HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA ULTRASONOGRAFI
Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan pendidikan tahap akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Disusun oleh : ROWIYATUN H2A012002
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
i
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing proposal skripsi dari : Nama
: Rowiyatun
NIM
: H2A012002
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Universitas Muhammadiyah Semarang
Tingkat
: Program Pendidikan Sarjana
Judul
:HUBUNGAN
VOLUME
PROSTAT
DENGAN
PENINGKATAN TEKANAN DARAH PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA ULTRASONOGRAFI Pembimbing : 1. Prof.DR.dr.H. Rifki Muslim, SpB,SpU(K) 2. dr. Hema Dewi Anggraheni Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan sarjana Kedokteran.
Semarang, 25 Januari 2016
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. DR.dr.H. Rifki Muslim, SpB, SpU(K)
dr. Hema Dewi Anggraheni NIK : K.1026.140
ii
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA ULTRASONOGRAFI Disusun oleh : Rowiyatun H2A012002 Telah dipertahankan di hadapan penguji Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada Agustus 2015 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan Semarang, 25 januari 2016 Tim Penguji
Prof. DR.dr.H. Rifki Muslim, SpB, SpU(K)
dr.Hema Dewi Anggraheni
..........................................
........................................
NIK : K.1026.140
dr. Bondan Prasetyo, SpB, Msi,Med
.........................................
NIK : 28.6.1026.217
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran tanggal 25 januari 2016
dr.Riza Setiawan Ketua Tahap Pendidikan Akademi
iii
http://repository.unimus.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rowiyatun NIM
: H2A12002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PENDERITA
BENIGN
PROSTATIC
HYPERPLASIA
PADA
ULTRASONOGRAFI adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Semarang, Januari 2016 Yang membuat pernyataan
Rowiyatun
iv
http://repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, serta Sholawat dan Salam kepada Nabi besar Muhammad SAW karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA ULTRASONOGRAFI“ dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan, masukan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. dr. Hj Siti Moetmainnah Prihadi, MARS, SpOG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian 2. Ketua Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Prof.DR.dr. H. Rifki Muslim SpB,SpU(K), selaku dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini 4. dr. Hema Dewi Anggraheni, selaku Pembimbing II yang telah sabar meluangkan waktu untuk membimbing dan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis 5. dr. Bondan Prasetyo Sp.B Msi,Med, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan ilmunya kepada penulis 6. Seluruh staf pegawai yang ada di RS Roemani Muhammadiyah Semarang yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian 7. Seluruh dosen dan staf Karyawan di Fakultas Kedokteran yang telah memberikan bekal ilmu selama perkuliahan 8. Kepada kedua oarang tua saya yang selalu memberi arahan dan doa selama penyusunan karya tulis ini. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
v
http://repository.unimus.ac.id
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan waktu yang penulis miliki. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan karya penulis selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita semua Amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, Januari 2016 Penulis
vi
http://repository.unimus.ac.id
Hubungan Volume Prostat dengan Peningkatan Tekanan darah pada Penderita Benign Prostatic Hyperplasia pada Ultrasonografi Rowiyatun,(1) Rifki Muslim,(2) Hema Dewi Anggraheni(3) ABSTRAK Latar Belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran prostat jinak yang dapat menyebabkan retensi urin, apabila kondisi ini berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan ginjal yang dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan volume prostat penderita BPH pada pemeriksaan ultrasonografi sehingga diharapkan dapat membantu dokter dalam pemilihan terapi bagi para penderita BPH. Metode Penelitian: penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik Sampling yang digunakan adalah Simple random sampling dengan besar sampel berjumlah 85 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan lokasi penelitian di RS Roemani Semarang pada tahun 2011-2015 Hasil: Sebagian besar volume prostat pasien BPH adalah klasifikasi II (54,1%)) dan sebagian besar tekanan darah pasien BPH adalah hipertensi grade I (50,6%). Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman Rank (Rho) menunjukan ada hubungan antara tekanan darah dan volume prostat penderita BPH (p=0,021 dan r=0,250). Ada hubungan pada kelompok umur 50-70 tahun (p=0,026 dan r=0,365)dan tidak ada hubungan pada kelompok umur ≥70 tahun (p=0,166 dan r=0,260. Hasil analisis multivariat menunjukan umur (p=0,177) dan volume prostat (p=0,005) yang paling berhubungan dengan kejadian penigkatan tekanan darah pada pasien BPH. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah dan volume prostat penderita PBH. terdapat hubungan yang signifikan antara volume prostat dan tekanan darah penderita BPH pada kelompok umur ≥70 tahun dan tidak terdapat hubungan antara volume prostat dan tekanan darah pada kelompok umur 50-70 tahun. Kata Kunci: pembesaran prostat jinak, volume prostat, tekanan darah, ultrasonografi
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
2)
Staf pengajar Bagian Bedah Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 3)
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
vii
http://repository.unimus.ac.id
Correlation prostate volume with increased blood pressure of Patients with Benign prostatic hyperplasia on ultrasonography Rowiyatun,(1) Rifki Muslim,(2) Hema Dewi Anggraheni(3) ABSTRACT Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is an anlarging benign prostate causing urine retention. If this conditions keep continuing it could demage the kidney and increase the blood pressure. This research aims to determine the correlation between the blood pressure and prostate volume of patients with BPH on ultrasonography examination which is expected to assist doctors in choosing therepy for BPH patients. Methods: This study porformed observational analytic study with cross sectional design. The subject was selected by using simple random sampling with thE 85 patients who was enrolled criteria of inclusion dan exclusion at Roemani Muhammadiyah Semarang Hospital in 2011-2015. Result: The most of prostate volume BPH is classification II (54,1%) and the most of blood pressure BPH is hypertension stage I (50,6%). Bivariate analysis was perfomed by Spearman Rank (Rho). Correlation test showed significant correlation between blood pressure and prostate volume of patient with BPH (p=0,021 and r=0,250). The group aged 50-70 yaers showed correlation (p=0,026and r=0,365), and the group aged ≥70 yaers showed no correlation (p=0,166 and r=0,260. Multivariate analysis was perfomed by multiple linier regression. The result was prostate volume were the strongest predictor of increased blood pressure incidence. Conclusion: The result showed significant correlation between blood pressure and prostate volume of patient with BPH.. The group aged ≥70 yaers showed correlation, and the group aged 50-70 yaers showed no correlation. Keywords: BPH, prostate volume, blood pressure, ultrasonography
1)
Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University
2)
The Lecture of Surgical Urology in Medical Faculty Muhammadiyah Semarang
3)
The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University
viii
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iv KATA PENGANTAR ......................................................................................v ABSTRAK ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xii DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1. Tujuan Umum ...................................................................... 3 2. Tujuan Khusus ..................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ................................................................... 3 2. Manfaat Praktis .................................................................... 3 E. Keaslian Penelitian........................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Kelenjar Prostat .................................................................5 B. Fisiologi Kelenjar Prostat .................................................................6 C. Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) ................................................7 1. Definisi................................................................................. 7 2. Faktor Resiko ....................................................................... 7 3. Etiopatogenesis .................................................................... 7 4. Gejala dan Tanda BPH..........................................................8 5. Penegakan Diagnosis BPH................................................... 9
ix
http://repository.unimus.ac.id
6. Penatalaksanaan ................................................................. 11 D. Ultrasonografi (USG)..................................................................... 11 1. Definisi............................................................................... 11 2. Pemakaian Klinis Ultrasonografi ....................................... 12 3. Gambaran BPH pada pemeriksaan USG............................ 12 4. Penggunaan USG untuk Mengukur Volume Prostat ......... 12 E. Tekanan Darah ............................................................................... 13 1. Definisi .............................................................................. 13 2. Etiologi............................................................................... 14 3. Klasifikasi ...........................................................................15 4. Patofisiologi ....................................................................... 15 5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan........................................... 17 F. Hubungan BPH dengan peningkatan tekanan darah ..................... 17 G. Kerangka Teori............................................................................... 20 H. Kerangka Konsep ........................................................................... 21 I. Hipotesis Penelitian........................................................................ 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 22 1. Ruang Lingkup Keilmuan .................................................. 22 2. Waktu Penelitian ................................................................ 22 3. Tempat Penelitian............................................................... 22 B. Jenis Penelitian............................................................................... 22 C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 22 1. Populasi .............................................................................. 22 2. Sampel............................................................................... 22 D. Alur Penelitian ................................................................................24 E. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... 24 1. 2.
