HUBUNGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI DUSUN 10 PANDOWAN BROSOT GALUR KULON PROGO
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : DIAN NUR FITRIASARI 070201028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
i
ii
THE CORRELATION BETWEEN HAND WASHING USING SOAP AND DIARRHEA INCIDENCE OF CHILDREN PRE-SCHOOL AGE IN DUSUN 10 PANDOWAN BROSOT GALUR KULON PROGO1 Dian Nur Fitriasari2, Syaifudin3
ABSTRACT Background of the research : Incidence of diarrhea is an unhealthy condition due to disease marked by a bowel movement in liquid form and often with a quantity of the incident. Average diarrheal disease occur every year in children in Indonesia. The pattern of healthy behaviors in children pre-school age to be the most effective health interventions to prevent diseases. Impact of diarrhea in children pre-school age can interfere with adequate body functions such as dehydration, shock hypovolemik, hypokalemia, seizures, malnutrition and hypoglycemia Aims of the research : This reseach was aimed at identifying the correlation between hand washing using soap and diarrhea incidence in Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon Progo. Research Methodology : It applied the method of the qualitative of survey analitic with restrospective study time approach. There were 32 respondents and the subjects were children aged 3-6 years old. The research was conducted in October 2010 up to January 2011. Research of the result : There is no correlation between hand washing using soap with occurrence of diarrhea in children pre-school age, shown by the value of r count of 0,007 wich is less than r table 3,841. Suggestion and conclusion: Researches who have conducted research with the subject of preschool children there was is no significant relationship. The next research should conduct the research dealing with the incidence of diarrhea associated with the bowel movement and behavior of environmental sanitation problems through direct observation method to take large area and more research subjects so that the result of the research becomes more maximum. Keywords
: Diarrhea incidence, Hand washing using soap
Reference
: 19 Books (1999 – 2010), 11 Internet Articles
Number of Page
: i-xii, 1-69, 1-12 Enclosures
1
The Title of the Thesis
2
The Student of PSIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
The Lecturer of PSIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
iii
menyuapi
PENDAHULUAN Anak pada usia prasekolah memiliki tingkat pergaulan yang meluas di luar
berlebihan. Penyakit diare ini menduduki peringkat
dan mempraktekkan dalam kehidupannya
setelah
TBC
sebagai
membunuh lebih dari 1,5 juta anak setiap
dilakukan. Hal ini jelas sekali tersirat pada
tahun. Kejadian diare tidak lagi dapat
sebuah hadist yang mengatakan anadhofatu
dianggap sebagai penyakit biasa karena
adalah
tingkat
sebagian dari iman. Menurut penelitian yang
kejadian
diare
yang
telah
menduduki peringkat atas di negara-negara
telah dilakukan oleh Fewtrell, Kaufman dkk
barat.
pada tahun 2005 juga mengatakan bahwa
Hingga saat ini, penyakit diare
perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan
masih menjadi masalah kesehatan umum di
intervensi kesehatan yang paling murah dan
dunia. Angka kejadian diare pada anak di
efektif terhadap pencegahan penyakit.
dunia mencapai 1 miliar kasus setiap tahun
tersebut,
dengan korban meninggal sekitar 5 juta
perilaku cuci tangan menggunakan sabun di
jiwa. Statistik di Amerika mencatat tiap
Indonesia masih perlu ditingkatkan karena
tahun terdapat 20-35 juta kasus diare dan
masih rendahnya kebiasaan cuci tangan
16,5 juta diantaranya adalah balita. Angka
pakai sabun yaitu baru 14,3% sebelum
kematian balita di negara berkembang akibat
makan, 11,7% sesudah buang air besar,
diare sekitar 3,2 juta jiwa setiap tahun
8,9% setelah menceboki bayi, 7,4% sebelum 1
ke-4
penyebab kematian paling umum yang
sebagai sesuatu yang wajib dan harus
fenomena
Services
sering dan masih memiliki kandungan air
tetapi masyarakat belum banyak memahami
Berdasarkan
Environmental
penderita mengalami buang air besar yang
tertentu. Meskipun hal ini terlihat sederhana,
kebersihan
Baseline
Survey
(2006) diare adalah sebuah penyakit dimana
harus
dilakukan anak setelah melakukan aktifitas
bahwa
Data
pada anak usia prasekolah. Menurut WHO
pakai sabun hingga saat ini belum menjadi
iman
(
sebuah penyakit yang sering kita jumpai
pola hidup bersih khususnya cuci tangan
minal
makanan
khususnya penyakit tropis. Diare merupakan
penyakit (Potter & Perry, 2005). Kesadaran
yang
menyiapkan
sebelum
rentan yang mudah terjangkit penyakit
menjadi subyek rentan terjangkit suatu
kewajiban
6%
Balita dan anak-anak adalah subyek
bermain yang membuat anak pada usia ini
dan
dan
Program(ESP-USAIID) 2006).
