Hubungan Sikap dan Pengetahuan dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Mahasiswa Magister Pria Universitas Indonesia Tahun 2013 Adila Fahmida Saptari1 , Trini Sudiarti2 Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Proporsi ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa ayah berperan penting dalam kesuksesan pemberian ASI eksklusif. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap, pengetahuan dan karakteristik umum individu (umur, status pernikahan dan status pekerjaan), serta hubungannya dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif pada mahasiswa magister pria Universitas Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2013 di Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi. Sampel penelitian ini adalah 154 orang dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Variabel penelitian diukur menggunakan kuesioner dan analisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 83.1% mahasiswa magister pria berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif, 53.2% memiliki sikap positif terhadap praktik pemberian ASI dan 54.5% memiliki pengetahuan tinggi mengenai praktik pemberian ASI. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara sikap (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000) dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara karaktersitik individu (umur, status pernikahan dan status pekerjaan) dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Kesimpulannya, terdapat hubungan antara sikap dan pengetahuan mahasiswa pria dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Kata kunci: ASI Eksklusif; niat; pengetahuan; pria; sikap Abstract Exclusive breastfeeding rate in Indonesia is still low compared to the Ministry of Health’s target. Studies show that fathers have a significant role in successful exclusive breastfeeding. This study aims to explore relationships between male graduate students’ characteristics (age, marital status and employment status), breastfeeding knowledge, attitudes and intentions to support exclusive breastfeeding in the future. This study is a cross sectional survey and was conducted in May 2013 at Faculty of Engineering and Faculty of Economics Universitas Indonesia. A questionnaire was used on a sample of 154 male graduate students. The sampels were collected by using accidental sampling technique and the results were analysed by using chi square. The result of this study revealed that 83,1% of the participants intended to support exclusive breastfeeding for their future child, 53,2% had positive attitudes towards breastfeeding and 54,5% had high knowledge of breastfeeding. Future supporting exclusive breastfeeding intentions were significantly correlated to participants’ attitude (p=0,001) and knowledge (p=0,000) towards breastfeeding. Participants’ characteristics (age, marital status and employment status) were not significantly correlated with future intentions. In conclusion, students’ attitude and knowledge of breastfeeding are correlated to supporting exclusive breastfeeding intentions. Key words: attitude; exclusive breastfeeding; intention; knowledge; male 1 2
Mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan Masyarakat FKMUI Dosen Program Studi Gizi FKM UI
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Pendahuluan Pemberian ASI (Air Susu Ibu) sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi serta dapat memengaruhi kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Berbagai manfaat diperoleh dengan menyusui baik untuk bayi dan ibu, namun sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang adalah tingkah laku tradisional sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan (Lubis, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 melaporkan jumlah bayi yang menerima pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 26.3% dan sampai 6 bulan adalah 15.3%. Menurut Roesli (2005) pelaksanaan program ASI eksklusif dapat berjalan sukses apabila suami juga mendapatkan penjelasan mengenai peran dirinya dalam program tersebut. Arora et.al., (2000) melaporkan pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak seringkali ditetapkan oleh ibu sebelum kehamilan atau pada masa trimester pertama. Salah satu faktor yang memengaruhi keputusan tersebut adalah persepsi ibu mengenai sikap ayah terhadap praktik pemberian ASI. Selain berperan dalam proses pengambilan keputusan, peran suami sangatlah penting karena dapat memperlancar pemberian ASI dengan menciptakan suasana nyaman bagi istri serta memberi perhatian yang dibutuhkan untuk proses produksi ASI yaitu refleks oksitosin. Februhartanty (2007) menyatakan bahwa ayah akan mendukung