanan/ketahanan bangsa. Apalagi ketika hal ini dipandang dari tatanan dunia. Walau estimasi masalah dalam keluarga di Jakarta tampaknya tidak terlalu besar, dalam skala nasional, berdasarkan data BNN pada 2008, pada kenyataannya narkoba telah merenggut kebahagiaan lebih dari 3-juta jiwa di Indonesia. Sementara di dunia, berdasarkan data UNODC pada tahun yang sama, narkoba telah merasuk dan merusak kehidupan lebih dari 200-juta orang. Sama seperti sekitar 12% anak usia SMP—SMU di Jakarta, Kartika mengakui dia mulai bereksperimen dengan
Cerita ‘karier’ Kartika di dunia narkoba pun mirip dengan sebagian besar pecandu pada umumnya. Pertama mencoba rokok, berlanjut melinting ganja, kemudian meningkat menelan pil ketika main ke rumah teman
Sekitar 78% remaja di Jakarta mengakui, jika ada masalah mereka biasanya curhat ke teman bukan orang tua
Belajar bareng merupakan alasan terbaik yang selalu direstui ibu Kartika tanpa banyak resistensi. narkoba tidak lama setelah lulus SD. Cerita ‘karier’ Kartika di dunia narkoba pun mirip dengan sebagian besar pecandu pada umumnya. Pertama mencoba rokok, berlanjut melinting ganja, kemudian meningkat menelan pil ketika main ke rumah teman. Narkoba suntik seperti putau dan sabu pertama kali digunakan di rumah teman bersama temannya ketika, tentunya, orang tua temannya sedang tidak ada di rumah. P a l i n g s e r i n g dilakukan di saat p u l a n g s e k o l a h dan ketika alas an belajar bareng merupakan alasan terbaik yang selalu direstui ibu Kartika tanpa banyak resistensi. Hal ini terjadi sampai Kartika masuk SMU ketika penggunaan narkobanya sudah sangat sulit dikendalikan. SINAR BNN EDISI VIII/2011
75
KOLOM
Sekitar 74% dari pecandu mengakui memiliki ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga
Setelah mempelajari titik lemah sang ibu yang tidak pernah berkata tidak untuk hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran sekolah, Kartika pun jadi keasyikan untuk memanfaatkan kelemahan sang ibu tersebut. Anehnya, ibunya tidak pernah sekalipun menelpon ke ibu teman Kartika tempat mereka belajar. Penyesalan datang terlambat! Tampaknya kepercayaan sang ibu terhadap Kartika menjadi bumerang! Menjadi bumerang yang menghantam balik jika tidak disertai dengan pemantauan dan pengawasan yang seimbang. Sebenarnya, inilah bentuk kepercayaan yang bertanggung jawab yang perlu dilakukan orang tua terutama ketika anak memasuki usia remaja.
Ibu tidak bekerja Kisah Kartika itu ternyata banyak kemiripan dengan apa yang digali pada lebih dari 670 pecandu narkoba di 14 panti rehabilitasi di Pulau Jawa. Dari penelitian tersebut diketahui, 74% dari pecandu mengakui memiliki ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga, sama seperti ibu Kartika. Didapati 98% pecandu adalah perokok dan merokok terlebih dahulu baru mencoba ganja, sebelum meningkat ke pil-pil amfetamin. Dan 70% dari mereka berakhir dengan narkoba suntik seperti sabu dan putau. Rata-rata pecandu memulai kebiasaan merokok mulai di bangku SMP (atau akhir SD) dan bergulir dalam karier narkoba sampai masuk SMU. Sama seperti Kartika, teman merupakan faktor pendorong, walaupun ia juga mengakui bahwa dia memang sengaja mencari kelompok teman tertentu yang cenderung mendukung pemenuhan rasa penasarannya, rasa ingin tahunya yang besar terhadap rokok, pil, dan putau.
Didapati 98% pecandu adalah perokok dan merokok terlebih dahulu baru mencoba ganja 76
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Sekitar 98% pecandu narkoba adalah perokok dan merokok terlebih dahulu baru mencoba ganja, sebelum meningkat ke pil-pil amfetamin
Kelompok itulah yang menjadi kelompok sosial pendukung yang memfasilitasi pemuasan keingintahuan Kartika. Inilah peran peer approval dalam pergaulan,
Pengaruh peer approval akan jauh lebih dahsyat jika di diri anak pada dasarnya sudah terdapat faktor internal dalam diri anak yang menggiring terbentuknya niat dasar pada anak untuk, misalnya, bereksperimen dengan rokok atau narkoba melebihi peer pressure seperti apa yang dipercayai banyak orang tua. Pengaruh peer approval akan jauh lebih dahsyat jika di diri anak pada dasarnya sudah terdapat faktor internal dalam diri anak yang menggiring terbentuknya niat dasar pada anak untuk, misalnya, bereksperimen dengan rokok atau narkoba. Memang, musuh besar kita adalah diri sendiri.
Terlambat tahu Mengenai masalah anak yang terjerumus narkoba, terkadang orang tua menjadi pihak terakhir yang tahu. Mengapa? Mayoritas dari pecandu yang diwawancarai di
KOLOM
Mayoritas dari pecandu yang diwawancarai di dalam penelitian di atas mengakui orang tualah tempat terakhir mereka mengadu ketika tidak ada lagi jalan keluar, ketika merasa mentok, dan pada saat mereka butuh perawatan atau rehabilitasi
Ibu yang tidak bekerja bisa saja berada secara fisik di rumah, tapi sering tidak hadir dalam kehidupan anak
provokatrok.files.wordpress.com
dalam penelitian di atas mengakui orang tualah tempat terakhir mereka mengadu ketika tidak ada lagi jalan keluar, ketika merasa mentok, dan pada saat mereka butuh perawatan atau rehabilitasi. Namun, kemana orang tua selama anak berkarier dengan narkoba? Mengapa hal ini bisa terjadi selama bertahun-tahun dan terlepas dari pengetahuan dan perasaan orang tua? Kebanyakan ibu rumah tangga malah tidak berhasil memantau kegiatan anak. Apa yang terjadi? Apakah ini yang namanya kurang perhatian dan kurang komunikasi? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Pertama,
pada waktu seorang anak menjalani karier narkoba, ia tidak menampakkan perubahan fisik yang berarti jika belum sampai ke tahap kecanduan. Ibu yang tidak bekerja bisa saja berada secara fisik di rumah, tapi sering tidak hadir dalam kehidupan anak. Atau, terlalu banyak kegiatan di luar rumah membuat kurangnya kedekatan hubungan dengan anak seperti yang banyak terjadi di kota besar. Kalau urusan perhatian, rasanya, tidak ada orang tua yang tidak memperhatikan anaknya. Tapi, kenyataannya bisa saja apa yang diperhatikan tidak tepat sasaran. Mengapa demikian? Bisa jadi karena ada perbedaan persepsi dan kesenjangan harapan antara anak dan orang tua.
