Hubungan Usia dan Paritas Dengan Kejadian Partus Prematurus Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2010 Martina Dewi Wijayanti Dr. Bagoes Widjanarko, MPH Ester Ratnaningsih, SST Abstract Aims (s) : This research has a purpose to know the relation of mother’s age and the parity with the event of preterm labor that happened at Panti Wilasa Citarum Semarang Hospital in 2010 Method : This research program was cross sectional. This research was done at Panti Wilasa Citarum Hospital by used sampling nonprobability technique that was by used the secondary data. The data analysis was done as univariat to know the distribution and the frequency and bivariat with chi square statistics test with 5 percent meaning degrees or (0,05) Result : From the result of the research showed that the event number of preterm labor at Panti Wilasa Citarum Hospital in 2010 that was 7,1 %. The statistics test showed that mother’s age didn’t have the meaning relation with the event of preterm labor (p value 0,983) and the parity didn’t have the meaning relation with the event of preterm labor (p value 0,767) Conclusion : There was no relation between mother’s age and the parity with the event of preterm labor.
Keywords
: mother’s age, the parity, preterm labor
Kerangka Pemikiran Kejadian partus prematur yang terjadi di tiap negara berbeda-beda. Di negara maju, misalnya di Eropa, angkanya sekitar 5-10%. Di USA, pada tahun 2000 sekitar satu dari sembilan bayi dilahirkan prematur (11,9%), dan di Australia kejadiannya sekitar 7%. Sedangkan di negara yang sedang berkembang angka kejadiannya masih jauh lebih tinggi, misalnya di India sekitar 30%, Afrika Selatan sekitar 15%, Sudan 31%, Malaysia 10% dan di Indonesia angka kejadian prematuritas nasional belum ada.(1) Menurut WHO, kurang lebih 13 juta bayi lahir prematur di dunia, dan lebih dari 1 juta dari bayi yang lahir
prematur meninggal setiap tahunnya.(2) Angka Kematian Bayi (AKB) menurut SDKI tahun 2007 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2009 menyebutkan angka kematian bayi 31 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian bayi tersebut antar lain karena infeksi, asfiksia neonaturum, trauma kelahiran, cacat bawaan dan prematuritas. Penyebab kematian bayi paling banyak adalah akibat prematuritas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi antara lain dari faktor ibu berupa pendidikan,
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
sosial-ekonomi, paritas, ANC kurang, kehamilan tidak diinginkan, dan hamil risiko tinggi. Sedangkan faktor bayi meliputi bayi lahir dari ibu risiko tinggi, BBLR, makrosomia, asfiksia, infeksi neonatal, trauma kelahiran, dan cacat kongenital.(3) Hasil SDKI tahun 2007 juga mengestimasikan AKB pada tingkat provinsi. Provinsi dengan AKB terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup, diikuti Aceh sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa Tengah sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1000 kelahiran hidup, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1000 kelahiran hidup dan Sulawesi Tenggara sebesar 60 per 1000 kelahiran hidup.(4) Untuk tahun 2009, berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah (SURKESDA) jumlah kematian bayi yang terjadi di kota Semarng sebanyak 449 dari 25.937 kelahiran hidup, sehingga didapatkan AKB 18,6 per 1000 kelahiran hidup.(5) Kejadian partus prematur yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu meningkatkan angka kematian bayi.(6,7,8,9,10) Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas bayi prematur masih sangat tinggi. Persalinan prematur yang terjadi akan melahirkan bayi yang mempunyai ketidakmatangan sistem organ tubuh seperti paru - paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan. Hal ini berakibat buruk untuk kelangsungan hidup bayi. ( 6,7,8) Persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian bayi. Kematian bayi umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Penyebab
dari partus prematur itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai peran dalam terjadinya partus prematur seperti faktor ibu, faktor janin dan plasenta ataupun faktor idiopatik / spontan yaitu sekitar 50 % penyebab persalinan prematur yang tidak diketahui sebabnya. (6,11) Menurut Astolfi dan Zonta mendapatkan 64 % peningkatan kejadian prematur pada populasi wanita Italia yang berusia 35 tahun atau lebih, terutama pada kehamilan pertama ( primi tua ) dan persalinan prematur lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.(12) Sedangkan menurut menurut sumber lain, penyebab dari partus prematur adalah karena gaya hidup ibu seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan kurang selama kehamilan dan penggunaan obat. Sedangkan faktor lainnya yang dikaitkan adalah umur ibu yang muda, perawakan pendek, faktor-faktor pekerjaan, stres psikologis dan infeksi.(13) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah kelahiran hidup pada periode Januari – November 2010 di dalam wilayah Kota Semarang terdapat 20.947 kelahiran hidup. Dan jumlah bayi yang lahir prematur adalah 53 jiwa (0,25 %). Sedangkan Angka Kematian Bayi menurut Dinas Kota Semarang pada tahun 2010 periode Januari – November 2010 terdapat 75 kasus, dimana penyebabnya adalah karena kelainan kongenital, BBLR, prematur, asfiksia, tetanus neonatorum, pneumonia dan lain-lain. Dari data tersebut diketahui jumlah kematian bayi karena prematuritas terdapat 25 kasus (33,33 %). (14) Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, jumlah persalinan yang terjadi pada tahun 2010 terdapat 1394 kasus di
