Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 24 – 33
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
Munardy, Julaihi Wahid, M. Sofian Asmirza S., Basaria Talarosha Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota
Abstract. Level of road service is the measurement of road quality. There are many factors that contributes to the comfort and geometric of road measurement especially factors related to the limitation of the traffic volume. Bus stops as an important street furniture in the city is required by public transportation as a waiting places and interchange for the passengers. If bus stops utilizes properly, they can be one of the elements that help to smoothen the traffic flow and guaranteed the feeling of security to the public transportation users. Public transportation drivers who allow the passenger(s) to aligh at an improper places such as on the street corner or in the middle of the road, are not aware of traffic regulations and may contribute to traffic congestion. Bus stops became an important element in the transport planning standard ift properly used by the public. The gist of this study is to examine the relationship between the level of road service (LOS) and bus stop performance at Jalan Gatot Subroto, Medan focusing on Simpang Majestik to Simpang K a p t e n M u s l i m . The study was based on field observation, interviews plus existing data from printed materials available from the city council. The findings revealed that the levels of road and bus stop services are cross-examined with public perception obtained through questionnaires. These data are analyzed by using the correlation technique available through statistical analysis. The relationship between the level of road service and bus stop performance shows that the LOS is 3. The bus stop reaches its maximum function if the traffic flow is smooth, well planned, and the public transportation users participate in keeping the proper use of the bus stop. Keywords: Level of road service, bus stop performance, public perception
1. LATAR BELAKANG Angka pertumbuhan sarana transportasi di kota Medan cukup tinggi yaitu mobil penumpang dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 7,36% per tahun, sepeda motor 6,93% per tahun, mobil barang/truk 6,39% per tahun, bus rata-rata 1,52% per tahun (Propeda Kota Medan 2002). Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan (2003), jumlah total angkutan umum yang beroperasi di kota Medan adalah 10.516 unit. Dari jumlah tersebut 82,88% adalah bus kecil (MPU dan bus mini), yang menyebabkan tingginya arus kendaraan pada jalan arteri. Meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak didukung oleh pertumbuhan prasarana jalan mengakibatkan jalan-jalan menjadi semakin
macet (berkurangnya tingkat pelayanan jalan). Berdasarkan High Traffic Analysis 1994, tingkat pelayanan jalan (level of service) yang terbaik dan tertinggi adalah tingkat pelayanan A < 0,6 di mana pada tingkat ini kendaraan dapat bergerak sesuai dengan kecepatan rencana jalan tanpa adanya gangguan dan hambatan. Selanjutnya tingkat pelayanan ini menurun sampai pada tingkat pelayanan F>1 di mana lalu lintas macet. Dalam keadaan macet, kendaraan mengalami kesulitan untuk berpindah jalur. Demikian juga halnya dengan kendaraan umum yang harus berpindah ke jalur kiri untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di halte. Hal ini menjadi salah satu penyebab penumpang angkutan umum
24 Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
naik dan turun tidak di tempat seharusnya (halte) melainkan di sembarang tempat, di pinggir jalan atau di persimpangan, yang dapat menyebabkan keadaan lalu lintas semakin macet. Jalan Gatot Subroto adalah salah satu jalan arteri primer yang terdapat di Kota Medan dan banyak dilalui angkutan umum. Pada jam-jam tertentu jalan ini mengalami kemacetan dan pada waktu bersamaan dapat dilihat bahwa halte tidak berfungsi maksimal sebagai tempat tunggu angkutan umum. 2. PERMASALAHAN Tingkat pelayanan jalan mempengaruhi kinerja halte. Halte dapat berfungsi dengan baik pada tingkat pelayanan jalan yang baik. Seberapa besar pengaruh tingkat pelayanan jalan terhadap kinerja halte. 3. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelayanan dengan kinerja halte dalam melayani angkutan umum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam merencanakan halte pada ruang kota. 4. LANDASAN TEORI Tingkat pelayanan jalan (level of service) menunjukkan ukuran kualitas suatu jalan (mempertimbangkan faktor kenyamanan dan geometrik jalan), dan digunakan sebagai ukuran untuk membatasi volume lalu lintas suatu jalan (Tamin, 2000). Menurut ICHM (1997) geometrik jalan perkotaan terdiri dari berbagai unsur yaitu tipe jalan, lebar jalur lalu lintas, kerb, bahu jalan, median, dan alinemen jalan. Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM), 1997 membagi tingkat pelayanan menjadi enam tingkat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Munardy Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service) Tingkat Keadaan Arus Lalu Pelayanan V/C Lintas (LoS) A Arus bebas bergerak < 0,6 B Arus stabil tidak bebas 0,6 - 0,7 C Arus stabil kecepatan 0,7 - 0,8 terbatas D Arus mulai tidak stabil 0,8 - 0,9 E Arus tidak stabil 0,9 - 1 F Macet >1
Sumber: High Traffic Analysis, 1994
Volume lalu lintas maksimum dapat diketahui dengan menghitung jumlah kendaraan. Untuk menghitung tingkat pelayanan jalan (Level of Service) harus diketahui kapasitas jalan (C). Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur (dua arah), kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur harus dipindahkan terarah dan kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas suatu jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu: Menurut Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM). Ca = Co* Fw * Fks * Fsp * Fsf * Fcs.............. (1) Keterangan: Ca = kapasitas Co = kapasitas dasar Fw = faktor lebar jalan Fks = faktor bahu/kerb jalan Fsp = faktor arah/median Fsf = faktor gangguan samping Fcs = faktor kota Tingkat pelayanan jalan dapat dihitung dengan membandingkan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan, dengan rumus: LoS =
V .......................................................... (2) C
Keterangan: LoS = tingkat pelayanan jalan (Level of Service) V = volume lalu lintas C = kapasitas jalan
25 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 24 – 33
Kecepatan Gerak
Tabel 2. Jarak Halte dan TPB A
1.
B C D
2.
E F
Km/Jam
Tata Guna Lahan
Zone
Tingkat Pelayanan (VCR)
Sumber: ACHM 1985 dalam Tamin, 2000 Gambar 1. Hubungan kecepatan dengan tingkat pelayanan jalan
Menurut Pedoman Teknik Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum (Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996), halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum yang berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Halte dilengkapi dengan identitas halte berupa nama dan nomor, rambu petunjuk, papan informasi trayek, lampu penerangan, dan tempat duduk. Penentuan jarak halte dan tempat pemberhentian bus (TPB) dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Murtono & Quintarina (1991), perancangan halte yang baik harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut: 1. Sebagai tempat tunggu, luas halte harus cukup agar dapat memberikan akomodasi yang nyaman kepada orang-orang yang biasanya menunggu di tempat itu. 2. Mempunyai atap untuk melindungi penggunanya dari cuaca dan tersedianya tempat duduk yang cukup untuk pelayanan, jika memungkinkan, pada tempat tunggu tersebut. 3. Dapat memberikan kesempatan pada penunggu angkutan untuk melihat kedatangan kendaraan sebelum sampai di tempat pemberhentian.
3. 4. 5.
Pusat kegiatan sangat padat: pasar, pertokoan Padat: perkantoran, sekolah, jasa Permukiman Campuran padat: perumahan, sekolah, jasa Campuran jarang: perumahan, ladang, sawah, tanah kosong
Lokasi CBD, Kota
Jarak Tempat Henti (m) 200 – 300*)
Kota
300 - 400
Kota
300 - 400
Pinggiran
300 - 500
Pinggiran
500 - 1000
5. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, melakukan survai (pengamatan langsung) terhadap obyek penelitian yaitu halte, volume lalu lintas, dan volume mobil pengangkutan umum (MPU), pengambilan data primer melalui wawancara dan kuesioner. Lokasi penelitian adalah Jalan Gatot Subroto mulai dari simpang Jalan Haji Adam Malik sampai dengan simpang Jalan Kapten Muslim. Jl. Kapten Muslim Jl. Ayahanda
Jl. Sekip
Ke Medan Jl. Iskandar Muda
Jl. Nibung Raya
Keterangan: Arah Binjai – Medan A = Titik I pengamatan MPU simpang Jalan Ayahanda B = Titik II pengamatan MPU depan Medan Fair C = Titik III pengamatan MPU simpang Sekip
26 Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
Arah Medan – Binjai D = Titik I pengamatan MPU simpang Nibung Raya E = Titik II pengamatan MPU depan Medan Fair F = Titik III pengamatan MPU simpang Jalan Kapten Muslim
a.
b. c.
