HUJAN (PENDAHULUAN)
Opening
Pengertian
Proses hydrologi
Hujan
Hujan brskan jatuhan endapanya
Hujan brdskn pembentukanya
Hujan berdasarkan Intensitas endapan
Opeing
Pengertian
Hujan
Hujan brskan jatuhan endapanyas
Hujan brdskn pembentukanya
Hujan berdasaekan Intensitas endapan
Hujan adalah pretisipasi berbentuk cair yang jatuh ke permukaan bumi setelah mengalami proses kondensasi . Dapat pula disebut sebagai hydrometeor yang jatuh ke bumi
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul di daerah/tempat yang datar, dimana airnya tidak menguap, meresap dan mengalir, Satuan curah huja adalah mm.
Proses hydrologi
Curah hujan 1 mm artinya dalam luas 1 meter persegi, daerah/tempat yang datar akan tertampung curah hujan setinggi 1 mm atau tertapung air 1 liter atau 1000 ml. Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 millimetre (39 in)
Opeing
Pengertian
Proses hydrologi
Hujan
Hujan brskan jatuhan endapanyas
Hujan brdskn pembentukanya
Hujan berdasaekan Intensitas endapan
SIKLUS HIDROLOGI A. Siklus Pendek / Siklus Kecil 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan 3. Turun hujan di permukaan laut
SIKLUS HIDROLOGI
B. Siklus Sedang 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi 3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat 4. Pembentukan awan 5. Turun hujan di permukaan daratan 6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
C. Siklus Panjang / Siklus Besar 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Uap air mengalami sublimasi 3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es 4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 5. Pembentukan awan 6. Turun salju 7. Pembentukan gletser 8. Gletser mencair membentuk aliran sungai 9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinyu.
PENGENALAN ISTILAH-ISTILAH HIDROLOGI a. Presipitasi Hujan (presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya. b. Intersepsi Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
PENGENALAN ISTILAH-ISTILAH HIDROLOGI c. Throughfall, Crown drip, Steamflow Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon. d. Infiltrasi dan Perkolasi Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu. e. Kelengasan Tanah Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan
PENGENALAN ISTILAH-ISTILAH HIDROLOGI f. Simpanan Permukaan (Surface Storage) Simpanan permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi. g. Runoff Adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff. h. Limpasan Permukaan (Surface Runoff) Limpasan permukaan (Surface Runoff) adalah bagian curah hujan setelah dikurangi dengan infiltrasi dan kehilangan air lainnya. Limpasan permukaan ini berasal dari overlandflow yang segera masuk ke dalam alur sungai. Aliran ini merupakan komponen aliran banjir yang utama.
PENGENALAN ISTILAH-ISTILAH HIDROLOGI i. Evaporasi Penguapan pada permukaan air terbuka dan permukaan tanah. j. Transpirasi Penguapan dari permukaan tanaman.
• Shower rain adalah hujan yang berasal dari endapan aman konvektif yaitu Cu,Tcu atau Cb dimana hujan ini turun dan berhenti dengan tiba-tiba dengan periode singkat yaitu 5-15 menit. • Ciri-cirinya : 1. 2. 3.
Jumlah awannya lebih dari separuh langit (N > 4 oktas); Butiran tetes-tetes airnya cukup besar (∅ > 4,0 mm) Intensitasnya cukup kuat dengan perubahan yang cepat, dan menimbulkan percikan yang kuat serta suara gemuruh pada permukaan yang keras (tanah aspal, seng, dll), dan juga cepat menimbulkan genangan air pada tempat2 yang tidak ada serapan air atau drainase.
Keadaan setelah hujan selesai : • Jika hujannya terjadi di stasiun, maka akan tampak seluruh langit seolah-olah tertutup oleh awan2 konvektif. • Jika hujannya berhenti, biasanya cuaca menjadi clear/cerah, dan jumlah awannya terlihat berkurang atau menjauh dari stasiun. • Mengenai distribusi hujannya bersifat lokal/ setempat, bisa scattered atau isolated. Catatan/keterangan 1. # Distribusi hujan bersifat lokal /patchly berkisar antara 10 s/d 25 % pada suatu area. 2. # Distribusi hujan bersifat tidak merata berkisar antara 25 s/d 55 % pada suatu area. 3. # Distribusi hujan bersifat merata berkisar lebih dari 55 s/d 100 % pada suatu area.
