HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN ANALIZE THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE YOUNG WOMEN CLASS X ABOUT MENSTRUATION WITH PERSONAL HYGIENE DURING MENSTRUATION IN SMKN 02 BANGKALAN 1
Permatasari, 2Nurun Nikmah Mahasiswa STIKES Insan Unggul Surabaya 2 Dosen STIKES Insan Se Agung Bangkalan
1
ABSTRAK Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higienis perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduki akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higienis pada saat menstruasi. Personal hygiene yang kurang akan menimbulkan masalah-masalah kesehatan reproduksi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat personal hygiene yang terjadi pada remaja putri saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri kelas X tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi di SMKN 02 Bangkalan. Penelitian ini termasuk penelitian analitik korelasi dan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Besar sampel sebanyak 53 orang. Masing-masing variable yang diteliti dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan p< 0,05 untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan cukup tentang menstruasi 47,2%, personal hygiene kurang saat menstruasi 37,7% dan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, teknik analisa menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan p< 0,05. Dan nilai probality lebih kecil dari pada nilai Alpha 0,0001. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa remaja lebih banyak berpengetahuan cukup, dengan perilaku personal hygiene kurang. Ini menunjukkan pentingnya pengetahuan terhadap perilaku personal hygiene remaja putrid saat menstruasi Kata kunci: Pengetahuan, Remaja, Menstruasi, Personal Hygiene PENDAHULUAN Menjadi remaja berarti menjalani proses penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Hal ini disebabkan karena lonjakan pertumbuhan dan pematangan organ-organ reproduksi seiring munculnya perasaan asing terhadap diri. Peristiwa penting yang terjadi pada remaja puteri adalah menstruasi. Siklus menstruasi adalah proses yang normal dan tidak harus mengganggu fungsi mental serta fisik wanita. Selama menstruasi, kebersihan personal amat penting untuk mengurangi bau badan, mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat kurang menjaga kebersihan saat menstruasi. (1) Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Namun tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang menjaga kesehatan reproduksi, maka banyak remaja memilih diam dan tidak menyadari bahaya mendatang yang disebabkan kurangnya menjaga kebersihan saat menstruasi (2) . Pemahaman remaja terhadap sistem maupun fungsi reproduksinya sangatlah penting. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higienis perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduki akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higienis pada saat menstruasi (3) .
Dari hasil pra survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja puteri di SMKN 02 Bangkalan didapatkan bahwa dari 10 responden, 3 responden mengatakan mengganti pembalut 2X/ hari, mengganti pembalut setiap kali buang air kecil, mengganti celana dalam 1/hari dan 7 responden mengatakan tidak mengganti saat buang air kecil, ganti pembalut 2X/ hari, ganti celana dalam jika kotor alasannya selama sudah mengganti pembalut, kebersihan sudah terjaga. Sebagian besar remaja puteri tidak mendapatkan informasi menjaga kebersihan daerah genetalia dari orang tua melainkan dari sumber-sumber yang lain, oleh karenanya peneliti tertarik untuk mencari informasi yang lebih banyak tentang kesehatan reproduksi dengan kebersihan pada genetalia saat menstruasi pada remaja puteri di SMKN 02 Bangkalan. Melakukan perubahan gaya hidup sebagai upaya dini mencegah ancaman penyakit kanker serviks. Namun peran tenaga kesehatan dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh remaja terutama remaja putri, sebagaimana dalam tugasnya tenaga kesehatan memberikan penyuluhan dan mengajarkan personal higiene saat menstruasi, berguna untuk menjaga kesehatan reproduksi remaja. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan keluarga dengan reproduksi yang sehat (3). Dari uraian diatas, penelitian tertarik untuk melakukan penelitian pada remaja tentang hubungan pengetahuan
remaja putri kelas X tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi di SMKN 02 Bangkalan. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan vagina secara brkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini (4). Konsep Dasar Personal Hygiene Menstruasi Hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen personal hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanaya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapakan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang (2). Cara-cara menjaga personal hygiene pada saat menstruasi (5) 1. Paling penting kualitas pembalut. Usahakan membeli pembalut yang mempunyai daya tamping/resap yang baik sehingga tidak merembes kemana-mana. 2. Menggunakan pembalut khusus untuk malam hari 3. Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari 4. Pembalut diganti sedikitnya sehari harus ganti 3 kali (tergantung sedikit banyaknya darah haid), kita juga harus rajin mencuci daerah sensitive (wanita) dengan menggunakan air bersih. 5. Sesering mungkin ganti pembalut, agar suasana disekitar vagina tidak lembab, karena dapat menimbulkan jamur yang tidak dikehendaki 6. Pada saat menstruasi itu wanita harus lebih menjaga kebersihan di daerah kelamin, harus lebih banyak menjaga kekeringan didaerah tersebut dibanding jika tidak menstruasi. Karena kalau tidak tentu akan mudah mendatangkan masalah terutama terhadap kulit disekitar lipatan paha tersebut. Manfaat menjaga Personal hygiene 1. Meningkatkan derajat kesehatan 2. Memelihara kebersihan diri 3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang 4. Mencagah penyakit 5. Terciptakan keindahan 6. Meningkatkan rasa percaya diri Akibat yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi (2) 1. Demam 2. Radang pada permukaan vagina
3. Gatal-gatal pada kulit vagina 4. Keputihan 5. Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Metode penelitian ini adalah suatu cara penerapan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengahargaan dan penjabaran kebenaran. Penjabaran tentang metode penelitian yang akan dilaksanakan, dibahas sebagai berikut: jenis dan rancangan penelitian, populasi, sampling, klasifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data, pengelolahan data, analisa data, masalah etika penelitian dan keterbatasan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk penelitian analitik korelasi yang merupakan penelitian atau penelaah hubugan antara dua variabel (6). Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana peneliti melakukan penelitian atau pengukuran variabel sesaat(7). Populasi dari penelitian ini adalah siswi kelas X SMKN 02 Bangkalan terdiri dari 14 kelas. Dengan jumlah total seluruhnya siswi perempuan adalah 61 orang. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 53 orang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Data Umum Tabel 1 Distribusi frekuensi umur Umur Frekuensi Persentase 16 Tahun 21 39,6 17 Tahun 32 60,4 53 100,0 Total Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 53 remaja putri lebih banyak adalah remaja putri umur 17 sebanyak 32 (60%). 2. Data Khusus Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tingkat No. Jumlah Pengetahuan Persentase Responden 1. Baik 16 30,2 2. Cukup 25 47,2 3. Kurang 12 22,6 Jumlah 53 100,0 Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih banyak remaja putri memiliki pengetahuan cukup tentang menstruasi sebanyak 25 orang (47,2%). Tabel 3 Distribusi frekuensi Personal hygiene Remaja Putri Kelas X
Tingkat Personal hygiene
Jumlah Responden
Persentase
1.
Baik
18
33,9
2.
Cukup
15
28,4
3.
Kurang
20
37,7
53
100,0
No.
Jumlah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih banyak remaja putri memiliki Personal hygiene kurang saat menstruasi sebanyak 20 orang (37,7%). Jumlah ini mendekati perilaku remaja dengan personal hygiene baik sebanyak 18 orang (33, 9%). 3. Analisa Hasil Penelitian Tabel 4 Tabulasi silang tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan Personal hygiene
N o
1
Personal hygiene Remaja Putri saat Menstruasi Kurang Baik Cukup
Penget ahuan
Baik
2
Cukup
3
Kuran g Jumlah
∑ ∑
%
∑
%
13
81,3
3
18,7
5
20
0
11
44
1 18
8,3 15
Jumlah
%
0
0
9
36
11
91,7 20
∑
%
16
100
25
100
12
100 53
Dari 20 remaja putri dengan perilaku personal hygiene kurang, lebih banyak 11 orang (91,7%) dengan pengetahuan kurang. Dari 15 remaja putri yang memiliki personal hygiene cukup, lebih banyak memiliki pengetahuan cukup sebanyak 25 orang (44%). Dan dari 18 remaja dengan personal hygiene baik, lebih banyak remaja putri berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (81,3%). Berdasarkan Uji Rank Spearman diperoleh nilai probality (p) lebih kecil dari pada nilai Alpha (0,0001 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak H1 diterima. Berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene remaja putri saat menstruasi. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi Di SMKN 2 Bangkalan Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih banyak remaja putri mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 25 orang (47,2%). Hal ini didukung oleh pengetahuan yang kurang tentang menstruasi berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan oleh sikap remaja putri yang tertutup. Remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang biasanya disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya yaitu mereka cendrung malu, merasa asing, dan tidak memiliki sikap terbuka untuk mengetahui bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Terbukti jumlah remaja putri dengan pengetahuan kurang sebanyak 12 (22,6%) orang, jumlah ini mendekati jumlah remaja putri dengan pengetahuan baik sebanyak 16 (30,2%) orang. Berdasarkan hasil wawancara, mereka mengatakan malu untuk membicarakan hal-hal mengenai menstruasi atau seputar kesehatan reproduksi kepada teman ataupun orang tua mereka. Padahal justru orang tua khususnya ibu lebih mengerti mengenai apa itu menstruasi. Dalam dunia pendidikan kesehatan dasar tentang sistem reproduksi manusia harus diberikan. Karena dengan pengetahuan yang baik tentang menstruasi, remaja akan merasa tenang dan siap menghadapi dan mengatasi masalah yang terjadi saat menstruasi berlangsung (8). Jika ada peristiwa menstruasi yang tidak disertai dengan
pengetahuan dan informasi yang benar, maka bisa timbul macam-macam problem psikis (9). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin remaja putri terbuka dalam menggali informasi mengenai organ reproduksinya, maka akan semakin luas wawasan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi (10) . Jika menstruasi disertai dengan pengetahuan yang benar, remaja putri akan merespon menstruasi dengan halhal atau perilaku yang positif. Orang yang memiliki peran penting dalam mendidik dan memberikan pengetahuan kepada anaknya sehingga akan menciptakan pandangan atau perilaku tertentu terhadap sesuatu hal (10). Mereka kurang memahami bahwa menstruasi adalah peristiwa yang normal yang terjadi pada wanita. Mereka pada umumnya tidak mengetahui hal-hal yang mendasar yang berkaitan dengan menstruasi antara lain adalah pengertian, mekanisme terjadinya menstruasi, dan siklus menstruasi. Sikap tertutup tersebut menyebabkan mereka kurang mendapat informasi mengenai menstruasi, Seharusnya remaja putri memiliki sikap terbuka supaya dapat menerima berbagai informasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya menstruasi. Kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene saat menstruasi pada sebagian remaja putri mengindikasikan bahwa selayaknya para remaja putri memperoleh informasi tentang menstruasi. Pendekatan yang bisa dilakukan diantaranya melalui keluarga, kelompok sebaya, institusi sekolah, serta kelompok kegiatan remaja yang peduli terhadap masa puber. Dukungan dari keluarga berupa pemberian informasi mengenai menstruasi juga sangat dibutuhkan bagi remaja putri, sehingga pengetahuan mereka bertambah. Keluarga seharusnya memberikan pemahaman dan pengenalan mengenai organ reproduksi kepada putrinya sebelum mereka mengalami perubahan organ reproduksi. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan remaja putri sehingga mereka akan merespon terjadinya menstruasi dengan perilaku personal hygiene yang baik. 2. Perilaku Personal hygiene Pada Saat Menstruasi Dari data Tabel 5.3 Distribusi frequensi remaja putri di dapatkan bahwa Lebih banyak remaja putri yang memiliki personal hygiene kurang 20 (37,7%) orang. Jumlah ini mendekati jumlah remaja putri dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 18 (33,9%) orang, sedangkan remaja putri dengan perilaku personal hygiene cukup sebanyak 15 (28,4%) orang. Perilaku remaja putri terhadap personal hygiene saat menstruasi meliputi bagaimana cara para remaja putri untuk menjaga personal hygiene saat menstruasi agar terhindar dari penyakit infeksi atau akibat lain yang akan sangat merugikan diri kita sendiri. Selain itu perlunya pendekatan terhadap orang tua terutama seorang ibu yang biasanya lebih dekat dengan remaja putri untuk mengarahkan dan membimbing anak dalam mempersiapkan masa – masa puber agar memiliki personal hygiene yang sesuai. Perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut tentang sikap yang berhubungan dengan kesehatan (7).
Timbul persaan malu dan membatasi kegiatan dikarenakan anggapan mereka bahwa menstruasi merupakan suatu beban baru yang tidak menyenangkan dan menjadi penghalang untuk beraktifitas. Malas dalam menjaga kebersihan badan dikarenakan enggan untuk melihat darah menstruasi yang keluar menyembunyikan celana dalam yang kotor dan malas untuk melakukan kegiatan (8). Dapat pula muncul reaksi atau respon yang positif pada saat fase menstruasi tiba, karena adanya bekal pengetahuan tentang menstruasi yang cukup. Timbul rasa tenang dan siap menjalani hari dengan masa haidnya. Mampu menerima dan siap mengalami serta mengatasi masalah yang terjadi saat haid, tidak menyembunyikan diri atau menarik diri dari pergaulan dan tidak malu mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ditemui kepada teman terdekat ataupun kepada orang tua. Mampu merawat diri dengan lebih baik dan merasa senang karena telah mengalami kematangan seksual yang menjadi pertanda dewasa secara biologis (8). Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharunya perempuan benar-benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara ekstra terutama pada bagian vavina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebihan sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi. Hygiene menstruasi kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Minimnya pengetahuan dan wawasan masyarakat menjadikan mereka berpola pikir yang mengada-ada, yang kemudian berkembang menjadi mitos. Meskipun secara medis, mitos yang berkembang tersebut tidak alamiah. Perilaku higienis merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Ini salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikan perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negative suatu perilaku terkait dengan keadaan menstruasi. 3. Hubungan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi Hasil penelitian menunjukkan dari 53 remaja putri, yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 12 (22,7%) orang, lebih banyak memiliki perilaku personal hygiene kurang sebanyak 11 (20,8%) orang. Remaja putri yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 25 (47,2%) orang, lebih banyak memiliki perilaku personal hygiene cukup sebanyak 11 (20,8%) orang. Dan 16 (30,1%) remaja putri berpengetahuan baik, lebih banyak memiliki perilaku personal hygiene baik sebanyak 13 (24,5%) orang. Berdasarkan uji Rank Spearman, diperoleh nilai probability lebih kecil dari pada Alpha (0,000 < 0,05). Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene di SMKN 2 Bangkalan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
Remaja putri merupaka usia yang rentan, karena pada masa ini terjadi perkembangan seksual sekunder yang pertama sampai pada akhir pertumbuhan somatic serta terjadi perkembangan intelektual dan emosional. Untuk itu pengetahuan dan pemahaman tentang menstruasi sangat penting bagi remaja putri agar mereka siap dan tanggap pada setiap dan tanggap pada setiap perubahan dan kejadian, terutama yang berkaitan dengan personal hygiene saat menstruasi. Pada umumnya, remaja putri masih enggan dan malu untuk bertanya dan menggali informasi masalah reproduksi khusunya personal hygiene saat menstruasi. Selain itu adanya keengganan mereka untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan apabila mengalami gangguan atau masalah saat menstruasi. Sehingga yang terjadi adalah munculnya reaksi atau respon yang negatif antara lain merasa malu, cemas, sedih, menarik diri dari pergaulan. Sebagian besar wanita merasa masih tabu untuk membicarakan hal itu mengakibatkan minimnya pengetahuan tentang apa itu menstruasi, dan bagaimana personal hygiene saat menstruasi. Berdasakan kondisi tersebut, seharusnya remaja putri secara dini mengetahui tentang menstruasi. Tetapi dengan kondisi pengetahuan yang baik, maka sebagian besar remaja putri sudah mulai membuka diri untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi terutama menjaga kebersihan saat menstruasi. Dengan pengetahuan yang positif, akan membuat remaja putri siap dalam menghadapi menstruasi. Dengan sikap yang siap akan membantu remaja putri merasa tenang dalam menjalani hari dengan masa haidnya. Indikatornya kesiapan remaja putri pada umumnya mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi menstruasi. Oleh karena itu, pendidikan seputar menstruasi disarankan untuk diterapkan bagi anak remaja perempuan yang masih tabu mereka bicarakan kepada orang tua. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai dan mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu berperilaku higenis ketika mengalaminya. Dalam penelitian ini secara faktual, ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi. Dengan tingkat pengetahuan yang baik, remaja putri memiliki perilaku psonal hygiene yang baik pula saat menstruasi. Dapat dipahami sekarang bahwa jika ada peristiwa menstruasi tidak disertai dengan pengetahuan dan informasi yang benar maka bisa timbul macam-macam masalah psikis. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Remaja putri di SMKN 2 Bangkalan lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang menstruasi sebanyak 47,2%. Remaja putri di SMKN 2 Bangkalan lebih banyak memiliki perilaku personal hygiene kurang saat menstruasi sebanyak 37,7%.
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene di SMKN 2 Bangkalan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan dibuktikan berdasarkan uji Rank Spearman, diperoleh nilai probability 0,0001. Saran Bagi remaja putri diharapakan untuk mencari informasi atau mengikuti penyuluhan tentang pengetahuan dan personal hygiene saat menstruasi melalui petugas kesehatan, buku, televisi dll. Bagi Sekolah diharapkan pihak sekolah untuk dapat memperhatikan kebutuhan penyuluhan tentang tujuan dan waktu yang tepat tentang personal hygiene menstruasi. Bagi Pendidikan diharapkan menjadi acuan dan refrensi dalam menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan mengetahui faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan menstruasi dengan personal hygiene. DAFTAR PUSTAKA 1. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto. 2. Wurji. (2010). Menstruasi Remaja. http://sits. Kespro.info/Menstruasi htm. (Sitasi 16 Maret 2010). 3. Departemen Kesehatan RI. (2003). Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta: Depkes RI 4. Hurlock, EB, Monks, FJ. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Jakarta: Erlangga. 5. Decha. (2011). Konsep Personal hygiene. http/keperawatan.info/ personal hygiene/htm. (Sitasi 20 Maret 2011) 6. Sukmadinata, (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. 7. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 8. Kenzie. (2003). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC 9. Suryani, E. (2008). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitra Maya 10. Mahfiana. (2009). Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.