HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI RUANGAN IV & IV RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
Eli Kurniasih, S.Pd. S.Kep. Ners. MKM Program Studi D-III Keperawatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya
ABSTRAK Gastritis merupakan penyakit terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1.7 milyar pada negara yang sedang berkembang, infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet. Misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk empedu atau therapy radiasi. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastitis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini populasinya adalah semua penderita gastritis yang berkunjung ke rumah sakit umum Tasikmalaya dalam 1 bulan yaitu bulan Mei yang di rawat di ruang IV dan VI yang merupakan ruangan perawatan penyakit dalam. Diketahui hasil penelitian. Ada hubungan antara cara pengolahan makanan, pola makan dan jenis makanan dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis di ruang IV &VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya
I.
PENDAHULAN
Gastritis adalah segala radang mukosa
Kehidupan sehari-hari sering kita
lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
dengar banyak orang mengeluh rasa tidak
Revisi hal 749)
nyaman pada perut bagian atas, misalnya
Budiana (2006) mengatakan bahwa
pada perut selalu penuh, mual, perasaan
gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan
panas, rasa pedih sebelum dan sesudah
bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1.7
makan.
milyar
Salah
satu
penelitin
yang
pada
negara
yang
sedang
mempelajari kemungkinan kelainan dalam
berkembang, infeksi diperoleh pada usia
jalan makan yang dihubungkan dengan
dini dan pada negara maju sebagian besar
keluhan seperti tersebut diatas. Broussais,
dijumpai pada usia tua.
menyelidiki
perubahan-perubahan
Gastritis merupakan radang pada
anatomis dari lambung dan usus halus.
jaringan dinding lambung paling sering
Pada otopsi ditemukan gastritis yang
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet.
lanjut sebagai dasar kelainan patogenik.
Misalnya makan terlalu banyak, terlalu
(Hadi, 2000). Gastritis adalah inflamasi
cepat, makan-makanan terlalu banyak
dari mukosa lambung (Kapita Selekta
bumbu atau makanan yang terinfeksi
Kedokteran,
penyebab yang lain termasuk alcohol,
Edisi Ketiga
Hal
492).
159
aspirin, refluk empedu atau therapy
pasien gastritis di ruang IV & VI penyakit
radiasi. (Brunner & Suddarth, 2000). Pola
dalam RSUD Tasikmalaya.
makan yang baik terdiri dari frekuensi makanan, jenis makanan, pola makan yang teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan merupakan
gastritis
tindakan
dan
preventif
dalam
gastritis di Rumah Sakit Tasikmalaya merupakan penyakit tertinggi diantara. Di Sakit
Tasikmalayan
sendiri
penyakit gastritis menempati rangking ke4 dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat
Tinjauan Teori Gatritis Gastritis (dyspepsia/penyakit maag)
adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Jadi, gastritis merupakan suatu peradangan
di rumah sakit
permukaan mukosa lambung yang akut
Rumusan Masalah Adakah hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan
dengan
kerusakan
erosi
Brunner
&
Suddarth (2000). Menurut Brunner & Suddarth (2000),
gastitis pada pasien di ruang penyakit
gastritis merupakan inflamasi mukosa
dalam Rumah RSUD Tasikmalaya
lambung paling sering diakibatkan oleh
Tujuan Penelitian
ketidakteraturan diet, alcohol, aspirin,
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastitis pada pasien di ruang VI&IV penyakit dalam Rumah Sakit
TINJAUAN PUSTAKA
A.
juga
mencegah kekambuhan gastritis. penyakit
Rumah
II.
RSUD
Tasikmalaya 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara cara pengolahan makanan dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis di ruang IV &VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya. b. Mengetahui hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis di ruang IV & VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya. c. Mengetahui hubungan antara jenis makanan dengan frekuensi kekambuhan
refluks empedu atau therapy radiasi. Gastritis dapat menjadi tanda pertama inflamasi dan infeksi system akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam alkali yang dapat menyebabkan mukosa memnjadi gangrene dan berforasi 1.
Klasifikasi Gastritis Menurut Mansyur (2000), gastritis dibagi menjadi 2 yaitu : a. Gastritis Akut Gastritis
akut
merupakan
penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan merupakan
atau respon
sembuh mukosa
sendiri lambung
terhadap berbagai iritan local. Endotoksin, bakteri , alcohol, kafein dan aspirin 160
merupakan agen-agen penyebab yang
b. Faktor obat-obatan
sering, obat-obatan lain seperti NSAID juga
terlibat.