Variabel bebas ................................................................... 24 Variabel terikat .................................................................. 24
F. Definisi Operasional........................................................................25 G. Data yang Dikumpulkan .................................................................25
x
http://repository.unimus.ac.id
H. Alat dan Bahan yang Digunakan.....................................................25 I. Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................26 1. Pengolahan Data..................................................................26 2. Analisis Data .......................................................................27 J. Jadwal Penelitian.............................................................................28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................46 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................48 LAMPIRAN .....................................................................................................51
xi
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Keaslian Penelitian Klasifikasi tekanan darah menurut JNC Klasifikasi tekanan darah menurut JNC Definisi operasional Jadwal penelitian Tabel karakteristik responden Uji bivariat korelasi spearman’s rho volume prostat dengan tekanan darah Uji bivariat korelasi spearman’s rho volume prostat dengan tekanan darah Klasifikasi dan interpretasi koefisien korelasi Uji korelasi spearman’s rho volume prostat terhadap tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun Uji korelasi spearman’s rho volume prostat terhadap tekanan darah berdasarkan kelompok umur ≥70 tahun Tabel hasil analisis bivariat umur dan volume prostat dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH di RS Roemani Muhammadiyah Semarang Tabel Uji Regresi Linier Berganda Umur dan Volume Prostat terhadap Tekanan Darah
xii
http://repository.unimus.ac.id
Hal 4 15 17 25 28 29 35 36 36 37
37 38
39
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6
Skema Kerangka Teori Skema Kerangka Konsep Alur Penelitian Distribusi frekuensi umur subjek penelitian Distribusi frekuensi volume prostat Distribusi frekuensi volume prostat berdasarkan umur Distribusi frekuensi tekanan darah Distribusi frekuensi tekanan darah berdasarkan umur
xiii
http://repository.unimus.ac.id
Hal 20 21 24 30 31 32 33 34
DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2
Hal 51 57
Analisi Data Data Penelitian
xiv
http://repository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat jinak. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan ±80% pria
yang
berusia
80
tahun.1
Benign
Prostatic
Hyperplasia
(BPH)merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi di indonesia. Di Jakarta benign prostatichyperplasiamerupakan kelainan kedua tersering setelah batu saluran kemih.2 Prevalensi angka kejadian pembesaran prostat di Indonesia bervariasi 24-30 % dari kasus urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit.2Sedangkan
prevalensi
pembesaran
prostat
menurut
umur
berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomik. Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80% persen. Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan menyebabkan gejala dan tanda klinis.3 Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan kelainan yang sering ditemukan pada kelenjar prostat. Insiden ini bertambah dengan bertambahnya usia, hal ini dapat terjadi akibat penurunan kadar hormon testosteron. Hormon testosteron dalam kelenjar prostat akan berubah menjadi dehidrotestosteron (DHT). DHT inilah yang kemudian akan secara
kronis
merangsang
kelenjar
prostat
sehingga
membesar.4pembesaran prostat jinak atau istilah lainnya adalah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Selama ini volume prostat telah digunakan sebagai kriteria untuk mendiagnosis prostat hiperplasia benigna. Penentuan volume prostat dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur, Ultrasonografi (USG),
15
http://repository.unimus.ac.id
Magnetis Resonence imaging (MRI), and Computed Tomography (CT)5. Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Tentu saja perkiraan berat (volume) prostat dengan DRE tidak akurat. Cara pencitraan Ultrasonografi (USG) untuk prostat hiperplasia dianggap sebagai pemeriksaan yang baik oleh karena ketepatannya dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi dan juga relatif murah. Pencitraan lain yang dapat juga dibuat ialah pencitraan dengan CT-Scanning dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), tetapi oleh karena pemeriksaan ini mahal dan keterangan yang diperoleh tidak terlalu banyak dibandingkan dengan cara lain maka cara ini dalam praktek jarang dipakai.2 Adanya pembesaran kelenjar prostat akan menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi pada leher buli dan daerah prostat serta penebalan otot destrusor, yang mengakibatkan naiknya tekanan intra vesika dan menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2 Kerusakan pada ginjal dapat meningkatkan tekanan darah. Pada penelitian Kirby tentang Terazosin in benign prostatic hyperplasia: evects on blood pressure in normotensive and hypertensive men menyebutkan bahwa BPH dan hipertensi esensial merupakan dua keadaan yang sering terjadi, patogenesis dari keduanya adalah gangguan yang sering dikaitkan dengan peningkatan tonus otot polos yang dipersarafi sistem simpatik.6,7Dan pada penelitian Guo LJ et al, didapatkan mean volume prostat lebih besar pada kelompok BPH dengan hipertensi dibandingkan BPH tanpa hipertensi.8 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti berminat untuk mengetahui hubungan volume prostat dengan tekanan darah penderita Benigna Prostat Hiperplasia pada pemeriksaan Ultrasonografi.
16
http://repository.unimus.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan volume prostat dengan peningkatan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasiapada ultrasonografi C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan volume prostat dengan peningkatan tekanan darah panderita benign prostatic hyperplasia pada ultrasonografi 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia penderita benign prostatic hyperplasia b. Mendeskripsikan volume prostat penderita benign prostatic hyperplasia c. Mendeskripsikan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasia d. Menganalisis hubungan volume prostat dengan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasia D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan volume prostat denganpeningkatan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasiapada ultrasonografi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dokter dan pasien dalam pemilihan terapi untuk pasien benign prostatic hyperplasia.
17
http://repository.unimus.ac.id
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian Judul
Effect of hypertension on cell proliferation and apoptosis in benign prostatic hyperplasia
Nama peneliti Li PJ, Zhang XH, Guo LJ, Na YQ. Zhonghua Nan Ke Xue. 2005 Feb;11(2):94-7.
Terazosin in benign prostatic hyperplasia: evects on blood pressure in normotensive and hypertensive men
R.S. KIRBY British Journal of Urology,1998, 82: 373–379
Association study between benign prostatic hyperplasia and primary hypertension
Guo LJ, Zhang XH, Li PJ, Na YQ. Zhonghua Wai Ke Za Zhi. 2005 Jan 15;43(2):108-11
Hasil Dalam kedua kelompok BPH sederhana dan BPH dengan hipertensi, nilai PI secara signifikan lebih tinggi dari AI di epitel dan stroma (P <0,05), dan PI itu terkait erat dengan volume prostat (P <0,05). Dibandingkan dengan kelompok BPH sederhana, PI secara signifikan meningkat pada epitel dan stroma pada kelompok BPH dengan hipertensi (P <0,05), dimana riwayat penyakit hipertensi yang positif terkait dengan PI di epitel dan stroma (p <0,05) . Pasien BPH dengan hipertensi diberikan terasozin dapat mengurangi tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. 1. kejadian hematuria pada pasien BPH dengan hipertensi lebih signifikan daripada pasien BPH tanpa hipertensi 2. volume prostat berkorelasi positif dengan pasien BPH denganhipertensi dengan RSQ = 0,056, P = 0,009
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Variabel yang diteliti, metode penelitian, dan sampel penelitian yang diambil di RS Roemani Muhammadiyah Semarang-Indonesia, sehingga terdapat perbedaan karakteristik demografis dan individu.
18
http://repository.unimus.ac.id
BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Anatomi Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang terdiri atas jaringan kelenjar dinding urethra yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, kedua ureter, vas deferens, dan
vesikula seminalis. Prostat terletak diatas diafragma
tersebut, dapat terobek bersama diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur.2 Selain mengandung jaringan kelenjar, kelenjar prostat mengandung cukup banyak jaringan fibrosa dan jaringan otot. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua vena. Kelenjar limfe regionalnya ialah suatu duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu plexus hipogastrik, sakral, obturator, dan iliakal ekstern.2 Kelenjar prostat adalah salah satu
organ genitalia pria yang
terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior.secara histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf dan jaringan penyanggah yang lain.1 Prostat
merupakan
organ
glandula
fibromuskular
yang
mengelilingi urethra pars prostatica dan terletak di antara collum vesicae di atas dan diphragma urogenitale di bawah.Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Diluar capsula terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut,
19
http://repository.unimus.ac.id
mempunyai basis yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae, dan apex prostat yang terletak di inferior berhadapan dengan diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostat untuk bermuara ke urethra pars prostatka pada pinggir lateral utriculus prostaticus.1,9 Prostat
mendapatkan
inervasi
otonomik
simpatetik
dan
parasimpatetik dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang menerima masukan serabut parasimpatetik dari corda spinalis S 2-4 dan simpatetik dari nervus hipogastrikus inferior (T10-L2),1,3 Rangsangan parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat ke dalam uretra posterior, Sedangkan rangsangan simpatetik merangsang otot polos prostat selama ejakulasi.2Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli. Di tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergik alfa.1 kelenjar prostat mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media, sedangkan vena-vena membentuk plexus venosus prostaticus yang terletak di antara capsula prostatica dan selubung fibrosa, plexus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis penis profunda da sejumlah venae vesicalis serta bermuara ke vena vesicae interna. Dan pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke nodi iliaci interni.9
B. Fisiologi Kelenjar Prostat Kelenjar prostat berfungsi mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa, dan menghasilkan enzim-enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang “membekukan” semen sehingga sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di dalam saluran reproduksi wanita saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin
20
http://repository.unimus.ac.id
dari prostat, sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak bergerak di dalam saluran reproduksi wanita.10 C. Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) 1. Definisi Prostat hiperplasia benigna merupakan proses proliferasi dari stroma dan epitel sel prostat.7 2. Faktor Risiko Tidak ada bukti yang menyakinkan mengenai korelasi antara faktor-faktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian BPH. Merokok juga diduga sebagai faktor yang berhubungan dengan prostatektomi, namun ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan seksual dan penyakit-penyakit lain serta obat-obatan belum ditemukan mempunyai korelasi dengan peningkatan kejadian BPH.11 Usia adalah lamanya kehidupan sejak dari lahir sampai dengan ulang tahun terakhir. Kejadian BPH dapat terjadi pada 20% pria usia 41-50 tahun, 50% pria usia 51-60 tahun, 65% pria usia 61-70 tahun, 80% pria usia 71-80 tahun dan 90% pria usia 81-90 tahun.3,5 Pada usia ≥50 tahun dapat meningkatkan kejadian BPH 50% hal ini dapat dikarenakan perubahan mikroskopik pada prostat, sedangkan pada usia setelah 70 tahun volume prostat akan menigkat lebih cepat sebaesar 90%. 3. Etiopatogenesis Penyebab BPH belum jelas. Beberapa teori telah dikemukakan di antaranya: Teori dihidrotestosteron, Ketidak seimbangan antara estrogen-testosteron, Interaksi stroma-epitel, Berkurangnya kematian sel prostat, dan Teori sel stem.1 Oleh karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahanlahan maka efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi
secara
perlahan-lahan.
Perubahan
21
http://repository.unimus.ac.id
patofisiologik
yang
disebabkan oleh kombinasi retensi urethra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika, dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar detrusor dipersyarafi oleh sistem para simpathis sedang trigonum dan leher vesika dan prostat oleh saraf simpathis. Pada taraf awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat, kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat.1Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampak apabila dilihat dari dalam vesika dengan sistoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga membentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut devertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi sehingga akan mengalami
retentio
urinae
total.