lingkungan keluarga ke dalam lingkungan
kebiasaan
anak
(DepKes RI, 2010). Hasil survey Program
berakibat pada kejadian diare. Banyak hal
Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia
yang perlu dilihat pada anak terkait dengan
sendiri menyebutkan bahwa angka kesakitan
kejadian diare ini. Tetapi salah satu hal,
diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar
yang mungkin kurang mendapat perhatian
301 per 1.000 penduduk dengan angka
masyarakat,
tertinggi pada anak-anak. Tahun 2003 angka
membiasakan
kesakitan penyakit ini meningkat menjadi
tangan sebelum makan? Apakah ini ada
374 per 1.000 penduduk dan merupakan
keterkaitannya dengan kejadian diare pada
penyakit dengan frekuensi KLB kedua
anak? Hal kecil yang seharusnya menjadi
tertinggi setelah DBD. Sedangkan, menurut
perhatian seperti inilah yang harus lebih
survei Departemen Kesehatan Republik
banyak dilakukan pengkajian.
sejauh
mana
anaknya
orang
untuk
tua
mencuci
statistik
Pola perilaku pada anak pra sekolah
menunjukkan bahwa setiap tahun diare
perlu menjadi perhatian khusus. Indikasi
menyerang 50 juta penduduk Indonesia
mereka mendapatkan penyakit ini memiliki
dengan jumlah dua pertiganya balita dan
peluang besar dibandingkan pada orang
anak-anak dengan korban meninggal 600
dewasa. Hal ini menjadi sangat penting
ribu jiwa.
untuk ditindak lanjuti mengingat kesakitan
Indonesia
(2010)
data
diare tidak hanya menjadi masalah nasional
Fakta menyebutkan angka kesakitan diare pada anak-anak menduduki peringkat
melainkan
atas. Sehingga dalam hal ini, kesakitan diare
internasional yang menjadi bahan kajian
harus menjadi perhatian bagi seluruh aspek
utama. Jika masalah ini tidak segera
sektor dalam masyarakat terutama profesi
ditangani maka angka kejadian diare dan
kesehatan. Pada anak usia pra sekolah,
angka
faktor
kesakitan diare akan semakin meningkat
dan
penyebab
akan
terjadinya
juga
menjadi
masalah
kematian bayi serta anak akibat
tajam setiap tahunnya.
penyakit ini harus menjadi perhatian utama
Hal ini ditunjukkan dengan adanya
dan perlu dikaji lebih lanjut. Mengingat anak
kejadian luar biasa (KLB) di 16 provinsi dan
dikatakan sebagai “little explorer” yang
44 daerah tingkat dua di Indonesia dengan
akan mencoba hal-hal baru yang belum ia
jumlah penderitanya sebesar 10.980 dan 77
ketahui. Dalam hal ini, pola perilaku seorang
penderita meninggal dunia (Depkes RI,
anak menjadi tolok ukur sejauh mana akan
2007). Menurut Depkes RI (2009), insiden
pada
usia
pra
sekolah
seorang
2
diare berkisar antara 400 kasus per 1000
Kaitannya dengan perilaku mencuci
penduduk dimana 60-70% diantaranya anak-
tangan menggunakan sabun Perserikatan
anak di bawah umur 5 tahun. Pada intinya,
Bangsa-Bangsa
hingga
menetepkan tahun 2008 sebagai tahun
saat
ini
masyarakat
masih
(PBB)
juga
internesional.
telah
mengeluhkan akan terjadinya penyakit diare
sanitasi
Public-Private
ini setiap tahunnya pada anak-anak mereka.
