11 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
HUBUNGAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN STATUS GIZI ANAK Di WILAYAH KERJA PUSKESMAS WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI Nurwijayanti STIKES Surya Mitra Husada Kediri e-mail:
[email protected] ABSTRACT The needs of the child nutrition fulfillment affects the availability of energy, builder substances and immune system of children. This resulted in the decline of child development, especially language development. The purpose of this study was to determine the the correlations of dietary with language development and nutritional status of children. This study used an observational study design with cross sectional approach. The population studied were all children aged 2-4 years in Posyandu Ngronggo using purposive sampling method and the sample in this study were most children aged 2-4 years in Posyandu Ngronggo work area in southern regional Health Center of Kediri with 31 respondents. The independent variables studied were the development of language and the Nutritional Status. The results were analyzed using spearman rank test. The results showed that most respondents had nutritional status majority of respondents were within the normal ranges, 12 people (38.7%) and the majority of respondents have language development in the category of irregularities, namely 15 respondents (48.4%). The results of the statistical test known p -value (0.000) < α (0.05) then H1 is accepted, which means there is a relationship between diet and the development of language. Lack of nutrition to encourage children to be lack of substances to grow, while in terms of energy needs, are met by the energy reserves, the condition that causes children have malnutrition. Keywords: Language Development, Nutritional Status.
ABSTRAK Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak mempengaruhi ketersediaan energi, zat pembangun dan daya tahan tubuh anak. Hal ini berdampak pada menurunnya perkembangan anak khususnya perkembangan bahasanya. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perkembangan bahasa dan status gizi anak. Desain penelitian adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah semua anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri dengan menggunakan metode purposive sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anak usia 2 – 4 tahun yang berjumlah 31 responden. Variabel adalah perkembangan bahasa dan variabel dependen yang diteliti adalah status gizi.Uji dengan menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi dalam kategori normal, yaitu 12 orang (38,7%) dan sebagian besar responden memiliki perkembangan bahasa dalam kategori penyimpangan, yaitu 15 responden (48,4%). Hasil uji statistik diketahui p-value (0,000) < (0,05) maka H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perkembangan bahasa dengan status gizi Kata Kunci : Perkembangan Bahasa, Status Gizi
12 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
PENDAHULUAN
Organization (WHO) 54% kematian balita
Tumbuh kembang anak mencakup dua
disebabkan oleh gizi kurang pada balita.
peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
Data tahun 2011 memperlihatkan 4 juta
saling berkaitan dan sulit dipisahkan
balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
yaitu
mengenai pertumbuhan
perkembangan Periode
dan
(Ngastiyah,
penting
2005).
dalam
tumbuh
diantaranya Sementara
mengalami yang
gizi
mendapat
buruk. program
makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
kembang anak adalah masa balita.
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Karena
Timur pada tahun 2011, angka kejadian
pada masa
pertumbuhan mempengaruhi
ini
merupakan
dasar
yang
dan
menentukan
gizi kurang mencapai 13,6% dan gizi buruk mencapai 1,35%. Di Kediri tahun
perkembangan selanjutnya. Pada masa
2011 dari 26.064 balita terdapat 13,64%
ini
gizi
perkembangan
kemampuan
kurang,
0,22%
gizi
buruk.
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
emosional
Kediri,
dan
intelegensi
berjalan
angka
kejadian gizi
kurang
sangat cepat dan merupakan landasan
mencapai 14,12% dan gizi buruk 1,45%
perkembangan berikutnya. Pada anak
balita, sedangkan untuk gizi baik adalah
2-
4
tahun
pertumbuhan
dan
63,82% dan gizi lebih adalah 20,61%.
perkembangannya terjadi sangat drastis,
Angka kejadian gizi kurang di Puskesmas
sifatnya
Ngronggo
egosentris,
rasa ingin
sangat
tinggi, kemampuan
mulai
meningkat,
tahu
berbahasa
mudah
Wilayah
Kota
Selatan
sebanyak 1452 kasus.
marah,
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan
Pola konsumsi makanan yang tidak
yang sangat tinggi, takut
terjaga higienitasnya serta mengandung
terhadap
berbagai
penyakit
(Soetjiningsih, 2002).
cemaran bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya toksik dalam dinding lambung dan
menyebabkan
hipersekresi
air
Pada umumnya kekurangan gizi lebih
elektrolit (Isi Rongga) usus meningkat
banyak
yang
dari
terdapat di daerah pedesaan pada
Tingginya berhubungan
di
daerah
prevalensi erat
perkotaan. gizi
dengan
buruk tingginya
kematian balita. Menurut World Health
menyebabkan
(Ardiawan,
2008).
defekasi
cair.
Masalah
gizi
disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara komplek. Ada penyebab langsung dan tidak
13 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
langsung. Penyebab langsung seperti,
situasi yang telah menjadi kebiasaan
asupan gizi dan penyakit infeksi. Dalam
tersebut harus tercipta baru anak mau
hal ini meskipun anak mendapat makanan
makan. Kondisi lainnya adalah variasi
cukup, tetapi sering diserang diare atau
menu yang kurang, menyebabkan anak
ispa
bosan
dan
demam,
akhirnya
dapat
dan
malas
makan,
namun
menderita kurang gizi. Adapun penyebab
seringkali anak malah dimarahi sehingga
tidak langsung, seperti ketahanan pangan
semakin menekan anak dan tidak mau
dalam keluarga, pola pengasuhan anak,
makan (Pakhri, 2006).
pelayanan
kesehatan
dan
lingkungan
(Markum,
Permasalahan
gizi
merupakan
masalah
kesehatan 2009).
Akibat yang
yang
gizi adalah
kurang
kesehatan
timbul dari kekurangan malnutrisiyang terjadi
karena defisiensi protein, kalori atau
masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor
keduanya, dapat menyebabkan malnutrisi
antara lain, penyakit infeksi, konsumsi
protein, yang dikenal sebagai
makanan, tingkat pendapatan keluarga,
kwashiorkor
atau
marasmus. Gejalanya
jumlah
meliputi gangguan
pertumbuhan dan
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu
perkembangan,
kelemahan
tentang
depigmentasi rambut kulit serta edema.
anggota gizi,
keluarga,
pelayanan
tingkat kesehatan,
pendapatan keluarga, budaya pantang
Sedangkan
makanan, dan pola pemberian makan
kekurangan
protein
(Pakhri, 2006).
Manifestasi
kliniknya
otot,
marasmus terjadi
otot, kelemahan dan
karena
dan
kalori.
meliputi
atrofi
edema. Kelainan
Orang tua sering memaksa anaknya untuk
ini umumnya terjadi pada anak-anak
makan tanpa memperhatikan kebutuhan
(Nurachmah,
2001).
Menurut
anaknya. Kondisi ini menyebabkan anak
Notoatmodjo
(2007),
untuk
tidak dapat membedakan rasa lapar dan
melaksanakan
keharusan
untuk
seseorang
menganggap
makan
makan
serta
sebagai
sebuah
memberikan
dapat
perubahan
perilaku
dilakukan dengan pengetahuan.
Perlu
hukuman. Selain itu seringkali orang tua
dilakukan pemberian penyuluhan secara
memberikan makan bukan pada situasi
intensif kepada keluarga khususnya ibu
makan,
menonton
tentang pola pemberian makan yang baik
Hal
di Posyandu atau mel alui acara-acara
televisi
misalnya atau
dengan bermain.
menyebabkan anak berpikiran bahwa
ini
perkumpulan ibu, misalnya PKK. Melalui
14 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
kegiatan
ini diharapkan ibu dapat
memahami pola pemberian makan yang baik. Dengan pola pemberian makan yang baik, diharapkan perkembangan bahasa anak juga menjadi baik. METODE PENELITIAN Desain
Penelitian
merupakan
penggambaran mengenai keseluruhan aktivitas peneliti selama kerja penelitian, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan penelitian (Nursalam, 2008). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional. Pendekatan yang dipergunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang variabel bebas dan variabelnya terikatnya diukur secara bersamaan dan dilakukan sesaat atau
menggunakan Statistic Programe for Social Science (SPSS) Versi 17.
HASIL Status Gizi pada anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri Tabel 1. Status Gizi Pada anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri Kategori F % Lebih 10 32,3 Normal 12 38,7 Kurus 9 29,0 Sangat kurus 0 0,0 Jumlah 31 100 Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori normal, yaitu 12 orang (38,7%).
sekali (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah
Perkembangan Bahasa pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah
semua anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu
Selatan Kota Kediri
Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas
Perkembangan bahasa anak sebagian
Wilayah Selatan Kota Kediri, dengan
besar
menggunakan teknik purposive sampling
menyimpang, yaitu 15 orang (48,4 %)
berada
dalam
kategori
diperoleh sampel sebagian anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota
ANALISIS DATA
Kediri dengan jumlah sampel sejumlah 31
Berdasarkan hasil uji statistik Spearman
responden. Instrumen merupakan alat
rank diketahui nilai koefisien korelasi =
ukur yang digunakan dalam penelitian
0,934 dengan p-value (0,000) < (0,05)
adalah kuesioner. Analisa data yang
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
adalah uji Spearman rank dengan
berarti ada hubungan antara
15 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
perkembangan bahasa dengan status gizi
memungkinkan anak
pada anak usia 2 – 4 tahun diPuskesmas
pengalaman komunikasi yang
wilayah selatan Kota Kediri, dengan
banyak. Hal ini juga disebabkan karena
keeratan
dikategorikan
Semakin
baik
pola
tidak
memiliki cukup
sangat
kuat.
anak tidak memahami perintah yang
makan
maka
disampaikan. Sering kali anak tidak dapat
perkembangan bahasa anak juga akan
memahami isi pembicaraan orang tua
semakin baik.
atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga
PEMBAHASAN
dikarenakan orang tua sering kali
Perkembangan Bahasa Pada Anak di
berbicara
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah
mempergunakan kata-kata yang belum
Selatan Kota Kediri
dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang
Sebagian
besar
responden
memiliki
sangat
cepat
dengan
menggunakan dua bahasa (bilingual) anak
perkembangan bahasa dalam kategori
akan lebih banyak mengalami kesulitan
penyimpangan,
untuk memahami pembicaraan orang
yaitu
15
responden
(48,4%). Hasil penelitian menunjukkan
tuanya atau saudaranya yang tinggal
bahwa responden yang mempunyai ibu
dalam satu rumah.
dengan pendidikan SMA didapatkan perkembangan bahasa dalam kategori
Bahasa adalah bentuk komunikasi dimana
penyimpangan
pikiran dan perasaan disimbolkan agar
yaitu
7
responden
(22,6%). Dari hasil analisa diketahui p-
dapat menyampaikan arti kepada orang
value = 0,362 > α = 0,05 sehingga tidak
lain (Hurlock, 2007). Bahasa merupakan
ada hubungan antara pekerjaan ibu
alat
dengan perkembangan bahasa pada anak
mengekspresikan pikiran, perasaan dan
usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo
kemauan dari seseorang kepada orang lain
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan
baik secara langsung maupun tidak
Kota Kediri
langsung, dengan mempergunakan sistem
untuk
menginterpretasikan
dan
simbol yang telah disepakati dan menjadi Sebagian
besar
responden
memiliki
milik
anggota
masyarakat
2000).
Dasar
bahasa
perkembangan bahasa dalam kategori
(Setyono,
dari
penyimpangan, hal ini disebabkan karena
perkembangan bahasa adalah pengalaman
proses pembelajaran di rumah yang
komunikasi yang kaya (Sudono, 2000).
16 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
cenderung mendorong perkembangan Orang tua hendaknya selalu berusaha
bahsanya dalam kategori penyimpangan.
mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan
Status Gizi Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota
apabila anak kurang mengerti dan bahkan
Kediri
salah
Sebagian besar status gizi anak berada
mengintepretasikan
suatu
pembicaraan. Kemampuan bicara anak
dalam kategori normal, yaitu 12 orang
sesuai
(38,7%). Hasil analisa data menunjukkan
dengan
konsep
komunikasi,
semakin sering diasah atau anak diajak
bahwa sebanyak 19,4% anak yang ibunya
bicara akan lebih baik dibandingkan
sebagai ibu rumah tangga mempunyai
dengan anak yang yang tidak pernah
status gizi kategori normal.
diberi stimulasi dengan diajak mengobrol. Posisi seseorang dalam menjalankan tugas Untuk dapat menangkap stimulasi yang
pekerjaannya
diberikan oleh orang tua maka anak
terhadap waktu luang yang dimilikinya.
sangat memerlukan energi. Semakin baik
Semakin banyak
pemenuhan energi yang diberikan kepada
dimilikinya maka semakin besar pula
anak maka kemampuan anak dalam
kesempatan seseorang untuk berperan
menerima stimulasi semakin baik. Anak
dalam lingkungan diluar pekerjaannya
yang
(Nurmanto, 2007).
kekurangan
dalam
pemenuhan
sangat waktu
berpengaruh luang
yang
energinya cenderung memberikan respon kurang terhadap stimulasi yang diberikan.
Status gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutrisi seorang individu
Sebanyak 32,3%
anak yang
ibunya
dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status
menjadi Ibu Rumah Tangga, mempunyai
gizi
perkembangan bahasa yang menyimpang,
keseimbangan dalam bentuk variabel
Hal
tertentu atau perwujudan dari nutrisi
ini
dimungkinkan
karena
adalah
ekspresi
keterbatasan pergaulan ibu dan kurangnya
dalam
bentuk
pemahaman ibu tentang cara memberikan
(Supariasa,dkk, 2001).
dari
variabel
keadaan
tertentu
stimulasi bahasa secara tepat akibatnya anak tidak dapat memiliki perkembangan bahasa yang baik dan
Pemberian makanan secara tidak tepat dalam waktu pemberian, frekuensi
17 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
pemberian dan kandungan nutrisinya
Bahasa merupakan alat untuk dapat
mendorong
menginterpretasikan dan mengekspresi-
terjadinya
berbagai
permasalahan gizi, terutama pada saat
kan pikiran, perasaan dan kemauan dari
anak
seseorang kepada orang lain baik secara
mulai
memasuki
masa
aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Hal
langsung maupun tidak langsung, dengan
ini terjadi karena selain pemahaman ibu
mempergunakan sistem simbol yang telah
yang kurang, juga tingkat pendidikan ibu
disepakati dan menjadi milik anggota
responden yang masih rendah.
masyarakat bahasa (Setyono, 2000). Perkembangan
bahasa
adalah
Sebanyak 29% anak yang orang tuanya
perkembangan
mempunyai penghasilan < Rp. 1.000.000
memperoleh
mempunyai status gizi dalam kategori
simbol-simbol verbal atau non verbal dari
kurus. Pendapatan yang rendah membuat
konsep atau pengertian sesuai dengan
ibu harus membagi keuangan untuk
aturan linguistik (sematik dan sintatik)
seluruh
kebutuhan
tangga
yang dipergunakan oleh lingkungannya
sehingga
ibu
dalam
(Setyono, 2000).
rumah kesulitan
kemampuan
tahap
dan
untuk
mempergunakan
menyediakan makanan yang berkualitas dan berdampak pada kecenderungan
Dampak dari pola konsumsi yang tidak
status gizi anak dalam kategori kurus
baik adalah anak mengalami kesulitan dalam belajar termasuk dalam belajar
Hubungan Anak
Perkembangan
dengan
Status
Puskesmas Wilayah
Bahasa Gizi
di
Selatan Kota
tentang bahasa sehingga perkembangan bahasa anak menjadi terhambat. Hal ini disebabkan karena anak tidak dapat
Kediri
menangkap stimulasi dengan baik serta
Hasil analisa data Spearman rank diketahui
terhambatnya proses melianisasi pada
nilai koefisien korelasi = 0,934 dengan p-
otak anak. Kondisi ini mendorong anak
value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak
mengalami
dan H1 diterima yang berarti ada
mengembangkan kemampuan bahasanya
hubungan antara perkembangan bahasa
(Ngastiyah, 2008).
