HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU KELAPA INDAH DESA JANGGAN KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN Eni Rosita,Dwi Nurjayanti,Yocykha Ari Rimbaga STIKES Buana Husada Ponorogo
[email protected] 085784353246 ABSTRAK Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis, dengan tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg (Syafrudin, dkk. 2011). Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan dalam anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga bagi kesehatan fisik mental, untuk mempertahankan hidup sehat (Fatmah, 2010). Di Posyandu Kelapa Indah penderita penyakit hipertensi sebesar 49%, dimana terdapat 20 penderita penyakit hipertensi dari 41 lansia di Posyandu Kelapa Indah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik terhadap penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Korelasional dengan rancangan cross sectional. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia di Posyandu Kelapa Indah pada tahun 2017 sebanyak 41 lansia, teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu sampling Nonprobability dengan metode Purposive Sampling dengan jumlah sampel 20 lansia yang mengalami hipertensi, dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank (Rho).Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya 14 responden lansia (70%) memiliki tingkat aktivitas fisik sangat ringan dan hampir setengahnya 10 responden lansia (50%) menderita penyakit hipertensi berat. Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rank (Rho) didapatkan hasil ρ value sebesar 0,004 (α= 0,05). Maka H1 diterima berarti ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
Kata Kunci: Tingkat Aktivitas Fisik, Hipertensi, Lansia
ABSTRACT Hypertension is a chronic increase in blood pressure, with 140 mmHg systolic pressure and diastolic pressure less than 90 mmHg (Syafrudin, 2011 et al.). While physical activity is the movement of the body that causes the spending power for mental, physical health to maintain a healthy lifestyle (Fatimah, 2010). In the Posyandu Kelapa Indah sufferers of hypertension of 49%, where there are 20 hypertensive disease sufferers from 41 elderly in the Posyandu Kelapa Indah.The purpose of this research is to know the relation between the level of physical activity to disease of hypertension in elderly in the Posyandu Kelapa Indah. The research design used was Analytic with cross sectional corelational. In this study population is all over the elderly who are in the Posyandu Kelapa Indah on year 2017 as much as 41 elderly. sampling techniques are used namely sampling saturated. Sampling techniques are used namely Nonprobability sampling method Purposive Sampling with the total sample of 20 elderly who suffered hypertension, by using statistical tests Rank Spearman (Rho).The results showed that nearly all the 14 elderly respondents (70%) have a level of physical activity was very light and nearly half of 10 elderly respondents (50%) suffer from severe hypertensive disease. Based on the results of the statistical tests Rank Spearman (Rho) obtained results of ρ value of 0.004 (α = 0.05). Then H 1 receipt means there is a relationship between the level of physical activity with diseases of hypertension in elderly in in the Posyandu Kelapa Indah village of Janggan Subdistrict Poncol Regency Magetan.
Keywords: The Level Of Physical Activity, Hypertension, Elderly
PENDAHULUAN Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi medis dimana akan terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Pada hipertensi tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, sedangkan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut (lansia). Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah (Syafrudin, dkk. 2011). Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial yaitu hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, usia dan jenis kelamin, diet, obesitas dan merokok atau konsumsi alkohol. Sisanya adalah hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Ardinsyah, 2012). Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure V11 (JNCV11) dalam Sarifah, dkk. (2014) hampir 1 milyar orang menderita penyakit hipertensi di dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO), hipertensi adalah penyebab nomor 1 kematian di dunia. World Health Organization South East Asia Region (WHO SEARO) hipertensi menyebabkan 8 juta orang meninggal di setiap tahun diantara penduduk dunia dan hampir 1,5 juta kematian terjadi di kawasan Asia Tenggara. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) yang diselenggarakan Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 31,7% dari total penduduk dewasa. Dari Riskesdas tahun 2007 tersebut, didapatkan bahwa hipertensi yang merupakan salah satu penyakit tidak menular, menempati prevalensi tertinggi secara nasional, disusul penyakit sendi 30,3% dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) 25,5%. Hipertensi memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari penyakit jantung 7,2%. Prevalensi hipertensi nasional rata- rata 31,7 yang tertinggi dimiliki jawa timur 37,4% (Sarifah, dkk. 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan (Dinkes) tahun 2015 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi yaitu pada urutan nomer 4 dari 10 penyakit terbanyak di wilayah Kabupaten Magetan dengan total 9,4% sehingga penyakit hipertensi termasuk prevalensi penyakit yang jumlahnya sangat tinggi. Termasuk di
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan, di Dinkes Magetan wilayah Kecamatan Poncol tercatat ada 528 jiwa yang terjangkit penyakit hipertensi, entah itu penyakit hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi non esensial (hipertensi sekunder) (Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, 2015). Hasil studi pendahuluan di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan tanggal 25 bulan Oktober tahun 2016 menunjukkan jumlah lansia yang terdaftar di posyandu lansia ada 41 orang diantaranya; 4 Orang laki-laki (8%) dan 37 orang (92%) perempuan. Jumlah penderita penyakit hipertensinya adalah 20 orang (50%) . Hasil wawancara dengan 5 orang lansia dan kader lansia yang hubunganya dengan aktivitas fisik setiap hari yang dilakukan lansia adalah 3 orang lansia yang pekerjaanya pedagang, 5 orang lansia diam diri di rumah sedangkan 33 orang lansia pekerjaanya petani. Apabila seseorang telat menyadarinya maka akan terjadi kerusakan vital yang berat sehingga muncul komplikasi hipertensi yang menyebabkan gangguan organ dalam seperti fungsi jantung, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Ardiansyah, 2012). Berdasarkan permasalahan tersebut diharapkan pihak Dinas Kesehatan Magetan dan Puksesmas Poncol bekerja sama dengan pihak Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan untuk melakukan penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Hal ini di lakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan memperlambat progresivitas dari penyakit hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Tahun 2017. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah Analitik Korelasional dengan rancangan cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian yang mengobservasi dan mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat padaa saat bersamaan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat aktivitas fisik sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan yang berjumlah 41 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi dengan jumlah 20 orang.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Nonprobability sampling dengan metode Purposive Sampling yaitu suatu mengambil sampel didasarkan dengan tujuan dan pertimbangan dari peneliti . Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat aktivitas fisik, sedangkan pemeriksaan dan observasi untuk pengukuran tekanan darah memakai spigmomanometer. Analisis data dalam penelitian ini mencangkup analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan suatu distribusi dan persentase dari variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan analisa bivariat akan dilakukan pengujian data secara statistik untuk melihat ada tidaknya suatu hubungan antara dua variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sperman Rank (Rho) dimana taraf signifikan (α) sebesar (0,05). HASIL 1. Identifikasi Tingkat Ativitas Fisik Pada Lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Tabel 4.5 Hasil pengelompokan kuesioner berdasarkan tingkat aktivitas fisik lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan pada Bulan Maret 2017 Kategori Aktivitas sangat ringan Aktivitas ringan
Jumlah 14
Presentase 70%
3
15%
Aktivitas sedang
2
10%
Aktivitas berat
1
5%
Jumlah
20
100%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan sebagian besar responden yaitu melakukan tingkat aktivitas fisik sangat ringan sebanyak 14 responden (70%). 2. Identifikasi Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Tabel 4.6 Hasil pengelompokan Pemeriksaan berdasarkan Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Posyandu kelapa Indah Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan pada Bulan Maret 2017. Kategori Ringan
Jumlah 4
Presentase 20%
Sedang
6
30%
Berat
10
50%
Jumlah
20
100%
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan setengahnya menderita penyakit hipertensi berat sebanyak 10 responden (50%). 3. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Bulan Maret 2017
Spearman’s Rho
Tingkat aktivitas fisik
Penyakit hipertensi
Correlatio n Coefficien t Sig. (2tailed) N Correlatio n Coefficien t Sig. (2tailed) N
Tingkat Aktivitas fisik 1.000
Penyakit hipertensi
.
.004
20 -.613*
20 1.000
.004
.
20
20
-.613*
Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa hasil uji statistik Spearman Rank didapatkan nilai probabilitas atau ρ = 0,004. Oleh karena ρ < 0,05 (0,004<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dengan demikian terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. PEMBAHASAN 1. Tingkat Aktivitas Fisik Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan penyebaran kuesioner, menunjukkan bahwa
tingkat aktivitas fisik pada lansia di Posyandu Kelapa Indah di Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan sebagian besar responden yaitu melakukan tingkat aktivitas fisik sangat ringan sebanyak 14 responden (70%), sebagian kecil responden melakukan tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 3 responden (15%) dan sebagian kecilnya lagi melakukan tingkat aktivitas fisik sedang sebanyak 2 responden (10% ), sedangkan sebagian kecilnya lagi melakukan tingkat aktivitas fisik berat sebanyak 1 responden (5%). Tingkat aktivitas fisik lansia dipengaruhi juga oleh data demografi yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Tingkat aktivitas fisik lansia dipengaruhi oleh faktor umur dimana sebagian besar responden pada umur 60-74 Tahun yaitu sebanyak 12 responden (60%) mempunyai tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,624. Tingkat aktivitas fisik dipengaruhi oleh jenis kelamin sebagian besar responden yaitu perempuan sebanyak 16 responden (80%) mempunyai tingkat contingency coefficient sedang yaitu sebesar 0,543. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pendidikan hampir setengahnya yaitu tamat SD 7 responden (35%) hampir setengahnya lagi responden tidak tamat SD sebanyak 6 responden (30%) dan tidak sekolah sebanyak 6 responden (30%) mempunyai sedangkan tamat SMP sebanyak 1 responden (5%) tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,774. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pekerjaan petani dimana hampir seluruhnya sebanyak 18 responden (90%) mempunyai tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,813. Menurut Fatmah (2010) Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan selalu bugar sepanjang hari. Menurut Santosa dan Ismail (2009) Aktifitas fisik yang cocok harus disesuaikan dengan kemampuan seseorang. Riwayat olahraga pada masa muda dan dewasa yang dilakukan sangat menentukan kemampuan fisik seseorang lanjut usia. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman serta sangat bermanfaat bagi sebagian orang termasuk lanjut usia. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkah salah satu kaki ke depan kaki yang lain secara bergantian. Bermanfaat karena menguatkan otot jantung serta mencegah penyakit ischemic. Kebiasaan jalan kaki dapat mencegah terjadinya berat badan yang berlebihan karena lebih banyak
kalori terbakar. Jalan kaki juga membakar lemak tubuh sehingga memperbaiki kadar lemak dalam darah, kadar kolesterol LDL/ kolesterol jahat akan menurun dan kadar HDL meningkat, sehingga akan membantu seseorang termasuk usia lanjut agar tidak mudah mendapat serangan jantung dan menurunkan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat ringan akan menambah resiko beberapa penyakit degeneratif sehingga semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. 2. Penyakit Hipertensi Pada Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah menunjukan bahwa lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan yaitu hampir setengahnya menderita penyakit hipertensi ringan sebanyak 4 responden (20%), hampir setengahnya lagi menderita penyakit hipertensi sedang sebanyak 6 responden (30%) dan setengahnya menderita penyakit hipertensi berat sebanyak 10 responden (50%). Penyakit hipertensi pada lansia dipengaruhi juga oleh data demografi yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Penyakit hipertensi pada lansia dipengaruhi oleh faktor umur dimana sebagian kecil umur 45-59 tahun sebanyak 4 responden (20%) dan umur 60-74 tahun sebanyak 4 responden (20%) mempunyai tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,725. Penyakit hipertensi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin hampir seluruh responden yaitu perempuan sebanyak 16 responden (80%) mempunyai tingkat contingency coefficient rendah yaitu sebesar 0,335. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pendidikan hampir setengahnya yaitu tamat SD 7 responden (35%) hampir setengahnya lagi responden tidak tamat SD sebanyak 6 responden (30%) dan tidak sekolah sebanyak 6 responden (30%) mempunyai sedangkan tamat SMP sebanyak 1 responden (5%) tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,793. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pekerjaan petani dimana hampir seluruhnya sebanyak 18 responden (90%) mempunyai tingkat contingency coefficient kuat yaitu sebesar 0,690. Menurut Hearrison dalam Tilong (2012) hipertensi atau darah tinggi merupakan keadaan saat terjadi peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal, diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang
berbeda. Hipertensi atau darah tinggi menunjukkan tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air serta pengendalian sistem syaraf terhadap tonus pembuluh darah sehingga faktor utama yang mengatur tekanan darah yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer (Baradewo, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa, pengaturan gaya hidup pada penderita hipertensi harus diperhatikan, termasuk pengaturan makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari. 3. Analisa Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Pada Lansia
Tingkat Penyakit
Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rank didapatklan nilai probabilitas atau ρ = 0,004. Oleh karena ρ < 0,05 (0,004<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dengan demikian terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, dkk (2016) tentang hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang dengan uji statistik menggunakan 2 uji chi square didapatkan nilai χ hitung 2 (8,865) > χ tabel (3,84) dan ρ value 0,012 (α = 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan aktifitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang. Menurut CK Giam dalam Mutiarawati (2009) Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efesiensi jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang secara aktif cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena orang-orang demikian lebih kuat dan lebih lentur. Aktivitas yang berupa gerakan atau latihan aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran, ketahanan kardio-respirator. Aktifitas fisik yang cocok harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Riwayat olahraga pada masa muda dan
dewasa yang dilakukan sangat menentukan kemampuan fisik seseorang lanjut usia. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman serta sangat bermanfaat bagi sebagian orang termasuk lanjut usia. Gerakanya sangat mudah dilakukan, melangkah salah satu kaki ke depan kaki yang lain secara bergantian. Kondisi tekanan darah yang tinggi menambah beban jantung dan arteri. Jantung harus bekerja lebih keras dari normal yang ditentukannya. Pembuluh darah juga menerima aliran darah yang tekanananya lebih tinggi dari biasanya. Jika kondisi ini terus menerus dialami, jantung dan pembuluh darah yang sudah melewati ambang batas kompensasi menjadi rusak, rusaknya jantung dan pembuluh darah bisa mengakibatkan tugas mereka terganggu (Erik Tapan dalam Mutiarawati, 2009). Dari hasil penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa semakin rendah tingkat aktivitas fisik yang dilakukan lansia, maka semakin besar lansia akan mengalami penyakit hipertensia KESIMPULAN Sebagian besar responden mempunyai tingkat aktivitas fisik sangat ringan yaitu sebanyak 14 responden (70%) sedangkan Setengahnya responden menderita penyakit hipertensi berat yaitu sebanyak 10 responden (50%). Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa Ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik terhadap penyakit hipertensi pada lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dengan ρ=0,004 pada taraf signifikan α=0,05 karena (ρ=0,004˂0,05). SARAN Diadakannya sosialisasi tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit hipertensi pada lansia dan seluruh kader posyandu perlu membentuk komitmen bersama dalam hal memberikan pelayanan untuk meningkatkan aktivitas fisik yang baik kepada lansia dengan diadakan olah raga kebugaran jasmani kepada lansia. DAFTAR PUSTAKA Fatmah, 2010, Erlangga.
Gizi
Usia
Lanjut.
Jakarta:
Syarifudin, 2010, Panduan Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera Media Saroba, dkk 2016, Aktivitas Fisik Pk2 Kelompok 9 S1 Ilmu Gizi UPN VETERAN. [internet].http://himagiupnvj.com/2016/08/2 7/artikel-aktifitas-fisik-pk2 kelompok-9-si-
ilmu-gizi-upn-veteran-jakarta/ [ diakses pada 27 Oktober 2016 jam 09.00] Mutiarawati.2009. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Usia 45-54 Tahun Study Di Wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang Tahun 2009. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Semarang Mayasari.dkk, 2013. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang. Semarang Tilong D. A, 2012, Pantangan & Anjuran Beragam Penyakit Kakap. Jogjakarta: Laksana Hartono, A & Hartono RI, 2014, Sehat Dengan Gaya Hidup Terapi Gizi Medik Untuk Berbagai Penyakit. Jogyakarta: Rapha Publishing. Mardiana & Zelfino. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia Dan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Rw 01 Kunciran Tangerang, Vol.11, No.11: 261-267. Santosa & Ismail, A. 2009. Memahami Krisis Bagi Lansia. BPK Gunung Mulia, Jakarta.