1 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG Shopia Damayanti Program StudiIlmuGizi, FakultasIlmu-IlmuKesehatan, UniversitasEsaUnggul
[email protected] ABSTRAK Skripsi ini terdiri dari 6 BAB, 68 Halaman, 4 tabel, 25 Gambar, 7 Lampiran Latar Belakang : Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan rumah sakit yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan lain. Kegiatan penyelengaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang aman dan bermutu secara pelayakan yang layak bagi pasien. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan variasi menu dan besar porsi terhadap sisa makanan dan tingkat kepuasan pasien pada makanan lunak di rumah umum daerah Cengkareng. Sampel penelitian : Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan makanan lunak. Metode : Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposif random sampling. Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus G–Power, besar sampel dalam penelitian ini adalah 111 sampel tetapi jumlah sampel yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 86 sampel. Hasil uji statistik menggunakan korelasi Pearson. Hasil Penelitian : ada hubungan yang signifikan antara variasi menu dan sisa lauk hewani, lauk nabati dan sayur, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara variasi menu dan sisa makanan pokok, tingkat kepuasan. Ada hubungan yang signifikan antara besar porsi lauk hewani dan sisa lauk hewani, besar porsi lauk nabati dan sisa lauk nabati, besar porsi sayur dan sisa sayur serta besar porsi sayur dan tingkat kepuasan, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara besar porsi makanan pokok den sisa makanan pokok, besar porsi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan tingkat kepuasan. Daftar Bacaan : 24 (1992-2013) Kata Kunci : Variasi Menu, Besar Porsi, Sisa Makanan, Tingkat Kepuasan.
2 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
PENDAHULUAN Menurut Permenkes RI No. 147 tahun 2010, rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Menurut Depkes RI (2007), klasifikasi rumah sakit di indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, diantaranya Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Rumah Sakit Khusus (RSK). Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan rumah sakit yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan lain. Kegiatan penyelengaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang aman dan bermutu secara pelayakan yang layak bagi pasien. Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap gizi pasien (Depkes RI 2006). Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan selera cita rasa pasien akan dapat mempertahankan atau memperbaiki status gizi yang optimal dan membantu mempercepat proses penyembuhan (Krisnamuri, 2007). Salah satu cita yang menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit adalah penilaian masyarakat terhadap mutu makanan yang disajikan. Upaya untuk meningkatkan mutu makanan di rumah sakit telah dilakukan, namun dijumpai adanya ketidakpuasan pasien terhadap makanan yang disajikan (Metiara, 2013). 1 Kualitas penyelenggaraan makan diorientasikan kepada kepuasan pasien
dengan memperhatikan berbagai hal antara lain penampilan makanan, cita rasa makanan, kebutuhan alat, ketepatan waktu dalam menghidangkan makanan serta sikap dan perilaku petugas dalam menghidangkan makanan yang secara langsung ataupun tidak langsung bisa mempengaruhi selera makanan pasien (Niluh, 2015). Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang pelanggan atau pasien) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine,2008). Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan sering dikaitkan dengan adanya sisa makanan. Sisa makanan menunjukkan adanya pemberian makanan yang kurang optimal, sehingga sisa makanan merupakan salah satu indikator yang sederhana yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit (Kemenkes RI, 2013). Setiap proses dalam penyelengaraan makanan sangat dipengaruhi jumlah dan standar porsi yang akan dihasilkan. Pembelian bahan makanan harus benar, menurut Suyatno (2010), pembelian bahan makanan harus disesuaikan dengan menu, jumlah dan standar porsi yang direncanakan. Selain itu penyimpanan bahan makanan, proses, persiapan, pemasakan dan penyajian harus tepat agar tidak mengurangi jumlah bahan makanan yang digunakan. Peraturan pemberian makanan Rumah Sakit (PPMRS) adalah suatu pedoman yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai salah satu acuan dalam memberikan pelayanan gizi pada pasien dan karyawan yang membuat : pola makan sehari, nilai gizi yang mengacu pada buku penuntun diet, standar makanan, jenis konsumen yang dilayani. Peraturan memberikan makanan RS ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan rumah sakit (PGRS, 2007).
