HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM MENJALANKAN POSYANDU BALITA DI DESA PACALAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAOSAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh: FARINDA FARMA HANDIKA J210100036
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Jln. A. Balita Yani,diTromol Desa Pacalan Pos I Pabelan, Wilayah Kartasura. Kerja Puskesmas Telp. (0271) Plaosan 717417 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id
Email:
[email protected]
SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Pembimbing I Nama
: Agus Sudaryanto, S.Kep., Ns., M.Kes
Pembimbing II Nama
: Enita Dewi, S.Kep., Ns., MN
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama
: Farinda Farma Handika
NIM
: J 210 100 036
Program Studi : Keperawatan S-1 Fakultas
: Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi
: HUBUNGAN KEAKTIFAN
TINGKAT KADER
PENGETAHUAN DALAM
DENGAN
MENJALANKAN
POSYANDU BALITA DI DESA PACALAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAOSAN Naskah ariktel ilmiah tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya. Surakarta, 10 Februari 2016 Pembimbing I
Pembimbing II
Agus Sudaryanto, S.Kep., Ns., M.Kes
Enita Dewi, S.Kep., Ns., MN
0
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM MENJALANKAN POSYANDU BALITA DI DESA PACALAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAOSAN Farinda Farma Handika* Agus Sudaryanto**,Enita Dewi** ABSTRAK Latar Belakang:Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak Bawah Lima Tahun (balita) ke posyandu. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. Metode:Desain penelitian ini dengan pendekatan silang cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling, sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Alat analisis yang digunakan dengan Nonparametrik Rank Spearma. Hasil:Hasil penelitian diketahui bahwa: Tingkat pengetahuan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan merata. Keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan termasuk dalam kateogi tidak aktif. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan (p= 0,036). Kesimpulan:Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. Kata kunci
: pengetahuan, keaktifan, kader, posyandu, balita.
1
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
ABSTRACT KNOWLEDGE LEVEL RELATIONS WITH THE IMPLEMENT POSYANDU LIVELINESS CADRE TODDLER IN THE PACALAN HEALTH WORK AREA PLAOSAN Background: Posyandu success can not be separated from the hard work of cadres who volunteered to manage neighborhood health center in each region. Lack of training and coaching to improve skills that are adequate for the cadres led to a lack of understanding of duty cadres, lack of information and lack of coordination between the officers and cadres in Posyandu kegiatanan implementation can result in low levels of the presence of children under five years (toddlers) to Posyandu. Purpose:This study aimed to analyze the relationship between the level of knowledge with the liveliness of cadres in Posyandu Implement Pacalan Toddler Village Puskesmas Plaosan. Method:The study design was cross with cross-sectional approach. The population in this study were all cadre's Village Puskesmas Pacalan Plaosan Magetan. The sampling technique used is total sampling, so that the whole population is applied as a sample. The analytical tool used by the Nonparametrik Rank Spearman Result:The survey results revealed that: The knowledge level cadres in Posyandu toddler running in the village Puskesmas Pacalan Plaosan evenly. Liveliness cadres in Posyandu toddler running in the village Puskesmas Pacalan Plaosan included in kateogi inactive. Level of knowledge related with the liveliness of cadres in Posyandu toddler running in the village Puskesmas Pacalan Plaosan (p = 0.036). Conclusion: Level of knowledge related with the liveliness of cadres in Posyandu toddler running in the village Puskesmas Pacalan Plaosan. Keywords
: knowledge, active, cadres,posyandu, toddlers
PENDAHULUAN Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat sedangkan pemerintah hanya menfasilitasi. Posyandu telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai suatu strategi untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu yang meliputi program prioritas (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dan terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu (Depkes RI, 2013). Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader
2
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak Bawah Lima Tahun (balita) ke posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita (Harisman dkk, 2012). Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita (Bawah Lima Tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. Pada tahun 2013, lebih kurang 250.000 posyandu di Indonesia hanya 40% yang masih aktif dan diperkirakan hanya 43% anak balita yang terpantau status kesehatannya (Martinah, 2014) Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur pada tahun 2014, jumlah posyandu sebanyak 45.603 Posyandu yang tersebar di 38 kab/kota yang terdiri dari Posyandu strata Pratama 4.137 (9,07%), Madya 18.532 (40,64%), Purnama 21.843 (46,14%) dan Mandiri 1.891 (4,15%). Menurut Sofiyati Sucahyani, Ketua Bidang Pengembangan dan Permberdayaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Idealnya, setiap Posyandu memiliki 4 kader. Di propinsi jawa timur sendiri terdapat 226.829 kader Posyandu. Dari jumlah tersebut, 165.226 kader diantaranya kader yang terlatih. Sedangkan kader aktif di Posyandu sebanyak 205.227 (Suarakawan.com Surabaya, 2014).
Kondisi ketidak aktifan kader dalam kegiatan Posyandu juga terjadi di Posyandu Kecamatan Plaosan Magetan. Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Plaosan terdiri dari 44 Posyandu terbagi dalam 8 desa yang meliputi Kelurahan Plaosan, Kelurahan Sarangan, Desa Dadi, Desa Ngancar, Desa Plumpung, Desa Bulugunung, Desa Puntukdoro dan Desa Pacalan. Desa Pacalan merupakan desa dengan tingkat keaktifan kader paling rendah, hasil survey pendahuluan yang dilakukan yang menyatakan bahwa hasil pemantauan tentang kegiatan Posyandu yang masih belum bisa rutin (satu bulan ada dan tiga bulan berikutnya tidak ada), serta jumlah kader aktif masih terbatas yaitu hanya 16 orang. Dalam perkembangannya Posyandu di Desa Pacalan mempunyai 6 unit Posyandu, kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader Posyandu yang berjumlah 40 orang, yang mana tiap Posyandu memiliki 5-8 kader Posyandu (Daftar Hadir Kader Posyandu Desa Pacalan, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. B. Rumusan Masalah Kondisi ketidak aktifan kader dalam kegiatan Posyandu juga terjadi di Posyandu Desa Pacalan Kecamatan Plaosan Magetan. Hasil survey pendahuluan menunjukkan jumlah kaderaktif masih terbatas yaitu hanya 10 orang. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di
3
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan?”. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan korelasional, yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel(Notoatmodjo, 2010). Metode pendekatannya adalah cross sectional. Cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Berhubung jumlah populasi dalam penelitian termasuk dalam sampel kecil (kurang dari 100), maka seluruh populasi dalam penelitian ini diambil sebagai sampel penelitian, sehingga sampel penelitian adalah kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Tempat penelitian di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui Data primer, yaitu data yang diperoleh dari langsung dari kader berupa jawaban kader tentang pertanyaan mengenai manajemen posyandu dan Data Sekunder, yaitu data yang didapat dari buku absensi dari kehadiran kader untuk melihat keaktifan kader.
Instrumen penelitian adalah alatalat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).Instrument penelitian ini adalah: Penilaian tingkat pengetahuan kader dengan menggunakan skala Guttman. Penilaian kuesioner, jika jawaban benar sesuai dengan kunci jawaban maka nilainya 1, dan jika jawaban salah tidak sesuai dengan kunci jawaban maka nilainya 0 (Sugiyono, 2010). Kategori penilaian dengan skala nominal, kemudian dikategorikan menjadi pengetahuan baik apabila didapatkan persentasi 76100%, cukup 56-75%, dan kurang <56% (Wawan dan Dewi, 2011). Penilaian keaktifan kader dengan cara pengukuran melihat dari absensi kader. Kategori penilaian dinilai dengan menggunakan skala Guttman yang berisi 2 alternatif jawaban “aktiftidak aktif”. Kategori penilaian dengan skala nominal. Analisis data secara deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti (Danim dan Darwis, 2009).Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Danim dan Darwis, 2009). Dua variabel tersebut pengetahuan kader (variabel independent) dan keaktifan kadaer (variabel dependen). Data diolah dengan menggunakan software dalam computer program
Statistical Product for Service Solutions (SPSS) for window 20.0. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nonparametrik correlation rank spearman dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Rho : Nilai Korelasi Spearman Rank
4
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
d2 : Selisih setiap pasangan rank n : Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 < n < 30) Kriteria pengujian jika nilai rs> rtabel atau < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya jika nilai rs< rtabel atau < 0,05, maka Ha diterima, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