kesulitan
dalam
dengan status gizi dengan kekuatan hubungannya sangat kuat. Semakin baik
Pertumbuhan
dan
perkembangan
pola makan maka perkembangan bahasa
merupakan proses yang terjadi pada
anak juga akan semakin baik.
setiap mahluk hidup. Pada manusia,
18 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
terutama
pada
masa
balita,
proses
dalam
memahami
stimulasi
tumbuh kembang terjadi sangat cepat.
mempercepat
Pertumbuhan anak yang berkaitan dengan
anak. Hasil penelitian ini menunjukkan
segi jasmani ini didukung oleh pemberian
hubungan yang sangat kuat, hal ini
makanan yang bergizi, sebab gizi tidak
menunjukkan bahwa proses pemenuhan
seimbang maupun gizi buruk serta derajat
nutrisi anak akan memberikan dampak
kesehatan yang rendah akan sangat
pada
berpengaruh
membentuk energi dan mileniasi otak
terhadap
maupun
pertumbuhan
perkembangannya.
Perkembangan
anak
berjalan
proses
dan
ketersediaan
perkembangan
nutrisi
untuk
saat menerima stimulasi yang baru.
dalam
tahapan menurut umur terjadi secara
Hubungan
kontinyu dan sekuensial. Seorang anak
Status Gizi Anak Usia 2 – 4 Tahun Di
yang sehat dan normal akan tumbuh
Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja
sesuai dengan potensi genetik yang
Puskesmas Wilayah Selatan Kota
dimilikinya. Pertumbuhan
ini
sangat
dipengaruhi
oleh
intake
gizi
dikonsumsi.
Gizi
diperlukan
Pola
Makan
Dengan
Kediri
yang
Hasil analisa data Spearman rank diketahui
untuk
nilai koefisien korelasi = 0,777 dengan p-
memperbanyak dan memperbesar semua
value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak
sel-sel terutama sel otak. Kekurangan gizi
dan H1 diterima yang berarti ada
pada anak dapat menimbulkan beberapa
hubungan antara pola makan dengan
efek
status gizi pada anak, dengan nilai
negatif
seperti
lambatnya
pertumbuhan badan, rawan terhadap
keeratan dalam kategori kuat. Semakin
penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan
baik
(IQ) dan terganggunya mental anak yang
semakin baik pula status gizi anak.Pola
berdampak
pemberian makanan merupakan faktor
langsung
terganggunya
pertumbuhan
terhadap dan
perkembangan anak. Anak yang sebelum
pemberian
pola
makan
maka
yang secara langsung mempengaruhi konsumsi makan pada balita.
beraktifitas telah mengkonsumsi makanan terlebih
dahulu
akan
memiliki
Masalah gizi disebabkan oleh banyak
kemampuan yang baik dalam memahami
faktor yang saling mempengaruhi secara
stimulasi
komplek. Ada penyebab langsung dan
yang
diterimanya
selama
beraktifitas, kondisi ini akan mendorong
tidak
terjadinya peningkatan kemampuan anak
seperti, asupan gizi dan penyakit infeksi.
langsung.
Penyebab
langsung
19 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
Dalam hal ini meskipun anak mendapat
zat
makanan cukup, tetapi sering diserang
berpengaruh terhadap pola makan anak,
diare atau ispa dan demam, akhirnya dapat
kondisi ini mendorong kebutuhan nutrisi
menderita kurang gizi. Adapun penyebab
anak tidak dapat dipenuhi dengan baik.
tidak langsung, seperti ketahanan pangan
Kurangnya asupan nutrisi mendorong
dalam keluarga, pola pengasuhan anak,
anak menjadi kekurangan zat-zat untuk
pelayanan
tumbuh, sedangkan dari sisi kebutuhan
kesehatan
dan
kesehatan
lingkungan (Markum, 2009).