praktik menyusui apabila ayah memiliki pengetahuan yang baik tentang hal-hal berhubungan dengan menyusui, memiliki hubungan baik dengan istri dan terlibat dalam keharmonisan pola menyusui tripartit. Kavanagh et.al., (2012) menyatakan sikap yang positif dan pengetahuan mengenai ASI berasosiasi dengan meningkatnya niat untuk menyusui, terutama bagi individu yang dulunya diberikan ASI secara signifikan akan melaksanakan niat tersebut. Pengetahuan mengenai praktik pemberian ASI sebaiknya ditanamkan sejak dini agar dapat menghasilkan sikap positif di masa datang. Pemaparan dan pemberian pengetahuan tentang menyusui kepada individu yang belum berpengalaman berperan secara positif untuk memengaruhi keputusan praktik pemberian makan kepada bayi, sehingga hal ini akan sangat kritikal untuk memrediksikan perilaku praktik pemberian makan kepada bayi secara aktual nantinya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa persentase ASI eksklusif tingkat nasional jauh sekali dari harapan Departemen Kesehatan RI yaitu presentase ASI eksklusif 80%. Pria memiliki andil yang cukup besar untuk pengambilan keputusan dalam rumah tangga (Hanifah, 1998). Oleh karena itu, agar ibu merasa didukung dalam proses menyusui, ayah harus ikut berpartisipasi aktif dalam pengambilan
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
keputusan, mempunyai sikap positif, dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang keuntungan menyusui (Soetjiningsih, 2010). Sejauh ini di Indonesia belum banyak penelitian mengenai ASI eksklusif melibatkan pria sebagai subjek penelitian. Penelitian ini ingin membahas gambaran pengetahuan, sikap dan niat pria yang akan menjadi ayah dalam mendukung praktik pemberian ASI eksklusif, dalam hal ini peneliti mengambil mahasiswa pria yang sedang menempuh jenjang pendidikan Magister dan belum memiliki anak sebagai subjek.
Tinjauan Teoritis Variabel dependen penelitian ini adalah niat, oleh sebab itu penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behaviour sebagai landasan teori. Theory of Planned Behavior (TPB) adalah pengembangan dari Theory of Reasoned Action (1975) dan keduanya dikemukakan oleh Icek Ajzen. Menurut Theory of Reasoned Action (TRA), seseorang akan berperilaku tertentu yang didasari oleh niat melakukan perilaku tersebut. Niat perilaku ini dipengaruhi oleh norma subyektif dan sikap terhadap perilaku tersebut. Sikap individu terhadap suatu perilaku berasal dari keyakinan individu terhadap perilaku tersebut, sedangkan norma subyektif berasal dari keyakinan normatif. Sama dengan TRA, theory of planned behaviour ini berasal dari asumsi bahwa manusia akan berperilaku berdasarkan akal sehat mereka, manusia menyerap informasi dan baik secara implisit ataupun eksplisit, manusia akan mempertimbangkan implikasi dari perbuatan mereka. Dalam Theory of Planned Behaviour, niat (dan perilaku) memiliki 3 determinan, yaitu faktor personal, faktor pengaruh sosial dan faktor isu kontrol (Ajzen, 2005). Faktor personal adalah sikap individu terhadap perilaku tertentu. Sikap ini dipengaruhi oleh pandangan individu baik secara negatif ataupun positif terkait melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Norma subyektif
adalah faktor pengaruh sosial yang
memengaruhi niat seseorang adalah pertimbangan dan persepsi individu tersebut terhadap tekanan sosial untuk melakukan perilaku tertentu. Faktor terakhir yang memengaruhi niat seseorang adalah kemampuan individu untuk melakukan perilaku tersebut.oleh karena itu, faktor ini disebut sebagai persepsi kemampuan mengontrol. Secara general, seseorang berniat melakukan suatu perilaku apabila mereka memiliki pandangan positif terkait perilaku tersebut, menerima tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut dan mempercayai mereka mempunyai kesempatan dan bisa melakukan perilaku tersebut.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Ketiga faktor yang telah disebutkan berasal dari beberapa faktor-faktor lain yang melatarbelakangi. Faktor latar belakang ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu personal, sosial, dan informasi. Banyak variabel yang berhubungan atau memengaruhi seseorang yaitu dari pengetahuan, usia, jenis kelamin, etnik, status sosioekonomi, tingkat pendidikan, kewarganegaraan, agama, afiliasi, kepribadian, suasana hati, emosi, sikap, keyakinan, tingkat kecerdasan, pengalaman masa lalu, paparan terhadap informasi, dukungan sosial, dan cara mengatasi masalah. Pada dasarnya orang membesar di lingkungan sosial yang berbeda akan memperoleh informasi yang berbeda mengenai berbagai isu, informasi berbeda yang menjadi dasar keyakinan individu terhadap dampak dari suatu perilaku, harapan normatif