HUBUNGAN USIA DAN ANEMIA TERHADAP KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD UNGARAN PADA BULAN MEI 2014 – MEI 2015 Mulya Cunda Ratu Reso*), Nova Hasani F.**), Zumrotul Choiriyah***) *) Alumnus Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Perdarahan adalah penyebab utama kematian maternal. Paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di berbagai negara disebabkan oleh perdarahan. Selain pedarahan karena abortus, perdarahan postpartum juga merupakan perdarahan yang dapat meningkatkan kematian Ibu. Faktor resiko terjadinya perdarahan adalah usia dan anemia. Usia <20 dan >35 tahun berisiko dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena kadar Hb yang kurang dapat mempengaruhi kerja otot rahim dan mengakibatkan gangguan kontraksi saat bersalin. Terdapat kesenjangan antara kasus dan teori dimana usia tidak berisiko lebih tinggi mengalami perdarahan postpartum dibandingkan usia berisiko (67,65%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan anemia terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan casecontrol. Sampel yang digunakan berjumlah 80 responden dan pengambilan data menggunakan data rekam medik. Analisis data pada penelitian ini menggunakan chisquare. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian perdarahan postpartum dengan nilai p value 0.014 lebih kecil dari α 0.05 dan nilai OR = 3.115. Terdapat hubungan yang bermakna antara anemia dengan kejadian perdarahan postpartum dengan nilai p value 0.024 lebih kecil dari α 0.05 dan nilai OR = 2.852 Berdasarkan hasil dari penelitian perlu adanya upaya preventif baik dari tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk mengurangi angka kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan postpartum dengan cara memberikan penyuluhan tentang usia yang baik untuk hamil, memonitoring dalam mengkonsumsi tablet Fe dan melakukan deteksi dini saat kehamilan. Kata Kunci
: perdarahan postpartum, usia dan anemia
1 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
ABSTRACT Hemorrhage is the leading cause of maternal death. At least a quarter of all maternal deaths in many countries are caused by bleeding. In addition to hemorrhage due to miscarriage, postpartum hemorrhage is hemorrhage that can also increase the maternal death. Hemorrhage risk factors are age and anemia. The age less than 20 and more than 35 can lead to postpartum hemorrhage because of immature reproductive organs. Anaemia in pregnant women can cause postpartum hemorrhage because hemoglobin levels are less able to affect the uterine muscle contractions and cause disruption during childbirth. Results of preliminary studies conducted in Ungaran Hospital showed a gap between the cases of postpartum hemorrhage with existing theories of postpartum hemorrhage. The purpose of this study was to determine the relationship between age and anemia on the incidence of postpartum hemorrhage in Ungaran Hospital. This research was correlational analytic research using casecontrol approach. Casecontrol approach is a retrospective approach by comparing cases and controls. The samples were 80 respondents and data collecting used medical record data. Analysis of the data in this study used chi-square. This research showed that there was relationship between age and pospartum hemorrhage, obtaining p value 0.014 less than α 0.05 and OR = 3.115. There was relationship between anemia and postpartum hemorrhage, obtaining p value 0.024 less than α 0.05 and OR = 2.852 Based on the results of the research need for preventive efforts from both health professionals and the public to reduce maternal deaths due to postpartum haemorrhage by providing counseling on a good age to get pregnant, monitored in consuming Fe tablet and early detection of pregnancy. Keywords
: postpartum hemorrhage, age and anemia PENDAHULUAN
Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO) karena Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. Kematian ibu terjadi disebabkan oleh hubungan yang tidak langsung atau langsung terhadap persalinan. WHO memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian ibu merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014) Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. AKI di Indonesia 214/100.000 kelahiran hidup, mengingat target pencapaian AKI di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, maka perlu upaya yang keras untuk mencapai target pada tahun 2015 tersebut (WHO, 2014). Sedangkan untuk