• Merupakan hujan yang berasal dari awan stratus/rata(As, Ns, St), Sc dan Ac dimana hujannya sebentar ada sebentar berhenti atau pernah berhenti sekali dalam periode waktu yang telah ditetapkan dengan periode kejadian kurang dari 1 jam. • Ciri-cirinya : 1. Besaran butiran endapannya : 𝜙 ≈ 0,5-4,0 mm; 2. Kriteria intensitas hujannya: • Ringan: Σ CR < 1,0 mm/jam • Sedang: Σ CR ≈ 2,0 s/d 3,9 mm/jam • Lebat: Σ CR ≈ 8,0 s/d 15,9 mm/jam
Perkembangan awan saat hujan berhenti : 1. Jumlah awan hampir tetap (no change) ; 2. Tidak terlihat adanya lapisan awan yang terputus, namun tinggi dasar awan tampak menjadi lebih tinggi; 3. Setelah hujan berhenti langit tampak lebih terang
dibanding sebelumnya. •
• Shower rain adalah hujan yang berasal dari endapan aman konvektif yaitu Cu,Tcu atau Cb dimana hujan ini turun dan berhenti dengan tiba-tiba dengan periode singkat yaitu 5-15 menit. • Ciri-cirinya : 1. 2. 3.
Jumlah awannya lebih dari separuh langit (N > 4 oktas); Butiran tetes-tetes airnya cukup besar (∅ > 4,0 mm) Intensitasnya cukup kuat dengan perubahan yang cepat, dan menimbulkan percikan yang kuat serta suara gemuruh pada permukaan yang keras (tanah aspal, seng, dll), dan juga cepat menimbulkan genangan air pada tempat2 yang tidak ada serapan air atau drainase.
Berdasakan jumlah awan setelah hujan : 1. Jumlah awan hampir tetap (no change);
2. Dasar awan masih tampak tetap dan gelap, sekalipun ketinggiannya sudah ada naik; 3.
Ada kemungkinan terjadi hujan lanjutan (intermittent rain).
Drizzle adalah jatuhan endapan/ tetes2 air yang sangat kecil (∅ endapannya < 0,5 mm), tampak serba sama dan berdekatan satu sama lain yang berasal dari awan stratus/awan rata. Ciri-ciri : 1. Tetes2 air/endapannya tampak hampir melayang di udara, dan arah gerakannya searah dengan gerak udara sekalipun gerakan udara itu lambat; 2. Laju pengumpulan curah hujannya mencapai 1 mm/jam; 3. Untuk awan stratus padat, tinggi dasar awannya cukup rendah, dan ini yang sering menimbulkan drizzle; 4. drizzle umumnya banyak terjadi di daerah pantai/pegunungan. Untuk di Indonesia cendrung banyak terjadi di daerah2 yang bersuhu dingin seperti di pegunungan/ dataran tinggi; 5. Selain drizzle yang terdiri dari tetes2 air, di daerah lintang sedang atau tinggi terdapat drizzle beku/ freezing drizzle (gerimis beku) yaitu tetes2 airnya membeku pada saat menyentuh tanah atau benda2 lainnya di permukaan, dan juga dapat terjadi pada pesawat udara.
Intensitas Drizzle
No Uraian
Drizzle ringan
.
Drizzle
Drizzle lebat
sedang
1. Intermittent Dz
2. Countinous
Dz
Σ CR:<0,1mm/ja Σ CR:0,20- Σ CR:0,8-1,59 m
0,39
atau TTU
mm/jam
Σ
CR:0,1-0,19 Σ
mm/jam
mm/jam
CR:0,4- Σ CR:1,6-3,19
0,79 mm/jam
mm/jam
Opeing
Hujan
Hujan brskan jatuhan endapanyas
Hujan brdskn pembentukanya
Hujan berdasaekan Intensitas endapan
Pengertian
Proses hydrologi
Hujan berdasarkan proses pembentukanya
Hujan siklon adalah hujan yang terbentuk karena udara panas yang naik dan disertai angin siklon. Angin siklon adalah angin yang berputar menuju titik pusat. Sedangkan angin yang berputar keluar dari titik pusat disebut angin anti siklon. Di amerika tropical siklon diberi nama Hurricane, di Cina dan Jepang disebut Taifun, di Autralia disebut Siklon dan di Indonesia disebut puting beliung.