Untuk mengenal anak yang sesungguhnya, orang tua perlu mengetahui kepribadian, perasaan, dan kebiasaan mereka sejak dini dengan memperhatikan kecenderungan perilaku anak dan sifat mereka SINAR BNN EDISI VIII/2011
77
KOLOM
Dalam hal berkomunikasi, apa yang sering terjadi adalah adanya perbedaan persepsi antara anak dan orang tua. Persepsi mengenai makna komunikasi orang tua anak kadang terdistorsi oleh pengalaman masa lalu ketika mereka dibesarkan orang tua mereka. Kita sebagai orang tua sering lupa bahwa berkomunikasi itu tidak hanya berbicara, tapi ada elemen mendengar.
hearcom.eu
Mengenal anak
Berkomunikasi tidak hanya berbicara, tapi ada elemen mendengar
Perhatian orang tua yang misalnya diarahkan kepada sekolah anak, sementara anak berteriak untuk diperhatikan dalam urusan pergaulannya. Mungkin anak berharap orang tuanya bicara tentang bagaimana menentukan calon pacar, dari membicarakan batasan pergaulan, halhal seputar seks, hingga narkoba. Sementara itu, orang tua melulu bertanya tentang cita-cita sejak si anak masuk SD, pelajaran favorit, guru favorit, kesulitan pelajaran apa, ingin les apa, dan lain sebagainya. Bahkan ada juga orang tua yang cenderung menghindar jika anak mulai bertanya tentang seks, kemudian untuk mengecilkan topik pergaulan, dan menekankan prestasi. Tentu saja hal ini memunculkan kesenjangan dalam berkomunikasi.
Rata-rata pecandu memulai kebiasaan merokok mulai di bangku SMP (atau akhir SD) dan bergulir dalam karier narkoba sampai masuk SMU 78
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Kuncinya adalah mengenal anak. Sering kali orang tua mengira mereka sudah mengenal anak mereka. Padahal, riset membuktikan orang tualah yang menjadi orang terakhir yang tahu jika anak mereka terkena masalah. Berdasarkan survei faktor risiko Yayasan Cinta Anak Bangsa pada 2002 menunjukkan, sebagian besar remaja, 78%, di Jakarta mengakui jika ada masalah mereka biasanya curhat (mencurahkan isi hati) ke teman bukan orang tua. Menyedihkan untuk orang tua, tapi untuk dapat merebut hak curhat ini, rasanya orang tua perlu mengenal anak dengan baik sebagai langkah awal membuka jalur komunikasi yang diinginkan. Untuk mengenal anak yang sesungguhnya, orang tua perlu mengetahui
Kita sebagai orang tua sering lupa bahwa berkomunikasi itu tidak hanya berbicara, tapi ada elemen mendengar kepribadian, perasaan, dan kebiasaan mereka sejak dini dengan memperhatikan kecenderungan perilaku anak dan sifat mereka. Apakah anak saya mempunyai perilaku deviasi (menyimpang dari norma-norma yang ada) atau terlalu kaku? Cenderung antisosial atau malah terlalu gaul? Pemberontak atau penurut? Pendiam atau ceria? Terlalu bergantung kepada teman atau cenderung tidak mempunyai banyak teman? Hubungan yang dekat dengan anak membuat orang tua mawas diri terhadap perubahan sikap dan perilaku anak. Hal itu juga membuat orang tua peka terhadap kebutuhan akan perhatian dan perasaan mereka, serta jeli melihat bakat/hobinya. Veronica Colondam, Pendiri Yayasan Cinta Anak Bangsa
KOLOM
Setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan orang tua bukan saja untuk membesarkan anak bebas narkoba, tapi supaya tidak menjadi orang terakhir tahu jika anaknya terkena masalah. Sebut saja pertama, selalu membangun dan membina hubungan dengan anak. Kedua, terlibat aktif dalam hidup anak; ketiga, berkomunikasi efektif; keempat, membuat dan menegakkan peraturan; terakhir, mengajarkan anak keterampilan hidup (life skills). Mengenal anak adalah langkah pertama untuk membangun hubungan dengan anak. Mengenal anak mencakup pengenalan akan kepribadian dan kondisi psikologis dan emosi anak. Dalam banyak situasi, orang tua merasa mengenal anak, tapi hal-hal yang dikenal orang tuanya itu cenderung tidak lagi cocok dengan kondisi anak terkini. Pengenalan perlu senantiasa diaktualkan agar tidak terjadi kesenjangan persepsi anak0orang tua. Hal itu dapat ditempuh melalui komunikasi dan terlibat aktif dalam kehidupan anak. Mulai dari hal-hal remeh yakni anak merasa diperhatikan dan dihargai. Contohnya membawakan kudapan saat anak berkumpul dengan teman-temannya atau menyaksikan dan memberi semangat pada pertandingan sepak bolanya. Suatu survei di Amerika Serikat menyatakan tradisi makan bersama, setidaknya lima kali seminggu, dapat secara drastis meningkatkan hubungan anak-orang tua yang berarti mengurangi risiko anak jatuh dalam narkoba.