atau tekanan sosial yang berbeda terhadap suatu perilaku dan hambatan yang berbeda untuk melakukan perilaku tertentu. Sama halnya dengan pria yang memiliki pengalaman yang berbeda dengan wanita, orang tua yang memperoleh informasi dengan cara yang berbeda dengan anak muda, dan suasana hati dan pikiran sementara yang bisa memengaruhi persepsi kita terhadap sesuatu. Seluruh faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi perilaku, normatif, dan keyakinan mengontrol diri sehingga memengaruhi niat dan perbuatan kita. Menurut Fishbein dan Ajzen niat berperilaku dapat memprediksikan tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Niat untuk melaksanakan sesuatu atau berperilaku tertentu akan muncul apabila adanya sikap yang positif, dukungan norma subjektif dan kemampuan diri untuk melakukan hal tersebut. Sebuah perilaku cenderung akan dilakukan apabila individu mempunyai dasar pengetahuan dan secara emosional berkomitmen untuk melakukan perilaku tersebut. Niat adalah prediktor kuat untuk menunjukkan seberapa jauh seseorang akan mencoba membuat keinginannya terwujud. Metode Penelitian Penelitian kuantitatif menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional). Tujuan penelitian ini untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen berupa pengetahuan mengenai ASI eksklusif, sikap terhadap pemberian ASI eksklusif dan karakteristik mahasiswa pria, dengan variabel dependen yaitu, niat mahasiswa pria untuk mendukung praktik pemberian ASI. Penelitian dilakukan di Universitas Indonesia (UI), yaitu di Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Ekonomi (FE) dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Sampel penelitian ini sebanyak 154 orang dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Kuesioner dibagi beberapa bagian, yaitu data personal, sikap, pengetahuan, dan niat. Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data, peneliti melakukan uji coba kuesioner kepada 30 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Data penelitian ini merupakan data kategorik sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil Penelitian Responden pada penelitian ini berjumlah sebanyak 154 mahasiswa magister pria FT dan FE UI. Mayoritas responden berada dalam rentang usia 21 sampai 24 tahun (61.7%), angkatan 2012 (68.2%), dan belum menikah (83.1%). Lebih dari setengah jumlah responden sudah memiliki pekerjaan (52%). Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa proporsi niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif pada mahasiswa pria (83.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang berniat (16.9%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif
n
%
Kurang berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif
26
16.9
Berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif
128
83.1
Sikap Mahasiswa Pria terhadap Praktik Pemberian ASI Sikap mahasiswa pria terhadap praktik pemberian ASI disajikan pada tabel 2. Hasil menunjukkan bahwa 57.1% responden memiliki sikap positif terhadap praktik pemberian ASI.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswa Pria terhadap Praktik Pemberian ASI Sikap terhadap praktik pemberian ASI
n
%
Sikap Positif (nilai > 46)
88
57.1
Sikap Negatif (nilai ≤ 46)
66
42.9
Pengetahuan Mahasiswa Pria Mengenai ASI Eksklusif Pengetahuan mahasiswa pria mengenai ASI eksklusif tersaji pada tabel 3. Pada tabel 3 dapat terlihat bahwa lebih dari setengah jumlah responden (54.5%) memiliki pengetahuan tinggi mengenai praktik pemberian ASI. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Pria Mengenai ASI Eksklusif Pengetahuan Mahasiswa Pria Mengenai ASI Eksklusif
n
%
Pengetahuan Kurang Baik (< 10 poin)
70
45.5
Pengetahuan Baik ( ≥ 10 poin)
84
54.5
Hubungan Sikap, Pengetahuan, dan Karakteristik Mahasiswa Pria dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Hubungan sikap, pengetahuan dan karakteristik mahasiswa pria dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif tersaji pada tabel 4. Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa sikap dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (p<0.05). Variabel lainnya seperti status pekerjaan, status pernikahan dan umur ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Variabel Dependen Niat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif
Variabel Independen Sikap Pengetahuan Status Pekerjaan Status Pernikahan Umur
p value 0.001* 0.000* 0.085 0.08 0.276
OR (95% CI) 4.7 (1.831 – 11.953) 9.2 (2.979-28.203) -
* p value <0.05
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Pembahasan Hubungan Sikap terhadap Praktik Pemberian ASI dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif pada mahasiswa pria (p<0.05). Mahasiswa pria yang memiliki sikap positif terhadap praktik pemberian ASI 4.7 kali berpeluang untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (OR= 4.7; 95% CI 1.831 – 11.953). Hal ini sesuai dengan penelitian Freed (1992), Tarrant dan Dodgson (2007), Kavanagh et.al. (2012), Alvarado (2006), Giles et.al. (2007), Swanson et.al. (2008), Spear (2007) dan Umerka (2012). Penelitian Freed (1992) ditemukan bahwa terdapat keterkaitan antara sikap calon ayah terhadap praktik pemberian ASI dengan niat kedua calon orang tua untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya nanti. Sebanyak 259 calon ayah yang berpartisipasi dalam kelas prenatal di 5 rumah sakit di Houston diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur sikap responden terhadap praktik pemberian ASI. Hasilnya, calon ayah yang memiliki sikap positif terhadap praktik pemberian ASI dan menginginkan bayinya diberikan ASI eksklusif (90%) cenderung memiliki pasangan yang berencana memberikan ASI eksklusif (58%). Calon ayah yang memiliki pasangan yang berniat untuk memberikan ASI eksklusif cenderung setuju bahwa ASI lebih baik untuk bayi daripada susu formula, ASI dapat membantu mempererat hubungan ibu dan bayi, ASI dapat melindungi bayi dari penyakit dan menghargai wanita yang menyusui. Pada penelitian Kavanagh et.al. (2012) melibatkan sebanyak 248 mahasiswa S1 baik pria dan wanita dengan mayoritas (80%) berniat mendukung atau memberikan ASI kepada anaknya nanti. Para mahasiswa yang berniat mendukung atau memberikan ASI memiliki sikap yang positif terhadap praktik pemberian ASI (p=0.000). Responden pria lebih bisa menerima praktik pemberian ASI di tempat umum dibandingkan dengan responden wanita. Hubungan Pengetahuan mengenai Praktik Pemberian ASI dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan bahwa pengetahuan mahasiswa pria mengenai praktik pemberian ASI berhubungan secara signifikan terhadap niat responden untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (p<0.05). Mahasiswa pria yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai praktik pemberian ASI 9.2 kali lebih berpeluang berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (Odds Ratio = 9.2; 95% CI 2.979 – 28.203). Hal
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
ini sejalan dengan penelitian Freed (1992), Alvarado (2006), Kavanagh et.al. (2012), Giles et.al. (2007), Swanson et.al. (2008), dan Marrone et.al. (2008). Penelitian Kavanagh et.al. (2012), dan Marrone et.al. (2008) melibatkan mahasiswa sarjana sebagai responden baik laki-laki maupun perempuan. Sementara Swanson et.al. (2008) dan Giles et.al. (2007) melibatkan pelajar SMA baik laki-laki maupun perempuan. Hasil yang didapatkan dari keempat penelitian ini adalah sama, yaitu pengetahuan mengenai praktik pemberian ASI berpengaruh signifikan terhadap niat mahasiswa dan pelajar SMA untuk mendukung atau memberikan ASI pada masa yang akan datang. Sesuai dengan Theory of Planned Behaviour, pengetahuan tidak hanya memengaruhi niat tetapi juga memengaruhi sikap individu terhadap suatu perilaku. Penelitian Kang et.al. (2005) yang melibatkan 341 mahasiswa sarjana sebagai responden menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa terhadap praktik pemberian ASI. Hubungan Umur Mahasiswa Pria dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil uji Chi Sqaure, diketahui bahwa umur mahasiswa pria tidak berhubungan signifikan dengan niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Terdapat kecenderungan lebih banyak mahasiswa pria yang berumur di atas 24 tahun (88.1%) mendukung praktik pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang berumur 21 – 24 tahun (80%). Hal ini mungkin disebabkan karena seluruh mahasiswa yang sudah menikah berumur di atas 24 tahun. Mahasiswa pria yang sudah menikah diasumsikan sudah siap untuk berkeluarga sehingga memiliki niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini tidak sejalan dengan Swanson (2008) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara umur dengan niat individu untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (p<0.001). Pada penelitian lain, umur dihubungkan dengan pengetahuan dan sikap individu terhadap praktik pemberian ASI. Menurut Theory of Planned Behaviour, umur dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap individu sehingga dapat memengaruhi niat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Alvarado (2006) menyatakan calon ayah yang berumur 23-29 memiliki pengetahuan yang lebih tinggi mengenai praktik pemberian ASI dibandingkan dengan calon ayah yang berumur di bawah 22 tahun. Secara statistik, umur dengan pengetahuan tidak berhubungan siginifikan (p=0.06).
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Sedangkan pada penelitian Marrone et.al. umur berhubungan signifikan dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Mahasiswa yang berumur di atas 20 tahun cenderung menunjukkan sikap yang lebih positif (p=0.001) dan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi (p=0.01) dibandingkan dengan mahasiswa yang berumur di bawah 19 tahun. Penelitian Kavanagh et.al. (2012) menunjukkan bahwa umur memengaruhi sikap mahasiswa terhadap praktik pemberian ASI, yaitu dengan nilai p=0.002.
Hubungan Status Pekerjaan Mahasiswa Pria dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pekerjaan mahasiswa pria tidak berhubungan signifikan dengan niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Terdapat kecenderungan mahasiswa pria yang sudah bekerja berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (88.7%) dibandingkan yang belum bekerja (77%). Status pekerjaan dihubungkan dengan tingkat pengetahuan mengenai ASI diperoleh hubungan signifikan. Mahasiswa yang sudah bekerja berpeluang 2 kali memiliki pengetahuan baik mengenai praktik pemberian ASI. Status pekerjaan dihubungkan dengan sikap terhadap praktik pemberian ASI diperoleh tidak berhubungan signifikan. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara sikap terhadap praktik pemberian ASI baik pada mahasiswa yang sudah bekerja maupun belum. Sejauh ini belum ada penelitian yang menghubungkan status pekerjaan dengan niat mahasiswa pria mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Namun ada beberapa penelitian yang menghubungkan status pekerjaan ayah dengan praktik pemberian ASI eksklusif yang dilakukan oleh ibu. Penelitian Rassin et.al. (1993) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa status pekerjaan ayah juga tidak berhubungan signifikan dengan praktik pemberian ASI. Hasil analisis uji interaksi yang dilakukan Ramadani dan Hadi (2010) menemukan bahwa tidak ada interaksi antara dukungan suami terhadap praktik pemberian ASI eksklusif dengan pekerjaannya. Penelitian Sari (2011) yang dilakukan di Kabupaten Solok menemukan bahwa status pekerjaan ayah tidak berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian Destriatania (2010) didapatkan bahwa status pekerjaan ayah tidak berhubungan signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Menurut Grummer dan Strawn (1996) dalam Destriatania, pekerjaan dan pendidikan ayah bisa menggambarkan status sosial ekonomi keluarga.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Hubungan Status Pernikahan Mahasiswa Pria dengan Niat Mendukung Praktik Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil uji Chi Square status pernikahan mahasiswa pria tidak berhubungan signifikan terhadap niat responden untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif (p>0,05). Namun, terdapat kecenderungan bahwa mahasiswa yang sudah menikah lebih banyak mendukung pratik pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang belum menikah. Mahasiswa pria yang sudah menikah diasumsikan sudah siap untuk berkeluarga sehingga memiliki sikap dan pengetahuan yang baik mengenai ASI dan berniat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Status pernikahan apabila dihububungkan dengan tingkat pengetahuan mengenai ASI diperoleh hubungan signifikan. Mahasiswa yang sudah menikah 8 kali berpeluang memiliki pengetahuan baik mengenai praktik pemberian ASI. Selain itu, jika status pernikahan dihubungkan dengan sikap terhadap praktik pemberian ASI, diperoleh hubungan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara sikap mahasiswa yang sudah menikah dengan yang belum menikah terhadap praktik pemberian ASI. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Vaaler et.al. (2011) di Amerika Serikat. Sejauh ini belum ada penelitian yang menghubungkan status pernikahan pria dengan niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian Vaaler et.al. (2011) yang menunjukkan bahwa status pernikahan pria memengaruhi sikap terhadap praktik pemberian ASI. Pria yang sudah menikah didapati lebih memiliki sikap positif terhadap promosi menyusui dan praktik pemberian ASI secara umum. Penelitian Perrine et.al. (2012) dan Odom et.al. (2013) yang menghubungkan antara status pernikahan wanita dengan niat memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita yang sudah menikah cenderung lebih berniat untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Rassin et.al. (1993) menemukan bahwa status pernikahan berhubungan signifikan dengan inisiasi menyusui pada kaum imigran Meksiko di Amerika Serikat.