Siklon Tropis dapat terbentuk dengan persayaratan : 1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter 2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon tropis. 3. Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon. 4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator. 5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur
1.Tekanan udara permukaan rendah. Angin siklon berputar dan uap air hangat naik.
2. Inti hangat, Uap air yang naik ke atmosfir yang dingin akan mengembun dan melepaskan panas. Panas buangan tersebut didistribusikan secara vertikal pada bagian inti siklon tropis yang menyebabkannya terasa hangat. 3.CDO (Central Dense Overcast),CDO merupakan daerah menyerupai pita melingkar di sekitar inti yang padat akan awan, hujan dan badai petir.
4. Mata,Siklon tropis kuat seperti Hurricane memiliki mata yang berbentuk lubang melingkar di pusat sirkulasinya. Cuaca pada mata umumnya tenang dan tidak berawan. Diameter wilayah mata berkisar dari 8 hingga 200 Km. Pada siklon tropis lemah, CDO menutupi pusat sirkulasi sehingga mata tidak terlihat. 5. Dinding mata,Dinding mata menyerupai pita melingkar di sekitar mata yang memiliki intensitas angin dan konveksi panas paling tinggi. Pada siklon tropis, kondisi pada dinding matalah yang paling berbahaya. 7. Aliran keluar (outflow),Pada bagian atas siklon tropis, angin bergerak keluar dari pusat badai tropis dengan arah putaran berlawanan dengan siklon, sedangkan pada bagian bawah angin berputar kuat, melemah seiring dengan pergerakan naik dan akhirnya berbalik arah.
Hujan Zenithal adalah hujan yag terjadi di daerah equator sehingga sering disebut angin naik equatorial. Umumnya terjadi pada sore hari pada jam 14.00-15.00 saat jam pemanansan maksimum. Terjadi akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Di daerah tropis selama setahun mengalami dua kali hujan zenithal, sedangkan daerah lintang 23½° LU/LS mengalami satu kali hujan zenithal. Di daerah tropis, daerah lintang 10° LU–10° LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik zenitnya, atau beberapa waktu sesudahnya.
Hujan Orografis merupakan hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air itu bergerak horizontal dan naik menuju lereng pegunungan, karena pengaruh dari ketinggian maka suhu udara menjadi dingin, selanjutnya terjadilah proses kondensasi dan menghasilkan awan hujan disekitar pegunungan. Umumnya hujan sudah turun sebelum melewati puncak pegunungan.
Angin yang mendorong hujan, terus bergerak menuruni lereng di sebelahnya tanpa mengandung uap air. Angin tersebut bersifat kering dan sering disebut sebagai angin fohn. Daerah terjadinya angin fohn disebut daerah bayangan hujan.
Hujan Frontal adalah hujan yang terjadi di daerah lintang tinggi sehingga di Indonesia tidak ada. Hujan Frontal adalah hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa tersebut disebut bidang front Karena lebih berat massa udara dingin yang berada dibawah massa udara panas, maka terjadilah hujan lebat disekitar bidang front tersebut sehingga hujan tersebut disebut sebagai hujan frontal.
Hujan muson merupakan hujan yang terjadi karena pengaruh angin muson. Angin muson terbentuk oleh pengaruh pergerakan udara oleh pergerakan semu tahunan matahari diantara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Hujan muson ini lebih dikenal di Indonesia dimana terjadi pada bulan Oktober s/d April. Intensitas hujannya : heavy rain, moderate rain, slight rain dan drizzle.
Muson barat atau muson musim dingin timur laut adalah angin yang bertiup pada bulan Oktober-April di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia sedang mengalami musim panas, berakibat pada tekanan minimum dan benua Asia lebih dingin, berakibat memiliki tekanan maksimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekenan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan).
Muson timur atau muson musim panas barat daya adalah angin yang bertiup pada bulan April-Oktober di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan Benua Asia lebih panas, sehingga bertekanan minimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan yang sempit.
Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh Bernard Vonnegut.Yang sebenarnya dilakukan oleh manusia adalah menciptakan peluang hujan dan “mempercepat” terjadinya hujan. Nama yang digunakan sebagai upaya “membuat hujan” adalah menjadi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Untuk mempercepat hujan zat hygrokospis seperti NaCl CaCl2 dalam bentuk bubuk disebar. Garam itu akan berperan sebagai titik pangkal pembentukan uap-uap atmospere di awan. Setelah beberapa jam akan tumbuh awan-awan kecil yang berkelompok, kemudian ditambahkan urea yang berpern mendinginkan lingkungan sehingga awan-awan kecil akan bergabung membentuk awan besar.
Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak kehitam-hitaman artinya awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya adalah penyebaran larutan yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3 : 1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang tampaknya hitam. Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u – 100 u dengan menggunakan peralatan mikron atmosphere yang dipasang di pesawat. Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4° C, yang akan mengikat awan dan mudah meresap ke dalam awan, sehingga dapat mendorong pembentukan butir-butir atmosphere yang lebih besar karena berat butir-butir atmosphere tersebut akan turun dan menimbulkan hujan.
Opeing
Pengertian
Proses hydrologi
Hujan
Hujan brskan jatuhan endapanyas
Hujan brdskn pembentukanya
Hujan berdasaekan Intensitas endapan
Hujan Ringan
• Tetes-tetes airnya ringan, lambat menimbulkan genangan
Hujan Sedang
• Tetes-tetes airnya sedang, cepat menimbulkan genangan air
Hujan lebat
• Menimbulkan suara gemuruh di atap atau genteng, dan percikan kuat di taah kering.
Fine • Kondisi atmosfer berkabut atau berawan, berangin, dan tidak ada endapan
Dry • Kondisi atmosfir relatif kering dan diharapkan tidak ada hujan dalam periode 1 hari.
• Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman (tinggi) hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. • Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di masing-masing stasiun dapat tidak sama.
• Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut. • Terdapat 3 metode : • Aritmatik • Poligon Thiessen • Isohiet
• Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di seluruh DAS. Stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung dengan metode ini adalah yang berada di dalam DAS, akan tetapi stasiun yang berada di luar DAS dan jaraknya cukup berdekatan masih bisa diperhitungkan. Metode aljabar ini memberikan hasil yang tidak teliti, metode ini memberikan hasil yang cukup baik jika penyebaran hujan merata, serta hujan tidak terlalu bervariasi. • Hujan DAS dengan cara ini dapat diperoleh dengan persamaan: n
p • dengan: p pi n
p i 1
n
i
p1 p2 p3 ..... pn p n
= hujan rerata di suatu DAS = hujan di tiap-tiap stasiun = jumlah stasiun
CONTOH ILUSTRASI
D = 25 mm
B = 28 mm
C = 30 mm
A = 22 mm
Hitung hujan rerata dengan metode aljabar!
p1 p2 p3 ..... pn p n p A pB pC p 3 22 28 30 p 3
p 26,67mm Jika stasiun D di luar DAS ikut diperhitungkan maka:
22 28 30 25 p 26,25mm 4
• Metode ini digunakan untuk menghitung bobot masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini digunakan bila penyebaran hujan di daerah yang ditinjau tidak merata.
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara: a. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau. b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus, sehingga akan didapatkan bentuk segitiga. c. Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling bertemu dan membentuk suatu poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun yang berada di dekat batas daerah, garis batas daerah membentuk batas tertutup dari poligon. d. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil jumlah hitungan tersebut dibagi dengan total luas daerah yang ditinjau.
A1 A2
A3 A4
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn P Atotal A1.P1 A2 .P2 A3 .P3 ...... An .Pn P A1 A2 A3 ..... An Dimana: • P • P1,..., Pn • A1,..., An
= curah hujan rata-rata, = curah hujan pada setiap setasiun, = luas yang dibatasi tiap poligon.
Contoh Ilustrasi D = 25 mm AB = 53 km2 AC = 45 km2 B = 28 mm
C = 30 mm
Garis ini membagi sisi segitiga menjadi 2 bagian sama panjang (di tengah-tengah) dan tegak lurus terhadapnya.