Berperan aktif Setelah mengenal anak Anda, mengerti kebutuhan emosinya dan dinamika kepribadiannya. Sekarang saatnya untuk berperan aktif dalam hidup anak, yaitu terlibat dan melibatkan diri dalam kehidupan anak setiap harinya. Ada sebuah penelitian yang menemukan anak akan cenderung beraktivitas positif jika ia memiliki orang tua yang terlibat aktif dalam hidup keseharian. Anak yang beraktivitas positif akan mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk menggunakan narkoba. Menurut para ahli ilmu komunikasi, berkomunikasi yang baik berarti mengambil waktu untuk bicara pada saat yang tepat, dan memakai pendekatan hati dan bukan nalar saja pada saat berbicara dengan anak. Pada 2002,
lh5.ggpht.com
Membebaskan Anak dari Narkoba
Orang tua yang terlibat dan melibatkan diri dalam kehidupan anak setiap harinya berefek menghindarkan anak dari penyalahgunaan narkoba
peneliti dari Universitas Minesota Allen et al menyatakan membuat batasan-batasan dalam hidup anak sama seperti membangun pagar di sepanjang jembatan. Pagar ini adalah pagar kasih yang melindungi anak Anda dari bahaya fisik dan bahaya psikologis di kehidupan seharihari. Seorang ahli perkembangan anak dari Ohio State University, Ellen Galinsky, menambahkan, pagar ini sebenarnya membuat anak merasa aman dan nyaman, bahkan dicintai. Dan bukan sebaliknya, seperti dikekang atau dibatasi. Lebih jauh, Allen et al juga menuliskan tujuan utama membuat peraturan atau batasan adalah supaya anak memiliki kemampuan untuk pengendalian diri dan pengarahan diri. Kedua hal itu sangat penting dlam menumbuhkan rasa berharga pada diri anak. Rasa berharga pada diri anak dapat ditimbulkan melalui pemupukan dan peningkatan kepercayaan diri (self esteem dan self confidence). Selain itu, keterampilan hidup yang perlu diajarkan adalah asertif, pengambilan keputusan, bagaimana mengatasi konflik, mengatasi masalah, dan lain-lain. Menjadi oarng tua adalah ibadah. Kelima hal yang dibahas di atas hanya merupakan hal ringkas yang mudah-mudahan dapat menginspirasi kita semua untuk beribadah dalam membesarkan anak kita. Integritas dan teladan kita sebagai orang tua sangat dibutuhkan anak. Jadilah teladan dan jadilah panutan. Kelak kita dapat menjadi yang utama dan terutama dalam hidup anak kita. Veronica Colondam, Pendiri Yayasan Cinta Anak Bangsa SINAR BNN EDISI VIII/2011
79
FENOMENA CAKRAWALA
B
Afghanistan Tetap Menjadi Ancaman
agaimana tidak. Dalam satu dekade saja dilaporkan ada 16,5juta orang per tahun menyalahgunakan narkoba di seluruh dunia. Dari jumlah itu, 12-juta—13-jutanya mengonsumsi heroin dengan total 375 ton per tahun. Di Afghanistan sendiri dalam 10 tahun terakhir tingkat konsumsi narkobanya mengalami peningkatan secara tajam. Bahkan 35-ribu dari 123-ribu hektar lahan opium di sana digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi opium dalam negeri. Namun, masalahnya tak hanya sampai di situ. Heroin Afghanistan juga telah menyebar ke negara lain. Pada 2009, UNODC memperkirakan 150 ton heroin Afghanistan masuk ke Eropa, 120 ton ke Asia, dan 45 ton ke Afrika.
Sudah sekian lama, Afghanistan tetap menjadi sumber perdagangan gelap opium dan heroin. Bahkan, UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) menduga Afghanistan telah menghasilkan US$68-miliar pada 2009 dari perdagangan narkoba. Angka itu melebihi pendapatan domestik bruto di banyak negara.
Pemusnahan
www.jamsidedown.com
Saat ini pemerintah Afghanistan tengah berusaha untuk memusnahkan ladang opium di negaranya. Namun, hal tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak mudah mengubah pola pikir petani yang sudah lama bertanam opium. Upaya pemusnahan tersebut tak membuat petani jera, mereka justru pindah ke daerah pedesaan terpencil untuk tetap membudidayakan opium.
Sebagian besar warga Afghanistan mengandalkan opium sebagai mata pencaharian utama
80
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Pada 2009, UNODC memperkirakan 150 ton heroin Afghanistan masuk ke Eropa, 120 ton ke Asia, dan 45 ton ke Afrika
Ladang opium sudah sering kali diberantas pihak kepolisian, namun warga selalu menanamnya kembali
Secara sengaja mereka memilih lahan tersembunyi. Bagi mayoritas penduduk Afghanistan yang notabene petani, menanam opium merupakan satu-satunya cara mereka bertahan hidup. Contohnya Mohamad Khalid. “Ayah mengajari saya cara menanam opium sepuluh tahun yang lalu,” kata petani berusia 37 tahun berciri khas sosok orang mongol itu. Dengan ladang yang ia miliki, Khalid dapat menghasilkan 27 kg opium. Dari hasil penjualan opium ia dapat membeli makanan dan kebutuhan keluarganya. “Opium banyak membawa manfaat,” tutur Khalid meski beberapa penyelundup seringkali mengijon opium hasil ladangnya. Dengan pengetahuan yang terbatas, Khalid pun tak mengerti alasan pemerintah memusnahkan ladang opium. “Saya tidak tahu mengapa ladang opium dimusnahkan. Saya hanya petani miskin, dan yang selalu saya pikirkan adalah bagaimana cara menghidupi keluarga saya,” akunya. Tak jauh dari ladang Khalid, hamparan opium dengan bunga berwarna-warni terlihat jelas. Masing-masing ladang luasnya dibawah 0,4 hektar. Di sana para petugas terlihat menuruni ladang dengan membawa batang
bambu dan m e m b a b a t bunga opium dengan penuh semangat. Seorang pengamat dari UNODC dengan cermat mencatat setiap ladang yang dimusnahkan dalam buku catatannya. Sementara seorang petani muda memperhatikan pemusnahan sistematis itu sambil berjongkok di ladang yang diakui milik tetangganya. “Tahun lalu polisi sudah memperingatkan kami untuk tidak menanam opium, jadi saya sendiri beralih menanam melon. Tapi semua lahan ini lahan tadah hujan, jadi saat musim kemarau saya seringkali kesulitan,” katanya. Menurut petani di dekat distrik Tashkan, pemerintah telah berjanji membangun jalan, jembatan, dan saluran air, serta akan membuat rakyatnya hidup makmur dan dapat melupakan opium untuk selamanya. Namun, janji yang diucapkan lima tahun silam tersebut pada kenyataannya belum ter wujud hingga sekarang sehingga kondisi perekonomian petani pun masih tetap terpuruk.
sebagai satu-satunya obat. Hal itulah yang mengakibatkan separuh dari 1.800 penduduk desa tersebut menjadi pecandu narkoba. Dengan kondisi seperti di atas, wajar bila sulit melenyapkan opium di Afghanistan. Terlebih lagi menurut data UNODC jumlah anhirida asetat di Afghanistan terus meningkat. Anhidrida asetat adalah bahan kimia umum yang digunakan dalam rumah tangga dan produk industri. Namun, keberadaan bahan kimia tersebut di Afghanistan bukan untuk produk industri dan rumah tangga, melainkan untuk memproduksi heroin. Pada 2009, sekitar 38 ton anhidrida asetat disita di lokasi produksi heroin yang sebagian besar berada di Afghanistan Selatan. Dengan keberadaan 300—500 laboratorium yang dapat memproduksi sekitar 380 ton heroin, Afghanistan terus mengkonversi sebagian besar opium dunia menjadi produk jadi, yaitu morfin dan heroin. Indah Saraswati dan Sofyan Efendi
Opium sebagai obat Sedangkan di Desa Sar Ab, distrik Yamgan, kondisinya lebih memprihatinkan lagi. Di sana tidak tersedia k linik kesehatan sehingga penduduk menggunakan opium
www.indiamart.com
www.nytimes.com
FENOMENA CAKRAWALA
Kurva produksi opium di Afghanistan berdasarkan catatan UNODC SINAR BNN EDISI VIII/2011
81
FENOMENA CAKRAWALA
Opium, Makanan Rutin Anak Afghanistan Banyak cara orang tua untuk menidurkan anaknya yang ‘rewel’. Diantaranya meminumkan susu dengan dot, menyanyikan lagu atau dongeng pengantar tidur, bahkan ‘membedong’ jika anaknya masih bayi. Namun beda dengan orang tua di Afghanistan. Mayoritas mereka menidurkan anak-anaknya dengan cara tidak biasa, yaitu menggunakan opium.