Provinsi Jawa Tengah menurut Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2014) Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah berjumlah 711/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian Ibu di Kabupaten Semarang 33 kasus. Kabupaten Semarang masuk ke dalam daftar 10 besar daerah dengan kematian ibu tertinggi tahun 2014 di Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2014). Penyebab angka kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama/macet (5%), emboli obstetri (3%), lain-lain (11%). Perdarahan menjadi penyebab utama kematian maternal. Terjadinya perdarahan postpartum disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang mengarahkan kepeluang lebih besar sebagai penyebab tidak langsung. Menurut Wiknjosastro (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum meliputi beberapa aspek seperti usia, paritas, umur kehamilan, riwayat operasi saesar, jenis persalinan, lokasi persalinan, riwayat penyakit, dan lain-lain. Usia mempunyai pengaruh terhadap
2 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah darah pada kala III dan IV. Risiko terjadinya perdarahan postpartum pada umur lebih dari 35 tahun. Kematian maternal akibat perdarahan postpartum lebih banyak pada umur lebih dari 35 tahun (Fauziyah, 2012). Kondisi Ibu pada saat hamil dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi saat persalinan. Menurut Manuaba (2001) Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan postpartum yang disebabkan karena atonia uteri. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ungaran didapatkan data bahwa usia ibu yang mengalami perdarahan postpartum sebagian besar berusia antara 2035 tahun yaitu sebanyak 23 (67,65%) dan ibu yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 3 (8,82%) serta ibu yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 8 (23.53%). Data juga menunjukkan ibu yang mengalami perdarahan postpartum yang disebabkan oleh anemia sebanyak 19 (55,88%) dan yang mengalami perdarahan postpartum tetapi tidak anemia sebanyak 15 (44,12%). Data diatas menunjukkan adanya kesenjangan antara kasus yang ada di RSUD Ungaran dengan teori tentang perdarahan postpartum. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara usia dan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran pada bulan Mei 2014 – Mei 2015?” Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan usia dan anemia terhadap perdarahan postpartum di RSUD Ungaran. 2. Tujuan khusus penelitian ini yaitu: a) Mengetahui gambaran usia ibu bersalin di RSUD Ungaran, b) Mengetahui gambaran anemia ibu bersalin di RSUD Ungaran, c)
Mengetahui gambaran perdarahan postpartum di RSUD Ungaran, d) Mengetahui hubungan usia terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran, e) Mengetahui hubungananemia terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya hubungan usia dan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum 2. Bagi RSUD Ungaran Sebagai masukan dan bahan pertimbangan RSUD Ungaran dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang Usia dan Anemia dengan kejadian perdarahan postpartum. 3. Bagi Institusi STIKES Ngudi Waluyo Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan usia dan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan casecontrol, yaitu pendekatan dengan studi retrospektif. Penelitian ini dilakukan di RSUD Ungaran pada bulan Agustus 2015 dengan populasi yang digunakan yaitu semua ibu bersalin. Sampel pada penelitian ini ada 40 sampel kasus (ibu yang mengalami perdarahan postpartum) dan 40 sampel kontrol (ibu yang tidak mengalami perdarahan postpartum). Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling untuk sampel kasus dan teknik proportionate stratified random sampling untuk sampel kontrol dengan menggunakan data sekunder atau data rekam medik. Analisis data yang digunakan adalah analisa univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan statistik korelasi dengan menggunakan Chi Square.
3 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
HASIL Analisis Univariat Tabel 4.1 Gambaran Frekuensi Responden yang mengalami Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014 – Mei 2015 Kategori Perdarahan f (%) Perdarahan Postpartum 58 13,3 Tidak Perdarahan Postpartum 378 86,7 Total 436 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil responden yang mengalami perdarahan postpartum sebanyak 58 responden (13,30%). Sedangkan dari 436 persalinan yang ada terdapat 378 responden (86,70%) mengalami persalinan normal. Tabel 4.2 Gambaran Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014 – Mei 2015 Tidak Perdarahan Postpartum Usia (Tahun) (Kontrol) f (%) f (%) < 20 dan >35 24 60,0 13 32,5 20 – 35 16 40,0 27 67,5 Total 40 100,0 40 100,0 Berdasarkan pada tabel 4.2 didapatkan kelompok usia berisiko (<20 dan >35 tahun) yang mengalami perdarahan postpartum sebanyak 24 (60%) responden, hal ini lebih tinggi dibandingkan kelompok responden dengan usia yang tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu 16 (40%). Pada kelompok responden yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan usia berisiko (<20 dan >35 tahun) yaitu sebanyak 13 (32.5%) responden namun hal ini lebih rendah dibandingkan pada responden yang memiliki usia tidak berisiko (20-35 tahun) dan tidak mengalami perdarahan postpartum yaitu sebanyak 27 (67,5%) responden Perdarahan Postpartum (Kasus)