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
mana terdapat 90 kasus(6,46% ) adalah partus prematur. ( 15 ) Dalam hal ini kita ketahui bahwa masih tingginya kejadian partus prematur yang terjadi pada usia kehamilan < 37 minggu, dan hal ini meningkatkan risiko kematian bayi
Keadaan ibu
Keadaan janin
akibat lahir prematur. Selain menyebabkan kematian, apabila bayi terus hidup tetap akan didera dengan berbagai morbiditas seperti kelainan dan infeksi.(16) Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor idiopatik
Faktor Iatrogenik
Partus Prematur
Faktor maternal
Faktor Sosio demografik
Faktor psiko-sosial Kecemasan dan depresi
Inkompetensi serviks Stres
Pernah mengalami partus prematur
Pekerjaan ibu
Interval kehamilan
Perilaku ibu Faktor demografi
Paritas
Usia ibu
Kehamilan multipel
Kondisi sosioekonomi
Infeksi Sumber :Krisnadi SR (2009) (12) Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik melalui pendekatan Cross Sectional. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah partus prematur. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah usia ibu dan paritas. Populasi dalam penelitian ini
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
adalah semua ibu bersalin yang mengalami partus prematur pada tahun 2010. Sampel yang digunakan adalah ibu bersalin yang mengalami partus prematur dan telah tercatat dalam rekam medik Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2010 pada bulan Januari – bulan Desember. Teknik sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling yaitu dengan pengambilan sampel jenuh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu dengan melakukan pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan dari register pasien yang mengalami partus prematur di ruang VK Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum tahun 2010 bulan Januari - Desember dengan menggunakan check list. Analisa univariat dilakukan dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari subyek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data non parametric dengan uji statistik yang digunakan Chi square dengan derajat kemaknaan 5 persen atau (0,05).(20) Hasil Penelitian KEJADIAN PARTUS PREMATURUS Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 1254 persalinan yang datanya lengkap. 1165 (92,9 %) ibu melahirkan pada usia aterm (> 37 minggu), dan terdapat 89 (7,1 %) ibu yang melahirkan prematur yang memenuhi kriteria inklusi yaitu terdapat data yang lengkap meliputi usia ibu dan paritas.
USIA IBU Dari 1254 ibu yang melahirkan pada tahun 2010, terdapat 170 (13,6 %) ibu yang mempunyai risiko dan sebanyak 1084 (86,4 %) ibu temasuk dalam usia tidak berisiko (usia 20 – 35 tahun). Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia responden secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 4.2 Distribusi frekuensi reponden berdasarkan usia ibu. Dari 89 ibu yang mengalami partus prematur terdapat 12 ibu (13,5 %) yang usianya >35 tahun dan terdapat 77 ibu (86,5 %) dalam kategori usia reproduksi sehat/tidak berisiko (20 – 35 tahun). PARITAS Dari 1254 responden yang ada, terdapat 653 ibu (52,1 %) ibu yang mempunyai paritas yang berisiko, sedangkan 601 ibu (47,9 %) ibu yang mempunyai paritas tidak berisiko. Dari 89 responden ibu yang mengalami partus prematur, ibu yang mempunyai paritas berisiko (paritas 1 dan >3) ada 45 ibu (50,6 %), dan yang mempunyai paritas tidak berisiko (paritas 2-3) ada 44 responden (49,4 %). Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu yang mengalami partus prematur berdasarkan paritas secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 4.5 ANALISA BIVARIAT Dalam penelitian ini analisa data untuk mencari adakah hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian partus prematur yaitu dengan menggunakan tabel 2 x2 sebagai berikut:
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
Tabel 1. Hubungan usia ibu dengan partus prematur Partus Usia Ibu
Usia berisiko Usia tidak berisiko X2 = 0,000
Total
Prematur N 12 77
Tidak prematur % N % 7,1% 158 92,9% 7,1% 1007 92,9% p value= 0,983
Bila dilihat dari hasil menunjukkan bahwa harga chi square (X2) hitung 0,000 sedangkan harga chi square (X2) tabel pada db= 2-1 : 1, pada taraf signifikansi 0,05 adalah 3,481, hal ini .