82
SINAR BNN EDISI VIII/2011
www.tokeofthetown.com
O
pium, apiun, atau candu, merupakan getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu yang belum matang. Tanaman ini tumbuh subur di Afghanistan, bahkan tercatat Afghanistan merupakan produsen 92% opium di dunia. Wajar jika warga, terutama yang tinggal di daerah-daerah miskin, akrab dengan tanaman berbahaya tersebut. Terlebih bagi daerah miskin, tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang nyata dan harga obat sangat mahal, sehingga opium mereka gunakan untuk meredam rasa sakit. Di Negeri Taliban itu, masyarakatnya bahkan telah menjadi pecandu sejak anak-anak. Mereka biasa menelan opium murni semudah menelan kacang tanpa tahu bahaya dari opium tersebut. Ini terbukti dari penelitian internasional yang menemukan
Afghanistan merupakan produsen 90% opium di dunia
fakta bahwa bayi-bayi di Afghanistan kecanduan opium. Banyak bayi yang kadar opium dalam darahnya 10 kali lipat lebih besar dibandingkan jumlah pecandu dewasa. Hasil penelitian membuktikan, 74% anak-anak yang orang tuanya merokok opium, akhirnya menjadi pecandu. Penelitian ini belum menggambarkan keadaan seluruhnya.
Di Negeri Taliban itu, masyarakatnya bahkan telah menjadi pecandu sejak anak-anak. Mereka biasa menelan opium murni semudah menelan kacang tanpa tahu bahaya dari opium tersebut
Pecandu sejak balita Menurut sebuah kisah yang ditayangkan di stasiun televisi CNN, Januari 2011, anak-anak di daerah terpencil bernama Provinsi Balkh, Afghanistan Utara terpaksa menjadi pecandu opium sejak belia. Seorang warga di Balkh, Aziza, mengaku memberi makan anaknya yang berusia empat tahun dengan opium yang disimpannya dalam plastik di lemari kayunya yang kusam. Seperti memotong sebuah cokelat, ia menyuapkannya ke anaknya, Omaidullah, sebagai asupan sarapan. Ya, sepotong opium murni. “Jika tidak saya berikan opium, dia tidak bisa tidur dan saya tidak bisa tenang bekerja,” kata Aziza. Ia bukan satu-satunya yang melakukan hal tersebut kepada anaknya. Hampir semua ibu di sana melakukan hal yang sama. Mereka memberikan opium tak hanya agar anaknya diam, tapi juga saat anaknya sakit dan tidak bisa tidur. Tidak heran, konsumsi opium di Balkh sudah sangat umum. “Saya bekerja dan membesarkan anak, karena itu saya mulai menggunakan opium,” ujar Rozigul, ibu mertua Aziza. Kepada CNN, Rozigul mengungkapkan,
Mereka memberikan opium tak hanya agar anaknya diam, tapi juga saat anaknya sakit dan tidak bisa tidur. Tidak heran, konsumsi opium di Balkh sudah sangat umum. “saya bekerja dan membesarkan anak, karena itu saya mulai menggunakan opium,” ujar Rozigul, ibu mertua Aziza menggunakan barang haram itu karena kondisi keluarganya yang sangat miskin. “Kami tidak punya apaapa untuk dimakan. Itulah mengapa kami harus bekerja dan menggunakan obat terlarang untuk membuat anakanak kami diam,” tambahnya. Aziza yang berasal dari keluarga miskin penenun karpet di Provinsi Balkh mengaku tak mengetahui bahwa opium merupakan zat adiktif. Wanita yang tak pernah mengenyam pendidikan itu juga tidak tahu resiko yang dialami tubuhnya akibat mengonsumsi opium. Yang ia tahu hanya opium telah digunakan turun temurun oleh masyarakat di sana. “Opium bukan sesuatu yang baru bagi desa kami. Ini tradisi lama dan bahkan menjadi agama di beberapa tempat,” kata koordinator pusat rehabilitasi narkoba, Dr Mohamed Daoud Rated. Kepala Pencegahan Kecanduan Narkoba Badan PBB UNODC, Gilberto Gerra mengatakan, seperti yang dikutip dari Harian Trouw, kecanduan opium merupakan salah satu masalah terbesar Afghanistan
Orang tua di Afghanistan kebanyakan memberi asupan opium kepada anak mereka sebagai obat penenang ketika mereka tidak bisa diam serta sebagai obat peredam rasa sakit
Kepala Pencegahan Kecanduan Narkoba Badan PBB UNODC, Gilberto Gerra mengatakan, seperti yang dikutip dari Harian Trouw, kecanduan opium merupakan salah satu masalah terbesar Afghanistan selain kemiskinan, trauma perang, kekerasan rumah tangga, dan penyiksaan selain kemiskinan, trauma perang, kekerasan rumah tangga, dan penyiksaan. Namun sayangnya, saat ini belum ada pedoman internasional untuk menangani anak-anak yang kecanduan opium. Indah Saraswati
www.nmystery.blogspot.com
Tak hanya itu, tiga alasan lain anak-anak di negara tersebut menjadi pecandu yaitu, menghisap asap opium orang tuanya, opium diberikan orang tuanya sebagai peredam rasa sakit, serta anak-anak menggunakannya sendiri. Orang tua di Afghanistan kebanyakan memberi asupan opium kepada anak mereka sebagai obat penenang ketika mereka tidak bisa diam (rewel, red) serta sebagai obat peredam rasa sakit.