Beberapa
makanan
Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh
berbumbu termasuk cuka, lada, atau
Dreser
mustard dapat menyebabkan gejala yang
perdarahan karena aspirin. Lintott (1963),
mengarah pada gastritis.
melakukan pemeriksaan gastrokopi secara
b. Gastritis Kronik
(1893),
dilaporkan
timbulnya
berturut-turut pada 16 penderita yang
Gastritis kronik ditandai oleh
minum tabel aspirin, asam salisilat atau
atropi progresif epitel kelenjar disertai
kalsium asetil salisilat yang dihancurkan.
dengan kehilangan sel pametel dan cref
13 dari 16 penderita yang minum 15 gram
cell. Gastritis kronis diduga merupakan
aspirin, terlihat mukosa yang sudah
predisposisi timbulnya tukak lambung
hiperemik sampai perdarahan submukosa.
akut karsinoma. Insiden kanker lambung
Efek salisilat terhadap saluran cerna
khususnya tinggi pada anemia pernisiosa.
adalah perdarahan lambung yang berat
Gejala
umumnya
dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis
bervariasi dan tidak jelas antara lain
besar. Aspirin merupakan agen-agen yang
perasaan perut penuh, anoreksia, dan
sering (Prince, 2001). Penyebab paling
distress epigastrik yang tidak nyata.
umum dari gastritis erosive akut adalah
2. Faktor Pemicu Timbulnya Gastritis
pemakaian aspirin.
gastritis
kronis
a. Faktor makanan Pola
makan
c. Faktor psikologis adalah
berbagai
Stres
baik
primer
maupun
informasi yang memberikan gambaran
sekunder dapat menyebabkan peningkatan
mengenai
bahan
produksi asam lambung dan gerakan
makanan yang dikonsumsi tiap hari.
peristaltik lambung. Stres juga akan
(Persagi, 1999).
mendorong gesekan antar makanan dan
Pada kasus gastritis ini diawali pola
dinding lambung menjadi bertambah kuat
makan yang tidak teratur sehingga asam
(Coleman,1995).
lambung meningkat, produksi HCl yang
menyebabkan
berlebihan dapat menyebabkan gesekan
lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat
pada dinding lambung dan usus halus,
ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang
sehingga timbul nyeri epigastrium. Pada
pelik
akhirnya menimbulkan perdarahan. Pola
rangsangan/iritasi
makan dan konsumsi makan yang tidak
semakin
meningkat
sehat
terutama
pada
macam
dapat
dan
model
menyebabkan
gastritis,
Hal
terjadinya
sehingga
ini
dapat
luka
dalam
mengaktifkan mukosa
saat
lambung
pengeluarannya, keadaan
emosi,
misalnya frekuensi makan yang kurang,
ketegangan pikiran dan tidak teraturnya
dan
jam makan
jenis
makanan
yang
dapat
meningkatkan produksi HCl. (Uripi, 2002) 161
d. Infeksi bakteri
sampling. Besarnya sampel yang diambil
gastritis akibat infeksi dari luar
dengan rumus yang di formulasikan oleh
tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut
Vincent Gaspersz
akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman
Analisa Data
penyakit/infeksi bakteri gastritis umumnya
Analisis data yang dilakukan secara
berasal dari dalam tubuh penderita yang
bertahap meliputi :
bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
1. Analisis Univariabel
komplikasi penyakit yang telah diderita
Analisis univariabel dilakukan untuk
sebelumnya (Uripi, 2002)
mengetahui distribusi dari tiap-tiap
3. Diet Pada Gastritis
variabel yang diteliti.
Penyembuhan
gastritis
membutuhkan
2. Analisis Bivariabel
pengaturan makanan selain upaya untuk
Analisis bivariabel dilakukan untuk
memperbaiki
pencernaan.
mengetahui hubungan antara varibel
Menurut Uripi (2002), pemberian diet
bebas terhadap variabel tergantung.
untuk penderita
Analisis
kondisi
gastritis
antara
lain
statistik
yang
digunakan
bertujuan untuk : Memberikan makanan
adalah Chi-Square dengan mengubah
yang
data yang dikelompokan
adekuat
dan
tidak
mengiritasi
atas dua
lambung,. menghilangkan gejala penyakit,
katagori sehingga arti hubungan setiap
menetralisir
variabel dapat dipahami oleh peneliti.
asam
lambung
dan
mengurangi produksi asam lambung.
3. Analisis Multivariabel Setelah dilakukan analisis bivariabel
III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional. Populasi Populasi
untuk melihat hubungan yang paling dominan antara variabel bebas dengan variabel tergantung, maka dilakukan analisis
menggunakan Logistik
adalah
keseluruhan
obyek
penelitian yang akan diteliti (Arikunto,
multivariabel Analisis
Ganda
dengan
dengan Regresi dengan
𝑔 µ = 𝛼 + 𝛽1 ×1 +
persamaan
𝛽2 ×2 , dimana berarti :
2002). Pada penelitian ini populasinya
g = Regresi Logistik
adalah semua penderita gastritis yang
β = Koefisien regresi
berkunjung
α = Konstanta
ke
rumah
sakit
umum
Tasikmalay dalam 1 bulan terakhir. Besarnya populasi adalah 450 orang. 1. Sampel
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan
x = Variabel
adalah
Synestetik
random
akan
dilakukan
di
Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya. Di Ruang IV
& VI yang merupakan 162
Ruangan penyakit dalam. peneliti
sendiri
yang
penelitian
dikmulai
menentukan
dan
dikenal
dengan
baik
sehingga akan terbentuk kebiasaan makan-
pembagian waktu, Bulan April Sampai
makanan seimbang dikemudian hari..
Mei 2014, waktu dilapangan dimanfaatkan
Pada kasus gastritis ini diawali pola
seefisien dan seefektif mungkin. Peneliti
makan yang tidak teratur sehingga asam
berpegang pada tujuan, masalah, dan
lambung meningkat, produksi HCl yang
jadwal yang telah disusun sebelumnya.
berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
HASIL PENELITIAN
sehingga timbul nyeri epigastrium. Pada
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
akhirnya menimbulkan perdarahan. Pola
2014 pada pasien yang menderita gastritis
makan dan konsumsi makan yang tidak
di ruang IV dan VI RSU Kota
sehat
Tasikmalaya. Dengan jumlah sampel 20
menyebabkan
gastritis,
misalnya frekuensi makan yang kurang,
orang. Hasil Penelitian diperoleh sebagai
dan
berikut : 1.
dapat
jenis
makanan
yang
dapat
meningkatkan produksi HCl. (Uripi, 2002)
Hubungan antara cara pengolahan makanan dengan frekuensi
Tabel 4.2 : Hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan kekambuhan pasien. pasien Tahun 2014 Kejadian Gastritis Tabel 4.1 : Hubungan antara cara Total Tidak pengolahan makanan dengan frekuensi Pola Gastritis Gastritis kekambuhan pasien Tahun 2014 makan Jum % Jum % Jumla Cara Kejadian Gastritis % Total lah lah h Pengola Gastritis Tidak Gastritis 72.7 27.3 Buruk 8 3 11 han Jumla % Jum % Jumla 100 % % % Makana h lah h 11.1 88.9 Baik 1 8 9 100 n % % 85.7 14.3% Buruk 6 1 7 100 45.0 Jumlah 9 11 55.0 20 100 % % % 33.3 66.7% Kurang 2 4 6 100 % Baik 3. 14.3 85.7% Baik 1 6 7 100 Hubungan antara jenis makanan Jumlah
2.
9
% 45.0 %
11
55.0%
20
100 dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis.
Hubungan antara pola makan
Jenis
makanan
adalah
variasi
dengan frekuensi kekambuhan
bahan makanan yang kalau dimakan,
pasien gastritis
dicerna, dan diserap akan menghasilkan berbagai
paling sedikit susunan menu sehat dan
informasi yang memberikan gambaran
seimbang. (Persagi, 1999). Menyusun
macam dan model bahan makanan yang
hidangan sehat memerlukan keterampilan
dikonsumsi setiap hari. (Persagi, 1999).
dan pengetahuan gizi berorientasi pada 4
Pola makan dengan menu seimbang perlu
sehat 5 sempurna terdiri dari bahan
Pola
makan
adalah
163
pokok(nasi, ikan, sayuran, buah dan susu).
KESIMPULAN & SARAN
Menu
Kesimpulan
hidangan maupun
yang sehat
tersusun baik
kuantitas,
memberikan
secara
guna
kualitas
memperoleh
intake yang baik dan bervariasi.
Hasil Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada
hubungan
pengolahan Tabel 4.3 : Hubungan antara jenis makanan dengan frekuensi kekambuhan pasien Tahun 2014
Jenis Mak anan Buru k Baik Juml ah
Kejadian Gastritis Tidak Gastritis Gastritis Juml % Jum % ah lah 7 2 77. 22.2 7% % 2 9 18. 81.8 2% % 9 11 45. 55.0 0% %
frekuensi
antara
cara
makanan
dengan
kekambuhan
pasien
gastritis di ruang IV &VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya
Total
2. Ada hubungan antara pola makan
Jumla h 9
% 100
11
100
20
100
dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis di ruang IV & VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya. Ada hubungan antara
jenis makanan
dengan frekuensi kekambuhan pasien gastritis di ruang V & VI penyakit dalam RSUD Tasikmalaya.
164