HUBUNGAN PERAN KELUARGA SEBAGAI KONSELOR DENGANPEMILIHANPENOLONG PERSALINAN IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSEGORO II KABUPATEN BOYOLALI Taufik Pamukti*), Puji Lestari**), Zumrotul Choiriyah**) *) Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staff Pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatif muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolong persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali. Desain penelitian inideskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali, dengansampel 68 respondendandiambildengantekniktotal sampling.Alat pengambilan datamenggunakankuesioner. Analisis data yang digunakan distribusifrekuensidanujichi square. Hasil penelitian menunjukkan peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil sebagian besar dalam kategori baik (52,9%).Ibu hamil sebagian besar memilih penolong persalinan adalah tenaga kesehatan (80,9%).Ada hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolongan persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali, dengan nilai p value 0,037 (α = 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk perencanaan program kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan peran keluarga sebagai konselor dalam menolong persalinan Kata Kunci : Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Kepustakaan : 35 (2006-2015)
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
1
ABSTRACT Family has an important role in choosing a helper during pregnancy, childbirth and post-partum. This is especially true in women who are relatively young, so the ability to make decisions independently is still low. The purpose of this study is to determine the correlation between familysroleas counselor in choosing Delivery attendantsonpregnantwoman at Puskesmas Wonosegoro II Working Area Boyolali Regency . The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. This study population were pregnant women in Puskesmas Wonosegoro II Boyolali, with sample of68 respondents and taken with total sampling technique. Data retrieval tool used a questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test. The results show the role of the family as a counselor in pregnant women are mostly in good category (52.9%). Pregnant women mostly choose birth attendants are health workers (80.9%). There is a Correlation between Family’sRoleas Counselor in Choosing Delivery Attendantson PregnantWoman at Puskesmas Wonosegoro II Working Area Boyolali Regency with p value 0.037 (α = 0.05). Results of this study are expected to provide input and advice to the clinic and the Regency Health Office for program planning activities related to the increasing of the family’s role as a counselor in attending births Keywords : The Correlation between FamilysRoleas Counselor in Choosing Delivery Attendantson PregnantWoman at PuskesmasWonosegoro II Working Area Boyolali Regency Bibliographies: 35 (2006-2015)
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
2
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kelahiran normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar (kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan) atau 9 bulan kalender internasional bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam waktu 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28-40) (Prawirohardjo, 2009 ) Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Dikawasan ASEAN pada tahun 2011 hanya Singapura yang memiliki angka kematian ibu rendah, yakni mencapai angka kematian ibu < 15 yaitu 3 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 5 negara memiliki angka kematian ibu 15-199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni Brunei (24), Filipina (99), Malaysia (29), Vietnam (59) dan Thailand (48) serta empat Negara memiliki angka kematian ibu 200-499 per 100.000 kelahiran hidup termasuk Indonesia (Depkes RI, 2012). Indonesia sebagai salah satu Negara dengan AKI tertinggi di Asia, tertinggi ke 3 di kawasan ASEAN. Jumlah ibu meninggal dunia di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 228 pada setiap 100.000 kelahiran hidup dan meningkat di tahun 2013 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Angka kematian ibu di Provisi Jawa tengah per 100.000 kelahiran hidup untuk periode tahun 2008-2013 cederung mengalami peningkatan, dimana untuk tahun 2008 sebanyak 114,42, di tahun 2009 sebanyak 117,02, di tahun 2010 sebanyak 104,97, di tahun 2011 sebanyak 116,01, ditahun 2012 sebanyak 116,34 dan ditahun 2013 sebanyak 118,62 (Dinkes Prov Jateng,
2013Angka kematian ibu di kabupaten Boyolali untuk tahun 2012 sebanyak 15 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat di tahun 2013 sebanyak 19 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab Boyolali, 2013). Salah satu faktor penting dalam menurunkan mortalitas ibu adalah adanya tenaga kesehatan yang terampil pada saat persalinan. Sangat penting untuk bekerja sama dengan ibu, keluarga dan masyarakat dalam mempersiapkan persalinan serta membuat rencana tindakan jika terjadi komplikasi (Miratu, 2014). Komponen dalam persiapan persalinan diantaranya membuat rencana persalinan, membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawat daruratan, mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan, membuat rencana menabung dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan. Idealnya setiap keluarga seharusnya mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam rencana persalinan tersebut diantaranya tempat persalinan dan memilih tenaga kesehatan terlatih (Miratu, 2014). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih tempat bersalin. Faktor tersebut diantaranya jarak tempat melahirkan dengan tempat tinggal, memiliki fasilitas rujukan ke rumah sakit yang lebih besar, memiliki fasilitas lengkap. Tempat bersalin yang dapat dipilih antara lain rumah sakit, rumah bersalin, bidan, dukun beranak (Subakti & Anggarani, 2008) Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku pemanfaatan layanan kesehatan adalah teori perubahan perilaku. Perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor penguat (predisposing factor) di dalamnya terdapat pengetahuan, sikap, tindakan, tradisi (kepercayaan), dan norma/aturan, faktor pendukung (enabling
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
3
factor) seperti sarana pelayanan kesehatan, fasilitas, akses, biaya dan sumber informasi dan faktor pendorong (reinforsing factor) terdiri dari peran tokoh masyarakat, peran petugas kesehatan dan kepuasan serta peran keluarga (Notoatmodjo, 2010) Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 2008). Peran keluarga dalam memberikan nasihat sedikit berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya, mereka lebih mampu mengambil keputusan sendiri dalam memilih penolong persalinan. Sebagai contoh, dalam penelitian yang dilakukan, ada perempuan yang meskipun mendapat saran dari ibunya untuk memilih dukun tetapi memutuskan untuk memilih bidan karena dia fikir jika terjadi satu masalah muncul, dia dan bayinya yang akan menjadi “korban” (Juariah, 2009). Puskesmas Wonosegoro II merupakan bagian dari wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dengan membawahi wilayah kerja di Kecamatan Wonosegoro meliputi 8 desa dengan jumlah tenaga kesehatan (bidan) 10 orang dimana 8 bidan desa dan 2 bidan praktek swasta (BPS), sedangkan jumlah dukun bayi hanya 3 orang. Pelayanan yang diberikan mulai dari rawat jalan, rawat inap, gizi, sanitasi, poli gigi dan kebidanan. Fasilitas yang diberikan pihak puskesmas diantaranya ruang bersalin, ruang rawat inap, ruang gawat darurat dan ruang poli gigi. Data jumlah persalinan sebanyak 619 untuk tahun 2014 dimana 117 persalinan dibantu oleh dukun bayi dan 502 dibantu oleh tenaga kesehatan. Hal tersebut menunjukkan cakupan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan sebesar 81,0%, sehingga masih di bawah cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan untuk provinsi Jawa Tengah yaitu 97,14%. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali untuk mengukur variabel peran keluarga sebagai konselor dan pemilihan penolong persalinan digunakan kuesioner sederhana yang diberikan kepada 9 orang ibu hamil yang mana 5 ibu (55,6%) memilih bersalin di bukan tenaga kesehatan yaitu dukun bayi dimana 3 ibu (60,0%) menyatakan peran keluarga sebagai konselor kategori baik (sering memberikan gambaran untuk penolong persalinan yang berpengalaman, aman dan nyaman serta masing-masing kelebihan dan kekurangan mereka) dan 2 ibu (40,0%) menyatakan peran keluarga sebagai konselor kategori kurang (jarang memberikan gambaran untuk penolong persalinan yang berpengalaman, aman dan nyaman serta masing-masing kelebihan dan kekurangan mereka)(2012) yang menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif
Diperoleh pula 4 ibu (44,4%) memilih bersalin di tenaga kesehatan yaitu bidan desa dan dokter dimana 2 ibu (50,0%) menyatakan peran keluarga sebagai konselor kategori baik (sering memberikan gambaran untuk penolong persalinan yang berpengalaman, aman dan nyaman serta masing-masing kelebihan dan kekurangan mereka) dan 2 ibu (50,0%) menyatakan peran keluarga sebagai konselor kategori kurang (jarang memberikan gambaran untuk penolong persalinan yang berpengalaman, aman dan nyaman serta masing-masing kelebihan dan kekurangan mereka). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada ibu yang memilih tenaga penolong persalinan dukun dari pada tenaga kesehatan meskipun mereka mendapatkan konseling yang baik dari keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti dengan mengambil judul, “Hubungan Peran
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
4
Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan PenolongPersalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan diarahkan untuk mencari hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan (Setiawan dan Saryono, 2010). Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitiandilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali pada tanggal 26-27 Januari 2016 . Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali sebanyak 68 orang (Data per Desember 2015). 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali berjumlah 68 orang. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Jenis data yang digunakan adalah data primer. Menurut Notoatmodjo (2010), data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden ataupun dari sumber pertama. Data primer pada penelitian ini adalah data yang didapat langsung dengan cara membagikan kuesioner kepada ibuhamil. b. Data Sekunder Menurut Notoatmodjo (2010), data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat dari orang lain atau data yang diperoleh tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data jumlah ibuhamil. 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data untuk mengetahui peran keluarga sebagai konselor dan pemilihan penolongan persalinan pada penelitian ini menggunakan kuesioner tidak baku artinya disusun sendiri oleh peneliti. 3. Etika Penelitian a. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden setelah menyampaikan tujuan dan manfaat penelitian serta meminta kesediaan calon responden untuk membantu
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
5
penelitian. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan persetujuan responden dalam membantu penelitian. Lembar persetujuan menjadi responden diberikan sebelum penelitian dilakukan yaitu setelah calon responden menyatakan setuju menjadi responden yang selanjutnya disebut sebagai responden. b. Tanpa Nama (Anonimity) Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur (kuesioner) dan tabel tabulasi akan tetapi hanya menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data dan tabel tabulasi. c. Kerahasian (Confidentiality) Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dengan cara tidak mempublikasikan seluruh informasi yang diperoleh kepada pihak yang tidak berkepentingan. Data yang diberikan responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya pihak tertentu saja yang dapat mengaksesnya dalam bentuk laporan hasil penelitian Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2010). Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu untuk mendeskripsikan variabel peran keluarga sebagai konselor dan pemilihan penolongan persalinan yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.: 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Chi Square (χ2)
satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih di mana data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono, 2012). Analisis bivariat dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Menurut Sugiyono (2012), untuk memperjelas pembahasan serta mengetahui hubungan antar variabel maka dilakukan uji statistik korelasi dengan menggunakan uji Chi Square (χ2) dengan rumus :
Keterangan : = nilai chi kuadrat = frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diharapkan Guna dapat membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka harga chi kuadrat tersebut perlu dibandingkan dengan chi kuadrat tabel dengan dk dan taraf kesalahan tertentu. Berlaku ketentuan bila χ2hitung lebih kecil dari χ2tabel, maka Ho diterima, dan apabila χ2hitung lebih besar dari χ2tabel, maka Ho ditolak. Hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, dapat diketahuidengan membandingkan nilai p value yaitu dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) yang digunakan adalah 0,05. Apabila p value< 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2012).