Tabel 4.3 Gambaran Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014 – Mei 2015
Anemia
Perdarahan Postpartum (Kasus) f
(%)
Tidak Perdarahan Postpartum (Kontrol) f (%)
Anemia (Hb 22 55,0 12 30,0 <11gram%) Tidak Anemia (Hb 18 45,0 28 70,0 >11gram%) Total 40 100,0 40 100,0 Berdasarkan pada tabel 4.3 didapatkan kelompok responden yang mengalami perdarahan postpartum dengan kategori anemia terdapat sebanyak 22 (55%) responden, hal ini lebih besar terjadi pada responden yang tidak mengalami anemia namun mengalami perdarahan postpartum yaitu sebanyak 18 (45%) responden. Pada kelompok responden yang tidak perdarahan postpartum dengan anemia sebanyak 12 (30,0%) responden, hal ini lebih kecil dibandingkan responden yang tidak mengalami anemia dan tidak mengalami perdarahan postpartum yaitu sebanyak 28 (70%). Analisis Bivariat Hubungan Usia dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014-Mei 2015 Pada tabel 4.4 di bawah ini didapatkan hasil uji statistik chi square yaitu p value = 0,014 (p<0,05) artinya dapat disimpulkan ada hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan postpartum dan dari hasil analsis diperoleh nilai OR yaitu 3,115 artinya usia ibu <20 tahun dan >35 tahun memiliki tingkat risiko 3,115 kali lebih besar terhadap kejadian postpartum di RSUD Ungaran dibandingkan dengan kelompok usia ibu 20-35 tahun.
. 4 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
Tabel 4.4 Hubungan Usia dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014-Mei 2015 Perdarahan Postpartum Tidak Perdarahan (Kasus) Postpartum (Kontrol) Usia (Tahun) p value OR f (%) f (%) < 20 dan >35 24 60,0 13 32,5 0,014 3,115 20 – 35 16 40,0 27 67,5 Total 40 100,0 40 100,0 antara anemia dengan kejadian perdarahan Hubungan anemia dengan kejadian postpartum dan dari hasil analisis diperoleh perdarahan postpartum di RSUD Ungaran nilai OR yaitu 2,842 artinya ibu yang bulan Mei 2014 – Mei 2015 mengalami anemia memiliki tingkat risiko 2,842 kali lebih besar terhadap kejadian Pada tabel 4.5 didapatkan hasil uji statistik perdarahan postpartum di RSUD Ungaran chi square yaitu p value = 0,024 (p< 0,05) dibandingkan dengan ibu yang tidak artinya dapat disimpulkan ada hubungan mengalami anemia. Tabel 4.5 Hubungan Anemia dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Bulan Mei 2014 – Mei 2015 Perdarahan Tidak Perdarahan p value OR Postpartum (Kasus) Postpartum (Kontrol) Anemia f (%) f (%) Anemia (Hb <11gram%) 22 55,0 12 30,0 0,024 2,842 Tidak Anemia (Hb 18 45,0 28 70,0 >11gram%) Total 40 100,0 40 100,0 tidak baik, antara lain ibu yang terlalu sering melahirkan (Krisnadi, 2004). Dari hasil PEMBAHASAN penelitian menunjukkan bahwa sebagian Analisis Univariat besar ibu mengalami perdaraan postpartum Gambaran frekuensi responden yang sekunder hal ini dikarenakan pada adanya mengalami perdarahan postpartum di beberapa faktor yang sering menjadi RSUD Ungaran bulan Mei 2014 – Mei 2015 penyebab terjadinya perdarahan postpartum Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil sekunder, oleh karenanya perlu antisipasi dan responden yang mengalami perdarahan kewaspadaan yang tinggi dari penolong postpartum sebanyak 58 responden (13,30%), persalinan selama kala III dan kala IV, dari 58 responden yang mengalami terlebih lagi apabila yang mengalami perdarahan, perdarahan postpartum sekunder persalinan adalah ibu yang memiliki resiko lebih besar yaitu 23 (57,5%) responden untuk terjadinya perdarahan postpartum. dibandingkan responden yang mengalami perdarahan postpartum primer yaitu sebanyak Gambaran frekuensi responden 17 (42,5%) responden. berdasarkan usia terhadap kejadian Pada saat plasenta dilahirkan, maka perdarahan postpartum pada kelompok terbukalah pembuluh darah rahim yang kasus dan kontrol di RSUD Ungaran bulan tadinya melekat dengan plasenta. Otot Mei 2014 – Mei 2015 dinding rahim mempunyai keitimewaan Menurut peneliti ibu yang melahirkan anak dalam strukturnya sehingga pada saat pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 kontraksi, pembuluh tersebut dapat terjepit tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya dan terhentilah perdarahan. Ada ibu-ibu yang perdarahan postpartum