HUBUNGAN ANTARA PERAN KADER DENGAN TINGKAT KEHADIRAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KESESI I KABUPATEN PEKALONGAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : Atika Febriyani NIM : 11.0647.S
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN 2016
Program Studi Ners STIKes Muhammadiyah Pekajangan Januari, 2016
ABSTRAK
Atika Febriyani Hubungan antara Peran Kader dengan Tingkat Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan xiii + 56 halaman + 6 tabel + 1 skema + 8 lampiran Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk lansia menimbulkan masalah terutama segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfataan posyandu yaitu kader posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran kader dengan tingkat kehadiran lansia. Desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan jumlah 56 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji Spearman Rank. Hasil uji statistik didapatkan ρ value sebesar 0,001 (<0,05), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,601 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang kuat dan arah korelasinya positif artinya semakin baik peran kader maka semakin baik tingkat kehadiran lansia. Saran agar tenaga kesehatan dan Puskesmas diharapkan melakukan pelatihan kader dan memberikan motivasi serta diharapkan adanya pemberian insentif kepada kader sebagai bentuk motivasi terhadap peran kader posyandu. Kata kunci : peran kader, tingkat kehadiran lansia Daftar pustaka : 28 buku (2005-2015), 8 jurnal, 2 website
Ners Study Program Institute of health science of Muhammadiyah Pekajangan January, 2016
ABSTRACT
Atika Febriyani The Correlation of Health Care Provider’s Role with Attendance of Elderly at Integrated Health Pos (IHP) Elderly in the Working Area Community Health Center of Kesesi I, Pekalongan Regency xiii + 56 Page + 6 tables + 1 scheme + 8 appendices
Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world, reaching 18.1 million people or 9.6% of the population. The increasing number of elderly population pose a problem, especially in terms of health and well-being of the elderly. Integrated Health Pos (IHP) elderly embodies the implementation of the development program of the government through the ministry of health policies for the elderly in an effort to increase the level of optimal health. One of the factors that affect the utilization of Integrated Health Pos (IHP) that health care provider’s. The design research uses correlative descriptive study through cross sectional approach. The sampling technique uses cluster sampling with 56 respondents. Data collection instrument uses a questionnaire. Statistical test using the Spearman Rank test. Statistical test results obtained ρ value of 0.001 (<0.05), this result of the study concluded that there is significant correlation between of health care provider’s role with attendance of elderly at integrated health pos (IHP) elderly in the Working Area Community Health Center of Kesesi I, Pekalongan Regency. Spearman correlation values (r) of 0.601 indicates that the strength of the relationship is strong and positive correlation direction means the better the role of health care provider’s, the better the attendance rate of elderly. It is suggested that health professionals are expected to conduct training of health care provider’s and provide motivation and incentives are expected for the health care provider’s as a form of motivation to health care provider’s role.
Keywords Bibliography
: Health Care Provider’s Role, Attendance of Elderly : 28 books ( 2005-2015 ), 8 journal, 2 websites
PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan adalah citacita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Kemenkes RI 2013, h.1). Usia harapan hidup yang semakin meningkat juga membawa konsekuensi tersendiri bagi semua sektor yang terkait dengan pembangunan. Tidak hanya sektor kesehatan tetapi juga sektor ekonomi, sosial, budaya, dan sektor lainnya. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia perlu diantisipasi dimulai dari sektor kesehatan dengan mempersiapkan layanan keperawatan yang komprehensif bagi lansia (Effendi 2009, h. 246). Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lansia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan investasi bagi pembangunan negara. Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat harus mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk lansia (Komisi Nasional Lansia 2010, h. 2). Menurut Susanto (2013, dalam Kurniasari & Suktiarti 2013, h.2), hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Menurut WHO telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia di
Indonesia akan mencapai ± 60 juta jiwa (Notoadmojo 2007, h.276). Meningkatnya jumlah penduduk lansia menimbulkan masalah terutama segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Masalah yang kompleks pada lansia baik dari segi fisik, mental, dan sosial berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan, sehingga menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan meningkat (Notoatmodjo 2007, h.276). Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lansia ini. Pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang, pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana lansia bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Kuncoro 2011, hh. 71-72). Posyandu lansia merupakan pelayanan bagi kaum lansia dilakukan untuk kaum lansia yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan ketrampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana (Notoatmodjo 2007, h.290). Sasaran posyandu lansia ada dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung merupakan kelompok pra lansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60-69 tahun), dan kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas). Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana lansia
berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan lansia, dan masyarakat luas pada umumnya (Sulistyorini 2010, hh. 45-46). Kegiatan posyandu lansia ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di lansia tetap terjaga dengan baik. Seharusnya para lansia memanfaatkan adanya posyandu tersebut dengan baik, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Namun pada kenyataannya tidak semua lansia memanfaatkan adanya kegiatan posyandu tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfataan posyandu lansia antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, petugas kesehatan, jarak rumah, dukungan keluarga (Sulistyorini 2010, hh. 55-57). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfataan posyandu disebutkan yaitu petugas kesehatan, dalam hal ini petugas kesehatan yang dimaksud termasuk kader posyandu lansia. Menurut Heru (1995, dalam Angraeni 2014, h.4) Kader posyandu lansia merupakan suatu penggerak terpenting dalam menjalankan tujuan yang dimiliki posyandu lansia tersebut. Tenaga kader dalam menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu merupakan sumber daya yang penting dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Dalam hal ini, kader posyandu lansia juga dituntut memberikan pelayanan yang optimal sehingga kinerja yang dikeluarkan baik dan pengguna jasa pelayanan dalam hal ini lansia juga dapat merasakan kenyamanan dalam posyandu lansia tersebut (Angraeni 2014, h.4). Peran kader posyandu menurut Fallen (2010, hh. 60-61) meliputi : 1) Perencana kegiatan, merencanakan kegiatan antara lain menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja, 2) Komunikator,
melakukan komunikasi, kunjungan, informasi dan motivasi dengan menggunakan alat peraga dan percontohan, 3) Penggerak, menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain, 4) Pemberi pelayanan, memberikan pelayanan yaitu membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang di desanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantaun penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lain sebagainya. Dilihat dari uraian peran kader posyandu tersebut dapat disimpulkan bahwa peran kader dalam kegiatan Posyandu mempunyai peranan penting karena kader sebagai pengelola yang menjalankan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di Posyandu. Keberhasilan Posyandu dapat dilihat dari jumlah kunjungan masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sangat ditentukan oleh peran kader (Anggraeni 2014, h. 38). Pentingnya seorang kader posyandu lansia juga didukung oleh pernyataan Kartika (2011, h.5) bahwa penilaian pribadi tehadap sikap kader posyandu lansia yang kurang baik merupakan salah satu kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respon (Kartika 2011, h.5). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Azisyah dan Asih (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara keaktifan kader posyandu lansia dengan tingkat kepuasan lansia. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa peran kader sangat
mempengaruhi kualitas serta eksistensi dari posyandu lansia itu sendiri. Data dari dinas kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2014 jumlah lansia mencapai 109.232 jiwa. Jumlah lansia di wilayah Kabupaten Pekalongan paling banyak adalah di wilayah kerja puskesmas Kesesi I, yaitu sebanyak 9.890 jiwa yang terbagi berdasarkan kelompok pra lansia (umur 45-59 tahun) sebanyak 6.480 jiwa dan kelompok lansia (60 tahun ke atas) sebanyak 3.881 jiwa. Data dari Puskesmas Kesesi I tahun 2014 didapatkan jumlah rata-rata per bulan kunjungan lansia ke Posyandu lansia sebanyak 460 atau 4,65% dari sasaran lansia yang berjumlah 9890 orang yang ada di wilayah Puskesmas Kesesi I. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan Posyandu lansia oleh para lansia. Berdasarkan pengamatan data kunjungan lansia ke Posyandu lansia 3 bulan terakhir tahun 2014 setiap desa pada 13 desa wilayah Puskesmas Kesesi I, menunjukkan ada 2 desa yang menurun 15% jumlah kunjungannya, 1 desa meningkat 10% jumlah kunjungannya dan 10 desa stabil jumlah kunjungannya. Hasil pengamatan data tersebut menunjukkan adanya keberagaman pola jumlah kunjungan lansia antar desa di wilayah kerja Puskesmas Kesesi I. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Peran Kader dengan Tingkat Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan”.
wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk : a. Memperoleh informasi peran kader di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. b. Memperoleh informasi tingkat kehadiran lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. c. Memperoleh informasi hubungan antara peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah ”Apakah ada hubungan antara Peran Kader dengan Tingkat Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan?”.
DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif korelatif, studi deskriptif korelatif ini pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Notoatmodjo 2010, h.35). Pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara peran kader (variabel independent) dengan tingkat kehadiran lansia sebagai variabel terikat (variabel dependent). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabelvariabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo 2010, h.40).
TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi hubungan antara peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia
POPULASI Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang pernah berkunjung ke Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 sebanyak 460 orang tersebar di 13 desa.
Kesesi 20, Sukorejo 15, Sidomulyo Sidosari 98, Mulyorejo 40, Pantirejo Kwigaran 34, Ponolawen 29, Kalimade Karangrejo 23, Kaibahan 9, Srinahan Ujung Negoro 19.
25, 78, 25, 45,
SAMPEL Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling (area sampling). Notoatmodjo (2005, h. 87) mengatakan bahwa cluster sampling merupakan teknik pengambilan sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan. Besarnya sampel yaitu populasi yang terdiri dari 13 desa diambil sampel 20% yaitu 2,6 menjadi 3 desa. Pengambilan sampel secara gugus adalah dengan mengambil 3 desa secara random yaitu dengan mengundi dari 13 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan tersebut yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Desa tersebut adalah Kaibahan 9, Ponolawen 29 dan Sidomulyo 25 dengan jumlah total sebanyak 63 jiwa yang menjadi responden penelitian. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1) Lansia yang pernah berkunjung ke Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan 2) Dapat diajak komunikasi dengan baik. b. Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah : 1) Tidak bersedia menjadi responden 3 orang. 2) Lansia dengan gangguan pendengaran dan penglihatan 4 orang. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi hasil penelitian didapatkan sampel 56 responden. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan check list. Kuesioner variabel peran kader ini merupakan pengembangan dari toeri peran kader
Posyandu menurut Fallen (2010, hh. 60-61) yaitu perencana kegiatan, komunikator, penggerak, pemberi pelayanan. Kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan, bentuk pertanyaan kuesioner merupakan pertanyaan tertutup (closed ended) dengan menggunakan skala Likert 4 kategori yaitu selalu (SL), sering (SR), Kadang (KD) dan tidak pernah (TP). Pemberian bobot jika jawaban “Selalu” diberi bobot 4, “Sering” diberi bobot 3, “Kadang” diberi bobot 2, “Tidak pernah” diberi bobot 1. UJI VALIDITAS Hasil pengolahan data uji validitas dengan menggunakan bantuan program komputer diketahui untuk variabel peran kader terdapat 2 pertanyaan yang nilai r hasilnya di bawah nilai r tabel (r=0,444) pertanyaan nomor 15 (r=0,416) dan 17 (r=0,300), sehingga kedua pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak diikut sertakan dalam penelitian karena dari 20 pertanyaan yang valid sudah mewakili semua aspek variabel peran kader. UJI RELIABILITAS Hasil pengolahan data uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan program komputer diketahui untuk variabel peran kader nilai Alpha (0,936) berada di atas nilai konstanta (0,6), sehingga dapat disimpulkan ke-dua puluh pertanyaan tersebut sudah reliabel. ANALISIS DATA 1. Analisa univariat Analisa univariat digunakan untuk menganalisis variabel-variabel secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan proporsi masing-masing variabel. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi peran kader dan tingkat kehadiran lansia. 2. Analisa bivariat Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Korelasi Spearman Rank (rho) karena untuk mengetahui adanya hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan skala data ordinal dan ordinal.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 1. Gambaran peran kader Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan Kader merupakan motor penggerak Posyandu, pengelolaan sebuah Posyandu dikatakan berhasil sangat ditentukan oleh peran kader. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian lansia terhadap peran kader Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan lebih dari separuh (57,1%) dalam kategori cukup, hampir separuh (42,9%) dalam kategori baik dan tidak terdapat penilaian kategori kurang. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peran kader dalam kegiatan posyandu lansia sudah dijalankan oleh para kader Posyandu lansia namun masih belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dalam aspek peran kader sebagai perencana dan komunikator mempunyai rata-rata yang masih rendah. Peran kader sebagai perencana mempunyai rata-rata 1,92 yang artinya bahwa lansia menilai peran kader sebagai perencana tidak pernah dilakukan dan sebagian kecil lansia menilai kadang-kadang dilakukan, sedangkan kader sebagai komunikator mempunyai rata-rata 2,73 yang artinya bahwa lansia menilai peran kader sebagai komunitor hanya kadang-kadang dilakukan dan sebagian kecil lansia menilai sering dilakukan, hasil analisa peneliti hal ini dapat disebabkan oleh kesibukan pribadi kader (seperti mengurus rumah tangga), sehingga kader kurang maksimal dalam melakukan perannya terutama sebagai perencana dan komunikator, karena kader merupakan seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan (Sulistyorini 2010, h. 19). Hal ini diperkuat hasil penelitian Fatmawati (2012) yang menunjukkan bahwa hampir separuh (42%) kader memiliki dorongan yang rendah untuk bertanggung jawab dalam tugasnya. Kondisi ini didukung pada karakteristik kader yang sebagian besar berkeluarga
besar. Kader telah berkeluarga menandakan adanya keterikatan sehingga adanya tuntutan untuk bertanggung jawab pada perannya dalam keluarga. Hal ini diasumsikan kader yang berkeluarga memiliki sedikit waktu luang dibandingkan dengan kader yang belum berkeluarga sehingga dorongan yang rendah untuk bertanggung jawab dalam tugasnya. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh (42,9%) lansia menilai peran kader dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek peran kader sebagai penggerak dan pelayanan yang sudah baik dengan rata-rata hasil penelitian yaitu 3,61 dan 3,19. Kader sebagai penggerak memberikan motivasi kepada lansia untuk datang ke posyandu lansia secara rutin. Kader memberikan dorongan kepada lansia untuk selalu menjaga kesehatan. Kader menjelaskan manfaat mengikuti posyandu lansia. Kegiatan kader sebagai pelayanan, kader mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan para lansia, kader selalu memperhatikan kenyamanan dan kebersihan ruangan posyandu lansia, menimbang berat badan, mengukur tekanan darah dengan pendampingan petugas dari puskesmas, hal ini merupakan bentuk peran serta kader posyandu lansia terhadap upaya kesehatan lansia. Pelayanan yang baik yang diberikan di Posyandu lansia akan meningkatkan minat para lansia untuk berkunjung ke Posyandu lansia. Untuk lebih meningkatkan tingkat kehadiran lansia berkunjung ke Posyandu lansia perlu diadakan sosialisasi mengenai jadwal dan tempat pelaksanan posyandu dan juga sosialisasi mengenai manfaat Posyandu lansia terhadap masyarakat agar masyarakat khususnya para lansia tahu tentang manfaat program Posyandu lansia tersebut demi meningkatkan kesejahteraan para lansia. Kader dalam pelaksanaannya juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerja kader dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik, mengingat bahwa kader melaksanakan tugasnya secara sukarela. Dukungan tokoh masyarakat, petugas Puskesmas dapat meningkatkan kepercayaan diri kader dalam melaksanakan tugasnya sehingga peran kader bisa lebih baik lagi (Puspasari 2008). Menurut Maryam, dkk (2010) kader berperan penting sebagai perantara menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga kader memberikan pengaruh yang positif untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu. Hasil penelitian Aniez dan Irawati (2000, dalam Pinem 2010, h.15) Permasalahan yang sering dialami kader posyandu adalah kurangnya koordinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektoral yang terkait di luar kesehatan, selain itu ditemukan hal-hal sebagai berikut : a. Tokoh masyarakat (pemuka agama) belum sepenuhnya berperan aktif b. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara rutin c. Latar belakang pendidikan serta ekonomi kader relatif masih rendah d. Kurangnya pembinaan (supervisi) dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan e. Buku petunjuk pedoman (manual) Posyandu yang belum tersebar secara merata. Peningkatan kualitas kader posyandu baik melalui peningkatan pengetahuan teknis kesehatan maupun keterampilan, khususnya keterampilan manajemen pengelolaan posyandu berperan besar dalam upaya peningkatan fungsi posyandu. Di samping itu pemberian motivasi seperti pemberian insentif kepada kader posyandu mempunyai dampak yang positif guna memacu semangat dan gairah kerja para kader Posyandu untuk mendorong keinginan lansia agar datang ke Posyandu lansia. Hasil penelitin Fatmawati (2012)
menunjukan bahwa lebih dari separuh (55,9%) memiliki dorongan yang tinggi terhadap pemberian insentif. Dorongan yang tinggi atas insentif karena uang sebagai alat motivasi untuk memuaskan kebutuhan. Upah yang diterima oleh individu semakin tinggi, maka keinginan bekerja juga akan semakin tinggi (Danim 2004, dalam Fatmawati 2012). 2. Gambaran tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (62,5%) tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan dalam kategori cukup yaitu 35 responden dan hanya sebagian kecil (10,7%) dalam kategori baik. Hasil penelitian juga menunjukkan persentase yang cukup besar 26,8% responden yang tingkat kehadirannya masih dalam kategori kurang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kecenderungan tingkat kehadiran lansia di posyandu lansia belum maksimal, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu juga belum maksimal. Menurut analisa peneliti hal ini dapat disebabkan peran kader posyandu lansia yang belum maksimal, para lansia sering tidak hadir ke posyandu dikarenakan lansia lupa jadwal kegiatan posyandu. Melihat penyebab tersebut bisa diartikan peran kader yang kurang aktif dalam menginformasikan jadwal kegiatan posyandu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peran kader sebagai komunikator masih rendah dengan nilai rata-rata 2,73. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Juniardi (2010) yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke Posyandu salah satunya yaitu faktor kurangnya informasi tentang jadwal pelaksanaan posyandu lansia. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari (2011) menunjukkan bahwa pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik terbukti sebagai faktor yang
mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Pelayanan kesehatan yang bermutu ditinjau dari sudut pandang pasien dan masyarakat berarti suatu empati, respek, dan tanggap akan kebutuhannya. Pada umumnya, masyarakat menginginkan pelayanan yang mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit sehingga mereka beserta keluarganya sehat dan dapat melaksanakan tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik. Apabila pelayanan kesehatan sebanding dengan harapan, maka pelanggan dalam hal ini adalah para lansia akan puas, apabila kurang dari harapan maka para lansia tidak puas, serta apabila melebihi harapan maka para lansia amat puas. Menurut Sulistyorini (2010, hh. 55-57) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia salah satunya yaitu peran kader. Kader bertindak sebagai pelaksana posyandu lansia. Keberadaan seorang kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di Posyandu lansia. Sehingga seorang kader posyandu lansia harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons (Sulistyorini 2010, h.57). Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi
kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada lansia, masalah yang dapat timbul diantaranya : kesehatan lansia tidak terpantau dengan baik dan angka kesakitan pada lansia meningkat. Hal ini juga dapat menggagalkan tujuan dari kegiatan posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga (Sulistyorini 2010, h. 46). Melihat fenomena tersebut pemerintah khususnya bidang kesehatan harus segera ambil tindakan untuk mengatasinya dengan berbagai langkah seperti, meningkatkan frekuensi dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia dan keluarga lansia, serta meningkatkan pelatihan dan penyuluhan kader guna meningkatkan peran kader untuk lebih aktif dalam kegiatan posyandu seperti kunjungan rumah sehingga informasi yang berkaitan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan posyandu cepat diterima oleh para lansia dan dapat meningkatkan jumlah lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia. 3. Hubungan peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank didapatkan nilai ρ value sebesar 0,001 (<0,05), sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara peran
kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,601 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang kuat dan karena nilai korelasi r-nya (+) positif maka arah korelasinya positif artinya semakin baik peran kader maka semakin baik tingkat kehadiran lansia. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peran kader dalam kegiatan posyandu lansia sangat mempengaruhi para lansia dalam pemanfaatan pelayanan Posyandu Lansia, sikap kader yang baik dapat memotivasi para lansia untuk selalu aktif dalam kegiatan Posyandu lansia, begitu juga sebaliknya sikap kader yang kurang baik membuat para lansia enggan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu Lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wahono (2010) bahwa faktor peran kader mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia di Desa Gantungan Makam Haji Sukoharjo, artinya bahwa peran kader yang baik menjadikan responden aktif datang ke posyandu lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia dibanding dengan peran kader memiliki cukup atau kurang baik. Sukarni (2002, dalam Wahono 2010, h.59) menyatakan bahwa kader kesehatan bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Kader betanggung jawab kepada kepala desa dan supervisor yang ditunjuk oleh petugas atau tenaga pelayanan pemerintah keberadaan kader posyandu lansia sangat berperan dalam pemanfaatan posyandu lansia. Dalam menjalankan tugasnya sebagai kader perlu adanya suatu sikap, perilaku dari kader yang baik. Apabila sikap dan perilaku kader baik akan memperoleh penilaian yang baik bagi peserta posyandu secara baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sulistyorini (2010, h. 55-57)
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia, yaitu dukungan keluarga, peran kader, pengetahuan, sikap, pengetahuan, jarak, sarana dan prasarana. Sulistyorini (2010, hh. 49) menyebutkan salah satu tugas kader posyandu lansia yaitu menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu sehingga pemanfaatan posyandu lansia dapat berjalan secara optimal. Kader juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu atau kelompok maupun masyarakat, kader juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan posyandu, serta untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan atau pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan (Departemen Kesehatan RI 2006, h.57). Melihat hasil penelitian ini diharapkan para kader untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam kegiatan Posyandu lansia, dan melakukan tugas-tugasnya di luar posyandu, seperti melakukan kunjungan rumah, mengajak para lansia dan keluarganya untuk datang pada kegiatan posyandu, serta melaksanakan kegiatan yang menunjang kegiatan posyandu lansia agar minat lansia yang datang ke posyandu lansia meningkat. Guna meningkatkan peran kader maka disarankan untuk petugas kesehatan dan Puskesmas untuk mengadakan pelatihan kader dan memberikan motivasi-motivasi, selain itu diharapkan adanya pemberian insentif sebagai bentuk motivasi terhadap peran kader posyandu, karena pada saat kegiatan posyandu, para kader harus meninggalkan pekerjaan utama mereka seperti pekerjaan rumah tangga dan lain-lain. Diharapkan dengan
adanya pelatihan kader dan pemberian insentif dapat meningkatkan motivasi dan peran kader yang nantinya dapat memotivasi lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia. KESIMPULAN Hasil penelitian dengan judul “Hubungan Peran Kader dengan Tingkat Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Lebih dari separuh (57,1%) peran kader Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan dalam kategori cukup. 2. Sebagian besar (62,5%) tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan dalam kategori cukup. 3. ρ value sebesar 0,001 (<0,05) sehingga Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,601 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang kuat dan karena nilai korelasi r-nya (+) positif maka arah korelasinya positif artinya semakin baik peran kader maka semakin baik tingkat kehadiran lansia. SARAN 1. Bagi Institusi Puskesmas. Puskesmas diharapkan untuk melakukan pelatihan-pelatihan kader dan memberikan motivasi-motivasi, selain itu diharapkan adanya pemberian insentif kepada kader sebagai bentuk motivasi terhadap peran kader posyandu, karena pada saat kegiatan posyandu, para kader harus meninggalkan pekerjaan pribadi kader seperti pekerjaan rumah tangga dan lain-lain. 2. Bagi Peneliti lain. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan Posyandu lansia dengan menambah
