HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYAKIT KULIT DI SDN 38 KUALA ALAM KECAMATAN RATU AGUNG KOTA BENGKULU RAPLES Dosen Akademi Analis Kesehatan Harapan Bangsa Bengkulu ABSTRAK Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai penyakit. Suatu penyakit timbul akibat dari berinteraksinya berbagai faktor, faktor-faktor tersebut antara lain agen atau penyebab penyakit, manusia sebagai host (induk semang) dan lingkungan. Manusia dapat mencegah terjadinya penyakit kulit dengan menerapkan personal hygiene. Masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam dari keseluruhan siswa dan pelaksanaan personal hygiene masih kurang. Tujuan adalah mengetahui personal hygiene siswa SDN 38 Kuala Alam,
mengetahui kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam dan menganalisa hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SDN 38 Kuala Alam sebanyak 148 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan meggunakan purposive sampling. Sesuai dengan kriteria inklusi, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 95 siswa. Variabel bebasnya adalah personal hygiene, sedangkan variabel terikatnya adalah penyakit kulit. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji Korelasi Lambda. Perhitungan uji statistik dengan Korelasi Lambda didapatkan nilai p<α (0,002<0,05) yang berarti Ho ditolak dan disimpulkan ada hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat,SDN 38 Kuala Alam,Peneliti sendiri dan Institusi yang berguna dalam penelitian ini Kata Kunci : Kulit, personal hygiene, Sekolah Dasar. tubuh,
1. PENDAHULUAN
status
sosial
pribadi, dan kondisi fisik (Potter&Perry,
dengan personal hygiene adalah suatu tentang
sosial,
ekonomi, pengetahuan, budaya, pilihan
Kebersihan diri atau disebut juga pengetahuan
praktik
2009).
usaha-usaha
kesehatan perorangan untuk memelihara
Personal
hygiene
dilaksanakan
kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan
dengan menjaga kebersihan tubuh, yang
mempertinggi
dapat
mencegah
kesehatan
timbulnya
Pelaksanaan beberapa
nilai personal
faktor
yang
dan
penyakit. hygiene
dilakukan
dengan
mandi,
menggosok gigi, mencuci tangan, dan
ada
memakai pakaian yang bersih. Kebersihan
mempengaruhi,
dengan
faktor-faktor tersebut diantaranya citra
cara
mandi
maka
dapat
menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit
1
2 yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara
kesehatan,
kebersihan,
serta
Penyakit kulit mudah menginfeksi
menjaga
bila kebiasaan tidak menjaga kebersihan,
mempertahankan
terutama kebersihan pribadi. Penerapan
penampilan agar tetap rapi. Sedangkan
kebersihan
mencuci tangan dengan sabun dikenal juga
memutuskan mata rantai penularan agen
sebagai salah satu upaya pencegahan
penyebab penyakit kulit dari tempat
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
hidupnya ke host. Penyakit kulit akan
seringkali menjadi agen yang membawa
lebih mudah menyerang apabila imun
kuman
seseorang turun (Price&wilson, 2005).
dan
menyebabkan
patogen
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak
langsung
Sebaiknya
(Hidayat,
personal
hygiene
2010). dapat
pribadi
maka
dapat
Hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Kuala
Lempuing
Kota
Bengkulu
diterapkan pada semua lingkungan, baik
terdapat 10 penyakit utama kasus
lingkungan rumah, sekolah, masyarakat
terbanyak, diantaranya ISPA, penyakit
maupun instansi-instansi yang lain.
kulit,
Sekolah merupakan tempat yang perlu
diterapkan
dalam
pelaksanaan
skabies,
gangguan
hipertensi,
neurotik,
asma,
diare,
infeksi
penyakit perut dan lain-lain. Selama
personal hygiene. Hal ini dikarenakan
tahun 2010 jumlah kunjungan dari 15
lingkungan sekolah merupakan tempat
penyakit tersebut adalah sebanyak
mencetak generasi dan masa
depan
4.235 kasus. Kejadian penyakit kulit
bangsa,
ini
belum
adalah sebanyak 1.349 kasus yang
optimal
dalam
terdiri dari tiga penyakit kulit yaitu
yang
dimanfaatkan
selama secara
pembangunan kesehatan.
penyakit kulit karena infeksi, alergi
Kebanyakan sekolah yang berada di
dan karena jamur, atau sekitar 28,86%
perkotaan masih mempunyai fasilitas yang
dari kasus total (BPS Puskesmas
kurang, seperti sumber air bersih, tempat
Lempuing, 2010).
cuci tangan, kamar mandi, WC maupun
kejadian penyakit kulit meningkat
sarana untuk belajar serta kurangnya
sekitar 29,70% dari kasus total.
Pada tahun 2011
pembinaan dari tenaga kesehatan. Fasilitas dan
pembinaan
tersebut
Selain di Puskesmas Lempuing
sangat
mendukung untuk menciptakan kesehatan
Kota
sekolah terutama pelaksanaan personal
melakukan survei awal pada bulan
hygiene (Entjang, 2010).
Januari 2013 di Kecamatan Ratu Agung
Bengkulu,
Kota
peneliti
Bengkulu
juga
memiliki
3
Kelurahan
SDN 38 Kuala Alam dari keseluruhan
Tanah Patah yang memiliki tingkat
siswa dan pelaksanaan personal hygiene
sekolah dasar sebanyak 3 sekolah dasar
masih kurang. Berdasarkan pemasalahan
yaitu SD 32, SD 5 dan SD 38. Dilihat
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
kawasan
salah
satunya
dari segi prilaku anak-anak di daerah SD 38 selain dekat dengan pesisir pantai yang kesehari-hariannya suka bermain tanpa mengunakan alas kaki sangat rentang
melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam. 2. Rumusan Masalah
terkena penyakit kulit.
