HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN *Rizka Oktyaningrum **Priyanto, S.Kep, Umi Aniroh *Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ** Dosen STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Dengan melakukan perawatan infus, maka resiko untuk terjadi infeki dapat diminimalkan. Kejadian phlebitis akibat pemasangan infus dapat menimbulkan kerugian bagi banyak pihak terutama pasien itu sendiri.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kesesuaian antara ukuran dan letak pemasangan intravena kateter terhadap kejadian phlebitis di RSUD Ungaran. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan rawat inap di RSUD Ungaran selama 5 bulan terakhir yaitu sebanyak 3858 pasien. Tehnik pengambilan sampling menggunakan tehnik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden dalam kategori sesuai yaitu sebanyak 63 responden (73,3 %) dan letak pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden adalah pada vena metakarpal yaitu sebanyak 40 responden (46,5 %) serta sebagian besar responden mengalami kejadian phlebitis yaitu sebanyak 47 responden (54,7 %). Dari hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil ada hubungan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis dengan p value 0,008 dan ada hubungan antara letak pemasangan intravena catheter dengan kejadian phlebitis dengan p value 0,048 Diharapkan tim Pengendali infeksi Nosokomial RS dapat mengambil kebijakan mengenai intravena catheter dan lokasi pemasangan yang baik dalam pemasangan infus untuk mengurangi terjadinya phlebitis. Kata kunci : kesesuaian ukuran dan letak pemasangan kateter, phlebitis Kepustakaan : 31 kepustakaan (2001 -2014) The Correlation between Suitability of Size and Position of Intravenous Catheters to the Occurrence of Phlebitis at Ungaran Public Hospital ABSTRACT In the infusion treatment, the risk of infections can be minimized. The incidence of phlebitis due to infusion may cause harm to many parties, especially the patient itself. The purpose of this study was to find the correlation between
i
suitability of size and position of intravenous catheters to the occurrence of phlebitis at Ungaran Public Hospital. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The data were collected by using questionnaires. The population in this study was all patients undergoing inpatient care at Ungaran Public Hospital during the last five months as many as 3858 patients. The data sampling used purposive sampling technique with total samples of 86 respondents. The data were analyzed by using the chi-square test. Based on the results of this research, it was known that the intravenous catheter placement in the most respondents was in the category of suitable as many as 63 respondents (73.3%) and the location of intravenous catheter placement in most respondents was in the metacarpal vein as many as 40 respondents (46.5%) and most respondents suffered from phlebitis as many as 47 respondents (54.7%). The data analysis by using chi-square test indicated that there was a correlation between the suitability of size and position of intravenous catheters to the occurrence of phlebitis with p value of 0.008 and there was a correlation between the location of intravenous catheter placement and the incidence of phlebitis with p value of 0.048. The Nosocomial Infections Controller team of the hospital are expected to make a policy about intravenous catheter and the proper location of intravenous catheter placement to reduce the incidence of phlebitis. Keywords
: Suitability of size and position of intravenous catheter placement, Phlebitis Bibliographies : 31 (2001-2014) kejadian phlebitis karena terapi intravena dan ukuran catheter yang bisa digunakan adalah ukuran 16G warna abu-abu digunakan untuk orang dewasa, ukuran 18G warna hijau, dan 20G warna merah muda bisa digunakan untuk anak-anak dan dewasa, ukuran 22G warna biru digunakan untuk bayi anak dan dewasa (terutama untuk usia lanjut), ukuran 24G kuning dan 26G putih digunakan untuk neonatus, bayi dan anak.