gizi
sangat
minim
sehingga
energi, dipenuhi oleh cadangan energi, kondisi inilah yang menyebabkan anak
Permasalahan
gizi
kurang
merupakan
masalah
yang
memiliki gizi kurang.
kesehatan
masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor
Pola makan dengan status gizi terkait pula
antara lain, penyakit infeksi, konsumsi
dengan
makanan, tingkat pendapatan keluarga,
makan kepada anak. Banyak orang tua
jumlah
yang kurang memperhatikan sarapan anak
anggota
keluarga,
tingkat
pemilihan
waktu
pemberian
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu
saat
tentang
menyebabkan anak kekurangan energi.
gizi,
pelayanan
kesehatan,
menjelang
beraktifitas
sehingga
pendapatan keluarga, budaya pantang
Kondisi ini sering tidak diperhatikan,
makanan, dan pola pemberian makan
kebanyakan orang tua dalam memberikan
(Pakhri, 2006).
makan
kepada
memperhatikan Pengaturan zat gizi untuk tiap-tiap orang
ketepatan
pada
diperhatikan.
dasarnya
sama,
yang
harus
waktu
anak
hanya
jumlahnya,
namun
pemberian
Pemenuhan
kurang
kebutuhan
diperhatikan adalah keseimbangan antara
nutrisi anak akan mendorong anak
kebutuhan energi dan pemenuhannya.
mengalami keseimbangan antara nutrisi
Tetapi yang sering terjadi kita tidak
yang
mengetahui asupan
berapa
energi
kebutuhan yang
dan
seharusnya
dibutuhkan
untuk
beraktifitas,
tumbuh dan berkembang dengan asupan nutrisi. Kondisi ini mendorong anak
dikonsumsi. Hal ini juga yang dihadapi
dapat tumbuh dan berkembang sesuai
oleh hampir semua ibu anak usia 2 – 4
dengan tahapan pada usianya
tahun. Pengetahuan
mereka
tentang
pemilihan makanan dan minuman yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan
20 Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
KESIMPULAN 1. Sebanyak 15 responden (48,4%) anak di Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri memiliki perkembangan bahasa dalam kategori penyimpangan
lanjut dapat meneliti faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak serta status gizi anak. 4. Bagi Orang Tua Responden Diharapkan orang tua dapat memperhatikan pertumbuhan dan
2. Sebanyak 12 responden (38,7) di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri mempunyai status gizi normal 3. Ada hubungan antara perkembangan
perkembangan anak melalui pemenuhan nutrisi secara cukup yang dapat dicapai dengan pola makan yang baik.
bahasa dengan status gizi di wilayah kerja Puskesmas wilayah selatan Kota Kediri
Ardiawan, N. 2008. Pola Asuh Belajar dan Prestasi Belajar Anak SD Pasca
SARAN
Pemulihan Gizi
1. Bagi Keperawatan Diharapkan kesehatan
bagi dapat
petugas
Departemen Kesehatan.(2005). Pedoman
mengembangkan
Gizi Balita. Pernerbit : Depkes RI,
para
keilmuan dan pelayanan khususnya terkait
REFERENSI
dengan
hubungan
antara
Jakarta Markum,
AH. (2009). Buku
Ajar
pertumbuhan dengan perkembangan
Keperawatan Anak. Jakarta : Bagian
anak balita.
Ilmu Kesehatan Anak FKUI
2. Bagi Posyandu dan Puskesmas Diharapkan bagi kader posyandu
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
maupun kader kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu dari anak usia 2 – 4 tahun agar lebih memperhatikan pertumbuhan
dan
perkembangan
anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih
Nurachmah,
Elly.(2001). Keperawatan
Anak. Penerbit : FKUI, Jakarta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pakhri, Ali. (2006). Masalah Gizi. Penerbit : USU Digilib, Medan
21
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016
Soetjiningsih, (2002). ASI Pedoman Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Suhardjo.et.all. (2003). Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia
Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Penerbit: EGC, Jakarta Waspadji.
(2003). Gizi untuk Anak.
Jakarta : Jurnal Gizi dan Pangan, November 2003