Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “peni” di kecamatan Gembong kabupaten Pati tahun 2001-2005
OLEH Yunita Purwaningsih K.7403032
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor kekuatan ekonomi tersebut adalah perusahaan Negara (BUMN), perusahaan swasta (BUMS), dan koperasi. Lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Pasal 1, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sering dipandang sebelah mata bahkan tidak jarang menjadi alternatif nomor sekian dari bentuk usaha ekonomi yang lainnya. Namun buktibukti kemudian menunjukkan betapa koperasi mampu muncul sebagai yang baik dan pilihan utama bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional yang membuat iklim asas ekonomi kekeluargaan mampu berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi, peran, dan prinsip koperasi yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya serta berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
2 Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal 33 UUD 1945, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 tidak lain adalah koperasi. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ” PENI ” Gembong adalah suatu badan usaha koperasi yang bertujuan 1untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggotanya. KPRI ini beranggotakan pegawai negeri di Kecamatan Gembong sebagai koperasi yang telah berbadan hukum. Koperasi pegawai negeri adalah koperasi golongan konsumen. Dalam perkembangannya, koperasi konsumen untuk memelihara kepentingan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Modal merupakan faktor utama dalam menunjang kegiataan operasional KPRI . Tujuan utama KPRI adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Seperti diuraikan dalam Undang-undang koperasi, bahwa sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanansimpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan dari Sisa Hasil Usaha yang merupakan kekayaan koperasi. Selain sumber modal tersebut, yang disebut juga sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula menambah modalnya yang berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman dan atau simpanan-simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula dalam sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah. Penyelenggaraan usaha koperasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan modal kerja, sebagaimana bentuk-bentuk perusahaan lainnya. Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu
3 berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu setelah tahun atau siklus kegiatan normal usaha. Dengan demikian yang diperhitungkan sebagai modal kerja adalah kas dan piutang. Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan. Kas dan piutang sebagai modal kerja selalu berputar untuk kegiatan operasional. Tingkat perputaran kas dan piutang digunakan untuk menilai kemampuan KPRI dalam mengelola kas dan piutang secara efisien. Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan. Sedangkan tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan pelunasan piutang menjadi kas kembali. Dengan demikian makin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang menunjukkan tingginya volume penjualan maka potensi Sisa Hasil Usaha yang diterima juga semakin besar. Program-program KPRI dapat terealisasi secara baik dengan diperolehnya Sisa Hasil Usaha yang besar. Sisa Hasil Usaha akan dialokasikan pada penambahan modal sendiri, cadangan dana sosial, alokasi dana lain serta dibagikan kepada anggota. Mengingat pentingnya SHU ini, maka pengurus KPRI dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan KPRI dalam memperoleh SHU yang tinggi. Kemampuan KPRI untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha ini disebut rentabilitas. Oleh karena itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana usahausaha untuk meningkatkan rentabilitas, karena rentabilitas bagi suatu badan usaha merupakan ukuran kesuksesan dan kemampuan menggunakan aktiva secara produktif. Rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Rentabilitas yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang
4 digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin bahwa perusahaan rendabel. Suatu perusahaan dikatakan rendabel bila perusahaan tersebut mampu beroperasi secara stabil. KPRI ” PENI ” tidak terlepas dari adanya peran kas dan piutang sebagai modal kerja dalam menjalankan usahanya. Modal kerja berputar dengan tingkat perputaran yang tinggi dan menghasilkan laba. Rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran prestasi keberhasilan pengelolaan badan usaha. Keberhasilan tersebut diukur dengan asumsi bagaimana kemampuan KPRI Peni dalam menggunakan modal yang dimilikinya dalam memperoleh laba. Posisi keuangan KPRI ”PENI” tiap periode mengalami fluktuasi baik menurun maupun meningkat, demikian pula khususnya perputaran kas dan piutang akan mengalami pasang surut sehingga mempengaruhi kinerja KPRI ”PENI” dalam peningkatan SHU dan tingkat rentabilitas ekonomi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ” PENI ” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Tahun 2001-2005”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Semakin lama periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat atau semakin rendah tingkat perputarannya. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja. Apakah kelebihan modal kerja ini disebabkan oleh rendahnya perputaran piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar? 2. Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar. Besarnya kas ini akan menaikkan tingkat likuiditas perusahaan, dengan demikian perusahaan akan
5 mengalami kerugian karena uang yang menganggur dalam perusahaan semakin besar. Apakah dengan semakin besarnya uang yang menganggur dalam perusahaan akan menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas perusahaan? 3. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba karena laba yang besar belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Maka bagiperusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Apakah perolehan laba yang besar akan mempengaruhi besarnya rentabilitas dalam perusahaan? 4. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi, di satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima ini akan mempengaruhi besarnya rentabilitas ekonomi. Apakah perputaran kas mempengaruhi rentabilitas ekonomi? 5. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi yang lain adalah meminimalkan biaya. Semakin tinggi laba yang diterima akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Apakah perputaran piutang mempengaruhi rentabilitas ekonomi? 6. Posisi keuangan KPRI ” PENI ” setiap periode yang mengalami fluktuasi baik menaik maupun menurun, khususnya perputaran kas dan piutang akan mengalami pasang surut. Apakah periode perputaran kas dan piutang akan mempengaruhi kinerja KPRI dalam meningkatkan SHU dan tingkat Rentabilitas Ekonomi?
6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah yang diteliti pada perputaran kas, perputaran piutang, dan rentabilitas ekonomi. 1. Perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Perputaran kas adalah ratio antara penjualan bersih dengan rata-rata kas. 2. Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam piutang dan berputar dalam suatu periode tertentu. Perputaran piutang merupakan tolok ukur dari penggunaan aktiva yang ditentukan dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. 3. Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
D. Perumusan Masalah Masalah merupakan setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005?
7 3. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian mengenai hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI “PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005 adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001–2005. 2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001–2005. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001–2005.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Bagi IPTEK, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang akuntansi yang berhubungan dengan tingkat perputaran kas dan piutang serta hubungannya dengan rentabilitas ekonomi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI “PENI” Gembong tahun 20012005
8 b. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang penerapan teori-teori manajemen keuangan serta analisa laporan keuangan yang telah diterima oleh penulis sewaktu di bangku kuliah dalam situasi dan kondisi yang berbeda di lapangan. c. Bagi KPRI “PENI”, penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat perputaran kas dan piutang dan hubungannya dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI “PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001–2005 sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas setiap periode akuntansi. BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kas a. Pengertian Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 33, kas adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Munawir (2001:14) mengemukakan “Kas adalah uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan”. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (1995: 61) mengemukakan bahwa, ”Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya”. Sedangkan Zaki Baridwan (2004:83) berpendapat bahwa “Kas merupakan alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi”. Termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang
9 dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank yang sewaktu-waktu dapat diambil. Kas merupakan aktiva yang paling lancar di dalam neraca, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar. Daya beli uang bisa berubah-ubah mungkin naik atau turun tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali tehadap kas.
b. Ciri-ciri Kas
8
Suyoto et al (1999: 1) menyatakan, “Ciri-ciri kas adalah dapat digunakan segera sebesar nilai nominalnya sehingga yang tidak dapat digunakan segera sebagai alat pembayaran dan tidak sesuai dengan nilai nominalnya tidak dapat digolongkan sebagai kas”. Kas mempunyai sifat aktif namun tidak produktif dan kas khususnya uang tunai tidak mempunyai identitas kepemilikan dan mempunyai sifat mudah untuk dipindahtangankan. Agar kas yang dimiliki perusahaan produktif dan akhirnya menghasilkan pendapatan, maka hendaknya kas jangan dibiarkan menganggur. Untuk itu, manajemen perlu merancang jumlah kas dalam perusahaan yang ideal dengan mempertimbangkan unsur produktivitas dan rentabilitas dari kas itu sendiri. Namun harus disadari bahwa perusahaan pun perlu memiliki kas ditangan sejumlah tertentu untuk menjaga likuiditas perusahaan, yaitu untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban perusahaan dalam jangka pendek. Dengan demikian, perusahaan harus menjaga keseimbangan persediaan kas, yaitu menentukan besarnya kas ditangan di dalam perusahaan yang dapat menjamin posisi likuiditas perusahaan, sekaligus juga memperhatikan unsur produktivitas dan rentabilitas.
c. Komposisi Kas Zaki Baridwan (2004: 84) berpendapat, “termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah
10 sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu”. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller’s checks, chashier’s checks, bank draft dan money order. Dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan “diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal”, sehingga elemen-elemen yang tidak diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dapat dikelompokkan dalam kas. Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang tetap termasuk dalam kas karena memenuhi batasan-batasan sebagai kas. Cek-cek yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak dikeluarkan dari kas. Kas kecil adalah uang yang disediakan untuk membayar pengeluaranpengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dana kas kecil diserahkan kepada seorang kasir kas kecil, yang akan mempertanggung jawabkan setiap pengeluaran. Pengisian dana kas kecil dapat dilakukan berdasarkan permintaan pemegang kas kecil jika dana kas kecil sudah menipis, atau dapat pula dilakukan secara periodik. Pengawasan kas dalam perusahaan perlu diterapkan prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas yaitu setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan langsung disetor ke bank. Untuk pengeluaran kas harus dengan cek terkecuali pengeluaran yang jumlahnya kecil dibiayai dengan dana kas kecil. Dari prosedur penerimaan dan pengeluaran kas dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus memiliki rekening giro. Rekening giro adalah uang yang disimpan di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Penerimaan dan pengeluaran melalui bank dicatat dalam perkiraan nama kas bank. Dokumen-dokumen transaksi yang berkaitan dengan kas bank antara lain adalah slip setoran dan cek.
d. Sumber dan Penggunaan Kas Kas merupakan aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Suatu perusahaan yang mempunyai
11 tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya overinvestment kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam pengelolaan kas. Menurut Munawir (1992: 158) mengemukakan bahwa: Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan penting dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannnya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau terusmenerus dan ada pula yang bersifat insidentil. Munawir (1992: 159) berpendapat bahwa sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal dari : 1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud; atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai. 5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga, atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. Penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksitransaksi antara lain pembelian saham atau obligasi, penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan, adanya pelunasan atau pembayaran hutang baik hutang jangka
12 panjang maupun jangka pendek, dan pembelian barang dagangan secara tunai. Selain itu pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak, dan denda-denda lainnya juga merupakan transaksi penggunaan dan pengeluaran kas.
e. Pengawasan Kas Kas sangat mudah untuk dipindahtangankan, sehingga kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Tanpa adanya pemisahan fungsi seperti diatas, kas akan mudah digelapkan. Perencanaan dan pengawasan terhadap kas harus menjadi perhatian serius manajemen perusahaan. Hal ini ditujukan untuk menjamin setiap pengeluaran kas telah sesuai dengan tujuan, semua uang yang seharusnya diterima benar-benar diterima, dan tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004: 85), ”Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau dari pinjaman”. Prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain : 1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. 2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan. 3. Diadakan pengawasan yan ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat, seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan. Beberapa prosedur pengawasan yang penting menurut Zaki Baridwan (2004: 85) adalah sebagai berikut : 1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaranpengeluaran kecil dibayar dengan kas kecil. 2. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.
13 3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti (dokumendokumen) yang lengkap atau dengan kata lain digunakan system voucher. 4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas, 5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. 6. Diharuskan membuat laporan kas harian.
f. Aliran Kas dalam Perusahaan Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam setiap entitas usaha, kas merupakan komponen utama aktiva lancar. Kas digunakan untuk membiayai pembelanjaan kontinyu maupun incidental serta investasi pada aktiva tetap. Hal ini berarti terjadi aliran kas keluar (cash outflow). Disamping terjadi aliran kas keluar juga terjadi aliran kas masuk baik yang bersifat kontinyu maupun incidental. Aliran kas masuk dan aliran kas keluar inilah yang mempengaruhi besar kecilnya kas yang tersedia pada suatu entitas tersebut. Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan di dalam perusahaan. Besarnya saldo kas ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor. Besarnya saldo kas yang ada dalam perusahaan akan meningkat apabila aliran masuk kas yang berasal dari penjualan tunai dan piutang yang terkumpul lebih besar daripada aliran kas keluar. Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar atau terjadi overinvestment dalam kas. Besarnya kas ini akan menaikkan tingkat likuiditas pada perusahaan. Meskipun demikian perusahaan akan mengalami kerugian karena makin besar uang yang menganggur dalam perusahaan sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan menurun. Demikian pula sebaliknya apabila aliran kas masuk lebih kecil daripada aliran kas keluar yang disebabkan oleh perusahaan yang
14 hanya mengejar profitabilitas saja, maka kas yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi kecil atau terjadi underinvestment pada kas. Tindakan demikian ini akan menempatkan perusahaan dalam keadaan illikuid apabila sewaktuwaktu terjadi tagihan utang.
g. Perputaran Kas Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan periode perputaran yang relatif pendek. Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Menurut Kamaruddin Ahmad (1997: 13) untuk mengetahui tingkat perputaran kas dapat diukur dengan menggunakan rumus : Perputaran kas =
nilai penjualan rata - rata kas
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan perputaran kas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kas terlalu kecil dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Hal ini justru berakibat pada kesulitan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban finansiilnya. Sebaliknya jika perputaran kas rendah maka bisa menyebabkan kas terlalu besar dan laba yang diperoleh relatif kecil pula. Besarnya perputaran kas sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 35 kali.
2. Piutang a. Pengertian Piutang
15 Kebanyakan perusahaan menjual hasil produksinya dengan cara kredit dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualannya. Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya penjualan kredit dan akan berubah menjadi kas pada hari jatuh temponya. Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1994: 119), “Piutang adalah aktiva yang menunjukkan jumlah tagihan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya”. Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Termasuk dalam piutang hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang, oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan dagang. Politik penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Politik ini merupakan kesengajaan perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa manajemen piutang menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan.
b. Macam-macam Piutang Piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu. Klaim tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang atau jasa ataupun dari peminjaman uang.
16 Charles T. Horngren et al (1997: 402) mengemukakan bahwa ”Ada dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan wesel tagih”. Piutang dagang perusahaan adalah jumlah yang terhutang dari pelanggan. Piutang ini termasuk dalam kategori aktiva lancar. Piutang dagang harus dibedakan dari harta perusahaan yang lain, karena piutang dagang timbul dari kegiatan penjualan yang memang menjadi usaha pokok perusahaan. Tambahan lagi, piutang dagang harus dapat ditagih sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004:124), piutang dapat timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Piutang-piutang yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu piutang yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang, dan piutang-piutang yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel. Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul yaitu piutang dagang, piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan. Kadangkadang piutang bukan dagang dan piutang penghasilan digabung menjadi satu dan dinamakan piutang lain-lain. Wesel tagih merupakan piutang dagang dalam bentuk yang lebih formal. Orang yang berpiutang akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa ia akan membayarkan sejumlah uang tertentu kepada kreditur pada saat yang telah ditetapkan. Biasanya jangka waktu dari wesel tagih ini tidak lebih dari enampuluh hari. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk memberikan suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya maka kreditur berhak untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut. Piutang lain-lain terdiri dari bermacam ragam, biasanya merupakan pinjaman yang diberikan kepada pegawai ataupun cabang dari perusahaan. Biasanya piutang ini bersifat jangka panjang, tetapi piutang tersebut dapat dikategorikan sebagai aktiva lancar apabila piutang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun.
17
c. Besar Kecilnya Piutang dalam Perusahaan Dalam keadaan yang normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja yaitu penagihan. Penentuan besar kecilnya jumlah piutang serta kebijakan penjualan secara kredit merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan dan mengendalikan jumlah piutang. Munawir (1992: 75) mengemukakan bahwa penurunan ratio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor : 1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang 2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar 3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar 4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tepat 5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah. Menurut Bambang Riyanto (2001: 85) ”Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, dan kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang serta kebiasaan membayar dari para langganan”. d. Biaya atas Piutang Perusahaan yang melaksanakan penjualan secara kredit akan menimbulkan terjadinya piutang, maka perusahaan sebenarnya menanggung resiko akibat piutang tersebut. Resiko akibat piutang adalah berupa biayabiaya yang tentu saja akan mengurangi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah berupa biaya penghapusan piutang, biaya pengumpulan piutang, biaya administrasi, dan biaya sumber dana. Dengan adanya biaya yang ditimbulkan tersebut, maka piutang harus dikelola dengan baik sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan oleh piutang tersebut
18 dapat diminimalkan. Beberapa kebijakan yang perlu diambil adalah penyaringan para pelanggan dan menaikkan tingkat perputaran piutang. Bambang Riyanto (2001: 88) mengemukakan langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil resiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan, antara lain: 1. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan 2. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya 3. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan resiko pembayarannya 4. Mengadakan seleksi dari para langganan e. Perputaran Piutang Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam piutang, berputar dalam suatu periode tertentu. Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Makin lunak syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Menurut Suad Husnan (1997: 566) perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Perputaran piutang =
PenjualanKredit Rata - Rata Piutang
Makin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam perusahaan makin rendah. Selain itu cepatnya piutang menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Sebaliknya tingkat perputaran yang rendah maka makin rendah pula piutang menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang. Besarnya
19 perputaran piutang sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 4 kali.
f. Langkah-langkah Mempercepat Perputaran Piutang Kebanyakan perusahaan yang menjual produknya secara kredit telah menetapkan jangka waktu pelunasan (term of credit), karena untuk menghindari atau memperkecil adanya resiko piutang yang tidak tertagih dan agar pelunasan piutang tersebut diterima tepat pada waktunya, sehingga sesuai dengan budget pengumpulan piutang. Keterlambatan yang sering terjadi dalam pelunasan piutang akan mengganggu aktivitas perusahaan, sehingga harus dicari suatu cara guna mempercepat pelunasan piutang tersebut. Menurut Syafaruddin Alwi (1991: 64), “Kecepatan perputaran piutang dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar periode kredit yang telah ditetapkan dapat dipakai oleh pelanggan. Untuk mempercepat perputaran harus diusahakan agar pelanggan membayar sebelum periode kredit yang telah ditetapkan berakhir”. Cara-cara mempercepat pelunasan piutang untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut : a. Perusahaan memberi sanksi apabila terlambat membayar Walaupun jangka waktu pelunasan piutang ditentukan tetapi pada kenyataannya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan piutangnya. Untuk menghindari hal ini perlu diambil suatu tindakan pencegahan yaitu berupa pemberian denda kepada para pelanggan yang terlambat membayar. b. Mengaktifkan pengumpulan piutang dengan cara yang tegas dan lebih disiplin. Kebijakan perusahaan untuk menghindari masalah keterlambatan pengumpulan piutang dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan kembali pengumpulan piutang perusahaan, sehingga dapat diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak sehingga dapat diharapkan akan
20 menguntungkan kedua belah pihak serta menjamin hubungan yang baik antara perusahaan dengan pelanggan.
3. Rentabilitas a. Pengertian Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya rentabilitas dapat dirumuskan : Rentabilitas =
Laba usaha x 100% Modal
Menurut Revrisond Baswir (1997: 173) ”Rentabilitas adalah kemampuan dalam menghasilkan keuntungan, baik dengan menggunakan data eksternal maupun dengan menggunakan data internal”. Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase.
b. Macam-macam Rentabilitas Menurut Bambang Riyanto (2001:36) “rentabilitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri”. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek
21 (kecuali
perusahaan-perusahaan
kredit)
tidak
diperhitungkan
dalam
menghitung rentabilitas ekonomi. Rentabilitas Ekonomi =
Laba usaha (SHU) x 100% Modal
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Pada perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Oleh karena itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Dalam literatur Anglosaxon pada umumnya digunakan istilah “earning power” untuk pengertian rentabilitas ekonomi. Tingkat rentabilitas ekonomi dapat dipertingi dengan mengetahui faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi. Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin dan turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha). Profit margin adalah perbandingan antara “net operating income” atau laba usaha dengan “net sales” atau penjualan bersih yang dinyatakan dengan persentase. Profit Margin =
laba usaha x 100% Penjualan bersih
22 Tingkat perputaran aktiva usaha adalah kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Turnover of Operating Assets =
Penjualan bersih x 100% Modal usaha
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Sedangkan operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover, masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapat digambarkan sebagai berikut: Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover =
laba usaha penjualan bersih x penjualan bersih modal usaha
=
laba usaha modal usaha
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income
23 tax (EAT = Earning After Tax). Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus : Rentabilitas modal sendiri =
Laba Usaha (SHU) x 100% Modal Sendiri
Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri apabila “rate of return” dari tambahan modal (modal asing) tersebut lebih besar daripada biaya modal atau bunganya. Dengan kata lain bahwa tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek finansiil yang merugikan terhadap modal sendiri apabila “rate of return” dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil daripada bunganya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tambahan modal asing tidak dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih kecil daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Pengaruh dari perubahan rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing, secara teoritis dapat dikatakan bahwa makin tingginya rentabilitas ekonomi (dengan tingkat bunga tetap), penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. Dalam keadaan yang demikian, suatu perusahaan yang menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh kenaikan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing lebih kecil. Sebaliknya dalam situasi ekonomi yang memburuk dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada umumnya menurun, perusahaan yang mempunyai modal asing yang besar akanmengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing yang lebih sedikit.
c. Hubungan Modal Kerja Dengan Rentabilitas
24 Modal kerja merupakan bagian modal secara keseluruhan dalam perusahaan. Modal kerja beserta elemen-elemennya yaitu kas dan piutang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kelancaran dan kelangsungan hidup perusahaan. Keseimbangan kebutuhan perusahaan akan modal kerja perlu diperhitungkan dan penetapan besarnya modal kerja berkaitan erat dengan keuntungan yang akan dicapai. Kerugian akibat dana yang menganggur terjadi jika modal kerja yang tersedia lebih besar dari kebutuhan, keuntungan akan kecil jika modal tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Jadi perusahaan akan mampu menjalankan kegiatan perusahaan dengan baik apabila perusahaan mempunyai modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan disertai dengan pengelolaan modal kerja secara efisien. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Namun masalah rentabilitas pada perusahaan pada umunya lebih penting daripada masalah laba. Karena laba yang besar bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja secara efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oeh perusahaan bukan hanya untuk memperbesar laba, tetapi lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dengan Rentabilitas Ekonomi Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Standar normal tingkat perputaran kas adalah 35 kali setiap tahunnya, sedangkan standar besarnya rentabilitas adalah 10%. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan periode perputaran yang relative pendek. Pada tingkat perputaran kas yang
25 tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran kas maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonominya.
2. Hubungan Tingkat Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi Piutang merupakan aktiva perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya penjualan secara kredit. Perputaran piutang adalah tolok ukur dari penggunaan aktiva yang ditentukan dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Standar normal tingkat perputaran piutang minimal empat kali (4x). Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonomi.
3. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang Secara Bersama-sama dengan Rentabilitas Ekonomi Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien
26 dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama akan mempertinggi rentabilitas ekonomi. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dituliskan dalam bentuk skema sederhana sebagai berikut : Perputaran Kas
Perputaran Piutang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Kas relatif kecil
Kas relatif besar
Piutang cepat dilunasi
Piutang sulit dilunasi
Laba tinggi
Laba Rendah
Rentabilitas tinggi
Rentabilitas rendah
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi C. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka
27 pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005 2. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005 3. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005 BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Alasan dipilihnya lokasi tersebut menjadi tempat penelitian: a. Di KPRI ”PENI” Gembong tersedia data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. b. Di KPRI ”PENI” tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan tema seperti itu sehingga diharapkan penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat perputaran kas dan piutang serta hubungannya terhadap rentabilitas ekonomi sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas setiap periode akuntansi.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2007 sampai dengan Juni 2007 dengan rencana skedul waktu sebagai berikut : Tabel 1. Jadwal Penelitian
28 No
Kegiatan
Taksiran Waktu
1
Pengajuan judul
Januari 2007
2
Penyusunan proposal
Februari 2007
3
Pengurusan perizinan
April 2007
4
Penyusunan kajian teori
April 2007 s/d Mei 2007
5
Pengumpulan data dan analisis
Mei 2007
6
Penyusunan laporan penelitian
Mei 2007 s/d Juni 2007
7
Presentasi hasil laporan
Juli 2007
B. Metode27Penelitian Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis, terencana dan teratur untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan mengunakan metode-metode ilmiah. Menurut Hadari Nawawi (1995: 62) metode penelitian ada 4 yaitu : 1. Metode filosofi Adalah prosedur pemecahan masalah melalui pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar dengan menggunakan pola berfikir aliran filosofi tertentu. 2. Metode deskriptif Adalah prosedur pemecahan masalah yang disediakan dengan menggambargkan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak. 3. Metode historis Adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu. 4. Metode eksperimen Adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lainnya melalui percobaan. Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (1999: 105), “penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat”. Penelitian deskriptif berusaha untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi
29 gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (2006:130) mengemukakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 55) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki subyek tersebut. Adapun yang ditetapkan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan KPRI “PENI” Gembong tahun 2001-2005.
2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Suharsimi Arikunto (2006:112) menyebutkan bahwa “…subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih…” Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Ada 2 macam teknik pengambilan sampel yaitu: 1. Random Sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilihmenjadi anggota sampel.
30 2. Non-Random Sampling, yaitu teknik yang tidak member peluang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive sampling/sampel bertujuan, yaitu dengan menggunakan data laporan keuangan berurutan dari tahun 2001-2005 pada KPRI ”PENI” Gembong. Dalam penelitian ini, populasi sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data Usaha dalam memperoleh data sebagaimana yang diharapkan maka dibutuhkan kejelian dalam memilih metode pengumpulan data yang digunakan namun masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian ilmiah. Salah satunya adalah menurut Suharsimi Arikunto (2006: 223) yaitu: 1. Metode tes 2. Metode angket atau kuesioner 3. Metode interview 4. Metode observasi 5. Metode dokumentasi Sesuai dengan pokok persoalan dalam penelitian mengenai hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi, maka metode yang dianggap tepat adalah metode dokumentasi dan metode wawancara sebagai pelengkap. 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi atau teknik dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ditunjukkan untuk memperoleh penjelasan melalui sumber-sumber dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 231) “Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasit, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai dokumen penting, terutama dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan KPRI ”PENI”.
31 Suatu instrumen yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ditunjukkan untuk memperoleh penjelasan melalui dokumen. a. Uji Validitas Suharsimi Arikunto (2006: 168) mengatakan bahwa ”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Suatu dokumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
b. Uji Reliabilitas Suharsimi Arikunto (2006: 178) mengungkapkan bahwa ”Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Suatu dokumen dikatakan reliabel jika dalam dokumen tersebut terdapat legalitas yang berupa stempel dari instansi yang bersangkutan serta tanda tangan dari pejabat yang berwenang pada instansi tersebut.
2. Wawancara Menurut W. Gulo (2004: 119), mengatakan bahwa “wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 155), “interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)”. Jadi wawancara adalah komunikasi antara pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara yang berlangsung dalam bentuk tanya-jawab. Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai pelengkap untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui angket dan dokumentasi.
32 E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam menganalisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data ini digunakan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca serta di interpretasikan agar dapat menjawab hipotesis yang peneliti lakukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis regresi ganda. Menurut Sudjana (2001: 167) untuk menggunakan analisis regresi ganda diperlukan berbagai syarat, yaitu: 1. Bentuk regresi linear atau tidak 2. Keberartian regresi, khususnya mengenai koefisien arah regresi 3. Sample yang berupa data berpasangan X dan Y diambil memenuhi ketentuan-ketentuan, misalnya bersifat acak dan ditentukan berdasar ukuran sample normal 4. Untuk setiap kelompok harga predictor yang diberikan responden X, independent dan berdistribusi normal Untuk tiap kelompok X yang diketahui, varians dimisalkan sama Menurut Anto Dajan (1995: 399) penggunaan analisis korelasi dan regresi linier berganda dilakukan dengan berdasarkan asumsi sebagai berikut: 1. Distribusi probabilistic bersyarat variabel dependen, bagi serangkean variabel independen mengikuti pola normal atau kurang lebih normal. 2. Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap kombinasi variabel independen memiliki variabel yang sama. 3. Nilai-nilai variabel dependen harus independen satu dengan yang lainya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa agar dapat menggunakan teknik analisis regresi ganda harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1. Sampel harus dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Sampel harus diambil secara random. 3. Antara variabel X dan variabel Y harus linier. 4. Antara variabel bebas (X1 dan X2) tidak terjadi korelasi. Sebelum data penelitian itu dianalisis, maka terlebih dahulu harus dilakukan pengujian prasyarat analisis.
33 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov. Menurut Sidney Siegel (1990: 59), Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov adalah suatu tes goodness-of-fit. Artinya, yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoretis tertentu. Tes ini menetapkan apakah skor-skor dalam sampel dapat secara masuk akal dianggap berasal dari suatu populasi dengan distribusi teoretis itu. Singkatnya, tes ini mencakup perhitungan distribusi frekuensi kumulatif yang akan terjadi di bawah distribusi teoretisnya, serta membandingkan distribusi frekuensi itu dengan distribusi frekuensi kumulatif hasil observasi. Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov memperlihatkan dan menggarap suatu observasi terpisah dari yang lain. Dengan demikian, lain dengan tes ChiKuadrat untuk satu sampel, tes Kolmogorov-Smirnov tidak perlu kehilangan informasi karena digabungkannya kategori-kategori. Bila sampelnya kecil dan oleh karenanya kategori-kategori yang berhampiran harus digabungkan sebelum Chi-Kuadrat dapat dihitung secara selayaknya, tes Chi-Kuadrat jelas lebih kecil kekuatannya dibandingkan dengan tes Kolmogorov-Smirnov. Untuk sampel yang sangat kecil tes Chi-Kuadrat sama sekali tidak dapat dijalankan, sedangkan tes Kolmogorov-Smirnov dapat. Fakta ini menunjukkan bahwa tes Kolmogorov-Smirnov mungkin lebih besar kekuatannya dalam semua kasus, jika dibandingkan dengan tes lainnya yakni tes Chi-Kuadrat.
b. Uji Linieritas Menurut pendapat Sudjana (2001: 19) untuk menguji linieritas digunakan rumus sebagai berikut : FTC = F =
RJK (TC ) RJK (G )
34 Keterangan : FTC
= F = Harga linieritas
RJK (TC) = Rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok RJK (G) = Rata-rata jumlah kuadrat kekeliruan Setelah diperoleh harga Fhitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel. c. Uji Independensi Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis regresi ganda adalah ketiadaan hubungan antara variabel bebas yaitu antara X1 dan X2. Menurut pendapat Sudjana (2001: 19) uji statistik yang digunakan adalah rumus product moment : rX 1 X 2 =
N å X1X 2 - (å X1 )(å X 2 )
{N å X1 - (å X1 ) 2 }{N å X 2 - (å X 2 ) 2 } 2
2
Keterangan : rX 1 X 2
= Koefisian korelasi antara dua predikator
X
= jumlah skor predikator
N
= Jumlah responden
Setelah harga rhitung diketahui kemudian dikonsultasikan dengan rtabel . kedua variebel dikatakan independent jika rtabel > rhitung.
2. Pengujian Hipotesis a. Menurut pendapat dari Suharsimi Arikunto (2006: 170) untuk menguji hipotesis pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson yakni sebagai berikut: rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{N å X 2 - (å X) 2 }{N å Y 2 - (å Y) 2 }
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi antara X dan Y
åXY = Jumlah perkalian X dan Y åX = Jumlah variabel bebas
35 åY = Jumlah variabel terikat N
= Banyaknya responden
b. Untuk menguji hipotesis ketiga menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menurut pendapat dari Sudjana (2002: 387) untuk menentukan persamaan garis regresi, yaitu : Y = ao + a1x1 + a2 x2 2) Menurut pendapat dari Sutrisno Hadi (2001: 250) untuk mencari koefisien korelasi ganda dengan rumus : Ry(1,2) =
a 1 å x1 y + a 2 å x 2 y
åy
2
Keterangan : Ry (1,2) = koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 a1
= Koefisien predikator X1
a2
= Koefisien predikator X2
åx1y
= Jumlah produk antara X1 dengan Y
åx2y
= Jumlah produk antara X2 dengan Y
3) Menurut pendapat dari Sudjana (2002: 385) untuk menguji keberartian koefisien korelasi ganda digunakan rumus uji F : R2 / k F= (1 - R 2 ) /(n - k - 1)
Keterangan : F
= Koefisien korelasi ganda
n
= Banyaknya sampel
k
= Banyaknya prediktor
R2 = Koefisien korelasi
36 Agar lebih efektif hasilnya, pengolahan data dan analisis data dalam perhitungannya dilakukan dengan menggunakan alat bantu serial SPSS for Windows series 15.00
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Umum Deskripsi data umum menggambarkan mengenai deskripsi lokasi penelitian dilihat dari beberapa aspek meliputi: Sejarah, Struktur organisasi, Keanggotaan, Bidang usaha dan Permodalan KPRI ”PENI”. a. Sejarah Berdirinya Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ”PENI” Gembong Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orangorang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung terus, sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama tersebut. KPRI ”PENI” berdiri pada tanggal 11 Maret 1978 yang beranggotakan para pegawai negeri di kecamatan Gembong dan merupakan anggota dari Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) yang ada di Kabupaten Pati. Orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dapat terikat pada suatu kelompok. Persamaan kepentingan ini dapat mendorong mereka untuk merencanakan dan melaksanakan rencana tersebut secara bersama-sama pula. Semakin banyak persamaan kepentingannya makin besar pula hasrat untuk
37 berserikat dan rasa setiakawannya. Hal inilah antara lain dasar bagi para pegawai negeri di kecamatan Gembong untuk berkumpul dan berserikat dalam wadah yang disebut sebagai koperasi. Koperasi yang beranggotakan pegawai negeri ini dinamakan Koperasi Pegawai Negeri (KPN). Koperasi ini diberi nama KPN ”PENI”. Nama KPN ”PENI” berubah menjadi Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ”PENI” setelah diberlakukannya Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian. KPRI ”PENI” memiliki status badan hukum pada tanggal 18 Mei 1978 dengan nomor 9118/BH/VI dan disempurnakan lagi pada tanggal 21 Januari 2002 dengan nomor 518/9118.b/BH/PAD/I/2002. Lokasi KPRI ”PENI” berada di Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gembong, Jl. Raya Pati-Gembong Km 9 Gembong.
b. Struktur Organisasi KPRI ”PENI” Gembong Organisasi merupakan wadah kerjasama dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan penentuan tugas dan tanggung jawab, pengelompokan suatu kerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Agar organisasi KPRI dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam suatu struktur organisasi sehingga antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dapat melaksanakan tugasnya sesuai pekerjaan masing-masing. Struktur organisasi merupakan salah satu kelengkapan dari organisasi yang akan menjelaskan tugas dan wewenang dari masing-masing personal yang menjalankan organisasi tersebut. Struktur organisasi KPRI ”PENI” disusun secara rapi dan terjadi pemisahan tanggungjawab dan wewenang dari masing-masing pengurus. Dengan pemisahan tugas dan wewenang di KPRI ”PENI” diharapkan dapat menjadi modal awal dalam pengembangan KPRI dimasa mendatang. Struktur organisasi KPRI ”PENI” adalah sebagai berikut :
38
RAPAT ANGGOTA PENGAWAS
PENGURUS
KETUA
UNIT USAHA
URUSAN-URUSAN KEUANGAN
KREDIT USAHA
TATA USAHA
PERTOKOAN
Gambar 2. Struktur Organisasi KPRI ”PENI” Sumber : Tata Usaha KPRI ”PENI” Berikut ini tugas dan wewenang pada struktur organisasi KPRI ”PENI” Gembong : 1. Rapat Anggota
39 Rapat anggota harus merupakan suatu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatan selama tahun lalu. Bersama-sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan usaha kemajuan koperasi.Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali setahun. Saling tukar menukar pendapat dalam rapat anggota benar-benar diarahkan pada pembinaan saling pengertian dan kemauan baik diantara semua pihak. Koperasi milik angggota, dijalankan oleh anggota dan bekerjasama untuk kesejahteraan para anggota dan masyarakat sekitarnya. Rapat anggota tahunan merupakan rapat tutup tahun buku koperasi yang harus diselenggarakan setiap tahun buku sebagai pertanggungjawaban suatu organisasi ekonomi. Rapat anggota dalam koperasi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi, hal ini mencerminkan bahwa koperasi bukan merupakan kumpulan modal seperti pada Perseroan Terbatas yang meletakkan kekuasaan tertinggi pada pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi bukan sematamata untuk mencari keuntungan tetapi bertujuan untuk menyelenggarakan kepentingan anggota. Rapat anggota merupakan wujud dari sistem demokrasi ekonomi dalam koperasi untuk menghasilkan keputusan bersama secara musyawarah untuk mufakat yang mencerminkan adanya persamaan hak dan kesejahteraan anggota koperasi tanpa membeda-bedakan besarnya modal yang disimpan anggota. 2. Pengawas Pengawas koperasi terdiri dari 3 (tiga) orang yang tidak termasuk golongan pengurus dan dipilih oleh anggota dalam sebuah rapat anggota untuk masa jabatan 3 tahun. Pengawasan pemeriksaan merupakan sebagian dari manajemen dalam koperasi. Tujuan pengawasan dan pemeriksaan adalah untuk mendidik, membimbing, supaya menjadi lebih teliti dan ahli sehingga koperasi lebih berkembang serta pengendalian dan memonitor mekanisme kerja pengurus, peningkatan pelayanan terhadap anggota secara maksimal. Sasaran pemeriksaan adalah data organisasi dan manajemen koperasi, administrasi organisasi dan pembukuan, bidang usaha, permodalan
40 dan perkreditan. Pengawas KPRI ”PENI” melakukan pemeriksaan secara rutin tiap triwulan. 3. Pengurus Pengurus koperasi sebagai pemegang mandat dari anggota harus melakukan pekerjaannya secara terbuka sesuai dengan keputusan-keputusan dalam rapat anggota. Kegiatan yang dijalankan berdasarkan rencana kerja, anggaran dan biaya yang sudah ditetapkan dalam rapat anggota. Pengurus secara periodik perlu mengadakan rapat pengurus untuk mengambil keputusan guna melaksanakan rencana koperasi yang ditetapkan dalam rapat anggota.
c. Keanggotaan, Pengurus dan Pengawas KPRI ”PENI” Jumlah anggota KPRI ”PENI” Gembong sampai dengan 31 Desember 2006 sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah anggota KPRI ”PENI” tahun 2006 Jenis
Jumlah Anggota
Kelamin
Awal
Jumlah Anggota
Mutasi Masuk
Akhir
Keluar
Pria
117
1
1
117
Wanita
69
1
2
68
Jumlah
186
2
3
185
Keterangan : - Keluar / Pensiun - Pindah - Meninggal - Masuk
: 2 orang :: 1 orang : 2 orang
Susunan Pengurus KPRI ”PENI” periode 2005/2007 hasil reorganisasi pengurus tanggal 22 Februari 2005 sebagai berikut : Tabel 3. Susunan Pengurus KPRI ”PENI” No 1
Nama Drs. Kaswiyardi
Jabatan Ketua
41 2
Drs. Kasmin, S.Pd, M.M
Wakil Ketua
3
Drs. Agus Riyanto
Sekretaris
4
Wuryaningsih
Bendahara I
5
Kartono, S.Pd
Bendahara II
6
Sutikno
Anggota Pengurus I
7
Triyono
Anggota Pengurus II
Susunan Pengawas KPRI ”PENI” periode 2005/2007 hasil reorganisasi pengurus tanggal 22 Februari 2005 sebagai berikut : Tabel 4. Susunan Pengawas KPRI ”PENI” No
Nama
Jabatan
1
Kasir
Ketua
2
Sumarno, S.Pd
Anggota I
3
Sutarno,S.Pd
Anggota II
d. Bidang Usaha KPRI ”PENI” Usaha KPRI ”PENI” terdiri dari 3 unit yaitu: Unit Simpan Pinjam, Unit Pertokoan dan Unit Foto Copy. 1) Unit Simpan Pinjam (USP) Perkembangan Unit Simpan Pinjam dilakukan melalui diversifikasi pelayanan simpanan dan pinjaman. Pemberian kredit uang kepada anggota dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dalam rapat persetujuan kredit, angsuran dari debitur lewat bendaharawan gaji tiap Sekolah Dasar (SD) di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gembong, diserahkan kepada anggota Pengurus I dan II di bawah pengawasan Bendahara I yang sekaligus menerima seluruh angsuran, yang selanjutnya disosialisasikan kepada anggota yang mendapatkan pinjaman. Dalam pengelolaan realisasi kredit, pengurus bersama pengawas berusaha berbuat adil dan mengutamakan skala prioritas yang telah diamanatkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT), sehingga hampir semua anggota yang mengajukan kredit dapat
42 terlayani. Realisasi kredit dari unit simpan pinjam pada tahun 2005 mencapai Rp. 10.000.000,00 dengan jangka waktu angsuran 30 kali dengan jasa tetap bungan 1,5%. Realisasi pemberian kredit ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 7.000.000,00 menjadi Rp. 10.000.000,00. Kemampuan unit simpan pinjam meningkatkan pelayanan pinjaman kepada para anggota antara lain karena simpanan sukarela dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan sebagai bukti kepercayaan anggota terhadap kebijakan koperasi dengan menyimpan uangnya di KPRI. 2) Unit Pertokoan Usaha ini dilakukan dengan cara menyediakan kebutuhan pokok seharihari ,tujuannya adalah untuk melayani berbagai macam kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar. Penanggungjawab pengelolaan pertokoan adalah Sutikno. Toko KPRI ini buka jam 08.00 s/d jam 14.00 WIB. 3) Unit Foto Copy Penanggung jawab pengelolaan unit foto copy adalah Bendahara II dan Sekretaris dan mendapat pengawasan dari Wakil Ketua.
e. Permodalan KPRI ”PENI” Modal dalam perkumpulan koperasi diperoleh dari tiga sumber yaitu dari anggota, dari Sisa Hasil Usaha (SHU), dana dari luar misalnya pinjaman. Modal dari anggota sendiri berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela yang merupakan modal utama koperasi. Simpanan pokok yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota. Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan (dalam anggaran dasar) jumlahnya dan sama besarnya bagi setiap anggota. Simpanan pokok ini tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota. Simpanan wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu. Simpanan wajib koperasi hanya boleh diambil kembali dengan cara yang sudah ditentukan dalam anggaran dasar agar modal koperasi
43 tidak goncang. Sedangkan simpanan sukarela adalah simpanan yang dilakukan secara sukarela baik jumlahnya maupun jangka waktunya. Modal dari SHU diperoleh tiap tahun setelah diadakan perhitungan rugi laba. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui besarnya SHU (keuntungan bersih). Menurut anggaran dasar sekurang-kurangnya 25% dari SHU harus disisihkan dan dimasukkan ke dalam cadangan, maksudnya untuk menutup kerugian bila hal itu terjadi. Dalam kenyataan, uang cadangan hampir tidak pernah digunakan untuk menutup kerugian, oleh karenanya dapat digunakan sebagai modal. Modal dari pinjaman adalah modal dari luar. Pinjaman pada umumnya diperoleh dari bank, tetapi dapat juga dari pihak luar lainnya.
2. Deskripsi Data Khusus Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian, maka data yang penulis peroleh dari analisis data akan disajikan secara terperinci. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan KPRI “PENI” Gembong selama lima tahun yaitu dari tahun 2001-2005. Penelitian ini melibatkan 3 variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah perputaran kas (X1) dan variabel bebas yang kedua adalah perputaran piutang (X2), sedangkan variabel terikat adalah rentabilitas Ekonomi (Y). Deskripsi data khusus dalam penelitian ini dapat dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: a. Perputaran Kas (X1) Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.
44 Data tentang perputaran kas diperoleh dari laporan keuangan KPRI Perputaran Kas = No Tahun
Penjualan
Rata-rata Kas
Pendapatan Bersih Rata - rata Kas
1
2001
Rp 86.821.300,00
Rp
1.098.970,08
79 kali
2
2002
Rp 112.773.169,00
Rp
1.610.980,75
70 kali
3
2003
Rp 122.355.642,00
Rp
1.747.925,51
70 kali
4
2004
Rp 143.137.637,00
Rp
2.104.909,01
68 kali
5
2005
Rp 194.942.568,00
Rp 5.414.353,76
36 kali
“PENI” dari tahun 2001-2005. Untuk mengetahui seberapa besar perputaran kas di KPRI “PENI” digunakan analisis dengan metode deskriptif prosentase. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada laporan keuangan KPRI “PENI” maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Perputaran Kas
Gambaran lebih jelas mengenai perputaran kas dari tahun 2001 sampai
Perputaran Kas (kali)
dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut: 100 80 60 40 20 0 0
1 2001
2 2002
3 2003
4 2004
Tahun
Gambar 3. Grafik Perputaran Kas Tahun 2001 – 2005
5 2005
6
45 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat perputaran kas KPRI ”PENI” termasuk tinggi dan berada diatas standar besarnya perputaran kas yang telah ditetapkan sebesar 30 kali. Efektifitas perputaran kas KPRI tersebut menandakan bahwa KPRI mengadakan perbaikan dari tahun ke tahun sehingga tidak terjadi kemacetan usaha dalam mengelola kas yang ada. Semakin tingggi tingkat perputaran kas menandakan semakin tingginya tingkat usaha atau dengan kata lain bahwa uang atau modal yang dimiliki oleh KPRI dikelola dengan baik oleh manajemen dan pengurus yang bekerja keras demi kemajuan koperasi dimasa mendatang. b. Perputaran Piutang (X2) Tingkat perputaran piutang akan menunjukkan kemampuan koperasi dalam mengubah piutang menjadi kas. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam perusahaan semakin rendah. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Sebaliknya, perputaran piutang yang rendah maka semakin lambat pula piutang menjadi kas. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil perputaran piutang sebagai berikut : Tabel 6. Perputaran Piutang Perputaran Piutang = No Tahun
Penjualan Kredit
Rata-rata Piutang
Penjualan Kredit Rata - rata Piutang
1
2001
Rp 633.627.500,00
Rp 311.821.060,50
2.0 kali
2
2002
Rp 699.650.000,00
Rp 411.559.860,00
1.7 kali
3
2003
Rp 893.860.000,00
Rp 496.589.937,00
1.8 kali
4
2004
Rp 1.080.256.000,00
Rp 568.557.324,50
1.9 kali
5
2005
Rp 1.186.235.000,00
Rp 697.786.769,50
1.7 kali
46 Gambaran lebih jelas mengenai perputaran piutang dari tahun 2001
(kali)
Perputaran Piutang
sampai dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut:
2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 0
20011
2 2002
20033
20044
5 2005
6
Tahun
Gambar 4. Grafik Perputaran Piutang Tahun 2001 – 2005 Dengan demikian, berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat perputaran piutang KPRI “PENI” belum memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu sebesar 4 kali. Dengan demikian dapat disimpulkan KPRI “PENI” memiliki perputaran piutang yang rendah bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
c. Rentabilitas Ekonomi (Y) Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Berdasarkan perhitungan, diperoleh besarnya Rentabilitas Ekonomi sebagai berikut : Tabel 7. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas Ekonomi = No Tahun 1
2001
SHU
Modal
SHU ´ 100% Modal Usaha
Rp 53.895.756,00
Rp 337.481.252,35
15,97 %
47 2
2002
Rp 61.861.893,32
Rp 421.115.679,51
14,69 %
3
2003
Rp 80.310.311,95
Rp 530.451.201,78
15,14 %
4
2004
Rp 88.646.311,00
Rp 568.610.076,97
15,59 %
5
2005
Rp 100.460.757,00 Rp 730.092.710,76
13,76 %
Gambaran lebih jelas mengenai rentabilitas ekonomi dari tahun 2001
Rentabilitas Ekonomi (%)
sampai dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut:
16,5 16 15,5 15 14,5 14 13,5 0
2001 1
2002 2
2003 3
2004 4
2005 5
6
Tahun Gambar 5. Grafik Rentabilitas Ekonomi Tahun 2001 – 2005
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat dikatakan bahwa besarnya Rentabilitas Ekonomi KPRI “PENI” telah memenuhi standar yang telah ditentukan yaitu sebesar 10%. Dengan demikian maka KPRI “PENI” telah beroperasi secara efektif sehingga mampu menghasilkan laba bagi KPRI. Di sisi lain, dengan tingkat rentabilitas ekonomi tersebut menandakan bahwa KPRI “PENI” memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara maksimal. Keadaan seperti inilah yang hendaknya bisa dipertahankan oleh KPRI “PENI” dimasa mendatang guna menunjang kelangsungan dan kemajuannya kedepan.
B. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum data dianalisis maka terhadap data itu harus dilakukan pengujian prasyarat analisis sebagai berikut:
48
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
X2
Y
5
5
5
64.6000 16.54690
2.8800 2.30586
15.0300 .85700
.381 .192 -.381 .853 .461
.449 .449 -.304 1.033 .267
.151 .136 -.151 .338 1.000
a. Uji Normalitas variabel X1 Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ahitung = 0,381. Nilai ini lebih kecil dari atabel (n = 5, taraf signifikansi 5%) = 0,565. Karena ahitung (0,381) < atabel (0,565), maka data X1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas variabel X2 Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ahitung = 0,449. Nilai ini lebih kecil dari a tabel (n = 5, taraf signifikansi 5%) = 0,565. Karena ahitung (0,449) < atabel (0,565), maka data X2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas variabel Y
49 Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ahitung = 0,151. Nilai ini lebih kecil dari atabel (n = 5, taraf signifikansi 5%) = 0,565. Karena ahitung (0,151) < atabel (0,565), maka data Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas a. Uji Linieritas antara Variabel X1 dan Y Tabel 9. Uji Linieritas Variabel X1 dan Y
Y* X1
Between Groups
Sum of Squares
df
2.837
3
.946
9.338 .235
2.330
1
2.330
23.016 .131
.506
2
.253
2.499 .408
.101
1
.101
2.938
4
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Mean Square
F
Sig.
Berdasar uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil bahwa Fhitung adalah 2,499. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (2,1) adalah 200. Karena Fhitung < Ftabel atau 2,499 < 200 maka dalam penelitian ini X1 dinyatakan linier terhadap Y.
b. Uji Linieritas antara Variabel X2 dan Y Tabel 10. Uji Linieritas Variabel X2 dan Y
Y* X2
Between Groups
(Combined)
Linearity Deviation from Linearity Within Groups
Sum of Squares
df
Mean Square
2.505
3
.835
1.931 .476
2.407
1
2.407
5.565 .255
.099
2
.049
.114 .902
.432
1
.432
F
Sig.
50 Total
2.938
4
Berdasar uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil bahwa Fhitung adalah 0,114. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (2,1) adalah 200. Karena Fhitung < Ftabel atau 0,114 < 200 maka X2 dinyatakan linier terhadap Y.
3. Uji Independensi Tabel 11. Uji Independensi X1 dan X2 X1 X1
X2
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2 1
5 .668 .218 5 .891(*) .043 5
.668 .218 5 1 5 .905(*) .035 5
Y .891(*) .043 5 .905(*) .035 5 1 5
Uji independensi diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas pertama (X1) dengan variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh nilai rX 1 X 2 = 0,668 . Hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel dengan n = 5 pada taraf
signifikansi 5% diperoleh hasil 0,878. Karena nialai rhitung < rtabel atau 0,668 < 0,878 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan antara variabel X1 dengan X2 atau dengan kata lain X1 dan X2 independen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama dan Kedua a. Menentukan hubungan antara Variabel X1 dengan Y Tabel 12. Korelasi antara Variabel X1 dengan Y X1
X2
Y
51 X1
X2
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
5 .668 .218 5 .891(*) .043 5
.668
.891(*)
.218
.043
5 1
5 .905(*) .035 5 1
5 .905(*) .035 5
5
Untuk menguji hipotesis pertama yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik analisis korelasi dengan rumus product moment. Hasil analisis data menunjukkan, nilai rX 1Y = 0,891. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel (dengan n = 5 dan taraf sigifikansi 5%) = 0,878. Karena rhitung > rtabel atau 0,891 > 0,878 berarti ada hubungan positif antara variabel X1 dengan Y.
b. Menentukan hubungan antara Variabel X2 dengan Y Tabel 13. Korelasi antara Variabel X2 dengan Y X1 X1
X2
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2 1
5 .668 .218 5 .891(*) .043 5
.668 .218 5 1 5 .905(*) .035 5
Y .891(*) .043 5 .905(*) .035 5 1 5
Untuk menguji hipotesis kedua yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan
52 Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik analisis korelasi dengan rumus product moment. Hasil analisis data menunjukkan, nilai rX 2Y = 0,905. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel (dengan n = 5 dan taraf sigifikansi 5%) = 0,878. Karena rhitung > rtabel atau 0,905 > 0,878 berarti ada hubungan positif antara variabel X2 dengan Y.
2. Pengujian Hipotesis Ketiga Tabel 14. Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang secara bersamasama dengan rentabilitas ekonomi Model 1
Model 1
R .983(a)
.967
Sum of Squares Regression Residual Total
df
1
(Constant) X1 X2
Mean Square 2
1.421
.096
2
.048
2.938
4
B 10.548 .027 .497
Std. Error .637 .009 .153
Std. Error of the Estimate
.934
2.841
Unstandardized Coefficients Model
Adjusted R Square
R Square
Standardized Coefficients Beta .517 .560
.21946
F
Sig.
29.499
.033(a)
t
Sig.
B 16.557 3.004 3.258
Std. Error .004 .095 .083
Untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama-sama dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik analisis korelasi ganda dan regresi ganda.
53 Hasil analisis data menunjukkan, nilai R = 0,983 dan untuk menguji keberartian dilakukan uji F dan diperoleh Fhitung = 29,499. Dengan db (2,2) dan taraf signifikansi 5% didapat Ftabel = 19,00. Karena Fhitung > Ftabel atau 29,499 > 19,00 maka dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y) secara bersamasama. Persamaan regresi ganda atau model hubungan antara perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y) adalah: Y = 10,548 + 0,027 X1 + 0,497 X2.
D. Pembahasan Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ”PENI” Gembong, maka pembahasan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hubungan Tingkat Perputaran Kas (X1) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y). Berdasarkan hasil analisis data, untuk mencari hubungan antara variabel X1 dengan Y diperoleh harga rX 1Y sebesar 0,891 dan rtabel sebesar 0,878. Hal ini menunjukkan bahwa rX 1Y lebih besar daripada rtabel atau 0,891 > 0,878, dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005” teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena pada tingkat perputaran kas yang tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi.
2. Hubungan Tingkat Perputaran Piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y). Berdasarkan hasil analisis data, untuk mencari hubungan antara variabel X2 dengan Y diperoleh harga rX 2Y sebesar 0,905 dan rtabel sebesar 0,878. Hal
54 ini menunjukkan bahwa rX 2Y lebih besar daripada rtabel atau 0,905 > 0,878, dengan demikian hipotesis kedua yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005” teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi.
3. Hubungan Tingkat Perputaran Kas (X1) dan Piutang (X2) secara bersamasama dengan Rentabilitas Ekonomi (Y). Hasil analisis data untuk mencari hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan Y diperoleh koefisien korelasi ganda R = 0,983. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi. Dengan demikian hipotesis ketiga yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama-sama dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005” teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi.
55
56 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% diperoleh rhitung > rtabel atau 0,891 > 0,878. Artinya pada tingkat perputaran kas yang tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Sebaliknya jika perputaran kas rendah maka bisa menyebabkan kas menganggur terlalu besar dan laba yang diperoleh relatif kecil sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi kecil. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% diperoleh rhitung > rtabel atau 0,905 > 0,878 berarti ada hubungan positif antara tingkat perputaran piutang (X2) dengan rentabilitas ekonomi (Y). Artinya semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam perusahaan makin rendah. Selain itu cepatnya piutang menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan dan laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Sebaliknya tingkat perputaran piutang yang rendah maka makin rendah pula piutang menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang dan laba yang diterima perusahaan menjadi kecil.
55
57 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung > Ftabel atau 29,499 >19,00. Artinya Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama akan mempertinggi rentabilitas ekonomi.
B. Implikasi Berdasarkan
kesimpulan
hasil
penelitian,
maka
dapat
dikaji
implikasinya baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang perputaran kas dan piutang yang terjadi di KPRI “PENI”, yaitu adanya hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi. Hal ini berarti bahwa dengan tingkat perputaran kas dan piutang yang tinggi dapat meningkatkan rentabilitas ekonomi.
2. Implikasi Praktis Penelitian ini telah menunjukan bahwa perputaran kas dan piutang berhubungan dengan rentabilitas ekonomi. Dengan tingkat perputaran kas dan piutang yang tinggi maka akan diperoleh rentabilitas yang tinggi pula. Dengan
58 demikian para pengurus dan karyawan di KPRI “PENI” harus dapat mengoptimalkan arus kas masuk dan keluar serta perputaran kas dan piutang agar diperoleh laba yang optimal.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pengurus KPRI Perputaran piutang di KPRI ”PENI” yang rendah mengakibakan makin rendahnya piutang menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang dan laba yang diterima perusahaan menjadi kecil. Kecepatan perputaran piutang dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar periode kredit yang telah ditetapkan dapat dipakai oleh pelanggan. Untuk mempercepat perputaran harus diusahakan agar pelanggan membayar sebelum periode kredit yang telah ditetapkan berakhir Cara- cara mempercepat pelunasan piutang adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan memberi sanksi apabila terlambat membayar. Walaupun
jangka
waktu
pelunasan
piutang ditentukan
tetapi
pada
kenyataannya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan piutangnya. Untuk menghindari hal ini perlu diambil suatu tindakan pencegahan yaitu berupa pemberian denda kepada para pelanggan yang terlambat membayar. 2. Mengaktifkan pengumpulan piutang dengan cara yang tegas dan lebih disiplin. Kebijakan
perusahaan
untuk
menghindari
masalah
keterlambatan
pengumpulan piutang dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan kembali pengumpulan
piutang
perusahaan,
sehingga
dapat
diharapkan
akan
menguntungkan kedua belah pihak sehingga dapat diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak serta menjamin hubungan yang baik antara perusahaan dengan pelanggan.
59 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan penelitian serupa untuk jenis koperasi yang lain guna mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilias ekonomi yang lebih sempurna.
60 DAFTAR PUSTAKA
Anton Dajan. 1995. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta: PT. Pustaka. Bambang Riyanto.2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 1997. Kriteria Koperasi Perkotaan Mandiri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Koperasi Perkotaan. Gulo W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada: University Press. Horngren Charles T, Harrison Jr Walter T, Robinson Michael A, Secokusumo Thomas H. 1997. Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Kamaruddin Ahmad. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.UKM/XI/2002. Tahun 2002. Tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi. Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Munawir. 1992. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Revrisond Baswir. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE Sarwoko, Abdul Halim. 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE Siegel, Sidney. 1990. Statistika Nonparametrik. Jakarta : PT. Gramedia Media Pustaka. Singgih Santoso. 2000. SPSS 10. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo Suad Husnan. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE 59
61 Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito. . 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sugiyono.2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Sutrisno Hadi. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset Syafarudin Alwi. 1991. Alat-alat Analisis dalam Pembelajaran. Yogyakarta : Andi Offset Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE