Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN STATUS KEPEGAWAIAN BIDAN DENGAN PENERAPAN PARTOGRAF DI KABUPATEN SRAGEN Lidia Widia (
[email protected]) ABSTRAK Kesehatan ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah sepanjang tahun 2012 masih tinggi, sedangkan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Sragen, menduduki peringkat tertinggi se-Karisidenan Surakarta. Kematian ibu terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau nifas. Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, yaitu salah satunya dengan memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi sasaran adalah bidan dan populasi terjangkau adalah semua bidan di Kabupaten Sragen. Subyek penelitian sejumlah 50 bidan. Variabel independen dalam penelitian adalah pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan serta variabel dependen adalah penerapan partograf yang diukur dengan kuesioner. Pengolahan data menggunakan regresi linier ganda. Ada hubungan antara pengetahuan tentang partograf (b=1,58; CI=95%=0,44 hingga 2,72; p=0,008), motivasi bidan (b=5,51; CI=95%= 4,08 hingga 6,94; p<0,001) dan status kepegawaian bidan PTT (b=-2,23; CI=95%=-2,23 hingga -7,08; p=0,36); PNS (b=-2,96; CI=95%=-2,96 hingga -7,87; p=0,23) dengan penerapan partograf. Ada hubungan antara pengetahuan tentang partograf, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Status Kepegawaian Bidan, Penerapan Partograf pengambilan keputusan klinik atau rujukan PENDAHULUAN Kesehatan ibu dan bayi merupakan masalah dapat dihindari (Sapartinah, 2011). kesehatan yang penting di Indonesia. Salah Salah satu upaya untuk menurunkan satu tujuan pembangunan millenium Angka Kematian Ibu dan meningkatkan (MDG’s) 2015 adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan kesehatan maternal. Millenium Declaration pertolongan persalinan oleh tenaga menempatkan kematian ibu sebagai prioritas kesehatan. Kompetensi bidan yang ke-empat utama yang harus yang harus ditanggulangi adalah memberikan asuhan bermutu yang untuk meningkatkan kualitas ibu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan (Sapartinah, 2011). setempat selama persalinan, mempimpin Kematian ibu dalam persalinan persalinan yang bersih, dan aman, disebabkan karena keterlambatan dalam menangani situasi kegawatdarutan tertentu mengenali risiko tinggi ibu bersalin. untuk mengoptimalkan kesehatan wanita Menurut Fahdhy dan Chongsuvivatwong ( dan bayi baru lahirnya, salah satunya 2004 ) menyatakan bahwa 90% kematian melalui pemantauan kemajuan persalinan ibu terjadi pada saat persalinan karena normal menggunakan partograf (Setiawan, komplikasi obstetri yang sering tidak dapat 2010). diperkirakan sebelumnya, seperti: Tujuan Penelitian ini yaitu: 1) perdarahan, partus lama dan partus tak maju. Mendiskripsikan pengetahuan bidan tentang Perdarahan, partus lama dapat dicegah penerapan partograf di Kabupaten Sragen; 2) apabila penolong persalinan menggunakan Mendiskripsikan motivasi bidan dalam partograf untuk mendeteksi dini penyulit penerapan partograf di Kabupaten Sragen; 3) persalinan sehingga keterlambatan dalam Mendiskripsikan status kepegawaian bidan di Kabupaten Sragen. 45
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:1) Faktor Pendidikan; 2) Pekerjaan; 3) Umur; 4) Minat; 5) Kebudayaan lingkungan sekitar; 6) Pengalaman; 7) Informasi (Mubarak, 2011). Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sehingga Hendaknya seseorang mau memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan (Notoatmojo, 2010). Motivasi adalah alasan-alasan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku bertindak tertentu (Wikipedia, 2012). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya (Mirza, 2012; Saleha, Satrianegara, 2010). Menurut teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) tingkat atau hierarki kebutuhan manusia (dalam Mirza, 2012; Saleha, Satrianegara, 2010; Machfoedz, Suryani, 2008) yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku adalah:1)Kebutuhan fisiologikal (physiological needs); 2) Kebutuhan rasa aman (safety needs); 3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs); 4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs); 5) Aktualisasi diri (self actualization). Sedangkan Herzberg, telah mengembangkan teori yang dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut Herzberg, yang
tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan dan kemungkinan berkembang. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerja, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku (Mirza, 2012; Saleha, 2010). Status kepegawaian bidan merupakan keadaan/ kedudukan bidan dalam hubungannya dengan lingkungan/ tempat kerja (Depdiknas, 2003; Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2008). Status, khususnya status kepegawaian bidan merupakan salah satu pendorong seseorang melakukan perbuatan atau tindakan tertentu. Partograf adalah Partograf adalah alat yang dirancang untuk memberikan gambaran terus menerus pada tenaga kerja dan telah terbukti meningkatkan hasil bila digunakan untuk memonitor dan pengelolaan persalinan oleh tenaga kesehatan (Yisma, Dessalegn, Astatkie, Fesseha, 2013). Partograf dapat digunakan untuk memantau kemajuan persalinan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Pengisian sesuai dengan isian lembar partograf. Dengan partograf tenaga kesehatan dapat memastikan bahwa ibu dan janin mendapat asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan janin (Depkes, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Ada hubungan pengetahuan dengan penerapan partograf. Semakin tinggi pengetahuan tentang partograf semakin besar peluang untuk menerapkan partograf; 2) Ada hubungan motivasi dengan penerapan partograf. Semakin tinggi motivasi semakin besar peluang untuk menerapkan partograf; 3) Ada hubungan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Status kepegawaian Pegawai Negeri Sipil semakin besar peluang untuk
46
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
menerapkan partograf Pegawai Negeri Sipil.
dari
pada
non
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Sragen. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 30 Agustus 2013. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik , dengan pendekatan cross-sectional (potong-lintang) yang bertujuan untuk mengetahui menganalisis hubungan pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah bidan. Populasi terjangkau (populasi sumber) dalam penelitian ini adalah semua bidan di Kabupaten Sragen, yaitu sejumlah 862 orang. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara cluster random sampling, yang diperoleh tiga Kecamatan yang menjadi lokasi penelitian yaitu: 1) Kecamatan Sragen; 2) Kecamatan Sidoharjo; 3) Kecamatan Gesi. Jumlah sampel sebanyak 50 subyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa kuisioner untuk mengukur pengetahuan dan motivasi. untuk mengukur penerapan partograf menggunakan lembar isian partograf. Analisis penelitian terdiri dari uji validitas, reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach dan untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan penerapan partograf dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Partograf Gambar tersebut menunjukkan hubungan yang positif dan kuat antara pengetahuan dengan penerapan partograf.
Hasil analisis hubungan motivasi dengan penerapan partograf dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2. Hubungan Motivasi Dengan Penerapan Partograf Gambar tersebut menunjukkan hubungan yang positif dan kuat antara motivasi dengan penerapan partograf. Analisis bivariat pada Penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1. Analisis bivariat dengan korelasi antara motivasi, pengetahuan dan penerapan partograf Variabel Variabel Independen Dependen Pengetahuan Motivasi Koefisien Koefisien korelasi korelasi r p r p Penerapan 0,84 <0,001 0,83 <0,001 Partograf
Tabel diatas menyajikan hasil uji bivariat dengan menggunakan Spearman’s rho diperoleh nilai koefisien korelasi pengetahuan dengan penerapan partograf (r) sebesar 0,84 dengan nilai signifikansi (p) sebesar <0,001 yang menyatakan ada hubungan positif dan kuat pengetahuan dengan penerapan partograf. Sedangkan nilai koefisien korelasi motivasi bidan dengan penerapan partograf (r) sebesar 0,83 dengan nilai signifikansi (p) sebesar <0,001 yang menyatakan ada hubungan postif dan kuat motivasi dengan penerapan partograf. Analisis multivariat pada Penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil analisis regresi linier berganda tentang hubungan pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf 47
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
mampu menjelaskan variasi skor penerapan partograf sebesar 93,4%. Variabel Independen
Konstanta Pengetahuan Tinggi Motivasi tinggi Status kepegawaian : - PTT - PNS N observasi Adjusted R2 P<0,001
Koefisie n Regresi (b) 8,50
CI Batas Bawah
95% Batas Atas
P
3,48
13,50
1,58
0,44
2,72
5,51
4,08
6,94
<0,0 01 0,00 8 <0,0 01
-2,23 -2,96
-7,08 -7,87
2,60 1,94
=50 =93,4%
0,36 0 , 2 3
Tabel diatas menyajikan hasil analisis regresi ganda hasil analisis terdapat hubungan yang secara statistik signifikan pengetahuan tentang partograf dengan penerapan partograf. Bidan yang berpengetahuan tinggi rata-rata memiliki skor penerapan partograf 1,58 poin lebih tinggi dari pada pengetahuan rendah (b=1,58; CI=95%=0,44 hingga 2,72; p=0,008). Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara motivasi dengan penerapan partograf. Bidan yang memiliki motivasi tinggi rata-rata memiliki skor penerapan partograf 5,51 poin lebih tinggi dari pada motivasi rendah (b=5,51; CI=95%= 4,08 hingga 6,94; p<0,001). Terdapat hubungan yang secara statistik tidak signifikan antara status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Bidan yang berstatus kepegawaian PTT rata-rata memiliki skor penerapan partograf 2,23 lebih rendah dari pada swasta (b=-2,23; CI=95%=-2,23 hingga -7,08; p=0,36). Sedangkan bidan dengan status kepegawaian PNS rata-rata memiliki skor penerapan partogarf 2,96 lebih rendah dari pada swasta (b=-2,96; CI=95%=-2,96 hingga 7,87;p=0,23). Adjusted R2=93,4% mengandung arti bahwa ketiga variabel independen yaitu: pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan secara bersama-sama
Pembahasan Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik (Mubarak, 2011). Pengalaman diperoleh salah satunya melalui pelatihan. Pelatihan merupakan usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Supaya efektif pelatihan mencakup pengalaman belajar, aktifitas yang terencana dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasikan. Pengetahuan mempunyai peran penting dalam penerapan partograf. Bidan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, khususnya berkaitan dengan pengisisan partograf salah satunya melalui pelatihan. Pelatihan dibidang kesehatan dapat diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan dan penguasaan pengetahuan dibidang teknis kesehatan (Permenkes, 1996 dalam Setiawan 2010). Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya (Mirza, 2012; Saleha, Satrianegara, 2010). Dengan adanya motivasi, bidan diharapkan akan melakukan penerapan partograf dalam setiap memantau persalinan. Status merupakan salah satu pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi motivasi adalah adanya kebutuhan. Menurut teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) tingkat atau hierarki kebutuhan manusia yaitu: kebutuhan fisiologikal (physiological 48
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan kasih sayang (love needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs) dan aktualisasi diri (self actualization) (Mirza, 2012; Saleha, Satrianegara, 2010; Machfoedz, Suryani, 2008). Sedangkan menurut Herzberg, Sedangkan menurut Herzberg yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene. Yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan dan kemungkinan berkembang. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerja, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Berdasarkan hal diatas menujukkan bahwa status, khususnya status kepegawaian mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. (Mirza, 2012; Saleha, 2010). Status kepegawaian bidan adalah keadaan/ kedudukan bidan dalam hubungannya dengan lingkungan/ tempat kerja (Depdiknas, 2003; Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2008). status kepegawaian bidan mempunyai nilai p > 0,05 hal tersebut berarti ada hubungan tidak bermakna antara status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Bila dilihat bahwa hubungan status kepegawaian tidak bermakna, hal ini dikarenakan salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik (Mirza, 2012; Saleha, 2010). Dari hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan hubungan motivasi dan pengetahuan dengan penerapan partograf dengan nilai P <0.001, hal tersebut menyatakan ada hubungan positif dan kuat antara pengetahuan dan motivasi dengan penerapan partograf. Sedangkan status kepegawaian bidan mempunyai nilai P