Munardy Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha
Tingkat pelayanan jalan yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu: • Kecepatan kendaraan • Volume lalu lintas • Geometrik jalan Tingkat pelayanan halte terhadap lalu lintas angkutan umum. Persepsi masyarakat dalam memanfaatkan halte.
6. ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN
Gambar 2. Titik sampel pengamatan MPU pada Halte di Jl. Gatot Subroto Medan
Tingkat pelayanan (level of sevice) masingmasing jalan yang diteliti adalah sebagai berikut: a. Tingkat pelayanan jalan yang diteliti berada pada level C jadi berada di bawah pelayanan jalan rencana yang ideal. b. Walaupun kondisi tingkat pelayanan berada pada LoS C serta arus mulai tidak stabil tetapi kecepatan gerak kendaraan pada jam sibuk masih rendah yaitu lebih kecil dari 30 km/jam. c. Untuk tingkat pelayanan jalan pada kinerja halte berada pada level A dan B berada pada kondisi ideal. Kondisi tingkat pelayanan jalan pada level C menyulitkan angkutan umum untuk berpindah dari jalur cepat ke jalur lambat, karena kecepatan terbatas dan volume lalu lintasnya tinggi sehingga menyulitkan angkutan umum memanfatkan halte untuk mengangkut penumpang, sedangkan pada level A dan B kondisi tingkat pelayanan jalan arus lalu lintasnya lancar dan kendaraan bebas bergerak.
Gambar 3. Halte di Jl. Gatot Subroto Medan; A. Berfungsi dengan baik B. Tidak berfungsi dengan baik.
Sampel dibagi dalam tiga variabel yaitu tingkat pelayanan jalan, tingkat pelayanan halte dan pembagian sampel untuk menguji persepsi masyarakat. Adapun titik sampel yang ditentukan adalah sebagai berikut:
Tingkat pelayanan jalan c = 0,74 (0,70 < v/c < 0,8) tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus lalu lintas masih dalam keadaan stabil, tetapi pergerakan dan kecepatan lebih dipengaruhi oleh volume lalu lintas yang tinggi sehingga kecepatan sudah terbatas dalam batas-batas kecepatan yang cukup memuaskan (Tabel 4).
27 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 24 – 33
Tabel 3. Volume kendaraan yang melintasi jalur Jalan Gatot Subroto (Jurusan Medan – Binjai) Waktu
Volume Kendaraan (unit/jam)
I 07.00 – 08.00 2369 08.00 – 09.00 2496 09.00 – 10.00 2778 10.00 – 11.00 2099 11.00 – 12.00 1743 12.00 – 13.00 1520 13.00 – 14.00 1779 14.00 – 15.00 1937 15.00 – 16.00 2227 16.00 – 17.00 2431 17.00 – 18.00 2758 18.00 – 19.00 2375 Sumber: Analisa Data Primer 2004 Keterangan: I : Titik Nibung Raya
II 2370 2501 2771 2098 1735 1510 1798 1914 2216 2435 2742 2416
II: Titik Medan Fair
III 2291 2413 2457 2101 1729 1490 1371 1785 2023 2299 2962 2141
Volume Kendaraan (Smp/Jam) I 1804 1893 2132 1636 1370 1206 1338 1476 1700 1877 2189 1815
II 1806 1897 2136 1636 1358 1193 1326 1463 1690 1886 2172 1832
III 1736 1823 1867 1596 1326 1164 1087 1372 1556 1826 2298 1651
III: Titik Hotel Lida
Jumlah (Smp/Jam)
2500
2000
1500
Volume Kenderaan (Smp/Jam) I Volume Kenderaan (Smp/Jam) II Volume Kenderaan (Smp/Jam) III
1000
500
07 .0 0
– 08 08 .0 .0 0 0 – 09 09 .0 .0 0 0 – 1 10 0. 00 .0 0 – 11 11 .0 .0 0 0 – 1 12 2. 00 .0 0 – 13 13 .0 .0 0 0 – 1 14 4. 00 .0 0 – 15 15 .0 .0 0 0 – 1 16 6. 00 .0 0 – 17 17 .0 .0 0 0 – 18 18 .0 .0 0 0 – 19 .0 0
0
Skala Waktu
Gambar 4. Grafik volume kendaraan yang melintasi jalur Jalan Gatot Subroto (Jurusan Medan – Binjai)
Tabel 4. Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Gatot Subroto (Medan – Binjai) Arah Co Fw Fks Psf Fsp Fcs 1. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 2. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 3. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 Rata-rata
C 2971.14 2971.14 2971.14
V 2189 2172 2298
V/C 0.74 0.73 0.75 0.74
28 Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
Munardy Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha
Tabel 5. Volume kendaraan yang melintasi jalur Jalan Gatot Subroto (Jurusan Binjai – Medan) Volume Kendaraan (unit/jam) Volume Kendaraan (Smp/Jam) Waktu I II III I II III 07.00 – 08.00 2237 2278 2391 1625 1780 1791 08.00 – 09.00 2611 2754 2728 1985 2097 2116 09.00 – 10.00 2434 2434 2445 1820 1867 1878 10.00 – 11.00 2141 2096 2084 1597 1663 1651 11.00 – 12.00 2168 1858 1871 1406 1472 1481 12.00 – 13.00 1432 1453 1447 1146 1161 1158 13.00 – 14.00 1300 1505 1470 1067 1148 1159 14.00 – 15.00 1460 1486 1493 1170 1188 1194 15.00 – 16.00 1682 1784 1817 1335 1404 1416 16.00 – 17.00 2246 2450 2496 1764 1878 1886 17.00 – 18.00 2718 2854 2837 2108 2173 2184 18.00 – 19.00 2248 2420 2354 1766 1842 1852 Sumber: Analisa Data Primer 2004 Keterangan: I : Titik Club Store
II: Titik Medan Fair
III: Titik Simpang Sekip
2500
Jumlah (Smp/Jam)
2000
1500
Volume Kenderaan (Smp/Jam) I Volume Kenderaan (Smp/Jam) II Volume Kenderaan (Smp/Jam) III
1000
500
07 .0 0
– 08 08 .0 .0 0 0 – 0 09 9. 00 .0 0 – 10 10 .0 .0 0 0 – 1 11 1. 00 .0 0 – 12 12 .0 .0 0 0 – 1 13 3. 00 .0 0 – 14 14 .0 .0 0 0 – 1 15 5. 00 .0 0 – 16 16 .0 .0 0 0 – 17 17 .0 .0 0 0 – 18 18 .0 .0 0 0 – 19 .0 0
0
Skala Waktu
Gambar 5. Grafik volume kendaraan yang melintasi jalur Jalan Gatot Subroto (Jurusan Binjai – Medan) Tabel 6. Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Gatot Subroto (Binjai – Medan) Arah Co Fw Fks Psf Fsp Fcs 1. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 2. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 3. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 Rata-rata
C 2971.14 2971.14 2971.14
V 2108 2173 2184
V/C 0.75 0.78 0.78 0.77
29 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 24 – 33
Tingkat pelayanan jalan C = 0,77 (0,70 < V/C < 0,8) tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus lalu lintas masih dalam keadaan stabil, tetapi pergerakan dan kecepatan lebih dipengaruhi oleh volume lalu lintas yang tinggi sehingga kecepatan sudah terbatas dalam batas-batas kecepatan yang cukup memuaskan.
Analisis Tingkat Pelayanan Halte analisis volume tingkat pelayanan halte ini menggambarkan kondisi fluktuasi MPU yang melintasi halte (t), singgah di halte (h) dan singgah di luar halte (nh) dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 7.