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
6
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Peran keluarga sebagai konselor Tabel4.1 Gambaran Peran Keluarga Sebagai Konselor Pada IbuHamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II KabupatenBoyolali Peran keluarga Sebagai konselor Kurang Baik
Total
f
Persentase (%)
32 36 68
47,1 52,9 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali sebagian
besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 orang (52,9%). Pemilihan penolong persalinan Tabel 4.2 Gambaran Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali Pemilihan f Persentase Penolong (%) persalinan Non nakes 13 19,1 nakes 55 80,9 Total 68 100,0 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali sebagian besar memilih penolong persalinan adalah tenaga kesehatan yaitu sebanyak 55 orang (80,9%)
Analisis Bivariat Tabel 4.3 Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
Peran Keluarga Sebagai Konselor Kurang Baik Jumlah
Pemilihan Penolong Persalinan Non Nakes Nakes Total f % f % f % 10 31,2 22 68,8 32 100,0 3 8,3 33 91,7 36 100,0 13 19,1 55 80,9 68 100,0
Tabel 4.3 menunjukkan hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolong persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali diperoleh, responden yang memilih penolong persalinan non tenaga kesehatan sebanyak 13 orang dimana sebagian besar peran keluarga sebagai konselor kategori baik yaitu 10 orang (31,2%) lebih banyak dari pada peran
Χ2
p-value
4,367
0,037
keluarga sebagai konselor kategori kurang yaitu 3 orang (8,3%). Responden yang memilih penolong persalinan tenaga kesehatan sebanyak 55 orang dimana sebagian besar peran keluarga sebagai konselor kategori baik yaitu 33 orang (91,7%) lebih banyak dari pada peran keluarga sebagai konselor kategori kurang yaitu 22 orang (68,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2hitung (4,367) > χ2tabel (3,84) dan
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
7
p value sebesar 0,037 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolong persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Peran Keluarga Sebagai Konselor pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali dalam kategori kurang yaitu sebanyak 32 orang (47,1%). Responden menyatakan peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil kategori kurang terutama pada indikator menjadi penengah yang ditunjukkan dengan sebagian besar mereka menjawab “tidak” pada pernyataan keluarga memberi alternatif penolong persalinan yang lebih dekat dan nyaman (33,8%). Keluarga ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali memberikan alternatif penolong persalinan dengan lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal. Pemilihan tempat persalinan yang berdekatan akan mempercepat diperolehnya penanganan ketika ibu akan melahirkan. Harapan dari keluarga ketika ibu cepat mendapat pertolongan dalam persalinan maka tingkat resiko persalinan dapat diturunkan. Responden menyatakan peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil kategori kurang terutama pada indikator mengajarkan melakukan self control yang ditunjukkan dengan sebagian besar mereka menjawab “tidak” pada pernyataan keluarga mengajarkan memilih penolong persalinan yang memahami masalah pada persalinan (30,9 %)
Peran keluarga sebagai konselor dalam membantu ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan diantaranya keluarga mengajarkan kepada ibu hamil untuk berbuat secara dewasa dan bertanggung jawab serta melakukan self control. Ibu hamil yang memiliki self control yang baik akan mempertimbangkan informasi yang diperoleh sebagai landasan untuk mengambil keputusan memilih tenaga penolong persalinan yang aman dan nyaman. Keluarga sebagai konselor juga dapat menjadi penengah dari pertentangan atau kesejangan komunikasi antara ibu hamil dengan anggota keluarga terkait dengan penolong persalinan yang akan dipilih dengan memberikan intepretasi atau resiko yang terjadi dari pilihan yang diambil (Listiani, 2013) Peran merupakan sekelompok tingkah laku yang berhubungan dengan suatu posisi atau status sosial dalam masyarakat (Rini, 2012). Keluarga merupakan persekutuan dua orang atau lebih individu yang terkait oleh darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga/saling berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga serta saling menciptakan dan memelihara budaya (Muhlisin, 2012). Peran konselor dalam membantu klien dalam konseling keluarga diantaranya konselor membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung jawab dan melakukan self control danmenjadi penengah dari pertentangan atau kesejangan komunikasi dan mengintepretasikan pesanpesan yang disampaikan klien atau anggota keluarga (Listiani, 2013). Peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali dalam kategori kurang baik didukung oleh faktor usia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Khomsah (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta kader poyandu dalam mendeteksi faktor resiko ibu hamil di Wilayah Kerja
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
8