www.voa-islam.com
FENOMENA CAKRAWALA
Opium, apiun, atau candu, merupakan getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu yang belum matang SINAR BNN EDISI VIII/2011
83
OPINI
Generasi Bangsa dalam Ancaman Narkoba Oleh: Drs Bambang Abimanyu MSi (Sekretaris Utama BNN)
P
residen Susilo Bambang Yu d h o y o n o (SBY ) mengatakan, kejahatan narkoba masih menjadi ancaman serius bagi Indonesia maupun dunia Internasional. Narkoba merusak karakter, fisik, ataupun kesehatan penggunanya. “Dalam jangka panjang, ini akan sangat mengganggu daya saing kita,” ujar Presiden SBY dalam sambutan puncak Hari Anti Narkoba Internasional, di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (26 Juni 2011). Menurut beliau, narkoba ini merupakan kejahatan yang mempunyai jaringan global, regional atau pun secara nasional. “Hasil kejahatan ini cukup besar, banyak pihak yang hidupnya kaya tapi dengan melumpuhkan orang lain,” jelasnya. 84
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Saat ini, jumlah korban narkoba–sesuai data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2011—sudah mencapai sekitar 3,6 juta atau 1,5 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos), BNN, Pemerintah Daerah (Pemda), dan 82 lembaga pemasyarakatan, APBN, APBD, dan dana mandiri baru mampu membiayai rehabilitasi bagi 3.750 dari 3,6-juta korban narkoba di Indonesia saat ini. Jumlah tersebut, kemungkinan akan terus bertambah setiap tahun, bila penanganan masalah ini tidak dilakukan secara serentak dan bersama-sama baik oleh lembaga negara dan pemerintah, maupun masyarakat. Ancaman bahaya narkoba sudah sangat mengancam generasi bangsa
Dok. Humas BNN
Peredaran narkoba masih menjadi ancaman buat generasi Indonesia kedepan. Penyalahgunaan barang haram tersebut bahkan dapat mengganggu daya saing Indonesia dalam waktu jangka panjang.
ini. BNN memperkirakan, jika tidak dilakukan penanggulangan secara serius maka pada tahun 2015 mendatang jumlah penyalahguna narkoba akan meningkat hingga 5,1juta orang atau sekitar 2,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Rasa enak yang dilarang Menyinggung ihwal pengguna narkoba di Indonesia, kiranya tidak bisa melihat sebelah mata terhadap keberadaan ganja. Pasalnya, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika–kemudian diperbarui dengan Undang-Undang
OPINI
www.peterreynolds.wordpress.com
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, kejahatan narkoba masih menjadi ancaman serius bagi Indonesia maupun dunia Internasional. Narkoba merusak karakter, fisik, ataupun kesehatan penggunanya.
Dok. Humas BNN
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika—menyebutkan, ganja termasuk narkotika. Dari sisi rasa, ganja dikenal dahsyat rasanya. Gulai kambing (konon) jadi lebih nikmat bila disajikan dengan sedikit zat adiktif seperti yang terkandung dalam Tetra Hydro Cannibol (THC), dan lainnya. Zat itu terdapat di dalam ganja dan tumbuhan lain sejenisnya, seperti marijuana, hashish, dan cannabis. Selain sebagai bumbu masak, ganja juga terbukti bisa menjadi produk lain yang dibuat oleh masyarakat lokal di Aceh. Seperti dodol dan kopi ganja. Di luar negeri penggunaan ganja dibedakan dalam dua kategori. Yaitu, penggunaan ganja untuk industri dan juga ganja untuk penggunaan terlarang. Ganja untuk pengunaan terlarang dikenal sebagai cannabis. Sedangkan untuk penggunaan industri dikenal dengan istilah hemp. Indonesia tidak mengenal perbedaan ini. Namun, kalangan penegak hukum
di negeri ini sepakat mengelompokkan ganja termasuk narkotika. Salah satu sebab mengapa ganja menjadi tumbuhan terlarang adalah karena zat THC itu. Zat ini bisa mengakibatkan pengguna menjadi “mabuk” sesaat jika salah menggunakannya. Sebenarnya kadar zat THC yang ada dalam tumbuhan ganja dapat dikontrol kualitas dan kadarnya, jika ganja dikelola dan dipantau dengan proses yang benar.
Ganja termasuk narkotika dan penggunaannya di Indonesia ilegal
Jika sebatas bumbu masak dalam takaran kecil, mungkin ganja bisa ditolerir sebagai sebuah produk industri. Pemakaiannya masih bisa ditoleransi. Bahkan, menurut pendapat yang masih diperdebatkan, ganja tidak menimbulkan efek samping ketagihan seperti jenis narkotika lain. Lalu pertanyaannya adalah, benarkah manfaat ganja lebih besar dari mudhorat-nya? Sudah banyak penelitian membuktikan, penggunaan ganja bisa berefek negatif. Zat-zat yang berefek kurang ‘sehat’ dan tidak ‘maslahat’ itu sama dengan yang terkandung dalam sebagian zatzat yang terkandung dalam obatobat terlarang. Ia bisa membuat pendarahan pada otak, merangsang orang mudah berkelahi, sulit berfikir, saraf otak dan saraf mata rusak, sering SINAR BNN EDISI VIII/2011
85
OPINI
Efek negatif Efek-efek negatif akibat ganja ialah depresan, pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri; halusinogen, pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada); stimulan, mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya rusak dan bisa mengakibatkan kematian; adiktif, pemakai akan merasa ketagihan sehingga ak an melakuk an berbagai cara agar terus bisa
Pusing, salah satu dampak negatif dari marijuana
86
SINAR BNN EDISI VIII/2011
mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakau). Sejak abad 20, ganja atau mar iyua na (Cannabis sativa ) digolongkan sebagai obat ilegal oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Sebelumnya kedua tanaman ini telah dipakai sebagai obat oleh manusia selama ribuan tahun. Dalam dua dekade terakhir, terjadi desakan untuk melegalkan ganja dan mariyuna, terutama untuk tujuan medis. Namun demikian, sebagai obat, mariyuana memiliki berbagai batasan.
Misalnya mariyuana dipakai sebagai terapi terakhir setelah melakukan jenis terapi pengobatan lainnya. Di New Jersey sendiri juga dilakukan larangan obat mariyuana bagi pasien dengan kondisi kejang, glaukoma dan kejang otot. Pemerintah juga membatasi jumlah apotek yang boleh menjualnya, dalam satu wilayah. Untuk memastikan tidak adanya penyalahgunaan, pemerintah Amerika Serikat juga menerapkan kebijakan pembelian langsung, tidak melayani pesan antar. Dosis yang bisa dibeli satu pasien juga dibatasi. Dampak Cannabis sativa tergantung pemakainya. Dalam dosis tinggi, pada sejumlah orang mariyuana dapat memicu efek halusinasi atau fly. Pada sejumlah orang lainnya hanya menimbulkan efek mengantuk. Unsur aktif dalam mariyuana yang disebut cannabinoid, pada dasarnya mempengaruhi fungsi memori pendek di otak, kemampuan panca indra, kemampuan berpikir serta gerak motorik.
www.bukuberitaku.blogspot.com
melamun, tidak bergairah, dehidrasi, dan rasa gembira berlebihan. Secara khusus, efek yang ditimbulkan ganja antara lain: mata sembab; kantung mata terlihat bengkak, merah dan berair; sering melamun; pendengaran terganggu; selalu tertawa; terkadang cepat marah; tidak bergairah; gelisah; dehidrasi; tulang gigi keropos; liver; saraf otak dan saraf mata rusak; dan skizofrenia.