Partnership for Handwashing with Soap
telah
(PPP-HWWS) atau KPS-CTPS yang terdiri
berusaha melakukan program pengawasan
dari Unilever (Lifebuoy), WSP, UNICEF,
dan pemberantasan penyakit diare yang
ESP, HSP, Aman Tirta, Reckitt Benckiser
tertuang
dan beberapa badan internasional lainnya
Pemerintah
dalam
Kesehatan
Indonesia
Keputusan
Republik
Menteri
Indonesia
Nomor
yang
tentang
strategi
sebagai hari cuci tangan
852/Menkes/SK/IX/2008
menetapkan
tanggal
15
oktober
pakai sabun
nasional sanitasi total berbasis masyarakat
sedunia (HCTPS) yang dirayakan bersama
yang bertujuan untuk menurunkan angka
oleh jutaan anak di 52 negara, di 5 benua
kesakitan,
untuk mendukung dan menyukseskan tahun
angka
kematian,
dan
Sanitasi Internasional 2008.
penanggulangan KLB (Depkes RI, 2008). melalui
Di kabupaten Kulon Progo sendiri
Jenderal
tingkat kejadian diare terus meningkat setiap
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
tahunnya. Hingga pada tahun 2006, angka
Lingkungan
kejadian
Departemen Keputusan
Kesehatan Direktorat
(PPM
&PL)
RI
juga
telah
diare
menjadi
KLB
dengan
mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan
penderita 45 orang dan angka kematian 1
Pemantauan Program Pemberantasan Diare
orang. Sehingga pada tahun 2007 Dinas
dengan tujuan khusus menurunkan angka
Kesehatan
kematian
pada semua umur dari 54 per
melakukan data survelence yang didapatkan
1.000 penduduk menjadi 30 per 1.000
total kasus diare 6359 kasus. Sedangkan,
penduduk, menurunkan angka kematian
menurut
balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo
per 1000 balita dan menurunkan angka
tahun 2008, sejak tahun
fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari
dilaksanakan program kampanye PHBS
1% - 3,8 % menjadi 1,5 % (Depkes RI,
hingga sekarang yang bertujuan tidak hanya
2007).
menurunkan angka kejadian diare saja 3
kabupaten
Laporan
Kulon
Progo
Pertanggungjawaban
2001 telah
namun juga diharapkan menjadi kebiasaan
memiliki kebiasaan bermain di sawah
masyarakat terutama keluarga dengan balita
mencari belut setiap musim penghujan tiba.
dan anak. Akan tetapi, berdasarkan Survei
Orang tua mereka rata-rata mengatakan
Health
bahwa anak mereka mengalami kesulitan
service
Program
(2006)
yang
menemukan bahwa sabun telah ada di
makan dan
lebih
suka
mengkonsumsi
hampir setiap rumah tangga Indonesia,
jajanan keliling yang terbuka dan tidak
hanya 3% saja yang menggunakan sabun
terjamin kebersihannya.
untuk mencuci tangan. Sedangkan terkait
Dari jumlah anak usia prasekolah
faktor lain, seperti sanitasi lingkungan baik
6,9% yang 39,5 % diantaranya pernah
ketersediaan
jamban
mengalami kasus penyakit diare yang
pemerintah kabupaten Kulon Progo dibantu
tertinggi nomer 3 setelah cikungunya dan
oleh
demam berdarah yang terjadi pada bulan
air
bersih
Puskesmas
serta
wilayah
melakukan
Mei – Juni tahun 2010. Melihat data yang
pemantauan terpadu. pendahuluan
demikian signifikan terkait kejadian diare,
yang telah dilakukan, di dusun 10 Pandowan
maka hal ini tidak hanya akan menjadi fokus
Brosot, Galur, Kulon Progo pada tangaal
kerja pemerintah, dinas kesehatan, maupun
16–17 Oktober dan
sektor
Berdasarkan
studi
28 November
2010
atau
lembaga
khusus
lainnya
didapatkan data dari 5 RT yang berjumlah
melainkan juga keterlibatan masyarakat
550 jiwa, 6,9 % nya sendiri adalah anak usia
sangat berperan di sini. Hal ini karena
prasekolah. Anak-anak pada usia ini rata-
masyarakat menjadi obyek langsung yang
rata mengikuti pendidikan anak usia pra
terkait dengan masalah ini. Jadi mau tidak
sekolah
mau,
di
Taman
Kanak-Kanak
dan
semua
masyarakat
dan
lembaga
mengikuti
kepemerintahan memiliki satu jalan dalam
PAUD. Menurut wawancara yang peneliti
penanganan masalah ini. Dengan dasar
lakukan pada 16 orang anak, rata-rata setiap
inilah peneliti tertarik untuk melakukan
harinya mereka bermain tanpa menggunakan
penelitian ini.
