HUBUNGAN VERBAL ABUSE DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA SEKOLAH KELAS 3-5 DI SD N GENUK 01 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
I Kadek Pandi Putrawan*) Umi Aniroh, S.Kp., Ns., M.Kes.**), Zumrotul Choiriyah, S.Kep., Ns., M.Kes.**) *) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Verbal Abuse adalah tindakan lisan berupa kata-kata yang bersifat membentak atau pelecehan yang menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Serta berpengaruh pada perkembangan emosi karena akan menghambat proses kematangan emosional anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran yang berjumlah 116 anak. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik propotionate stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 54 anak. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dan uji yang digunakan adalah uji Kendall Tau. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar anak mengalami verbal abuse kategori sedang sejumlah 30 anak (55,6%). Sedangkan sebagian besar anak memiliki perkembangan emosi kategori baik sejumlah 24 anak (44,4%). Data dianalisis dengan menggunakan uji Kendall Tau didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran dengan p value sebesar 0,001 ≤ α (0,05) dengan nilai τ = -0,448 yang artinya semakin tinggi verbal abuse maka perkembangan emosi anak akan semakin kurang. Kekuatan hubungan dalam kategori sedang. Dari hasil penelitian orang tua diharapkan agar dalam mengasuh anak orang tua tidak melakukan tindakan verbal abuse seperti memarahi, membentak, dan mengancam anak, sehingga mampu mendukung perkembangan emosi anak yang baik demi masa depan anak tersebut. Kata kunci : verbal abuse, perkembangan emosi anak Kepustakaan : 28 (2000-2015)
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
1
ABSTRACT Verbal Abuse is an act of oral form of words that are snapped or harassed causing adverse consequences and can affect emotional development because it will hinder a child's emotional maturity process . This study aims to determine the correlation between verbal abuse with the emotional development of third to fifth year elementary school Genuk 01 Ungaran, Semarang Regency. The study design used descriptive correlation and cross sectional approach. The population in this study was the students of third to fifth year elementary school Genuk 01 Ungaran were of 116 children. The samples in this study used proportionate stratified random sampling technique. The total samples were of 54 children. Measuring instruments questionnaires and Kendall Tau test. The result show that the majority of children experience verbal abuse in medium category as many as 30 children (55.6%). While most children have good emotional development category as many as 24 children (44.4%). The data were analyzed by Kendall Tau test showing a significant correlation between verbal abuse with the emotional development of third to fifth year elementary school Genuk 01 Ungaran with p value of 0.001 ≤ α (0.05) with value τ = - 0.448 which means that the higher the verbal abuse so the emotional development of the lower. With medium strength of correlation . From the results of the study, the parents in parenting do not perform verbal abuse such as scold, yell and threaten the child to support the emotional development of children to be good in the future of the child. Keywords : verbal abuse, emotional development Bibliographies : 28 (2000-2015)
PENDAHULUAN Fenomena perlakuan salah dan tidak wajar merupakan suatu permasalahan yang dihadapi anak-anak, yang dapat terjadi di lingkungan keluarga, komunitas, sekolah maupun tempat bermain. Khusus untuk kejadian di lingkungan keluarga kasus ini tidak banyak terungkap ke permukaan karena masih ada anggapan bahwa perlakuan salah pada anak menjadi urusan domestik yang tidak layak atau tabu untuk dibuka. Kejadian ini telah menyangkut penegakan hak asasi manusia dan hak anak, sehingga permasalahan perlakuan salah dan tidak wajar pada anak menjadi urusan publik,
terutama terkait undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang signifikan. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus. (http://www.kpai.go.id). WHO (2004) mendefinisikan Kekerasan Pada Anak (Child abuse) adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
2
yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat, atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. Verbal abuse atau biasa disebut emotional child abuse adalah semua bentuk tindakan ucapan yang mempunyai sifat menghina, membentak, memaki, dan menakuti dengan mengeluarkan kata - kata yang tidak pantas (Lestari 2015) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan kepribadian di masa datang. Setiap orang akan mempunyai rasa senang, marah, kesal, dalam menghadapi lingkungan sehari-harinya. Pada tahap ini anak usia dini lebih terperinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi (Patmonodewo, 2003). Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya (Yusuf, 2014). Menurut Papalia, dkk (2010) pada usia 8-10 tahun, anak sudah mampu mengintegrasikan rangkaian emosi positif dan negatif. Anak dapat memahami bahwa dirinya memiliki dua perasaan yang bertolak belakang pada saat yang bersamaan. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi
agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006). Hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 10 orang siswa di kelas 3-5 SD N Genuk 01 didapatkan hasil, 3 orang siswa mengalami kekerasan verbal dalam kategori tinggi tetapi perkembangan emosi anak tersebut biasa-biasa saja tidak mengalami hambatan, 5 orang siswa pernah mengalami kekerasan verbal kategori rendah dari orang tuanya perkembangan emosi anak tersebut cukup, dan 2 orang siswa yang tidak pernah mengalami tindakan kekerasan verbal yang sifatnya mengancam oleh orang tuanya tetapi perkembangan emosi anak tersebut kurang, dan anak tersebut cenderung nakal, suka mengganggu atau menjahili temantemannya dan kadang jika sedang marah cenderung mengucapkan katakata kasar pada teman-temannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis adakah hubungan verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran yaitu sebanyak 116 orang siswa. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara propotionate stratified random sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin, sehingga
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
3
diperoleh jumlah sampel sebanyak 54 responden. Dalam pengambilan sampel ada kriteria yang harus dipenuhi yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini diantaranya: 1) Tinggal bersama orang tua; 2) Siswa kelas 3-5; 3) Kooperatif; 4) Bisa membaca dan menulis. Adapun kriteria eksklusinya adalah bersedia menjadi responden.