OPINI
Pandangan agama
Tentu saja, selain memiliki manfaat positif, unsur aktif pada mariyuana juga memiliki sejumlah efek lainnya. Penyebabnya, unsur aktif ini, tidak hanya berpengaruh pada kawasan otak yang diinginkan. Dampak negatif yang muncul antara lain rasa pusing, mengantuk, gangguan konsentrasi dan pikiran yang abnormal. Tidak mudah melakukan pengembangan obat-obatan yang spketrumnya cukup luas semacam itu. Namun langkah awal, untuk memanfaatkan mariyuana yang sejauh ini hanya dikenal sebagai narkotika ringan, menjadi obat-obatan bagi dunia kedokteran, sudah dilakukan secara serius. Sejumlah obat-obatan turunan THC juga sudah diproduksi, seperti misalnya Dronabinol untuk pasien kemoterapi atau memicu nafsu makan pada penderita AIDS.
www.seairwan.files.wordpress.com
Selain sebagai bumbu masak, ganja juga terbukti bisa menjadi produk lain yang dibuat oleh masyarakat lokal di Aceh. Seperti dodol dan kopi ganja
Dalam pandangan agama, narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa, mental, dan kesehatan fisik seperti halnya khomar (memabukkan). Oleh karena itu, narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, Hadits Rasulullah SAW dan juga ajaran-ajaraan agama lainnya, antara lain sebagai berikut: “R asulullah SAW melarang terhadap tiap-tiap barang yang memabukkan dan melemahkan akal dan badan”(HR Ahmad); “Tiap-tiap barang yang memabukkan adalah haram” (HR Bukhari dan Muslim); dan “Setiap benda yang memabukkan banyaknya maka sedikitnya haram” (HR Ahmad, Abu Daud, Turmuzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). Begitu pula dalam ajaran Katolik. “Tuhan tidak menghendaki kematian, tetapi pertobatan hidup, kepada orang-orang yang sedang mengalami drama kecanduan dan menderita kemalangan” (Yeh. 18 : 23). Agama dengan tegas melarang terhadap barang yang memabukkan dan merusak fisik maupun mental manusia. Untuk menjauhkan kawula muda dari ”barang haram” dan sejenisnya itu, agaknya tidak bisa membebankan sepenuhnya pada tangan Pemerintah. Permasalahan narkotika bukanlah masalah individu semata, namun menjadi masalah bangsa. Jadi sewajarnya jika masyarakat bahu-membahu memerangi masalah laten bagi generasi penerus bangsa ini.***
Pengguna ganja umumnya sering melamun SINAR BNN EDISI VIII/2011
87
KESEHATAN
Cara Enak Supaya Sehat Inilah “bekal wajib” Enni Mutiara Tobing bila berpegian: sebotol kapsul temulawak.
K
apsul temulawak itu untuk mencegah rasa perih dan mual yang kerap diderita bila Enni mengonsumsi makanan berassa asam dan pedas. Rasa itu biasanya hilang seketika setelah mengonsumsi 1 kapsul temulawak. Bila sakit perut itu disertai diare Enni meningkatkan dosisnya menjadi 2 kapsul. Kapsul temulawak itu sandaran Enni, penderita gangguan pencernaan akut. Itulah sebabnya wanita 66 tahun itu resah bila tidak membawa kapsul temulawak saat berpegian. Enni memilih sediaan temulawak dalam bentuk kapsul agar mudah dibawa dan praktis dikonsumsi. Kebiasaan minum temulawak untuk mengatasi gangguan pencernaan itu ia tularkan pada anak-anaknya. Temulawak menjadi
88
SINAR BNN EDISI VIII/2011
pertolongan pertama saat mag, diare, atau mulas menyerang. Itulah sebabnya kapsul ekstrak Curcuma xanthorriza mesti selalu tersedia di rumah Enni.
Melancarkan pencernaan Menurut Hartini Koentjoro, herbalis di Depok, Jawa Barat, temulawak sangat baik untuk mengatasi masalah pencernaan. Ia biasanya menyarankan pasien untuk mengonsumsi air perasan temulawak segar. “Rasanya memang langu, tetapi memiliki efek dingin di perut,” katanya. Penelitian Dr yaya Rukayadi dan Prof Dr JK Hwang dari Yonsei University di Seoul, Korea Selatan, menunjukkan zat kurkumin yang memberi warna kuning pada temulawak merangsang produksi cairan empedu. Efeknya proses pencernaan lebih lancar. Dalam dunia fitoterapi temulawak dikelompokkan sebagai adaptogen, bahan yang tidak berbahaya dan
^
Variasi minuman herbal instan kini memanjakan lidah konsumen
<
Zat kurkumin pada temulawak berefek memperlancar pencernaan
KESEHATAN
dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan racun yang berdampak buruk pada tubuh. “Secara umum temulawak efeknya menormalkan fungsi jaringan yang terganggu,” kata Prof Sidik Apt, guru besar emeritus Farmasi Universitas Padjajaran yang mempelopori penelitian ilmiah temulawak di tanahair. Karena itu temulawak dapat dapat dikonsumsi kapan pun untuk menjaga kesehatan tubuh. Itulah sebabnya kini produk suplemen berbahan herbal semakin marak di pasaran. Mereka memproduksi suplemen temulawak yang dapat dikonsumsi kapan saja, di mana saja, praktisa dan bercita rasa enak. Contohnya dalam bentuk serbuk seperti yang diproduksi PT Citra Deli Kreasitama, produsen minuman instan Temulawak 85. Sari temulawak diolah dengan teknologi modern dengan tambahan gula, lalu dibuat serbuk dan dikemas dalam saset. “Dengan begitu konsumsen lebih praktis mengonsumsi temulawak,” ujar bagian pemasaran PT Citra Deli Kreasitama, Hudi.
Ekstrak temulawak dalam kapsul, mudah dibawa dan praktis dikonsumsi
Citra Deli Kreasitama juga memproduksi minuman herbal instan ber bahan temulawak dengan 3 variasi rasa: natural, kombinasi rasa madu dan jeruk, serta madu dan lemon. “Variasi itu untuk memanjakan lidah konsumen. Mereka tinggal memilih mana yang lebih disukai,” ujar Hudi.