N 170 1084
% 100% 100% df=1
berarti bahwa Ho diterima (X2 hitung < X2 tabel dan nilai p value 0,983 sehingga p > 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian partus prematur
Tabel 2. Hubungan paritas dengan partus prematur Partus Paritas
Total
Prematur Tidak prematur N % N % Paritas berisiko 45 6,9% 608 93,1% Paritas tidak berisiko 44 7,3% 557 92,7% X2 = 0,088 p value= 0,767
Bila dilihat dari hasil menunjukkan bahwa harga chi square (X2) hitung 0,088 sedangkan harga chi square (X2) tabel pada db= 2-1 : 1, pada taraf signifikansi 0,05 adalah 3,481, hal ini berarti bahwa Ho diterima (X2 hitung < X2 dan nilai p value 0,767 sehingga p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian partus prematur. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 89 responden yang mengalami partus prematur, 86,5 % adalah usia reproduksi sehat (20-35 tahun) dan 13,5 % adalah usia berisiko (>35 tahun). Hal ini tidak sesuai teori dalam buku Prematuritas
N 653 601
% 100% 100% df=1
(Krisnadi SR , Effendi J. S, Pribadi Adhi, 2009) yang menyatakan bahwa usia ibu <16 tahun atau >35 tahun meningkat risikonya untuk mengalami partus prematur. Dalam hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian partus prematur karena nilai p > 0,05. Hal ini tidak sesuai dengan buku Ilmu kebidanan (Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, 2007) yang menyatakan bahwa umur ibu <20 tahun atau >35 tahun merupakan salah satu faktor predisposi terjadinya kelahiran prematur. Hal ini juga tidak sesuai dengan buku Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Saiffudin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH,
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
Waspodo D, 2006) yang menyatakan usia ibu <18 tahun atau >40 tahun merupakan salah satu faktor penyebab persalinan prematur. Kejadian partus prematur pada ibu dengan usia <20 tahun atau >35 tahun merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun sistem reproduksinya tidak siap dalam menerima kehamilan dan pada usia >35 tahun fungsi dari alat reproduksi sudah menurun sehingga akan mempengaruhi kehamilannya. Sedangkan kejadian partus prematur pada ibu dengan usia reproduksi sehat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor idiopatik yang apabila penyebab partus prematur tidak dapat diterangkan, faktor Iatrogenik yang apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan janin ataupun ibu sehingga menyebabkan persalinan prematur buatan, kemudian faktor sosio demografik seperti kecemasan, stress, pekerjaan ibu, perilaku ibu, ataupun kondisi sosio ekonomi, serta faktor maternal seperti inkompetensi serviks, pernah mengalami partus prematur, interval kehamilan, kehamilan multijanin, ataupun karena infeksi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 89 responden yang mengalami partus prematur, 50,6 % responden (45 ibu) adalah ibu yang mempunyai paritas berisiko (paritas 1 dan >3) dan 49,4 % responden (44 ibu) adalah ibu yang mempunyai paritas tidak berisiko (paritas 2-3). Hal
ini tidak sesuai dalam buku Ilmu Kebidanan (Wiknjosastro H, 2005) yang menyatakan bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Dalam hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian partus prematur karena nilai p > 0,05. Hal ini tidak sesuai dengan buku Prematuritas (Krisnadi SR, Effendi J. S, Pribadi Adhi, 2009) yang menyatakan bahwa penyebab partus prematur antara lain karena faktor maternal yang salah satunya adalah paritas. Hal ini juga tidak sesuai pada buku Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. (Notoatmodjo S, 2007) yang menyatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Kejadian partus prematur yang terjadi pada paritas tidak berisiko juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor idiopatik yang apabila penyebab partus prematur tidak dapat diterangkan, faktor Iatrogenik yang apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan janin ataupun ibu sehingga menyebabkan persalinan prematur buatan, kemudian faktor sosio demografik seperti kecemasan, stress, pekerjaan ibu, perilaku ibu, ataupun kondisi sosio ekonomi, serta faktor maternal seperti inkompetensi serviks, pernah mengalami partus prematur, interval kehamilan, kehamilan multijanin, ataupun karena infeksi.