variabel lain seperti, pengetahuan, sikap, jarak, sarana dan prasarana. 3. Bagi Kader. Peneliti mengharapkan kader dapat menjalankan perannya sebagai perencana kegiatan, komunikator, penggerak dan pemberi pelayanan yang baik pada lansia agar lansia lebih memanfaatkan posyandu lansia. REFERENSI Anggraeni 2014, Hubungan antara Kinerja Kader Posyandu Lansia terhadap Kepuasan Lansia Di Kelurahan Rempoa Wilayah Binaan Kerja Puskesmas Ciputat Timur, Skripsi, Terpublikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Arminiwati, S 2010, Kinerja Kader Posyandu Anggrek 2 Dalam Meningkatkan Strata Posyandu (Studi Kasus di Kelurahan Timbau Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara), Thesis, Terpublikasi, UNS, Solo, diakses tanggal 22 Maret 2015, < http://pasca.uns.ac.id>. Bandiyah, S 2009, Lanjut usia dan keperawatan gerontik, Nuha Medika, Yogyakarta. Depkes RI, 2008, Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan, Direktorat kesehatan keluarga, Jakarta. _________, 2006, Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat kesehatan keluarga, Jakarta. Dharma 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian), CV Trans Info Media, Jakarta. Dicky 2010, hubungan antara dukungan suami dengan pemanfaatan posyandu balita di desa Winong, kecamatan Ngampel, Skripsi, Terpublikasi, diakses tanggal 7 Mei 2015,
.
Effendi, F & Mahfudi 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Cetakan Pertama, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarok, WI & Chayatin, N 2009, Ilmu Keperawatan Komunitas I, Salemba Medika, Jakarta.
Ervianto 2005, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Jogyakarta.
Nawawi 2006, Evaluasi Kinerja dan Pengawasan, Gadjah Mada Offset, Yogyakarta.
Fallen, R & Dwi, BR 2010, Keperawatan Komunitas Cetakan Pertama, Nuha Medika, Yogyakarta. Handayani & Wahyuni 2012, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, Jurnal STIKES Aisyiyah Surakarta, diakses tanggal 22 Maret 2015, <www.jurnal.stikes-aisyiyah. ac.id/>. Hartanto, Agus 2012, Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia Tahun 2012 (dilihat tanggal 12 Maret 2015) .
Notoatmodjo, S 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ 2007, Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Nugroho 2008, Keperawatan Cetakan 1, EGC, Jakarta.
Gerontik
Nursalam & Pariani, S 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Profesional, edk 2, Salemba Medika, Jakarta.
Ilyas, Y. 2012, Kinerja teori, penilaian, dan penelitian ed.revisi, FKM UI, Jakarta
Pinem, H., 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa – NAD, dilihat 5 Januari 2016, Universitas Sumatera Utara, Medan, .
Kartika 2011, Yandu Lansia, Pendidikan Biologi, FMIPA Yogyakarta.
Jurnal UNY,
Prawiradilaga D dan Siregar E. 2004, Mozaik Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.
Komnas Lansia 2010, Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komnas Lansia, Jakarta.
Riyanto, A 2009, Pengolahan dan Analisis Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Kuncoro 2011, Dukungan Sosial Pada Lansia, diakses 28 Maret 2015, .
Saryono & Anggraeni 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan. Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Hidayat, A. A., 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta.
Kurniasari & Suktiarti 2103, Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan, Skripsi, STIKES Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan. Maramis, 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.
Siagian P. 2004, Teori Motivasi dan Aplikasinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Slameto 2005, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Soeroso, S. 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit: Suatu Pendekatan Sistem, EGC, Jakarta. Sugiyono 2009, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sulistyorini 2010, Posyandu & Desa Siaga : Panduan untuk Bidan & Kader, Nuha Medika, Yogyakarta. Tika, M.P. 2006, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Bumi Aksara, Jakarta. Wahono H., 2010, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Gantungan Makamhaji, dilihat 5 Januari 2016, Universitas Muhammadiyah Surakarta, . Wicaksi 2010, Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Kinerja Dosen Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Kebutuhan Dasar Manusia Pada Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Bondowoso, Tesis, Terpublikasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.