3 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
Standar makanan umum rumah sakit terdiri dari makanan biasa, makanan lunak, makanan saring dan makanan cair. Dalam upaya penyelenggaraan makanan termasuk makanan lunak pada kenyataannya masih dijumpai keluhan pasien tentang makanan yang disajikan. Dari hasil penelitian daya terima makanan lunak pada pasien kelas III yang dilakukan oleh instalasi gizi RSUP Persahabatan pada tahun 2010 menunjukkan 35 persen dari 100 orang tidak dapat menghabiskan makanannya, dengan rata-rata sisa makanan sebanyak 40 persen. Penelitian Harvie (2011) menunjukkan sisa makanan pokok lebih dari 20 persen pada setiap waktu makan. Hasil penelitian oleh Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November dan Desember 2009 didapatkan informasi bahwa rata – rata sisa makanan pasien dewasa sebesar 28,045%, sisa makanan lunak yang tidak termakan sebesar43%. (Instalasi Gizi RSHS, 2009). Penelitian thesis tahun 2011 yang dilakukanterhadap 91 pasien dewasa di ruang rawat inap Instalasi Gizi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, didapatkan bahwa sisa makanan lunak sebesar 31,2%.(Munawar, 2011). Hasil ini lebih tinggi dari indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang disyaratkan untuk pelayanan gizi rumah sakit yaitu sisa makanan < 20% (Depkes RI, 2007). Berdasarkan penelitian terdapat 40% dari 171 rumah sakit pemerintah yang ada di Indonesia, menyatakan bahwa makanan yang disediakan tidak memenuhi kecukupan gizi. Penelitian lain menyebutkan dari 10 rumah sakit di DKI Jakarta, sebanyak 797 pasien menyatakan mutu makanan yang disajikan kurang baik. Mutu makanan meliputi aspek rupa, besar porsi, rasa, keempukkan dan suhu (Soegih, 1998). Penelitian Ariefuddin (2007) membuktikan bahwa ada hubungan antara
ketidaksesuaian terhadap standar porsi makanan lunak rumah sakit dengan sisa makanan terutama makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur.Menurut Dian (2012) mengatakan bahwa responden yang berpendapat besar porsi makanan tidak sesuai mempunyai peluang menyisakan makanan 4.6 kali dibanding yang berpendapat sesuai. Hasil penelitian Umi Azizzah (2005) pada pasien rawat inap non diet di RSUD Banjarnegara, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara besar porsi dengan sisa makanan dan rasa makanan dengan sisa makanan dan tingkat kepuasan. Irfany Anwar, dkk (2012) mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variasi menu dengan sisa makanan, hal ini sama dengan penelitian Murni 27,3 persen responden mengatakan penampilan hidangan telur tidak menarik. Dalam profil instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng, tahun 2015 dijelaskan bahwa rata-rata daya terima makanansebesar 78% (Data Instalasi gizi RSUD Cengkareng) pasien menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah yang berhubungan dengancita rasa makanan yaitu warna, porsi, penyajian, aroma dan suhu makanan yang merupakan dasar penerimaan atau daya terima makanan pasein yang kurang. Hasil penelitian yangdilakukan di RS di DKI Jakarta terhadap 797pasien yang penyakitnya tidak berat, 43,2% pasien menyatakan pendapatnya kurang baik terhadap mutu makanan yang disajikan (meliputi aspekrupa, besar porsi, rasa, keempukan, dan suhumakanan). 16,3% pasien menyatakan kurang puas terhadap porsi makanan, utamanya sayur yang porsinya terlalu sedikit.
4 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasional dengan pendekatan cross sectional (Notoadmodjo, 2005). Dimana pengukuran terhadap variabel independen yaitu variasi menu dan besar porsi. Variabel dependen sisa makanan dan tingkat kepuasan pasien yang terjadi pada objek diukur atau dikumpulkam secara bersamaan. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan makanan lunak nerdasarkan kriteria inklusi. Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus G–Power, besar sampel dalam penelitian ini adalah 111 sampel tetapi jumlah sampel yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 86 sampel. Tempat penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti denggan
menggunakan form kuesioner yang telah ditetapkan dan penimbangan makanan. Data sekunder didapat dari data survei awal. Analis yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen variasi menu dan besar porsi dengan variabel dependen sisa makanan dan tingkat kepuasan. Analisis ini berguna untuk mengetahui hubungan yang signifikasn dan tidak signifikan antara variasi menu dan besar porsi dengan sisa makanan dan tingkat kepuasan pasien dengan makanan lunak di RSUD Cengkareng. Adapun analisis bivariat yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. HASIL PENELITIAN Setelah data terkumpul kemudian data diolah dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat uji Korelasi Pearson Product Moment, Adapun hasil penelitiannya adalah :
A. Hubungan Variasi Menu dan Sisa Makanan Variabel Variasi menu dan sisa makanan pokok Variasi menu dan sisa lauk hewani Variasi menu dan sisa lauk nabati Variasi menu dan sisa sayur Variasi menu dan tingkat kepuasan
R 0,08 0,131 0,312 0,302 -0,066
p 0,464 0,00 0,004 0,005 0,543
*r = 0,51 sampai dengan +1, berarti terdapat hubungan korelasi kuat positif **p < 0,05 terdapat hubungan positif, p > tidak terdapat hubungan positif
B. Hubungan Variasi Menu dan Tingkat Kepuasan Variabel Variasi menu dan tingkat kepuasan
R 0,08
p 0,464
*r = 0,51 sampai dengan +1, berarti terdapat hubungan korelasi kuat positif **p < 0,05 terdapat hubungan positif, p > tidak terdapat hubungan positif
C. Hubungan Besar Porsi dan Sisa Makanan Variabel Besar porsi makanan pokok dan sisa makanan pokok Besar porsi lauk hewani dan sisa lauk hewani Besar porsi lauk nabati dan sisa lauk nabati Besar porsi sayur dan sisa sayur
R 0,000 0,235 0,140 0,225
*r = 0,51 sampai dengan +1, berarti terdapat hubungan korelasi kuat positif
p 0,996 0,03 0,019 0,03
5 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
**p < 0,05 terdapat hubungan positif, p > tidak terdapat hubungan positif
D. Hubungan Besar Porsi dan Tingkat Kepuasan Variabel Besar porsi makanan pokok dan tingkat kepuasan Besar porsi lauk hewani dan tingkat kepuasan Besar porsi lauk nabati dan tingkat kepuasan Besar porsi sayur dan tingkat kepuasan
R -0,024 -0,074 0,072 -0,036
p 0,824 0,497 0,508 0,001
*r = 0,51 sampai dengan +1, berarti terdapat hubungan korelasi kuat positif **p < 0,05 terdapat hubungan positif, p > tidak terdapat hubungan positif
PEMBAHASAN A. Hubungan Variasi Menu dan Sisa Makanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variasi menu dan sisa makanan pokok (Gambar 4.11) hal ini dikarenakan menu makanan pokok yang disajikan untuk makanan lunak di RSUD Cengkareng hanya bubur untuk makan pagi serta nasi tim untuk makan siang dan malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variasi menu dan sisa lauk hewani (Gambar 4.12), variasi menu dan sisal auk nabati (Gambar 4.13) serta variasi menu dan sisa sayur (Gambar 4.14). Dalam penelitian ini untuk menu lauk hewani, nabati dan sayur sudah bervariasi. Dikatakan bervariasi dalam bentuk hasil olahannya yang selalu berganti setiap hari dam 10 siklus menu, sehingga pasien menyukai makanan yang di hidangkan. Contohnya pada menu oseng tahu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh R.Purba (2011) yang menyatakan ada hubungan variasi makanan terhadap tingkat kepuasan pasien. Di jelaskan bahwa pasien yang menilai variasi makanan baik dengan tingkat kepuasan kategori puas yaitu 82,3% (51 orang). Hasil penelitian menyebutkan bahwa jika variasi menu baik maka akan lebih banyak pasien yang merasa puas serta meminimalkan sisa makanan.