Apabila
vesika
menjadi
dekompensasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine di dalam vesika, hal ini menyebabkan rasa tidak tuntas pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine di dalam vesika, jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi oleh karena produksi urine akan terus terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urine sehingga tekanan intravesika akan naik terus dan apabila tekanan vesika akan naik terus dan apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfinfter akan terjadi inkontinensia paradoks (overflow incontinence).1 Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan akibat tekanan intravesikel yang diteruskan ke ureter dan
22
http://repository.unimus.ac.id
ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dapat dipercepat apabila disertai adanya infeksi.1,2 4. Gejala dan TandaBenign Prostatic Hyperplasia Gejala prostat hiperplasia dibagi menjadi gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala
obstruktif
disebabkan
oleh
karena
detrusor
gagal
berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi dengan terputus-putus. Gejala obstruktif yaitu gejala harus menunggu pada permukaan miksi (hesitency), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi (terminal dribbling), pancaran miksi menjadi lemah, rasa belum puas sehabis miksi.1-3 Sedangkan gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat mnyebabkan rangsangan pada vesika, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh, keadaan membuat sistem skoring untuk menentukan beratnya keluhan klinik penderita prostat hiperplasia. Gejala iritatif yaitu bertambahnya frekuensi miksi (frequency), nocturia, miksi sulit ditahan (urgency), dan nyeri pada waktu miksi (dysuria).1-3
5. Penegakan Diagnosis Diagnosis pembesaran prostat dapat ditegakan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang pada pasien, diantaranya : 1. Anamnesis Dilakukan untuk menilai gejala obstruktif dan gejala iritatif 2. Pemeriksaan fisik Pada
pemeriksaan
diantaranya:
fisik
dapat
kita
12
23
http://repository.unimus.ac.id
lakukan
tindakan
a. Palpasi suprapubik, akan kita temukan bahwa vesika urinaria penuh dan terdapat rasa nyeri. b. Rectal toucher + bimanual, dapat ditentukan pembesaran prostat 3. Pemeriksaan penunjang13 a. Pemeriksaan residu urine : sisa urin post miksi b. Pemeriksaan pancaran urin/flow rate c. Pemeriksaan laboratorium Analisa urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik.1,2 d.
Pemeriksaan pencitraan Tujuan dilakukan pemeriksaan pencitraan ini adalah mempekirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli – buli dan volume residu urin, dan mencari kelainan patoligi lainnya baik yang berhubungan dengan BPH maupun tidak.2 Cara
pencitraan
yang
lain
adalah
pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Cara pemeriksaan ini untuk prostat Hiperplasia dianggap sebagi pemeriksaan yang baik oleh karena ketepatannya dalam medeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi dan juga relatif murah. Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara trans abdominal atau transrektal ( TRUS = Trans Rektal Ultrasonografi ). Pencitraan lain yang dapat juga dibuat ialah pencitraan dengan CT-scanning dan Magnetic Resonace Image (MRI), tetapi oleh karena cara pemeriksaan ini mahal dan keterangan
yang
diperoleh
tidak
24
http://repository.unimus.ac.id
terlalu
banyak
dibandingkan dengan cara lain maka cara ini dalam praktek jarang digunakan.1,2 Pemeriksaan tambahan lain yang seing dikerjakan ialah pemeriksaan sistokopi. Sistokopi dapat juga memberi keterangan mengenai besarnya prostat dengan mengukur panjangnya uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat kedalam uretra.2 6. Penatalaksanaan BPH Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, di mana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan dapat dengan hanya dilakukan watchful waiting, yaitu observasi saja tanpa pengobatan. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia, menghindari obat-obat parasympatholytic ( misalnya dekongestan), mengurangi kopi, dan melarang meminum minuman beralkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa gejala, pancaran urin, dan TRUS. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.1,2,3,13 Terapi medika mentosa terdiri dari penghambat adrenergik, fitoterapi, dan hormonal. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi adalah retensi urine berat ( retensi urine yang gagal dengan pemasangan kateter urine sedikitnya satu kali), infeksi saluran kencing berulang, gross hematuria berulang, batu kandung kemih, insufisiensi ginjal, dan diverticula kandung kemih.1,2,3,11 D. Ultrasonografi 1.
Definisi
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. 25
http://repository.unimus.ac.id
Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya sama sekali, tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini USG mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.14 2. Pemakaian Klinis USG14
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam
berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain : 1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis 2. Membedakan kista dan massa yang solid 3. Mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena kava), maupun pergerakan janin dan jantungnya 4. Pengukuran dan penentuan volume. Pengukuran ukuran aneurisme arterial, fetal-sefalometri, menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk biopsi. Menentukan volume massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain) 5. Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG 6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti. 3. Gambaran BPH pada Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan USG, BPH terlihat sebagai pembesaran kelenjar
pada zona sentral, nodul hipoekoid atau campuran ekogenik, kalsifikasi di antara zona sentral, dan volume prostat lebih dari 30 mL.15
26
http://repository.unimus.ac.id
4. Penggunaan USG untuk Megukur Volume Prostat Untuk
kepentingan
klinis
dan
penelitian,
volume
prostat
merupakan sebuah paramater penting. Berbagai teknik radiografi sering digunakan untuk menentukan volume prostat secara akurat. Namun tidak mudah untuk mendapatkan gambaran prostat yang memuaskan karena prostat terletak jauh di dalam pelvis dibelakang pubis dan prostat dan tidak dapat diukur dengan berbagai cara menggunakan USG.15 Pemerksaan USG secara tranrektal (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residu urine, dan mencari kelainan lain pada kandung kemih. Pemeriksaan USG secara transabdominal (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama. Pada TAUS visualisasi dari kelenjar prostat mungkin terganggu oleh tulang pubis atau kapasitas kandung kemih yang kecil. TRUS memberikan gambaran prostat yang lebih tepat karena jarak transduser ke prostat minimal.16 Walaupun demikian,secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara ultrasonografi transabdominal dan transrectal dalam penentuan volume prostat. Berbagai rumus telah digunakan untuk menetukan volume prostat, yang paling umum digunakan adalah rumus ellipsoid yatu volume prostat = panjang A-P x panjang cranio-caudal x panjang transversal x 0,52 (π/6) dalam mL14, dengan berat jenis kelenjar prostat adalah 1.050.17
27
http://repository.unimus.ac.id
E. Tekanan Darah 1. Definisi
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.18Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.18 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol ≥ 140 mmHg dan diastol ≥ 90 mmHg. Tekanan darah bergantung kepada : Curah jantung, nahanan perifer pada pembuluh darah dan volume atau isi darah yang bersirkulasi.19 2. Etiologi19
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui peyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti usia, genetik, lingkungan, pengaruh sistem otokrin stempat pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron, sistem saraf otonom, keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti merokok, alkohol, obesitas, stress, asupan garam, ras dan lain-lain.19 b. Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui,
misalnya
1)
Penyakit
ginjal
:
glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliarteritis, diabetes nefropati, 2) Penyakit endokrin : hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali, 3) koarktasio aorta, 4) hipertensi pada kehamilan, 5) kelainan neurologi, 6) obat-obat dan zat-zat lain.19 c. 28
http://repository.unimus.ac.id
3. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi: Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7 Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.20 Tabel 2.1. Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure) Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7 Normal Pra-Hipertensi Hipertensi: Tahap 1 Tahap 2 -
Kategori Tekanan Tekanan Darah Darah Sistol menurut JNC (mmHg) 6 Optimal < 120 120-139 Normal < 130 Normal-Tinggi 130-139 Hipertensi: 140-159 Tahap 1 ≥ 160 Tahap 2 160-179 Tahap 3 ≥ 180
dan/ Tekanan atau Darah Diastol (mmHg) dan atau dan atau
< 80 80-89 < 85 85-89
atau atau atau atau
90-99 ≥ 100 100-109 ≥ 110
4. Patofisiologi
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Curah jantung dan tahanan perifer Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal,
29
http://repository.unimus.ac.id
namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.19 b. Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara substansial.19 c. Sistem renin-angiotensin, Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis.19Sekresi renin oleh ginjal dipengaruhi oleh: 1) Mekanisme intrarenal: (a) reseptor vaskuler, (b) makula densa; 2) Mekanisme simpatoadrenergik; 3) mekansime humoral. Renin
bertanggung
jawab
mengkonversi
substrat
renin
(angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.19 d. Sistem saraf otonom stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi sistem
30
http://repository.unimus.ac.id
saraf
otonom
mempunyai
peranan
yang
penting
dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik.19 e. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic peptide/ANP) ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi.19 5. Interpretasi hasil pemeriksaan20
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure) Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7 Normal PraHipertensi Hipertensi: Tahap 1 Tahap 2 F. H
Kategori Tekanan Darah menurut JNC 6 Optimal
Tekanan Darah Sistol (mmHg)
dan/ Tekanan atau Darah Diastol (mmHg)
< 120 120-139
dan atau
< 80 80-89
Nornal NormalTinggi Hipertensi: Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
< 130 130-139
dan atau
< 85 85-89
140-159 ≥ 160 160-179 ≥ 180
atau atau atau atau
90-99 ≥ 100 100-109 ≥ 110
ubungan BPH dengan peningkatan tekanan darah Prostat disusun oleh 70% kelenjar dan 30% elemen stroma fibromuskuler. Prostat terletak mengelilingi urethra posterior. Secara garis
31
http://repository.unimus.ac.id
besar otot detrusor dipersyarafi oleh sistem para simpatis sedang trigonum dan leher vesika dan prostat oleh saraf simpatis. Pada taraf awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat, kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat.1 Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomi kandung kemih, dimana perubahan struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai keluhan atau lower urinary tract symptoms (LUTS). Obstruksi yang disebabkan oleh BPH tidak hanya disebabkan oleh adanya volume prostat yang merupakan komponen statis yang menyumbat urethra posterior tetapi juga disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamis.6,21 Peningkatan tonus otot polos prostat ini dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus, pada BPH terkait rangsangan dari α1-adrenoceptors.1 Kemudian rangsangan dari α1-adrenoceptors dapat memicu pengeluaran noreepinefrin. Dimana dengan dilepaskannya noreepinefrin mengakibatkan peningkatan kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.19 Apabila obstruksi berlanjut, detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi sehingga akan mengalami retentio urinae total. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter akan terjadi inkontinensia paradoks (overflow incontinence). Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2 Proses kerusakan ginjal dapat dipercepat apabila disertai adanya infeksi.1,2infeksi yang terjadi pada ginjal seperti glomerulonefritis akut,
32
http://repository.unimus.ac.id
nefritis kronik dan pielonefritis. Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat menurunkan aliran darah ke ginjal, maka baroreseptor ginjal akan menyebabkan penurunan tekanan darah pada arteriol efferen, yang mengakibatkan
peningkatan
pelepasan
renin
dari
aparatus
juxtaglomerularis. Keadaan ini meningkatkan produksi angiotensin I. Angiotensin I dibuat di perifer ginjal oleh kerja enzim konverting angiotensin menjadi angiotensin II.21-22 Renin dihasilkan bila terdapat penurunan aliran darah dan peningkatan
tekanan
pada
parenkim
ginjal.