Pendahuluan Lokasi pemasangan catheter intravena adalah tempat pemasangan catheter intravena berdasarkan anatomi ekstremitas atas yaitu vena perifer yang menjadi tempat pemasangan infus yaitu vena metakarpal dan vena sefalika. Kedua lokasi ini dapat memberikan kemudahan bagi perawat dalam pemasangan terapi intravena. Namun jika terjadi kesalahan dalam pemasangan catheter intravena akan menyebabkan kerusakan endotelium vena sehinnga jaringan vena akan terinflamasi yang akan mengakibatkan terjadinya phlebitis (Davey,2005) Ukuran catheter juga dapat mempengaruhi tingginya angka
Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Kelompok subyek yang diobservasi setelah dilakukan intervensi dengan
ii
menggunakan rancangan kohort prospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah tindakan yang dilakukan perawat dalam pemasangan intraven catheter di IGD RSUD Ungaran. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada bulan Januari 2016 di Ruang IGD dan Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran. Sampel penelitian menggunakan perhitungan rumus Slovin sejumlah 86 kasus pemasangan intravena catheter dengan teknik purposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi tentang ukuran catheter intravena dan letak pemasangan catheter intravena yang meliputi vena metakarpal, vena sefalika, vena basilika, dan vena mediana. Lembar observasi phlebitis yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan. Proses pengumpulan data dilakukan di Ruang IGD dan dilakukan pengamatan sampai dengan pasien berada di ruang rawat inap. Tim peneliti secara bergantian melakukan proses pengumpulan data dimulai dari mengamati ukuran catheter intravena yang digunakan dan letak pemasangan catheter intravena yang dilakukan di IGD, dan penilaian kejadian phlebitis dilakukan mulai hari pertama pemasangan intravena catheter sampai dengan hari ke 3 pada saat pasien berada diruang rawat inap. Uji analisis untuk mengetahui hubungan antara kesesuaian ukuran dan letak pemasangan intravena catheter terhadap kejadian phlebitis di RSUD ungaran menggunakan uji kai kuadrat (chi-square).
Hasil Penelitian a. Gambaran kesesuaian ukuran intravena catheter. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi kesesuaian ukuran intravena catheter di RSUD Ungaran Kesesuaian pemasangan Persentase Frekuensi intravena (%) kateter Tidak sesuai 23 26,7 Sesuai 63 73,3 Total 86 100,0 Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden dalam kategori sesuai yaitu sebanyak 63 responden (73,3 %) dan yang tidak sesuai sebanyak 23 responden (26,7%). b. Gambaran letak pemasangan intavena catheter Tabel 4.2 Distribusi frekuensi letak pemasangan intavena catheter Letak vena Vena metakarpal Vena sefalika Vena basilica Vena mediana Total
40
Persentase (%) 46,5
17
19,8
15
17,4
14
16,3
86
100,0
Frekuensi
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa letak pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden adalah pada vena metakarpal yaitu sebanyak 40 responden (46,5 %) dan sebagian
ii
kecil pada vena mediana yaitu sebanyak 14 responden (16,3 %). c. Gambaran kejadian flebitis Kejadian Persentase Frekuensi flebitis (%) Tidak terjadi 39 45,3 flebitis Terjadi 47 54,7 flebitis Total 86 100,0 Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 47 responden (54,7 %) dan sebagian kecil responden tidak mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 39 responden (45,3 %). . a. Hubungan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis Tabel 4.3 Tabulasi silang hubungan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis. Kesesuaian ukuran intravena catheter Tidak sesuai Sesuai Total
Kejadian flebitis p Tidak Total value terjadi Flebitis flebitis N % n % N % 5 21,7 18 78, 23 10 3 0 34 54,0 29 46, 63 10 0 0 39 45,3 47 54, 86 10 0,008 7 0
kejadian flebitis dan responden dengan kesesuaian ukuran intravena catheter dalam kategori sesuai sebagian besar tidak mengalami flebitis yaitu sebanyak 34 responden (54,0 %). Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,008. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis. b. Hubungan antara letak pemasangan intravena catheter dengan kejadian phlebitis
Vena metakarpal
Kejadian flebitis Tidak terjadi Terjadi flebitis flebitis N % N % 13 18,1 27 67,5
40
% 100
Vena sefalika
7
17
100
Vena basilika Vena mediana Total
9 10 39
Letak vena
41,2 60,0 71,4 45,3
10 58,8 6 4 4 7
40,0 28,6 54,7
Total N
15 14 86
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa, responden dengan letak vena metakarpal sebagian besar mengalami flebitis yaitu sebanyak 27 responden (67,5 %), responden dengan letak vena sefalika sebagian besar mengalami flebitis yaitu sebanyak 10 responden (58,8 %), responden dengan letak vena basilika sebagian besar tidak mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 9 responden (60,0 %) dan responden dengan letak vena mediana sebagian besar tidak mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 10 responden (71,4 %).
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa, sebagian besar responden dengan kesesuaian ukuran intravena catheter dalam kategori tidak sesuai yaitu sebanyak 18 responden (78,3 %) mengalami
iii
100 100 100
p value
0,048
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,048. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara letak pemasangan intravena catheter dengan kejadian phlebitis.
(2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan ukuran catheter dengan kejadian phlebitis. Pemilihan ukuran catheter sebaiknya dipilih sesuai dengan anatomi vena pasien. Kanula terdiri darimukuran 16-20 untuk pasien dewasa dengan variasi. Pada umumnya, pemilihan kanula dengan ukuran yang kecil seharusnya menjadi pilihan utama pada terapi pemasangan intravena untuk mencegah kerusakan pada vena intima dan memastikan darah mengalir disekitar kanula dengan adekuat untuk menurunkan resiko terjadinya phlebitis. Ukuran catheter intravena merupakan bentuk catheter yang digunakan untuk menusuk vena yang bertujuan untuk memasukkan cairan atau obat kedalam tubuh pasien, sehingga lebih cepat untuk bereaksi atau berespon di dalam tubuh. Ukuran catheter yang biasa digunakan pada pasien dewasa adalah ukuran 16-20. Apabila ukuran catheter tidak sesuai dengan ukuran vena pasien maka akan berisiko untuk terjadinya plebitis, sesuai dengan yang diungkapkan Pujasari dalam Darmawan (2008) Phlebitis mekanik terjadi cidera pada tunika intima vena, phlebitis mekanik berkenaan dengan pemilihan vena yang terlalu besar dibandingkan dengan ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol. b. Gambaran letak pemasangan intavena catheter a. Vena Metakarpal Hal ini disebabkan karena terapi yang diberikan atau obat yang dimasukkan melalui kanula
Pembahasan a. Gambaran kesesuaian ukuran intravena catheter. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara ukuran catether dan besar vena dalam pemasangan catheter pada sebagian besar responden. Kesesuaian pemasangan catheter dilihat dari ukuran dan besar vena dalam penelitian ini dikarenakan salah satunya tingkat pengetahuan dan ketrampilan perawat yang sudah sesuai dengan standar operasional prosedur yang diterapkan di RSUD Ungaran. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan masih banyak kejadian phlebitis pada pemasangan intravena catheter yang sudah sesuai, disebakan oleh teknik pemasangan yang kurang tepat, kurang memperhatikan teknik aseptik dan kesterilan dalam penggunaan alat. Hal ini sesuai dengan Darmawan 2008 yang menyatakan bahwa phlebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan catheter. Catheter yang dimasukkan pada daerah lekukan sering menghasilkan phlebitis mekanis. Ukuran catheter harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Yesi
iv
mengalami kendala. Hal ini sesuai dengan Darmawan 2008 yang mengatakan bahwa phlebitis jenis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan penempatan ukuran kanula, ukuran kanula yang terlalu besar dibandingkan dengan ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidka terkontrol. Phlebitis mekani terjadi cedera pada tunika intima vena. b. Vena Sefalika Kebanyakan penyebab dari phlebitis yang terjadi tersebut selain ditinjau dari kesalahan dalam pemasangan kateter intravene, phlebitis juga disebabkan oleh lamanya pemasangan kanula. Hal ini sesuai denga Kartono dan Yansyah dalam Darmawan (2008), mengenai lamanya penggunaan jarum terapi intravena harus digantu paling sedikit setiap 24jam, ganti lokasi vena yang ditusuk jarum terapi intravena setiap 48 jam. Secara teknis, lamanya penggunaan jarum kateter intravena tetap steril selama 48 jam sampai 72 jam, disamping itu juga teknik ini lebih menghemat biaya dan tidak meningkatkan resiko infeksi. c. Vena Basilika Penyebab dari phlebitis yang terjadi tersebut disebabkan oleh pasien yang melalukan aktivitas yang berlebihan atau pergerakan yang berlebihan karena gelisah sehingga menyebabkan fiksasi kanula yang menjadi tidak adekuat, ambulasi yang berlebihan terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol sehingga terjadi cidera pada tunika intima vena. Disamping itu pemberian terapinya pun
mempengaruhi terjadinya phlebitis, karena hal ini sesuai dengan Pujasari dalam Darmawan (2008) mengatakan bahwa phlebitis berkenaan dengan respon tunika intima terhadap osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan osmolaritas atau obat juga karena sifat kimia bahan kanula yang digunakan. Cairan apapun yang diberikan melalui kateter intravena merupakan senyawa kimia yang akan langsung masuk melalui peredaran darah, oleh karena itu respon tubuh akan lebih cepat terhadap reaksi terapi yang diberikan tersebut d. Vena Mediana Angka kejadian phlebitis pada vena ini memang sangat sedikit karena memang jarang perawat yang memasang pada vena mediana. Namun karena beberapa alasan yang mengharuskan perawat melakukan pemasangan infus di vena tersebut seperti apabila pada bagian distal sudah tidak bisa dilakukan pemasangan infus sehingga harus dipasang pada bagian vena mediana, dapat juga pada pasien yang harus di dehidrasi maka vena tersebut cocok untuk digunakan pada terapi intravena. Pasien juga pasti mengalami ketidaknyamanan apabila infus dipasang pada vena mediana karena dekat dengan siku dan dipasang pada tangan yang dominan sehingga mnyebabkan pasien sulit untuk melakukan aktivitas. Biasanya ketidaknyamanan yang timbul akibat pemasangan infus disebabkan karena lokasi pemasangan yang tidak sesuai,seperti jika infus dipasang di area persendian yang menyebabkan pasien sulit untuk bergerak, atau jika dipasang pada tangan yang dominan
v
sehingga mengganggu pasien untuk melakukan aktifitas. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsigliese (2008) yang meneliti tentang kenyamanan pasien yang dipasang infus berdasarkan lokasi pemasangan terhadap aktifitas perawatan diri dan tingkat nyeri pasien. Penelitian ini menggunakan konsep Orem’s Self-Care Deficit yang digunakan sebagai kerangka dalam menilai kenyamanan tersebut. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa pasien yang dipasang infus pada lengan tangan yang dominan dan lengan tangan non-dominan mendapatkan skor nyeri lebih tinggi dibanding pasien yang dipasang infus di punggung tangan baik tangan yang dominan maupun tangan yang tidak dominan.
oleh ukuran intravena catheter dan letak pemasangan intravena catheter. Berdasarkan observsi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa tingkat ketrampilan perawat dalam pemasangan dan pemilihan jenis serta ukuran katater sudah sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit sehingga hal tersebut memperkecil dan dapat menekan angka kejadian phebitis. Analisa Bivariat a. Hubungan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang diberikan intravena catheter yang sudah sesuai maupun yang belum sesuai sebagian besar responden tetap mengalami flebitis. Angka kejadian flebitis yang terjadi pada responden baik sudah diberikan pemasangan kateter yang sudah sesuai maupun yang belum sesuai khususnya dalam hal ukuran intravena dan besar vena tersebut menunjukkan bahwa masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap angka kejadian flebitis di RSUD Ungaran selain ketepatan ukuran intravena catheter. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kesesuaian ukuran intravena kateter dengan kejadian flebitis, terdapat beberapa responden dengan ukuran catheter yang sesuai tetapi masih mengalami kejadian fleblitis yaitu sebanyak 29 responden (46,0 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun kesesuaian ukuran intravena berhubungan dengan kejadian flebitis akan tetapi masih banyak terdapat faktor yang berpengaruh dengan kejadian flebitis sehingga dalam
c. Gambaran kejadian flebitis Phlebitis berarti peradangan vena. Phlebitis berat hampir selalu diikuti bekuan darah atau trombus pada vena yang sakit. Banyak faktor terlah dianggap terlibat dalam patogenesis phlebitis, antara lain: faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan, faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Faktor pasien yang dapat memperngaruhi angka phlebitis mencakup, usia, jenis kelamin dan kondisi dasar. Suatu penyebab yang sering luput perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan penggunaan filter (Darmawan, 2008). Kejadian flebitis dalam kategori mengalami flebitis pada sebagain besar responden di RSUD Ungaran salah satunya dipengaruhi
vi
hasil penelitian ini didapatkan data banyak responden dengan ukuran intravena sesuai tetapi tetap mengalami flebitis. Berdasarkan hasil penelitian dan asumsi peneliti diketahui bahwa kejadian tersebut dikarenakan letak pemasangan intravena yang salah ataupun karena aktivitas responden pada tempat pemasangan intravena sehingga menyebabkan flebitis. Aktivitas atau gerakan yang sering dilakukan oleh responden tersebut dikarenakan kemungkinanan besar karena ketidaknyamanan yang dirasakan oleh responden karena ketidaktepatan pada saat dilakukan pemasangan intravena. Ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat disebabkan karena area pemasangan yang tidak sesuai, misalnya infus yang dipasang pada tangan dominan. Akibatnya dapat mengganggu aktifitas self care. Hal ini terjadi karena tangan dominan lebih banyak melakukan aktifitas dibanding tangan yang tidak dominan. Adanya pergerakan tangan yang dipasang infus dapat menyebabkan terjadinya perubahan posisi kateter, jika fiksasi kateter kurang kuat. Akibatnya dapat menimbulkan pergeseran kateter, kebocoran, atau timbulnya sumbatan sehingga menyebabkan gangguan dalam pemberian terapi intravena. Faktor ini merupakan faktor yang meningkatkan risiko infeksi khususnya kejadian flebitis (Maki, 1992 dalam Marsigliese, 2008). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji ulang mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian plebitis sehingga hal tersebut dapat menekan angka kejadian flebitis yang sering
terjadi di banyak rumah sakit khususnya di RSUD Ungaran. b. Hubungan antara letak pemasangan intravena catheter dengan kejadian phlebitis Dalam penelitian ini masih terdapat perawat yang memasang intravena catheter pada vena mediana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena pasien harus mendapatkan cairan yang berlebihan akibat syok, maupun pasien yang sudah dipasang intravena catheter pada vena metakarpal, sefalika, basilika namun mengalami kendala seperti tetesan infus yang tidak lancar, pada bagian tersebut mengalami bengkak dan nyeri sehingga mengharuskan perawat memasang pada vena mediana. Namun vena mediana merupakan pilihan terakhir bagi perawat dalam pemasangan infus karena vena mediana kebanyakan digunakan untuk pengambilan sampel darah dan jarang sekali dilakukan pemasangan infus pada vena tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Rocca (2007) bahwa pemilihan lokasi penusukan yaitu vena yang akan digunakan untuk memasukkan jarum atau abocath juga mempengaruhi terjadinya kejadian phlebitis. Hal ini terjadi karena vena ekstremitas atas bagian distal mudah terjadi phlebitis sehingga pemasangan infus pada vena ekstremitas atas bagian distal jarang dilakukan karena untuk mengurangi resiko tinggi terjadi phlebitis. Menurut Steven & Anderson (2003) menyatakan bahwa banyak tempat yang dapat digunakan untuk terapi intravena. Tetapi kemudahan akses & potensi bahaya berbeda diantara
vii
tempat-tempat ini vena-vena ekstremitas atas paling sering digunakan karena vena ini relatif aman dan mudah dimasuki & sebaliknya pada vena ekstremitas bawah/vena-vena kaki sangat jarang digunakan kalaupun pernah digunakan karena resiko tinggi terjadi tromboemboli, dikarenakan bengkak pada pembuluh vena terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau terlalu ketat dan benar dan karena masuknya udara kedalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus kedalam pembuluh darah. Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median dan vena median lengan bawah. Kesimpulan 1. Pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden dalam kategori sesuai yaitu sebanyak 63 responden (73,3 %). 2. Letak pemasangan intravena catheter pada sebagian besar responden adalah pada vena metakarpal yaitu sebanyak 40 responden (46,5 %) dan sebagian kecil pada vena mediana yaitu sebanyak 14 responden (16,3 %).
3. Sebagian besar responden mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 47 responden (54,7 %) dan sebagian kecil responden yang tidak mengalami kejadian flebitis yaitu sebanyak 39 responden (45,3 %). 4. Ada hubungan yang signifikan antara kesesuaian ukuran intravena catheter dengan kejadian phlebitis dengan p value 0,008 5. Ada hubungan yang signifikan antara letak pemasangan intravena catheter dengan kejadian phlebitis dengan p value 0,048 Saran 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan kepada tim Pengendali infeksi Nosokomial RS, sehingga dapat menurunkan angka kejadian phlebitis. Dan dapat memberikan motivasi kepada tim agar dapat memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan SOP tindakan pemasangan infus dengan benar. 2. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam pemberian cairan intravena pada pasien sehingga dapat menekan angka kejadian plebitis. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dalam bangku kuliah ke dalam
viii
bentuk penelitian, khususnya yang berkaitan dengan kejadian phlebitis dan perlunya dilakukan penelitian lanjutan menganai kesesuaian ukuran kateter intravena dan letak pemasangan terhadap kejadian phlebitis dengan jumlah pasien yang lebih banyak dan dengan desain yang lebih baik. Ucapan Terima Kasih STIKES Ngudi Waluyo Ungaran; Direktur RSUD Ungaran, Kepala Ruang beserta tim perawat ruang IGD dan Rawat Inap RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Potter, P. A. 2010. Fundamental Keperawatan.Buku 3. Edisi 7. Salemba Medika. Jakarta La Rocca, Joanne. and Shirley E. Otto. 1998. Seri Pedoman Praktis Terapi Intravena. EGC: Jakart Smeltzer , C.S & Bare , B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bunner and Suddart. Vol.1 Edisi 8.Jakarta : EGC Turmudhi M dan Eti Rimawati . 2009 . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Phlebitis Pada Pasien Di Unit Rawat Inap di RS Roemani Semarang . Volume 8 . Jurnal Visikes Wayunah. 2011. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Dengan Kejadian Flebitis Dan Kenyamanan Pasien Diruang Rawat Inap RSUD Kab.Indramayu Yuda, 2010. Infus Cairan Intravena (macam-macam cairan infus
DAFTAR PUSTAKA Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial, Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika. Darmawan, Iyan.2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Phlebitis. Jakarta: Salemba Medika. Davey, P. 2005. Medicine at a Glance, Alih Bahasa Rahmalia. Jakarta : Erlangga. Infusion Nurses Society. 2006. Infusion Nursing Standar of Practice. J infus Nurs. Nursalam.(2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmukeperawatan, Edisi II.Jakarta :SalembaMedika. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarata :Rineka Cipta. Potter,P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4, Alih Bahasa Renata Komalasari. Jakarta : EGC.
ix
10