Berdasarkan Survei
awal
di
SDN
data
di
atas
38
rumusan masalah yang diambil yaitu
didapatkan data kurangnya fasilitas yang
tingginya angka kejadian penyakit
mendukung kesehatan, diantaranya tidak
kulit di SDN 38 Kuala Alam.
ada sumber air bersih di sekolah, tidak ada tempat cuci tangan, ada toilet atau kamar mandi, dan ada UKS tetapi kurang
3. Pertanyaan Penelitian
dimanfaatkan. Karena minimnya fasilitas
Adapun pertanyaan peneliti dalam
yang ada, banyak siswa yang tidak
penelitian tersebut adalah “apakah terdapat
menerapkan personal hygiene. Hal ini
hubungan
dapat dilihat dari siswa tidak cuci tangan
penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam
sebelum makan, dan banyak siswa tidak
Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu”?
bersepatu. Selain kondisi lingkungan
sekolah dan perilaku siswa yang kurang
baik,
didapatkan
data
personal
hygiene
dengan
4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
pengamatan dari 148 siswa secara
Tujuan umum penelitian ini
keseluruhan dari kelas 1 sampai 6
adalah
terdapat 86 siswa yang mengalami
personal hygiene dengan penyakit
gangguan kulit. Penyakit kulit yang
kulit
terjadi paling banyak berupa gatal-
Kecamatan
gatal pada tubuh, tangan dan kaki.
Bengkulu.
Selain
gata-gatal
juga
terdapat
penyakit kulit yang jelas terlihat yaitu panu atau Pitiriasis versikolor. Berdasarkan data di atas, masih tingginya angka kejadian penyakit kulit di
diketahuinya di
SDN
38
Ratu
hubungan Kuala
Alam
Agung
Kota
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
4 a. Diketahuinya gambaran personal
hygiene
sehingga
dapat
hygiene siswa SDN 38 Kuala
mencegah terjadinya penyakit
Alam Kecamatan Ratu
kulit khususnya di wilayah
Agung
Kota Bengkulu;
Puskesmas Lempuing.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi
b. Bagi SDN 38 Kuala Alam Hasil penelitian ini dapat
kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu
digunakan
Agung Kota Bengkulu;
pertimbangan
c. Diketahuinya personal
hubungan
hygiene
dengan
penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung
sebagai dan
bahan masukan
dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit kulit yang terjadi serta bahan pedoman untuk memberikan pendidikan tentang pentingnya pelaksanaan
Kota Bengkulu.
personal
hygiene
untuk
siswanya.
5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
6. Keaslian Penelitian Menambah
wawasan
dan
pengetahuan peneliti tentang personal
Penelitian yang telah dilakukan
hygiene anak SD, penyakit kulit, serta
dan berhubungan dengan penelitian ini,
mengenai
personal
adalah penelitian yang dilakukan oleh
hygiene dengan penyakit kulit, dan
Burhanuddin pada tahun 2010, yaitu
hasil penelitian ini dapat digunakan
“Hubungan Personal Hygiene dengan
sebagai bahan bacaan dan tambahan
penyakit kulit panu pada anak-anak SDN2
koleksi bagi institusi pendidikan.
Kota Lampung.
keterkaitan
Persamaan penelitian ini dengan
2. Manfaat Praktis Adapun
manfaat
praktis
dalam
penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti
penelitiann ini diantaranya:
personal
hygiene
dan jenis
penyakit kulit. Perbedaan penelitian ini
a. Bagi Masyarakat
dengan penelitian sebelumnya terletak
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai
sumber
informasi kepada masyarakat untuk
menerapkan personal
pada variabel yang akan diteliti, tempat penelitian, alat pengumpul data dan jenis uji yang akan digunakan.
5 Pada
penelitian
sebelumnya
variabel yang diteliti adalah penyakit kulit yaitu panu sedangkan pada penelitian ini variabel yang akan diteliti penyakit panu, skabies,
bisul,
gatal-gatal
berbagai
tinea
pada
dan
tubuh.
juga
Tempat
penelitian dahulu pada anak-anak SDN2 kota
Lampung
sedangkan
penelitian
sekarang pada sekolah dasar negeri 38 Kuala
Alam
pengumpulan terdahulu
Kota
Bengkulu.
data
pada
penelitian
lembar
kuisioner,
dengan
Alat
sedangkan sekarang menggunakan lembar observasi secara langsung, serta jenis uji yang digunakan pada penelitian dahulu menggunakan uji Chi squere sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan uji korelasi Lambda.
7. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis menggunakan
penelitian desain
ini penelitian
observasi analitik, yaitu peneliti ingin mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan yang digunakan (cross sectional) yaitu variabel sebab atau resiko dan variabel akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur
dan
dikumpulkan
secara
simultan dan dalam satu kali waktu
(dalam
waktu
(Setiadi, 2007).
yang
bersamaan)
6
B. Kerangka Penelitian Sakit Kulit Baik Tidak Sakit Kulit
Sakit Kulit Personal Hygiene
Cukup Tidak Sakit Kulit Sakit Kulit Buruk Tidak Sakit Kulit
Gambar 2. Kerangka penelitian Hubungan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit
8
C. Definisi Operasional Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional No
Variabel
1
Variabel Bebas : Personal hygiene
2
Variabel Terikat: Penyakit kulit
Definisi Operasional
Alat Ukur
Skala ukur
Suatu keadaan Mengguna Nominal kebersihan tubuh kan lembar pada siswa SDN observasi 38 Kuala alam akibat dari penerapan kebiasaan suatu keadaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, mulai dari rambut sampai kaki. Gangguan kulit yang ditandai dengan kelainan kulit seperti T. Mengguna korporis, T. kan lembar cruris, T. capitis, observasi T. Manum, T. Ungium, skabies, bisul (Furunkulosis), gatal-gatal maupun kelainan warna kulit (panu atau Pitiriasis versikolor) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada kulit anak SD
Nominal
Hasil ukur
Ada tiga katagori penilaian, yaitu:
0≤ 3 = buruk 1=4-6=cukup 2= 7-9 = baik
0= Ya /menderita penyakit kulit 1=Tidak /tidak menderita penyakit kulit
9
dikehendaki peneliti. Dalam hal ini
D. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Waktu penelitian ini telah dimulai dari tanggal 20 April sampai dengan 10 Juli 2013.
diambil siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang berjumlah 95 siswa yang
menjadi
responden
sesuai
kriteria penelitian. (Notoadmodjo, 2008). F. Pengumpulan dan Pengolahan Data
E. Populasi dan Sampel
1. Pengumpulan Data
1. Populasi
Pengumpulan data dilakukan
Populasi
adalah
wilayah
dengan
menyebarkan
kuisioner
generalisasi yang terdiri atas obyek
kepada responden untuk memperoleh
atau
mempunyai
data primer yaitu data informasi
kuantitas dan karakteristik tertentu
tentang penyebab penyakit kulit di
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
SDN
dipelajari
subyek
dan
kesimpulannya
yang
38
Kuala
Alam.
Alat
kemudian
ditarik
pengumpulan data berupa lembar
(Setiadi,
2007).
observasi
yang
diadobsi
dari
Populasi dalam penelitian ini adalah
penelitian Khairunnas pada tahun
semua Siswa Sekolah Dasar Negeri
2010. Lembar observasi digunakan
38 Kuala Alam Kecamatan Ratu
untuk
Agung Kota Bengklu yaitu sebanyak
(penyakit kulit) dan variabel bebas
148 siswa.
(personal hygiene). Untuk penilaian
pengamatan variabel terikat
lembar observasi variabel terikat
2. Sampel
yaitu untuk penyakit kulit bila “Ya”
Sampel dalam penelitian adalah
berarti sedang menderita penyakit
siswa SD 38 Kuala Alam. Teknik
kulit skornya adalah 0 dan bila
pengambilan
“Tidak”
sampel
dalam
berarti
tidak
menderita
penelitian ini adalah menggunakan
penyakit kulit skornya adalah 1.
sistem nonprobability sampling yaitu
Sedangkan untuk
jenis
bebas
purposive
sampling.
Yaitu
yaitu
menilai variabel
personal
hygiene
teknik penentuan sampel dengan
menggunakan
pertimbangan tertentu sesuai yang
Lembar ini terdiri dari 9 nomor.
lembar
observasi.
10
Setiap
nomor
Manum,
T. Ungium, T.
keadaan tubuh, bila bersih dan sesuai
pedis,
skabies,
observasi diberi nilai 1, dan 0 bila
(Furunkulosis),
tidak
kelainan warna kulit (panu
bersih
lembar
atau
observasi
tidak skor
sesuai lembar
maupun
observasi.
Total
observasi
personal hygiene ini
0 = sedang menderita satu
adalah 9. Dari skor ini maka nanti
atau lebih penyakit kulit
dikelompokkan
personal
seperti
T.
korporis,
T.
hygiene yang baik, cukup dan buruk.
cruris,
T.
capitis,
T.
Pengklasifikasian
Manum,
T. Ungium, T.
dengan cara melihat skor maksimal
pedis,
skabies,
dan minimal dari nomor yang dinilai
(Furunkulosis)
(Arikunto, 2003).
kelainan warna kulit (panu
menjadi ini
atau Pitiriasis versikolor);
dilakukan
bisul
maupun
atau Pitiriasis versikolor).
Pemberian koding pada penelitian ini meliputi: a.
bisul
Data
sekunder
dalam
variabel personal hygiene dengan
penelitian ini adalah data seluruh
nilai
siswa SDN 38 Kuala Alam Kota
sesuai
dengan
lembar
observasi yaitu : 1)
2
=
Baik;
Bengkulu dan data jenis penyakit
Personal yaitu
Hygiene
7-9
nomor
observasi 2)
1
=
Cukup;
Personal yaitu
Hygiene
3-6
0
=
Personal
penyakit
menggunakan
Hygiene
Data yang terkumpul diolah
kulit
lembar
manual,
dalam
hal
ini
Budiarto (2003) menyatakan, melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
dengan observasi
a. Editing data Meneliti kembali data yang
yaitu : 1)
2. Pengolahan Data
secara
Buruk; yaitu 0-2 nomor observasi b. variabel
Kota Bengkulu.
nomor
observasi 3)
yang ada di Puskesmas Lempuing
1 = tidak
menderita satu
terkumpul
untuk
mengetahui
atau lebih penyakit kulit
apakah telah sesuai seperti yang
seperti T.
korporis, T.
diharapkan atau belum, untuk
capitis,
proses lebih lanjut.
cruris,
T.
T.
11
b. Coding data
menggunakan
Peneliti memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan oleh responden agar lebih mudah dalam melakukan analisa terhadap
uji
Korelasi
Lambda. G. Uji Analisis 1. Analisis Univariat Arikunto (2003) menyatakan,
data yang diperoleh.
analisis univariat adalah metode
c. Tabulating data
statistik
yang
digunakan
oleh
Masukkan data ke dalam
peneliti untuk melihat distribusi
tabel sesuai jenis data yang sudah
frekuensi dan persentase dari tiap
diperoleh.
variabel dengan rumus :
d. Entry Data (Pemasukan Data) Data yang sudah terkumpul dan kode dimasukkan dalam komputer.
Sebelum melakukan analisa dengan
dilakukan
pengecekan kembali terhadap data yang sudah masuk apakah data
𝐹 × 100 % 𝑛
Keterangan : P
e. Cleaning (Pembersihan Data)
data
𝑃 =
:
Persentase
yang
Frekuensi
yang
diinginkan F
:
diharapkan N
: Sampel
yang dimasukkan sudah benar dan
Kemudian
tidak
kesalahan.
dibandingkan
dilakukan
yang
ada
lagi
Selanjutnya transformasi
data
untuk
data
dijumlahkan,
dengan
diharapkan
persentase
dan variabel terikat. Kemudian
interpretasikan
dilakukan
scoring
menggunakan kategori.
pertanyaan
yang
berhubungan
dengan masing-masing variabel dan diteruskan dengan pengujian kebenaran
data
dengan
dan
dimasukkan ke dalam bentuk
menggambarkan variabel bebas terhadap
jumlah
0%
dapat
=
di dengan
Tidak
satupun
dari responden 1% - 25% = Sebagian Kecil dari responden
12
26% - 49% = Hampir sebagian
(p<0,05).
dari responden
keputusan dilakukan dengan melihat
50%
=
Setengah
dari
responden
Kriteria
pengambilan
nilai
probabilitas
hitung.
Maka
dapat
ditentukan
hipotesis
(H0)
ditolak apabila p<0,05 atau H0 gagal
51% - 75% = Sebagian besar
ditolak apabila p>0,05.
dari responden
Apabila
hipotesis
76% - 99% = Hampir seluruh
menunjukkan hasil yang signifikan
dari responden
(H0 ditolak) maka terdapat nilai
100%
=
Seluruh
asosiasi.
dari
menyatakan
responden
mengetahui
2. Analisis Bivariat Analisis metode
(2006),
bahwa nilai
untuk
asosiasi
maka
adalah
digunakan dengan
variabel
peneliti
menggunakan
koefisien korelasi yaitu:
untuk
melihat adakah hubungan variabel
Tabel 2. Nilai Korelasi N0 Nilai
Korelasi
faktor yang mempengaruhi penyakit
1
0,00-0,199
sangat lemah
kulit maka data dianalisis dengan
2
0,20-0,399
Lemah
Data
dependen. Dengan melihat faktor-
yang
dilakukan menganalisis
atau
kuatnya hubungan antara 2 variabel, bivariat
yang
independen
Dahlan
diperoleh
kemudian
3
0,40-0,599
Sedang
analisis.
Dalam
4
0,60-0,799
Kuat
data,
peneliti
5
0,80-1,000
sangat kuat
menggunakan uji Korelasi Lamda dengan tingkat kepercayaan 95%
8. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jalannya Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan ratu
Agung Kota Bengkulu. Waktu penelitian mulai tanggal 20 April sampai dengan 10 Juli 2013 dengan mengambil data pada responden tentang penyakit
personal kulit
hygiene
yang
dan
dilakukan
13
secara
pengamatan.
Jumlah
masuk saat dilakukan pengambilan
responden yang memenuhi syarat
data. Hasil penelitian ini terdiri dari
untuk
dalam
variabel bebas dan variabel terikat.
penelitian ini sebanyak 95 siswa
Variabel bebas dalam penelitian ini
dari 148 siswa yang akan dijadikan
adalah
sampel penelitian. Jumlah tersebut
sedangkan
berkurang dari sampel yang telah
merupakan
ada sebelumnya dikarenakan ada
Data hasil penelitian disajikan
beberapa responden yang tidak
dalam bentuk tabel.
diikutsertakan
memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian
ini,
responden
menderita
alergi,
19
diantaranya responden
personal
hygiene,
penyakit variabel
kulit terikatnya.
Responden dalam penelitian
4
ini adalah siswa sekolah dasar.
penyakit
Gambaran
tidak
responden
pada
penelitian ini terdiri dari umur,
bertempat tinggal di Ratu Agung
jenis
dan sebanyak 10 responden tidak
kelamin
dan
kelas.
Tabel 3. Distribusi umur, responden dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan umur 7 -10 tahun, 11-12 tahun dan 13- 14 tahun. No
Umur ( Tahun)
Jumlah
Persentase
1
7 - 10
30
31,6
2
11 - 12
56
58,9
3
13 - 14
9
9,5
95
100
Total
Dapat diinterpretasikan bahwa golongan umur 11-12 tahun paling banyak yaitu 56 siswa dari 95 responden atau 58,9%.
14
Tabel 4. Distribusi jenis kelamin bisa dikatakan berimbang. Responden perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki
42
44,2
Perempuan
53
55,8
Total
95
100
Dapat diinterpretasikan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari siswa lakilaki yaitu 53 siswa atau 55,8%. Tabel 5. Distribusi Kelas yang diambil sebagai responden penelitian ini masing-masing kelas I sampai dengan kelas VI. Kelas
Total
I
II
III
IV
V
VI
12
13
15
17
20
18
95
12,63
13,69
15,79
17,89
21,05
18,95
100
Dapat diinterpretasikan bahwa jumlah kelas paling banyak dari penelitian yaitu dari kelas v SD Negeri 38 Kuala Alam Kota Bengkulu, yaitu sebnayak 20 siswa atau 21,05%. 2. Analisis Univariat 1.Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene Tabel 6. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Personal Hygiene di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene
Frekuensi
Persentase
(f)
(%)
Baik
54
56,8
Cukup
34
35,8
Buruk
7
7,4
95
100
Total Sumber: Data Primer (2013)
15
Dapat
diinterpretasikan
bahwa
distribusi
responden
menurut
tingkat
pelaksanaan personal hygiene sebagian kecil dari responden atau sekitar 7,4% responden yang memiliki personal hygiene buruk dari 95 responden. 2. Penyakit kulit Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penyakit Kulit di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Penyakit Kulit
Frekuensi
Persentase
(f)
(%)
Ya
34
35,8
Tidak
61
64,2
95
100
Total Sumber: Data Primer (2013)
Dapat diinterpretasikan bahwa kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam hampir sebagian dari responden atau sebanyak 35,8% menderita penyakit kulit atau yang menderita penyakit kulit sebanyak 34 siswa. 3. Analisis Bivariat 1. Hubungan Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit Tabel 8. Hubungan Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Tingkat Personal Hygiene
Penyakit Kulit Ya
Total
P Value
Tidak
F
%
F
%
F
%
Baik
5
5,3
49
51,6
54
56,8
Cukup
25
26,3
9
9,5
34
35,8
Buruk
4
4,2
3
3,2
7
7,4
34
35,8
61
64,2
95
100
Total
Sumber: Data Primer (2013)
r
0,006
0,500
16
Dari tabel silang tabel 8
buruk sebanyak 7 responden (7,4%)
variabel tingkat personal hygiene
yang tidak mengalami penyakit kulit
dengan penyakit kulit diperoleh
sebanyak 3 (3,2), sehingga faktor
hasil
imunitas
bahwa
dari
responden
sangat
penting
dalam
sebanyak 54 yang tingkat personal
proses terjadinya penyakit kulit.
hygiene baik memiliki penyakit
Penyakit
kulit
menyerang pada individu yang yang
sebanyak
dikarenakan
5,3%,
hal
penerapan
ini
personal
memiliki
kulit
lebih
iminitas
mudah
rendah
atau
hygiene dapat memutuskan rantai
buruk. Imunitas yang rendah dapat
penularan penyakit kulit baik dari
menyebabkan
lingkungan ke manusia ataupun dari
proteksi tubuh dari infeksi yang
manusia sakit ke manusia sehat,
terjadi
sehingga dapat mencegah terjadinya
menyebabkan siswa mudah terkena
infeksi. Jumlah responden dengan
penyakit, dalam hal ini penyakit
personal hygiene cukup sebanyak
kulit. Begitu juga dengan status gizi,
34 responden (35,8%), dari 34
status gizi sangat berkaitan dengan
responden tersebut sebanyak 25
proses
responden
pemeliharaan
(26,3%)
menderita
pertahanan
lemah,
atau
sehingga
pembentukan
dan
imunitas.