Ini
memacu
selsel
jukstaglomerularis untuk menghasilkan renin yang banyak yang kemudian mempengaruhi
produksi
menstimulasi sekresi
angiotensin.
aldosteron
dari
Aktivitas korteks
kedua
adrenal.
adalah Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi Na dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi Na akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.21-22
33
http://repository.unimus.ac.id
G. Kerangka Teori Proliferasi sel prostat
BPH
Volume prostat meningkat
Obstruksi urethra pars prostatika
Peningkatan rangsangan saraf simpatik
Retensi urin
Peningakatan aktifitas tonus otot polos
Tekanan intravesical meningkat
Reseptor alfa adrenergic
Infeksi saluran kemih
Kerusakan pada ginjal
Aktivasi system RAA
Aktivitas jantung meningkat
Peningkatan tekanan darah
Usia,genetik, stress, cemas, aktvitas fisik berlebihan, merokok, alkohol, lifestyle. 34
http://repository.unimus.ac.id
Gambar 2.3.Skema Kerangka Teori H. Kerangka konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Volume prostat pasien BPH pada USG
Tekanan darah
Variabel Perancu Usia,genetik, stress, cemas, aktvitas fisik berlebihan, merokok, alkohol, lifestyle.
Gambar 2.4.Skema Kerangka Konsep
I. Hipotesis Ada hubungan volume prostat terhadap peningkatan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasiapada ultrasonografi.
35
http://repository.unimus.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang hubungan volume prostat dengan peningkatan tekanan darah penderita benign prostatic hyperplasia pada ultrasonografi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan september 2015Oktober 2015 3. Tempat Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Rumah
Sakit
Roemani
Muhammadiyah Semarang B. Jenis Penelitian Jenis penelitian
ini
menggunakan desain
penelitian studi
observasional analitik secara retrospektif dengan pendekatan rancangan cross sectional karena menggunakan data dari rekam medik pasien. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien BPH yang dilakukan pemeriksaan USG urologi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani dan pemeriksaan vital sign dari juni 2011- juni 2015.
2. Sampel a. Besar Sampel
36
http://repository.unimus.ac.id
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus cross sectional dengan besar populasi yang tidak diketahui sebagai berikut: = = =
1,96 . 0,3.0,7 0,1 0,806736 0,01
= 80,6736 = 81
Keterangan : n = Besar sampel d = Delta atau efect size, besar penyimpangan 10% : 0,1 P = Proporsi kejadian pembesaran prostat jinak: 30% : 0,3 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96) Q = (1-P), artinya (1-0,3 = 0,7) Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel minimal penelitian adalah 81 orang. Sampel diambil dari pasien BPH di Rumah Sakit Roemani Semarang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
b. Cara Pengambilan sampel Sampel penelitian ini adalah pasien BPH yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Kriteria Inklusi 1) Pasien berusia 50 tahun atau lebih
Kriteria Eksklusi
37
http://repository.unimus.ac.id
1) Penderita kanker prostat 2) Ada riwayat diabetes 3) Rekam medis tidak lengkap Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.
D. Alur Penelitian Populasi pasien BPH
Eksklusi
Inklusi -Pasien
-Kanker prostat -DM -Rekam medis tidak lengkap
berusia ≥ 50 tahun
Sampel
Tidak dimasukan dalam penelitian
Usia, volume prostat dan tekanan darah pada pasien BPH
Pencatatan rekam medik
Olah data dan analisis data Kesimpulan Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian
E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Umur dan volume prostat pada pemeriksaan USG
2. Variabel terikat
: Tekanan darah
38
http://repository.unimus.ac.id
F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.2. Definisi Operasional No
Variabel Penelitian
1 Variabel Bebas: Volume prostat
Definisi Operasional Interpretasi volume prostat pada pemeriksaan USG volume prostat normal 20 mL. Volume prostat pada penelitian ini diukur dengan pemeriksaan USG prostat yang dihitung dengan rumus ellipsoid yaitu volume prostat = panjang A-P x panjang craniocaudal x panjang transversal x 0,52 (π/6) dalam mL dengan berat jenis kelenjar prostat adalah 1.050.15,23-25
Klasifikasi I : volume prostat sampai 20,00 mL
2
Variabel bebas : Umur
Variabel Terikat: Tekanan darah
Lamanya kehidupan pasien sejak dari lahir sampai dengan hari ulang tahun terakhir yang tercatat pada rekam medis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang periode juni 2011-juni 2015
Ordinal
Klasifikasi II : volume prostat >20,00-40,00 mL Klasifikasi III : volume prostat >40,00-60,00 mL Klasifikasi IV : volume prostat >60,00-80,00 mL Klasifikasi V volume prostat >80,00 mL
2
Skala
Hasil Ukur
:
1 : 50-59 tahun
Ordinal
2 : 60-69 tahun 3: 70-79 tahun 4: 80-89 tahun
Tekanan darah yang didapat dari 1) Normal(<120/80 rekam medis pasien, yangi diukur mmHg) menggunakan tensimeter.20 2) Prehipertensi(120 -139/80-89 mmHg) 3) Hipertensi Grade 1 (140-159/9099 mmHg) 4) Hipertensi Grade 2 (>160/>100 mmHg)
G. Data yang Dikumpulkan
39
http://repository.unimus.ac.id
Ordinal
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh langsung dari rekam medis pasien.
H. Alat dan Bahan yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan interpretasi hasil USG urologi oleh radiologi pada pasien yang telah menjalani pemeriksaan USG urologi di RS Roemani dan rekam medis hasil pemeriksaan vital sign. I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data meliputi : a. Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap rekam medis pasien BPH yang telah terkumpul. b. Coding Mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat entry data yaitu dengan merubah data kualitatif menjadi data numerik. 1) Tekanan darah : dengan mengkode :1
Normal Prehipertensi
:2
Hipertensi grade 1
Hipertensi grade 2
2) Umur : dengan mengkode 50-59 tahun
:3 :4
:1
60-69 tahun : 2 70-79 tahun : 3 80-89 tahun
:4
3) Volume prostat : dengan mengkode Klasifikasi I
: volume prostat sampai 20,00 mL
40
http://repository.unimus.ac.id
:1
Klasifikasi II : volume prostat >20,00-40,00 mL
:2
Klasifikasi III : volume prostat >40,00-60,00 mL
:3
Klasifikasi IV : volume prostat >60,00-80,00 mL
:4
Klasifikasi V : volume prostat >80,00 mL
:5
c. Processing Kegiatan melakukan proses data dengan cara mengentry data rekam medis ke paket program komputer agar data dapat di analisis. d. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan metode statistik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan uji korelasi spearman rank, uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan dua variabel yang berskala ordinal. c. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas mana yang paling erat dengan variabel terikat sebagai lanjutan dari analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan yaitu regresi linier berganda.
41
http://repository.unimus.ac.id
J. Jadwal Penelitian
Pembuatan proposal Penelitian pendahuluan Ujian proposal Sampling dan mengumpulkan data Pengolahan data Analisis data Menulis laporan Ujian skripsi
42
http://repository.unimus.ac.id
Januari
Desesmber
November
Oktober
September
Agustus
Kegiatan
Juli
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tekanan darah dengan volume prostat penderita BPH, telah dilakukan penelitian antara bulan oktober sampai november 2015. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 85 sampel.
Variabel
Frekuensi
%
50 – 59
13
15,3
60 – 69
27
31,8
70 – 79
30
35,3
80 – 89
15
17,6
Normal
1
1,2
Pre-hipertensi
20
23,5
Hipertensi grade I
43
50,6
Hipertensi grade II
21
24,7
Klasifikasi I
7
8,2
Klasifikasi II
46
54,1
Klasifikasi III
17
20
Umur
Tekanan Darah
Volume prostat
43
http://repository.unimus.ac.id
Klasifikasi IV
8
9,4
Klasifikasi V
7
8,2
Tabel 4.1 tabel karakteristik responden
1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran umum pasien BPH dengan tekanan darah tinggi.
a. Umur Distribusi umur subjek penelitian :
15, 17.65 %
13, 15.29 %
27, 31.76 %
30, 35.29 %
50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Umur Subjek Penelitian Data penelitian yang dikumpulkan merupakan data rasio, untuk memudahkan dalam melakukan analisis data tersebut dikonversi menjadi data ordinal supaya derajat masing-masing
44
http://repository.unimus.ac.id
variabel dapat terbaca. Pada semua kategori usia terdapat pasien BPH. Persentase terbesar terdapat pada subjek yang berada pada kelompok umur 70-79 tahun yakni sebesar 35,29% (30 orang). Kemudian setelah itu persentase besar ke kecil adalah subjek yang berada pada kelompok umur 60-69 tahun sebesar 31,76% (27 orang), kelompok umur 80-89 tahun sebesar 17,65% (15 orang), dan kelompok umur 50-59 tahun sebesar 15,29% (13 orang).
b. Volume prostat Distribusi volume prostat subjek penelitian:
7, 8.24%
7, 8.24%
8, 9.41% 17, 20.00 %
46, 54.12 %
Klasifikasi I
Klasifikasi II
Klasifikasi IV
Klasifikasi V
Klasifikasi III
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Volume Prostat Pada diagram 4.3 terlihat bahwa persentase terbesar terdapat pada kelompok II (volume prostat >20-40) yakni sebesar 54,12% (46 orang). Kemudian berturut-turut kelompok III (volume
45
http://repository.unimus.ac.id
prostat >40-60) sebesar 20,00% (17 orang), kelompok IV (volume prostat >60-80) sebesar 9,14% (8 orang), dan didapatkan hasil yang sama pada kelompok I (volume prostat sampai 20) dan kelompok V (volume prostat >80) yakni sebesar 8,24% (7 orang).