Volume kendaraan yang melintasi halte, singgah di halte dan singgah di luar halte pada Jalan Gatot Subroto (Jurusan Medan – Binjai) Volume Volume Volume (MPU/jam) (MPU/jam) (MPU/jam) Waktu I II III T H NH T H NH T H NH 07.00 – 08.00 776 12 17 779 67 46 753 59 34 08.00 – 09.00 807 17 23 812 84 48 778 29 23 09.00 – 10.00 891 25 18 896 73 25 795 33 19 10.00 – 11.00 659 31 19 664 71 34 731 28 98 11.00 – 12.00 618 35 21 615 79 13 588 47 30 12.00 – 13.00 536 47 25 533 99 20 547 150 49 13.00 – 14.00 575 32 18 572 80 25 575 185 33 14.00 – 15.00 618 27 16 633 67 31 625 45 22 15.00 – 16.00 804 32 22 801 77 19 658 47 16 16.00 – 17.00 811 61 30 819 110 26 725 57 45 17.00 – 18.00 928 40 21 924 64 34 963 73 36 18.00 – 19.00 780 30 19 791 50 49 707 68 28
Sumber: Analisa Data Primer 2004 Keterangan: I : Titik Nibung Raya II : Titik Medan Fair III : Titik Hotel Lida
T H NH
: MPU yang melewati halte : MPU yang singgah di halte : MPU yang singgah di luar halte
1200
1000
Volume (MPU/Jam)
IT IH
800
I NH II T II H
600
II NH III T
400
III H III NH
200
0 07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
Skala Waktu
Gambar 6. Grafik Volume kendaraan yang melintasi halte, singgah di halte dan singgah di luar halte pada Jalan Gatot Subroto (Jurusan Medan – Binjai)
30 Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
Tingkat pelayanan Jalan Gatot Subroto (Binjai – Medan) (Tabel 10) pada fungsi halte maksimal lebih kecil dari tingkat pelayanan jalan yang ada (0,64 < 0,77). Berarti tingkat pelayanan jalan pada 0,64 memberikan arus stabil kecepatan perjalanan dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas dalam keadaan terbatas pengemudi masih dapat memilih kecepatannya dan kendaraan yang melintasi arus stabil tidak bebas (sesuai dengan Tabel 1). Berdasarkan perhitungan rata-rata tiga titik halte dari kedua jurusan, maka diperoleh hasil rata-rata MPU yang lewat, singgah di halte, dan singgah di luar halte (perhitungan terlampir) sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: Jurusan Medan – Binjai MPU rata-rata yang melewati halte (T) = 725 MPU/jam MPU rata-rata yang singgah di halte (H) = 59 MPU /jam (8,10%) MPU rata-rata yang singgah di luar halte (NH) = 28 MPU/jam (3,85%)
Munardy Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha
Jurusan Binjai – Medan MPU rata-rata yang melewati halte (T) = 724 MPU/jam MPU rata-rata yang singgah di halte (H) = 56 MPU /jam (7,70%) MPU rata-rata yang singgah di luar halte (NH) = 33 MPU/jam (4,53%) Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Halte Analisis persepsi yang dimaksud adalah menganalisis hasil jawaban kuesioner responden dengan menggunakan metode statistika matrik korelasi pada tahap analisis kualitatif, jumlah responden ditentukan untuk setiap kelompok variabel kemudian dicatat karena angkanya diperlukan dalam interpretasi. Dalam upaya mempermudah analisis statistik, digunakan program SPSS dengan model analisis deskriptif, destribusi frekuensi dan korelasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Analisis tingkat pelayanan Jalan Gatot Subroto (Binjai – Medan) pada kinerja halte Arah Co Fw Fks Psf Fsp Fcs C 1. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 2971.14 2. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 2971.14 3. 2900 1.21 0.96 0.90 0.98 1.00 2971.14 Rata-rata
V 1625 1867 1878
V/C 0.61 0.67 0.67 0.64
Tabel 11. Deskripsi statistik data sampel Variabel Pokok Fasilitas Halte Lokasi Halte Lokasi Halte di Pusat Kegiatan Fungsi Halte di Kota Medan Manfaat Halte Penggunaan Halte Angkot Memanfaatkan Halte Valid N (listwise) Sumber: Hasil Analisis
N
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviation
50 50 50 50 50 50 50 50
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 4,00
2,1400 1,9400 2,6400 2,3800 2,3800 3,7000 3,4000
,5349 ,6518 ,7762 ,8303 ,8053 ,6468 1,1066
Dari tabel di atas menunjukkan kedaan hasil pertanyaan dari 50 sampel dengan variabel pokok
7 yaitu fasilitas halte, lokasi halte, l lokasi halte di pusat kegiatan, fungsi halte di Kota Medan,
31 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 24 – 33
manfaat halte, penggunaan halte dan angkot memanfaatkan halte. Dari hasil analisis statistik uji korelasi didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Korelasi dengan nilai 1,000 adalah netral yang tidak dapat ditarik hubungan karena hanya satu variabel. 2. Korelasi antara variabel fungsi halte di Kota Medan dengan penggunaan halte adalah 0,836 (positif) mempunyai hubungan yang sangat kuat. Berarti apabila pada lokasi halte di Kota Medan pada saat arus lalu lintasnya lancar, maka pengguna angkutan umum memanfaatkan halte semakin maksimal. 3. Korelasi antara variabel fungsi halte maksimal dalam melayani angkutan umum dengan lokasi halte di pusat kegiatan adalah 0,841 (positif) mempunyai hubungan yang sangat kuat berarti apabila halte diletakkan pada pusat-pusat kegiatan dan permukiman maka halte dalam melayani angkutan umum akan berfungsi maksimal. Sedangkan dari hasil analisis hubungan variabel antara manfaat halte dengan fungsi halte maksimal adalah 0,857 (positif) mempunyai hubungan yang kuat berarti apabila semakin baik partisipasi pengguna angkutan umum dalam memanfaatkan halte maka fungsi halte dalam melayani angkutan umum akan semakin maksimal. 7. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada saat halte berfungsi maksimal dalam melayani angkutan umum arus lalu lintasnya lancar, hal ini dapat dilihat dari tingkat pelayanan jalan di mana tingkat pelayanan pada saat halte berfungsi lebih kecil dari tingkat pelayanan jalan yang ada yaitu 0,58 < 0,74 (Jurusan Medan – Binjai) dan 0,64 < 0,77 (Jurusan Binjai – Medan). 2. Kinerja halte berfungsi maksimal dalam melayani angkutan umum sangat dipengaruhi oleh letak lokasi halte pada pusat kegiatan, seperti halte di depan Universitas Panca Budi dengan jumlah tingkat pelayanan 185 unit MPU/Jam. 3. Berdasarkan pendapat masyarakat menjelaskan bahwa fungsi halte sangat
4.
dipengaruhi oleh kelancaran arus lalu lintas dan partisipasi pengguna angkutan umum dalam memanfaatkan halte sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan hasil korelasi antara variabel fungsi halte maksimal dalam melayani angkutan umum dengan lokasi halte di pusat kegiatan adalah 0,841 (positif) mempunyai hubungan yang sangat kuat berarti apabila halte di letakkan pada pusat-pusat kegiatan dan permukiman maka halte dalam melayani angkutan umum akan berfungsi maksimal.
Peranan halte dapat berfungsi maksimal apabila ada sinergi antara tingkat pelayanan jalan yang ideal, perencanaan halte yang sesuai dengan rencana dan partisipasi pengguna angkutan umum dalam memanfaatkan fungsi halte sebagai tempat tunggu angkutan umum. Apabila ketiga butir ini terlaksana dengan sebenarnya, maka kinerja halte terhadap lalu lintas angkutan umum menjadi maksimal. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang terjadi di lapangan tentang hubungan pelayanan jalan dengan kinerja halte pada lalu lintas angkutan umum pada penatataan kota dapat diusulkan saran kepada Pemerintah Kota sebagai berikut: 1. Tingkat pelayanan halte yang ideal dalam perencanaan halte harus sesuai dengan rencana yang meliputi fisik, jarak dan lokasi sesuai dengan standar perencanaan halte sehingga pelayanan halte terhadap pengguna angkutan umum maksimal dan tingkat pelayanan jalan diusahakan pada kondisi yang ideal. 2. Sosialisasikan kepada masyarakat pentingnya menggunakan halte dalam upaya meningkatkan partisipasi pengguna angkutan umum dalam memanfaatkan halte sebagai tempat tunggu angkutan umum pada tempat yang disediakan. Perlu penelitian lebih lanjut tentang peranan fungsi halte yang lebih luas dan representatif dengan mengambil sampel yang lebih banyak sehingga mendapatkan hasil yang lebih obyektif agar pemerintah kota dapat membuat suatu kebijakan dalam upaya menata fungsi halte sehingga fungsi halte berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
32 Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN KINERJA HALTE PADA LALU LINTAS ANGKUTAN UMUM STUDI KASUS: JALAN GATOT SUBROTO MEDAN
DAFTAR PUSTAKA Departemen Perhubungan, Dirjen Perhubungan Darat, 1995. Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum. Departemen Kimpraswil Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pedoman Penyusunan Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Jakarta 2002. Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Medan, 2002. Studi Perlalulintasan Kota Medan.
Munardy Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha
Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM) 1997. Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Bina Jalan (Binkot). Murtono B.A. & Quintarina U., 1991. Teori Perancangan Kota. Fakultas Pascasarjana ITB, Bandung. Sirvani Hamid, 1985. The Urban Design Process, Van Nostrand Compani: New York. Tamin O.Z, 2000. Perencanaan dan pemodelan transportasi, ITB, Bandung.
33 Universitas Sumatera Utara