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil dari 154 mahasiswa magister pria yang berpartisipasi dalam penelitian ini didapatkan 83.1% berniat mendukung praktik pemberian ASI eksklusif, 57.1% memiliki sikap positif terhadap praktik pemberian ASI, dan 54.5% memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai praktik pemberian ASI. 2. Ada hubungan signifikan antara sikap (OR= 4.7; 95% CI 1.831 – 11.953; p=0.001) dan pengetahuan mahasiswa pria (OR= 9.2; 95% CI 2.979 – 28.203; p=0.000) dengan niat untuk mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan responden yang mengetahui ASI eksklusif paling banyak mendapatkan informasi dari media elektronik seperti televisi, radio dan internet. Promosi praktik pemberian ASI eksklusif yang sudah ada di media elektronik seperti televisi dan internet sebaiknya dipertahankan. Kemudian lebih digencarkan promosi melalui sosial media seperti twitter, facebook, youtube, tumblr dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan karena arus informasi pada masa kini lebih cepat menyebar dan mudah dijangkau melalui sosial media. Selain itu penggunaan fasilitas sosial media tidak dikenakan biaya, sehingga lebih cost effective dan lebih digemari oleh kalangan dewasa muda. 2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada populasi yang lebih luas dengan tingkat sosio-ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga dapat memperkaya data tentang niat dan persepsi calon ayah terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Kepustakaan Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behavior 2nd Edition. New York: Open University Press, McGraw-Hill Education. Alvarado, I. R., Gracia, V., Torres, R., & Rodriguez, A. (2006). Explanatory Study: Breastfeeding Knowledge, Attitudes Towards Sexuality and Breastfeeding,and DispositionTowards Supporting Breastfeeding in Future Puerto Rican Male Parents. Puerto Rican Health Science Journal, 337-342.s
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Arora, S., McJunkin, C., Wehrer, J., & Kuhn, P. (2000). Major Factors Influencing Breastfeeding Rates : Mothers's Perception of Father's Attitude and Milk Supply. Pediatrics, 106-113. Bar-Yam, Naomi Bloomberg dan Darby, Lori. (1997). Fathers and Breastfeeding : A Review of the Literature. Journal of Human Lactation. 13 (1). Destriatania, S. (2010). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ayah terhadap Praktik Inisiasi Menyusui Segera dan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Urban Jakarta Selatan tahun 2007. Depok: Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Februhartanty, Juhdiastuty. (2007). Peran Ayah dalam Optimalisasi Praktek Pemberian ASI: Sebuah Studi di Daerah Urban Jakarta. Jakarta: Disertasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Giles, M., Connor, S., McClenaham, C., Mallet, J., Stewart-Knox, B., & Wright, M. (2007). Measuring Young People's Attitudes to Breastfeeding Using the Theory of Planned Behaviour. Journal of Public Health, 17-26. Göksen, F. (2002). Normative vs. Attitudinal Considerations in Breastfeeding Behaviour: Multifaceted Social Influences in a Developing Country Context. Social Science & Medicine, 1743-1753. Hanifah, L. (1998). Kematian Ibu dan Peran Suami: Sebuah Tantangan. Jender & Kesehatan: Kumpulan Artikel, 139-144. Hamijaya, Ema Kusmia. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di RW 25 Baktijaya Sukmajaya Depok. Depok: Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Kang, Nam-Mi; Song, Yong; Im, Eun-Ok. (2005). Korean University Students’ Knowledge and Attitudes Toward Breastfeeing: A questionnaire survey. Internation Journal of Nursing Studies. 42. Januari 9, 2013 Kavanangh, Katherine F, et al. (2012). Breastfeeding Knowledge, Attitudes, Prior Exposure, and Intent among Undergraduate Students. Journal of Human Lactation. Februari 18, 2013.