Data
lengkap mengenai volume prostat pada sampel penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1.
c. Volume prostat berdasarkan umur Distribusi volume prostat berdasarkan umur:
17
18 J u m l a h
16 14 11
12 10
10 9
8
Klasifikasi II Klasifikasi III
8 S a m p e l
6
5
4
4 2
Klasifikasi I
1
2 2
2
2
3
Klasifikasi IV 3
2
0
Klasifikasi V 1 111
0 50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
Gambar 4.4 Diagram Distribusi Frekuensi Volume Prostat Berdasarkan Umur
46
http://repository.unimus.ac.id
Diagram 4.4 memperlihatkan bahwa pada kelompok umur 50-59 tahun, 1 orang (7,69%) memiliki volume prostat sampai 20 ml, 8 orang (61,53%) memiliki volume prostat >20,00-40,00 ml, 2 orang (15,38%) memiliki volume prostat >40,00-60,00 ml. Dan 2 orang (15,38%) memiliki volume prostat >80,00 ml. Untuk kelompok umur 60-69 tahun, 2 orang (7,40%) memiliki volume prostat sampai 20 ml, 10 orang (37,03%) memiliki volume prostat >20,00-40,00 ml, 9 orang (33,33%) memiliki volume prostat >40,00-60,00 ml, 4 orang (14,81%) memiliki volume prostat >60,00-80,00 ml, dan 2 orang ( 7,40%) memiliki volume prostat > 80,00 ml. Untuk kelompok umur 60-79 tahun, 3 orang (10%) memiliki volume prostat sampai 20 ml, 17 orang ( 56,67%) memiliki volume prostat >20,00-40,00 ml, 5 orang (16,67%) memiliki volume prostat > 40,00-60,00 ml, 3 orang (10%) memiliki volume prostat >60,00-80,00 ml, dan 2 orang (6,67%) memiliki volume prostat >80,00 ml. Sedangkan untuk kelompok umur 80-89 tahun, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat sampai 20 ml, 11 orang (73,33%) memiliki volume prostat >20,0040,00 ml, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat >40,00-60,00 ml, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat >60,00-80,00 ml, dan 1 orang (6.67%) memiliki volume prostat >80,00 ml. Hal ini menunjukkan terdapat kecemderungan semakin meningkat usia maka volume prostat juga semakin meningkat. d. Tekanan darah Distribusi frekuensi tekanan darah sampel penilitian:
47
http://repository.unimus.ac.id
1, 1.18% 21, 24.71%
20, 23.53%
43, 50.59%
Normal
Pre-hipertensi
Hipertensi grade I
Hipertensi grade II
Gambar 4.5 Diagram Distribusi Frekuensi Tekanan darah Pada diagram 4.5 terlihat bahwa persentase terbesar terdapat pada kelompok hipertensi grade I yakni sebesar 50,59% (43 orang). Kemudian berturut- turut kelompok hipertensi grade II sebesar 24,71% (21 orang), kelompok pre-hipertensi sebesar 23,53% dan kelompok normal sebesar 1,18% (1 orang). Data lengkap mengenai tekanan darah pada sampel penilitian dapat dilihat pada lampiran.
e. Tekanan Darah berdasarkan Umur Distribusi tekanan darah berdasarkan umur
48
http://repository.unimus.ac.id
16 14 12 Normal
10
Pre-hipertensi
8
Hipertensi grade 1
6
Hipertensi grade 2
4 2 0 50-59
Gambar
4.6
60-69
Digram
70-79
Distribusi
80-89
frekuensi
tekanan
darah
berdasarkan umur Diagram 4.6 memperlihatkan bahwa kelompok umur 50-59 tahun, 1 orang memeiliki tekanan darah normal, 4 orang memeliki tekanan darah prehipertensi, 7 orang memiliki tekanan darah hipertensi grade 1 dan 1 orang memiliki tekanan darah hipertensi garde 2. Pada kelompok 60-69 tahun, 5 orang memiliki tekanan darah prehipertensi, 14 orang memiliki tekanan darah hipertensi grade 1, dan 8 orang memiliki tekanan darah grade 2. Pada kelompok umur 70-79 tahun, 8 orang memiliki tekanan darah prehipertensi, 13 orang memiliki tekanan darah hipertensi grade 1 dan 9 orang memiliki hipertensi grade 2. Sedangkan pada kelompok 80-89 tahun, 3 orang memiliki tekanan darah prehipertensi, 9 orang memiliki tekanan darah hipertensi grade 1, dan 3 orang memiliki hipertensi grade 2. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume prostat terhadap peningkatan tekanan darah pada pasein BPH, analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearman rank (Rho), tingkat
49
http://repository.unimus.ac.id
kemaknaan 5%(α =0,05). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara variabel bebas dengan variabel terikat. a. Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Pasien BPH Tabel 4.7 Uji Korelasi Spearman’s rho Umur terhadap Tekanan Darah Variabel Umur Tekanan darah
p
r
Keterangan
0,439
0,085
Tidak signifikan
Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,439 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara tekanan darah dengan umur penderita BPH. Koefisien korelasi 0,085 bertanda positif. Tanda positif menunjukan semakin meningkat volume prostat maka tekanan darah juga semakin meningkat. Nilai koefisien korelasi (r) yang semakin mendekati ± 1 menunjukan semakin kuat hubungan antara dua variabel.
b. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah Pasien BPH Tabel 4.8 Uji Bivariat Korelasi Spearman’s rho Volume Prostat dengan tekanan darah
50
http://repository.unimus.ac.id
Variabel
P
R
0,021
0,250
Volume prostat Tekanan darah
Keterangan Signifikan, positif, lemah
Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,021 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara volume prostat dengan tekanan darah pada penderita BPH dengan sifat hubungan positif lemah. Koefisien korelasi 0,250 bertanda positif. Tanda positif menunjukan semakin meningkat volume prostat maka tekanan darah juga semakin meningkat. Di bawah ini adalah tabel pedoman klasifikasi koefisien korelasi menurut ukuran yang konsevatif beserta maknanya: Tabel 4.9 Klasifikasi dan Interpretasi Koefisien Korelasi R 0,000-0,200 0,200-0,400 0,400-0,600 0,600-0,800 0,800-1,000
Interpretasi Sangat rendah (tak berkorelasi) Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Jadi menurut interpretasi yang konservatif ini, koefisien korelasi 0,250 memiliki tingkat korelasi yang lemah (rendah) dan positif. Akan tetapi interpretasi semacam ini sudah semakin ditinggalkan dan diganti dengan interpretasi yang didasarkan atas tabel nilai r. c. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah pada berdasarkan Kelompok Umur 50-70 tahun
51
http://repository.unimus.ac.id
Tabel 4.10 Uji Korelasi Spearman’s rho Volume Prostat terhadap Tekanan Darah berdasarkan Kelompok Umur 50 – 70 tahun Variabel
P
R
Keterangan
Volume prostat 0,260 0,166 Tidak Signifikan Tekanan darah Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,260 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok umur 50-70 tahun tidak ada hubungan antara tekanan darah dengan volume prostat penderita. Koefisien korelasi 0,166 bertanda positif. Tanda positif menunjukan semakin meningkat volume prostat maka tekanan darah juga semakin meningkat. d. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah pada berdasarkan Kelompok Umur ≥70 tahun Tabel 4.11 Uji Korelasi Spearman’s rho Volume Prostat terhadap Tekanan Darah berdasarkan Kelompok Umur ≥ 70 tahun Variabel Volume prostat Tekanan darah
P
R
Keterangan
0,026
0,365
Signifikan,positif, lemah
Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,026 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok umur ≥70 tahun memiliki hubungan antara tekanan darah dengan volume prostat penderita BPH dengan sifat hubungan positif lemah.
52
http://repository.unimus.ac.id
Koefisien korelasi 0,365 bertanda positif. Tanda positif menunjukan semakin meningkat volume prostat maka tekanan darah juga semakin meningkat. 3. Analisis Multivariat Dalam penelitian ini diduga ada 2 variabel yang berhubungan dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH di RS Roemani Muhammadiyah Semarang pada tahun 2011-2014, yaitu umur dan volume prostat. Untuk menganalisis multivariat, variabel yang diduga terdapat hubungan tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat terlebih dahulu dengan variabel terikat. Tabel 4.12 hasil analisis bivariat umur dan volume prostat dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH di RS Roemani Muhammadiyah Semarang No
Variabel
P value
1.
Umur
0,439
2.
Volume prostat
0,021
Berdasarkan tabel 4.12 terdapat 1 variabel yang memiliki p value ≤0,05 yaitu volume prostat. Kemudian variabel tersebut dimasukan kedalam analisis multivariat.
Tabel 4.13 Tabel Uji Regresi Linier Berganda Umur dan Volume Prostat terhadap Tekanan Darah Variabel Konstan Umur Volume prostat
B 2,172 0,110 0,210
T 7,202 1,363 2,871
53
http://repository.unimus.ac.id
P value 0,000 0,177 0,005
Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa volume prostat yang mampu berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah pasien BPH dengan p = 0,005 (<0,05). Variabel umur memiliki p= 0,177 (>0,05) artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap tekanan darah pasien BPH. Persamaan Regresi : Tekanan Darah (Y) = 2,172 + 0,110 (umur)+ 0,210 (volume prostat) Dari persamaan berikut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Konstanta : 2,172 artinya tanpa variabel-variabel bebas umur dan volume prostat, maka nilai tekanan darah adalah sebesar 2,172. b. Koefiesien regresi 0,110 artinya setiap penambahan 1 umur akan menigkatkan tekanan darah pasien BPH sebesar 0,110. c. Koefisien regresi 0,210 artinya setiap penambahan 1 volume prostat akan meningkatan tekanan darah pada pasien BPH sebesar 0,210.
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah pasien BPH semakin meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Hal ini sesuai dengan penilitiian pada autopsi yang menyebutkan bahwa BPH terdapat pada 20%
54
http://repository.unimus.ac.id
pria usia 41-50 tahun, 50% pria usia 51-60 tahun, 65% pria usia 61-70 tahun, 80% pria usia 71-80 tahun dan 90% pria usia 81-90 tahun.3,5 Volume prosat pada sampel tidak semuanya lebih dari 20 ml. Hal ini dikarenakan benign prostatic hyperplasia tidak hanya melihat ukuran volume
prostat,
tetapi
juga
untuk
menggambarkan
keadaan
histopatologi.Pada penilitian ini, terdapat kecenderungan semakin meningkat usia maka volume prostat juga akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh nickelbahwa volume prostat semakin meningkat seiring bertambahnya umur.25 1. Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Paisen BPH Berdasarkan penelitian ini didapatkan. Dari jumlah sampel 85 orang dengan BPH. Analisis dengan menggunakan uji korelasi spearman Rank (rho) didapatkan tidak ada korelasi yang bermakna antara umur pasien BPH dengan peningkatan tekanan darah pasien BPH, dengan nilai p= 0,439 (>0,05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin meningkat usia maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula resiko penyakit yang meliputi kelainan syaraf atau kejiwaan, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolisme tubuh.19,20 Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian sebelumnya dimungkinkan karena adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil, perbedaan lokasi penelitian, metode penelitian yang digunakan sehingga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Selain itu, jumlah pasien usia ≥50 tahun di RS Roemani Muhammadiyah Semarang banyak yang telah mendapatkan terapi obat antihipertensi sehingga akan berpangaruh terhadap jumlah faktor resiko khususnya usia pasien BPH.
55
http://repository.unimus.ac.id
2. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah Pasien BPH Hasil
uji
statistik
dengan
uji
korelasi
Spearman
Rank
(Rho)menunjukan ada korelasi yang signifikan anatara tekanan darah dengan volume prostat penderita BPH pada pemeriksaan USG. Hal ini sesuai dengan penilitan sebelumnya yang menyatakan bahwa pada pasien BPH terjadi peningkatan tonus otot polos yang dipersyarafi oleh saraf simpatis dan terjadi pula retensi urin. Keduanya dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.6,7,20 Adanya hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan volume prostat dapat disebabkan akibat adanya pembesaran prostat yang akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat, kemudian otot detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat.1 Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomi kandung kemih, dimana perubahan struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai keluhan atau lower urinary tract symptoms (LUTS). Obstruksi yang disebabkan oleh BPH tidak hanya disebabkan oleh adanya volume prostat yang merupakan komponen statis yang menyumbat urethra posterior tetapi juga disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamis.6,21 Peningkatan tonus otot polos prostat ini dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus, pada BPH terkait rangsangan dari α1-adrenoceptors.1 Kemudian rangsangan dari α1-adrenoceptors dapat memicu pengeluaran noreepinefrin. Dimana dengan dilepaskannya noreepinefrin mengakibatkan peningkatan kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.19 Apabila obstruksi berlanjut, detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
56
http://repository.unimus.ac.id
kontraksi sehingga akan mengalami retentio urinae total. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter akan terjadi inkontinensia paradoks (overflow incontinence). Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2 Proses kerusakan ginjal dapat dipercepat apabila disertai adanya infeksi.1,2infeksi yang terjadi pada ginjal seperti glomerulonefritis akut, nefritis kronik dan pielonefritis. Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat menurunkan aliran darah ke ginjal, maka baroreseptor ginjal akan menyebabkan penurunan tekanan darah pada arteriol efferen, yang mengakibatkan
peningkatan
pelepasan
renin
dari
aparatus
juxtaglomerularis. Keadaan ini meningkatkan produksi angiotensin I. Angiotensin I dibuat di perifer ginjal oleh kerja enzim konverting angiotensin menjadi angiotensin II.21-22 Renin dihasilkan bila terdapat penurunan aliran darah dan peningkatan
tekanan
pada
parenkim
ginjal.
Ini
memacu
selsel
jukstaglomerularis untuk menghasilkan renin yang banyak yang kemudian mempengaruhi
produksi
menstimulasi sekresi
angiotensin.
aldosteron
dari
Aktivitas korteks
kedua
adrenal.
adalah Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi natrium dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi natrium akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.21-22 3. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah berdasarkan Kelompok Umur 50-70 tahun Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,166 lebih besar
57
http://repository.unimus.ac.id
dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok umur 50-70 tahun tidak ada korelasi yang signifikan antara tekanan darah dengan volume prostat penderita. Tidak adanya korelasi yag signifikan antara tekanan darah dengan volume prostat pada kelompok umur 50-70 tahun dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut : a. Obstruksi saluran kemih yang mengawali munculnya gejala dan komplikasi
BPH
tidak
hanya
berhubungan
dengan
volume
prostat.27berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lim, et al, protusi prostat intrevesikal dan volume prostat sama-sama memiliki korelasi yang baik dengan obstruksi saluran kemih. Namun yang paling berpengaruh terhadap terjadinya obstruksi saluran kemih adalah protusi intravesikal. Protusi prostat intravesikal adalah suatu penonjolan prostat mulai dari leher buli-buli ke dalam rongga buli-buli yang mengakibatkan mekanisme ball valve dileher buli-buli, sehingga mengganggu aliran urin.27 b. Peningkatan tekanan darah pada penelitian ini dapat terjadi bila terdapat infeksi pada parenkim ginjal sampai terjadi kerusakan pada parenkim ginjal, di amna keduan keadaan ini diawali dengan adanya retensi urine. Banyak pasien BPH yang memeriksakan diri karena adanya gangguan miksi atau LUTS. Murugunandham, et al, menyebutkan bahwa laki-laki dengan retensi urine memiliki gejala LUTS rata-rata 32 bulan sebelum terjadinya retensi urine sehingga ada kemungkinan pada sampel belum terdapat retensi urine.28 c. Banyaknya penyebab peningkatan tekanan darah yang tidak berhubungan dengan gejala-gejala gangguan di saluran kemih. Peningkatan tekanan darah dapat dijumpai pada pasien yang merokok, cemas, obesitas, kurang aktivitas fisik, dislipidemia, diabetes melitus, mikroalbuminuria atau LFG <60ml/menit, pola makan, kepribadian dan pada pasien atau keluarganya yang memiliki riwayat penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki <55 tahun, perempuan <65
58
http://repository.unimus.ac.id
tahun). Ada kemungkinan pada penderita BPH juga terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, dimana faktor lain ini tidak terdeteksi pada saat dilakukan penegakan diagnosis sehingga tidak tercantum direkam medis.19 d. Adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil, perbedaan lokasi penelitian, metode penelitian yang digunakan sehingga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. e. Pasien yang tekanan darahnya normal kemungkinan telah menjalani terapi antihipertensi sehingga tekanan darah kembali normal dan pada pasien yang telah dilakukan prostatectomi.
4. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah berdasarkan Kelompok Umur ≥70 tahun. Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p = 0,026 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok umur ≥70 tahun ada korelasi yang signifikan antara tekanan darah dengan volume prostat penderita BPH dengan sifat hubungan positif lemah. Hal ini sesuai dengan penilitian Shi Juni Zhang, et al, menyebutkan bahwa setelah usia 70 tahun volume prostat meningkat lebih cepat. Penigkatan ini sesuai dengan hasil autopsi yang menyebutkan bahwa usia diatas 70 tahun meningkat 90% untuk kejadian BPH.29 Peningkatan volume prostat akan mengakibatkan obstruksi saluran kemih dan menyebabkan retensi urine, retensi urine menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2kerusakan pada parenkim ginjal yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
59
http://repository.unimus.ac.id
BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
60
http://repository.unimus.ac.id
1. Tidak ada hubungan usia dengan peningkatan tekanan darah pada pasien BPH. 2. Volume prostat berhubungan dengan tekanan darah dengan r= 0,250 dan p= 0,021, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume prostat dengan tekanan darah dengan sifat hubungan yang positif lemah. 3. Tidak ada hubungan volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun. 4. Volume prostat berhubungan dengan tekanan darah brdasarkan kelompok umur ≥70 tahun dengan r= 0,365 dan p= 0,026, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan kelompok umur ≥70 tahun dengan sifat hubungan yang positif lemah. 5. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah adalah volume prostat dengan p=0,005 B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara tekanan darah dengan volume prostat penderita benign prostatic hyperplasia yang secara teori memiliki hubungan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dan terbukti memiliki hubungan. Penelitian sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan berasal dari berbagai jenis fasilitas kesehatan sehingga data yang diperoleh dapat digeneralisasikan ke populasi yag lebih besar. Kemudian bisa menggunakan design yang lebih baik secara kohort prospektif. 2. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter yang memehami faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH sehingga dapat mengedukasi, mengobati serta mencegah terjadinya kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH.
61
http://repository.unimus.ac.id
3. Kepada dokter umum diharapkan dapat mendiagnosa pasien dengan BPH dengan baik dan benar 4. Kepada dokter spesialis hipertensi dengan BPH bukan karena sebab yang lain, tidak perlu takut dengan cara TAUS maupun TRUS.
DAFTAR PUSTAKA 1. Basuki B, Purnomo. Dasar-dasar Urologi edisi ketiga, Jakarta:sagung seto. 2012. hal:16,125-144
62
http://repository.unimus.ac.id
2. Staff pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta:FKUI.1995. hal:161-170
3. Sjamsuhidyat, De jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3, Jakarta : EGC. 2010. hal:889-902 4. Mc Connel JD. Roerborn CG. Etiology, Pathophysiology, and natural history of benign protatic hyperplasia In : Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED Jr, Wein A eds. Campbell’s urology 8th ed. WB Saunders. Philadelphia. 2002 : 1297-330
5. Soetapa H., Djatisoesanto W., Soebadi D. M. Pengukuran volume prostat pasien BPH menggunakan colok dubur dan USG transrektal dengan operator yang sama dibandingkan dengan pengukuran volume prostat menggunakan TAUS dengan operator yang berbeda. 2006. JURI. 14. 34-9 6. Kirby, R. S. Terazosin in benign prostatic hyperplasia: eVects on blood pressure in normotensive and hypertensive men. British journal of urology 82 (1998): 373-379.
7. Lepor, Herbert. Alpha blockers for the treatment of benign prostatic hyperplasia. Reviews in urology 9.4. 2007: 181. 8. Guo, L. J., Zhang, X. H., Li, P. J., & Na, Y. Q. Association study between benign prostatic hyperplasia and primary hypertension. Zhonghua wai ke za zhi [Chinese journal of surgery], 2005. 43(2), 108-111.
9. Richard S, Snell. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta: EGC.2011. hal: 786-787 10. Lauralee, Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2, Jakarta:EGC. 2002.
11. Dwindra M., Israr Y.A. Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) / Pembesaran Prostat Jinak (PPJ).2010. https://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/bph-ppj/ 2010 (diakses pada tanggal 09 april 2015). 12. Argie D.2008. http://argie-health.blogspot.com/2008/01/pembesaranprostat-jinak-benign.html (diakses pada tanggal 09 april 2015)
63
http://repository.unimus.ac.id
13. Hardjowijoto, S., et al. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Surabaya: IAUI .2003. 14. Sjahriar, Rasad. Azwar, Boer. Radiologi Diagnostik edisi kedua, Jakarta : FKUI. 2009. hal: 453-455
15. Irga.2010. Benign Prostatic Hyperplasia. http//www.irwanashari.com/2009/12/benign-prostatic-hyperplasia.html (diakses pada tanggal 09 April 2015)
16. Bapat, Shivadeo S., et al. Does estimation of prostate volume by abdominal ultrasonography vary with bladder volume: a prospective study with transrectal ultrasonography as a reference. Indian Journal of Urology 22.4 (2006): 322.
17. Esequiel Rodriguez Jr., et al. Prostate volume estimation using the ellipsoid formula consistently underestimates actual gland size. Department of Urology, University of California-Irvine, Irvine Medical Center, Orange, California. 2007; 179:2 : 501-03
18. Lany, gunawan. hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta : penerbit kanisius. 2001 hal :7 19. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009. hal: 2379
20. Aulia, Sani. Hypertension Current Perspective. Jakarta: Medya Crea.2008.
21. Achen MG, Stracker SA. The vascular endothelial growth factor family; proteins which guide the development of the vasculature. Int J Exp Pathol.1998; 79 : 255-65
22. Upik, Setyaningsih. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan
64
http://repository.unimus.ac.id
di RS TUGUREJO Semarang.Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013 23. Boyle P, Gould AL, Roehrborn CG., Prostate volume predicts outcome of treatment of benign prostatic hyperplasia with finasteride: meta-analysis of randomized clinical trials.1996; 48:3 : 398-405
24. L. O. Reis, G. C. Barreiro, A. Prudente, C. M. Silva, J. W. M. Bassani, and C. A. L. D'Ancona, “A novel intraurethral device diagnostic index to classify bladder outlet obstruction in men with lower urinary tract symptoms,” Advances in Urology, vol. 2009, Article ID 406012, 6 pages, 2009. 25. Nickel,J.C..2003.Benign prostatic hyperplasia: Does prostate size matter?. Rev Urol.5:12-7
26. Lim K.B., Ho H., Foo K.T., Wong M.Y.C., Fook-Chong S.2006. Comparison of intervesical praostatic protrusion, prostate volume and serum prostatic spesific antigen in the evaluation of bladder outlet obstruction. International Journal of Urology. 13(12):1509-13.
27. Musa A., Sabilal A., Adi S., Widodo J.P. 2009. Hubungan antara derajat intravesical prostatic protrusion dengan Q max, volume prostat, dan international prostate syptom score pada pasien BPH dengan LUTS tanpa komplikasi. JURI.16(2):43-7.
28. Muruganandham K., Dubey D., Kapoor R. 2007. Acute urinary retenstion in benign prostatic hyperplasia: Risk factors and current management. Indian J urol. 23:347-53 29. Shi-Jun Zhang, Hai-Ning Qian, Yan Zhao, Kai Sun, Hui-Qing Wang, et al. Relationship between age and prostate size. Asian J Androl. 2013 Jan; 15(1): 116–120.
65
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 1. Analisis Data A. Analisis Univariat 1. Distribusi Frekuensi Umur pasien BPH Umur
Valid
50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 Total
Frequency 13 27 30 15 85
Percent 15.3 31.8 35.3 17.6 100.0
Valid Percent 15.3 31.8 35.3 17.6 100.0
Cumulative Percent 15.3 47.1 82.4 100.0
2. Distribusi Frekuensi Volume Prostat Volume Prostat
Valid
Klasifikasi I Klasifikasi II Klasifikasi III Klasifikasi IV Klasifikasi V Total
Frequency 7 46 17
Percent 8.2 54.1 20.0
Valid Percent 8.2 54.1 20.0
8 7 85
9.4 8.2 100.0
9.4 8.2 100.0
Cumulative Percent 8.2 62.4 82.4 91.8 100.0
3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Tekanan Darah
Valid
Normal Pre-hipertensi Hipertensi I Hipertensi II Total
Frequency 1 20 43 21 85
Percent 1.2 23.5 50.6 24.7 100.0
Cumulative Percent 1.2 24.7 75.3 100.0
Valid Percent 1.2 23.5 50.6 24.7 100.0
4. Distribusi Frekuensi Volume Prostat berdasarkan Umur Crosstab
Klasifikasi I Umur
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 - 89
Total
Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total
Volume Prostat Klasifikasi III
Klasifikasi II
Klasifikasi IV
Klasifikasi V
Total
1
8
2
0
2
13
1.1 14.3% 1.2% 2 2.2
7.0 17.4% 9.4% 10 14.6
2.6 11.8% 2.4% 9 5.4
1.2 .0% .0% 4 2.5
1.1 28.6% 2.4% 2 2.2
13.0 15.3% 15.3% 27 27.0
28.6% 2.4% 3 2.5 42.9% 3.5% 1 1.2 14.3% 1.2% 7 7.0 100.0% 8.2%
21.7% 11.8% 17 16.2 37.0% 20.0% 11 8.1 23.9% 12.9% 46 46.0 100.0% 54.1%
50.0% 4.7% 3 2.8 37.5% 3.5% 1 1.4 12.5% 1.2% 8 8.0 100.0% 9.4%
28.6% 2.4% 2 2.5 28.6% 2.4% 1 1.2 14.3% 1.2% 7 7.0 100.0% 8.2%
31.8% 31.8% 30 30.0 35.3% 35.3% 15 15.0 17.6% 17.6% 85 85.0 100.0% 100.0%
52.9% 10.6% 5 6.0 29.4% 5.9% 1 3.0 5.9% 1.2% 17 17.0 100.0% 20.0%
66
http://repository.unimus.ac.id
5. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah berdasarkan Umur
Umur * Tekanan Darah Crosstabulation Tekanan Darah PreNormal Umur 50 - 59 Count
Hipertensi Hipertensi
hipertensi
I
II
Total
1
4
7
7.7%
30.8%
53.8%
7.7% 100.0%
100.0%
20.0%
16.3%
4.8%
15.3%
1.2%
4.7%
8.2%
1.2%
15.3%
0
5
14
8
27
% within Umur
.0%
18.5%
51.9%
29.6% 100.0%
% within Tekanan
.0%
25.0%
32.6%
38.1%
31.8%
.0%
5.9%
16.5%
9.4%
31.8%
0
8
13
9
30
% within Umur
.0%
26.7%
43.3%
30.0% 100.0%
% within Tekanan
.0%
40.0%
30.2%
42.9%
35.3%
.0%
9.4%
15.3%
10.6%
35.3%
0
3
9
3
15
% within Umur
.0%
20.0%
60.0%
20.0% 100.0%
% within Tekanan
.0%
15.0%
20.9%
14.3%
17.6%
.0%
3.5%
10.6%
3.5%
17.6%
1
20
43
21
85
1.2%
23.5%
50.6%
24.7% 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0% 100.0%
1.2%
23.5%
50.6%
24.7% 100.0%
% within Umur % within Tekanan
1
13
Darah % of Total 60 - 69 Count
Darah % of Total 70 - 79 Count
Darah % of Total 80 - 89 Count
Darah % of Total Total
Count % within Umur % within Tekanan Darah % of Total
67
http://repository.unimus.ac.id
6. Distribusi tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun dan kelompok umur ≥70 tahun Umur * Tekanan Darah Crosstabulation Tekanan Darah Pre-hipertensi Hipertensi I 11 25 11.3 24.3
Normal Umur
50 - 70
Count Expected Count % within Tekanan Darah % of Total Count Expected Count % within Tekanan Darah % of Total Count Expected Count % within Tekanan Darah % of Total
>= 70
Total
1 .6
Hipertensi II 11 11.9
Total 48 48.0
100.0% 1.2% 0 .4
55.0% 12.9% 9 8.7
58.1% 29.4% 18 18.7
52.4% 12.9% 10 9.1
56.5% 56.5% 37 37.0
.0% .0% 1 1.0
45.0% 10.6% 20 20.0
41.9% 21.2% 43 43.0
47.6% 11.8% 21 21.0
43.5% 43.5% 85 85.0
100.0% 1.2%
100.0% 23.5%
100.0% 50.6%
100.0% 24.7%
100.0% 100.0%
7. Distribusi volume prostat berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun dan kelompok umur ≥70 tahun Umur * Volume Prostat Crosstabulation
Klasifikasi I Umur
50 - 70
Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total
>= 70
Total
Klasifikasi II
4 4.0 57.1% 4.7% 3 3.0 42.9% 3.5% 7 7.0 100.0% 8.2%
Volume Prostat Klasifikasi III Klasifikasi IV
23 26.0 50.0% 27.1% 23 20.0 50.0% 27.1% 46 46.0 100.0% 54.1%
13 9.6 76.5% 15.3% 4 7.4 23.5% 4.7% 17 17.0 100.0% 20.0%
Klasifikasi V
4 4.5 50.0% 4.7% 4 3.5 50.0% 4.7% 8 8.0 100.0% 9.4%
4 4.0 57.1% 4.7% 3 3.0 42.9% 3.5% 7 7.0 100.0% 8.2%
Total 48 48.0 56.5% 56.5% 37 37.0 43.5% 43.5% 85 85.0 100.0% 100.0%
B. Analsis Bivariat 1. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah pada Pasien BPH Crosstab
Tekanan Darah
Normal
Pre-hipertensi
Hipertensi I
Hipertensi II
Total
Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total
Volume Prostat Klasifikasi III Klasifikasi IV
Klasifikasi I
Klasifikasi II
0 .1
1 .5
0 .2
0 .1
0 .1
1 1.0
.0% .0% 3
2.2% 1.2% 12
.0% .0% 4
.0% .0% 1
.0% .0% 0
1.2% 1.2% 20
1.6 42.9%