digunakan untuk mengetahui hubungan antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SD N Genuk 01. Analisis data yang digunakan yaitu dengan Kendall Tau melalui program SPSS for windows pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).
Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang. Pada tanggal 28 Januari 2016.
1. Verbal Abuse
Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data digunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada di bab 2 yang digunakan sebagai dasar penelitian, sehingga tergambar fenomena untuk menguji akurasi alat ukur dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Verbal Abuse di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Verbal Abuse Frekuensi Persentase (%) Tinggi 8 14,8 Sedang 30 55,6 Rendah 16 29,6 Total 54 100,0 Tabel 1 menunjukkan bahwa verbal abuse paling banyak adalah kategori sedang yaitu sejumlah 30 responden (55,6%).
Analisis Data
2. Perkembangan Emosi
Analisia Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perkembangan Emosi di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Perkembangan Frekuensi Persentase Emosi (%) Baik 24 44 Cukup 20 37 Kurang 10 19 Total 54 100
Analisis Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa statistik dengan menggunakan tabulasi silang. Analisa bivariat ini dapat berfungsi dalam mencari hubungan antara variabel penelitian yaitu variabel independent dan variabel dependent. Dalam penelitian ini analisis bivariat
Tabel 2 menunjukkan bahwa perkembangan emosi paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 24 responden (44%).
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
4
Analisis Bivariat Tabel 3. Hubungan Verbal Abuse dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Verbal abuse Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Perkembangan emosi Baik Cukup Kurang f % f % f % 2 25,5 0 0,0 6 75,0 10 33,3 17 56,7 3 10,0 12 75,0 3 18,8 1 6,3 24 44,4 20 37,0 10 18,5
Berdasarkan uji korelasi menggunakan Kendall Tau didapatkan hasil p value 0,001. Oleh karena p value = 0,001 ≤ α (0,05) maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang. Nilai korelasi sebesar τ = -0,448 menunjukkan korelasi negatif artinya jika verbal abuse pada anak semakin tinggi maka perkembangan emosi anak semakin kurang. Kekuatan hubungan dalam kategori sedang. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Verbal Abuse Pada Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian Tabel 1 dapat diketahui bahwa kejadian verbal abuse pada anak usia sekolah kelas 3-5 SD N Genuk 01 paling banyak pada kategori sedang sejumlah 30 anak (55,6). Hal ini terlihat dari persentase jawaban pada kuesioner sebesar 52% orang tua sering mengatakan kata-kata
Total f 8 30 16 54
τ
% 100 -0,448 100 100 100
p value 0,001
yang cenderung kasar yang bersifat memberikan hukuman ekstrim kepada anak seperti “Nanti telingamu tak sentil” dan “Nanti kamu tak jewer”. Dalam penelitian ini lingkungan yang kurang kondusif di dalam keluarga yang mengakibatkan anak mengalami kekerasan verbal karena orang tua mengalami beberapa masalah yang belum bisa terselesaikan atau terjadinya broken home dalam lingkungan sehingga anak menjadi korban sebagai pelampiasan rasa frustasinya. Kekerasan verbal juga bisa terjadi karena anak terlalu asik bermain dengan temantemannya sehingga anak mengabaikan apa yang disuruh oleh orangtuanya sehingga mengakibatkan orang tua menggunakan kata-kata kasar kepada anaknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Soetjiningsih bahwa verbal abuse dapat terjadi setiap harinya di rumah, rumah yang seharusnya tempat teraman dan tempat berlindung bagi anak-anak tidak lagi menjadi nyaman. Orang tua terlalu berharap pada anak dan cenderung memaksa anak agar mau menuruti sepenuhnya keinginan mereka, jika tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal ini dapat berdampak negatif pada anak seperti anak menjadi agresif, gangguan emosi,
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
5
perkembangan sosial terganggu, kepribadian sociopath atau antisocial disorder dan menciptakan lingkaran setan dalam keluarga. (Soetjiningsih, 2002). Gambaran Perkembangan Emosi Pada Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian Tabel 2 dapat diketahui bahwa perkembangan emosi pada anak usia sekolah kelas 3-5 SD N Genuk 01 Ungaran paling dalam kategori baik sejumlah 24 anak (44%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada sebagian besar anak usia sekolah di SD N Genuk 01 Ungaran tersebut sudah menunjukkan perkembangan emosi yang baik karena dari 54 anak yang sudah diberikan kuesioner didapatkan hasil 24 (44%) anak memiliki perkembangan emosi kategori baik ini membuktikan bahwa anak sebagian besar sudah mampu membedakan emosinya antara emosi yang positif dengan emosi yang negatif. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor pergaulan yang menyebabkan perkembangan emosi anak menjadi baik karena anak bebas mengeksplorasi kemampuannya sehingga mengoptimalkan perkembangan anak begitu pula dengan perkembangan emosionalnya akan menuju kearah yang semakin baik. Karena melalui pergaulan anak akan mulai memahami perasaanperasaan baik itu marah, senang, sedih yang dilihatnya ataupun yang sedang ia rasakan Menurut Papalia, dkk (2010) pada usia 8-10 tahun, anak sudah mampu mengintegrasikan rangkaian emosi positif dan negatif. Anak dapat memahami bahwa dirinya memiliki dua perasaan yang bertolak belakang pada saat yang bersamaan.