B. Hubungan Variasi Menu dan Tingkat Kepuasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variasi menu dan tingkat kepuasan (Gambar 4.15). Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu cara penyajian makanan, ketepatan waktu penyajian dan cara penyajian terhadap tingkat kepuasan pasien. Selain itu faktor kemungkinan lain yaitu pasien yang di rawat inap cukup lama sehingga variasi menu yang sudah biasa, sehingga tidak mempengaruhi tingkat kepuasan. Berdasarkan masukan atau komentar responden rasa yang disajikan cukup hanya saja variasi penampilan kurang menarik. Pada penelitian ini secara keseluruhan pasien merasa puas dengan makanan yang dihidangkan kepada pasien. C. Hubungan Besar Porsi dan Sisa Makanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar porsi makanan pokok dan sisa makanan pokok (Gambar 4.16). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ifrani Anwar (2007) yang mengatakan bahwa Alasan terbanyak makanan pokok tidak dihabiskan asdalah porsi yang terlalu besar, kenyang, dan malas makan. Responden yang mengatakan kenyang ternyata juga mengkonsumsi makanan lain selain yang diberikan rumah sakit. Dari hasil pengamatan besar porsi hidangan di ketiga rumah sakit sudah sesuai dengan yang ditetapkan rumah sakit. Namun
6 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
demikian besar porsi belum mengantisipasi kemampuan pasien menghabiskan hidangan yang disajikan, sehingga makanan yang disajikan banyak yang terbuang. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara besar porsi lauk hewani dan sisal auk hewani (Gambar 4.17), besar porsi lauk nabati dan sisal auk nabati (Gambar 4.18) serta besar porsi sayur dan sisa sayur (Gambar 4.19). Penelitian ini sejalan dengan Ariefuddin (2007) bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketidaksesuaian porsi makan dengan sisa makanan pasien. Begitu juga menurut Puccket (2004) menyatakan besar porsi dapat mempengaruhi penampilan, karakteristik konsumen pada makanan sehingga apabila porsi terlalu besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi daya terima. Besar porsi yang di telaah pada penelitiaan ini meliputi porsi makanan pokok yaitu nasi tim dan bubur, porsi lauk hewani, porsi nabati dan porsi sayuran. Dalam penelitian ini diketahui bahwa seluruh aspek yang di kaji tersebut tidak sesuai dengan standar porsi yang terdapat di standar rumah sakit. Namun hal ini dikarenakan penyajian porsi tersebut disesuaikan dengan daya terima pasien terhadap makanan yang di sajikan. Untuk nasi tim 200 gr, lauk hewani 50 gr, sayur 100 gr, lauk nabati 50 gr. Dari hasil data distribusi data besar porsi yang di berikan kepada pasien dibandingkan dengan sisa makanan pasien masih meninggalkan sisa makanan, padahal porsi yang diberikan sudah di kurangi, ini berarti apabila makanan pasien di berikan sesuai standar porsi yang sebenarnya makan akan berdampak pada sisa makanan pasien dalam jumlah banyak. Alasan pasien tidak menghabiskannya karena responden yang mengatakan kenyang ternyata juga mengkonsumsi makanan selain yang diberikan rumah sakit, selain itu faktor mual
dan pusing juga mempengaruhi asupan makan pasien. Menurut Renaningtyas (2004) bahwa pasien seharusnya menghabiskan seluruh makanan yang disajikan, hal ini karena makanan yang disajikan oleh instalasi gizi sudah memperhitungkan jumlah dan mutu gizinya agar penyembuhan dapat berjalan optimal. Salah satu keberhasilan suatu pelayanan gizi diruang rawat inap dievaluasi dengan pengamatan sisa makanan yang tidak dikonsumsi setelah makanan disajikan (Saipuloh, 1999). Untuk mengurangi terjadi sisa makanan perlu diadakan pengawasan cita rasa yang dilakukan dengan menerapkan standar porsi dan standar bumbu agar memenuhi triguna makanan sebagai sumber tenaga, pengatur dan pembangun (Aritonang, 2012). D. Hubungan Besar Porsi dan Tingkat Kepuasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar porsi makanan pokok dan tingkat kepuasan (Gambar 4.20), besar porsi lauk hewani, dan besar porsi lauk hewani dan tingkat kepuasan (Gambar 4.21), porsi lauk nabati dan tingkat kepuasan (Gambar 4.22). Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan salah satunya kebiasaan dan pola makan pasien dirumah sebelum masuk rumah sakit. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara besar porsi sayur dan tingkat kepuasan (Gambar 4.23), hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dian berdhika yang mengatakan ada hubungan anatar besar porsi terhadap tingkat kepuasan pasien. Tingkat kepuasan yang di teliti meliputi kepuasan warna makanan, kepuasan aroma makanan, rasa makanan, serta tekstur dari makanan. Menurut Moehyi (1992) penampilan makanan merupakan penentu cita rasa makanan yang meliputi komponen warnna makanan, konsistensi makanan,