10.8 26.1%
4.0 23.5%
1.9 12.5%
1.6 .0%
20.0 23.5%
3.5% 2
14.1% 25
4.7% 10
1.2% 3
.0% 3
23.5% 43
3.5 28.6%
23.3 54.3%
8.6 58.8%
4.0 37.5%
3.5 42.9%
43.0 50.6%
2.4% 2
29.4% 8
11.8% 3
3.5% 4
3.5% 4
50.6% 21
1.7 28.6%
11.4 17.4%
4.2 17.6%
2.0 50.0%
1.7 57.1%
21.0 24.7%
2.4% 7
9.4% 46
3.5% 17
4.7% 8
4.7% 7
24.7% 85
7.0 100.0%
46.0 100.0%
17.0 100.0%
8.0 100.0%
7.0 100.0%
85.0 100.0%
8.2%
54.1%
20.0%
9.4%
8.2%
100.0%
68
http://repository.unimus.ac.id
Klasifikasi V
Total
Correlations
Spearman's rho
Tekanan Darah
Volume Prostat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tekanan Darah 1.000 . 85 .250* .021 85
Volume Prostat .250* .021 85 1.000 . 85
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
2. Analisis hubungan volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun Tekanan Darah * Volume Prostat Crosstabulation
Tekanan Darah
Normal
Pre-hipertensi
Hipertensi I
Hipertensi II
Total
Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total
Klasifikasi I 0 .1 .0% .0% 1 .9 25.0%
Klasifikasi II 1 .5 4.3% 2.1% 6 5.3 26.1%
2.1% 2 2.1 50.0% 4.2% 1 .9 25.0% 2.1% 4 4.0 100.0% 8.3%
12.5% 12 12.0 52.2% 25.0% 4 5.3 17.4% 8.3% 23 23.0 100.0% 47.9%
Volume Prostat Klasifikasi III Klasifikasi IV 0 0 .3 .1 .0% .0% .0% .0% 3 1 3.0 .9 23.1% 25.0% 6.3% 7 6.8 53.8% 14.6% 3 3.0 23.1% 6.3% 13 13.0 100.0% 27.1%
Klasifikasi V 0 .1 .0% .0% 0 .9 .0%
2.1% 2 2.1 50.0% 4.2% 1 .9 25.0% 2.1% 4 4.0 100.0% 8.3%
Total 1 1.0 2.1% 2.1% 11 11.0 22.9%
.0% 2 2.1 50.0% 4.2% 2 .9 50.0% 4.2% 4 4.0 100.0% 8.3%
22.9% 25 25.0 52.1% 52.1% 11 11.0 22.9% 22.9% 48 48.0 100.0% 100.0%
Correlations
Spearman's rho
Tekanan Darah
Volume Prostat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
69
http://repository.unimus.ac.id
Tekanan Darah 1.000 . 48
Volume Prostat .166 .260 48
.166 .260 48
1.000 . 48
3. Analisis hubungan volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan kelompok umur ≥70 tahun Tekanan Darah * Volume Prostat Crosstabulation
Tekanan Darah
Pre-hipertensi
Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total Count Expected Count % within Volume Prostat % of Total
Hipertensi I
Hipertensi II
Total
Klasifikasi I
Klasifikasi II
2 .7 66.7% 5.4% 0 1.5 .0% .0% 1 .8 33.3% 2.7% 3 3.0 100.0% 8.1%
6 5.6 26.1% 16.2% 13 11.2 56.5% 35.1% 4 6.2 17.4% 10.8% 23 23.0 100.0% 62.2%
Volume Prostat Klasifikasi III Klasifikasi IV 1 1.0 25.0% 2.7% 3 1.9 75.0% 8.1% 0 1.1 .0% .0% 4 4.0 100.0% 10.8%
0 1.0 .0% .0% 1 1.9 25.0% 2.7% 3 1.1 75.0% 8.1% 4 4.0 100.0% 10.8%
Klasifikasi V
Total
0 .7 .0% .0% 1 1.5 33.3% 2.7% 2 .8 66.7% 5.4% 3 3.0 100.0% 8.1%
9 9.0 24.3% 24.3% 18 18.0 48.6% 48.6% 10 10.0 27.0% 27.0% 37 37.0 100.0% 100.0%
Correlations
Spearman's rho
Tekanan Darah
Volume Prostat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
C. Analisis Multivariat Model Summary Model 1
R .320a
R Square .103
Adjusted R Square .081
Std. Error of the Estimate .702
a. Predictors: (Constant), Volume Prostat, Umur
70
http://repository.unimus.ac.id
Tekanan Darah 1.000 . 37 .365*
Volume Prostat .365*
.026 37
. 37
.026 37 1.000
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4.615
df 2
40.373 44.988
Mean Square 2.308
82 84
F 4.687
Sig. .012a
.492
a. Predictors: (Constant), Volume Prostat, Umur b. Dependent Variable: Tekanan Darah
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Umur Volume Prostat
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.172 .302 .110 .080 .210
Standardized Coefficients Beta
.073
a. Dependent Variable: Tekanan Darah
71
http://repository.unimus.ac.id
.143
t 7.202 1.363
Sig. .000 .177
.302
2.871
.005
Lampiran 2. Data Penelitian NAMA
TEKANAN DARAH
UMUR
Diastolik
Sistolik
VOLUME PROSTAT
Tn. Ali taufiq noor
66 Tahun
140
80
27 cc
Tn. Darjo Semitro
80 Tahun
160
100
35 cc
Tn. Kholil
82 Tahun
140
80
31 cc
Tn. Jahudi
68 Tahun
190
100
40 cc
Tn. Kasdi Hadi P
87 Tahun
160
100
32 cc
Tn. Superang
69 Tahun
160
100
13,7 cc
Tn. Amat
73 Tahun
150
100
80 cc
Tn. Inal
76 Tahun
160
90
24,13 cc
Tn. Setu
76 Tahun
170
80
30 cc
Tn. Wardi
75 Tahun
130
80
22 cc
Tn. Kemat
70 Tahun
130
80
49 cc
Tn. Djurip
72 Tahun
140
90
49,15 cc
Tn. Djubaidi
74 Tahun
130
80
30 cc
Tn. Sutar
70 Tahun
150
80
20,29 cc
Tn. Suhadi
70 Tahun
110
70
30 cc
Tn. Sri noto
85 Tahun
100
60
45 cc
Tn. Soemadi
64 Tahun
150
80
43,15 cc
Tn. Sumadi
70 Tahun
160
100
28,14 cc
Tn. Daliman
80 Tahun
160
90
24 cc
Tn. Susilo A S
59 Tahun
140
90
60 cc
Tn. Maun
88 Tahun
150
90
31,6 cc
Tn. Sri Jono Parsono
66 Tahun
120
80
35 cc
Tn. Slamet Widodo
84 Tahun
160
90
30,11 cc
Tn. Nur salan
62 Tahun
130
80
43,27 cc
Tn. Susman Suswanto
80 Tahun
140
90
39 cc
Tn. Suyitno
72 Tahun
140
90
50cc
Tn. Utoro Sutopo
67 Tahun
160
90
137 cc
Tn. Trimo
63 Tahun
160
90
34 cc
Tn. Loso
65 Tahun
140
70
55 cc
Tn. Sayuti
62 Tahun
160
90
63,81 cc
Tn. Sukardi
58 Tahun
130
80
35 cc
Tn. Agus
69 Tahun
170
100
50 cc
Tn. Wachid saptono
65 Tahun
120
70
63 cc
Tn. Kastin
80 Tahun
100
70
20 cc
Tn. Suwakri
80 Tahun
150
90
63 cc
Tn. Tugino
67 Tahun
150
90
66,5 cc
72
http://repository.unimus.ac.id
Tn. Mas Basri
59 Tahun
160
90
40 cc
Tn. Sutriman
62 Tahun
130
90
21 cc
Tn. Sudirman
62 Tahun
180
100
32 cc
Tn. H. M. Machrur
62 Tahun
150
110
75,78 cc
Tn. Girin Tjipto
74 Tahun
180
100
30,44 cc
Tn. Ispraptono
71 Tahun
150
80
124 cc
Tn. Pasiran
76 Tahun
145
90
30 cc
Tn. Suparman
55 Tahun
140
90
45,15 cc
Tn. R Horeo
82 Tahun
180
100
130 cc
Tn. Nurwadi
74 Tahun
180
100
87 cc
Tn. Agus Harwanto
56 Tahun
140
90
127,26 cc
Tn. Sahlan Sastrowija
70 Tahun
140
90
32 cc
Tn. Mardis
69 Tahun
170
100
50,69 cc
Tn. Hary Edy Tjahjono
65 Tahun
150
90
40 cc
Tn. Amin Martadi
71 Tahun
150
100
30,7 cc
Tn. Tasrif Komar
73 Tahun
130
80
24 cc
Tn. Oesman
72 Tahun
160
80
40 cc
Tn. Badri
66 Tahun
160
90
39,7 cc
Tn. Jazuli
58 Tahun
160
80
21 cc
Tn. Teguh Joko waluyo
54 Tahun
140
80
37,11 cc
Tn. Muh Khairun
71 Tahun
120
70
30 cc
Tn. Solechan
69 Tahun
150
80
27 cc
Tn. Muh Kholil
54 Tahun
106
67
37 cc
Tn. Muh Narulloh
65 Tahun
110
70
34 cc
Tn. Suimban
70 Tahun
170
90
20 cc
Tn. Tasripan
70 Tahun
170
100
32 cc
Tn. Sihit
85 Tahun
130
70
30 cc
Tn. Rochmat
77 Tahun
150
100
16,70 cc
Tn. Kartono
55 Tahun
130
90
30 cc
Tn. Rafie Achmad
59 Tahun
170
110
82,76 cc
Tn. Ali Masyhudi
87 Tahun
140
70
30 cc
Tn. Sulikan
60 Tahun
130
90
50 cc
Tn. Wahino
75 Tahun
130
80
29 cc
Tn. Suwandi
72 Tahun
110
70
20 cc
Tn. Bedjo Martono
77 Tahun
140
80
21,3 cc
Tn. Suparjo
86 Tahun
150
90
30 cc
Tn. Sri Utomo
61 Tahun
157
97
55,30 cc
Tn. Sampan
70 Tahun
140
80
55 cc
Tn. Mastur
60 Tahun
150
100
120 cc
73
http://repository.unimus.ac.id
Tn. Suwito
82 Tahun
180
80
30 cc
Tn. Paimin al samadi
57 Tahun
110
80
31,8 cc
Tn. Achmad
73 Tahun
150
100
80 cc
Tn. Sumarna
51 Tahun
130
80
21,05 cc
Tn. Mustakim
55 Tahun
120
80
15 cc
Tn. H. M. Soeharto
61 Tahun
140
90
15,39 cc
Tn. Agus Nanggung Sen
69 Tahun
170
100
50 cc
Tn. Uminta Ryana
61 Tahun
110
70
40,2 cc
Tn. Toekidjo
75 Tahun
140
80
57,3 cc
Tn. Ali Asikin
74 Tahun
170
100
75 cc
74
http://repository.unimus.ac.id