Puskesmas Buayan Kebumen Jawa Tengah. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan umur dengan peran serta kader posyandu dalam mendeteksi faktor resiko ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Buayan Kebumen Jawa Tengah, dengan p value sebesar 0,025 (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 orang (52,9%). Responden menyatakan peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil kategori baik terutama pada indikator membantu melihat obyek yang ditunjukkan dengan sebagian besar mereka menjawab “ya” pada pernyataan keluarga memberikan gambaran penolong persalinan yang terjangkau (86,8%). Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa keluarga gambaran penolong persalinan yang terjangkau. Mereka memberikan informasi penolong persalinan yang mudah dijangkau tempat tinggalnya, artinya tidak jauh dari rumah dan aksesnya mudah tidak membutuhkan waktu yang lama. Keluarga juga memberikan informasi penolong persalinan yang biayanya terjangkau dengan kondisi keungan keluarga. Informasi ini berdasarkan pengalaman mereka atau tetangga yang bersalin ditempat tersebut. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga kelompok dan masyarakat (Effendy, 2010). Gambaran Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali yang memilih penolong persalinan non tenaga kesehatan sebanyak 13 orang (19,1%). Pemilihan penolong persalinan merupakan suatu penetapan pilihan penolong dalam proses fisiologi yang memungkinkan terjadinya serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Aprillia, 2010). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan untuk provinsi Jawa Tengah yaitu 97,14% (Dinkes Prov Jateng, 2013) Penolong persalinan oleh dukun mengenai pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang profesional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu dan anggota keluarga (Wiknjosastro, 2005). Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat dipercayai di kalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun atau lebih dikenal dengan bidan kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun temurun (tidak berkembang) (Meilani dkk, 2009) Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan di kecamatan Wonosegoro masih ada yang rendah. Mereka masih percaya kepada dukun
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
9
karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Kebiasaan dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Persalinan melalui dukun bayi dianggap menguntungkan ibu hamil, khususnya mereka dengan kondisi ekonomi yang rendah. Dukun bayi selain pemberian upahnya tidak mahal, bentuknya lebih luwes, juga tidak mesti membayar pada setiap kunjungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jahidin (2012) tentang faktor determinan yang mempengaruhi alternative pemilihan persalinan dukun beranak di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukan ada hubungan nilai sosial budaya dengan alternative pemilihan persalinan dukun beranak di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar, dengan nilai p value sebesar 0,037 (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali yang memilih penolong persalinan tenaga kesehatan yaitu sebanyak 55 orang (80,9%). Beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anggota keluarga, antara lain tenaga profesional meliputi bidan, dokter spesialis kebidanan, dokter umum, pembantu bidan (PKE) dan perawat bidan (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Amalia (2011) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesemas Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesemas
Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Analisis Bivariat Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2hitung (4,367) > χ2tabel (3,84) dan nilai p value 0,037 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolong persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali . Komponen dalam persiapan persalinan diantaranya membuat rencana persalinan, membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan, mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan, membuat rencana menabung dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan. Idealnya setiap keluarga seharusnya mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam rencana persalinan tersebut diantaranya tempat persalinan dan memilih tenaga kesehatan terlatih (Miratu, 2014). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih tempat bersalin. Faktor tersebut diantaranya jarak tempat melahirkan dengan tempat tinggal, memiliki fasilitas rujukan ke rumah sakit yang lebih besar, memiliki fasilitas lengkap. Tempat bersalin yang dapat dipilih antara lain rumah sakit, rumah bersalin, bidan, dukun beranak (Subakti & Anggarani, 2008) Persalinan secara tradisional yang dibantu oleh dukun bayi tidak menyehatkan bagi ibu, bahkan mungkin ibu dapat menjadi korban serta dapat mengancam nyawa anak. Hal tersebut terjadi karena persalinan tradisional biasanya tidak dilakukan pengguntingan episiotomy pada kemaluan ibu, sehingga beresiko terjadi robekan
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
10
vagina. Vagina yang robek spontan menghambat proses penyembuhan luka vagina sehingga struktur vagina tidak pulih seperti sediakala (Nadesul, 2008). Penolong persalinan pada prinsipnya harus memperhatikan sterilisasi, metode pertolongan persalinan yang memenuhi syarat teknis medis dan merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi (Ester dan Wahyuningsih, 2009). Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku pemanfaatan layanan kesehatan adalah teori perubahan perilaku. Perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor penguat (predisposing factor) di dalamnya terdapat pengetahuan, sikap, tindakan, tradisi (kepercayaan), dan norma/aturan, faktor pendukung (enabling factor) seperti sarana pelayanan kesehatan, fasilitas, akses, biaya dan sumber informasi dan faktor pendorong (reinforsing factor) terdiri dari peran tokoh masyarakat, peran petugas kesehatan dan kepuasan serta peran keluarga (Notoatmodjo, 2010). Ibu dengan akses media massa kurang mempunyai peluang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga dukun sebagai penolong persalinan dibandingkan ibu dengan akses yang cukup. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembentukan sikap seseorang, karena dengan adanya kontak seseorang dengan media massa akan menambah pengetahuan orang tersebut akan sesuatu hal, yang pada akhirnya pengetahuan tersebut berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang akan dipilihnya. Selain itu juga,perubahan perilaku akibat pengaruh media massa ini tergantung pada intensitas
keterpaparan dari media massa itu sendiri (Notoatmodjo, 2010) Pendidikan sangat penting bagi seseorang dimana pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika. Pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan pesan-pesan sehingga memiliki pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2010) Beberapa ibu hamil yang memilih ditolong oleh tenaga kesehatan karena telah memiliki asuransi seperti askes, jamkesmas ataupun jampersal (jaminan persalinan). Keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatif muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya (Juariah, 2009). Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya. Mereka lebih mampu mengambil keputusan sendiri dalam memilih penolong. Sebagai contoh, dalam penelitian yang penulis lakukan, ada perempuan yang meskipun mendapat saran dari ibunya untuk memilih dukun tetapi memutuskan untuk memilih bidan karena dia fikir jika terjadi satu masalah muncul, dia dan bayinya yang akan menjadi “korban” (Juariah, 2009).
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
11
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Amalia (2011) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesemas Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesemas Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dari penelitian ini diantaranya pada saat penelitian hari pertama tanggal 26 Januari 2016 ada sejumlah enam responden yang melakukan ANC di bidan desa sehingga mempengaruhi pemilihan mereka terhadap penolong persalinan. Hasil adanya faktor lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya faktor ekonomi, pendidikan dan lingkungan (sosial budaya). Upaya yang dilakukan oleh peneliti diantaranya dengan menetapkan criteria inklusi dan eksklusi untuk mengendalikan faktor lain tersebut Kesimpulan 1. Peran keluarga sebagai konselor pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 orang (52,9%). 2. Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali sebagian besar memilih penolong persalinan adalah tenaga kesehatan yaitu sebanyak 55 orang (80,9%). 3. Ada hubungan peran keluarga sebagai konselor dengan pemilihan penolongan persalinan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali, dengan nilai p value 0,037 (α = 0,05).
Saran 1. Praktisi dan Instansi kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk perencanaan program kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan peran keluarga sebagai konselor dalam menolong persalinan. 2. Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perawat tentang keadaan sesungguhnya pertolongan persalinan yang ada, sehingga perawat dapat membuat rencana kegiatan keperawatan maternitas yang baik untuk mendukung penurunan AKI dan AKB di wilayah kerjanya. 3. Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan ibu hamil memilih pertolongan persalinannya di tenaga non kesehatan atau dukun bayi, sehingga dapat dikembangkan dalam ilmu keperawatan maternitas dan komunitas. 4. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan memberikan informasi awal bagi pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA [1] Aprillia, 2010. Hipnostetri. Rileks Nyaman dan Aman Saat Hamil dan. Melahirkan. Jakarta : Gagas Media. [2] Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Jakarta [3] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Semarang
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
12
[4] Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2013. Boyolali [5] Effendy, 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya [6] Effendy, Nasrul. 2010. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:Rineka Cipta. [7] Ester dan Wahyuningsih, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC [8] Juariah, 2009. Antara Bidan dan Dukun. Jakarta : Majalah Bidan Volume XIII. [9] Meilani dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. [10] Miratu, 2014. Cara Mudah Menjadi Bidan yang Komunikatif, Pekanbaru. deepublish [11] Muhlisin, 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen [12] Nadesul, 2008. Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar. Jakarta: PT. Kompas [13] Notoadmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.
[14] Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta [15] Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. [16] Rini, 2012. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta : EGC [17] Setiawan dan Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Nuha. Medika. [18] Subakti & Anggarani, 2008. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta : PT. Wahyu Media. [19] Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta [20] Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hubungan Peran Keluarga Sebagai Konselor dengan Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosegoro II Kabupaten Boyolali
13