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Lubis, Nuchsan Umar. (Juli - Agustus 2009). ASI Eksklusif Menjelang Indonesia Sehat 2010. Cermin Dunia Kedokteran, 292-293. Ludin, H. B. (2010). Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Medan: Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. M., Baharudin. (2009). Pendidikan dan Psikologis Perkembangan. Jakarta: Ar-Ruzz Media. Mitchell-Box, K. M. (2011). Breastfeedimg and Male Partner: Association between male attitudes adn breaastfeeding outcomes. Manoa: University of Hawai'i. Moore, K. (2010). Father Involvement in Breastfeeding Process: Determining Contributing Aspects. Ontario: [Thesis]. Brock University. Odom, E. C., Li, R., Scanlon, K. S., Perrine, C. G., & Grummer-Strawn, L. (2013). Reasons for Earlier Than Desired Cessation of Breastfeeding. Pediatrics, 726-732. Perrine, C. G., Odom, E. C., Li, R., Scanlon, K. S., & Grummer-Strawn, L. (2012). BabyFriendly Hospital Practices, and Meeting Exclusive Breastfeeding Intention. Pediatrics , 54-60. Pisacane, A., Cintinisio, G. I., Aldinucci, M., D'Amora, S., & Cintinisio, P. (2005). Controlled Trial of the Father's Role in Breastfeeding Promotion. Pediatrics, 494-498. Putri, R. I. (2009). Pengetahuan, Sikap, dan Niat Ibu Hamil untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat tahun 2009. Depok: Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ramadani, M., & Hadi, E. M. (2010). Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 269-274. Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidjaya. Sari, R. R. (2011). Hubungan Karakter, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Ayah terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kabupaten Solok. Depok: Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Sahip, Y., & Turan, J. M. (2007). Education for Expectant Fathers in Workplaces in Turkey. Journal of Biosocial Science, 843-860.\ Siregar, Desmita. (2009). Faktor Dukungan Suami dan Faktor Pengetahuan Ibu Hubungannya dengan Proporsi Lama Pemberian ASI pada Ibu Bekerja Sebagai Pegawai Negeri Sipil di Beberapa Kantor dan Rumah Sakit Pemerintahan di Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Soetjiningsih. (2010). Breastfeeding Family. Lahir. Dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, Indonesia Menyusui (pp. 245-254). Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Spear, H. J. (2007). College Students' Experiences and Attitudes Regarding Middle and High School-Based Breastfeeding Education. The Journal of School Nursing, 276-283. Spurles, P. K., & Babineau, J. (2011). A Qualitative Study of Attitudes Toward Public Breastfeeding Among Young Canadian Men and Women. Journal of Human Lactation, 131-137. Sugiatmi. (2010). Karakteristik dan Saluran Informasi pada Ayah terhadap praktik Inisiasi Menyusui Segera di Daerah Urban Jakarta tahun 2007. Jakarta: Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Suradi, R. & Roesli, U. (2008). Manfaat ASI dan menyusui. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Syahdrajat, Tantur. (Maret – April 2009). ASI Eksklusif. Cermin Dunia Kedokteran, 133-134. Swanson, V., Power, K., Kaur, B., Carter, H., & Shepherd, K. (2006). The Impact of Knowledge and Social Influences on Adolescents' Breastfeeding Beliefs and Intentions. Public Health Nutrition, 297-305. Tarrant, Marie dan Dodgson, Joan E. (2007). Knowledge, Attitude, Exposure and Future Intention of Hong Kong University Students Toward Infant Feeding. Journal of Obstetric, Gynecologic, Neonatal Nursing. 3(36). Vaaler, M., Castarucci, B. C., Clark, J., Stagg, J., Parks, E., & Parks, S. E. (2010). Attitude Toward Breastfeeding: Findings from the 2007 Texas Behavioral Risk Factor Surveillance System. Maternal, Child Health Journal, 148-157.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013
Wicitra, Anindita. (2009). Faktor Dukungan Suami dan Faktor Pengetahuan Ibu Mengenai ASI Hubungannya dengan Lama Pemberian ASI pada Ibu Pegawai Swasta di Beberapa Perusahaan di Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Widiarti, Sari Putri. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami tentang Pemberian ASI terhadap Motivasi Ibu dalam Menyusui di Kelurahan Kemiri Muka Kota Depok. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Hubungan sikap..., Adila Fahmida Saftari, FKM-UI, 2013