sebesar >0.05 yang berarti ada hubungan tidak bermakna dengan penerapan partograf. Adjusted R2=93,4% mengandung arti bahwa ketiga variabel independen yaitu: pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi skor penerapan partograf sebesar 93,4%. Hal ini didukung oleh penelitian Mobiliu (2011) bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan penerapan partograf; Yisma et al. (2013) bahwa pengetahuan dan kemampuan dalam mengisi partograf diperlukan oleh tenaga kesehatan untuk mematau kesehatan ibu bersalin; Orhue et al. (2012) partograf merupakan alat pemantau kemajuan persalinan yang penting; Ogwang at al. (2009) kurangnya penggunaan partograf dapat mengakibatkan beberapa efek dalam persalinan, sehingga perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan tenaga kesehatan. Berdasarkan hal diatas menunjukkan bahwa seorang bidan harus melaksanakan kompetensi bidan, salah satunya pada kompetensi bidan yang keempat yaitu melakukan pemantauan persalinan melaui penerapan partograf dalam persalinan (Setiawan, 2010). Selain itu, bidan hendaknya memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Pelatihan dibidang kesehatan dapat diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan dan penguasaan pengetahuan dibidang teknis kesehatan( Permenkes, 1996 dalam Setiawan 2010). Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada hubungan yang secara statistik signifikan pengetahuan tentang partograf dengan penerapan partograf (b=1,58; CI=95%=0,44 hingga 2,72; p=0,008); 2) Ada hubungan yang secara statistik signifikan motivasi dengan penerapan partograf (b=5,51; CI=95%= 4,08 hingga 6,94; p<0,001); 3) Ada hubungan yang secara statistik tidak signifikan status kepegawaian bidan dengan penerapan 49
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 45-50
partograf, bidan PTT (b=-2,23; CI=95%=2,23 hingga -7,08; p=0,36) dan bidan PNS (b=-2,96; CI=95%=-2,96 hingga -7,87;p=0,23). Implikasi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf. Dengan adanya temuan ini, diharapkan semua pihak yang terkait khususnya Dinas Kesehatan dan Bidan untuk berperan aktif dalam upaya penerapan partograf sehingga pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak dapat ditingkatkan. Saran Diharapkan Dinas Kesehatan menyediakan sarana pelatihan yang berkaitan dengan penerapan partograf dan sosialisasi tentang pentingnya partograf sehingga pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak dapat ditingkatkan. Bidan diharapkan meningkatkan pengetahuan dan motivasi dalam penerapan partograf dalam setiap persalinan sebagai upaya deteksi dini komplikasi persalinan.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2003. Jakarta: Balai Pustaka Depkes. 2008. Asuhan persalianan normal dan inisiasi menyusui dini. Jakarta Machfoedz I, Suryani E. 2008. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya Mirza. 2011. Teori Herzberg dan Teori Maslow. http://teoriherzberg-dan-teori-maslow.html. Tanggal akses 24 Mei 2013 Mobiliu S .2011. Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.Jurnal Health& Sport. Volume 5, No. 3, Agustus 2012. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JH S/article/.../853 . Tanggal Akses 25 Mei 2013
Mubarak W. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Ogwang S, Karyabakabo Z, Rutebembewa E. 2009. Assessment of partogram use during labour in Rujumbura Health Sub distrik, Rukungiri District, Uganda. Makerere University School of Public Health, Uganda and Rukungiri District Directorate of Health Services, Uganda. African Health Sciences. 9(51):27-34. Tanggal akses 21 Juni 2013 Orhue A, Aziken ME, Osemwenkha AP. 2012. Partograph as a tool for team work management of spontaneus labour. Department of Obstetrics and Gynecology, University of Benin Teaching Hospital, Benin City, Edo State, Nigeria. US National Library Of Medicine National Institutes Of Health. JanMar:15(1):1-8. Tanggal akses 26 Juni 2013 Saleha S, Satrianegara F. 2009. Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan serta kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Sapartinah T. 2011. Panduan belajar soal partograf dalam ujian metode OSCE. Kendal: Akbid Pemkab Kendal Setiawan. 2010. Etika kebidanan dan hukum kesehatan. Jakarta: Trans Info Medika Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum Y. 2008. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Wikipedia. 2013. Motivation. Wikipedia. Tanggal akses 20 Mei 2013 Yisma E, Dessalegn B, Astatkie A, Fesseha N. 2013. Knowledge and utilization of partograph among obstetric care givers in public health institutions of Addis Ababa, Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 14712393/13/17. Tanggal akses 21 Juni 2013
50