Apabila
penyakit kulit,hal ini menunjukkan
status gizinya buruk maka akan
terjadinya penyakit kulit tidak hanya
memeperburuk
bergantung
penerapan
seseorang. Selain imunitas dan gizi
personal hygiene saja, tetapi ada
juga terdapat genetik yang dapat
faktor
dapat
mempengaruhi kejadian penyakit
mempengaruhi terjadinya penyakit
kulit. Genetik merupakan faktor
kulit
keturunan
atau
tersebut diantaranya faktor imunitas,
diwariskan
dari
status gizi, genetik, agen penyebab,
anaknya. Seperti penyakit tertentu
dan
yang diwariskan oleh orang tua
pada lain
pada
juga
yang
siswa.
Faktor-faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi responden baik fisik,
kepada
sosial
gangguan kulit.
budaya,
ekonomi
serta
biologi. Sedangkan
pula
imunitas
faktor orang
anaknya,
yang tua
ke
termasuk
Hasil analisis data diperoleh jumlah
responden dengan personal hygiene
angka
signifikansi
hitung
yang
terlihat pada p value dengan nilai
17
0,006, dan nilai r adalah 0,500.
sehat. Keadaan tubuh inilah yang
Apabila nilai p lebih kecil dari α
dilihat dalam penelitian ini.
(0,05) maka Ho ditolak. Dengan demikian, uji statistik menunjukkan bahwa
ada
hubungan
antara
personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan
Ratu
Agung
Kota
Bengkulu. Sesuai dengan parameter kekuatan
korelasi
yang
telah
ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi
penelitian
yang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 sebagian besar dari responden tingkat
dinyatakan pelaksanaan
memiliki personal
hygiene yang baik, yaitu sebesar 56,8%
atau
sebanyak
54
responden dari 95 responden yang dilakukan penelitian. Hasil
telah
ini
mununjukkan
kekuatan
suatu keadaan tubuh yang bersih
korelasi yang sedang yaitu diantara
dan sehat di SDN 38 Kuala Alam
0,40 – 0,599.
cukup baik, hal ini tentunya tidak
dilakukan
memiliki
akan terwujud apabila siswa atau
B. Pembahasan
responden tersebut tidak menjaga
1. Personal Hygiene Sekolah dasar merupakan area yang tepat untuk menanamkan sejak dini tentang pelaksanaan kebersihan diri, sehingga anak senantiasa untuk menjaga pola hidup bersih dimanapun ia berada. Adapun
pelaksanaan
personal
hygiene dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Apabila
pelaksanaan
personal
hygiene tersebut tercipta dengan baik, maka akan tercipta suatu keadaan tubuh yang bersih dan
kebersihan dirinya, dalam arti lain banyak
siswa
yang
sudah
menerapkan kebersihan perorangan atau personal hygiene, meskipun masih
ada
yang
tidak
menerapkannya. Pada penelitian ini juga
didapatkan
hasil
bahwa
sebesar 35,8% responden memiliki tingkat
pelaksanaan
personal
hygiene cukup atau sebanyak 34 responden. Selain itu juga terdapat responden yang memiliki tingkat pelaksanaan buruk
personal
sebesar
responden.
7,4%
hygiene atau
7
18
Dari
hasil
diatas
didukung oleh pengetahuan dan
bahwa
distribusi
kesadaran. Pengetahuan yang baik
responden
menurut
tingkat
pelaksanaan
personal
hygiene
menunjukkan
akan
pentingnya
pelaksanaan
personal hygiene, dapat menjadi
cukup bervariasi, ada responden
dasar
dengan
dilakukan dalam kehidupan sehari-
personal
hygiene
baik
dalam
penerapan
sampai responden dengan personal
hari.
hygiene
buruk.
memiliki pengetahuan yang cukup
tingkat
pelaksanaan
Bervariasinya
Sedangkan
siswa
yang yang
personal
belum tentu menerapakan personal
hygiene pada siswa SDN 38 Kuala
hygiene, kalau dalam diri siswa
Alam
banyak
tersebut tidak tertanam kesadaran
faktor yang memepengaruhi proses
bahwa personal hygiene sangat
pelaksanaan
hygiene,
baik bagi kesehatan dan bahkan
mulai dari faktor individu sendiri
dapat menjadikan badan sehat,
dan lingkungan. Faktor individu
segar dan nyaman. Hal ini sesuai
sangat memegang peranan penting
dengan pendapat Potter & Perry
dalam proses pelaksanaan personal
(2005) yang menyatakan bahwa
hygine,
kebiasaan,
sikap seseorang melakukan higiene
kesadaran.
perorangan
ini
dikarenakan personal
diantaranya
pengetahuan
dan
dipengaruhi
Kebiasaan siswa yang tidak sehat
sejumlah
sangat berperan dalam pelaksanaan
tersebut antara lain citra tubuh,
penerapan personal hygiene, hal ini
praktik
dikarenakan kebiasaan merupakan
sosialekonomi,
hal yang sudah dilakukan berkali-
kebudayaan, pilihan pribadi dan
kali bahkan sudah menjadi budaya.
kondisi
Sebagai contoh kebiasaan mandi, cuci, kakus di Selokan, maka untuk merubah agar tidak melakukan MCK di Selokan sangat sulit bahkan membutuhkan proses
faktor.
Faktor
oleh
sosial,
faktor status
pengetahuan,
fisik.
Dengan
adanya
faktor-faktor tersebut maka tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang
sama,
sehingga
praktik
higiene seseorang bersifat unik.
yang lama, begitu juga dengan
Selain faktor-faktor di atas,
penerapan pelaksanaan personal
ada
fakta
lain
yang
dapat
hygiene sangat sulit kalau tidak
menyebabkan terjadinya tingkat
19
pelaksanaan
personal hygiene
tenaga kesehatan setempat. Hal ini
yang cukup dan buruk di SDN 38
dikarenakan
Kuala Alam. Fakta tersebut antara
kurang
lain
sekolah
kurangnya
fasilitas
yang
tenaga
Puskesmas
memprioritaskan dasar
dan
anak hanya
mendukung kesehatan, diantaranya
melaksanakan kegiatan pengobatan
tidak ada sumber air bersih di
di Puskesmas bagi pasien yang
sekolah, ada toilet atau kamar
sakit saja. Fenomena ini tergambar
mandi, tidak ada tempat cuci
pada
tangan dan ada UKS tetapi kurang
mengatakan bahwa sekolah ini
dimanfaatkan.
