HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA TOODLER DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016
Oleh : Idris Handriana
ABSTRAK Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di UPTD Pueksmas Kasokandel balita yang mengalami penyimpangan dalam perkembangan sebanyak 59 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan balita usia toodler di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia toodler di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka bulan April tahun 2016 yaitu sebanyak 172 orang, sampel sebanyak 64 balita. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05). Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil balita (21,9%) dengan perkembangan anak meragukan, sebagian kecil balita (18.8%) dengan gizi tidak normal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016. Ada hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016, p value (0,002). Saran diajukan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pemantauan tumbuh kembang balita untuk mencegah dan menangani secara dini balita yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya, melalui kegiatan Posyandu dan perbaikan gizi Balita sesuai program pemerintah. Ibu balita agar secara rutin mengikuti kegiatan Posyandu untuk memantau tumbuh kembang balitanya, dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Kata Kunci Kepustakaan
: Perkembangan Balita Usia Toodler, Status Gizi. : 43 (2004 – 2012)
THE CORRELATION BETWEEN STATUS NUTRITION AND DEVELOPMENT OF INFANT ON AGE TOODLER IN COMMUNITY HEALTH CENTER OF KASOKANDEL MAJALENGKA REGENCY 2016
ABSTRACT
Development is increasing the ability in the structure and function of the body is more complex in an orderly pattern as a result of the process of maturation. At the Community Health Center of Kasokandel infant who experienced deviations in the development as much as 59 people. The purpose of this research is to know the correlation between the nutritional status and development of early childhood on age toddler in the Community Health Center of Kasokandel Majalengka Regency 2016. This research uses quantitative research method that Cross Sectional Approach. The population in this research is all the infants on the age of toddler in the Community Health Center of Kasokandel Majalengka Regency at April 2016 are 172 patients, the samples are 64 infants. And The analysis used univariat and bivariat that test of Chi Square with α = (0.05). The results of the study showed less of the infants (21.9 %) with the development of doubtful, less of infants (18.8%) with nutrition is not normal in the Community Health Center of Kasokandel Majalengka Regency 2016. There is a correlation between the nutritional status and development of early childhood on age toddler in the Community Health Center of Kasokandel Majalengka Regency 2016, p value (0,002). Suggestions proposed for health worker to improve and monitoring of the growth of infants to prevent and deal with the early infants who experienced an interruption in the grow blossoms, through the posyandu activities and to improve nutrition for children under five according to the government program. The mother of children under five in order to routinely follow the posyandu activities to monitor the growth of her under-five child, and consult with health worker. Keywords : Development of infant on Age of Toddler, nutritional status. Literature : 43 (2004 – 2012)
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan keinginan mutlak bagi setiap manusia. Kesehatan seseorang tidak bisa diukur hanya dengan kondisi fisik namun juga lingkungan seseorang terhadap makanan bergizi, jangkauan terhadap pelayanan kesehatan hingga budaya sehat di kalangan masyarakat.Tujuan pembangunan Indonesia sehat 2016, yaitu kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman (Depkes RI, 2015). Permasalahan kesehatan serta faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan tumbuh kembang anak. Masalah tumbuh kembang merupakan masalah yang masih perlu diperhatikan tidak hanya pada bayi lahir normal melainkan juga pada bayi lahir prematur. Dikarenakan tingkat perkembangan bayi dengan prematur pada tahun pertama umumnya lebih rendah ketimbang bayi aterm yang dilahirkan pada hari yang bersamaan. Defisit dalam tingkat tumbuh kembang ini cenderung bersesuaian dengan tingkat prematuritas. Perbedaan ini biasanya akan hilang pada tahun kedua asalkan saja tidak ada komplikasi. Cacat perkembangan lebih sering terjadi pada bayi prematur ketimbang pada bayi aterm dan sering meliputi gangguan fungsi intelektual atau motorik (Marimbi, 2010). Berdasarkan laporan pencapaian rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun (2014), menjelaskan bahwa cakupan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita sebesar 71,40% dari target 90,0%. Sedangkan cakupan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita dan anak pra sekolah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013
adalah 52,1% dan tahun 2014 adalah 53,14%. Cakupan SDIDTK tahun 20132014 tersebut masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2014 sebesar 90% (Dinkes Jabar, 2014). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2014 pemantauan tumbuh kembang berdasarkan SDIDTK didapatkan hasil sebagai berikut balita yang perkembangannya meragukan yaitu sebanyak 356 balita (0,23%) dan balita yang perkembangannya mengalami penyimpangan sebanyak 23 balita (0,014%) dari 160.666 balita. Salah satu Puskesmas dengan jumlah balita dengan pertumbuhan dan perkembangannya banyak mengalami penyimpangan yaitu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel sebanyak 81 orang (10,2%) dan yang terendah ada di Puskesmas Majalengka sebesar 1 orang balita. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan.Kualitas perkembangan balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era global (Depkes RI, 2011). Menurut Nursalam (2008), setiap anak balita perlu mendapatkan perhatian dalam pertumbuhan dan perkembangannya agar tidak mengalami gangguan karena, proses perkembangan balita sangat menentukan dalam perkembangan individu. Peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk memantau perkembangan balitanya agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan individu akan mengalami siklus berbeda dalam
kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu maupun lingkungan. Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah, status gizi, pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, dan keadaan sosial ekonomi orang tua (Marimbi, 2010). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), menyebutkan faktor luar atau lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan, antara lain gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, berat lahir, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan. Supariasa (2009:121) menjelaskan bahwa gizi buruk pada anak balita disebut juga kurang energi protein, ditandai dengan kondisi berat badan kurang.Kurang gizi yang berlangsung sangat cepat pada waktu pertumbuhan, membawa akibat tingkah laku yang tidak normal pada anak tersebut, yaitu : Anak menjadi tidak responsif, sulit berkomunikasi dan tidak energik. Menurut Simarmata (2009:45) mengemukakan bahwa apabila semasa dalam kandungan, Ibu mengalami kurang gizi, maka kemungkinan besar proses tumbuh kembang bayi di dalam kandungan juga terganggu, pada masa bayi, ternyata anak yang diberi ASI secara ekslusif memberikan gambaran kembang tumbuh yang lebih optimal dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI. Zat gizi yang mengandung karbohidrat /
energy / kalori, protein dan zat besi memperlihatkan pengaruh nyata pada pertumbuhan anak. Asupan makanan yang mengandung gizi seimbang pada masa balita memberikan efek yang baik bagi proses tumbuh kembang anak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel yang dilakukan oleh peneliti didapatkan laporan hasil stimulasi dini tumbuh kembang anak oleh petugas kesehatan menunjukan bahwa balita dengan perkembangan tidak sesuai dengan masa usianya sebanyak 59 orang dan balita yang perkembangannya sesuai dengan masa usianya sebanyak 3039 orang. Adapun rincian berdasarkan usia anak yaitu usia 6 – 11 bulan sebanyak 9 orang, 12-18 bulan sebanyak 47 balita, 19 – 24 bulan sebanyak 2 orang dan 25 – 36 bulan sebanyak 1 orang. Berdasarkan data tersebut bahwa yang paling banyak mengalami perkembangan tidak sesuai dengan masa usianya adalah usia toodler (1-3 tahun) dan setelah dilakukan studi pendahuluan terhadap 10 anak ditemukan sebanyak 4 orang balita yang mengalami keterlambatan perkembangan seperti keterlambatan berjalan, belum bisa berbicara satu kata atau dua kata dan sebanyak 6 orang balita mengelami perkembangan baik sesuai dengan masa usianya. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita Usia Toodler di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016”.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Menurut Notoatmodjo(2010), yaitu suatu penelitian
yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi /
pengumpulan data sekaligus dalam waktu
yang bersamaan.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita Usia Toodler di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016” didapatkan hasil sebagai berikut :
1.
Gambaran Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
Tumbuh Kembang Balita
f
%
Sesuai dengan masa perkembangan
50
78.1
Perkembangan anak meragukan
14
21.9
64
100.0
Total
Berdasarkan tabel tabel 4.1 dapat dilihat bahwa balita yang sesuai dengan masa perkembangan sebanyak 50 anak (78.1)% dan balita dengan perkembangan anak meragukan sebanyak 14 anak (21.9%). Data tersebut menunjukan
bahwa sebagian kecil balita dengan perkembangan anak meragukan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016.
Gambaran Status Gizidi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
2.
Status Gizi
f
%
Gizi Normal
52
81.3
Gizi Tidak Normal
12
18.8
Total
64
100.0
Berdasarkan tabel tabel 4.2 dapat dilihat balita dengan status gizi t normal sebanyak 52 anak (81.3%) dan balita dengan status gizi tidak normal sebesar 12 anak (18.8%). Hasil tersebut menunjukan
bahwa sebagian kecil balita dengan gizi tidak normal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
3. Hubungan Status Gizi dengan Tumbuh kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
Tumbuh kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Hubungan Status Gizi dengan Tumbuh kembang Status Gizi
Normal
Sesuai dengan masa perkembangan
Perkembangan anak meragukan
f
f
4
Jumlah
7 13.5
5 41.7
7 58.3
5 0
78.1
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa balita yang gizinya normal dengan perkembangan anak meragukan sebesar 7 anak (13.5%), sedangkan balita yang status gizinya tidak normal dengan perkembangan anak meragukan sebesar 7 anak (58.3%).Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi balita dengan perkembangan anak meragukan lebih tinggi pada balita yang status gizinya tidak normal dibandingkan dengan balita yang status gizi normal.
1 4
21.9
p value
f
%
5 00
1
2
10,002
2
1 00 6 00
1
4
%
86.5
5
Tidak Normal
%
Jumlah
Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna yang terlihat dari uji fisher exact dengan p value = 0,002 (p< 0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016.
PEMBAHASAN 1. Gambaran Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian kecil balita dengan perkembangan anak
meragukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016. Masih terdapatnya balita yang tumbuh kembangnya meragukan disebabkan faktor orang tua yang kurang baik dalam pola pengasuhannya, selain itu
faktor keturunan atau genetik dari orang tua dan penyakit akut. Pada balita yang tumbuh kembangnya tidak normal akan berdampak jangka panjang seperti terjadi keterlambatan kemampuan berbicara, kemampuan berpikirnya berkurang / lambat dan sulit untuk berinterkasi dengan lingkungan. 2. Gambaran Status Gizi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian kecil balita dengan gizi tidak normal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016. Balita dengan status gizi bermasalah dapat disebabkan karena pola makan anak yang tidak teratur, kurangnya perhatian orang tua terhadap asupan makanan dan sosial ekonomi ibu balita dengan daya beli rendah. Balita dengan status gizi bermasalah akan berdampak pada kurangnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, selain itu balita akan mengalami tumbuh kembang yang terhambat. Menurut Soetjiningsih (2008), makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak berebeda dengan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan di mana pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. 3. Hubungan Status Gizi dengan Tumbuh kembang Balita di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016. Hal ini dapat dimengerti karena pada balita yang mengalami gizi bermasalah akan meningkatkan resiko gangguan pada tumbuh kembangnya. Hal ini seperti yang dijelaskan menurut Suhardjo (2003), dampak jangka pendek gizi buruk terhadap tumbuh kembang anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan tumbuh kembang yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor IQ, penurunan tumbuh kembang kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja menurunnya prestasi akademik di sekolah. Hal ini sejalan dengan kajian Depkes RI (2007) kualitas perkembangan balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era global.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita Usia Toodler di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sebagian kecil balita (21,9%) dengan perkembangan anak meragukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 2. Sebagian kecil balita (18,8%) dengan gizi tidak normal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016 3. Ada hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2016, dengan p value (0,002). B. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan di atas dapat diajukan beberapa saran yang relevan sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan Agar mengevaluasi kembali hasil penelitian mahasiswa dan mengadakan seminar bertajuk metodologi penelitian keperawatan untuk meningkatkan wawasan mahasiswa. 2. Bagi UPTD Kasokandel
Puskesmas
a. Agar
meningkatkan pemantauan tumbuh kembang balita untuk mencegah dan menangani secara dini balita yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya, melalui kegiatan posyandu dan perbaikian gizi balita sesuai program pemerintah. b. Meningkatkan peran kader dalam kegiatan posyandu dan meningkatkan cakupan kunjungan balita ke paosyandu agar tumbuh kembang dapat terkontrol dengan baik. 3. Bagi Ibu Balita Ibu balita agar secara rutin mengikuti kegiatan posyandu untuk memantau tumbuh kembang balitanya, dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan apabila balita mengalami tumbuh kembang tidak normal.Memilih bahan makanan yang murah dan bergizi, untuk memenuhi kebutuhan gizi balita. 4. Bagi Peneliti Lain Agar mencoba variabel lain yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang baliat dengan deasin penelitian yang disesuaikan dengan skala data setiap variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Andre. 2006. Kamus Lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: Karina. Azhar
Ahira, 2008. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Ideal. [online]. http://www.anneahira.com/pera watan-bayi/berat-badanbayi.htm
Amri. 2010. Hubungan Pekerjaan Ibu Balita Dengan Tumbuh Kembang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan. http://www.bascomword.com
Anggraeni, 2010. Pengetahuan Orang Tua tentang Metode Kanguru pada Bayi Prematur di RSU Pirngadi Kota Medan. http://www.usu.com. Anurhuda. 2009. Hubungan Pendidikan dengan Tumbuh Kembang Balita di Kelurahan Nglorog Sragen. http://www.bascomword.com Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar,Saipudin. 2005. Penyusunan Skala Pesikologi, Pustaka Pelajar,Offset cetakan ke V,. Yogyakarta. Chaniago, Arman. 2002. Kamus lengkap bahasa indonesia. Bandung : Pustaka Setia. Choirunisa, 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Moncer Publisher. Denis, 2002. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga Departemen Kesehatan RI. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Poskesdes. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI ________, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi. (KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat ________. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Sehat, 2010. Jakarta : Depkes RI Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2009. Petunjuk Teknis Pendataan Kematian Ibu, Bayi dan Gizi
Buruk Balita. Bandung : Dinas Kesehatan Jawa Barat Dinas Kesehatan Majalengka. 2010. Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka : Dinas Kesehatan Majalengka Gulo, 2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia. Herawati.
2009. Kualitas Tumbuh Kembang, Pengasuhan Orangtua dan Faktor Risiko Komunitas Pada Anak Usia Prasekolah Wilayah Pedesaan di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Vol 2 No 2.
Hidayat A. Azis, Alimul, 2008. Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Salemba Medika. Hurlock,Elizabet. 2002. Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga. Iswati. 2007. Hubungan Antara Status Anak Dalam Keluarga dengan Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesanggrahan tahun 2007. http//:www.kuliah.bidan.com. Diakses tanggal 29 Juni 2013. Kodyat. 2002. Overview Masalah dan program Kesehatan dan Gizi Masyarakat di Indonesia. Penelitian Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Bogor. Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi. Dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Meliono, dkk. 2007 Pengetahuan. Dalam: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI
Monks,
Mubarok.
2002. Psikologi Perkembangan.Yogyakata:Gaja h mada University 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Narendra. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi. Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto Notoatmodjo,Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta _________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta. _________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta _________. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta _________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Purwitasari, 2009. Buku Ajar Gizi dalam kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika Rohmilia. 2007. Hubungan Pengetahuan dengan Tumbuh Kembang Balita di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta. http://www.bascomword.com
Sekaran, Uno. 2005 Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung. Supartini, 2004. Buku ajar konsep keperawatan Anak. Jakarta : EGC Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Suparyanto. 2012. Deteksi Tumbuh Kembang Anak/Balita. http://drsuparyanto.blogspot.com ___________. 2009. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. ___________. 2011. Pengertian Pendidikan Menurut Beberapa sumber. http://sniperoze.blogspot.com/2 011/09/pengertian-pendidikanmenurut-beberapa.html