A = 22 mm AA = 50 km2
Gambar tidak berskala, luas bagian dan tinggi hujan hanya merupakan perumpamaan
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn P Atotal AA .PA AB .PB AC .PC P AA AB AC 50.22 53.28 45.30 P 50 53 45 3934 P 26,58 mm 148
AD = 20 km2
D = 25 mm
AB = 37 km2
C = 30 mm B = 28 mm
AC = 41 km2
A = 22 mm AA = 50 km2
Poligon Thiessen dengan melibatkan stasiun hujan D yang berada di luar DAS
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn P Atotal AA .PA AB .PB AC .PC AD .PD P AA AB AC AD 50.22 37.28 41.30 20.25 P 50 37 41 20 3866 P 26,12 mm 148
360000
370000
380000
390000
400000
9180000
9180000
350000
BANJARNEGARA
PETA STASIUN HUJAN DAN POLIGON THIESEN WILAYAH SUNGAI BOGOWONTO-LUKULO
U
WONOSOBO
Z $ 9170000
K8 a
K76 b
Z $
Z $
Z $
Z $
9160000
K41
Z $
K49 b
Z K50 $ Z $
Z $ DAS WawarK45
K46 K 47a
Z $
Z $
K20
K11
K36
Z $
Z $
K19 b
Z $
Z $ $ Z
Z $
K61
Z $
K62 a
Z $
Z $
KULON PROGO
K63 8
16
Z $
24 Km
mU
350000
360000
370000
380000
390000
400000
mT
450000
500000
Jawa Tengah
9 150000
9130000
9130000
Z $
Indo ne s ia
400000
Inzet
D I. Yogyakarta 250000
300000
350000
400000
450000
500000
9100000
Samuder a
350000
9150000
K61 a
300000
9200000
K36 a
250000
9250000
Z $
Z $
DAS Bogowonto
9140000
K37
Kelas Jalan Jalan Kolektor Jalan Arteri Jalan Lokal Jalan Kereta Api
K60 a K56 a
Polig on T hiese n Loka si dan No Stasiun Hujan
Z $
DAS Cokroyasan
Z $
Z $
K53
K60
K B SDA K22
9140000
Z K54 a$ Z$
PURWOREJO K55
K49
Z $
Z $
Z $
Z K49 a $
Z $
Z $
Z K. 2 8a $
K58
9 250000
9150000
K17
Z $
9150000
Z $
K33
$ Z K31 Z $
K14
9 200000
DAS Lukulo
Z $ KEBUMEN
Sungai Batas Luar WS Bogowonto - Lukulo Garis Pantai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Waduk
K43
Z $
0
Skala 1 : 350.000 Legenda :
K7 a Waduk Wadaslintang
9160000
MAGELANG
9 100000
Z $
9170000
K42 a
Sumber : 1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 1999. 2. Data Hujan Balai PSDA Probolo. 3. Hasil Analisis.
• Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan tinggi/kedalaman hujan yang sama, Kesulitan dari penggunaan metode ini adalah jika jumlah stasiun di dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut akan mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
• •
•
Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi daerah hujan dan kedalaman hujan. Di stasiun hujan yang saling berdampingan dinilai kedalaman hujannya dan dibuat interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang mewakili kedalaman hujan yang sama dihubungkan satu sama lain. Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur luasnya, dan dikalikan dengan nilai rerata di kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari hasil hitungan tersebut dibagi dengan total luasan daerah yang ditinjau.
A1 I1=100
A2 I2=95
A3 I3=90
A4
I4=85
I5=80
I i I i 1 Ai 2 i 1 n
p
n
A
i
i
I 2 I3 I n I n 1 I1 I 2 A1 A2 ..... An 2 2 2 p A1 A2 ..... An Dengan: p = hujan rerata kawasan Ai = luasan dari titik i Ii = garis isohiet ke i
Catatan: tinggi hujan dalam mm B = 22
A = 18
30
D = 33
A1 = 50 km2
I1
E = 41
C = 36
40 I2
A3 = 180 km2
A2 = 20 km2 I3
35 A6 = 25 km2
45
A4 = 45 km2
50
F = 42
G = 65 60
I = 63
A5 = 15 km2
I5
I4
I6
H = 49
Hujan DAS menggunakan Isohiet
I 2 I3 I n I n 1 I1 I 2 A1 A2 ..... An 2 2 2 p A1 A2 ..... An p
p
A1
50
I I I I I I I I I1 I 2 I I A2 3 3 A3 2 4 A4 4 5 A5 5 5 A6 4 6 2 2 2 2 2 2 A1 A2 A3 A4 A5 A6 30 35 40 40 35 45 45 60 60 60 50 50 20 180 45 15 25 2 2 2 2 2 2 50 20 180 45 15 25
14.137,5 p 42,20 mm 335
SELESAI
https://passmetesttmkg.files.wordpress.com/2013/12/hujan.pptx