Praktis Dengan diolah dalam bentuk serbuk, kini konsumen tak perlu repot memarut rimpang. Cukup sobek kemasan, tuang ke dalam gelas, lalu seduh dengan air panas atau dingin. “Dengan kemasan itu kalangan muda dan tua pun dapat mengonsumsi temulawak. Dengan begitu diharapkan temulawak semakin populer di tanahair,” ujar Hudi. Produsen farmasi di Surabaya, Jawa Timur, PT Helmig Prima Sejahtera, juga memproduksi suplemen berbahan temulawak dalam bentuk yang lebih beragam seperti serbuk yang dikemas dalam saset, tablet, dan teh siap seduh. “Dengan begitu konsumen bisa memilih produk yang sesuai dengan gaya hidup mereka,” kata Olga Putong, dari export department PT Helmig. Inovasi terbaru Helmig adalah minuman kaleng berbahan temulawak plus vitamin C. “Minuman itu berkhasiat menjaga kesehatan hati, pencernaan, mengatasi panas dalam, dan sariawan akibat kekurangan vitamin C,” tutur Olga. Keduanya juga sumber antioksidan dan pendongkrak sistem kekebalan tubuh.
Dalam bentuk kering, taan simpan 6-12 bulan
Helmig juga memproduksi temulawak instan dalam bentuk effervescent agar lebih menyegarkan saat dikonsumsi. Suplemen itu sengaja dibuat tanpa gula agar aman dikonsumsi penderita diabetes atau konsumen yang sedang mengurangi konsumsi gula. Menurut Sidik, yang mesti diperhatikan selama pengolahan adalah kualitas bahan aktif yang mesti terjaga agar khasiat temulawak tidak berkurang. Karena itu Citra Deli Kreasitama menerapkan syarat ketat dalam memilih bahan baku. “Bahan yang dipilih hanya yang berkualitas,” ujar Hudi. Bahan baku dipasok dari Pulau Sumatera dan Jawa. Untuk mendapatkan bahan aktif yang terjaga kualitasnya, PT Helmig Prima Sejahtera, mengekstrak temulawak dengan teknologi tinggi. Dengan teknologi ekstraksi jumlah dosis bahan aktif juga dapat ditentukan secara akurat. Dalam 25 mg ektsrak temulawak mengandung 2,8 mg kurkumin—senyawa aktif utama temulawak. Dengan takaran yang akurat, kerabat jahe itu dapat diolah menjadi apapun tapi tetap berkhasiat. Pranawita Karina SINAR BNN EDISI VIII/2011
89
KESEHATAN
Urusan Lambung, Temulawak Jagonya Avi Karina terpaksa membolos kuliah karena perut perih tak tertahankan. Ia terbaring lemas di kamar kos di Jakarta Barat.
D
erita itu gara-gara Avi Karina sering menunda makan. Mahasiswi tingkat akhir di Universitas Trisakti, Jakarta Barat, itu yang tengah menyusun tugas akhir kini kerap stres. Itu memicu produksi asam lambung berlebih. Bila mag kambuh, penjual jamu gendong biasanya jadi penolong. Ia memesan jamu temulawak. “Setelah mengonsumsi temulawak biasanya perih berkurang,” ujar Avi. Konsumsi rebusan rimpang Curcuma xanthorrhiza saat mag kambuh ia peroleh dari ibunya. “Kalau di rumah, ada ibu yang membuatkan ramuan temulawak,” kata Avi. Endang Budiningsih, sang ibunda, rajin membuat persediaan temulawak. Mula-mula ia mencuci bersih rimpang temulawak, mengiris tipis, dan menjemur di bawah sinar matahari sampai kering. Kepingan rimpang kering itulah yang ia simpan untuk persediaan.
^ <
90
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Temulawak bersama jeruk nipis turut membantu meningkatkan daya tahan tubuh Konsumsi temulawak dapat menjaga lambung
Pelindung lambung Ketika memerlukan, Endang tinggal merebus satu sendok makan temulawak kering bersama satu gelas air dan sedikit garam. Ia menambahkan gula batu untuk menghilangkan rasa getir. Itu warisan secara turunmenurun untuk mengatasi masalah pencernaan seperti mag. Temulawak untuk mag? Begitulah hasil riset Hajar Sulistyoningrum dari Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hajar melibatkan 30 ekor mencit swiss webster jantan yang terbagi dalam 5 kelompok. Ia memberikan 0,2 ml akuades pada kelompok kontrol, 0,1 ml larutan aspirin (grup I), 0,1 ml larutan temulawak plus 0,1 ml
KESEHATAN
Simplisia temulawak dapat digunakan untuk persediaaan
larutan aspirin (II)—semua per 20 g bobot tubuh mencit. Adapun kelompok III mengonsumsi 0,2 ml larutan temulawak dan 0,1 ml larutan aspirin; kelompok IV, 0,1 ml larutan simetidin dan 0,1 ml larutan aspirin. Aspirin berefek merusak lambung— sebagai kontrol negatif; simetidin obat antihistamin alias penghambat sekresi asam lambung (kontrol positif ). Konsumsi itu selama 3 hari. Pada hari ke-4, peneliti melihat preparat lambung mencit dengan pembesaran hingga 400 kali. Ia membedakan gambaran histologis lambung menjadi normal, rusak ringan, dan rusak berat. Uji nonparametik menunjukkan lambung tikus yang minum aspirin, rusak berat; sedangkan lambung tikus yang minum simetidin, normal. Kondisi serupa juga terlihat pada tikus yang mengonsumsi temulawak. Hasil penelitian itu menunjukkan temulawak memperbaiki kerusakan lambung. Peningkatan dosis temulawak tidak meningkatkan efek gastroprotektor atau pelindung lambung pada organ itu. Aktivitas kurkumin sebagai antiulcer—zat pengikat asam lambung—dalam temulawak menurunkan produksi asam lambung. Selain itu kurkumin
“Spektrum penggunaan temulawak untuk herbal sangat luas,” kata Hiru. Ia sering menganjurkan penggunaan herbal asli Indonesia itu untuk mengatasi hepatitis, radang sendi, bahkan panas dalam. Karakter temulawak termasuk ke dalam yin— sifat dingin—dalam keseimbangan herbal yin dan yang. Bila kita konsumsi temulawak bersama jeruk nipis yang mengandung vitamin C, membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
meningkatkan produksi mukus pada mukosa lambung sehingga terlindung dari asam yang dapat melukai lambung. Kandungan mineral seperti kalsium, natrium, magnesium, zat besi, dan mangan menetralisir asam lambung. Menurut herbalis di Jakarta, Drs Med Ir D’Hiru MM, “Konsumsi temulawak dapat mempercepat penutupan luka di lambung.” Tanaman anggota famili Zingiberaceae itu juga bersifat antiseptik sehingga mampu menumpas bakteri dalam pencernaan.