Dalam perkembangan emosi proses modeling akan terbentuk ketika anak mendapat stimulasi berupa pengalamanpengalaman emosi dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Proses belajar yang menunjang perkembangan emosi terdiri dari belajar trial dan error. Belajar dengan coba-coba anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi kepuasan. Analisis Bivariat Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan uji korelasi menggunakan Kendall Tau didapatkan hasil p value 0,001. Oleh karena p value = 0,001 ≤ α (0,05) maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang. Nilai korelasi sebesar τ = -0,448 menunjukkan korelasi negatif artinya jika verbal abuse pada anak semakin tinggi maka perkembangan emosi anak semakin kurang. Dengan kekuatan hubungan dalam kekuatan sedang. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3, dapat diketahui bahwa anak yang mengalami verbal abuse kategori rendah sejumlah 16 anak (29,6%) yang memiliki perkembangan emosi baik sejumlah (75,0%), ini terjadi karena adanya perlakuan keluarga terhadap anak usia sekolah secara langsung mempengaruhi pribadi dan perkembangan sang anak dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian.
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
6
Sedangkan anak yang mengalami verbal abuse dalam kategori sedang sejumlah 30 anak (55,6%) yang memiliki perkembangan emosi baik sejumlah 10 (33,3%). Hal ini dapat terjadi ketika sang anak memang telah mampu beradaptasi dengan lingkungannya, walaupun dia mengalami verbal abuse di rumahnya karena orang tua yang keras, namun kalau anak mempunyai sifat dasar bahwa prilaku keras yang dilakukan orang tuanya dirumah hanya demi memberikan arahan atau masukan yang baik maka perkembangan emosinya juga akan tetap baik. Kemudian anak yang mengalami verbal abuse kategori tinggi sejumlah 8 anak (14,8%) yang memiliki perkembangan emosi baik sejumlah (25,5%). Hal ini terjadi karena anak dalam perkembangannya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari keluarga saja melainkan faktor dari luar keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian kematangan emosional anak.Faktor dari luar yang dimaksud dalam penelitian ini kemungkinan yaitu keadaan anak tersebut jika anak memiliki kecacatan maka akan mempengaruhi perkembangan emosinya karena anak akan merasa minder, rendah hati, menjadi malu jika harus bergaul dengan teman-temannya. Pergaulan disekolah juga dapat mempengaruhi perkembangan emosi jika anak terus menerus diejek oleh teman-temannya maka anak tersebut akan menjadi pemarah, mudah tersinggung. Belajar mengekspresikan emosi sesuai keadaan juga dapat mempengaruhi perkembangan emosi dimana anak dengan cara melihat dan meniru temannya jika saat diejek oleh temannya mengekspresikan rasa marah, jika mendapat nilai bagus mengekspresikan rasa senang, begitu
pula saat merasakan perasaan perasaan yang lain. Ungkapan kemarahan terhadap anak dengan kekerasan yang bersifat verbal didasari atau tidak, sengaja atau tidak sengaja dapat menimbulkan luka batin pada anak yang mengalaminya. Mungkin dalam prakteknya, ancamanancaman atau bentakan dari orang tua terhadap anaknya merupakan senjata yang ampuh untuk kepatuhan anaknya, mungkin sang anak sangat turut dengan apa yang dikatakan orang tuanya namun apabila hal ini terus terjadi pada anak dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan emosi anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa pendapat Soetjiningsih (2013), kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun psikologis Namun, verbal abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan. Pada anak yang mengalami verbal abuse mengalami hambatan perkembangan emosi, anak menjadi lebih sering mengurung diri sendiri, anak akan diliputi kesedihan, rasa takut, kurang percaya diri dan anak menjadi agresif atau pemarah sehingga menyebabkan perkembangan emosi anak menjadi terganggu dan cenderung menggunakan kata-kata kasar kepada temannya. Dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh 54 anak usia sekolah di SD N Genuk 01 didapatkan hasil 3 anak (5,5%) dengan 2 anak mengalami verbal abuse kategori tinggi tetapi perkembangan emosinya baik sedangkan 1 anak mengalami verbal abuse kategori rendah tetapi perkembangan emosi anak tersebut kurang. Ini membuktikan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dengan keadaan nyata. Dari hasil penelitian ini bisa di jelaskan kesenjangan ini terjadi pada