beberapa
diantaranya
juga
alas kaki. Menurut beberapa pendapat orang METODE PENELITIAN
tuanya juga mengatakan bahwa mereka sudah sering mengingatkan anaknya untuk
Penelitian ini merupakan penelitian
menjaga kebersihan diri waktu makan.
non eksperimental menggunakan metode
Selain
analitik
itu,
beberapa
diantaranya
juga 4
survey
dengan
menggunakan
pendekatan
waktu
retrospective
study.
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
Responden Berdasarkan Usia Anak Pra
dengan menggunakan teknik sampling jenuh
Sekolah Di Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon Progo
yang didapatkan sebanyak 32 responden. No.
Pengumpulan data dalam penelitian
Usia
Frekuensi
Persentase (%)
ini dengan menggunakan kuesioner untuk tangan
1.
3 th
17
53,125%
dan
panduan
2.
4 th
7
21,875%
mengukur
frekuensi
3.
5th
5
15,625%
kejadian diare. Analisa data terdiri dari 2
4.
6 th
3
9,375%
Total
32
100%
mengetahui
perilaku
menggunakan wawancara
macam
sabun untuk
yaitu
mengetahii variabel
mencuci
analisis
univariat
distribusi
dan
analisis
untuk
masing-masing bivariat
Sumber : Data Primer 2011
dengan
menggunakan uji statistic non parametrik Chi
Square
perilaku
untuk
mencuci
hubungan
Perilaku Mencuci Tangan Menggunakan
menggunakan
Sabun Anak Usia Pra Sekolah Di Dusun
melihat
tangan
10 Pandowan Brosot Galur Kulon Progo
sabun dengan kejadian diare HASIL PENELITIAN
No.
Perilaku
Jumlah
Persentase (%)
Distribusi Frekuensi Karakteristik
1.
Kurang
0
0%
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2.
Cukup
29
90,6%
Anak Usia Pra Sekolah
3.
Baik
3
9,4%
32
100%
No.
Jenis
Total
Frekuensi Persentase
Kelamin
Sumber : Data Primer 2011
(%)
1.
Perempuan
16
50%
2.
Laki-Laki
16
50%
Total
32
100%
Sumber : Data Primer 2011
5
Hasil analisis chi square diketahui
Kejadian Diare Anak Usia Pra Sekolah Di Dusun 10 Pandowan Brosot Galur
nilai r hitung sebesar 0,007, r tabel sebesar
Kulon Progo
3,841 dan taraf signifikannya 0,935 (P >
No.
Kejadian
5%).
Jumlah Persenta
Diare
Maka
dari
hasil
tersebut dapat
se (%)
dinyatakan tidak terdapat hubungan perilaku
1.
Kejadian
22
68,8%
mencuci tangan menggunakan sabun dengan
2.
Tidak
10
31,3%
kejadian diare pada anak usia pra sekolah di dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon
Kejadian Total
32
Progo.