Multi khasiat Ning Harmanto, herbalis di Jakarta Utara, mengatakan khasiat temulawak sebagai herbal sudah diketahui secara turun-menurun. “Fungsi utamanya menjaga hati. Selain itu juga dapat mengatasi penyakit lain seperti mag, sembelit, asma, dan penyakit kantong empedu,” tutur Ning. Rimpang itu juga sohor sebagai penambah nafsu makan anak. Menurut Ning temulawak berperan dalam memperbaiki masalah di organ pencernaan sehingga menimbulkan rasa nyaman di perut. Dengan begitu nafsu makan pun meningkat.
Penjual jamu gendong mengolah jamu temulawak secara alami
Sekarang produk herbal berbahan dasar temulawak beredar dalam berbagai pilihan seperti serbuk, simplisia, atau kapsul. “Semua tergantung selera dan gaya hidup konsumen,” kata Ella Hayati, konsultan herbal di Jakarta. Bila ingin praktis pilih kapsul atau dalam bentuk minuman instan. Apa pun bentuknya konsumsi temulawak pilihan untuk menjaga lambung Anda. Pranawita Karina SINAR BNN EDISI VIII/2011
91
DOKUMEN
BNN Selamatkan 26.400 Anak Bangsa
P
Foto-foto: Indah Saraswati
Untuk kesekian kalinya, Badan Narkotika Nasional melakukan pemusnahan barang bukti. Kali ini BNN memusnahkan 6596,8 gram sabu.
Pemusnahan barang bukti sabu seberat 6596,8 gram senilai Rp9,9-miliar
92
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Pemusnahan yang berlangsung di halaman belakang gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, pada 15 September tersebut sesuai dengan UndangUndang No 35 Tahun 2009 khususnya pasal 75K dan pasal 91 tentang pemusnahan barang bukti narkotika paling lambat 7 hari setelah penetapan Kejaksaan Negeri setempat. Barang bukti yang dimusnahkan merupakan hasil dari penangkapan terhadap tiga tersangka berinisial OR, NP, dan AJG yang kesemuanya adalah warga negera asing (WNA). Tersangka OR (WNA Swedia) dan NP (WNA Thailand) dibekuk petugas BNN bersama Bea Cukai Bandara Soekarno Hatta saat akan menyelundupkan barang haram jenis sabu dari Doha. “Kemudian kasus ini kita kembangkan lagi dan menangkap seorang kurir AJG asal Mozambik di Kemang,” kata penyidik BNN. Reni menambahkan, jaringan narkoba biasanya berasal dari benua yang sama, namun kali ini berasal dari multietnis. “Ini temuan baru,” katanya. BNN akan terus menyelidiki asal sabu yang dibawa para tersangka tersebut. ’’Kita masih selidiki asalnya, apa benar dari Doha. Kemungkinan ada satu titik lagi yaitu Johannesburg yang menjadi titik masuk,” tukas Reni. Tersangka AJG mengaku ke Indonesia hanya sekedar untuk berlibur dan berbelanja baju untuk dibawa ke negaranya. “Saya beli baju untuk dibawa ke negara saya,” kata
DOKUMEN
Kiri kanan : tersangka AJG (WNA Mozambik), OR (WNA Swedia), dan NP (WNA Thailand)
Proses pemusnahan barang bukti sabu dengan alat Insenerator
Pemusnahan barang sabu dihadiri oleh sejumlah pejabat dari Kejagung, BPOM, dan Mahkamah Agung
Proses pemeriksaan barang bukti sabu oleh penyidik dan petugas laboratorium BNN
pria kulit hitam ini. Sedangkan OR dan NP menolak memberikan keterangan pada wartawan. NP hanya berlidung di balik badan petugas saat wartawan mencoba mewawancarai wanita kekasih OR itu. Pemusnahan barang bukti sabu tersebut membuktikan komitmen dari BNN sebagai lembaga yang diberi amanat mencegah dan memberantas peredaran gelap narkoba di tanah air. Bayangkan jika sabu seberat lebih dari 6,5 kg ini beredar, maka akan ada sekitar 26-ribu anak bangsa yang menjadi korban. Dwi Prasetya A SINAR BNN EDISI VIII/2011
93
DOKUMEN
BNN Gelar Halal Bihalal Halal Bihalal Itulah tradisi yang selalu dilakukan setiap instansi pemerintah maupun swasta pasca liburan Idul Fitri. Pun Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menggelar acara tersebut pada 12 September 2011 di Lapangan Utama BNN, Cawang, Jakarta Timur.
H
alal bihalal ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar sesama staf BNN,” kata Kepala BNN
Drs Gories Mere dalam sambutannya. Acara yang dihadiri oleh seluruh pegawai BNN dari setiap satuan kerjanya tersebut juga dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan
para Deputi BNN yang baru. Acara halal bihalal ditutup dengan makan bersama seluruh pejabat dan staf BNN yang dilaksanakan di halaman parkir BNN.
Foto-foto: Sofyan Efendi
Halal bihalal dihadiri oleh seluruh pejabat dan personel BNN
Kepala BNN Drs Gories Mere mengatakan, halal bihalal bertujuan untuk saling silaturahmi antar sesama personel BNN
94
SINAR BNN EDISI VIII/2011
Acara ditutup dengan makan bersama seluruh personel BNN
DOKUMEN
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan Pejabat Eselon II, III, dan IV BNN Dalam rangka menyatukan langkah demi meningkatkan kinerja, Badan Narkotika Nasional (BNN) melantik sebanyak 24 pejabat Eselon II, III, dan IV. Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan ini, hal ini merupakan kegiatan rutin BNN.
D
ari 24 pejabat BNN yang dilantik, salah satunya adalah Rospen Sitindjak SH yang diangkat menjadi Direktur Pemberdayaan A l t e r n a t i f D e p u t i B i d a n g Pemberdayaan Masyarakat BNN sebelumnya beliau merupakan PNS Pemerintah provinsi DKI Jakarta. Dalam sambutannya, Kepala BNN, Drs Gories Mere m e ny a m p a i k a n , p e l a k s a n a a n pelantikan tersebut merupakan momen penting dalam dinamika kinerja BNN. Dalam pelantikan ini juga diharapkan direktur dan pejabat eselon III dan IV BNN dapat memperkuat organisasi dan memiliki komitmen tinggi dalam mencapai pelaksanaan tugas fungsi Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan SINAR BNN EDISI VIII/2011
95
DOKUMEN
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang optimal. Selain itu, Kepala BNN juga menyampaikan berbagai kendala yang dihadapi BNN karena pada kenyataannya, masih belum terpenuhinya anggaran, sumber daya manusia, dan sarana prasarana. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara pejabat dengan instansi pemerintah terkait, serta bekerjasama dengan Pemerintah Daerah agar BNN dapat melalui masa transisi pengalihan status BNP dan BNK/Kota menjadi BNNP dan BNNK/Kota serta demi mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba 2015. Indah Saraswati 96
SINAR BNN EDISI VIII/2011