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
Kesimpulan 1. Kejadian partus prematur di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang pada tahun 2010 (periode Januari – Desember 2010) adalah 89 kasus (7,1 %) dari 1254 persalinan. 2. Kejadian partus prematur di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum 3. Kejadian partus prematur di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum tahun 2010 (periode Januari – Desember 2010) berdasarkan paritas yaitu 50,6 % adalah ibu yang mempunyai paritas berisiko (paritas 1 dan >3) dan 49,4 % adalah ibu yang mempunyai paritas tidak berisiko (paritas 2-3). Saran 1. Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap kasus prematuritas sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut yang terjadi pada bayi yang lahir secara prematur. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang partus prematur dengan variabel yang berbeda seperti dari faktor maternal, faktor iatrogenik, ataupun faktor sosio demografik. Daftar Pustaka 1. Widjayanegara H. Aspek umum prematutitas. Dalam : Krisnadi SR, Effendi JS, Pribadi Adhi. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama ; 2009. H. 3-4. 2. Anonymous. 13 juta bayi di dunia lahir prematur. 2009. [Diakses tanggal 28 Mei 2011]. Didapat dari : http:/www.ayahbunda.co.id. 3. Purwaningsih W, Fatmawati S. Asuhan keperawatan maternitas.
tahun 2010 (periode Januari – Desember 2010) berdasarkan usia ibu yaitu sebagian besar (86,5 %) terjadi pada ibu yang berusia reproduksi sehat (20 – 35 tahun) dan 13,5 % terjadi pada usia yang berisiko (>35 tahun).
4. Usia ibu tidak mempunyai hubungan dengan kejadian partus prematur (X2 = 0,000 dan p value= 0,983). 5. Paritas tidak mempunyai hubungan dengan kejadian partus prematur (X2 = 0,088 dan p value= 0,767).
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Yogyakarta : Nuha Medika ; 2010. h. 92 Anonymous. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009. 2009 [Diakses tanggal 28 Mei 2011]. Didapat dari : http:/www.depkes.go.id Anonymous. Profil kesehatan kota Semarang tahun 2009. 2009 [Diakses tanggal 28 Mei 2011]. Didapat dari : http:/www.dinkeskotasemarang.go.id Krisnadi SR , Effendi J. S, Pribadi Adhi. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama ; 2009. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h.312-17. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga, cetakan kesembilan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka; 2007. h.771-83. Saiffudin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________
Sarwono Prawirohardjo ; 2006. h.300-5. 10. Rayburn WF, Carey JC. Obstetri dan ginekologi. Jakarta : Widya Medika ; 2001. h.74-9. 11. Lowdermilk DL. Persalinan dan kelahiran berisiko. Dalam : Bobak, Jensen. Keperawatan maternitas. Edisi keempat. Jakarta : EGC ; 2004. h.812-95 12. Krisnadi SR. Faktor risiko persalinan prematur. Dalam : Effendi JS, Pribadi Adhi. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama ; 2009. H. 43-55. 13. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstretri williams. Volume 1. Edisi 21. EGC : 2006. h.763-97. 14. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data kelahiran dan kematian bayi tahun 2010 15. Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Register Persalinan Ruang VK tahun 2010 16. Kliping Humas Unpad. Galamedia-20101003angkakematianbayiakibat kelahiranprematurmasihtinggi.pdf 17. Nur A, Etika R, Damanik SM, Indarso F, Harianto A. Pemberian surfaktan pada bayi prematur dengan respiratory distress syndrome. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK. Unair/RSUD Dr. Soetomo 18. Oxorn H, Forte WR. Ilmu kebidanan : Patologi & fisologi persalinan. Yogyakarta : ANDI ; 2010. h.581-602. 19. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat : ilmu dan seni. Jakarta : Rineka Cipta ; 2007. h. 20-4. 20. Setiawan A, Saryono. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2010.
21. Handono B. Mekanisme persalinan prematur. Dalam : Krisnadi SR, Effendi JS, Pribadi Adhi. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama ; 2009. H. 19-41. 22. Liu DTY, Lamont R. Persalinan prematur dan ketuban pecah dini pada masa persalinan prematur. Dalam : Liu DTY. Manual persalinan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC ; 2008. h.157-65. 23. Riwidikdo H. Statistik kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press; 2009
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011`____________________