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
7
anak yang mengalami kekerasan verbal dalam kategori rendah tetapi perkembangan emosinya kurang ini bisa disebabkan karena adanya hambatanhambatan dalam proses perkembangan seperti anak yang tidak pernah dimarahi atau mendapat kekerasan verbal dari orang tuanya sehingga kurang peka terhadap perasaan emosionalnya, tidak pernah menghadapi konflik-konflik dalam proses perkembangan juga dapat mengganggu proses kematangan emosionalnya. Tetapi anak yang mengalami verbal abuse tinggi namun perkembangan emosinya baik ini bisa disebabkan karena anak tersebut sudah belajar dari pengalaman-pengalaman yang dialami saat mendapat kekerasan verbal mampu mengekspresikan rasa marah, senang, sedih sehingga perkembangan menjadi baik dan sudah mampu membedakan bahwa kata-kata kasar yang diucapkan orang tuanya bukan karena rasa tidak sayang atau rasa frustasi tetapi karena demi kebaikan anak tersebut dan juga demi masa depannya. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari penelitian ini memiliki banyak keterbatasanketerbatasan. Walaupun peneliti sudah berusaha menekan sekecil mungkin halhal yang bisa membuat bias hasil penelitian ini, namun masih banyak kekurangan atau keterbatasan yang tidak bisa dikontrol seperti : faktorfaktor lain yang mempengaruhi perkembangan emosi antara lain: pergaulan, keadaan individu, faktor belajar, keadaan responden saat mengisi kuesioner. KESIMPULAN Sebagian besar anak usia sekolah di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang mengalami verbal abuse
kategori sedang yaitu sejumlah 30 anak (55,6%). Sebagian besar anak usia sekolah di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang mengalami perkembangan kategori baik yaitu sejumlah 24 anak (44%). Ada hubungan signifikasi antara verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value = 0,001 ≤ α (0,05) dan nilai τ = -0,448 bertanda negatif yang artinya semakin tinggi verbal abuse maka semakin kurang perkembangan emosi anak begitu pula sebaliknya. Kekuatan hubungan dalam kategori sedang. SARAN Perlu ditingkatkan penelitian lebih lanjut baik untuk verbal abuse ataupun perkembangan emosi anak dengan meneliti faktor-faktor pemicu verbal abuse dan perkembangan emosi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang baik sehingga orang tua tidak lagi mengatakan kata-kata yang tidak pantas pada anaknya agar orang tua tidak melakukan verbal abuse dalam mengasuh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA Ali Nugraha & Yeni Rachmawati. 2008. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka. Axton Sharon, Terry Fugate. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Berk, Laura E. 2004. Infants, Children, and Adolescents. USA: Pearson Education.
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
8
Dewi, Rizki Cintya dkk. 2015. Teori dan Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika. Djiwandono. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo. Goleman, Daniel (terjemahan Hermaya). 2000. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Hidayat. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : EGC Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya. Edisi 1. Jakarta : Prenadamedia Group. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Papalia, Diane E, dkk. 2010. Human Development ( Psikologi Perkembangan). Jakarta : Kencana. Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Presekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Setyawan, Davit. 2015. KPAI: Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat.
http://www.kpai.go.id/berita/kpaipelaku-kekerasan-terhadap-anaktiap-tahun-meningkat/. (Diakses pada 8 Oktober 2015). Siswanto. 2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Edisi 1. Yogyakarta : ANDI. Soekresno, Emmy. 2007. Mengenali Dan Mencegah Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak. Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia. www.kpai.co.id. Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Edisi 1. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sunarto, H dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sunaryo. 2004. Psikologi. Jakarta : EGC. Wong, Donna L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yusuf, Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Zuriah, Nurul. 2009. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hubungan Verbal Abuse Dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang
9