7 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
besar porsi dan cara penyajian makanan. Rasa makanan juga merupakan salah satu aspek utama cita rasa makanan yang terdiri dari aroma makanann, kesesuaian bumbubumbu, keempukan makanan, tingkat kematangan dan suhu makanan. Aspek ini sangat penting untuk diperhatiakn agar dapat menghasilkan makanan yang memuaskan pasien. DAFTAR PUSTAKA Ariefuddin, Muhammad Agus. Analisis sisa makanan lunak rumah sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system Outsourcing di RSUD Gunung Jati Kota Corebon. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Gizi dan Kesehatan) UGM. Almatsier,Sunita.2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi : Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Aritonang, Irianton.2012. Manajemen Sistem Pelayanan Gizi Sewakelola dan Jasaboga di Instalasi Gizi Rumah Sakit.Yogyakarta; Leutika. Azwar. A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya. Departemen Kesehatan RI, 2013, Buku pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Dirjen Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit khusus dan Swasta, Jakarta. Metiara. 2013. Tingkat Kepuasan Pasien dan Penyajian Menu di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Jurnal Skala Husada. Hartono. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta. Irena, Juandini, Hubungan Penilaian Penampilan dan Rasa Makanan Terhadap Daya Terima 3 Macam Resep Hidangan pada
Pasien di Ruang Rawat Inap RS Tk.II.03.05.01 Dustira Kota Cimahi Tahun 2010. Karya Ilmiah Program Studi D IV (Bandung : Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Bandung). Irfany. 2011. Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Lunak dan Analisis Sisa Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit di DKI Jakarta tahun 2011. KTI. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II. Kemenkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kemenkes RI : Jakarta Kemenkes RI. 2006. Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit. Kemenkes RI: Jakarta. Kemenkes R.I. 2007.Skrining Malnutrisi Kemenkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.jakarta. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kemenkes RI : Jakarta. Khairun Nida, 2011.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi. Program S1 Jurusan Gizi Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Krisnamuri, 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diit Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(2): 120-126 Maryati. 2000. Tata Laksana Makanan. Jakarta: Rineka Cipta. Moehyi,S. 2001. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga . Penerbit Bharata. Jakarta. Moehyi, S. Pengaruh Makanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit
8 Karya Tulis Ilmiah, 07 Juli 2014
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1999). Moehyi,S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga . Penerbit Bharata. Jakarta. Mukrie, A. N. 2003. Manajemen Sistem PenyelenggaraanMakanan Institusi. Jakarta :Depkes RI. Murni, Dewi. 2012. Hubungan karakteristik Sampel dan sisa makanan terhadap daya terima telor dalam menu makanan lunak pada pasien di RS Sukmul Medika Jakarta, tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah Gizi Poltekkes Jakarta II. Nida, Kairun.2011. Faktor-faktor yang Behubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Banjarbaru. Notoatmodjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta. PGRS.2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Depkes RI. jakarta. PGRS.2013.Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Depkes RI.jakarta. Prakoso, M. 1992. Sarana Fisik dan Peralatan Dapur di Rumah Sakit. Kumpulan Materi Penataran. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Puckett, RP, Food Service manual for healt care institutions Third edition, (San Francisco : American Hospital Association, 2004).
Renaningtyas, D. 2004. Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar Resep Lauk Nabati Tempe Terhadap Daya Terima Dan Persepsi Pasien Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 1(1): 47-50. Suyatno. 2010. Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi.