ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA KPRI DI LINGKUNGAN BKN Albertus Karjono Amelia Falah Fakrina Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav 24 Jakarta 13340 (021) 8564932 ABSTRAK Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara SHU koperasi dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini, modal sendiri dan modal pinjaman tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai satu kesatuan. Dengan menghitung rentabilitas ekonomi ini kita dapat memperoleh gambaran efisiensi badan usaha sebagai satu keseluruhan. Laba yang dipakai sebagai dasar menghitung rentabilitas ini adalah laba sebelum dikurangi pajak dan bunga pinjaman, karena besarnya pajak tidak dipengaruhi oleh efisien tidaknya jalan usaha tetapi dipengaruhi oleh banyak sedikitnya laba yang diperoleh. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh antara tingkat perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN Tahun 2009-2010 dan seberapa besar pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN Tahun 20092010. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan KPRI di lingkungan BKN yang berjumlah 13. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari 13 KPRI di lingkungan BKN tahun 20092010. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah perputaran kas dan perputaran piutang sebagai variabel bebas serta rentabilitas ekonomi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil uji secara parsial untuk perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi KPRI di lingkungan BKN berpengaruh secara signifikan, artinya Ho ditolak bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. Untuk uji secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN, artinya Ho ditolak ada pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi. Adapun saran yang dapat peneliti berikan diantaranya untuk KPRI di lingkungan BKN supaya mempertahankan sekaligus meningkatkan pengelolaan tingkat perputaran kas dan pengelolaan tingkat perputaran piutang sehingga dapat meningkatkan perolehan rentabilitas ekonomi. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN Dalam sistem perekonomian yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, koperasi merupakan salah satu dari tiga kekuatan perekonomian yang saling terkait yaitu perekonomian negara, swasta dan koperasi. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan bukan kemakmuran orang seorang yang diutamakan, dan bangunan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Koperasi sebagai salah satu sektor kekuatan ekonomi diharapkan dapat dijadikan sebagai soko guru perekonomian Indonesia, karena koperasi merupakan suatu badan usaha yang sesuai dengan demokrasi ekonomi bangsa Indonesia yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat. Koperasi sebagai badan usaha, selain bertujuan memenuhi kebutuhan anggota, koperasi juga mempunyai tujuan yaitu mencapai keuntungan (laba/Sisa Hasil Usaha). Keuntungan itu dirasakan sangat penting demi kelangsungan dan perkembangan kegiatan usaha, sehingga didalamnya tersirat suatu efisiensi, dimana hal ini merupakan makna organisasi ekonomi. Perolehan laba dapat dilihat dari efisiensi badan usaha menggunakan modalnya secara efisien dan mampu memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang besar sehingga koperasi tidak akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan hutangnya dan jika terjadi kebutuhan dana secara mendadak. Dengan mengetahui rasio dasar dalam analisis keuangan yang salah satunya adalah rasio rentabilitas, dapat diketahui tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Sebagaimana bentuk perusahaan lainnya, penyelenggaraan koperasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan modal kerja, modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 28
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja (Working Capital Turnover periode) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masingmasing komponen dari modal kerja tersebut. Elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar, sedangkan yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha. Dengan demikian, yang diperhatikan dalam modal kerja adalah kas, piutang, dan persediaan. Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan. Modal kerja dalam koperasi selalu berputar. Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam waktu yang relatif pendek, sehingga modal yang ditanamkan dalam koperasi akan cepat kembali. Tingkat perputaran yang tinggi akan mengakibatkan laba (SHU) koperasi juga tinggi dan laba yang tinggi akan mempengaruhi tingginya tingkat rentabilitas koperasi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, komponen modal kerja tersebut dibatasi hanya untuk kas dan piutang. Dalam pengelolaan kas sering terjadi adanya pengangguran uang kas yang berlebihan. Uang kas yang tersedia tidak dipergunakan secara maximal untuk kegiatan operasi perusahaan, sehingga mengurangi tingkat laba yang diharapkan dapat tercapai pada periode berjalan. Dengan mengetahui tingkat perputaran kas, maka dapat dikatakan efektif penggunaan modal kerja kas yang bersangkutan. Piutang sebagai bagian dari modal kerja, keberadaannya akan selalu berputar, dalam arti piutang itu akan tertagih pada saat tertentu. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja dalam piutang. Sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal kerja dalam piutang. Dengan mengetahui tingkat perputaran piutang, maka akan diketahui tingkat efektivitas modal kerja yang tertanam dalam piutang. Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Lingkungan Badan BKN) adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan pegawai maupun di kantor regional BKN. Jumlah koperasi ini ada 13 yang Jakarta dan 12 KPRI Kantor Regional (Kanreg) BKN yang tersebar di
Kepegawaian Negara (KPRI negeri BKN, baik di pusat terdiri dari KPRI BKN Pusat 12 kota.
Jumlah kas yang ada di KPRI di lingkungan BKN tergolong tinggi, banyaknya kas yang menganggur ini mengakibatkan perputaran kas di koperasi ini rendah yang berarti penggunaan modal kerjanya belum optimal. Belum optimalnya penggunaan modal kerja pada KPRI di lingkungan BKN dapat diatasi dengan mengatur tingkat perputaran kas, dan perputaran piutang. Dengan tingkat perputaran kas dan perputaran piutang yang tinggi, maka perolehan SHU dan tingkat rentabilitas ekonomi yang dicapai oleh Koperasi juga meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Tahun 2009-2010.”
2. LANDASAN TEORI Koperasi dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti bekerjasama untuk mencapai tujuan. Pengertian koperasi menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, sebagai berikut : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasar atas asas kekeluargaan”,UU No.25 Tahun 1992, pasal 1. Selanjutnya Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto dari buku Soeriaatmadja memberikan definisi sebagai berikut : ”Koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama”, Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, hal 39. Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 29
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Jenis-jenis koperasi berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi menurut Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto adalah : 1. Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam bidang konsumsi. Koperasi ini berfungsi : (a) Sebagai penyalur tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari yang memperpendek jarak antara produsen dan konsumen; (b) Harga barang di tangan konsumen menjadi lebih murah; (c) Biaya penjualan maupun biaya pembelian dapat ditekan, 2. Koperasi Simpan Pinjam / Kredit Koperasi simpan pinjam (koperasi kredit) adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang yang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan. Tujuan dari koperasi kredit adalah : (a) Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan; (b) Mendidik para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri; (c) Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian pendapatan. (d) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian, 3. Koperasi Produksi Koperasi Produksi sebagai suatu badan usaha yang dimiliki oleh para karyawan/pekerjanya (koperasi produsen). Terdapat 2 macam koperasi produksi : (a) Koperasi produksi kaum buruh, anggotanya terdiri atas orang-orang yang tidak punya perusahaan sendiri; (b) Koperasi produksi kaum produsen yang anggotanya adalah orangorang yang masing-masing memiliki perusahaan sendiri, 4. Koperasi Jasa Koperasi jasa diorganisir untuk dapat melayani para anggotanya dengan pelayanan yang lebih meningkat. Pelayanan yang dapat diusahakan meliputi : asuransi, kredit, telepon, irigasi dan pengairan, rumah sakit, auditing, fasilitas computer pemrosesan data, dan lainlain, 5.
Koperasi Serba Usaha Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya. Biasanya koperasi demikian tidak dibentuk sekaligus untuk melakukan bermacam-macam usaha, melainkan makin diperluas, karena kebutuhan anggota yang makin berkembang, kesempatan usaha yang terbuka, dan sebab-sebab lain, Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, hal 69.
Sumber permodalan koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 41 dalam buku Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto adalah : (a) Simpanan Pokok anggota, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh masingmasing anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok ini sifatnya permanen, artinya tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota; (b) Simpanan Wajib, yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada periode tertentu. Simpanan wajib ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota; (c) Dana Cadangan, yaitu sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha dan dicadangkan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan; (d) Donasi atau Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya, Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, hal 71. Selain itu ada juga Modal Pinjaman atau Modal Asing yang bersumber dari : (a) Anggota, yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat; (b) Koperasi Lainnya dan atau anggotanya, pinjaman dari koperasi lainnya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antara koperasi; (c) Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (d) Penerbitan Obligasi dan surat hutang lainnya, yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (e) Sumber lain yang sah, pinjaman yang diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan melalui penawaran secara umum, Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, hal 71. Pengertian SHU menurut UU No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian adalah sebagai berikut : (a) SHU Koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 30
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 tahun buku yang bersangkutan; (b) SHU setelah dikurangi cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan Perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan Rapat Anggota. (c) Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota, UU No.25 Tahun 1992, pasal 45. Pengertian Kredit menurut UU Pokok Perbankan RI Tahun 1998 tentang Perbankan : ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang telah ditetapkan“, UU No.10 Tahun 1998, Pasal 1. Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan kredit sebagai berikut: “Kredit adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA), Ikatan Akuntansi Indonesia, hal. 31. Unsur yang terdapat dalam kredit menurut Kasmir adalah : 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. 4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa, Kasmir, hal 103. 5. Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan atau peminjaman secara sehat, telah dikenal dengan adanya prinsip-prinsip perkreditan menurut Kasmir yang dikenal dengan 5C yaitu : 1. Character (Watak), yaitu menilai calon debitur mengenai character atau moral dan kemauannya untuk membayar. 2. Capacity (Kemampuan), yaitu kemampuan untuk membayar seluruh pinjamannya tepat pada waktunya. 3. Capital (Modal), yaitu kekayaan yang dimiliki oleh debitur apakah cukup mampu dalam memenuhi pinjamannya. 4. Collateral (Jaminan atau Anggunan), yaitu jaminan apa yang diberikan bagi keamanan kredit oleh debitur. 5. Condition of Economics, yaitu keadaan perkembangan ekonomi yang terjadi mempengaruhi usaha calon debitur, Kasmir, hal 117.
1.
2.
Pengertian modal kerja Menurut S.Munawir menurut konsep yang digunakannya, yaitu: Konsep Kuantitatif Konsep ini menitik beratkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang memiliki tingkat perputaran pendek yaitu kurang dari satu tahun. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah seluruh jumlah aktiva lancar. Konsep Kualitatif Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu hutang jangka pendek/ aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka pendek dari pemilik perusahaan, Munawir, hal 115. Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 31
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada sifat aktiva lancar yang dimiliki, seperti : kas, piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup artinya harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran perusahaan sehari-hari, karena dengan modal yang cukup akan menguntungkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan koperasi tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberi keuntungan antara lain : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen. 4. Memungkinkan bagi koperasi untuk memberikan syarat kredit yang menguntungkan para pelanggan. 5. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan yang semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 6. Memungkinkan bagi koperasi untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada lagi kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan”, Munawir, hal 116. Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Menurut Indriyo, modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi : 1. Modal kerja permanen (Permanent-working capital) Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi menjadi dua : a. Modal kerja primer (Primary-Working Capital) adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. b. Modal kerja normal (Normal-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaan. 2. Modal Kerja Variabel (Variable-Working Capital) Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variable dapat dibedakan : a. Modal Kerja Musiman (Seasonal-Working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim. b. Modal kerja siklis (cyclical-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. c. Modal kerja darurat (Emergency-Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya, Indriyo, hal 35. Besar kecilnya modal kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Volume penjualan Faktor ini adalah faktor yang utama karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari aktivitasnya itu adalah penjualan. Dengan demikian pada tingkat penjualan tinggi, diperlukan modal kerja yang relatif tinggi dan sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang relatif rendah. 2. Beberapa kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, antara lain : a. Politik penjualan kredit Panjang pendeknya piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja dalam satu periode. b. Politik penentuan persediaan besi Bila diinginkan persediaan tinggi, baik persediaan kas, persediaan bahan baku, persediaan barang jadi, maka diperlukan modal kerja yang relatif rendah. 3. 4.
Pengaruh musim Dengan adanya pergantian musim, akan dapat mempengaruhi besar kecilnya barang atau jasa, kemudian mempengaruhi besarnya tingkat penjualan. Kemajuan teknologi Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 32
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis, dengan demikian akan dapat mengurangi besarnya kebutuhan modal kerja, Indriyo, hal 36. Unsur-unsur modal kerja pada perusahaan industri terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang jadi, tagihan, uang kas, dan surat-surat berharga. Mengacu pada konsep kuantitatif modal kerja, yaitu keseluruhan aktiva lancar, maka elemen-elemen yang termasuk dalam aktiva lancar menurut S.Munawir adalah : 1. Kas bank 2. Investasi jangka pendek 3. Piutang wesel 4. Piutang dagang 5. Persediaan 6. Penghasilan yang masih harus diterima 7. Biaya yang dibayar dimuka, Munawir, hal 14. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas dua unsur dari modal kerja yaitu kas dan piutang, karena kedua komponen tersebut merupakan komponen pokok dalam perputaran modal kerja. Dalam hal ini persediaan tidak dibahas. Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio, yaitu diambil dari data laporan rugi laba dan neraca. Menurut Munawir, untuk menilai modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (Working Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Munawir, hal 80. Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja adalah :
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua. Penjelasan dari masing-masing perputaran aktiva lancar tersebut adalah : 1. Perputaran kas Berikut pengertian kas yang dikemukakan oleh Indriyo : “Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya”, Indriyo, hal 61. Sedangkan pengertian kas menurut S.Munawir : “kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro/demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan”, Munawir, hal 14. Menurut Bambang Riyanto : “Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Menurut H.G.Guthman dalam Bambang Riyanto, yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar”, Bambang Riyanto, hal 95. Berikut ada juga penjelasan yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto : “Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Jika perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan”, Bambang Riyanto, hal 94. Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus : Dimana rata-rata kas dan bank dapat dihitung dari saldo kas dan bank awal ditambah saldo kas dan bank akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas, berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 33
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Menurut Departemen Koperasi dan UKM pada buku Peraturan Koperasi BKN bahwa “perputaran kas bisa dikatakan efisien bila tingkat perputarannya 31-44 kali”, Tim Pengurus Koperasi BKN, hal 57. 2. Perputaran piutang Piutang merupakan aktiva/kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit, Indriyo, hal 81. Pengertian piutang menurut Bambang Riyanto : “Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat penjualan barang secara kredit. Piutang sebagai elemen modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti semakin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan begitu pula sebaliknya”, Bambang Riyanto, hal.3. Perputaran piutang dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus : Penjualan kredit disini adalah semua penjualan kredit sesudah dikurangi potonganpotongan. Sedangkan rata-rata piutang dihitung dari piutang awal ditambah piutang akhir dibagi dua, Indriyo, hal 95, [7]. Menurut Departemen Koperasi dan UKM pada buku Peraturan Koperasi BKN bahwa “perputaran piutang bisa dikatakan efisien bila tingkat perputarannya 10-14 kali”, Tim Pengurus Koperasi BKN, hal 58. Pengertian rentabilitas atau profitabilitas menurut S.Munawir, “Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu”, Munawir, hal 33. Sedangkan menurut Bambang Riyanto : “Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dalam persen. Faktor rentabilitas lebih penting dari pada laba, karena jumlah laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa KPRI ini telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh KPRI dengan kekayaan modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya”, Bambang Riyanto, hal 36. Menurut Bambang Riyanto, rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dan umumnya dirumuskan sebagai :
Dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, Bambang Riyanto, hal 35. Menurut Departemen Koperasi dan UKM pada buku Peraturan Koperasi BKN bahwa “Rentabilitas Ekonomi bisa dikatakan efisien bila tingkat perputarannya minimal 10%”, Tim Pengurus Koperasi BKN, hal 50. Rentabilitas suatu perusahaan menurut Bambang Riyanto dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan (operating capital assets). Dengan demikian modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Demikian pula laba yang yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya dividen, coupon, dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi, Bambang Riyanto Rumus : X100%, Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 34
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Bambang Riyanto, hal 36. Di dalam peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 dalam buku Gervasius Sugiyarso disebutkan bahwa “Rumusan Rentabilitas Ekonomi disebut sebagai Rentabilitas Aset, yang termasuk dalam aspek kemandirian dan pertumbuhan. Secara umum rentabilitas adalah kemampuan koperasi untuk memperoleh SHU. Rumusan rentabilitas aset tersebut diukur dengan membagi Sisa Hasil Usaha (SHU) sebelum bunga dan pajak dengan Total Aset, sehingga rumusnya menjadi : x 100%, Gervasius Sugiyarso, hal 107. 2.
Rentabilitas modal sendiri Rentabilitas modal sendiri menurut Bambang Riyanto adalah “perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax. (EAT = Earning After Tax). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Rumus yang digunakan : , Bambang Riyanto, hal 44.
Menurut Wasis rentabilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Volume penjualan Salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan perusahaan adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikkan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan tertutup juga. Hal ini akan mendorong perusahaan mengefektifkan modal untuk mengembangkan usahanya. Dengan penjualan yang tinggi, maka perputaran kas dan piutang akan menjadi tinggi dan laba yang diperoleh juga tinggi. Dengan laba yang tinggi, maka rentabilitas ekonomi juga menjadi tinggi. 2.
Efisiensi penggunaan biaya Modal dan investasi yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya harus benar-benar dipelihara dan dipertanggung jawabkan secara terbuka. Dalam jangkauan pemeliharaan dan pertanggung jawaban secara terbuka berarti bahwa penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat rentabilitas. 3. Profit margin Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan berkaitan dengan besarnya penjualan perusahaan. 4. Struktur modal perusahaan Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang terutama hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham biasa, tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek, Wasis, hal 71. Menurut Bambang Riyanto tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor : 1. Profit margin Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih yang dinyatakan dalam persentase,
2.
Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa profit margin ialah selisih antara net sales dengan operating expenses (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha; Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva)
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 35
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Turnover of operating assets adalah kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover assets dalam suatu periode tertentu. Turnover assets dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating assets. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover masingmasing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapatlah digambarkan sebagai berikut : Rentabilitas = Profit Margin X Operating Assets Turnover , Bambang Riyanto, hal 37. 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang diteliti. Penelitian deskriptif juga berusaha mengumpulkan, mengklasifikasikan, menyajikan serta menganalisa data kemudian menarik kesimpulan dari keadaan yang ada pada perusahaan yang diteliti. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan (Field Research) a. Observasi Cara observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan kunjungan langsung ke Koperasi. b. Wawancara Wawancara yaitu melakukan pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung dengan pemimpin koperasi dan para anggota pengurusnya. 2. Penelitian Keperpustakaan (Library Research) Melalui metode ini diadakan penelitian dengan cara membaca buku-buku mengenai koperasi, perputaran kas, perputaran piutang, rentabilitas ekonomi, dan lain sebagainya untuk memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis dan teknisi untuk mengetahui pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi. Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa analisa terhadap data-data yang diperoleh, antara lain : Uji Asumsi Klasik 1. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variable dipendennya memiliki distribusi data normal atau tidak. 2. Uji multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan menguji adanya korelasi antar variabel bebas (independent) pada model regresi. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortagonal atau memiliki koefisien korelasi yang tidak sama dengan nol terhadap variabel bebas lainnya (Xn). Adanya multikolinieritas menyebabkan suatu model regresi memiliki varian yang besar, sehingga mengakibatkan sulit mendapatkan estimasi yang tepat, interval konsistensi cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan lebih kecil. Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, yaitu dengan melihat variance inflation factor (VIF). Dimana tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut-off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10, Yohanes Anton Nugroho, hal 102, [12]. Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 36
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 3.
Uji heteroskedasitas/ korelasi rank spearman Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual data yang ada. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami gejala heteroskedasitas. Cara yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan analisis grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRDCH) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual. Dasar analisis : 1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Selain dengan cara diatas, Korelasi rank spearman juga digunakan untuk mencari kedekatan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang memiliki skala pengukuran berupa skala ordinal. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk data yang tidak terdistribusi secara normal.
Berikut pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono dalam buku Yohanes Anton Nugroho pada Tabel 1: Tabel 1 Pedoman interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat 4.
Uji otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Untuk mendeteksi terjadinya otokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian menggunakan Durbin Watson, Yohanes Anton Nugroho, hal 103. Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai Durbin Watson (d) dengan di dan du tertentu atau dengan melihat tabel Durbin Watson yang telah ada klasifikasinya untuk menilai perhitungan d yang diperoleh. Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut : 1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif 2. Jika dl < d < du berarti tidak dapat disimpulkan (ragu-ragu) 3. Jika du < d < (4-dl), berarti tidak terdapat autokorelasi 4. Jika (4 – dl) < d, berarti terdapat autokorelasi negatif
Analisis statistik 1. Analisis regresi berganda Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) terhadap tingkat rentabilitas ekonomi (Y) digunakan analisis regresi berganda dengan formula sebagai berikut : Y = αo + α1X1 + α2X2 Keterangan : Y = Tingkat rentabilitas sebagai variabel terikat X1 = Perputaran kas sebagai variabel bebas X2 = perputaran piutang sebagai variabel bebas αo = Konstanta α1 = Koefisien regresi perputaran kas terhadap tingkat rentabilitas dimana variabel perputaran piutang dianggap tetap.
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 37
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 α2
=
Koefisien regresi perputaran piutang terhadap tingkat rentabilitas dimana variabel perputaran kas dianggap tetap. Sudjana, hal 348.
2. Uji hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ho = α1 = α2 = 0, artinya perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (Y). Ho = α1 = α2 ≠ 0, artinya perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (Y). 1. Untuk mengetahui keberartian model regresi digunakan uji keseluruhan (Uji F), sebagai berikut : Dimana : JK(reg) = α1.∑X1y + a2∑x2y JK(reg) = ∑(Y- )2
2.
Sudjana, hal 355 Kesimpulan : Ho diterima, jika koefisien Fhitung signifikan pada taraf lebih besar dari 5%. Sebaliknya Ho ditolak, jika koefisien Fhitung signifikan pada taraf lebih kecil atau sama dengan 5%. R2 (Koefisien korelasi berganda) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perputaran kas (X1) dan perputaran piutang (X2) terhadap rentabilitas (Y) : α α
Sudjana, hal 383. b. Ho = α1 = 0, artinya perputaran kas (X1) secara parsial (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (Y). 1. Untuk menguji koefisien regresi secara parsial digunakan uji t :
2.
Kesimpulan : Ho diterima, jika thitung signifikan pada taraf lebih besar dari 5%. Sebaliknya Ho ditolak, jika koefisien thitung signifikan pada taraf lebih kecil atau sama dengan 5%. Ry1.2 (koefisien korelasi sederhana Y dan X1) digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh perputaran kas terhadap rentabilitas (Y), jika X2 konstan :
c. Ho=α2=0, artinya perputaran piutang (X2) secara parsial (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (Y). Ho=α2≠0, artinya perputaran piutang (X2) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (Y). 1. Untuk menguji koefisien regresi secara parsial digunakan uji t :
2.
Kesimpulan : Ho diterima, jika koefisien thitung signifikan pada taraf lebih besar dari 5%. Sebaliknya Ho ditolak, jika thitung signifikan pada taraf kecil atau sama dengan 5%. Ry.1.2 (koefisien korelasi sederhana Y dan X2) digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh perputaran piutang terhadap rentabilitas (Y), jika X1 konstan :
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 38
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 4.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah penjualan bersih dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Contoh perhitungan perputaran kas pada KPRI Pusat Jakarta Tahun 2009 : Perputaran Kas = = = =
4.80
Deskripsi mengenai perputaran kas pada masing-masing KPRI di lingkungan BKN tahun 2009-2010 secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2 Tingkat Perputaran Kas pada KPRI di Lingkungan BKN Tahun No
Nama KPRI
Rata-rata
2009
2010
(kali)
1
KPRI Pusat BKN
4.8
4.6
4.7
2
KPRI Kanreg I BKN
6.2
5.76
5.98
3
KPRI Kanreg II BKN
6
6.52
6.26
4
KPRI Kanreg III BKN
7.2
6.6
6.9
5
KPRI Kanreg IV BKN
5.1
4.64
4.87
6
KPRI Kanreg V BKN
6.5
5.56
6.03
7
KPRI Kanreg VI BKN
7.56
7.28
7.42
8
KPRI Kanreg VII BKN
8.83
7.84
8.34
9
KPRI Kanreg VIII BKN
4.11
3.48
3.8
10
KPRI Kanreg IX BKN
5.94
5.14
5.55
11
KPRI Kanreg X BKN
7.69
6.9
7.3
12
KPRI Kanreg XI BKN
6.43
6.56
6.5
13
KPRI Kanreg XII BKN
15.78
12.22
14
92.21
83.02
87.62
6.39
6.74
Jumlah
Rata-rata 7.09 Sumber : Laporan Keuangan KPRI yang diolah
Dalam tabel 2 diketahui bahwa selama tahun 2009 – 2010 rata-rata tingkat perputaran kas tertinggi terjadi pada KPRI Kantor regional XII BKN Pekanbaru dengan rata-rata sebesar 14.00 kali pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata kas yang tertanam pada modal kerja KPRI akan terkumpul kembali dalam waktu 25.71 hari atau sekitar 26 hari. Sedangkan tingkat perputaran kas terendah terjadi pada KPRI Kantor regional VIII BKN Banjarmasin dengan ratarata 3.80 kali per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata kas tertanam pada modal kerja terkumpul kembali dalam waktu 94.73 hari atau sekitar 95 hari. Rata-rata tingkat perputaran kas KPRI di lingkungan BKN selama tahun 2009 – 2010 adalah 6.74 kali. Artinya bahwa rata-rata kas yang tertanam pada modal kerja terkumpul kembali dalam jangka waktu 53 hari. Perputaran piutang dihitung dari perbandingan penjualan kredit dan volume pinjaman dengan jumlah piutang rata-rata. Contoh perhitungan perputaran piutang pada KPRI BKN Pusat Jakarta tahun 2009 sebagai berikut :
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 39
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Perputaran Piutang
= = = =
1.65
Deskripsi mengenai perputaran piutang pada masing-masing KPRI di lingkungan BKN tahun 2009-2010 secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3 : Tabel 3 Tingkat perputaran piutang KPRI di Lingkungan BKN Tahun No
Nama KPRI
Rata-rata
2009
2010
(kali)
1
KPRI Pusat BKN
1.65
1.58
1.62
2
KPRI Kanreg I BKN
4.26
4.14
4.2
3
KPRI Kanreg II BKN
8.7
7.5
8.1
4
KPRI Kanreg III BKN
3.42
3.58
3.5
5
KPRI Kanreg IV BKN
6.35
6.04
6.2
6
KPRI Kanreg V BKN
4.85
3.74
4.3
7
KPRI Kanreg VI BKN
6.3
5.65
5.98
8
KPRI Kanreg VII BKN
5.21
5.98
5.6
9
KPRI Kanreg VIII BKN
2.12
1.06
1.59
10
KPRI Kanreg IX BKN
3.35
3.82
3.59
11
KPRI Kanreg X BKN
6.58
5.22
5.9
12
KPRI Kanreg XI BKN
7.89
7.87
7.88
13
KPRI Kanreg XII BKN
8.94
8.05
8.5
69.62
64.23
66.96
jumlah
Rata-rata 5.36 4.94 Sumber : Laporan keuangan KPRI yang diolah
5.15
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa selama tahun 2009 – 2010 tingkat perputaran tertinggi dialami oleh KPRI Kantor regional XII BKN Pekanbaru dengan rata-rata sebesar 8.50 kali pertahun. Hal ini berarti rata-rata piutang yang terdapat pada modal kerja KPRI terkumpul kembali dalam waktu 42 hari. Sedangkan rata-rata perputaran piutang terendah terjadi pada KPRI Kantor regional Banjarmasin dengan rata-rata sebesar 1.59 kali pertahun. Artinya rata-rata piutang yang tertanam pada modal kerja yang terkumpul kembali dalam waktu 226 hari. Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan membandingkan laba/Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dengan modal yang dipergunakan. Laba atau SHU yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi. Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal koperasi dalam menghasilkan laba atau SHU, maka dengan demikian tingkat rentabilitas yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Berikut secara lengkap perhitungannya yang ditampilkan pada Tabel 4 : Tabel 4 Tingkat rentabilitas Ekonomi KPRI di lingkungan BKN Modal Usaha SHU Rentabilitas Nama KPRI
2009
2010
2009
2010
2009
2010
1
KPRI Pusat BKN
0.13
0.12
6.900.591.9 87 712.195.510
6.873.320.9 59 627.117.510
2
KPRI Kanreg I BKN
0.15
0.13
875.844.78 4 615.377.41 0
821.328.90 0 553.425.86 0
No
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 40
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 569.869.280
587.445.060
694.544.880
714.368.950
445.397.090
452.703.085
717.354.720
775.607.582
0.14
540.936.080 549.868.600
3
KPRI Kanreg II BKN
0.19
0.16
4
KPRI Kanreg III BKN
0.16
0.16
5
KPRI Kanreg IV BKN
0.15
0.14
6
KPRI Kanreg V BKN
0.17
0.17
7
KPRI Kanreg VI BKN
0.15
8
487.810.49 0 110.169.52 9 65.846.744
505.903.94 0 113.348.44 9 62.449.882
644.653.280
120.808.88 9 82.381.731
132.624.49 0 91.386.287
431.870.850
75.968.095
63.640.585
613.887.989
498.379.570
48.851.359
39.605.518
0.14
0.15
9
KPRI Kanreg VII BKN KPRI Kanreg VIII BKN
0.08
0.08
10
KPRI Kanreg IX BKN
0.12
0.12
359.520.980
453.115.950
43.643.696
54.893.905
11
KPRI Kanreg X BKN
0.15
0.13
545.984.001
656.872.100
81.469.802
85.026.320
12
KPRI Kanreg XI BKN
0.18
0.18
308.037.091
321.878.320
54.358.681
56.878.613
485.751.932
622.791.930
13
KPRI Kanreg XII BKN
110.312.19 0
135.663.67 6
0.23 0.22 0.15 0.14 Rata-rata 3 8 Sumber : Laporan keuangan KPRI yang diolah
Dari data di atas diketahui bahwa rata-rata rentabilitas ekonomi KPRI di Lingkungan BKN tahun 2009 adalah 15.3% dan tahun 2010 adalah 14.8% atau menurun sebesar 0.5% Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN, terlebih dahulu dilakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan program komputer SPSS Statistics Version 20. Sebelum dilakukan analisis persamaan regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan kolmogrov-smirnov pada variable independen dan variable dependen. Tabel 5 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 X2 Y N 26 26 26 Mean 6.7400 5.1481 .1500 Normal Parametersa,b Std. 2.52244 2.25932 .03453 Deviation Absolute .216 .082 .117 Most Extreme Positive .216 .076 .117 Differences Negative -.121 -.082 -.116 Kolmogorov-Smirnov Z 1.101 .417 .596 Asymp. Sig. (2-tailed) .177 .995 .870 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b.
Hasil analisis kolmogrov smirnov dengan nilai Z untuk X1 sebesar 1.101, dan untuk X2 sebesar 0.417. Asymp signifikan untuk variable X1, dan X2, secara berturut-turut adalah 0.177 untuk X1, dan 0.995 untuk X2. Dari hasil tersebut Nampak bahwa pada variable Y, X1, dan X2 memiliki distribusi yang normal. Multikolinieritas Berdasarkan hasil pengujian Variance Inflection factor (VIF) dengan menggunakan program SPSS diketahui hasil output pada Tabel 5-5:
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 41
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Tabel 6 Hasil uji Multikolinieritas
Model
Unstandardiz ed Coefficients B Std. Error
(Constant .069 .011 ) 1 X1 .006 .002 X2 .008 .002 a. Dependent Variable: Y
c.
d.
Standardize d Coefficients Beta
Coefficientsa t Sig.
Correlations
Zeroorder
Partia l
Collinearity Statistics
Part
Toleranc e
.549 .336 .633 .419
.624 .624
VIF
6.336 .000 .425 .530
3.148 .005 3.922 .001
.750 .791
1.603 1.603
Dari hasil output didapatkan nilai FIV pada kedua variabel bebas adalah sama, yaitu sebesar 1.603. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai VIF < 10, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efek multikolinieritas bukanlah masalah yang berarti dalam perhitungan. Uji Heteroskedasitas Berikut output yang dihasilkan dari uji Heteroskedasitas : Grafik 1 Hasil Scatter plot
Dari hasil tersebut didapatkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heroskedasitas. Uji Autokorelasi Hasil outputnya adalah sebagai berikut Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 .859a .738 .715 .01842 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
DurbinWatson 1.603
Dari pengujian autokorelasi dapat diketahui bahwa nilai D hitung adalah 1.603. Bila nilai k= 2, N=26, dan tingkat signifikansi adalah 5%, maka dari table Durbin Watson Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 42
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 didapatkan nilai dL = 1.2236 dan dU = 1,5528. Dengan demikian berlaku kondisi d U < d < 4-dU atau tidak terdapat autokorelasi. Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui analisis statistik dengan menggunakan SPSS Statistics Version 20, maka diperoleh persamaaan linier sebagai berikut : Y = 0.069+ 0.006 X1+ 0.008X2 Y = Rentabilitas X1 = Perputaran Kas X2 = Perputaran Piutang Persamaan regresi tersebut berarti bahwa, jika perputaran kas naik satu kali, maka rentabilitas ekonomi naik sebesar 0.006%, sedangkan jika perputaran piutang naik satu kali, maka rentabilitas ekonomi naik sebesar 0.008%. Untuk menguji keberartian persamaan garis regresi, apakah ada pengaruh antara variable-variabel tersebut adalah signifikan ataukah tidak maka perlu dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F untuk uji simultan dan uji t untuk uji secara parsial. a. Simultan Untuk mengetahui pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas secara simultan dilakukan uji F. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Statistics Version 20 diketahui nilai Fhitung sebesar 32.406 dengan df pembilang 2 dan df penyebut 23 (N-k-1) diketahui nilai Ftabel 3.42. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung > Ftabel (32.406 > 3.42) yang berarti bahwa menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi. Tabel 8 Uji F ANOVAa Model Sum of df Mean Square F Sig. Squares Regression .022 2 .011 32.406 .000b 1 Residual .008 23 .000 Total .030 25 b.
Parsial Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maka dilakukan uji t. hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS Statistics Version 20 dapat diketahui pada Tabel 5-8 berikut : Tabel 9 Uji T No Variabel thitung ttabel Perbandingan Kesimpulan 1 X1 3.148 2.056 thitung > ttabel Ho ditolak 2 X2 3.922 2.056 thitung > ttabel Ho ditolak Ttabel diperoleh dari tabel t dengan nilai ά 5% dan dk = 26. Berdasarkan hasil perbandingan Tabel diatas terlihat bahwa variable X1 dan X2 hasil thitung > ttabel. Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial.
Untuk mengetahui derajat hubungan antara variable X1 dan X2 terhadap Y maka dilakukan perhitungan koefisien determinasi baik secara parsial maupun secara simultan. a. Simultan Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variable X1 dan X2 terhadap Y secara simultan dapat diketahui dari besarnya korelasi antara X1 dan X2 yang dikuadratkan (R square). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0.738 atau 73.8%. Sisanya sebesar 26.2% dipengaruhi faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. b. Parsial Untuk mengetahui besarnya hubungan antara X1 dan X2 terhadap Y secara parsial dilakukan dengan mengkuadratkan besarnya korelasi parsial dari analisis data yang diperoleh . Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS Version 20 diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1 terhadap Y sebesar (0.549)2 = 0.301 dan X2 terhadap Y sebesar (0.633)2=0.4. Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 43
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS Statistics Version 20 diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (32.406 > 3.42) yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN tahun 2009 – 2010 secara simultan yaitu sebesar 73.8% Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan tingkat perputaran kas yang dicapai oleh KPRI di Lingkungan BKN rata-rata selama 2 tahun adalah 6.74 kali. Bila hasil perhitungan tingkat perputaran kas tersebut diklasifikasikan dengan pengukuran rasio dari Departemen Koperasi dan UKM tahun 2002, maka perputaran kasnya masuk dalam kriteria kurang efisien karena masih dibawah standar yang telah ditetapkan yaitu perputaran kas bisa dikatakan efisien bila tingkat perputarannya mencapai 31-44 kali. Sedangkan tingkat perputaran kas di KPRI di lingkungan BKN ini termasuk sangat rendah, rendahnya tingkat perputaran kas menunjukkan adanya investasi yang berlebihan pada kas. Makin besar jumlah saldo kas yang ada dalam koperasi berarti makin tinggi tingkat kewajiban finansialnya. Tetapi, saldo kas yang besar ini menunjukkan makin banyaknya uang kas yang menganggur, sehingga akan memperkecil rentabilitas yang dicapai oleh koperasi. Perputaran yang rendah menunjukkan bahwa koperasi kurang efisien dalam menggunakan kasnya karena banyaknya dana yang menganggur. Kas yang tidak dimanfaatkan akan merugikan koperasi karena koperasi menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh SHU. Kas sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya. Perputaran kas berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi KPRI di Lingkungan BKN. Hal tersebut disebabkan persediaan kasnya yang diputarkan atau dalam keadaan bekerja, sehingga KPRI dapat menempatkan dalam keadaan likuid apabila sewaktuwaktu ada tagihan. Meskipun kas sebagai alat yang paling likuid itu sangat penting bagi koperasi, akan tetapi koperasi perlu melakukan penyesuaian atau perencanaan dalam menganggarkan berapa uang tunai yang harus disediakan atau perencanaan dalam menganggarkan berapa uang tunai yang harus disediakan oleh koperasi untuk kegiatan operasionalnya. Sehingga aktiva koperasi dapat benar-benar digunakan secara efektif dan efisien. Berdasarkan perhitungan, pengaruh perputaran kas terhadap rentabilitas ekonomi di KPRI di lingkungan BKN tergolong rendah yaitu hanya 30%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata perputaran piutang di KPRI di Lingkungan BKN tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 adalah 5.15 kali. Bila hasil perhitungan tingkat perputaran piutang tersebut diklasifikasikan dengan pengukuran rasio dari Departemen Koperasi dan UKM, maka perputaran piutang tahun 2009 sampai tahun 2010 masuk dalam kriteria kurang efisien atau berada dibawah standar normal yang seharusnya 10 – 14 kali. Perputaran piutang yang rendah menunjukkan adanya kelebihan investasi dalam piutang. Berdasarkan perhitungan, pengaruh perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi di KPRI di lingkungan BKN tergolong rendah yaitu hanya 40%. Rasio perputaran piutang biasanya digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran atau gambaran kasar mengenai seberapa cepat piutang koperasi berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang menggambarkan lamanya suatu piutang bisa tertagih. Piutang hanya memberikan kontribusi bagi koperasi jika piutang tersebut telah dibayar lunas. Semakin cepat perputaran piutang, maka makin efisien penggunaan piutang koperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI. Hal ini menggambarkan bahwa perputaran piutang dalam koperasi di lingkungan BKN lancar yang dapat mengakibatkan resiko piutang tidak dapat tertagih menjadi minimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan koperasi untuk mempertahankan kondisi ini diantaranya memperpendek batas waktu pembayaran kredit. Selain itu untuk meningkatkan cepatnya pelunasan kredit dapat digunakan sistem bunga progresif, yaitu bunga yang semakin meningkat setiap bulannya atau setiap tahunnya. Tingkat rentabilitas KPRI di Lingkungan BKN atau kemampuan menghasilkan labanya pada tahun 2009 sebesar 0.153 atau 15.3%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 0.148 atau 14.8%. Hasil perhitungan rentabilitas tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 tersebut masuk dalam kriteria efisien. Meskipun begitu kemampuan dalam menghasilkan labanya masih harus Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 44
ESENSI Volume 15 No.2 / Agustus 2012 ditingkatkan lagi. Hal ini dikarenakan tingkat perputaran kas dan perputaran piutangnya masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat rentabilitas ekonomi KPRI di Lingkungan BKN rata-rata adalah 15% untuk setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa tingkat rentabilitas ekonomi KPRI di Lingkungan BKN sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Dinas Koperasi dan UKM, dimana rentabilitas ekonomi bisa dikatakan efisien bila mencapai lebih dari 10%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya oleh S.Elwiyana (Universitas Negeri Semarang tahun 2007) tentang pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas KPRI di Kabupaten Jepara tahun 2004 – 2005 bahwa perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan perhitungan, rata-rata tingkat perputaran kas pada KPRI di lingkungan BKN tahun 2009-2010 sebesar 6.74 kali, perputaran piutang 5.15 kali, dan rentabilitas ekonomi sebesar 15.05%. 2. Untuk uji secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di lingkungan BKN. 3. Berdasarkan uji secara parsial untuk perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi di KPRI di lingkungan BKN berpengaruh secara signifikan. 4. Besarnya pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang secara simultan diketahui sebesar 73.8%, sedangkan secara parsial diketahui bahwa besarnya pengaruh antara perputaran kas terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 30%, dan besarnya pengaruh antara perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 40%. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1. Perputaran kas yang masih belum efisien dapat ditingkatkan dengan cara menginvestasikan uang kas ke dalam unit usaha yang menghasilkan, misalnya dengan memperbesar unit usaha toko dengan cara lebih memperbanyak lagi ragam barang yang dijual agar bisa bersaing dengan toko lain seperti Indomaret dan Alfamart. 2. Untuk KPRI di lingkungan BKN agar mengelola penjualan kredit (simpan pinjam) secara lebih baik lagi, sehingga efisien penggunaan piutang koperasi dapat tercapai. 3. Untuk semakin meningkatkan rentabilitas, maka dapat dilakukan dengan cara memperbesar volume usahanya pada unit usaha yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu unit simpan pinjam agar laba yang diperoleh semakin besar. 4. Lebih sering mengadakan promosi kepada para anggota, agar para anggota mau ikut berpartisipasi dalam mengembangkan koperasi. [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2003 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi ke empat, Liberty, Yogyakarta, 2001 Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta, 2002 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi ke empat, BPFE, Yogyakarta, 2001 Tim Pengurus Koperasi BKN, Peraturan Koperasi BKN, Jakarta, 2004 Gervasius Sugiyarso, Akuntansi Koperasi, CAPS, Yogyakarta, 2011 Wasis, Manajemen Keuangan, UKSW, Salatiga, 2003 Yohanes Anton Nugroho, Olah Data dengan SPSS, Skripta Media Creative, Yogyakarta, 2011 Sudjana, Metoda Statistika, Edisi ke enam, Tarsito, Bandung, 2005
Albertus Karjono dan Amelia Falah: “Pengaruh Perputaran Kas...” 45