menunjukkan rata-rata kader posyandu Balita di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan mengikuti kegiatan Posyandu selama 5 kali dalam 10 bulan.Tingginya tingkat ketidakaktifan kader Posyandu di Desa Pacalan ini lebih disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan kader tentang Posyandu, sehingga dengan pengetahuan lang rendah ini menjadi kader kurang aktif dalam setiap program Posyandu.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan dan keaktifan kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. 1. Pengetahuan Hasil perhitungan tendensi sentral tingkat pengetahuan Kader Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan menunjukkan bahwa nilai minimum dari skor pengetahuan adalah 10 dan nilai maksimum adalah 22 dengan nilai rata-rata sebesar 16,16. Hal ini menunjukkan rata-rata kader posyandu Balita di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan mampu menjawab dengan benar 64% dari seluruh pertanyaan.hasil perhitungan tendensi sentral adalah sebagai berikut: 2. Keaktifan Kader Hasil perhitungan tendensi sentral keaktifan Kader Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetanmenunjukkan bahwa nilai minimum dari skor keaktifan kader adalah 2 dan nilai maksimum adalah 10 dengan nilai rata-rata sebesar 5,5. Hal ini
Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Nonparametrik Rank Spearman. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Hubungan antara Pengetahuan dengan Keaktifan Kader Hubungan Variabel Pengetahuan dengan Keaktifan Kader
Rho
p
0,351
0,036
Berdasarkan hasil uji Nonparametrik Rank Spearman diperoleh hasil nilai Rho = 0,351 dengan P = 0,036. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Kader sebagai tumpuan pemberdayaan masyarakat dan
5
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
keluarga perlu dibekali pengetahuan yang cukup. Salah satu bentuk operasional yang sangat layak untuk dilaksanakan adalah pelatihan dan penyegaran kader Posyandu (Saripawan, 2007). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior) (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Latifah (2010) yang menunjukkan adanya hubungan antara keaktifan kader dengan pengetahuannya
posyandu yang berasal dari keluarga, sehingga dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan kesehatan. 2. Bagi Disiplin Ilmu keperawatan a. Disiplin ilmu keperawatan hendaknya dapat menjadikan kejadian posyandu sebagai hal yang perlu ditindaklanjuti dengan semakin meningkatkan informasi pada masyarakat tentang pentingnya ponsyandu untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. b. Bagi mahasiswa dan para akademisi keperawatan diharapkan melakukan penyuluhan untuk meningkatkan keaktifan kader posyandu.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan merata. 2. Keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan termasuk dalam kateogi tidak aktif. 3. Terdapat antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan (p= 0,036).
3. Peneliti selanjutnya Terhadap penelitian sejenis selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam lagi kaitannya dengan keaktifan kader posyandu seperti dukungan masayrakat dan pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Danim, S., & Darwis. 2009. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: EGC Depkes RI. 2013. Kader posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.
Saran 1. Bagi Masyarakat a. Bagi masyarakat diharapkan senantiasa pro aktif memberikan dukungan pada kegiatan posyandu, sehingga dapat meningkatkan keaktifan kader Posyandu. b. Masyarakat diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan peran kader
Harisman dan Nuryani, Dina Dwi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktivan Kader Posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012.Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Malahayati Lampung.
6
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan
Latifah. 2008. Gizi dan Tumbuh kembang anak. http://www.tumbuh-kembanganak.blogspot.com. Diakses 16 Desember 2015.
2, Yogyakarta : Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Martinah. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Kelurahan. Jurnal Pangan, Gizi dan Kesehatan. Tahun 1, Vol 1, No 1 April 2014.
Suarakawan. 2014. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur pada tahun 2014. www.suarakawan.com [online: 12 September 2015]. Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmojo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Farinda Farma Handika*: Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan FIK UMS Agus Sudaryanto**: Dosen FIK UMS Enita Dewi**: Dosen FIK UMS
Saripawan, W & Hasan Basri, M. 2007. Implementasi Posyandu dan Supervisi oleh Puskesmas di Pontianak. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 10 No
7