100%
Sumber : Data Primer 2011 PEMBAHASAN Hubungan Perilaku Mencuci Tangan
Perilaku Mencuci Tangan Menggunakan
Menggunakan Sabun Dengan Kejadian
Sabun Anak Usia Pra Sekolah Di Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon Progo
Diare Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
Perilaku merupakan faktor terbesar
Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon kedua
Progo Perilaku
Kejadian Diare Anak Usia
Mencuci
Pra Sekolah
Tangan
Tidak
Mengguna
Kejadian
mempengaruhi
faktor lingkungan kesehatan
yang
individu,
kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Kejadian
Berdasarkan
penelitian,
perilaku
deskriptif mencuci
data tangan
menggunakan sabun rata-rata berkategori
kan Sabun Anak Usia
setelah
Fr
%
Fr
cukup baik, ini artinya anak usia pra sekolah
%
Pra
menyadari pentingnya perilaku sehat. Secara
Sekolah
rinci, terdapat kategori baik dengan jumlah 3
Kurang
0
0%
0
0%
(9,4%), kategori cukup dengan jumlah 29
Cukup
9
28,1%
20
62,5%
(90,6%) dan kategori kurang dengan jumlah
Baik
1
3,1%
2
6,3%
0 (0%). Hal ini senada dengan penelitian
Total
10
31,2%
22
68,8%
yang dilakukan oleh Ifan Tyas Perdana (2009) tentang Gambaran Perilaku Mencuci
Sumber : Data Primer 2011
Tangan Menggunakan Sabun Pada Anak Didik 6
TK
‘Aisyiyah
Bustanul
Atfal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gendingan Yogyakarta yang menyatakan memiliki
meskipun anak sudah memiliki perilaku
kategori cukup baik dalam perilaku mencuci
mencuci tangan menggunakan sabun dengan
tangan menggunakan yang sabun yang
kriteria cukup baik, kejadian diare pada anak
didapatkan sebesar 34 (53,1%) dengan
usia pra sekolah masih dapat ditemui. Oleh
jumlah responden 64 orang.
karena itu identifikasi terkait kejadian diare
bahwa
sebagian
besar
Kebiasaan menggunakan
anak
mencuci
sabun
tersebut tidak hanya dinilai dari perilaku
tangan
meskipun
mencuci
tidak
tangan
saja
melainkan
juga
diajarkan secara formal dan di masyarakat
identifikasi faktor-faktor lain yang menjadi
telah
pencetus terjadinya diare pada anak.
sering
dikerjakan
namun
pelaksanaannya tidak adekuat dalam arti hanya membilas tangan dengan air tanpa
Kejadian Diare Anak Usia Pra Sekolah Di
menggunakan
Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon
sabun.
Menurut
Handaja
(2005), praktik mencuci tangan terutama
Progo Banyak faktor yang turut berperan
setelah BAB yang tidak bersih dapat meningkatkan resiko penyakit infeksius
dalam
dengan
adalah faktor perilaku, usia, malnutrisi,
cara
penularan
Penggunaan
sabun
mengurangi
jumlah
melalui
dalam
oral.
menyebabkan
kondisi
kaitannya
sosial
diare
ekonomi
diantaranya
yang
rendah,
belum
hygiene yang buruk, sanitasi lingkungan,
ditemukan data yang pasti, namun dengan
ketersediaan air bersih, kondisi rumah yang
mencuci
buruk dan sindrom malabsorbsi berkaitan
tangan
mengurangi
protozoa
dengan
bakteri
sabun
dapat
dari
95%
lebih
dengan penghentian pemberian ASI.
diakses
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
tanggal 1 februari 2011). Hal ini sesuai
bahwa anak dengan kejadian diare memiliki
dengan apa yang dijabarkan oleh Pusat
persentase lebih tinggi dari yang tidak
Informasi Penyakit Infeksi (2010) yang pada
kejadian diare yaitu dengan jumlah 22
hakikiatnya praktik mencuci tangan yang
(68,8%)
benar ada 3 waktu yaitu sebelum makan,
penelitian
sesudah makan, setelah menyentuh barang
menggunakan sabun dengan hasil cukup
kotor/ BAB.
baik yaitu dengan jumlah 29 (90,6%)
(http://blog.unsri.ac.id/sosekpkp
dan 10 (31,3%). Dan hasil perilaku
mencuci
tangan
sedangkan dengan kategori baik yaitu 3 7
(9,4). Hal ini membuktikan bahwa meskipun
menggunakan sabun dengan kejadian diare
anak memiliki perilaku mencuci tangan
pada anak usia pra sekolah.
menggunakan sabun dengan rentang cukup
Berdasarkan data di atas menunjukkan
baik hingga baik data kejadian diare masih
bahwa teori terkait perilaku mencuci tangan
didapatkan
tinggi
menggunakan
sabun
dibandingkan dengan jumlah yang tidak
membuktikan
hubungan
mengalami diare.
Sehingga
bahkan
lebih
kemungkinan
tidak antar
dapat variabel.
kejadian
diare
Kejadian Diare pada anak usia pra
tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lain
sekolah di Dusun 10 Pandowan Brosot
yang menjadi pencetus dapat mengakibatkan
Galur
tidak
diare pada anak. Menurut Widoyono (2005)
perilaku.
menyatakan ada beberapa faktor yang
diare
mempengaruhi kejadian diare pada anak
Kulon
Progo
mungkin
sepenuhnya
dipengaruhi
Penyebab
utama
oleh
penularan
dipindahkan melalui fekal oral yang dengan
yaitu :
demikian dapat dipindahkan ke mulut
a. Keadaan Lingkungan
melalui cairan atau benda yang tercemar
b. Perilaku Masyarakat
kotoran.
c. Pelayanan Masyarakat d. Gizi
Hubungan
Perilaku
Mencuci
e. Kependudukan
Tangan
Menggunakan Sabun Dengan Kejadian
f. Pendidikan
Diare Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
g. Keadaan Sosial Ekonomi
Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon
h. Infeksi Bakteri Faktor-faktor penyebab diare di atas
Progo
sesuai dengan penelitian-penelitian yang Berdasarkan
hasil
telah
perhitungan
dilakukan
penelitian
mencuci tangan menggunakan sabun dengan
Budiarti
kejadian diare pada anak usia pra sekolah,
pendapatan keluarga berpengaruh terhadap
dengan hasil r hitung = 0,007 < r table =
keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan
3,841 dan taraf signifikannya 0,935 (P>5%).
berpengaruh pada kejadian diare dimana
Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak
lingkungan yang tidak baik menjadikan anak
ada hubungan perilaku mencuci tangan
mempunyai 2,69 kali lebih lama menderita
(2006)
yang
Menurut
menggunakan analisis Chi Square perilaku
8
Susanto
sebelumnya.
dikutip
menyebutkan
oleh bahwa
diare dan mempunyai resiko 2,25 kali lebih
mengalami kejadian diare dalam kurun
sering terkena diare dibanding anak dengan
waktu 1 tahun. Dari kondisi sarana air bersih
lingkungan yang baik. Dalam penelitian
yang diamati 12 sarana (14,5%) tercemar,
yang
juga
kondisi sarana jamban sebesar 27,5 % belum
lingkungan
baik dan pengelolaan sampah sebesar 15
berpengaruh terhadap kejadian diare pada
sarana ( 18,1%) juga dalam keadaan yang
anak balita dengan nilai OR = 0,312.
sama.
dilakukan
oleh
menyebutkan
Budiarti
bahwa
Sedangkan
di
wilayah
tempat
Berdasarkan teori yang dipaparkan
penelitian yang peneliti lakukan, kondisi
oleh Widoyono (2005) maka faktor-faktor
fisik lingkungan warga masyarakat sebagian
yang mempengaruhi kejadian diare terdiri
besar telah memiliki jamban rumah tangga,
dari
sanitasi
berbagai
aspek,
misalnya
seperti
penyediaan
bersih,
dan
yang
cukup
baik.
pengetahuan ibu juga dapat mempengaruhi
pengelolaan
kejadian diare pada anak. Faktor perilaku
Namun sebagian yang lain belum memiliki
misalnya
BAB,
jamban rumah tangga yang memadai,
perilaku menyiapkan makanan yang kurang
sanitasi penyediaan air bersih yang masih
sehat beberapa diantaranya juga dapat
terbatas dan sistem pengelolaan limbah yang
mengakibatkan terjadinya diare.
belum tepat. Untuk itu, mungkin dapat
cuci
tangan,
perilaku
limbah
air
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hal
Penelitian tentang kejadian diare di
tersebut oleh peneliti berikutnya.
Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon Progo tidak dapat membuktikan bahwa kejadian tersebut dipengaruhi oleh perilaku
KESIMPULAN
mencuci
tangan
sabun.
Berdasarkan hasil analisis data pada bab
Kejadian
diare
mungkin
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
menggunakan tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
sebagai berikut :
perilaku BAB yang kurang sehat serta
1. Perilaku mencuci tangan menggunakan
sanitasi yang belum memadai. Hal ini sesuai
sabun pada anak usia pra sekolah di
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dusun 10 Pandowan Brosot Galur Kulon
Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa
Progo sebagian besar berkategori cukup
terdapat hubungan antara kualitas sanitasi
baik yaitu sebesar 90,6%.
dengan kejadian diare. Dalam penelitiannya
2. Kejadian Diare pada anak usia pra
didapatkan hasil 35 responden (42,2%)
sekolah di Dusun 10 Pandowan Brosot 9
Galur Kulon Progo yang berkategori
berperan
positif terjadi diare sebesar 68,8%.
pemberi
ganda
disamping
pelayanan
kuratif
sebagai sekaligus
3. Penelitian ini tidak terdapat hubungan
sebagai pendidik bagi orangtua untuk
yang signifikan antara perilaku mencuci
memberikan informasi atau penyuluhan
tangan
dengan
tentang masalah kesehatan anak, terutama
kejadian diare pada anak usia pra sekolah
hal-hal yang berikaitan dengan faktor-
di Dusun 10 Pandowan Brosot Galur
faktor yang dapat menyebabkan diare dan
Kulon Progo dengan hasil uji statistik
perlunya orangtua membawa anak ke
non parametrik Chi Square diketahui r
pelayanan kesehatan jika diare terjadi
hitung = 0,007 dan r tabel = 3,841 dan
secara berlebihan dan orang tua tidak
nilai taraf signifikannya 0,935 (p>5%)
mampu menyelesaikannya.
menggunakan
sabun
3. Bagi Masyarakat a. Bagi Orang Tua
SARAN 1. Bagi
Dinas
Kesehatan
(
a) Perilaku cuci tangan menggunakan
Petugas
sabun yang semula sudah cukup
Lapangan Dan Survailens ) Dinas
Kesehatan
terutama
baik
petugas
dapat
oleh
anak
lapangan maupun survailens diharapkan
diharapkan
mampu membantu masyarakat untuk
menjadi lebih baik melalui arahan
memperkecil dan menyelesaikan masalah
dari orang tua. b) Orangtua
kesehatan melalui pemantauan terpadu
ditingkatkan
hendaknya
dengan pemberi pelayanan kesehatan
memperhatikan lingkungan rumah
terkait dengan faktor-faktor yang dapat
yang sehat bagi anak sehingga
menyebabkan timbulnya penyakit di
kejadian
masyarakat untuk peningkatan kesehatan
dikurangi
penyakit
diare
dapat
c) Pendidikan kesehatan dari orang
komunitas.
tua terkait perilaku sehat untuk
2. Bagi Puskesmas ( Tenaga Kesehatan Lini I)
anak
Pemberi pelayanan kesehatan seperti
fungsi
puskesmas
penyakit.
dalam
hal
ini
petugas
sangat
diperlukan
preventif
bidan maupun ahli gizi seharusnya dapat 10
sebagi
pencegahan
b. Bagi Kader Kesehatan dan Guru
lapangan dari puskesmas baik perawat,
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
a) Kader Kesehatan hendaknya turut membantu
petugas
Departemen Kesehatan RI, Rendahnya Perilaku Hidup Sehat Timbulkan Penyakit dalam www.depkes.go.id diakses tanggal 24 April 2010
puskesmas
melakukan penyuluhan kesehatan secara
perorangan
maupun
kelompok masyarakat terutama ibu (2007). Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan Program Pemberantasan Diare dalam www.depkes.go.id diakses tanggal 25 April 2010
dengan anak usia pra sekolah terkait dengan pencegahan dan penanganan pertama penyakit diare. b) Guru
hendaknya
mampu
memberikan bimbingan kesehatan (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 852/MENKES/SK/XI/2001 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dalam www.depkes.go.id diakses tanggal 25 April 2010
pada anak usia pra sekolah terkait hal-hal yang bisa dilakukan oleh seorang anak agar dapat terhindar dari penyakit khususnya diare baik dengan metode parenting class, story telling maupun skills.
File Book.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Aspek Higiene dan Sanitasi dalam diakses http://www.pamsimas.org tanggal 10 Desember 2010
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya perlu dikaji dan dikembangkan penelitian yang lebih luas dan mendalam dengan metode yang
Notoadmodjo. S., 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta
lain seperti observasi secara langsung atau
dapat juga
menggunakan area
penelitian yang berbeda seperti tempattempat
pelayanan
kesehatan
Widoyono., 2005. Penyakit Topis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
misal
puskesmas maupun rumah sakit dengan responden penderita penyakit diare dan ditarik ke belakang faktor yang mungkin dapat menyebabkan diare sehingga data yang didapatkan akan lebih maksimal.
11