Personal hygiene
jarang sekali didatangi petugas
tidak akan tercipta dengan baik
kesehatan setempat. Padahal untuk
apabila fasilitas yang ada tidak
merubah suatu kebiasaan sesorang
mendukung
yang tidak sehat, tidak hanya
dalam
proses
penerapannya. fasilitas
yang
ada, mengakibatkan banyak siswa yang tidak menerapkan personal hygiene. Hal ini dapat dilihat dari siswa tidak cuci tangan sebelum kalau
BAB
pergi
ke
Selokan, dan kebersihan badan siswa
yang
kurang.
Padahal
kebiasaan mandi, cuci dan kakus di Selokan bukan merupakan hal yang baik bagi kesehatan, dikarenakan Selokan
adalah
tempat
yang
terbuka dan tidak terlindungi serta penyakit.
Adanya pembinaan secara terusmenerus
diharapkan
masalah
fasilitas
tempat penelitian ini juga kurang pembinaan
dari
dapat
menanamkan dalam diri seseorang dalam
hal
ini
siswa,
bahwa
personal hygiene sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan. Enjang (2000), menyatakan bahwa fasilitas dan pembinaan dari petugas kesehatan sangat
mendukung
menciptakan
untuk
kesehatan
sekolah
terutama personal hygiene. Faktor-faktor merupakan
yang ada di SDN 38 Kuala alam, di mendapatkan
yang
tetapi harus secara terus menerus.
bisa menjadi sumber penularan
Selain
guru
cukup dengan sekali atau duakali,
Minimnya
makan,
jawaban
faktor
memepengaruhi pelaksanaan
personal
di
atas yang tingkat hygiene
buruk yang ada di SDN 38 Kuala Alam.
Personal hygiene tidak
20
akan tercipta dengan baik apabila
penyakit kulit sebanyak 34 siswa.
tidak ada kesadaran individu akan
Penyakit kulit yang terjadi menurut
pentingnya pelaksanaan personal
tanda
dan
gejala
hygiene bagi kesehatan dan juga
diantaranya
panu
lingkungan
mendukung
versikolor), skabies dan beberapa
dalam proses penerapan personal
Tinea, yaitu Tinea korporis, Tinea
hygiene.
manus serta Tinea pedis. Infeksi
yang
yang
ada
(Pitiriasis
yang terjadi paling banyak adalah
2. Penyakit Kulit
karena jamur seperti panu dan
Kulit
merupakan
berbagai Tinea, hal ini terjadi
pembungkus yang elastis yang
karena
melindungi tubuh dari pengaruh
memeperhatikan
luar. Kulit juga merupakan alat
tubuhnya. Jamur dapat hidup pada
pertahanan
tubuh manusia terutama pada kulit.
pertama
dalam
mecegah terjadinya suatu gangguan pada tubuh. Gangguan–gangguan kulit banyak sekali terdapat di Indonesia dan setiap orang pernah dihadapi
dengan
gejala-gejala
seperti panu, kutu air di kaki, kadas,
kurap
dan
lain-lain.
Gangguan pada kulit atau bisa disebut
penyakit
kulit
pada
umumnya lebih banyak disebabkan
Jamur
bahwa
kejadian
penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam
hampir
sebagian
dari
responden atau sebanyak 35,8% responden
menderita
kurang kebersihan
akan
mengalami
dapat menimbulkan suatau masalah pada kulit, terutama bila kebersihan badan yang buruk dan terlalu lembab. Dengan keadaan kulit yang lembab dapat menjadikan pertumbuhan
yang
cepat
bagi
jamur. Kelembapan
ini
biasanya
dikarenakan adanya pengeluaran
Data hasil penelitian tabel 4 menunjukkan
yang
pertumbuhan yang abnormal yang
karena infeksi bakteri, jamur, virus, parasit dan karena alergi.
siswa
penyakit
kulit, tepatnya yang menderita
keringat
yang
berlebih
karena
aktivitas atau cuaca yang panas, yang
tidak
diimbangi
dengan
proses menjaga kebersihan tubuh yang
baik.
Dilihat
dari
letak
geografis, SDN 38 Kuala Alam Kecamatan
Ratu
Agung
yang
berada di daerah pantai dan dekat
21
dengan
Selokan
penduduk,
pemukiman
Selain
itu,
siswa
juga
ini mengakibatkan
menganggap remeh penyakit kulit
kondisi cuaca yang ada di sana
yang terjadi, hal ini dapat diketahui
relatif tidak teratur, sehingga tubuh
dari siswa yang menderita penyakit
merespon
kulit dan belum diobati. Padahal ini
keringat
untuk
mengeluarkan
yang
berlebih
bila
bisa
menyebabkan
proses
dibandingkan pada kondisi yang
penularan kepada temannya bila
cuaca yang
rendah atau dingin.
tidak segera diobati. Inilah yang
Bila penerapan personal hygiene
menyebabkan tingginya kejadian
buruk, maka dapat memudahkan
penyakit kulit di SDN 38 Kuala
pertumbuhan jamur yang ada di
Alam.
kulit dan menyebabkan terjadinya penyakit kulit.
Selain faktor individu, juga terdapat faktor lingkungan yang
Terjadinya penyakit kulit di
kurang baik di SDN 38 Kuala
SDN 38 Kuala Alam banyak faktor
Alam,
yang
fasilitas
mempengaruhi,
terutama
diantaranya
kurangnya
yang
mendukung
faktor individu sebagai host, dan
kesehatan, diantaranya tidak ada
juga lingkungan. Siswa SDN 38
sumber air bersih di sekolah, tidak
Kuala
ada toilet atau kamar mandi dan
Alam
kesadaran
yang
mencegah penyakit
masih
memiliki
kurang
terjadinya kulit,
dalam
untuk
tidak ada tempat untuk cuci tangan.
suatu
Bila fasilitas ini tidak terpenuhi,
ini
maka usaha untuk memutuskan
penerapan pola hidup bersih dan
mata rantai penularan penyakit
sehat yang ditunjukkan dengan
kulit tidak akan terwujud. Selain
studi pendahuluan dan penelitian
faktor lingkungan di dalam sekolah
yang
faktor lingkungan di luar sekolah
dilakukan.
pendahuluan
hal
Dari
yang
studi
dilakukan
juga
turut
mempengaruhi
banyak siswa yang tidak memakai
terjadinya penyakit kulit, seperti
sepatu, MCK di Selokan dan
faktor lingkungan rumah tangga,
terlihat kurang menjaga kebersihan
fisik, ekonomi dan sosial budaya.
pribadi,
Hal ini di tegaskan oleh Thomas
diataranya
kebersihan
tangan, kaki dan pakaian.
(2004)
bahwa
mempengaruhi
lingkungan kesehatan
22
seseorang,
lingkungan
yang
pendapat Harahap (2000) yang
lingkungan
menyatakan bahwa bila seseorang
biologi, sosial budaya, fisik, dan
terkena suatu penyebab penyakit
ekonomi. Sedangkan faktor lain
atau bibit penyakit, belum tentu
yang
akan menjadi sakit karena masih
dimaksud
adalah
juga
mempengaruhi
terjadinya penyakit kulit adalah
tergantung
agen penyebab, diantaranya virus,
diantaranya
parasit, jamur, bakteri dan juga
genetik, status gizi, usia, dan
alergen.
kebiasaan hidup sehat.
Faktor ini
merupakan
penentu terjadinya penyakit kulit, tetapi dapat diminimalisir dengan perilaku sehat yang diterapkan oleh individu
dalam
kehidupan
di
sekolah maupun di rumah. Jumlah tidak
daya
Jadi penyakit
yang
penyakit
kulit
sebesar 64,2%. Tepatnya dari 95 responden yang tidak menderita penyakit kulit sebanyak 61 siswa.
hal,
tahan
dapat kulit
tubuh,
dikatakan
tidak
hanya
tergantung dari adanya penyebab saja tetapi banyak faktor yang memepengaruhi
responden
menderita
beberapa
terjadinya
penyakit kulit. 3. Hubungan Tingkat Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit Berdasarkan Lambda
dibandingkan dengan responden
didapatkan hasil nilai koefisien
yang menderita penyakit kulit.
korelasi (r) sebesar 0,500 dengan
Responden yang tidak mendertita
tingkat signifikansi (p) sebesar
penyakit
0,006. Sesuai dengan parameter
kebanyakan
telah
Korelasi
Jumlah ini cukup banyak bila
kulit
yang
uji
responden dengan kebersihan diri
kekuatan
cukup hingga baik. Responden atau
ditentukan bahwa nilai koefisien
siswa tidak merderita penyakit
korelasi
kulit karena terdapat
dilakukan
beberapa
korelasi
dilakukan
yang
penelitian
yang
memiliki
telah telah
kekuatan
faktor yang mempengaruhi, faktor
korelasi yang sedang yaitu diantara
tersebut
adanya
0,40–0,599. Apabila nilai p lebih
kekebalan tubuh yang kuat dari
kecil dari α (0,05) maka Ho
infeksi yang terjadi dan kebiasaan
ditolak.
hidup
menunjukkan bahwa ada hubungan
antar
sehat.
lain
Sesuai
dengan
Dengan
demikian,
uji
23
antara personal hygiene dengan
responden
penyakit kulit di SDN 38 Kuala
kulit.
Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.
Hasil
tersebut
dibuktikan dengan penyakit kulit yang
dialami
tingkat
sejalan
pelaksanaan
dengan personal
hygiene.
tingkat
pelaksanan
hygiene
baik
penyakit
kulit
dikatakan bahwa responden dengan personal
hygiene
mengalami
penyakit
kulit,
sedangkan
responden
dengan
sebagian mengalami dan sebagian
dan
sebaliknya
hygiene buruk semua mengalami
yang
tingkat
personal
hygiene
dengan baik
dengan cukup
54
personal
sebanyak
(35,8%),
dari
kulit.
menunjukkan hygiene
personal
sebanyak
penyakit
Hasil
bahwa
merupakan
personal salah
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penyakit kulit. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Hidayat (2007) yang
34
menyatakan
bahwa
34
gangguan kesehatan yang diderita seseorang
responden
menderita
terpeliharanya personal
hanya
dengan baik.
penyakit responden menderita Sedangkan
kulit
dan
(9,5%)
yang
penyakit jumlah
satu
pencegahan penyakit kulit dan
responden tersebut sebanyak 25 (26,3%)
ini
faktor yang berperan dalam proses
menderita penyakit kulit. Jumlah
responden
cukup
Untuk responden dengan personal
kecil dari responden ada yang
hygiene
yang
menderita
responden (56,8%) dan sebagian
responden
hygiene
tidak
Berdasarkan tabel 5 jumlah hygiene
baik
tidak mengalami penyakit kulit.
buruk menderita penyakit kulit.
responden
yang
personal
responden pelaksanaan
penyakit
Melihat data yang ada, dapat
personal
Seluruh responden dengan
menderita
9
tidak kulit.
responden
dengan personal hygiene buruk sebanyak 7 responden (7,4%), dari jumlah tersebut sebagian besar dari
banyak
karena
tidak hygiene
Gangguan fisik yang sering terjadi
adalah
gangguan
kulit
seperti penyakit kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata
dan
telinga,
dan
24
gangguan fisik pada kuku. Bahkan
penyakit kulit, yaitu sekitar empat
Siahaan (1999) menyatakan bahwa
kali lipat dari siswa yang memiliki
tidak mandi berakibat kebersihan
personal hygiene buruk.
badan jelek yang mengakibatkan terjadinya penyakit kulit seperti skabies, infeksi kulit, celulitis, jamuran seperti Tinea korporis, panu, dan penyakit kulit lain. Walaupun tidak berdampak pada angka kematian, tetapi hal ini mengurangi
kualitas
kesehatan
mereka. Selain itu, Mariyati (1999) menyatakan bahwa usaha untuk pencegahan
infeksi
kulit
yaitu
Sesuai
pendapat
Harahap
(2000) menyatakan bahwa bila seseorang terkena suatu penyebab penyakit atau bibit penyakit, belum tentu akan menjadi sakit karena masih tergantung beberapa hal, diantaranya
daya
tahan
tubuh,
genetik, status gizi, usia, dan kebiasaan hidup sehat. Faktor
yang
juga
dengan mandi air bersih dengan
mempengaruhi kejadian penyakit
sabun, mengganti pakain yang
selain faktor
kotor dengan yang bersih, dan
adalah faktor lingkungan. Faktor
menggunakan
lingkungan berupa faktor fisik,
handuk
secara
Hasil
yang
lain
menunjukkan bahwa pada personal hygiene cukup, ada responden yang menderita dan ada responden yang tidak menderita penyakit kulit. Dari data yang didapat
9,5% tidak
menderita penyakit kulit dan 26,3% penyakit
dibandingkan
kulit.
dengan
Bila
penyakit
kulit yang terjadi pada siswa yang memiliki personal hygiene buruk, siswa
yang memiliki
personal
hygiene cukup ini ternyata jauh lebih
hygiene
sosial budaya, dan juga ekonomi.
individual.
menderita
personal
banyak
yang
menderita
Faktor fisik seperti udara yang panas, air yang kotor, tanah yang tercemer
dapat
mengakibatkan
terjadinya penyakit kulit. Seperti kondisi
udara
Sumberbulus mengakibatkan
yang
relatif tubuh
ada
di
panas,
ini
merespon
dengan pengeluaran keringat yang berlebih dan bila tidak diimbangi dengan
tingkat
pelaksanaan
personal hygiene yang baik, maka dapat meningkatkan pertumbuhan jamur yang ada di kulit yang mengakibatkan terjadinya penyakit kulit. Selain itu, budaya juga turut
25
mengambil bagian dalam proses
Faktor-faktor
di
atas
terjadinya penyakit kulit, seperti
merupakan faktor lain yang dapat
budaya MCK di Selokan. Selokan
mempengaruhi
sebenarnya bukan tempat yang
terjadinya penyakit kulit di SDN 38
cocok untuk melakukan MCK,
Kuala Alam selain faktor personal
sebab Selokan merupakan sumber
hygiene.
air yang terbuka dan
tidak
menyebabkan bahwa siswa yang
terlindungi, yang mengakibatkan
sudah memiliki personal hygiene
banyak
yang
cukup tetapi masih bisa terkena
hidup di air Selokan dan ini akan
penyakit kulit. Selain itu, faktor-
menyebabkan masalah kesehatan
faktor tersebut merupakan salah
termasuk penyakit kulit bila terus
satu keterbatsan dalam penelitian
digunakan sebagai MCK. Penyakit
yang
kulit tidak akan menular pada
sehinga dapat menyebabkan bias.
orang lain, bila seseorang segera
Jadi dari pembahasan ini dapat
mengobati dan menghindari kontak
dikatakan bahwa kejadian penyakit
dengan orang lain. Pengobatan
kulit
penyakit kulit juga memerlukan
personal hygiene saja, tetapi masih
biaya,
banyak
mikroorganisme
hal
inilah
yang
menyebabkan orang yang kurang
dalam
proses
Faktor inilah
tidak
dapat
tidak
yang
di
kontrol,
bergantung
faktor
lain
pada yang
berpengaruh.
mampu lebih banyak menderita penyakit kulit dari pada orang yang mampu.
b. Hampir sebagian dari responden
9. SIMPULAN DAN SARAN
atau
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
maka
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
responden
hygiene buruk;
(6,3%)
responden
personal
(32,6%)
menderita penyakit kulit c. Hasil Analisa statistik didapatkan p value sebesar 0,002 dan r sebesar 0,613 dengan demikian
a. Sebagian kecil dari responden atau 6
31
p<0,05
menunjukkan Ho ditolak, artinya ada
hubungan
antara
personal
hygiene dengan penyakit kulit di
26
SDN 38 Kuala Alam Kecamatan
melengkapi sarana dan prasarana
Ratu Agung Kota Bengkulu.
yang
dapat
mendukung
pelaksanaan
B. Saran Saran
yang dapat
diberikan
kesehatan,
peningkatkan terutama
yang
terkait dengan hasil penelitian ini
menunjang pelaksanaan personal
adalah sebagai berikut:
hygiene,
a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh, seperti status gizi, lingkungan, kekebalan tubuh dan lain-lainya yang dapat meyebabkan kejadian penyakit kulit di wilayah kerja Puskesmas Ratu Agung. b. Bagi responden diharapakan dapat meningkatkan
pelaksanaan
personal hygiene demi menjaga, memelihara
dan
kesehatan
serta
meningkatkan mencegah
terjadinya penyakit, baik penyakit kulit maupun penyakit yang lain; c. Bagi sekolah dasar terutama SDN
sehingga
pencegahan
penyakit dapat tercipta dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik d. Bagi tenaga perawat di Puskesmas diharapkan
dapat
memberikan
pembinaan secara berkala terkait kesehatan
siswa,
sosialisasikan
seperti
manfaat
dan
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene), ajarkan cara menjaga
kebersihan
aktifkan
kembali
peningkatkan
diri
serta
UKS
demi
kesehatan
dan
pencegahan penyakit pada siswa sekolah
dasar.
38 Kuala Alam diharapkan dapat
Thomas, C. T. 2004. Epidemiologi Suatu
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta BPS
Kota
Bengkulu
Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC Dahlan,
dan
Badan
Perencanaan Pembangunan. 2010. Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.
S.
2008.
Statistika
Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu. 2010. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat di Wilayah Kecamatan.
27
Peningkatan
Promosi
Kesehatan
Tahun 2010 Entjang,
I.
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
2010.
Ilmu
Kesehatan
masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Lecture Notes Dermatologi Edisi 8. Jakarta: EGC A.
2010.
Konsep
Monitoring
Personal
Data
Balai
Pengobatan Tahun 2011 Puskesmas Kuala Lempuing kota Bengkulu
Fundamental
Keperawtan:
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Kebiasaan Memelihara Kebersihan Sejak
Dini.
http://www.compas.co.idataucompas -cetak /0406// 18/muda/ 1091404 .htm. (29 Januari 2013 )
dan
Lingkungan. Bogor: UPT. Produksi Media Informasi IPB
Proses Penyakit. Jakarta: EGC Siahaan, S. H. Paceklik dan Penyakit. 2009. Puskesmas Payung Rejo, Kec. Padang
Ratu,
Kab.
Lampung
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu STIKes Bhakti Husada. 2013. Pedoman Penulisan
Mariyati, S. 2008. Bahan Pengajaran Keluarga
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Tengah.
Ma’sum, Y. dan Wahyurini, C. 2004.
Kesehatan
Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2009. Buku
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2005.
Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu Laporan
Jakarta: Rineka cipta
Ajar
Graham-Brown, R. dan Burns, T. 2003.
Hidayat,
Notoadmojo, S. 2008. Ilmu Kesehatan
Skripsi.
Cetakan
II.
Bengkulu: Bhakti Husada. Thomas, C. T. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi