HUBUNGAN SHALAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU ANGGREK KELURAHAN CEMPAKA PUTIH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Disusun Oleh: HANIK FITRIA CAHYANI NIM: 109104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Hanik Fitria Cahyani
Tempat, Tgl lahir
: Ponorogo, 17 Mei 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Raya Magetan RT 03 RW 02 Desa Sukosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo Jawa Timur 63491
Hp
: 085718485191
Email
:
[email protected] /
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK RA Muslimat Raudlatul Thalibin Sukosari
(1995-1997)
2. SDN 3 Sukosari
(1997-2003)
3. SMPN 3 Unggulan Peterongan Jombang
(2003-2006)
4. SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI Jombang
(2006-2009)
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2009-2013)
Pengalaman Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Talk Show: 1.
Talk Show “Bergerak cegah HIV/AIDS!!” Tahun 2009
2.
Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di Indonesia” Tahun 2009
3.
Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada Tahun 2009
4.
Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” Tahun 2009
v
5.
Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun 2010
6.
Pelatihan Kesekretariatan Tahun 2010
7.
Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010
8.
Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapan dalam Praktek dan Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia” Tahun 2010
9.
Seminar Profesi “Thinking Before Eating” Tahun 2011
10. Workshop “Disaster Management” Tahun 2011 11. Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012 12. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” Tahun 2012 13. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Profesi Keperawatan” Tahun 2012 14. Seminar Nasional “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, November 2013 Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048 Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur xix + 100 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 2 singkatan + 8 lampiran
ABSTRAK Shalat merupakan suatu ibadah yang diwajibkan kepada orang Islam. Shalat dapat menjadi sebuah meditasi yang dapat menimbulkan respon relaksasi. Relaksasi dapat mempengaruhi tekanan darah pasien hipertensi namun belum diketahui apakah relaksasi shalat dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada 45 pasien hipertensi usia ≥ 45 tahun pada bulan Juli-Agustus 2013. Pengumpulan data menggunakan kuesioner shalat dan tensimeter. Hasil uji instrument penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,815 untuk shalat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi grade 1 (ringan) sebesar 23 responden (51,1%) untuk tekanan darah sistole dan 16 responden (35,6%) untuk tekanan darah diastole dengan rata-rata nilai skor shalat sebesar 49,64. Hasil uji statistik menggunakan uji spearmen rank dengan α = 0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara shalat dengan tekanan darah systole dan diastole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan p value = 0,000 nilai (r) = -0,524 untuk tekanan darah sistole dan p value = 0,023 nilai (r) = -0,338 untuk tekanan darah diastole. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai skor shalat, maka semakin rendah nilai tekanan darah sistole dan diastole. Berdasarkan penelitian ini, posbindu dapat memberikan informasi kepada para pasien hipertensi bahwa shalat dapat dikombinasikan dengan obat dalam menurunkan atau mengontrol tekanan darah.
Kata kunci: Shalat, Tekanan darah, Hipertensi DaftarBacaan: 64 (1995 – 2013)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, November 2013 Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048 The Relation of Prayers and Blood Pressure of Patients with Hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur xix + 100 pages + 14 tables + 2 charts + 2 abbreviations + 8 attachments
ABSTRACT Prayers is a ritual that obligated to every muslim. Prayers can be a meditation to induce relaxation response. Relaxation can affect patient’s blood pressure with hypertension but it is not known yet whether the prayers relaxation can reduce blood pressure. This study is intended to recognize the relation of prayers and blood pressure of patients with hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. The study used quantitative method with cross-sectional approach. Data are gathered from 45 patients with hypertension at age more than 45 years old in July-August 2013, using prayers questionnaire and tensimeter. The level of reliability obtained for prayers is 0,815. The result of this study showed that the majority of respondents are with hypertension grade 1 (moderate) among 23 respondents (51,1%) for systole blood pressure and 16 respondents (35,6%) for diastole blood pressure with average of prayers score of respondents are 49,64. Spearmen rank statistical test showed α = 0,05 which meant that there is a significant corelation between prayers and both systole and diastole blood pressure among patients with hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur where p value = 0,000 value (r) = -0,524 for systole blood pressure and p value = 0,023 value (r) = 0,338 for diastole blood pressure. This means that the higher prayers scores, the lower the value of systole and diastole blood pressure. Based on this research, Posbindu can provide information to patients with hypertension that prayer can be combined with drugs in reducing or controlling blood pressure.
Keywords: prayers, blood pressure, hypertension References: 64 (1995-2013)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam. Skripsi ini berjudul “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”. Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1.
Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2.
Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Ita Yuanita, S. Kp., M. Kep., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan banyak memberikan saran demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.
4.
Ns. Uswatun Khasanah, S. Kep, MNS selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
ix
5.
Ibu Tien Gartinah, MN selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan selama proses perkuliahan.
6.
Para penguji (Ibu Maftuhah, S. Kp., M. Kep., Ph.D dan Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep, Sp. KMB) yang telah banyak memberikan masukan dalam memperbaiki skripsi ini.
7.
Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa.
8.
Departemen Agama yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan serta membantu peneliti untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas.
10. Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian di tempat ini. 11. Kedua Orang Tua saya (Abi H. Masduki Ashar dan Ummi Hj. Muthi’anah) yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan, semangat dan do’a yang tak pernah berhenti demi kelancaran dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini. 12. Saudara laki-lakiku, “Ria’s Brothers” (Mas Bahrul, Mas Mukhtar dan Dek Burhan) yang telah memotivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 13. Sahabat-sabahatku tercinta, “Fighters” (Fita, Fitri, Etika, Mala, Dian, Ulfi, Dewi, Mayra, Astuti dan Iqbal), teman-temanku satu pembimbing (Sri, Ike, dan Nining) serta seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam
x
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan memohon do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, November 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
JUDUL
HAL
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
6
C. Pertanyaan Penelitian ..............................................................
7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
1. Tujuan umum ....................................................................
7
2. Tujuan khusus ...................................................................
7
E. Manfaat Penelitian ..................................................................
8
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
10
A. Tekanan Darah ........................................................................
10
xii
1. Definisi ..............................................................................
10
2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tekanan Darah............
10
3. Pengukuran Tekanan Darah ..............................................
12
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran ..........
13
B. Hipertensi ................................................................................
14
1. Definisi ..............................................................................
14
2. Klasifikasi .........................................................................
15
3. Etiologi ..............................................................................
16
4. Patofisiologi ......................................................................
16
5. Manifestasi ........................................................................
18
6. Komplikasi ........................................................................
18
7. Penatalaksanaan ................................................................
20
C. Meditasi ...................................................................................
26
1. Definisi ..............................................................................
26
2. Macam-Macam Meditasi ..................................................
26
3. Manfaat Meditasi ..............................................................
27
D. Shalat .......................................................................................
27
1. Definsi ...............................................................................
27
2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat ...................................
28
3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktunya ...................
30
4. Syarat-Syarat Wajib Shalat ...............................................
31
5. Syarat-Syarat Sah Sholat ...................................................
32
6. Rukun Shalat .....................................................................
37
7. Sunnah-Sunnah Shalat ......................................................
40
8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat ...................................
44
E. Khusyuk ..................................................................................
45
1. Definisi Khuyuk ................................................................
45
2. Kriteria Khusyuk ...............................................................
46
3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat ........................................
47
4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat .................................
48
F. Penelitian Terkait ....................................................................
50
G. Kerangka Teori........................................................................
53
xiii
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL .......................................................................... 54
BAB IV
BAB V
A. Kerangka Konsep ....................................................................
54
B. Hipotesis..................................................................................
55
C. Definisi Operasional................................................................
56
METODOLOGI PENELITIAN ................................................
57
A. Desain Penelitian .....................................................................
57
B. Populasi dan Sampel ...............................................................
57
C. Teknik Pengambilan Sampel...................................................
58
D. Pengumpulan Data ..................................................................
59
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
60
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................
60
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................
64
H. Tahapan Penelitian ..................................................................
66
I. Pengolahan Data......................................................................
68
J. Analisa Data ............................................................................
69
K. Etika Penelitian .......................................................................
71
HASIL PENELITIAN ..................................................................
74
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................
74
B. Karakteristik Responden .........................................................
75
C. Analisa Univariat ............................................................. …...
76
1. Distribusi Skor Shalat pada PasienHipertensi .....................
76
a. Distribusi Skor pada Masing-Masing Aspek Shalat .......
77
2. Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) .............................
78
3. Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) ..........................
79
D. Analisa Bivariat ........................................................................
80
1. Hubungan Masing-Masing Aspek dalam Shalat dengan TDS dan TDD .........................................................
xiv
81
BAB VI
PEMBAHASAN ..........................................................................
83
A. Karakteristik Pasien Hipertensi ................................................
83
1. Jenis Kelamin.......................................................................
83
2. Umur ....................................................................................
84
3. Suku .....................................................................................
86
4. Pendidikan ...........................................................................
86
B. Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah ..............................
87
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................
97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
98
A. Kesimpulan ...............................................................................
98
B. Saran .........................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH .................................
15
2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7.........................................
15
3.
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................
56
4.
Tabel 4.1 Distribusi Pernyataan Kuesioner Shalat.......................................
63
5.
Tabel 4.2 Skor Skala Likert .........................................................................
63
6.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat ...............................
65
7.
Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Nilai r ...................
70
8.
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur, Suku dan Pendidikan ...............
75
9.
Tabel 5.2 Distribusi Skor Shalat ..................................................................
76
10. Tabel 5.3 Distribusi Skor Aspek Shalat .......................................................
77
11. Tabel 5.4 Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) .....................................
78
12. Tabel 5.5 DistribusiTekananDarah Diastole (TDD) ....................................
79
13. Tabel 5.6 Analisa Hubungan Shalat dengan TDS dan TDD........................
80
14. Tabel 5.7 Analisa Hubungan Masing-Masing Aspek Shalat .......................
81
xvi
DAFTAR BAGAN
1.
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 53
2.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 54
xvii
DAFTAR SINGKATAN
1.
Singkatan Tekanan Darah Sistole (TDS) ................................................
78
2.
Singkatan Tekanan Darah Diastole (TDD) .............................................
79
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1 Lembar Informed Consent
2.
Lampiran 2 Instrumen Penelitian
3.
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas
4.
Lampiran 4 R Tabel
5.
Lampiran 5 Hasil Penelitian
6.
Lampiran 6 Surat Izin Studi Pendahuluan
7.
Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas
8.
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan di dunia, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penderita hipertensi secara umum pada orang dewasa berusia 25 tahun dan lebih adalah sekitar 40%. Hipertensi juga diperkirakan mampu menyebabkan 7,5 juta kematian dan sekitar 12,8% dari seluruh kematian. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan 33,8% penduduknya menderita hipertensi dengan perbandingan laki-laki sekitar 34,8% dan perempuan sekitar 32,8% (WHO, 2011). Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi pasien hipertensi menurut Departemen Kesehatan adalah sekitar 31,7%, dimana hanya 7,2% dari 31,7% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Depkes, 2012). Hipertensi atau disebut juga dengan tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah telah meningkatkan tekanannya secara terusmenerus. Hipertensi menunjukkan tingkat tekanan darah di atas batas normal. Tekanan darah dewasa normal didefinisikan sebagai tekanan darah 120 mmHg untuk sistolik dan tekanan darah 80 mmHg untuk diastolik. Ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, tekanan darah dianggap tinggi (Smeltzer, 2001). 1
2
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi penyakit lain yang berbahaya jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat. Diantara komplikasi hipertensi yang berbahaya meliputi penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Kedua penyakit ini menyumbangkan angka mortalitas yang tinggi bagi penduduk dunia. WHO memperkirakan PJK dapat menyebabkan 7,3 juta kematian dan stroke dapat menyebabkan 6,2 juta kematian. Penting bagi penderita untuk selalu mengontrol tekanan darahnya agar tidak terjadi komplikasi yang berbahaya ini, apalagi bagi penderita yang tidak menyadari kalau dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Kebanyakan penderita baru menyadari setelah mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal ataupun penyakit-penyakit lain yang dampaknya sulit untuk disembuhkan (Misbach, 2007). Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Intervesi
yang
dilakukan
dapat
berupa
intervensi
farmakologis
dan
nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan menggunakan obatobatan anti hipertensi seperti diuretik, penyekat saluan kalsium, ACE inhibitor, β-bloker, α-bloker, serta vasodilator arteriol yang fungsinya untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau Total Peripheral Resistance (TPR). Sedangkan intervensi nonfarmakologis yaitu intervensi dengan selain obat-obatan, dimana salah satunya yaitu dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis (Corwin, 2009).
3
Teknik relaksasi memiliki efek yang sama dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah menurun (Mills, 2012). Otot-otot yang rileks ini menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia benar-benar merasakan ketenangan dan kenyamanan. Situasi itu akan menekan sistem saraf simpatik sehingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin dalam darah menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah pun akan menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Elzaky, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mills (2012) menjelaskan bahwa teknik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah diastole secara signifikan dalam fase pemulihan orang yang sedang marah. Di dalam penelitiannya ini, seseorang diminta untuk duduk dengan posisi yang nyaman sambil menutup mata dan mengucapkan kata yang diulang-ulang secara perlahan sampai merasakan ketenangan. Kemudian dibandingkan nilai tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukannya relaksasi. Hasilnya adalah tekanan darah diastole turun secara signifikan dibandingkan dengan tekanan darah sistole. Penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto dan Erlin (2011) menyebutkan bahwa relaksasi napas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 9 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 10 mmHg.
4
Ibadah merupakan suatu aktivitas keagamaan yang dapat menimbulkan respons relaksasi melalui keimanan (Benson & Proctor, 2000). Keimanan akan menyebabkan seseorang selalu berzikir (ingat kepada allah). Kemudian zikir akan menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam hati, sehingga menghilangkan rasa gelisah, putus asa, ketakutan, kecemasan dan duka cita (Tebba, 2008). Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (alMu’minun/23: 1-2). Ibadah kepada Allah akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya. Semakin seseorang dekat dengan Allah dan semakin banyak mengerjakan ibadah maka akan semakin tentram jiwanya (Sholeh, 2008). Salah satu bentuk ibadah itu adalah mengerjakan shalat dengan khusyuk (Tebba, 2008). Elzaky (2011) menjelaskan bahwa khusyuk dalam shalat dapat menjadi sebuah meditasi dengan tingkatan yang paling tinggi. Dikatakan tingkatan meditasi yang paling tinggi karena khusyuk dalam shalat tidak hanya melibatkan pemusatan pikiran, tetapi juga melibatkan pemikiran yang mendalam serta gerakan-gerakan tubuh yang tidak dilakukan pada saat meditasi. Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2006) menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menjalankan shalat dengan kecemasan. Semakin teratur seseorang menjalankan shalat, maka makin rendah kecemasannya dan demikian pula sebaliknya. Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena terdapat lima unsur di dalamnya, yaitu: meditasi atau do’a yang teratur, minimal lima kali sehari; relaksasi melalui gerakan-
5
gerakan shalat; hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat; group-therapy dalam shalat jama’ah, dan hydro therapy dalam wudhu sebelum shalat (Wibisono, 2006). Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Shalat tidak hanya mengandung
nilai
spiritual
tetapi
juga
mempunyai
aktivitas
fisiokal,
mengendorkan badan dan jiwa dari segala ketegangan serta menumbuhkan perasaaan kedamaian dan kepuasan (Wibisono, 2006). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah al-Ma’arij/70: 19-22 berikut ini: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”. Dalam suatu hadits juga disebutkan: ketika Rasulullah diterpa masalah dan kepenatan, beliau bersabda: ِالة َ ّص َ ياَ بِلَالُ اَرِحناَ بِال “Tentramkanlah kita dengan shalat, wahai Bilal.” (HR Abu Dawud dan Ahmad) Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa shalat mempunyai manfaat dalam menurunkan kecemasan dan shalat juga dapat dijadikan sebagai meditasi
6
yang dapat menentramkan jiwa, sebagaimana telah diyakini dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun penelitian-penelitian yang terkait belum banyak dilakukan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pasien hipertensi, 8 di antaranya mengatakan bahwa mereka merasakan ketenangan setelah selesai melaksanakan shalat dan 2 orang lainnya mengatakan tidak ada perubahan apaapa (biasa saja). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur” yang di dasarkan pada teori yang mengatakan bahwa kondisi rileks (tenang) dapat menurunkan tekanan darah.
B. Perumusan Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana pembuluh darah telah meningkatkan tekanannya secara terus-menerus, dengan nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Smeltzer, 2001). Intervensi yang digunakan untuk mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg terdiri dari intervensi farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan anti hipertensi, sedangkan intervensi nonfarmakologis salah satunya yaitu dengan teknik relaksasi (Corwin, 2009). Teknik relaksasi membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh (Mills, 2012).
7
Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang dapat menimbulkan respons relaksasi. Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena di dalamnya terdapat unsur meditasi atau do’a yang teratur minimal lima kali sehari dan unsur relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat (Wibisono, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”.
C. Pertanyaan Penelitian 1.
Adakah hubungan antara shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi?
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
2.
Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a) Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi b) Mengidentifikasi intensitas shalat pada pasien hipertensi c) Mengidentifikasi nilai tekanan darah pada pasien hipertensi d) Mengetahui hubungan antara shalat dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi
8
e) Mengetahui hubungan antara masing-masing aspek dalam shalat dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi
E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Klien Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pasien hipertensi yang beragama Islam untuk dapat mengontrol tekanan darahnya melalui aktivitas keagamaan seperti shalat, sebagai penunjang dalam pengobatan non farmakologi.
2.
Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan tentang keterkaitan hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi bagi semua mahasiswa keperawatan, khususnya pada mahasiswa keperawatan Muslim sebagai sumber ilmu dan informasi.
3.
Bagi Profesi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif dalam usaha mengembangkan profesi keperawatan melalui informasi baru tentang intervensi keperawatan dengan pendekatan spiritual, yaitu tentang hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran tentang hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi untuk dijadikan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.
9
F. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi pada bulan Juni tahun 2013. Subjek yang diteliti adalah pasien hipertensi yang berada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan desain cross-sectional dan pendekatan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dan intervensi langsung terhadap pasien hipertensi. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan mengukur tekanan darah. Sedangan data sekunder adalah catatan pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati dinding arteri. Tekanan darah dicatat dalam dua angka, tekanan sistolik (ketika jantung kontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung dilatasi). Pencatatan angka sistolik di atas angka diastolik (Aziza, 2007). Gunawan (2001) menyebutkan tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik (tekanan ketika jantung menguncup) dan tekanan darah diastolik (tekanan darah ketika jantung kembali meregang). Tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik. 2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tekanan Darah Kozier dan Erb (2009) menyebutkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu: a.
Umur Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding 10
11
pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah. b. Jenis Kelamin Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. c. Olahraga Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggu 20-30 menit setelah olahraga. d. Obat-obatan Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah. e. Stres Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokonstriksi arteriol sehingga meningkatkan nilai tekanan darah. f. Ras Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama. g. Obesitas Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi.
12
3. Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Smeltzer, 2001). a. Metode langsung Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis. b. Metode tidak langsung Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer, 2001). Pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset
13
dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer, 2001). Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang (Smeltzer, 2001). 4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran Tekanan Darah Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa rincian penting yang harus diperhatikan agar pengkajian tekanan darah dapat benar-benar akurat: a. Ukuran manset harus sesuai untuk pasien b. Manset dipasang dengan benar pada lengan dan balon manset harus berada di tengah di atas artei brakialis c. Lengan pasien harus setingggi jantung
14
d. Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi e. Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah harus dicatat, misalnya RA (Right Arm) untuk lengan kanan f. Palpasi takanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu mengetahui dengan segera adanya gap auskulatori (penghilangan bunyi sementara pada saat auskultasi) g. Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah karena dapat meningkatkan frekuensi jantung.
B. Hipertensi 1.
Definisi Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Pada hipertensi biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Ruhyanudin, 2006). Smeltzer (2001) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Dan pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
15
2.
Klasifikasi Klasifikasi hipertensi diperlukan untuk memudahkan diagnotis dan terapi atau penatalaksanaan hipertensi (Gunawan, 2001). Klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut WHO-ISH Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Normal Tinggi
130-139
85-89
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
140-159
90-99
Sub-grup: Perbatasan
140-149
90-94
Hipertensi Grade 2 (Sedang)
160-179
100-109
Hipertensi Grade 3 (Berat)
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
< 90
140-149
< 90
Sub-grup: Perbatasan
Sumber: WHO-ISH 1999, Guidelines for the Management of Hypertension.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC 7 Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stadium 1
140-159
90-99
Hipertensi stadium 2
≥ 160
≥ 100
Normal
Sumber: The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2003.
16
3.
Etiologi Hipertensi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan dari penyebabnya (Aziza, 2007): a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi yang penyebab/etiologinya tidak jelas. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas dan lain-lain. b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 510% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang ditemukan adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormone epinephrine dan norepinefrin.
4.
Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Bermula dari jaras saraf simpatis di pusat vasomotor ini, kemudian berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks
17
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi adrenal dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer, 2001).
18
5. Manifestasi Tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu: a. Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing, melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun seluruh bagian b. Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta c. Mual muntah d. Pada pemeriksaan diperoleh nilai takanan darah tinggi (≥140/90 mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh darah, perdarahan, edema pupil e. Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel untuk berkontraksi f. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke g. Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat; kaki bengkak (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke) (Aziza, 2007; Smeltzer, 2001). 6. Komplikasi Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. Dalimartha, at al. (2008) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi, diantaranya sebagai berikut: a. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
19
pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung. b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tandanya adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki. c. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Aada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan kematian. d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu
20
menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal. 7. Penatalaksanaan Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam, yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009). a.
Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggunakan obatobatan antihipertensi. Terapi dengan obat antihipertensi dimulai pada pasien dengan tekanan darah sistol ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 100 mmHg yang menetap. Target tekanan darah adalah <130/<80 mmHg. Penggunaan satu dari lima obat berikut menunjukkan penurunan kasus kardiovaskuler pada pasien hipertensi
sehingga dapat dijadikan
monoterapi lini pertama untuk pasien hipertensi. Kelima obat tersebut adalah diuretik tiazid, beta blocker, penghambat angiotensin converting enzyme (ACEI), calcium channel blocker (CCB), dan angiotensin receptor blocker (ARB) (Aziza, 2007). 1) Diuretik Diuretik bekerja dengan menghambat resorpsi Natrium Chlorida (NaCl) di tubulus ginjal. Ada penurunan awal curah jatung karena penurunan volume plasma dan volume cairan ekstraseluler. Diuretik
21
dosis rendah seperti hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan sebagai terapi awal hipertensi. 2) Penghambat adrenergik Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta blocker
bekerja
menurunkan
dengan
curah
menurunkan
jantung
dan
denyut
kontraktilitas
jantung
dengan
otot
jantung,
menghambat pelepasan rennin ginjal, dan meningkatkan sensitivitas barorefleks. Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan takikardia. Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma biasanya tidak berubah. Karena efek antihipertensi alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi arteriol perifer, maka lebih efektif pada pasien dengan aktivitas simpatis kuat. Penggunaan alfablocker dengan masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur efektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari. 3) ACE Inhibitor Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga mengganggu sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA). Aktivitas rennin plasma meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun, volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi.
.
22
4) Calcium Channel Blocker (CCB) CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh. CCB berguna untuk terapi semua derajat hipertensi. 5) Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA. Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu reseptornya. ARB lebih aman dan tolerable dibandingkan ACE-I (Aziza, 2007). b.
Intervensi nonfarmakologis, yaitu dengan modifikasi pola hidup. Mengikuti pola hidup yang sehat penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tatalaksana hipertensi. Kombinasi dua atau lebih pola hidup akan memberikan hasil yang lebih baik. Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa modifikasi pola hidup, diantaranya adalah: 1) Penurunan berat badan Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang dekat. Tekanan darah yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan menghasilkan hipertensi pada sekitar 50% individu obes. Penurunan berat badan sebanyak 10 kg yang dipertahankan selama dua tahun menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg (Aziza, 2007). Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan berat badan sebanyak 5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada
23
sebagian besar pasien hipertensi dan memiliki efek menguntungkan terhadap faktor risiko DM, hiperlipidemia, dan LVH. 2) Pembatasan alkohol Efek samping asupan alkohol yang berlebihan ( >14 gelas per minggu untuk laki-laki dan lebih dari 9 gelas per minggu untuk perempuan) terbukti memperburuk hipertensi. Alkohol mengurangi efek obat antihipertensi namun efek tersebut reversible dalam 1-2 mingggu dengan moderation of drinking sekitar 80%. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 3 mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang minum alkohol harus disarankan untuk membatasi konsumsi; tidak lebih dari 20-30 gram alkohol setiap hari untuk laki-laki dan tidak lebih dari 1020 gram untuk perempuan (Aziza, 2007). 3) Pengurangan asupan natrium Canadian Hypertension Education Program (CHEP) dalam Aziza (2007) merekomendasikan asupan natrium kurang dari 100 mmol/hari. Pasien yang sensitif terhadap pengurangan garam hanya 30% dari total seluruh pasien hipertensi. Jadi untuk kepentingan jangka panjang diberikan diet rendah garam yang tidak terlalu ketat (masih ada cita rasa/tidak hambar) kecuali pasien yang sedang mengalami komplikasi akut, misalnya gagal jantung berat yang sedang dirawat di rumah sakit dan memerlukan asupan garam lebih ketat (Aziza, 2007).
24
4) Penghentian rokok Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan peningkatan tekanan darah sekitar 107 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit setelah merokok dua batang. Efek itu semakin kuat jika minum kopi. Selain itu, merokok juga menurunkan efek antihipertensi beta blocker. Oleh karena itu semua pasien hipertensi yang merokok harus mendapatkan konseling (Aziza, 2007). 5) Olahraga/Aktivitas fisik teratur Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4 kali/minggu) efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat atau berenang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada olahraga yang memerlukan banyak tenaga, misalnya lari atau jogging dapat menurunkan tekanan darah sistolik kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik seperti angkat berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari (Aziza, 2007). 6) Relaksasi Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan demikian, relaksasi akan membuat kondisi seseorang dalam
25
keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan TPR (Corwin, 2009). Teknik relaksasi sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik relaksasi fisik dan teknik relaksasi mental. Adapun yang termasuk teknik relaksasi fisik antara lain: pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif (PMR), pelatihan otogenik dan olahraga. Sedangkan yang termasuk teknik relaksasi mental yaitu meditasi dan imajinasi mental (National Safety Council, 1994 dalam Widyastuti, 2003). Miltenberger (2004) mengemukakan bahwa ada empat macam relaksasi, yaitu: relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan diafragma (diaphragmatic breathing), meditasi (attention-focussing exercises), dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto dan Erlin (2011) menyebutkan bahwa relaksasi napas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 9 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 10 mmHg. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto, at al. (2007) menyebutkan bahwa terapi relaksasi meditasi yang dilakukan selama satu bulan dengan lama latihan 2x 15 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 7.67 mmHg.
26
C. Meditasi 1. Definisi Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu (Susanto dan Putra, 2010). Sedangkan Iskandar dan Novianto (2008) mendefinisikan
meditasi
sebagai
latihan
olah
jiwa
yang
dapat
menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan spiritual seseorang dimana tujuan utamanya adalah mencapai penyatuan kembali dengan Sang Maha Pencipta. 2. Macam-Macam Meditasi Menurut Susanto dan Putra (2010), meditasi diklasifikasikan menjadi lima macam sebagai berikut: a. Meditasi konsentrasi (concentration meditation) Meditasi konsentrasi adalah dasar bagi meditasi yang lain. Lewat kekuatan konsentrasi, kita membangun kemampuan untuk mengatasi gangguan dan untuk tetap memusatkan mental. Kekuatan pikiran yang terkonsentrasi dapat difokuskan secara efektif untuk meningkatkan dan memperdalam wawasan ke tema meditasi lain atau tujuan tertentu. Adapun prinsip dasar untuk setiap jenis latihan meditasi itu sama, yaitu setiap kali pikiran mengembara maka kembalikan lagi ke awal, ke objek yang dimeditasikan. b. Meditasi kesadaran (mindfulness meditation) Meditasi kesadaran menekankan penumbuhan reseptif. Menyadari diri dan berdoa dari lubuk hati yang paling dalam merupakan praktik dari meditasi kategori ini. Seperti misalnya ketika sedang asyik dan takjub menatap ke
27
kedalaman langit malam, mengagumi keindahan alam, atau sepenuh hati mendengarkan jawaban dari do‟a kita. c. Meditasi kreatif (creative meditation) d. Meditasi reflektif (reflektif meditation) e. Meditasi yang berpusat pada hati (heart-centered meditation) 3. Manfaat Meditasi Elzaky (2011) menyebutkan beberapa manfaat meditasi yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, diantaranya yaitu: a. Menguatkan daya pikir dan memori b. Meningkatkan kreativitas c. Melatih kesabaran d. Melindungi jantung dari gangguan dan penyakit e. Mengatasi kegelisahan, stress, trauma, depresi, dan gangguan kejiwaan lain f. Meningkatkan kepercayaan diri g. Membantu penyembuhan luka h. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam meditasi dapat menurunkan tekanan darah sehingga jantung terbebas dari kelelahan dan tekanan.
D. Shalat 1. Definisi Kata shalat dalam bahasa Arab memiliki beberapa pengertian. Diantaranya adalah do‟a, rahmat, dan mohon ampun (Al-Mahfani, 2008). Para ulama juga membedakan pengertian shalat berdasarkan siapa yang melakukannya. Shalat
28
berarti pujian yang baik (bagi Allah), sedangkan bagi makhluk (malaikat, manusia, dan jin) shalat berarti do‟a (Elzaky, 2011), sebagaimana terungkap dalam firman Allah Surah al-Ahzab/33: 56 berikut:
”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya shalat (yushalluna) kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, shalatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” Sedangkan dalam pengertian ilmu fikih, shalat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan salam (Assalamu’alaikum wa rahmatullah), serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan (Abdurrahman, 2006). 2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat Shalat merupakan kewajiban pertama yang dibebankan oleh Allah swt. atas hamba-hamba-Nya sebagai ibadah sekaligus do‟a. Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Bahkan di sisi Allah, shalat memiliki kedudukan yang agung dan mulia. Shalat juga merupakan amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Karena kedudukannya yang agung, Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar dimasukkan ke dalam golongan orang yang mendirikan shalat (Elzaky, 2011). Sebagaimana diceritakan dalam Surah Ibrahim/14: 40: Ibrahim berkata, “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang
29
mendirikan shalat dan begitu juga keluargaku. Ya Allah, terimalah dari kami dan terimalah do’a kami.” Allah swt. juga berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (Q.S. al-Baqarah/2: 45) Shalat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan kesehatan dan ketenangan jiwa. Shalat dapat meneguhkan dan menyucikan hati serta melapangkan dada. Sebab ketika mendirikan shalat, hati seorang hamba tersambung kepada Allah (Elzaky, 2011). Wadji dan Rahmani (2009) juga mengatakan bahwa jiwa menemukan kelapangan yang sempurna, jauh dari ketegangan dan tekanan, serta gejolak emosi dapat dikendalikan ketika seseorang menjalankan shalat. Sebagaimana firman Allah dalam Surah alBaqarah/2: 277 berikut: Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Mereka tidak cemas dan tidak (pula) bersedih hati.” Ibnu al-Qayyim dalam Elzaky (2011) mengatakan, “Sesungguhnya shalat memiliki faedah yang sangat besar bagi kesehatan serta keselamatan tubuh dan
30
hati. Shalat juga bisa melindungi keduanya dari materi-materi yang berbahaya. Jika ada dua orang, maka yang paling rentan terjangkit penyakit, musibah, keburukan, cobaan, dan kesulitan adalah orang yang paling sedikit shalatnya. Sebaiknya, orang yang lebih banyak shalatnya akan lebih selamat dan lebih sehat.” Rasulullah saw. juga bersabda, “Apa pendapatmu jika sebuah sungai berada di depan rumah salah seorang dari kalian, kemudian ia mandi sebanyak lima kali setiap hari, apakah tersisa kotoran darinya?” Para sahabat menjawab, “Tentu tidak tersisa sedikit pun.”. Rasul bersabda, “Demikianlah perumpamaan shalat. Ia berfungsi sebagai penggugur dosa dan kesalahan.” (Muttafaq „Alaih) 3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktu Pelaksanaannya Shalat yang fardhu atau diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang baligh dan berakal ada lima, yang sering juga disebut sebagai shalat lima waktu, yaitu: a.
Shalat Shubuh Shalat shubuh terdiri dari dua rakaat. Waktunya dimulai dari terbitnya fajar kedua sampai terbit matahari.
b.
Shalat Zuhur Shalat Zuhur terdiri dari empat rakaat. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya, selain dari bayangbayang yang ketika matahari menonggak (tepat di atas ubun-ubun).
31
c.
Shalat Asar Shalat Asar terdiri dari empat rakaat. Waktunya mulai dari habisnya shalat Zuhur; bayang-bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai tebenam matahari.
d.
Shalat Maghrib Shalat maghrib terdiri dari tiga rakaat. Waktunya mulai dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq merah (cahaya putih yang muncul setelah hilangnya cahaya merah matahari).
e.
Shalat Isya Shalat Isya terdiri dari empat rakaat. Waktunya dimulai dari terbenamnya syafaq merah (sehabis waktu Maghrib) sampai terbit fajar (Rasyid, 2007; Zurinal dan Aminuddin, 2008).
4. Syarat-Syarat Wajib Shalat Syarat-syarat wajib shalat adalah sebagai berikut: a. Islam Shalat diwajibkan hanya kepada orang Islam. Selain muslim tidak diwajibkan untuk mengerjakan shalat, kalau dikerjakan pun shalatnya tidak sah. b. Suci dari haidh dan nifas c. Berakal Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat.
32
d. Baligh (dewasa) Baligh maksudnya telah dewasa, dengan salah satu tanda berikut: 1) Berumur lima belas tahun atau lebih 2) Telah keluar air mani bagi anak laki-laki 3) Telah mimpi bersetubuh, atau 4) Mulai keluar haidh bagi wanita e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah saw. kepadanya) Pada masa sekarang dakwah dapat diperoleh dari orang tua, guru, maupun media massa. f. Melihat atau mendengar Seseorang wajib melaksanakan shalat setelah mendengar atau melihat dakwah Islam melalui media, sehingga ia mengetahui kewajibannya untuk melaksanakan shalat. g. Jaga Maksudnya adalah orang tidur, lupa, atau gila tidak berkewajiban untuk melaksanakan shalat, sampai ia bangun, ingat, atau sembuh dari penyakit gilanya (Rasyid, 2007; Zurinal dan Aminuddin, 2008). 5. Syarat-Syarat Sah Shalat Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan beberapa syarat sah shalat sebagai berikut: a. Suci dari hadats (baik hadats besar maupun hadats kecil) Bersuci dari hadats kecil dengan wudlu atau tayamum dan bersuci dari hadats besar dengan mandi wajib.
33
1) Wudhu a) Pengertian Wudhu Secara harfiah kata al-Wudlu berarti kebersihan, kebaikan, dan kerapian (Elzaky, 2011). Dalam pengertian syariat, wudhu adalah bersuci dengan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu, berdasarkan tata cara tertentu, dan dimulai dengan niat (Wajdi dan Rahmani, 2009). Sangkan (2006) menerangkan bahwa wudhu merupakan prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk membersihkan jiwa agar mampu melakukan kesambungan komunikasi dengan Allah Yang Maha suci. Oleh sebab itu wudhu harus dilakukan sebagaimana halnya melakukan shalat, karena wudhu merupakan prosesi pembersihan jiwa yang dituntun oleh Rasulullah saw. b) Syarat-Syarat Sah Wudhu Adapun syarat-syarat sah wudhu adalah sebagai berikut: i. Islam ii. Berakal, sehingga tidak sah wudhu yang dilakukan oleh orang gila. iii. Tamyiz, sehingga tidak sah wudhu seorang anak kecil yang belum mencapai usia tamyiz. Biasanya seorang anak mencapai usia tamyiz pada umur 7 tahun. iv. Niat v. Air yang suci
34
vi. Bersih atau tuntas dari segala hadats yang mewajibkan bersuci, seperti kencing, buang air besar, atau kentut. vii. Tidak ada penghalah indrawi yang menahan sampainya air pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu, misalnya cat yang menempel pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu. Semua benda yang menghalangi itu harus dibuang terlebih dahulu sehingga air menyentuh atau membasuh bagian tubuh yang harus dibasuh dalam wudhu (Elzaky, 2011). c) Tata Cara Wudhu Kesempurnaan shalat sangat tergantung kepada kesempurnaan wudhunya. Sebab shalat seseorang tidak akan sah jika wudhunya sendiri tidak sah. Shalat tidak akan sempurna jika wudhunya tidak sempurna. Jika wudhunya tidak dalam keadaan ingat kepada Allah (lalai) maka wudhunya tidak memberikan dampak apa-apa kepada jiwa kecuali hanya tubuhnya basah terkena air (Sangkan, 2006). Rasulullah saw. besabda: “Apabila engkau hendak shalat, sempurnakanlah wudlumu, kemudian menghadaplah ke kiblat.” (HR Muslim) Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan tentang tata cara wudhu sesuai dengan tuntunan Nabi sebagai berikut: i.
Membaca basmalah ketika membasuh dua telapak tangan (termasuk sunnah wudhu)
ii.
Berkumur-kumur sebanyak tiga kali (sunnah wudhu)
35
iii.
Menghirupkan air ke hidung sebanyak tiga kali (sunnah wudhu)
iv.
Membasuh muka, mulai dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan antara telinga kanan hingga telinga kiri sambil niat wudhu. Tindakan ini hukumnya wajib dilakukan (termasuk rukun). Dan sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali.
v.
Niat untuk berwudlu, wajib hukumnya (termasuk rukun). Niat dilakukan bersamaan dengan membasuh muka.
vi.
Membasuh dua tangan, mulai dari telapak dan lengan sampai siku. Tindakan ini termasuk rukun wudhu. Sunnah untuk diulang tiga kali.
vii.
Mengusap bagian kepala, baik kulit atau rambut. Merupakan rukun wudhu. Sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali.
viii.
Mengusap dua telinga bagian luar dan dalam menggunakan air baru (sunnah wudhu).
ix.
Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali mulai dari ujung jari-jari hingga mata kaki atau lebih (rukun wudlu).
x.
Tertib atau mengerjakan lima rukun wudhu secara berurutan. Merupakan bagian dari rukun wudhu.
xi.
Berdo‟a menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan (sunnah wudhu).
36
. َُُىَ هُحَوَّدًا عَبْدُ ٍُ َّ َرسُ ْْل ّ َشَِدُ أ ْ شرِ ْيكَ لَ َُ ََّأ َ َهلل َّحْدَ ٍُ ال ُ الَ ا ّ ِى الَ ِإلَـََ إ ْ َشَِدُ أ ْ َأ ،َحوْ ِدك َ ِ سُبْحَا ًَكَ الّلَُِ ّنَ َّب.َط ِِّرِيْي َ ي ا ْلوُ َح َ ِي ه ْ ٌِْج َعل ْ ي الحََّّْابِيْيَ َّا َ ِي ه ْ ٌِْج َعل ْ اَلّلَُِنَّ ا .َك َّأَجُْْبُ ِإلَ ْيك َ َأسْ َحغْ ِف ُر،َى الَ ِإلَـََ إِالَّ أًَْث ْ َشَِدُ أ ْ َأ b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis Najis yang sedikit atau yang sukar menjaganya seperti nanah, bisul, darah khitan, dan darah berpantik yang ada di tempatnya diberi keringanan unttuk dibawa shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008). c. Menutup aurat Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Adapun aurat laki-laki adalah antara pusat sampai lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak tangan (Rasyid, 2007). d. Mengetahui masuknya waktu shalat Shalat dikatakan sah apabila dilaksanakan pada waktu yang telah ditetapkan dan apabila melaksanakan shalat sebelum atau sesudah waktu tersebut, maka shalatnya tidak sah, kecuali ada alasan menurut syara‟ (Zurinal dan Aminuddin, 2008). e. Menghadap ke kiblat (ka‟bah) Selama melaksanakan shalat wajib menghadap ke kiblat (Rasyid, 2007).
37
6. Rukun Shalat Rukun shalat yang disepakati oleh seluruh ulama fiqih ada tiga belas, yaitu: a. Niat Niat yaitu menyengaja melakukan shalat karena mengikuti perintah Allah supaya diridhai-Nya. Dan yang terpenting dalam niat adalah kehendak hati yang dilakukan secara sengaja dan dengan ikhlas, tanpa paksaan dari pihak manapun, kecuali semata-mata mengharapkan ridha Allh swt. (Zurinal dan Aminuddin, 2008). b. Berdiri tegak Bagi orang yang kuasa, berdiri dalam melaksanakan shalat fardhu merupakan salah satu rukun yang harus dilaksanakan. Sedangkan bagi orang-orang yang lemah, tidak diharuskan dengan berdiri, bisa dilakukan dengan duduk, berbaring, telentang, atau bahkan dengan isyarat, sesuai dengan kemampuan orang yang akan shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008). c. Takbiratul Ihram (membaca Allahu Akbar) Takbiratul ihram yaitu membaca Allahu Akbar. Takbir ini dinamai takbiratul ihram karena setelah mengucapkannya diharamkan mengerjakan perbuatanperbuatan di luar shalat, seeperti makan dan minum. Ucapan takbiratul ihram harus dengan bahasa Arab. Antara kata-kata Allah dengan Akbar harus diucapkan bersambung, tidak boleh disela, atau diam lama, karena yang disebut takbir adalah rangkaian antara kalimat Allah dan Akbar (Zurinal dan Aminuddin, 2008).
38
d. Membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Faatihah.” (HR Bukhari) e. Rukuk serta tuma‟ninah Sabda Rasulullah saw.: “Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk.” (HR Bukhari dan Muslim) Apabila shalat dilakukan dengan berdiri, maka rukuk dilakukan dengan membungkukkan badan membentuk sudut siku-siku atau sudut 90 derajat (menunduk sampai tulang punggung dengan leher datar/lurus), sedangkan jika shalat dilakukan dengan duduk maka rukuk dilakukan sampai muka sejajar dengan lututnya, sedangkan yang baiknya yaitu muka sejajar dengan tempat sujud (Rasyid, 2007). f. I‟tidal serta tuma‟ninah I‟tidal artinya berdiri tegak kembali seperti ketika membaca surat AlFatihah. g. Sujud dua kali serta tuma‟ninah Sujud sekurang-kurangnya meletakkan sebagian kening ke tempat shalat. Sujud yang sempurna adalah meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kedua jari kaki, kening, serta hidung ke tempat shalat. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud itu wajib dilakukan dengan tujuh anggota, yaitu dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung jari kedua kaki. Sujud
39
hendaknya dengan posisi menungkit, berarti pinggul lebih tinggi daripada kepala. h. Duduk di antara dua sujud serta tuma‟ninah Rasulullah saw. bersabda: Kemudian sujudlah engkau hingga berdiam untuk sujud, kemudian bangkitlah engkau hingga berdiam untuk duduk, kemudian sujudlah engkau hingga berdiam pula untuk sujud.” (HR Bukhari Muslim) i. Duduk tawarruk atau duduk tasyahud akhir Duduk tawarruk yaitu duduk dengan telapak kaki kanan dalam posisi terbalik, sedangkan telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan. j. Membaca tasyahud akhir. Bacaan tasyahud akhir:
َُ ُي َّرَحْةُ اللََِ َّ َب َركَاج ُ ِك أَ ُيَِا الٌَب َ علَ ْي َ ّسلَا ُم َ ت َالطَيِبَاتُ ِللَ َِ ال ُ ّصلََْا َ ت ألوباركات ال ُ الحَحِيَا ُحوَدًا َرسُْل َ ُى ه َ َشَِدُ أ ْ َشَِدُ أَىْ لَا ِإلَََ ِإلَا اللَ َُ َّأ ْ ي ِ َأ َ علَى عِبَادِ اللَ َِ الّصَالِحِي َ َّ علَيٌَْا َ ّسلَا ُم َ ال علَى سيدًا إ ْبرَاُِين َ ث َ ْصلَي َ حوَ ٍد َكوَا َ ُعلَى آلِ سيدًا ه َ َّ حوَ ٍد َ ُعلَى سيدًا ه َ ّل ِص َ اهلل الَلُِ َن َحوَ ٍد َكوَا بَا َركْث َ ُعلَى آلِ سيدًا ه َ َّ حوَ ٍد َ ُعلَى سيدًا ه َ ك ْ ِعلَي آلِ سَيدًا إِ ْبرَاُِينَ ّ بَار َّ ٌحوِي ٌد هَجِيد َ ك َ ًَ ِعلَى سيدًا إبراُين ّ علي آلِ سيدًاإِ ْبرَاُِي َن في العالويي إ َ k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
علَى سيدًا إ ْبرَاُِين َ ث َ ْصلَي َ حوَ ٍد َكوَا َ ُعلَى آلِ سيدًا ه َ َّ حوَ ٍد َ ُعلَى سيدًا ه َ ّل ِص َ اهلل الَلُِ َن َحوَ ٍد َكوَا بَا َركْث َ ُعلَى آلِ سيدًا ه َ َّ حوَ ٍد َ ُعلَى سيدًا ه َ ك ْ علَي آلِ سَيدًا إِ ْبرَاُِينَ ّ بَا ِر َّ ٌحوِي ٌد هَجِيد َ ك َ ًَ ِعلَى سيدًا إبراُين ّ علي آلِ سيدًاإِ ْبرَاُِي َن في العالويي إ َ
40
Sesudah membaca tasyahud akhir, wajib membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw. l. Memberi salam yang pertama ke kanan m. Menertibkan rukun Menertibkan rukun artinya melakukan rukun-rukun shalat secara berurutan, mulai dari awal hingga akhir, sesuai urutan seperti di atas. Urutan rukun shalat tersebut sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan beliau memerintahkan umat Islam melakukan shalat sebagaimana yang beliau lakukan. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw.: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat.” (HR Bukhari) 7. Sunnah-Sunnah Shalat Ada dua macam sunnah shalat, terdiri dari: sunnah ab‟adh dan sunnah hai‟ah. Sunnah ab‟adh adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak dikerjakan maka disunnahkan menggantinya dengan sujud sahwi. Sedangkan sunnah hai‟ah adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak dikerjakan tidak sunnahkan diganti dengan sujud sahwi (Wadji dan Rahmani, 2009). Sujud sahwi dilaksanakan dua kali sebelum salam dengan membaca doa: َُْسُبْحَاىَ هَيْ لَا يٌََا ُم َّلَا َيّس ” Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan lupa.”
41
a. Sunnah Ab‟adh Yang termasuk sunnah ab‟adh adalah: 1) Duduk tasyahud awal 2) Membaca tasyahud awal 3) Membaca do‟a qunut pada waktu shalat subuh danpada akhir shalat witir setelah pertengahan Ramadlan 4) Berdiri ketika membaca do‟a qunut 5) Membaca shalawat kepada Nabi pada tasyahud awal 6) Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud akhir (Wadji dan Rahmani, 2009). b. Sunnah Hai‟ah Yang termasuk sunnah Hai‟ah dalam shalat yaitu: 1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai tinggi ujung jari sejajar dengan telinga, telapak tangan setinggi bahu, keduanya dihadapkan ke kiblat 2) Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, bangun dari rukuk, dan ketika bangkit dari sujud untuk melakukan rakaat ketiga dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul ihram 3) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap) di antara dada dan pusar 4) Mengarahkan kedua mata ke arah tempat sujud 5) Membaca do‟a iftitah sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca AlFatihah
42
6) Diam sejenak sebelum membaca surat Al-Fatihah 7) Membaca ta‟awudz sebelum membaca surat Al-Fatihah 8) Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah dan surat pada shalat Maghrib, Isya, dan Shubuh 9) Diam sebentar sebelum membaca “amin” setelah membaca Al-Fatihah 10) Membaca “amin” setelah selesai membaca Al-Fatihah 11) Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi imam maupun bagi yang shalat munfarid pada rakaat pertama dan kedua 12) Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan yang lain). Sunnah membaca takbir setiap kali bangkit dan turun, berdiri dan duduk, kecuali sewaktu bangkit dari rukuk, maka dibaca “sami’allahu liman hamidah” 13) Menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul pada saat rukuk, dengan meletakkan kedua telapak tangan dengan jari-jari terkembang di atas lutut, serta mendatarkan punggung ketika rukuk 14) Membaca tasbih ketika rukuk 15) Membaca “sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk 16) Membaca “rabbana walakal hamdu” Sebagian ulama mengatakan bahwa makmum tidaklah membaca “sami’allahu liman hamidah”, bila didengar kalimat itu dari imam, ia hanya membaca “rabbana walakal hamdu” 17) Meletakkan kedua lutut ke lantai sebelum meletakkan tangan pada saat sujud.
