11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih
ABSTRAK Latar Belakang : Usia Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), semakin tinggi AKB & AKI maka semakin rendah Usia Harapan Hidup. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah adanya peran dan fungsi bidan yang adekuat dalam menolong persalinan. Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan keselamatan ibu dan bayi, untuk itu diperlukan alat bantu atau pedoman persalinan untuk menilai kemajuan persalinan dan mendeteksi adanya komplikasi dan penyimpangan pada persalinan yaitu partograf. Tujuan Penelitian : Adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan bidan dengan penggunaan partograf di Puskesmas Pagaden Periode Maret-Juli 2008. Metodelogi Penelitian : Yang digunakan adalah metode penelitian analitik, dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang bidan di Puskesmas Pagaden. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner sedangkan teknik analisa data dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian : Didapatkan sebanyak 4 orang bidan (22,2%) berpengetahuan cukup dan 14 orang (77,8%) berpengetahuan baik, 3 orang (16,7%)bidan bersikap negatif dan 15 orang (83,3%) bersikap positif, 6 orang (33,3%) bidan berpendidikan DI kebidanan, dan 12 orang (66,7%) bidan berpendidikan DIII. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan (p value = 0,002), sikap bidan (p value = 0,012) dan pendidikan bidan (p value = 0,001) dengan penggunaan partograf. Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar bidan yang berpendidikan DIII, berpengetahuan baik dan bersikap positif setiap menolong persalinan selalu menggunakan partograf. Sedangkan sebagian besar bidan yang berpendidikan DI, pengetahuannya cukup dan bersikap negatif setiap memantau persalinan tidak menggunakan partograf. Diharapkan semua bidan dapat mensosialisasikan penggunaan partograf dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pelatihan. Kata kunci
: Cross sectional, partograf, pengetahuan, sikap dan pendidikan
A. PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 20/1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih tetap tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand AKI 129/100.000 kelahiran hidup, Malaysia AKI 39/100.000 kelahiran hidup, Singapura AKI 6/100.000 kelahiran hidup dan AKB 1/1000 kelahiran hidup, Philipina AKB 18/1000 kelahiran hidup dan Srilanka AKB 11/1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Setiap hari seorang ibu meninggal baik di masa hamil atau saat persalinan. Kematian pada ibu melahirkan bisa disebabkan oleh pendarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%), atau partus macet (5%) (Dinkes JABAR, 2004).
12 Bidan memberikan asuhan kepada ibu bersalin harus selalu waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi, karena menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu, dan juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi (Depkes, 2007). Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor penting untuk keselamatan ibu dan bayi. Untuk itu, diperlukan suatu alat atau cara sebagai pedoman bidan yaitu partograf dalam menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan sehingga dapat mendeteksi jika teradapat penyimpangan atau masalah pada persalinan. Karenanya, keahlian dan kecakapan seorang bidan dalam menggunakan partograf menjadi bagian yang menentukan dalam menurunkan kejadian partus lama (persalinan abnormal) yang pada akhirnya dapat menekan AKI dan AKB. Keahlian dan kecakapan tersebut akan lebih baik apabila diimbangi dengan pengetahuan. Pengetahuan memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku bidan. Pengetahuan dan keterampilan bidan dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman kerja. Semakin lama waktu yang digunakan seorang bidan untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya, dengan demikian akan sangat mempengaruhi akses atau tindakan bidan dalam penggunaan partograf. Seorang bidan yang mempunyai masa kerja lebih lama mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan bidan yang belum lama bekerja terutama di instansi besar. Semua ini disebabkan karena bidan yang mempunyai masa kerja lebih lama memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk informasi tentang penggunaan partograf (Henderson, 2006). Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang memiliki bidan sebanyak 18 orang, yang terdiri dari bidan Puskesmas dan bidan Desa. Berdasarkan hasil survey pendahuluan, pendokumentasian yang dilakukan oleh bidan di Puskesmas Pagaden belum sepenuhnya dipenuhi. Pada tahun 2007 partograf yang terkumpul yaitu 100 partograf dari 135 persalinan. Penggunaan partograf di institusi resmi pemerintah telah sebagian besar dilakukan begitu juga di praktek swasta, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan bagi instistusi pemerintah di daerah penggunaan partograf belum sepenuhnya dilakukan, bahkan masih ditemukannya kesalahan dalam pengisian partograf, dan juga tidak dilampirkan pada pendokumentasian atau rekam medik (Henderson,2006). Mengingat pentingnya pengetahuan bidan dalam meningkatkan kompetensi, keterampilan dan sikap profesionalismenya, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai pengetahuan dan sikap bidan dalam pengisian partograf, sehingga dapat mendiagnosa secara dini terhadap kasus-kasus persalinan patologis yang dapat menekan angka kematian maternal dan perinatal.
13 Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan Pengetahuan,Sikap dan pendidikan Bidan dengan Penggunaan Partograf di Puskesmas Pagaden Periode Maret-Juli 2008. B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana dalam penelitian Cross Sectional peneliti melakukan penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama ( Alimul, 2007). Variabel penelitian adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel (terikat), variabel ini dikenal dengan variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain, yaitu pengetahuan, sikap dan pendidikan. Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi yaitu penggunaan partograf. Adapun definisi operasional variabel tersebut adalag sebagai berikut : Tabel 1 Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya No. 1.
Variabel Penggunaan partograf
2.
Pengetahuan
3.
Sikap
4.
Pendidikan
Definisi Operasional Pendokumentasian atau pencatatan kemajuan persalinana kedalam lembar partograf Kemampuan bidan untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya tentang penggunaan partograf dalam bentuk bukti jawaban tulisan melalui pengisian kuesioner Penilaian terhadap persepsi, perasaan dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya benar. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden sampai pada saat diwawancara.
Alat Kuesioner
Kategori 1.Tidak 2.Ya
Skala Nominal
Kuesioner
1.Kurang : ≤59% 2.Cukup : 60-75% 3.Baik : ≥76% 1. Negatif < median. 2. Positif ≥ median. 1. DI 2. DIII
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua bidan di kecamatan Pagaden yang berjumlah 18 orang. Dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Alimul, 2007).
14 Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat atau dengan uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran penggunaan partograf Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Partograf Penggunaan partograf Tidak Ya Total Berdasarkan tabel diatas didapatkan
Jumlah 5 13 18
Persentase 27,8 72,2 100
bahwa dari 18 responden 13 (72,2%) bidan
menggunakan partograf dalam Asuhan Persalinan. Masih adanya bidan yang tidak menggunakan partograf dipengaruhi oleh faktor kepribadian yang memutuskan seseorang tersebut menggunakan atau tidak partograf dalam memantau persalinan, dan faktor lingkungan, yaitu ketersediaan partograf dan peraturan Puskesmas yang mewajibkan setiap akhir bulan bidan mengumpulkan lembaran partograf sebanyak persalinan yang mereka tolong. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik Dalam memantau persalinan lembaran partograf yang harus diisi adalah lembar depan dan lembar belakang partograf, dimana lembar depan mulai diisi pada kala I fase aktif sampai bayi lahir. Dan lembar belakang partograf diisi sampai selesai pemantauan kala IV (Depkes RI,2007). b. Gambaran Karakteristik Bidan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakterisrik Bidan Variabel Pengetahuan Sikap Pengetahuan Pendidikan
Kategori Cukup Baik Negatif Positif Cukup Baik DI DIII
Jumlah 4 14 3 15 4 14 6 12
Persentase 22,2 77,8 16,7 83,3 22,2 77,8 33,3 66,7
15 Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa dari 18 responden, 14 (77,8) responden dikategorikan berpengetahuan baik. Masih adanya bidan yang berpengetahuan cukup dikarenakan setiap bidan ataupun individu memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dimana setiap informasi yang didapatkan dari pelatihan yang mereka ikuti diserap dan dipadukan kedalam pikiran secara berbeda-beda, sehingga memepengaruhi seseorang dalam mengisi partograf. Sikap Responden dapat dikategorikan positif (83,3%) dalam melakukan pendokumentasian dengan menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan, dan hanya sebagian kecil saja yang negatif. Masih adanya bidan yang bersikap negatif karena dipengaruhi oleh persepsi bidan tersebut yang menyatakan bahwa “memantau kemajuan persalinan tidak pakai lembaran partograf yang penting selamat”. Hal ini disebabkan karena beberapa bidan kurang mengikuti pelatihan-pelatihan sehingga wawasannya tidak bertambah sehingga persepsi tidak berubah. Tabel 3 juga menunjukan bahwa sebagian besar bidan Pagaden pendidikannya DIII, tetapi masih ada beberapa orang bidan yang pendidikannya masih DI. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berkaitan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi pendidikan seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannyapun semakin tinggi. Begitupun kaitannya dengan penggunaan partograf, semakin tinggi pendidikan seorang bidan terhadap informasi sangat mempengaruhi akses atau tindakan bidan untuk menggunakan partograf.
2. Analisis Bivariatif a. Hubungan Antara Pengetahuan Bidan dengan penggunaan Partograf Tabel 4 Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Pengetahuan Bidan Pengetahuan
Penggunaan partograf Ya Tidak
Cukup Baik
0 (0%) 13 (92,9%)
4 (100%) 1 (7,1%)
Total
13 (72,2%)
5 (27,8%)
P Value 0,002
Dari tabel 4 diatas didapatkan bahwa 4 (100%) responden yang berpengetahuan cukup, tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan dari 14 responden yang berpengetahuan baik, 13 (92,9%) responden yang menggunakan partograf dan satu responden (7,1%) tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,002 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan penggunaan partograf.
16 Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap sesuatu hal yang akan dilakukan seseorang, terlihat dari hasil penelitian diatas bahwa bidan dengan pengetahuan cukup semuanya tidak menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan, sedangkan salah satu bidan yang berpengetahuan baik tetapi tidak menggunakan partograf. Satu responden yang berpengetahuan baik tidak menggunakan partograf karena perilaku responden itu masih negatif. Dimana pengetahuan baik tidak menjamin sikap dan perilaku juga baik. Bidan dalam pengisian partograf mengacu pada pengetahuan yang setiap waktu atau setiap hari dapat bertambah. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit dapat merubah sikap bidan. Tetapi dengan bertambah pengetahuan dan berubahnya sikap bidan tidak menjamin bidan tersebut selalu menggunakan partograf secara baik dan benar. Pengetahuan dalam penggunaan atau pengisian partograf diaplikasikan kedalam bentuk gambar dan tulisan. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa cara pengisian partograf ada cara penulisan data ibu, pengisian titik-titik pada garis atau kolom yang ada pada partograf sampai penulisan dilembar belakang partograf yang menulis hasil pemantauan kala I, kala II, bayi baru lahir, kala III sampai kala IV (Setiarso,2006).
b. Hubungan Antara Sikap Bidan dengan Penggunaan Partograf Tabel 5 Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Sikap Bidan Sikap bidan
Penggunaan partograf Ya Tidak
Negatif Positif
0 (0%) 13 (86,7%)
3 (100%) 2 (13,3%)
Total
13 (72,2%)
5 (27,8%)
P Value 0,012
Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa 3 (100%) responden yang bersikap negatif tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan dari 15 responden yang bersikap positif, 13 (92,9%) responden yang menggunakan partograf dan dua responden (13,3%) tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan persalinan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,012 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap bidan dengan penggunaan partograf. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap yang positif belum tentu melakukan perilaku positif juga. Hal ini berhubungan dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari
17 tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Secara terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap (Notoatmodjo, 2003). Setiap bidan mempunyai sikap yang berbeda- beda, bervariasi dan sulit ditebak, dimana setiap individu arah berfikir dan berbagai hal yang dipertimbangkannya memiliki karakteristik yang bervariasi, yang dapat menentukan atau mengarahkan sikap seseorang atau individu. Digunakan atau tidaknya partograf oleh bidan ditentukan oleh sikap yang mendukung perilaku bidan untuk menggunakan partograf dalam setiap memantau persalinan. Bidan yang mempunyai pengalaman lebih lama cenderung mempunyai sikap positif, tetapi belum tentu berperilaku positif pula, karena sikap bukanlah perilaku tetapi sikap merupakan kecenderungan untuk berprilaku. Seorang bidan dalam melakukan perilaku positif yaitu dengan selalu menggunakan partograf setiap menolong persalinan, bidan tersebut sudah pasti mempunyai sikap positif. Dimana setiap sikap seseorang selalu dihubungkan dengan sesuatu karena sikap tidak bisa berdiri sendiri, seperti dalam penelitian ini sikap dihubungkan dengan penggunaan partograf. c. Hubungan Antara Pendidikan Bidan dengan Penggunaan Partograf Tabel 6. Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Pendidikan Bidan Pendidikan bidan
Penggunaan partograf Ya Tidak
DI DIII
1 (16,7%) 12 (100%)
5 (83,3%) 0 (0%)
Total
13 (72,2%)
5 (27,8%)
P Value
0,001
Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa dari 6 responden yang pendidikan bidan DI, satu orang responden (16,7%) menggunakan partograf dan 5 orang responden (83,3%) tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan 12 (100%) responden yang berpendidikan DIII, selalu menggunakan partograf setiap memantau persalinan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,001 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan bidan dengan penggunaan partograf. Bidan dengan tingkat pendidikan DI menggunakan partograf dikarenakan bidan tersebut mempunyai sikap sadar akan pentingnya penggunaan partograf sehingga setiap memantau persalinan selalu menggunakan partograf.
18 Bidan yang telah menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi, akan memperoleh pengetahuan dan ilmu-ilmu terbaru atau terkini. Dimana kenyataan yang peneliti peroleh dari lapangan bahwa bidan yang belum melanjutkan pendidikannya dalam menolong persalinan tidak mengikuti aturan APN terbaru dan tidak menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan sehingga pekerjaannya tidak produktif dan menimbulkan masalah pada pasien. Hal ini membuktikan pendidikan sangat diperlukan dan sesuai dengan teori dibawah ini. Pendidikan merupakan sarana dan cara utama yang paling strategis bagi perkembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan dapat membekali seseorang berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja secara produktif. Pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi akan manghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak karena memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecekatan yang lebih tinggi. Orang yang lebih terdidik akan mampu menghasilkan barang jasa yang lebih dihargai orang (Ekosusilo,2003). Tingkat pendidikan merupakan komponen penting dalam menggunakan partograf karena tingkat pendidikan seseorang merupakan hal utama dalam berkembangnya pengetahuan seseorang, walaupun yang menentukan dalam penggunaan partograf adalah sikap seseorang yang berujung pada perilakunya Masih ada beberapa bidan di Pagaden yang tingkat pendidikannya masih DI, dan sebagian besar bidan tersebut tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. tetapi ada salah satu bidan tersebut yang sadar akan kewajibannya untuk menggunakan partograf setiap memantau kemajuan persalinan. Hal ini berhubungan dengan perilaku seseorang dimana jenjang pendidikan tinggi, pengetahuan baik dan bersikap positif tetapi belum tentu berperilaku positif pula. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa : a. Bidan yang menggunakan partograf 13 orang (72,2%), dan bidan yang tidak menggunakan partograf 5 orang (27,8). b. Bidan yang berpengetahuan baik 14 orang (77,8%), dan yang berpengetahuan cukup 4 orang (22,2%). c. Bidan yang mempunyai sikap positif 15 orang (83,3%), dan yang bersikap negatif 3 orang (16,7%). d. Bidan DIII sebanyak 12 orang (66,7%), dan bidan DI 6 orang (33,3%). e. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan dengan penggunaan partograf (p value = 0,002), ada hubungan yang signifikan antara sikap bidan dengan
19 penggunaan partograf (p value = 0,012). ada hubungan yang signifikan antara pendidikan bidan dengan penggunaan partograf (p value = 0,001). 2. Saran Bidan sebagai penolong persalinan, akan selalu menggunakan pertograf di setiap pemantauan persalinan. Dimana selalu mengisi lengkap bagian partograf (lembar depan dan lembar belakang). Karena akan membantu bidan dalam mendeteksi dini kegawatdaruratan dan dapat mempermudah bidan dalam mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. ___________(2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Dinkes JABAR. (2004). Kematian Ibu Dan Bayi masih Tinggi. http://dinkesjabar.go.id diperoleh tanggal 10/01/2008 Dinkes Subang. (2007). Tekan Angka Kematian Dan Ibu. http://dinkessubang.go.id diperoleh tanggal 2008/01/10 Henderson, C. (2006).Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC IBI. (2003). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : Departemen Karisc.
(2007). Faktor-faktor Personal http://karisc.multply.com/jurnal/item/203
yang
Kesehatan RI.
Mempengaruhi
Perilaku
Manusia.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ___________ (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Purwanto, H. (1998). Pengantaar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta; EGC.
20 Sarjono, B. (2004). Kebijakan Depkes Terhadap Program Pendidikan Bidan di Indonesia. Bandung. Simanjuntak, P. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sudewi. (2003). Perpustakaan Dalam Konsep Pemberdayaan Pengetahuan.http//media.diknas.go.id diperoleh tanggal 08/08/08 Sumapraja, S. (2001). Partograf WHO.http//perpus.yarsi.ac.id diperoleh tanggal 08/08/08