yang mampu berisiko untuk mengalami kontraksi rahim mengakibatkan kematian pada ibu. Hal ini 5 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Hal ini sesuai dengan teori Winkjosastro (2005) yang mengatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 2029 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmin (2013) di RSUD Majene Kabupaten Majene juga menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum paling banyak terjadi pada wanita usia <20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 22 (43,1%). Gambaran frekuensi responden berdasarkan anemia terhadap kejadian perdarahan postpartum pada kelompok kasus dan kontrol di RSUD Ungaran bulan Mei 2014 – Mei 2015 Menurut peneliti pada penelitian ini responden yang mengalami anemia lebih banyak berisiko terhadap kejadian perdarahan, pada ibu yang anemia lebih banyak memiliki risiko dalam persalinannya, salah satunya perdarahan postpartum. Ibu yang mengalami anemia maka kadar Hb dalam darah akan berkurang, jika kadar Hb dalam dalam berkurang maka suplai oksigen dalam darah pun ikut berkurang hal ini mengakibatkan menurunnya energi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi otot dalam berkontraksi. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Winkjosastro (2005) bahwa anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmin (2013) di RSUD Majene Kabupaten Majene juga menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum paling banyak terjadi pada sampel yang mengalami anemia (Hb <11gram%) yaitu sebanyak 24 (47.1%). Analisis Bivariat Hubungan usia dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran bulan Mei 2014-Mei 2015 Pada penelitian ini sebagian besar ibu yang memiliki usia berisiko mengalami perdarahan postpartum (60%). Menurut peneliti hal ini terjadi karena ibu yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum yang mampu mengakibatkan kematian pada ibu. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang ibu belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang ibu sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Hal ini sesuai dengan teori Cunningham (2006) pada usia <20 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan pada usia muda organorgan reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal dan secara psikologis belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Sedangkan pada ibu yang tua, terutama pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun merupakan resiko tinggi pula untuk hamil karena akan menimbulkan komplikasi pada kehamilan dan merugikan perkembangan janin selama periode kandungan. Secara umum hal ini karena adanya kemunduran fungsi fisiologis dari sistem tubuh. Adanya hubungan usia ibu dengan kejadian perdarahan postpartum didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
6 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
oleh Cicilia (2008) di RS Panti Wilasa dr. Cipto Semarang juga menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum paling banyak terjadi pada wanita usia <20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 27 (52,9%). Apabila seorang ibu ingin memiliki kesehatan reproduksi yang baik sebaiknya harus menghindari 4T (4 terlalu), dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia sang ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia dibawah 20 tahun. Sedangan T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil diatas usia 35 tahun. Oleh karena usia berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) berpengaruh terhadap terjadinya perdarahan postpartum, maka setiap ibu hendaknya merencanakan kehamilannya pada usia tidak berisiko (20-35 tahun) sehingga memperkecil resiko terjadinya perdarahan postpartum. Hubungan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Ungaran bulan Mei 2014 – Mei 2015 Dalam penelitian ini pada ibu yang mengalami perdarahan sebagian besar mengalami anemia dalam kehamilan karena kadar Hb yang kurang mengakibatkan proses metabolisme energi menjadi terhambat karena kekurangan oksigen. Oksigen penting untuk segala jenis siklus yang ada dalam tubuh termasuk metabolisme energi dalam tubuh membuat otot berkontraksi secara maksimal. Apabila kontraksi otot uterus tidak adekuat, pembulh darah yang terbuka akibat sinussinus tempat penempelan plasenta tidak akan dapat tertutup, ini yang mengakibatkan perdarahan terus terjadi, sedangkan apabila perdarahan terus terjadi maka kadar Hb semakin meurun membuat semakin lemahnya kontraksi otot uterus atau bahkan tidak dapat berkontraksi lagi. Menurut Winkjosastro (2010), volume darah ibu hamil bertambah kurang lebih sampai 50% yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Bertambahnya sel darah merah masih kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Keadaan
ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan haemoglobin sampai <11gr%. Meningkatnya volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi haemoglobin sebagai protein pengangkut oksigen. Adanya hubungan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum pada penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rinawati (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan juga menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum paling banyak terjadi pada sampel yang mengalami anemia (Hb <11gram%) yaitu sebanyak 32 (88,9%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafnell (2010) di RSUD Rokan Hulu yang menyebutkan bahwa sampel yang mengalami anemia (Hb <11gram%) lebih banyak dibandingkan sampel yang tidak mengalami anemia (Hb >11gram%) yaitu sebanyak 58 (75,3%). PENUTUP Kesimpulan 1. Gambaran responden berdasarkan usia yang mengalami perdarahan postpartum, paling banyak terjadi pada kelompok usia <20 tahun >35 tahun yaitu 24 responden (60%), sedangkan untuk kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 16 responden (40%). 2. Gambaran responden berdasarkan kejadian anemia pada responden yang mengalami perdarahan postpartum, paling banyak terjadi pada kelompok responden yang mengalami anemia 22 responden (55%), sedangkan untuk kelompok yang tidak mengalami anemia sebanyak 18 responden (45%). 3. Ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian perdarahan postpartum dalam uji statistik didaptkan nilai p value 0,014 lebih kecil dari α 0,05. Sehingga hipotesis awal yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian perdarahan postpartum terbukti secara statistik (p value =0,028) serta memiliki tingkat resiko (OR) 3,115.
7 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015
4. Ada hubungan bermakna antara anemia dengan kejadian perdarahan postpartum dalam uji statistik didaptkan nilai p value 0,024 lebih kecil dari α 0,05. Sehingga hipotesis awal yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara anemia dengan kejadian perdarahan postpartum terbukti secara statistik (p value = 0,028) serta memiliki tingkat resiko (OR) 2,842. Saran 1. Bagi RSUD Ungaran Kepada petugas RSUD Ungaran khususnya pada bidang pelayanan KIA agar melakukan deteksi dini faktor resiko dari usia dan anemia pada ibu hamil agar dapat melakukan upaya preventif untuk meminimalkan terjadinya komplikasi pada persalinan seperti perdarahan postpartum, dengan cara memberikan penyuluhan tentang usia yang baik untuk hamil, memonitoring dalam mengkonsumsi tablet Fe dan melakukan deteksi dini saat kehamilan serta memberikan konseling saat ibu melakukan pemeriksaan anc ke tenaga kesehatan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan dan tetang persalinan. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian serupa dengan jumlah sampel dan variabel yang lebih banyak sehingga di harapkan memberikan hasil yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Cunningham, FG. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC [2] Dinkes Jateng, 2014. Angka Kematian Ibu Melahirkan Masih Tinggi. www.dinkesjatengprov.go.id/.Diakses tanggal 22 Januari 2014.
[3] Dina, Darmin. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Majane Kabupaten Majane. STIKES Bina Bangsa Majene. [4] Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Nuha medika. Yogyakarta [5] Krisnadi, Sofie Rifayani. 2004. Perdarahan Pascasalin. Available at : http://www.pikiranrakyat.com/cetak/1004/03/hikmah/keseha tan htm [6] Manuaba. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC [7] Ninik, Cicilia. 2009. Hubungan Antara Paritas Dan Umur Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RS. Panti Wilasa Tahun 2008. DIV Bidan Pendidik Politeknik Kesehatan Depkes Semarang. Semarang Sembiring, Rinawati. 2010. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUP H. Adam Malik Medan. DIII Kebidanan Mutiara Indonesia. Medan [8] Syafnell. 2010. Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perdarahan Postpartum Primer Di RSUD Rokan Hulu Tahun 2010. Riau [9] World Health Organization (WHO). 2014. WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank. Trends in maternal mortality: 1990 to 2013.Geneva: World Health Organization [10] Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono [11] Wuryanti, Ayu. 2010. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan Pospartum Karena Atonia Uteri di RSUD Wonogiri. DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
8 | Hubungan Usia Dan Anemia Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Ungaran Pada Bulan Mei 2014 – Mei 2015