43
Disunnahkan waktu melakukan sujud: a) Merapatkan hidung, kening, kedua tangan, lutut, serta ujung kedua jari kaki, ke lantai b) Bagi laki-laki: meregangkan dua siku tangan dari lambung, mengangkat perut dari dua paha c) Bagi perempuan: meletakkan perutnya pada dua tangan/sikunya d) Meluruskan dan merapatkan jari-jari e) Menghadapkan ujung-ujung jari ke arah kiblat 18) Membaca “subhana rabbiyal a’la wabihamdihi” diwaktu sujud 19) Duduk iftirasyi sewaktu duduk di antara dua sujud 20) Membaca do‟a ketika duduk di antara dua sujud 21) Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika duduk iftirasyi maupun tawarruk 22) Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk pada duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk 23) Duduk istirahat sebentar sesudah sujud kedua sebelum berdiri pada rakaat pertama dan ketiga 24) Membaca do‟a pada tasyahud akhir dan sebelum salam, yaitu setelah membaca tasyahud dan shalawat 25) Mengucapkan salam yang kedua dan menengok ke kanan pada salam yang petama dan menengok ke kiri pada salam yang kedua (Zurinal dan Aminuddin, 2008; Wajdi dan Rahmani, 2009).
44
8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat a. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun sebelum sempurna dilakukan. Misalnya seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbersit niat untuk tidak shalat di dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak, meski dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya. Atau bisa juga melakukan i‟tidal sebelum sempurna rukuknya. b. Tidak memenuhi syarat wajib maupun syarat sahnya shalat, meskipun hanya satu. Misalnya berhadats dan terkena najis yang tidak dimaafkan, baik pada badan maupun pakaian, sedangkan najis itu tidak dapat dibuang ketika itu. Kalau najis itu dapat dibuang saat itu juga, maka shalatnya tidak batal. Atau ketika terbukanya aurat dan saat itu juga tidak dapat tertutup. Tetapi ketika aurat dapat ditutup kembali pada saat itu juga maka shalat tidak batal. Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya. Begitu juga orang yang tiba-tiba menjadi gila dan hilang akal saat sedang shalat, maka shalatnya juga batal. c. Berbicara dengan sengaja d. Banyak bergerak dan terus menerus Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang. Mazhab As-syafi'i memberikan batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut sehingga seseorang batal dari shalatnya
45
e. Makan atau minum Orang yang melaksanakan shalat itu hanya disuruh mengerjakan yang berhubungan dengan shalat saja, sedangkan pekerjaan yang lain hendaklah ditinggalkan. f. Tertawa Orang yang tertawa dalam shalat, maka batallah shalatnya. Maksudnya adalah tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Apabila sebatas tersenyum maka belum batal shalatnya. g. Mendahului imam sebanyak 2 rukun. Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batallah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang membatalkan shalat. As-Syafi'iyah mengatakan bahwa batasan batalnya shalat adalah bila mendahului imam sampai dua gerakan yang merupakan rukun dalam shalat. Hal yang sama juga berlaku bila tertinggal dua dari gerakan imam (Wajdi dan Rahmani, 2009).
E. Khusyuk 1. Definisi Khusyuk dalam Shalat Khusyuk secara etimologi (bahasa) berasal dari akar kata khasya’a akhsya’u-khusyu’an yang berarti tunduk, takluk, pasrah, dan menyerah (Adam, 1999). Sedangkan menurut terminologi (istilah syar‟i) khusyuk adalah rasa
46
takut yang selalu ada di dalam hati dan tidak akan pernah sirna (Tafsir “Taisir Karimir Rahman” dalam Yunus, 1998). Khusyuk dalam shalat berarti hadirnya hati dalam shalat ketika berhadapan dengan Allah sebagai bentuk rasa cinta, pengagungan, rasa takut akan siksa serta berharap akan pahala dari Allah dengan berusaha menghadirkan perasaan dekat dengan-Nya. Jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram dan pergerakannya
menjadi
tenang
di
hadapan
Allah
dengan
berusaha
menghadirkan keseluruhan ucapan dan perbuatan dari apa yang dibaca dan dia lakukan di dalam shalatnya, dari awal hingga akhir (Abdullah, 2009). 2. Kriteria Khusyuk dalam Shalat Bila hati seseorang mencapai tingkatan khusyuk maka seluruh anggota badannya pun ikut khusyuk, sebab anggota badan akan selalu taat dan patuh pada perintah hati (Mahalli, 2000). Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang dilaporkan oleh Abu Hurairah bahwa: “Kalau hati seseorang itu khusyuk, maka khusyuk pula segala anggota badannya.” (HR Hakim dan Tirmizi) Abdullah (2009) menerangkan bahwa kriteria-kriteria khusyuk dalam shalat antara lain adalah tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri, pandangan terarah pada tempat sujud, tidak mengangkat pandangannya ke atas serta tidak bergerak-gerak, tidak bergurau dan tidak sibuk dengan pakaian atau selainnya, ataupun bermain dengan jari.
47
3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat Khusyuk adalah ruh dari shalat dan tujuan yang paling besar dari shalat. Shalat tanpa khusyuk sama seperti tubuh jenazah yang tidak ada ruhnya (Abdullah, 2009). Allah swt. berfirman: Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (Q.S. Al-Mukminuun: 1-2) Rasulullah saw juga bersabda: “Tidak dihitung shalat bagi yang tidak khusyuk dalam shalatnya.” Dalil di atas berulang-ulang menekankan pelaksanaan shalat dengan khusyuk. Hal ini menandakan bahwa antara khusyuk dan shalat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Adam, 1999). Dari Abi Qadatah r.a beliau berkata: Rasululah saw. telah bersabda: “Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya, para sahabat bertanya, bagaimana ia mencuri shalatnya? Nabi lalu bersabda: Ia tidak menyempurnakan rukuk dan tidak (menyempurnakan) sujudnya, atau beliau bersabda: Ia tidak meluruskan tulang belakangnya dalam rukuk dan sujud”. (HR Imam Ahmad dan Hakim). Khusyuk merupakan sarana untuk menumbuhkan fokus pengendalian akal dimana pengendalian tersebut mempunyai pengaruh terbesar dalam kesuksesan hidup seseorang. Sebagaimana ayat yang telah menerangkan
48
bahwa keberuntungan orang yang shalat terletak pada kekhusyukannya maka hal ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak khusyuk di dalam shalatnya maka dia tidak termasuk orang-orang yang beruntung (Abdullah, 2009). 4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat Shalat menjadi sarana besar dalam proses penyucian jiwa. Shalat dapat menyucikan jiwa jika dikerjakan dengan sempurna melalui rukun-rukunnya, sunnah-sunnahnya, dan orang yang mengerjakannya merealisasikan adab zahir dan bathin. Dimana salah satu adab zahir shalat adalah mengerjakannya dengan organ tubuh secara sempurna, sementara adab bathinnya adalah kekhusyukkan (Hawwa, 2006). Pencapaian khusyuk di dalam shalat melibatkan beberapa unsur penyempurna. Al-Ghazali dalam Rousydy (1995) menyebutkan enam unsur khusyuk dalam shalat yaitu: kehadiran hati, mengerti antara yang dibaca dan yang diperbuat, mengagungkan Allah, merasa gentar terhadap Allah, merasa penuh harap kepada Allah, dan merasa malu terhadap-Nya. a.
Hudlur al-Qolbi (Menghadirkan Hati) Menghadirkan hati/pemusatan pikiran adalah mengalihkan pikiran dari segala sesuatu selain Allah dan memusatkannya semata-mata kepada yang sedang dihadapi, sehingga pikiran, perbuatan dan ucapan menjadi sejalan serta pikiran tidak beralih kepada yang lain.
b.
Tafahhum (Kepahaman) Tafahhum adalah mengerti dan memahami apa yang dibaca (baik ayat Al-Qur‟an, do‟a, maupun zikir) di dalam shalat. Dengan Tafahhum
49
pikiran akan diberi tugas untuk mengikuti dan memahami apa yang dialafadzkan oleh lidah sehingga dengan sendirinya pikiran akan terhindar dari perhatiannya kepada yang lain, kecuali shalat. c.
Ta’zhim (Membesarkan Tuhan) Ta’zhim (membesarkan Tuhan) adalah suatu rasa dan kesadaran yang berada di dalam hati karena dua hal: 1) Mengetahui kebesaran Allah swt. dan keagungan-Nya yang merupakan salah satu dari rukun iman. Orang yang tidak yakin akan kebesaran Tuhan tidaklah mungkin ia menundukkan diri untuk mengagungkan Tuhan. 2) Menyadari kekerdilan dan kelemahan diri sebagai hamba yang hina, yang tidak mempunyai daya dan upaya kecuali karena Allah swt.
d.
Haibah (Rasa Takut yang Bersumber dari Rasa Hormat) Haibah (kagum/gentar terhadap kebesaran Tuhan) adalah suatu rasa yang timbul dalam jiwa karena mengetahui ke-Mahakuasaan Tuhan yang berisi qadrat dan iradat tanpa batas, dimana di hadapan kekuasaan Tuhan manusia itu tidak mempunyai arti sama sekali.
e.
Raja’ (Harap akan Keampunan/Rahmat Tuhan) Raja‟ (mendambakan harapan) itu berasal dari pengetahuan dan kesadaran akan ke-Rahiman Allah swt. serta kemurahan akan karuniaNya. Dengan raja‟ (harap) maka kita jiwai dan kita isi ruh shalat yang sedang kita dirikan. Kita patuhi segala kaifiyat shalat dan haiatnya menurut yang disunnahkan oleh Rasulullah saw. Kita pusatkan pikiran,
50
perasaan, kemauan, dan hasrat kita semata-mata untuk mengingat Allah, kemudian kita lengkapi dengan mendambakan harapan akan karunia dan balasan dari Allah swt. atas dasar kasih dan sayang-Nya. f.
Haya’ (Rasa malu dan Hina) Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa timbulnya rasa malu terhadap Allah itu berasal dari kesadaran kita akan kelalaian diri dalam segala perbuatan yang diperintah-Nya dan mengakui segala kelemahan sebagai manusia ditambah dengan keinsyafan kita bahwa Allah swt. mengetahui segala isi hati kita dan segala gerak-gerik yang nampak atau tidak nampak. Dengan berpadunya semua kesadaran dan keinsyafan ini, maka akan memantulkan rasa malu dan hina diri di hadapan Allah swt. ketika bermunajat (Rousydy, 1995).
F. Penelitian Terkait 1. Mills, Catherine J. (2012). Perbandingan Teknik-Teknik Relaksasi untuk Mengkaji Dampak Moderat dari Koping Marah dalam Pengaktifan dan Pemulihaan Tekanan Darah. Disertasi Faculties of The College of William and Marry, Eastern Virginia Medical School, Norfolk State University Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada teknik relaksasi diaphragmatic breathing (DB) dalam menurunkan tekanan darah diastole pada orang yang sedang marah dalam waktu 10 menit dan menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan teknik relaksasi standart control (SC) dan mantra recitation (MR) dengan nilai p < 0,05. Kesimpulan yang didapatkan adalah ada penurunan tekanan darah diastole yang
51
signifikan sesudah melaksanakan teknik relaksasi diaphragmatic breathing (DB). 2. Suwardianto, H. dan Erlin K. (2011). Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Hasil penelitian menunjukkan praktek relaksasi napas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 9.00 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 10.00 mmHg, dengan p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah sistole dan p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah diastolik. Kesimpulan yang didapatkan adalah ada pengaruh terapi relaksasi napas dalam (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. 3. Sudiarto, at al. (2007). Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi relaksasi meditasi yang dilakukan selama satu bulan dengan lama latihan 2 x 15 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu dapat menurunkan tekanan darah sistole secara signifikan, yaitu sebesar 7.67 mmHg dengan nilai p =0,000 (p < 0,05), sehingga kesimpulannnya Ha diterima artinya tekanan darah sistole antara sebelum dan sesudah relaksasi meditasi dapat diturunkan secara bermakna.
52
4. Wibisono, Arif (2006). Hubungan Shalat Dengan Kecemasan. Penelitian Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menjalankan shalat dengan tingkat kecemassan dengan didapatkannya koefisien korelasi
= -0, 811. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai r dengan
N=93, dengan taraf signifikan 5% adalah 0,202 dan taraf signifikan 1% adalah 0,263. Ternyata r0 > rt, sehingga H(a) diterima. Semakin teratur shalatnya makin rendah kecemasannya dan demikian pula sebaliknya.
53
G. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori hipertensi, penatalaksanaan hipertensi, konsep relaksasi, konsep meditasi dan shalat. Bagan 2.1 Kerangka Teori Hipertensi Farmakologi
Obat
Penatalaksanaan
Tekanan darah
Nonfarmakologi
Normal/Turun Diet garam
Faktor yang mempengaruhi nilai tekanan darah: -
Umur Jenis kelamin Obat-obatan Stres Olahraga Ras Obesitas
Penghentian rokok Pembatasan Alkohol Penurunan Berat Badan Olahraga/aktivitas Relaksasi
Meditasi Sumber: Kozier dan Erb (2009);Corwin (2009); Elzaky (2011) Shalat
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari shalat dan variabel dependen yang terdiri dari tekanan darah. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen
Variabel dependen
Shalat: - Waktu shalat - Ketepatan Gerakan - Kekhusyukan
Tekanan darah: - Sistole - Diastole
Obat Diet Berat Badan Rokok Alkohol Olahraga/Aktivitas Variable Counfonding Bagan 3.1. Kerangka Konsep Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel tidak diteliti
54
55
B. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan masalah di atas yaitu: : Tidak ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur : Ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur : Ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
56 C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi Operasional Kemampuan seseorang
Cara Ukur Menghitung skor dari
independen:
untuk mengadakan
tentang shalat dengan menggunakan
Shalat
hubungan spiritual dengan
skala Likert
pernyataan
Alat Ukur Kuesioner
Hasil Skor
Skala Ukur Numerik
Allah melalui shalat, meliputi waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan, dan kekhusyukan. Variabel
Nilai yang didapatkan dari Memasang alat pengukur tekanan
dependen:
hasil pengukuran terhadap darah pada lengan atas pasien
Tekanan
kekuatan darah
darah
dinding
arteri,
stetoskop
darah sistole
melewati
dan diastole
meliputi
dalam satuan
tekanan sistole dan tekanan diastole.
Sfigmomanometer dan Nilai tekanan
mmHg
Numerik
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas variabel di lingkup penelitian. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional (potong lintang). Penelitian cross-sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2008).
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi Muslim yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang berjumlah 110 orang.
2.
Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan, penentuan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan diperlukan kriteria sampel yang meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
57
58
(Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini diambil secara nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai respoden penelitian. Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini: Kriteria inklusi: 1. Pria dan wanita beragama Islam 2. Hipertensi essensial/primer 3. Tidak merokok 4. Tidak mengkonsumsi alkohol 5. Obat yang dikonsumsi captopril 6. Diet garam 7. Bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi: 1. Responden menolak untuk mengisi kuesioner
C. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah teknik atau cara tertentu yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan
59
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2008). Pengambilan responden dalam penelitian ini dengan cara mendatangi pasienpasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Pasien hipertensi yang berjumlah 110 orang tersebut diminta untuk mengisi kuesiner penapisan (screening) yang selanjutnya akan dipilah sesuai dengan karakteristik yang paling banyak didapatkan oleh peneliti. Karakteristik terbanyak dari responden akan dijadikan sebagai kriteria inklusi. Dari kriteria inklusi didapatkan 45 responden sehingga besar sampel dalam penelitian ini ditentukan secara total sampling.
D. Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2013, yaitu dimulai dengan membagikan kuesioner penapisan (screening) pada 110 pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Selanjutnya akan dipilih beberapa pasien hipertesi yang memiliki persamaan karakteristik terbanyak di antara 110 pasien hipertensi tersebut untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Sehingga jumlah responden yang dipilih sesuai dengan jumlah pasien hipertensi yang mempunyai persamaan karakteristik terbanyak tersebut. Penyebaran kuesioner shalat dan pengukuran tekanan darah (TD) untuk pengambilan data dilakukan pada responden yang termasuk dalam kriteria
60
terbanyak tersebut, yaitu berjumlah 45 responden. Data terkumpul lengkap (45 kuesioner shalat dan 45 lembar observasi hasil pengukuran TD) dan selanjutnya dilakukan penyusunan hasil.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Posbindu Anggrek RW 05 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan, Banten. Fenomena yang ditemukan di Posbindu ini menyimpulkan bahwa pralansia dan lansia yang ada di Posbindu ini banyak yang menderita hipertensi. Selain itu, banyak pasien hipertensi yang memiliki beberapa karaktristik yang sama (45 responden). Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian yang sama sebelumnya di Posbindu ini.
2.
Waktu Penelitian Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2013, mulai dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan hasil.
F. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah catatan pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Sedangkan data primer diperoleh dengan cara menggunakan sfigmomanometer
61
dan stetoskop untuk memperoleh nilai tekanan darah sistole dan diastole serta dua lembar kuesioner, yaitu kuesioner demografi dan kuesioner shalat. 1) Pengukuran tekanan darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa dan stetoskop. Adapun langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut: a. Sebelum alat digunakan, peneliti akan melakukan kalibrasi alat terlebih dahulu b. Responden disarankan untuk istirahat selama 10-15 menit apabila telah melakukan aktivitas c. Peneliti meminta responden untuk tidak berbicara selama dilakukannya pengukuran d. Responden diminta untuk duduk dengan salah satu lengan diletakkan di atas meja sampai posisi lengan setingggi/sejajar jantung e. Selanjutnya pengukuran tekanan darah dimulai dengan melakukan palpasi pada arteri brakialis. Lalu manset sfigmomanometer dibalutkan di atas arteri brakial (± 2,5 cm) pada lengan atas dan menempelkan stetoskop pada arteri brakialis f. Kemudian pulsasi arteri radialis pada pergelangan tangan diraba g. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut arteri radial menghilang dan dinaikkan lagi sebesar 20-30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan arteri radial h. Kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan pembacaan secara auskultasi pada aneroid. Bunyi pertama yang terdengar akan dicatat sebagai
62
tekanan sistolik. Sedangkan bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik i. Tekanan manset diturunkan sampai 0 mmHg, kemudian manset dilepaskan j. Hasil pengukuran dicatat k. Mengulangi langkah pengukuran dari (d) sampai (j) pada sisi lengan yang belum di ukur l. Pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi m. Pengukuran
yang ketiga dicatat sebagai hasil pengukuran
yang
sesungguhnya (Smeltzer, 2001). 2) Kuesioner Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu kuesioner demografi dan kuesioner shalat. a. Kuesioner Demografi Kuesioner demografi ini bertujuan untuk menapis beberapa variabel confounding (screening) serta mengetahui karakteristik pasien hipertensi yang meliputi pertanyaan identitas diri (inisial, jenis kelamin, umur, suku, pendidikan), riwayat penyakit, riwayat kesehatan (konsumsi rokok atau alkohol) dan pengobatan farmakologis maupun nonfarmakologis yang dapat mempengaruhi nilai tekanan darah pasien hipertensi. b. Kuesioner shalat Kuesioner shalat bertujuan untuk mengidentifikasi intensitas shalat responden melalui penghitungan jumlah skor dari kuesioner yang diisi.
63
Kuesioner ini dibuat oleh peneliti yang mengacu pada tiga aspek dari shalat yaitu waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan, dan kekhusyukan. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan. Skala ini meliputi pernyataan yang bersifat favorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang bersifat positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang sifatnya mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 2005). Tabel 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner shalat Aspek Waktu pelaksanaan shalat Ketepatan gerakan Kekhusyukan
Sub Aspek
Nomor item
Jumlah
Frekuensi
1
1
Kedisiplinan
2
1
Wudhu 4, 5, 6 Shalat 10, 12, 15, 17, 19 Niat dan 3, 7, 8, 18, 21, 22, 23, bacaan 24, 25, 26, 27 Gerakan 9, 11, 13, 14, 16, 20 Jumlah
3 5 11 6 27
Pernyataan shalat dibuat berdasarkan skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi yang dialami oleh masyarakat (Hidayat, 2008). Skala Likert mengukur kuesioner ini dengan cara: Tabel 4.2 Skor Skala Likert Pernyataan favorable Nilai Selalu 4 Sering 3 Kadang 2 Jarang 1 Tidak Pernah 0
64
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi kuesioner shalat adalah seratus delapan (108) dan nilai terendah adalah nol (0). Adapun skala ukur yang digunakan dalam variable ini adalah skala numerik.
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas sebelum melakukan penelitian untuk mendapatkan instrumen yang dapat diterima sesuai standar (Hidayat, 2008). Validitas adalah suatu indeks yang menyatakan bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2006). Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil penghitungan tiaptiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid (Budiman dan Riyanto, 2013). Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dari variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 responden di Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 25 Juni 2013. Hasil uji kuesioner dianalisa dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment dengan software komputer. Dari hasil analisa tersebut didapatkan r table (n-2 = 0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r table pada semua kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.
65
a.
Hasil Uji Validitas Kuesioner Shalat Jumlah pernyataan sebanyak 27 pernyataan. Hasil uji validitas terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid adalah sebanyak 12 pernyataan nomor 7, 9, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, dan 27. Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan yang lain masih dapat mewakili indikator. Sehingga total yang valid sebanyak 15 pernyataan. Pernyataan yang tidak valid ini karena nilai corrected item-total correlation kurang dari nilai r yang bernilai 0,31. Nilai item yang valid berkisar dari 0,336 sampai 0,651. Distribusi pernyataan kuesioner shalat yang valid dan tidak valid sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat Aspek
Sub Aspek
Nomor item
Frekuensi 1 Waktu pelaksanaan shalat Kedisiplinan 2 Wudhu 4, 5, 6 Ketepatan gerakan Shalat 10, 12, 15, (17), (19) Niat dan 3, (7), 8, (18), (21), (22), bacaan 23, (24), (25), (26), (27) Kekhusyukan Gerakan (9), 11, 13, 14, 16, (20) Jumlah *(nomor) = item yang tidak valid dan dieliminasi
Jumlah 1 1 3 5 11 6 27
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berati menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006). Teknik pengujian
66
pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software komputer. Suatu instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008). Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari variabel shalat sebesar 0,770 sebelum item tidak valid dieliminasi dan setelah item tidak valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0,815. Dari hasil uji reliabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach > 0,60.
H. Tahapan Penelitian Pengumpulan data dilakukan di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan tahapan sebagai berikut: 1.
Proposal penelitian mendapakan persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
2.
Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Posbindu yang berbeda yaitu Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur kemudian diolah dan dipilih mana pernyataan yang memenuhi uji validitas dan reliabilitas.
67
3.
Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti mengajukan izin terlebih dahulu kepada kepala kelurahan Cempaka Putih.
4.
Setelah mendapatkan perizinan dari kelurahan selanjutnya peneliti menyampaikan surat peizinan tersebut ke Ketua Posbindu Anggrek.
5.
Setelah mendapatkan izin dari ketua Posbindu Anggrek, peneliti melakukan screening pada semua pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek yang berjumlah 110 orang. Dari 110 pasien hipertensi ini dipilih beberapa pasien yang mempunyai karakteriktik yang sama dan terbanyak untuk dijadikan sebagai calon responden penelitian.
6.
Setelah itu peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing calon responden untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden penelitian dengan menjelasan tujuan dari penelitian, keuntungan penelitian, dan cara pengisian kuesioner dari peneliti.
7.
Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) dengan tanpa paksaan.
8.
Selanjutnya peneliti akan mengukur tekanan darah responden terlebih dahulu sebelum membacakan kuesioner shalat. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengisian kusioner dikhawatirkan dapat menyebabkan responden cemas sehingga dapat meningkatkan nilai tekanan darah.
9.
Setelah mengukur tekanan darah responden, peneliti membacakan kuesioner shalat yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas kepada responden
68
serta menjelaskan terlebih dahulu kuesioner tersebut sehingga responden mampu memahami pernyataan-pernyataan tersebut dan menjawabnya. 10. Jika ada pernyataan yang sulit dipahami, maka peneliti akan menjelaskan kembali maksud pernyataan tersebut. 11. Setelah lembar kuesioner dipastikan terisi lengkap, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan program komputer.
I.
Pengolahan Data Proses pengolahan data penelitian melalui tahap-tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010): 1. Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian data ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). 3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
69
4. Pembersihan Data (Cleaning) Pembersihan data (cleaning) adalah proses pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukkan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
J.
Analisa Data 1.
Analisa univariat Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan, yaitu skor shalat dan nilai tekanan darah sistole maupun diastole pada pasien hipertensi. Bentuknya berbagai macam seperti distribusi frekuensi, tendensi sentral seperti rata-rata dan ukuran penyebaran dari variable seperti standar deviasi ataupun melihat gambaran histogram dari variable tersebut (Umar, 2003).
2.
Analisa bivariat Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2006). Analisa bivariat ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan variabel dependen dengan variabel independen, yaitu hubungan shalat dengan tekanan darah. Analisa data menggunakan uji Spearmen rank karena kedua data berskala numerik dan berdasarkan hasil uji normalitas terhadap skor shalat didapatkan nilai signifikansi uji Shapiro-Wilk (N= < 50) sebesar 0,000 yang berarti bahwa
70
distribusi data tidak normal. Setelah data ditransformasikan, nilai signifikansi tetap 0,000 yang berarti bahwa data tetap berdistribusi tidak normal sehingga analisa bivariat yang digunakan yaitu uji Spearmen rank. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan α 5%. Kekuatan hubungan dari kedua variabel tersebut ditentukan dengan mengetahui nilai dari kekuatan korelasinya (nilai r), menurut Dahlan (2010) sebagai berikut: Tabel 4.4 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r No 1 2 3 4 5
Parameter
Nilai
Interpretasi
Kekuatan korelasi (r)
0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat
Untuk menetapkan apakah ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka menggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p value < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Sedangkan bila p value > 0,05 Ho diterima Ha (hipotesis penelitian) ditolak maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
71
K. Etika Penelitian 1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Hidayat (2008) menyebutkan beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami oleh peneliti yaitu: a.
Prinsip Manfaat Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia.
Prinsip
ini
dapat
ditegakkan
dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik. b.
Prinsip Menghormati Manusia Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
72
c.
Prinsip Keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilam manusia dengan menghargai hak, meliputi hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam memberikan perlakuan terhadap manusia.
2. Masalah Etika Penelitian a.
Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
b.
Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
73
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. c.
Kerahasiaan (Confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Posbindu Anggrek ini berada di RW 05 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Posbindu Anggrek bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat pralansia dan lansia di 7 RT, yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4, RT 5, RT 6 dan RT 7. Posbindu ini merupakan posbindu yang kadernya terkenal paling aktif di antara 2 posbindu lain yang ada di Kelurahan Cempaka Putih. Kader Posbindu Anggrek yaitu berjumlah 7 orang. Sasaran yang harus dibina oleh posbindu ini yaitu sekitar 392 lansia dan pralansia. Jumlah pralansia dan lansia yang terdata saat ini baru 290 orang. Pralansia dan lansia yang memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu sebanyak 110 orang. Kegiatan yang selama ini dilakukan oleh pihak posbindu untuk mendukung atau melayani pasien hipertensi yaitu melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin setiap satu bulan sekali (untuk mengetahui progess dari pengobatan) dan memberikan obat yang sesuai dengan indikasi secara cuma-cuma dari pihak puskesmas setempat. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel confounding yang tidak dapat dikendalikan yaitu penggunaan obat antihipertensi, kontrol terhadap berat badan, serta aktivitas/olahraga yang dilakukan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan/minimnya jumlah responden yang akan diteliti jika semua varibel confounding tersebut ikut dikendalikan dalam penelitian
74
75
ini sehingga tidak akan mencukupi/mewakili jumlah sample yang akan diteliti.
B. Karakteristik Responden Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, suku dan pendidikan. Berikut adalah kategori responden penelitian, antara lain: Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur, Suku dan Pendidikan Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki
5
11.1
Perempuan
40
88.9
Pralansia (45-59)
22
48.9
Lansia (≥60)
23
51.1
Jawa
16
35.6
Betawi
25
55.6
Sunda
1
2.2
Lainnya
3
6.7
TidakTamat SD
12
26.7
SD
23
51.1
SMP
3
6.7
SMA
7
15.6
Umur
Suku
Pendidikan
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, suku dan pendidikan. Jenis kelamin perempuan
76
memperoleh jumlah tertinggi
yaitu sebesar 40 responden (88,9%)
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 5 responden (11,1%). Umur lansia (≥60) memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 23 responden ( 51,5%) dibandingkan dengan pralansia (45-59) yang berjumlah 22 responden (48,9%). Suku Betawi memperoleh jumlah terbanyak yaitu sebesar 25 responden (55,6 %). Pendidikan SD memperoleh jumlah terbanyak yaitu sebesar 23 responden (51,1%) dan pendidikan SMP memperoleh jumlah terendah yaitu sebesar 3 responden (6,7%).
C. Analisa Univariat Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa shalat dan variabel dependen yakni tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut. 1. Distribusi Skor Shalat pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Pada penelitian ini, skor shalat diperoleh berdasarkan jumlah dari jawaban responden terhadap kuesioner shalat. Analisa univariat variabel shalat pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Distribusi Skor Shalat pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Variabel
Mean
SD
Min-Max
Shalat
49,64
8,197
13-60
77
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor shalat dari total seluruh pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yaitu 49,64. Variasi nilai skor shalat sebesar 8,197. Sedangkan sebaran nilai skor shalat terendah adalah sebesar 13 dan tertinggi sebesar 60. a. Distribusi Skor pada Masing-Masing Aspek Shalat Pasien Hipertensi
Posbindu
Anggrek
Kelurahan
Cempaka
Putih
Kecamatan Ciputat Timur Tabel 5.3 Distribusi Skor Aspek Shalat pada Pasien Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Variabel
Mean
SD
Min-Max
Waktu Pelaksanaan Shalat
6,93
1,498
2-8
Ketepatan Gerakan
20,51
3,952
4-24
Kekhusyukan
22,20
4,541
7-28
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor shalat pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yaitu 6,93 untuk aspek waktu pelaksanaan shalat, 20,51 untuk aspek ketepatan gerakan, 22,20 untuk aspek kekhusyukan. Variasi nilai skor shalat sebesar 1,498 untuk aspek waktu pelaksanaan shalat, 3,952 untuk aspek ketepatan gerakan, 4,541 untuk aspek kekhusyukan. Sedangkan sebaran nilai skor shalat terendah adalah sebesar 2 dan tertinggi sebesar 8 untuk aspek waktu pelaksanaan
78
shalat, terendah 4 dan tertinggi 24 untuk aspek ketepatan gerakaan, dan terendah 7 serta tertinggi 28 untuk aspek kekhusyukan. 2. Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) pada Pasien Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Pada penelitian ini, nilai TDS diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai tekanan darah sistole responden dengan menggunakan sfigmomanometer dan stetokop. Analisa univariat variabel TDS pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4 Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) pada Pasien Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Tekanan Darah Sistole Frekuensi Persentase (%) Normal Tinggi
4
8.9
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
23
51.1
Hipertensi Grade 2 (Sedang)
12
26.7
Hipertensi Grade 3 (Berat)
6
13.3
Total
45
100.0
Pada analisis distribusi TDS pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan) sebanyak 23 responden (51,1%).
79
3. Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) pada Pasien Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Pada penelitian ini, nilai TDD diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai tekanan darah diastole responden dengan menggunakan sfigmomanometer dan stetokop. Analisa univariat variabel TDD pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5 Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) pada Pasien Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Tekanan Darah Diastole Frekuensi Persentase (%) Optimal
4
8.9
Normal
7
15.6
Normal Tinggi
1
2.2
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
16
35.6
Hipertensi Grade 2 (Sedang)
13
28.9
Hipertensi Grade 3 (Berat)
4
8.9
Total
45
100.0
Pada analisis distribusi TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan) sebanyak 16 responden (35,6%).
80
D. Analisa Bivariat Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen adalah shalat. Sedangkan variabel dependen adalah tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole. Tabel 5.6 Analisa Hubungan Shalat dengan TDS dan TDD Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value TDS
45
-0,524
0,000
TDD
45
-0,338
0,023
Analisa hubungan antara shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) antara shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur (r) -0,524 untuk TDS dan (r) -0,338 untuk TDD dengan tingkat signifikansi (p) 0,000 untuk TDS dan (p) 0,023 untuk TDD. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara shalat dengan TDS maupun TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai TDS maupun TDD pasien hipertensi tersebut. Dalam hal ini shalat memiliki hubungan atau korelasi sedang (r=-0,518) dengan TDS dan hubungan atau korelasi lemah
81
(r=-0,338) dengan TDD pasien hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. 1.
Hubungan Masing-Masing Aspek dalam Shalat dengan TDS dan TDD Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Adapun hubungan antara masing-masing aspek shalat dengan TDS dan TDD dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Analisa Hubungan Masing-Masing Aspek Shalat dengan TDS dan TDD Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value TDS Waktu Pelaksanaan Shalat
45
-0,350
0,018
Ketepatan Gerakan
45
-0,184
0,227
Kekhusyukan
45
-0,592
0,000
Waktu Pelaksanaan Shalat
45
-0,222
0,142
Ketepatan Gerakan
45
-0,043
0,782
Kekhusyukan
45
-0,405
0,006
TDD
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aspek waktu pelaksanaan shalat dan kekhusyukan dengan tekanan darah sistole (TDS) dengan nilai P-value kurang dari 0,05 (p≤0,05), yaitu sebesar 0,018 untuk waktu pelaksanaan shalat dan sebesar 0,000 untuk kekhusyukan. Nilai koefisien korelasi (r = -0,350) untuk waktu pelaksanaan shalat menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang lemah, menunjukkan
82
bahwa semakin tinggi skor aspek waktu pelaksanaan shalat maka semakin rendah nilai TDS pasien tersebut. Nilai koefisien korelasi (r=0,592) untuk kekhusyukan menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang sedang, menunjukkan bahwa semakin tinggi skor aspek kekhusyukan maka semakin rendah nilai TDS pasien hipertensi tersebut. Aspek ketepatan gerakan menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek ketepatan gerakan dengan tekanan darah sistole (TDS) pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai P-value sebesar 0,227 (p > 0,05). Berdasarkan hasil uji statistik tersebut juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aspek kekhusyukan dengan tekanan darah diastole (TDD) dengan nilai P-value kurang dari 0,05 (p≤0,05), yaitu sebesar 0,006. Nilai koefisien korelasi (r=-0,405) untuk kekhusyukan menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan sedang, menunjukkan bahwa semakin tinggi skor aspek kekhusyukan maka semakin rendah nilai TDD pasien hipertensi tersebut. Aspek waktu pelaksanaan shalat dan ketepatan gerakan menjelaskan tidak adanya hubungan yang signifikan antara waktu pelaksanaan shalat dan ketepatan gerakan dengan TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai P-value lebih dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,142 untuk waktu pelaksanaan shalat dan 0,782 untuk ketepatan gerakan.
BAB VI PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya yaitu untuk mengidentifikasi dan menghubungkan antara shalat dengan tekanan darah (sistole dan diastole) pasien hipertensi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JuliAgustus 2013 di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan alat pengukur tekanan darah (sfigmomanometer dan stetoskop) yang dilakukan oleh peneliti kepada 45 responden. Berikut uraian pembahasan serta keterbatasan penelitian dari hasil penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. A.
Karakteristik Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur 1. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin didapatkan responden penelitian terbanyak adalah perempuan (88,9%). Jenis kelamin perempuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tekanan darah. Perempuan biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setelah menopause (Kozier, et al, 2010). Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa menopause secara khas terjadi antara usia 45-60 tahun. Perubahan yang terjadi pada masa menopause disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen, sehingga dapat berpengaruh pada masalah yang berhubungan dengan penurunan efisiensi penyempitan
83
84
dan pelebaran pembuluh darah. Selain itu, kadar estrogen yang rendah juga dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental (Spencer & Brown, 2007). Applegate (1998) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada tekanan darah, yaitu tekanan darah cenderung lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas renin yang lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Namun hasil penelitian ini telah menggambarkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan (11,1%). Hal ini disebabkan usia responden pada penelitian ini yaitu ≥ 45 tahun. Dimana pada usia ini perempuan telah memasuki masa menopause yang menyebabkan perempuan cenderung mengalami peningkatan tekanan darah. Sehingga hasil penelitian sesuai dengan analisa bahwa responden terbanyak adalah perempuan. Selain itu, tingginya responden perempuan yang menderita hipertensi dalam penelitian ini kemungkinnan dikarenakan sebagian besar sampel dalam penelitian ini adalah perempuan. 2. Umur Palmer & Wiilliams (2007) menyatakan bahwa tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bangun (2002) dalam Patminingsih (2010) yang menyatakan bahwa penyakit hipertensi berkembang saat umur seseorang telah mencapai paruh baya yaitu pada umur 40-60 tahun. Applegate (1998) dalam Patminingsih (2010) menyatakan bahwa pada umumnya tekanan darah akan naik dengan pertambahan usia terutama setelah usia 60 tahun. Hal
85
ini terjadi karena setelah umur 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berasngsur-angsur menyempit menjadi kaku (Anggaraini, 2009). Selanjutnya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari biasanya sehingga akan menyebabkan naiknya tekanan darah (Susalit, 2001). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat timur berada pada dua kategori yang hampir sama, yaitu kategori pralansia (45-59) sebanyak 48,9% dan kategori lansia (≥60) sebanyak 51,1%. Kedua kategori ini hampir sama perbandingannya yaitu 1:1 dalam artian bahwa umur pralansia dan lansia sama-sama berpotensi untuk terjadi peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian yang sesuai dengan kondisi tersebut dilakukan oleh Patminingsih (2010). Dalam peneltiannya didapatkan hasil bahwa responden hipertensi menurut umur paling tinggi berada pada kelompok umur 46-60 tahun.. Hasil penelitian di
kota
Tainan,
Taiwan,
menunjukkan bahwa pada usia diatas 65 tahun ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (Kuswardhani, 2006). Kedua hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil analisa peneliti yang menggambarkan bahwa karakteristik
umur
responden
rata-rata
hampir
menunjukkan
perbandingan 1:1 pada pralansia (45-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun).
86
3. Suku Kozier dan Erb (2009) menyebutkan bahwa pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki takanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama. Hal ini dikarenakan hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar (Anggaraini, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden yang berasal dari suku Jawa sebanyak 35,6%, Betawi 55,6%, Sunda 2,2% dan dari suku lain sebanyak 6,7%. Dapat dilihat bahwa di antara suku-suku yang telah disebutkan, suku Betawi memiliki jumlah respoden yang paling banyak. Hal ini dimungkinkan karena tempat yang digunakan dalam penelitian mayoritas penduduknya adalah suku Betawi sehingga sebagian besar sampel yang diperoleh berasal dari suku Betawi. 4. Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki riwayat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 51,1%. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti, at al. (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden berasal dari tamatan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 50%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
87
pendidikan pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur adalah rendah. Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa perilaku kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan. Dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendidikan. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Oleh sebab itu, bisa disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung berisiko pada perilaku kesehatan yang kurang.
B.
Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah Hasil penelitian telah menunjukkan nilai rata-rata skor shalat pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur adalah 49,64 dengan variasi nilai skor shalat 8,197. Skor shalat terendah adalah 13 dan tertinggi adalah 60. Penilaian ini didapatkan dari hasil penghitungan skor pada 3 aspek yang diteliti meliputi waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan dan kekhusyukan. Hasil uji statistik antara shalat dengan tekanan darah sistole (TDS) diperoleh Pvalue 0,000 dan shalat dengan tekanan darah diastole (TDD) diperoleh Pvalue 0,023. Dengan demikian hipotesis penelitian ini keduaduanya dapat diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara shalat
88
dengan TDS dan TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,524 untuk TDS dan (r) -0,338 untuk TDD. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara shalat dengan TDS adalah sedang dan hubungan antara shalat dengan TDD adalah lemah. Namun kedua nilai koefisien korelasi (r) tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai tekanan darah sistole dan diastole pasien hipertensi tersebut. Lipsky, at al. (2008) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat diturunkan melalui perubahan gaya hidup diantaranya yaitu manajemen terhadap stres dimana stres dapat meningkatkan tekanan darah. Salah satu caranya adalah dengan belajar teknik relaksasi. Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan demikian, relaksasi akan membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks
atau
tenang.
Dalam
mekanisme
autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (TPR) (Corwin, 2009). Mills (2012) menjelaskan bahwa teknik relaksasi memiliki efek yang sama dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar
89
norepinefrin dalam darah menurun. Otot-otot yang rileks ini menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia benarbenar merasakan ketenangan dan kenyamanan. Situasi itu akan menekan sistem saraf simpatik sehingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin dalam darah menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah pun akan menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Elzaky, 2011). Sedangkan Junaidi (2010) menyatakan bahwa respon relaksasi bekerja lebih dominan pada sistem saraf parasimpatik seehingga mengendorkan saraf yang tegang. Saraf parasimpatik berfungsi mengendalikan denyut jantung untuk membuat tubuh rileks. Ketika respon relaksasi dirasakan oleh tubuh, maka saraf parasimpatik akan memperlambat detak jantung sehingga tekanan darah pun menurun. Shalat merupakan salah satu aktivitas keagamaan yang dapat menimbulkan respons relaksasi melalui keimanan (Benson & Proctor, 2000). Shalat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan kesehatan dan ketenangan jiwa (Elzaky, 2011). Ketika shalat, ruhani bergerak menuju Yang Maha Kuasa. Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indera melepaskan diri dari segala macam keruwetan peristiwa di sekitarnya, termasuk keterikatannya terhadap sensasi tubuhnya seperti rasa sedih, gelisah, rasa cemas dan lelah (Sangkan, 2006). Dalam tingkat sederhana, shalat bisa berarti sebagai coping mechanism. Mekanisme ini akan meningkatkan kekebalan seseorang terhadap stress yang dalam istilah dunia medis disebut stress of tolerance dimana tinggi
90
rendahnya stress of tolerance pada seseorang ditentukan oleh coping mechanism tadi. Jika berhasil melakukan coping mechanism terhadap setiap persoalan yang terjadi, maka orang itu dipastikan terhindar dari stress, tertekan, atau depresi. Namun jika gagal, orang itu akan mengalami stress dan tertekan. Shalat yang dilakukan akan membantu manusia mengalami ketenangan dan kedamaian ruhani sehingga akan meningkatkan kemampuan coping mechanism-nya (Sanusi, 2010). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2006) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara shalat dengan kecemasan. Semakin teratur shalatnya makin rendah kecemasannya dan demikian pula sebaliknya. Meditasi adalah suatu teknik menenangkan dan memfokuskan pikiran. Meditasi bertujuan untuk membuat tubuh menjadi lebih rileks. Dengan memfokuskan pikiran pada sebuah pemikiran atau gambaran, maka kita dapat menarik diri sementara dari aktivitas sehari-hari yang mampu membuat kita stress dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sehingga dengan pemfokusan ini kita dapat mencapai kondisi yang rileks yang pada akhirnya dapat menurunan tekanan darah (Oktavia, at al. 2012). Jain (2011) menyebutkan bahwa meditasi bertujuan untuk merangsang gelombang alfa pada otak yang terhubung dengan kondisi relaksasi yang mendalam dan kewaspadaan mental yang dapat menurunkan tekanan darah. Shalat juga merupakan sebuah meditasi tertinggi dalam islam (Sangkan, 2006). Dikatakan meditasi yang paling tinggi karena di dalam shalat mengandung unsur kekhusyukan yang tidak hanya melibatkan pemusatan pikiran, tetapi juga melibatkan pemikiran yang mendalam serta
91
gerakan-gerakan tubuh yang tidak dilakukan pada saat meditasi biasa dilakukan. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam meditasi dapat menurunkan tekanan darah (Elzaky, 2011). Penurunan ini disebabkan karena relaksasi meditasi pada prinsipnya adalah memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akhirnya
akan
mengalami
akan
mengalami
relaksasi dan pada
kondisi keseimbangan, dengan demikian
relaksasi meditasi akan meningkatkan sirkulasi sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan
oksigen ke otot-otot, darah
akan
menurun
(Suryani, at al. 2000). Penelitian ini selaras dengan penelitian Sudiarto, at al. (2007) yang menunjukkan bahwa terapi relaksasi meditasi dapat menurunkan tekanan darah sistole secara bermakna. Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian tersebut dikarenakan oleh frekuensi terapi relaksasi meditasi yang dilakukan secara teratur. Dimana terapi relaksasi meditasi ini telah diuji coba selama satu bulan dengan lama latihan 2x15 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu. Sedangkan shalat merupakan aktivitas ibadah orang islam yang diwajibkan untuk dilakukan sebanyak lima kali sehari. Hal ini juga dibahas dalam sebuah jurnal asosiasi ahli penyakit jantung Amerika yang menunjukkan bahwa meditasi untuk jangka waktu yang cukup lama secara teratur akan melindungi jantung dari gangguan dan penyakit (Elzaky, 2011). Instrumen shalat dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yang tediri dari waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan, dan kekhusyukan. Dari seluruh aspek yang diteliti tersebut tidak semuanya mempengaruhi tekanan darah secara signifikan. Ada yang berpengaruh terhadap TDS tetapi tidak
92
berpengaruh terhadap TDD. Seperti aspek waktu pelaksanaan shalat berpengaruh secara signifikan terhadap TDS tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap TDD. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh instrumen yang dibuat kurang mengukur aspek yang sebenarnya harus diukur. Aspek waktu pelaksanaan shalat mengukur keteraturan pasien hipertensi dalam melaksanakan shalat. Teratur dalam melaksanakan shalat maksudnya adalah setiap hari mengerjakan shalat lima waktu dan tidak ada satu pun yang ditinggalkan. Keteraturan shalat diharapkan mempunyai efek yang besar yang bukan didasarkan pada pengulangan atau gerakan rutin pada waktu-waktu tertentu saja tetapi juga pada tiga faktor pendukung yang berupa faktor ketepatan dan disiplin, kesadaran dan tanggung jawab serta kekuatan kehendak dalam mengatasi pengaruh lingkungan. Orang-orang yang tinggi nilainya dalam ketiga faktor pendukung tersebut diharapkan akan lebih tinggi pula nilainya dalam segi keteraturan shalat sehingga akan memperoleh manfaat yang besar dari shalatnya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2006) yang menjelaskan bahwa semakin teratur seseorang menjalankan shalat maka semakin rendah kecemasan yang dialami seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidaksignifikanan dari aspek waktu pelaksanaan shalat ini kemungkinan disebabkan oleh instrumen yang kurang menggali pertanyaan tentang tiga faktor pendukung tersebut. Aspek ketepatan gerakan meliputi ketepatan gerakan wudhu dan ketepatan gerakan shalat. Penelitian ini diteliti dengan tujuan untuk melihat kesempurnaan gerakan wudhu dan gerakan shalat yang dilakukan oleh
93
pasien hipertensi. Sangkan (2006) menjelaskan bahwa kesempurnaan shalat seseorang sangat tergantung pada kesempurnaan wudhuya, sebab shalat seseorang tidak sah jika wudhunya sendiri tidak sah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek ketepatan gerakan tidak berpengaruh secara signifikan pada TDS maupun terhadap TDD. Sanusi (2010) mengatakan bahwa bila kita mengerjakan wudhu dengan benar sesuai dengan tuntunan agama, maka manfaatnya akan dapat kita rasakan baik secara fisik maupun psikis. Ketika berwudhu darah terpacu dengan sendirinya menuju bagian-bagian tubuh yang jauh dari jantung (wajah, telapak tangan, kaki) seiring dengan terjadinya perubahan suhu pada bagian tubuh yang tersentuh air. Karena itulah wudhu membantu jantung melakukan sebagian tugasnya yang cukup berat. Karena ada hubungan antara sel-sel saraf dari bagian-bagian tubuh yang tersentuh air dengan saraf pusat di otak sehingga membantu penyegaran seluruh jaringan saraf. Hasilnya kita merasa segar dan pikiran lebih jernih setelah berwudhu sehingga hilang rasa resah, gelisah, penat maupun pusing yang diakibatkan oleh kurangnya aliran darah menuju kepala (Elzaky, 2011). Penggosokan di bagian sela-sela jari dapat memperlancar aliran darah perifer yang menjamin pasokan makanan dan okigen (Sanusi, 2010). Namun demikian, sub aspek wudhu dalam penelitian ini hanya mengukur tentang ketepatan gerakan dalam
membasuh
anggota
wudhu
dan
kurang
menggali
tentang
kekhusyukan dalam berwudhu sehingga hasilnya tidak signifikan pada TDS. Aspek kekhusyukan dalam penelitian ini meliputi kekhusyukan dalam niat, bacaan serta kekhusyukan dalam melakukan gerakan shalat. Kedua-
94
duanya berpengaruh secara signifikan pada TDS maupun TDD. Hal ini dikarenakan kekhusyukan merupakan aspek yang sejalan dengan konsep relaksasi meditasi yang menjadi terapi nonfarmakologi dalam penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi (National Safety Council, 1994 dalam Widyastuti, 2003). Meditasi adalah sebuah teknik Yoga yang dilakukan untuk memusatkan perhatian pada satu arah dengan memusatkan pandangan pada satu titik. Begitu juga ketika seseorang sedang melakukan shalat, meditasi juga dilakukan dengan memusatkan pandangan pada satu tempat yaitu tempat sujud. Maksud dari gerakan ini dilihat dari sudut pandang Yoga adalah untuk memusatkan perhatian dan memperkuat konsentrasi shalat sehingga pandangan tidak beralih ke tempat lain sehingga hal ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan menghilangkan pikiran-pikiran yang lelah akibat berbagi persoalan hidup (Rahman, 2006). Di dalam niat terdapat keikhlasan dan sikap khusyuk. Meski secara singkat dan hanya satu kali dilakukan setiap shalat, tetapi kekhusyukan dan keikhlasan shalat tercermin dari niat seseorang. Niat yang tulus akan menjadi pintu masuk dalam penyembuhan di dalam shalat. Tanpa niat yang tulus, shalat justru akan menjadi beban berat atau stressor, bukan berfungsi sebagai penenang atau medium mendekatkan diri kepada Tuhan. Di sinilah makna penting dari niat, jika niatnya khusyuk, maka khusyuk pula shalatnya (Sanusi, 2010). Aktivitas tubuh ketika shalat baik ketika bergerak (sujud, iktidal, rukuk, atau duduk) maupun ketika diam merupakan sebentuk olahraga yang dapat melancarkan peredaran darah tubuh (Elzaky, 2011). Sebagaimana yang dijelaskan oleh Aziza (2007) bahwa olahraga ringan
95
yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-8 mmHg. Nabi Muhammad menyarankan agar di dalam setiap melakukan gerakan shalat kita dianjurkan bersikap rileks (tumakninah) sehingga kita bisa mengistirahatkan tubuh, serta dapat mempertemukan tubuh dengan vibrasi hati (Sangkan, 2006). Hal ini dikarenakan gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba dan cepat akan mempercepat peredaran darah dari dan menuju otak serta jantung. Keadaan itu akan menyebabkan tersendatnya aliran darah dan khususnya bagi penderita penyakit jantung atau hipertensi, keadaan itu akan menaikkan tekanan darah dan mempercepat detak jantung. Selain niat dan gerakan shalat, bacaan-bacaan Al-Quran yang sesuai tajwid dalam shalat juga berpengaruh terhadap stabilitas fungsi pernapasan. Sistem penapasan yang baik dan lancar akan mengurangi tingkat keresahan, kegelisahan, atau stres. Gerakan bibir ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an dalam shalat juga dapat mengurangi perasaan sedih atau marah, serta menghidupkan akal sehingga bisa bepikir dan berkonsentrasi dengan baik (Elzaky, 2011). Elzaky (2011) menjelaskan bahwa khusyuk merupakan ibadah yang paling penting dan paling sulit karena membutuhkan konsentrasi yang sangat besar. Karena itulah kata khusyuk menunjukkan tingkatan meditasi paling tinggi yang disertai pemikiran mendalam. Ketika shalat seseorang khusyuk, maka hatinya akan menjadi tenang. Hati yang tenang akan membawa seseorang pada kondisi mental dan fisik terbaik, suasana hati yang baik dan emosi yang stabil, sehingga saraf-saraf dalam pusat otak bisa bekerja optimal. Selanjutnya kelenjar akan mengendalikan sekresi atau
96
keluarnya hormon-hormon stress seperti kortisol, sehingga tekanan darah akan menurun (Sanusi, 2010). Penelitian ini masih terdapat beberapa variabel confounding yang mempengaruhi hasil penelitian, yaitu konsumsi obat antihipertensi, latihan/olahraga dan kontrol terhadap berat badan. Obat merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien hipertensi karena dapat menurunkan tekanan darah secara efektif (Lipsky, 2008). Teapi obat antihipertensi diberikan pada pasien hipertensi dengan TDS ≥ 160 mmHg dan TDS ≥ 100 mmHg yang menetap dengan target penurunan sebesar <130/<80 mmHg (Aziza, 2007). Pengaruh obat terhadap penurunan TDS berbeda dengan penurunan terhadap TDD pasien hipertensi. Lipsky (2008) menjelaskan bahwa apapun jenis obat yang dikonsumsi, pengaruhnya terhadap penurunan tekanan darah yaitu sekitar 10% pada TDS dan 5% pada TDD. Aktivitas latihan atau olahraga yang dilakukan oleh pasien hipertensi juga dapat mempengaruhi penurunan terhadap tekanan darahnya. Berdasarkan hasill screening didapatkan beberapa pasien rutin menjalani olahraga dan ada pula beberapa yang olahraga tetapi tidak rutin dilakukan, yaitu hanya sesekali dalam seminggu. Aziza (2007) menyebutkan bahwa olahraga ringan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-8 mmHg. Selain obat dan latihan/olahraga, pasien dengan kelebihan berat badan (obesitas) juga dapat mempegaruhi hasil penelitian ini. Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan berat badan sebanyak 5 kg pada pasien obesitas dapat menurunkan tekanan darah. (Aziza, 2007) menjelaskan bahwa penurunan berat badan sebanyak 10 kg
97
yang dipertahankan selama dua tahun menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg.
C.
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti, diantaranya yaitu: 1.
Jumlah sampel penelitian yang terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan
2.
Banyak variabel confounding tidak dapat dikendalikan karena jumlah populasi targetnya sedikit
3.
Banyak responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga peneliti harus membacakan pertanyaan kuesioner kepada semua responden sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Karakteristik pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur sebagian besar adalah perempuan sebanyak 40 responden (88,9%), berusia ≥ 60 tahun (lansia) sebanyak 23 responden (51,1%), berasal dari suku Betawi sebanyak 25 responden (55,6%) dan riwayat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 23 responden (51,1%).
2.
Rata-rata skor shalat pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur adalah 49,64 dari jumlah skor maksimal 60.
3.
Berdasarkan nilai tekanan darah sistole (TDS) ditemukan bahwa mayoritas pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan) sebanyak 23 responden (51,1%).
4.
Berdasarkan nilai tekanan darah diastole (TDD) ditemukan bahwa mayoritas pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan) sebanyak 16 responden (35,6%).
98
99
5.
Ada hubungan yang bermakna antara shalat dengan tekanan darah sistole (TDS) pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai p value = 0,000 serta memiliki hubungan negatif yang sedang dengan nilai r sebesar -0,524 artinya semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai tekanan darah sistole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
6.
Ada hubungan yang bermakna antara shalat dengan tekanan darah diastole (TDD) pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai p value = 0,023 serta memiliki hubungan negatif yang lemah dengan nilai r sebesar 0,338 artinya semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai tekanan darah diastole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain: 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam intervensi keperawatan pada pasien hipertensi melalui pendekatan spiritual.
100
2. Bagi Posbindu Anggrek Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau informasi bagi para kader Posbindu Anggrek bahwa penatalaksanaan pasien hipertensi tidak hanya melalui obat tetapi juga bisa dikombinasikan dengan shalat yang sehari-hari dijalankan. 3. Bagi Klien Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pasien hipertensi untuk meyakini bahwa shalat dapat dikombinasikan dengan obat dalam menurunkan atau mengontrol tekanan darah. 4.
Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitan selanjutnya dapat menapis secara keseluruhan atau mempersempit lagi variabel counfonding yang tidak dikendalikan dalam penelitian ini. b. Penelitian selanjutnya dapat memperbesar jumlah sample penelitian
agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Khusyu’ dalam Shalat. Jakarta: Visi Insani. 2009 Abdurrahman, Masykuri. Kaifiyah dan Hikmah Shalat: Versi Kitab Salaf. Sidogiri: Pustaka Sidogiri. 2006 Adam, Muchtar. Shalat Dalam Perspektif Sufi. Bandung: Rosyda Karya. 1999 Al-Mahfani, M. Khalilurrahman. Buku Pintar Shalat: Pedoman Shalat Lengkap Menuju Shalat Khusyuk. Jakarta: Wahyu Media. 2008 Anggraini, at al. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009 Aziza, Lucky. Hipertensi: The Sillent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2007 Azwar, Saifudin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005 Benson, Herbert dan Willam Proctor. Keimanan yang Menyembuhkan: Dasar-dasar Respons Relaksasi. Bandung: Penerbit Kaifa. 2000 Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi: buku saku Edisi 3. Jakarta: EGC. 2009 Dalimartha, S., et al. Care Your Self: Hypertension. Jakarta: Penebar Plus. 2008 Depkes RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diakses tanggal 7 Maret 2013; www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-diindonesia.html Elzaky, Jamal Muhammad. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Penerbit Zaman. 2011 Gunawan, Lany. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2001 Hawwa, Sa’id. Tazkiyatun Nafs (Intisari Ihya’Ulumuddin). Jakarta: Pena Pundi Aksara. 2006 Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Iskandar, Alex dan Endi Novianto. Sehat, Kaya, dan Bahagia Duniawi-Spiritual. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008
Jain, Ritu. Pengobatan Alternative Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011 JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003. Diakses tanggal 8 Maret 2013; http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf Junaidi, Iskandar. Hipertensi: Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2010 Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal RSUP Sanglah Denpasar. 2006. Diakses tanggal 2 Oktober 2013; http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3757
Kozier, Barbara dan Glenora Erb. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC. 2009 Kozier, at al. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC. 2010 Lipsky, Martin S., at. al. American Medical Association Guide to Preventing and Treating Heart Disease: Essential Information You and Your Family Neet to Know About Having a Healthy Heart. United States of America: American Medical Association. 2008 Mahalli, Mudjab. Pewaris-Pewaris Sorga Firdaus. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2000 Mills, Catherine J. A Comparision of Relaxation Techniques on Blood Pressure Reactivity and Recovery Assessing The Moderating Effect of Anger Coping Style. Dissertation. Old Dominion University. 2012. Diakses tanggal 7 Maret 2013;http://search.proquest.com/docview/1139209468/13E83315C1A265CE1E D/1?accountid=133190 Miltenberger, R. G. Behavior Modification, Principles and Procedures, 3th edition. Belmont CA: Wadsworth/Thompson Learning. 2004 Misbach, Jusuf. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Simposia. 2007 Murti, at al. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif di RSUD Tugu Rejo Semarang. Jurnal Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. 2011. Diakses tanggal 2 Oktober 2013; http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vi ew/78
Muttaqin, Arif. Pengantar Asuhan Kepeawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. 2009 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 2006 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 2010 Oktavia, at al. Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wreda Pengayoman PELKRIS dan Panti Wreda OMEGA Semarang. Jurnal Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. 2012. Diakses tanggal 5 Oktober 2013; http://www.e-jurnal.com/2013/10/pengaruhlatihan-yoga-terhadap.html Palmer, A. & B. William. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2007 Patminingsih, Titik N. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. 2010. Diakses tanggal 29 September 2013; http://ejournal.politeknikkemenkessemarang.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/artic le/view/43/82
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. 2005 Rahman, Atiqur. Shalat: Yoga & Meditasi Islam. Bekasi: Fima Rodheta. 2006 Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algerindo. 2007 Rousydy, Lathief. Ruh Shalat dan Hikmahnya. Medan: FA. Rimbow. 1995 Ruhyanudin, Faqih. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: UMM Press. 2006 Sanusi, M. Bedah Lengkap Kedahsyatan Shalat Bagi Kesehatan Manusia. Yogyakarta: DIVA Press. 2010 Sangkan, Abu. Pelatihan Shalat Khusyuk: Shalat Sebagai Meditasi Tertinggi Dalam Islam. Jakarta: Penerbit Baitul Ihsan. 2006
Setyawati, Andina. Pengaruh Relaksasi Otogenik terhadap Kadar Gula Darah dan Tekanan Darah pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit di D.I.Y dan Jawa Tengah. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2010. Diakses tanggal 1 Oktober 2013; http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/137211-T%20Andina%20Setyawati.pdf Sholeh, M. Bertobat Sambil Berobat: Rahasia Ibadah untuk Mencegah dan Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta: Penerbit Hikmah. 2008 Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001 Spencer, Rebecca F & Pam Brown. Menopause. Jakarta: Erlangga. 2007 Sudiarto, at al. Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. 2007. Diakses tanggal 9 Mei 2013; http://jks.fkik.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/127/57 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008 Suryani, at al. Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2000 Susanto dan Masri Sareb Putra. 60 Management Gems: Applying Management Wisdom in Life. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010 Suwardianto, H. dan Erlin K. Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri. 2011. Diakses tanggal 8 Mei 2013; http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18437 Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat Khusyuk. Jakarta: Pustaka Irvan. 2008 Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Ed. II. Jakarta: Rajawali Pers, 2003 Wajdi, Firdaus dan Saira Rahmani. Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah. Jakarta: Penerbit Zaman. 2009 WHO. Noncommunicable Diseases Country Profiles. 2011. Diakses tanggal 7 Maret 2013; http://www.who.int/nmh/publications/ncd_profiles2011/en/
WHO. Raised Blood Pressure. 2013. Diakses tanggal 7 Maret 2013; http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/in dex.html WHO. 1999 World Health Organization-International Society of Hypertension Guidelines for the Management of Hypertension. 1999. Diakses tanggal 8 Maret 2013; http://www.besancon-cardio.org/recommandations/who_ht.htm Wibisono, Arief. Hubungan Sholat dengan Kecemasan. Jakarta: Studia Press. 2006 Widyastuti, Palupi. Manajemen Stres National Safety Council. Jakarta: EGC. 2003 Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Sholat: Hikmah, Syariat dan Wirid-Wiridnya. Jakarta: Lentera. 2006 Yunus, Muhammad. Di manakah Shalat Yang Khusyu’?. Semarang: Asy-Syifa’. 1998 Yogiantoro, Mohammad. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2006 Zurinal dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Jakarta. 2008
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Tangerang Selatan, Juli 2013 Kepada Yth. Responden Penelitian Di tempat
Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hanik Fitria Cahyani NIM
: 109104000048
Alamat : Komplek Dosen UIN
Adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”. Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu dapat mengetahui manfaat shalat dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban responden dalam penelitian ini. Bersama surat ini peneliti lampirkan lembar persetujuan menjadi responden. Saudara dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian. Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
(Lanjutan) Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh: Nama
: Hanik Fitria Cahyani
NIM
: 109104000048
Alamat
: Komplek Dosen UIN Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai tujuan penelitian
ini. Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait penelitian. Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi. Apabila ada pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri menjadi responden dari penelitian ini tanpa risiko apapun. Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Tangerang Selatan, Juli 2013
(…………………………..)
Lampiran 2
Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah
No. Responden
Nama (Inisial)
: …………..
Hari/Tanggal
: …………..
Pengukuran keTekanan Darah
I
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Kesimpulan: TDS
: ……….mmHg
TDD : ……….mmHg
Keterangan: TDS = Tekanan darah sistolik TDD = Tekanan darah diastolik
II
III
KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN
Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan seksama 2. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu paling benar Jenis Kelamin
: ( ) Laki-laki
Usia
: ……..tahun
Suku
: ( ) Jawa
( ) Perempuan
( ) Sunda ( ) Lainnya, sebutkan……......
( ) Betawi
Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak tamat SD ( ) SD ( ) SMP
Riwayat Penyakit
( ) Sarjana
( ) SMA
: ( ) Penyakit ginjal
( ) Diabetes Mellitus/Penyakit Gula
( ) Hipertensi Kehamilan
( ) Lainnya, sebutkan.............
Merokok
: ( ) Pernah, Berapa lama (sebutkan): …........... Pernah berhenti : ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak pernah
Konsumsi Alkohol
: ( ) Pernah
Olahraga
: ( ) Ya ….. x dalam seminggu (mohon diisi)
( ) Tidak pernah
( ) Tidak
Konsumsi obat
: ( ) Teratur
( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah
Jenis obat yang dikonsumsi
: …………………. (Sebutkan namanya)
Pengurangan konsumsi garam
: ( ) Ya
( ) Tidak
KUESIONER SHALAT
Petunjuk Pengisian: Berikut ini terdapat 27 pernyataan yang masing-masing diikuti oleh 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu: Selalu, Sering, Kadang, Jarang dan Tidak Pernah. Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan apa yang Anda alami/rasakan. Berilah tanda checklist (√) pada alternative jawaban yang ada. Contoh Pernyataan: Pernyataan
Selalu
Saya menyesal karena bangun kesiangan
Sering
Kadang
Jarang
Tidak Pernah
√
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
No . 1. 2. 3. 4.
5.
6.
7.
Jawaban Pernyataan Selalu Saya melaksanakan shalat lima waktu setiap hari Saya segera melaksanakan shalat setelah mendengarkan adzan Saya akan membaca basmalah terlebih dahulu ketika berwudhu Saya membasuh muka mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan antara telinga kanan hingga telinga kiri saat berwudhu Saya membasuh kedua tangan mulai dari telapak tangan sampai siku ketika berwudhu Saya membasuh kedua kaki mulai dari ujung jari-jari kaki hingga mata kaki atau lebih ketika berwudhu Ketika berniat akan melaksanakan shalat, saya mengucapkannya dengan lisan dan berniat di dalam hati
Sering Kadang Jarang
Tidak Pernah
Selalu 8.
9. 10.
11. 12.
13.
14. 15.
Ketika rukuk, saya mendatarkan punggung dan kepala sampai sejajar/lurus. Saya melakukan rukuk dengan tenang Saya menempelkan kedua tangan, lutut, ujung kedua jari kaki, kening, serta hidung ke tempat shalat ketika sujud Saya melakukan sujud dengan tenang Ketika saya sujud, saya akan melakukannya lebih lama dari gerakan lainnya Ketika duduk, saya menumpukan jari-jari telapak kaki kanan saya ke lantai Saya melakukan gerakan duduk dengan tenang ketika shalat Ketika sedang shalat saya berusaha untuk fokus pada bacaan shalat yang saya ucapkan
Sering Kadang Jarang
Tidak Pernah
Lampiran 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Shalat
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.770
27 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance Deleted if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
86.0889
94.128
.522
.753
VAR00002
86.4000
92.609
.568
.749
VAR00003
85.8444
96.907
.581
.757
VAR00004
86.2222
95.040
.358
.759
VAR00005
85.9556
95.725
.386
.759
VAR00006
85.7778
97.722
.567
.759
VAR00007
86.6222
94.831
.236
.768
VAR00008
86.0667
94.882
.383
.758
VAR00009
87.1556
91.498
.234
.775
VAR00010
86.5778
92.022
.367
.758
VAR00011
86.4889
92.528
.477
.752
VAR00012
85.7778
97.722
.567
.759
VAR00013
86.4000
91.245
.508
.750
VAR00014
88.5333
91.482
.317
.763
VAR00015
87.4444
84.434
.456
.752
VAR00016
86.2889
92.392
.490
.752
VAR00017
86.2000
99.209
.134
.772
VAR00018
86.2000
100.027
.175
.768
VAR00019
85.8000
101.164
.228
.767
VAR00020
85.8444
100.407
.171
.768
VAR00021
86.7333
99.382
.149
.770
VAR00022
85.9111
102.310
.024
.773
VAR00023
86.1556
94.043
.452
.755
VAR00024
88.2444
102.371
-.024
.780
VAR00025
85.9111
103.265
-.057
.774
VAR00026
86.0889
101.219
.052
.774
VAR00027
85.7556
101.507
.223
.768
Item yang tidak valid nomor: 7, 9, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, dan 27
Validitas dan Reliabilitas Setelah Item Tidak Valid Dibuang Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .815 15
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00008 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00023
46.0222 46.3333 45.7778 46.1556 45.8889 45.7111 46.0000 46.5111 46.4222 45.7111 46.3333 48.4667 47.3778 46.2222 46.0889
Scale Variance if Item Deleted 59.431 58.364 62.040 60.543 60.783 62.392 60.864 58.256 57.840 62.392 58.000 57.209 53.240 58.949 59.219
Corrected Item-Total Correlation .572 .603 .616 .367 .424 .651 .362 .362 .535 .651 .486 .336 .403 .465 .504
Cronbach's Alpha if Item Deleted .798 .795 .802 .809 .805 .803 .809 .811 .797 .803 .800 .817 .818 .802 .800
Lampiran 4
R Tabel
df
T tabel
R tabel
21
1.72
.35
22
1.72
.34
23
1.71
.34
24
1.71
.33
25
1.71
.32
26
1.71
.32
27
1.70
.31
28
1.70
.31
29
1.70
.30
30
1.70
.30
Lampiran 5 HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin Frequency Percent Laki-laki Valid Perempuan Total
Valid Percent
Cumulative Percent
5
11.1
11.1
11.1
40
88.9
88.9
100.0
45
100.0
100.0
Umur Frequency Percent Valid Pralansia
Valid Percent Cumulative Percent
22
48.9
48.9
48.9
Lansia
23
51.1
51.1
100.0
Total
45
100.0
100.0
Frequency
Percent
16
35.6
35.6
35.6
Betawi
25
55.6
55.6
91.1
Sunda
1
2.2
2.2
93.3
Lainnya
3
6.7
6.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
Suku
Valid Jawa
Valid Percent Cumulative Percent
Pendidikan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
26.7
26.7
26.7
SD
23
51.1
51.1
77.8
SMP
3
6.7
6.7
84.4
SMA
7
15.6
15.6
100.0
Total
45
100.0
100.0
Valid Tidak Tamat SD
Shalat Statistics Shalat N
Valid
45
Missing
0
Mean
49.64
Median
50.00
Mode
44a
Std. Deviation
8.197
Minimum
13
Maximum
60
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sub Variabel Shalat Statistics Sub Variabel Shalat Waktu Pelaksanaan Shalat N
Valid
Ketepatan Gerakan
Kekhusyukan
45
45
45
0
0
0
Mean
6.93
20.51
22.20
Median
8.00
21.00
24.00
8
24
24
1.498
3.952
4.541
Minimum
2
4
7
Maximum
8
24
28
Missing
Mode Std. Deviation
Tekanan Darah Sistole Statistics Tekanan Darah Sistole N
Valid
45
Missing
0
Mean
155.82
Median
150.00
Mode
140
Std. Deviation
19.140
Minimum
130
Maximum
220 Tekanan Darah Sistole Frequency
Percent
Valid Percent
4
8.9
8.9
8.9
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
23
51.1
51.1
60.0
Hipertensi Grade 2 (Sedang)
12
26.7
26.7
86.7
Hipertensi Grade 3 (Berat)
6
13.3
13.3
100.0
Total
45
100.0
100.0
Valid Normal Tinggi
Cumulative Percent
Tekanan Darah Diastole Tekanan Darah Diastole Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Optimal
4
8.9
8.9
8.9
Normal
7
15.6
15.6
24.4
Normal Tinggi
1
2.2
2.2
26.7
16
35.6
35.6
62.2
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
Hipertensi Grade 2 (Sedang)
13
28.9
28.9
91.1
Hipertensi Grade 3 (Berat)
4
8.9
8.9
100.0
45
100.0
100.0
Total
Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Shapiro-Wilk Skor Shalat
Transformasi Skor Shalat .840
Statistic
.611
45
df
45
.000
Sig.
.000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Hasil Uji Spearmen rank 1.
Shalat dengan Tekanan Darah Sistole Correlations
Spearman's rho Skor Shalat
Correlation Coefficient
Skor Shalat
TDS
1.000
-.524**
.
.000
45
45
-.524**
1.000
.000
.
45
45
Sig. (2-tailed) N TDS
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2.
Shalat dengan Tekanan Darah Diastole Correlations
Spearman's rho Skor Shalat
Skor Shalat
TDD
1.000
-.338*
.
.023
45
45
-.338*
1.000
.023
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDD
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3.
Waktu Pelaksanaan Shalat dengan Tekanan Darah Sistole
Correlations
Spearman's rho Waktu Pelaksanaan Shalat
Waktu Pelaksanaan Shalat
TDS
1.000
-.350*
.
.018
45
45
-.350*
1.000
.018
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDS
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
4.
Waktu Pelaksanaan Shalat dengan Tekanan Darah Diastole Correlations
Spearman's rho
Waktu Pelaksanaan Shalat
Waktu Pelaksanaan Shalat
TDD
1.000
-.222
.
.142
45
45
Correlation Coefficient
-.222
1.000
Sig. (2-tailed)
.142
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDD
N
5.
Ketepatan Gerakan dengan Tekanan Darah Sistole Correlations
Spearman's rho
Ketepatan Gerakan
Ketepatan Gerakan
TDS
1.000
-.184
.
.227
45
45
Correlation Coefficient
-.184
1.000
Sig. (2-tailed)
.227
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDS
N
6.
Ketepatan Gerakan dengan Tekanan Darah Diastole Correlations
Spearman's rho Ketepatan Gerakan
Ketepatan Gerakan
TDD
1.000
-.043
.
.782
45
45
Correlation Coefficient
-.043
1.000
Sig. (2-tailed)
.782
.
45
45
Kekhusyukan
TDS
1.000
-.592**
.
.000
45
45
-.592**
1.000
.000
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDD
N 7.
Kekhusyukan dengan Tekanan Darah Sistole Correlations
Spearman's rho Kekhusyukan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TDS
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
8.
Kekhusyukan dengan Tekanan Darah Diastole Correlations
Spearman's rho Kekhusyukan
Correlation Coefficient
Kekhusyukan
TDD
1.000
-.405**
.
.006
45
45
-.405**
1.000
.006
.
45
45
Sig. (2-tailed) N TDD
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
KEMENTBRHN AGAMA TTNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Telp.
: (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985 Website : www.uinjlf.ac.id; E-mail :
[email protected]
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Nomor : Un.0lffl0/I(M .0l.zlgbt&n[3 I-^ampiran
Hal
Cipvtad.)t Mei 2013
:: Permohonan Izin Studi Pendahuluan Kepada Yang Terhormat
Kepala Kelurahan Pimngan
di Pisangan
Assalamu'alrikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul 'Tlubungan Shalat Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Posbindu Kelurahan Rempoa Ciputat Timur". Sehubt ngan dengan itu kami mohon diberikao izin melaksanakan studi pendahuluan atas nama :
Nama
Hanik Fitria Cahayani
NIM
109104000048
Semester
VM
Program Studi
IhmuKepemwatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
\ilassalamu'alaikum lYr. TYb.
i tfidajakusumah, AIF-, PFK Tembusan: Dekan FKIK
KEMENTERIAN AGAMA {.]NTVERSTTAS rSLAM ryEGERr ( UrN ) SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985 Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail :
[email protected]
Jl. Kertamulti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Nomor [,ampiran Hal
:
lff
Un.0
l0 ll(M.01.21
g*
Ciputa! b /2013
l2 Jali20l3
: Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Kepada Yang Terhorrra! Kepala Kelurahan Cirendeu Jl. Cirendeu Indah 2CipfiatTimur
di Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
'
Dalam rangka penyalesaian tugas akhir perkuliahau mahasiswa diperlukalr penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Shalat Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cfmpaka Putih Kecamatan Ciputat Timut''. sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin rnelaksanakan uji validitas dan reliabilitas atas nanra :
Nama
Hanik Fitria Cahyani
NIM
109104000048
Semester
vIII
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokiteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
i Widjajakusumah, AIF., PFK Tembusan: Dekan FKIK 2. Ka. Posbindu Karang Mekar
L
PO'BINDU KARANG MEKAR KELT'RAHAN CIREUNDEU KECAMA'TAN CIPUTAT TIMUR Kp. Baru RT 006 RW 006 Cirermdeu Ciputat Timur Tangerang Selatan Telp. 021-95599124
ffi
ST]RAT KETERANGAN Nomor t lar / posgrru0u yrAg&rv6'MEKA(./vtt/eng
3lt.
Yang bertanda tangan
di
bawah
ini, Ketua
Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur C
Posbindu Iftrang Mekar
di Kp. Baru Rt 006 Rw 006
ireundeu menerangkan bahwa:
Nama
Hanik Fitria Cahyani
NIM
109104000048
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Fakultas Kedokleran dan Ilmu Kesehatan
Universitas
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar telah melaksanakan
uji validitas dan reliabilitas di Posbindu Karang
Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 25 Juni
2013, dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul sllubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
di
Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Ke+amatan Ciputat Timur'. Demikian surat keterangan
ini kami berikan kepada yang bersangkutan
untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.
Timur, I Juli 2013
KEMENIERIAN AGAMA uNryERsrrAs rsLAM NEGERT ( tiIN ) SYARIF IIII}AYATT]LLAH JAKARTA FAKTJLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAN Jt. KertamuktiNo.S Pisanganciputat
Telp'
15419
Nomor : Un.0llF10/I(M.0t.2ll6t9/2013 Lampiran
Hal .
:(62-21)74716718 Fax:(62-21)74o4985
Website : www.uinjkt.ac.i4 E-mail :
[email protected]
ciputat lL Juli 2013
:
: Permohonan Izin Penelitian Kepada Yang Terhonna! Kepala Kelurahan Cempaka Putih
di Tangerang Selatan
Assalailu'alaikum Wr. lYh-
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuriahan mahasiswa diperlukan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan shalat Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timut',. Sehubun3an dengan penelitian atas nama : Nama
itu kami mohon diberikan izin
melaksanakan
Hanik Fitria Cahyani
NIM
109104000048
Semester
.
VIII
Program Studi
IlmuKeperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakar&a
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih-
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tembusan: 1. Dekan FKIK 2. Ka. Rw Posbindu Anggrek
3.
Ka. Rw 005
POSBINDUAI\IGGBEIT KELURAHAN CEMPAKA PUTIII KECAMATAN CIPUTAT TIMUR Jl. Jarnbu RT 04 RW 05 Cempaka Putih Ciputat Timur Telp. 021-97134959
ST]RAT KETERANGANT AN6 c s€t\/
WtN/pu
vty'zov
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur di ll.lambu Rt 04 Rw 05 Cempaka Futih Ciputat Timur menerangkan bahwa:
Nama
Hanik Fitria Cahyani
NIM
109104000048
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar telah melaksanakan penelitian
di Posbindu Anggek
Keluratmn
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 3 Juli s/d 5 Agustus 2013,
dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul *Hubungrn Shalat terhadap
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Cempnka Putih Kecamatan Ciputat
Demikian surat keterangan
di
Posbindu Anggrek Kelurahan
Timur'.
ini kami berikan kepada yang bersangkutan
untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.
CempakaPutrlL 25 Agustus 2013 Ketua Posbindu