HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS I DI SMAN 2 KOTA BENGKULU TAHUN 2011 Related Knowledge and Attitudes of Adolescent discharge in the first grade students of SMAN 2 CITY IN THE YEAR 2011 BENGKULU (Ravika Ramlis, Stikes Dehasen Prodi D III Keperawatan Jl. Merapi Raya No. 43 Kebun Tebeng Bengkulu) Abstrak : Keputihan merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada remaja putri, keputihan merupakan istilah yang sering dijumpai untuk keluarnya cairan berlebihan dari jalan lahir atau vagina dan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan haid, keputihan sering kali tidak ditanggani dengan serius oelh remaja putri padahal keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit tertentu. Penelitian ini menggunakan Metode deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini pada semua Siswi kelas 5 di SMAN2 Kota Bengkulu tahun 2011 dengan besar sampel 125 orang, siswi yang diambil secara Random Sampling. Pengambilan data menggunakan data primer dan data sekunder, selanjutnya dilakuakn analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian univariat hampir sebagian (38,4%0 remaja putri mengalami keputihan dan sebagian kecil (23,2%) memiliki pengetahuan kurang serta lebih dari sebagian (55,2%) remaja putri memiliki sikap yang tidak mendukung. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap remaja putri dengan keputihan ρ=0,010 < α 0,05 serta ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian keputihan ρ=0,00 < α 5 %. Kesimpulan adalah bahwa ada hubungan antara sikap dan pengetahuan dengan kejadian keputihan pada siswi kelas I di SMA N2 Kota Bengkulu tahun 2011. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi remaja putri untuk menjaga sikap serta menambah pengetahuannya tentang keputihan untuk menghindari keputihan yang bisa menjadi salah satu indikasi adanya suatu penyakit genetalia. Kata Kunci : Sikap, Pengetahuan, dan Keputihan. Abstract : Whiteness is one thing common in young women, vaginal discharge is a common term for excessive discharge from the birth canal or vagina and is a very frequent symptom experienced by most women. This disorder is a second problem after menstrual disorders, vaginal discharge is often not handled seriously oelh whitish when young women could be indicative of a particular disease. This study uses descriptive method with cross-sectional design. The population in this study at all grade student SMAN2 5 in the city of Bengkulu in 2011 with a large sample of 125 people, schoolgirl taken by random sampling. Retrieval of data using primary data and secondary data, further dilakuakn univariate and bivariate frequency distribution by Chi-Square test. The results of univariate almost half (38.4% 0 young women experience vaginal discharge and a small portion (23.2%) had less knowledge and more than a majority (55.2%) girls had attitudes that do not support. Bivariate results suggest a link significant among young women with vaginal discharge attitude à = 0.010
2 whitish à = 0.00
Keywords : Attitudes, Knowledge, and vaginal discharge.
PENDAHULUAN Keputihan merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada remaja putri. Keputihan merupakan istilah yang sering dijumpai untuk keluarnya cairan berlebih dari jalan lahir atau vagina dan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid, keputihan sering kali tidak ditangani dengan serius oleh remaja putri padahal keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit tertentu. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 70% remaja putri mengalami masalah keputihan. Keputihan yang terjadi pada remaja putri tersebut kebanyakan disebabkan oleh masih minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama dalam kebersihan organ genitalia (Dechacare, 2010). Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin wanita antara lain sistem asam basanya, pertahanan lainnya yaitu dengan pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke arah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk menstruasi. Sekali pun demikian sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak dapat dibendung dan menjalar ke segala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 1999). Menurut data Family Carp International (1995) Amerika Serikat bahwa satu dari 20 remaja tertular penyakit infeksi menular seksual dengan jumlah penderita IMS tertinggi pada usia 15-20 tahun, di Indonesia penderita IMS terdapat sebanyak 45.830 orang (Propil Kesehatan Indonesia, 2005). Banyak remaja putri yang merasa berat dan malu untuk membicarakan organ genitalia dengan orang lain. Sehingga perawatan kesehatan alat kelamin terhambat oleh pantangan sosial dan kurangnya pengetahuan. Kalaupun ada hanya beberapa remaja putri yang berkonsultasi dengan dokter tentang masalah keputihan. Hal tersebut dapat menyebabkan pengetahuan remaja putri tentang keputihan menjadi terbatas (Clayton, 1996). Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba, 1999). Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukan keputihan yang lama walau dengan gejala bisa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput darah. Sebagaian besar cairan itu mengandung kuman-kuman. Penyakit dan kuman penyakit tersebut dapat merusak selaput darah sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah (Dwiana, 2009)
3 Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagaian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan menganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit. Jika keputihan menyebabkan gatal dan nyeri didalam vagina atau sekeliling saluran vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Hal utama gangguan dapat menimbulkan masalah yaitu Candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada kulit vulva. Pada beberapa wanita jamur kelapisan sel yang lebih dalam dan beristrihat disana dan sampai diaktifkan kembali, sel-sel yang tidak terinfeksi terlalu cepat gugur kedalam vagina sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15 % wanita terinfeksi tapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi dalam 3 % sampai 5 % wanita (Janes, 1997). Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini,sering kali mangalahkan keinginan untuk sembih. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa memriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli ditoko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuia dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan kerugian yana lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apa lagi, jika mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Wahyurini,2005) Menurut Sianturi (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit, virus ), adanya benda asing dalam liang senggama misalnya tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai waktu senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital. Sebelum seseorang melakukan perilaku menjaga kebersihan organ genital ada 3 tahapan yang harus dilalui yaitu: pengetahuan,sikap, praktik atau tindakan (Notoatmojdo, 2007). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Remaja putri akan melakukan pembersihan organ genitalia apabila ia mengetahui tujuan dan manfaatnya bagi kesehatannya, dan bahaya-bahayanya bila tidak melakukan hal tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. New Comb dalam Notoatmodjo (2007), salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Seorang remaja
4 putri mendengar tentang keputihan (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa remaja putri untuk berfikir dan berusaha supaya tidak terkena keputihan. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga remaja tersebut berniat menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah supaya tidak terkena keputihan. Remaja ini mempunyai sikap tertentu tehadap objek tersebut. Pengetahuan dapat diperoleh dari peningkatan pendidikan, karena makin meningkat pendidikan seseorang makin realitas cara berfikirnya serta makin luas ruang lingkup jangkauan berfikirnya (BKKN, 1998 : 220), dikutip dari Notoatmodjo (1997). SMA Negeri 2 Kota Bengkulu merupakan salah satu SMA favorit, tempatnya strategis dan memiliki jumlah siswi terbanyak dibandingkan dengan 2 SMA Negeri yang ada dikota Bengkulu. Berdasarkan data dari dinas pendidikan nasional Kota Bengkulu tahun 2010 SMA terbanyak memiliki siswi perempuan yaitu SMA Negeri 2 dengan jumlah siswi 441 orang. SMA Negeri 5 dengan jumlah siswi 322 orang dan SMA Negeri 1 dengan jumlah siswi 390 orang (Dinas Pendidikan Nasional Kota Bengkulu, 2010). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November 2010 dengan 30 responden yang berada di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu yang Masing-masing 10 siswi dari kelas 1, kelas 2 dan kelas 3, responden ketika ditanyakan tentang keputihan hasilnya setengah (50%) dari remaja tersebut belum begitu paham dengan keputihan, dampak, serta pencegahannya dan dari 50 % responden tersebut (26,6%) diantaranya berasal dari kelas 1. Hal ini menunjukan bahwa siswi kelas 1 belum memiliki pengetahuan tentang keputihan dibandingkan dengan kelas 2 dan kelas 3. Dan dari (26,6 %) atau 8 orang siswi kelas I tersebut ada 3 siswi yang mengalami keputihan masing-masing dengan ciri-ciri agak berlebihan dan gatal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap dan pengetahuan remaja putri dengan keputihan di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian dan Sampel Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan cross sectional. Populasi adalah semua remaja putri kelas X di SMAN 2 Kota Bengkulu, sebanyak 181 orang siswa. Sampel adalah remaja putri kelas X SMAN 2 Kota Bengkulu. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple random sampling dengan teknik mengundi anggota populasi (lottery technique). Jenis data yang digunakan adalah data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang dibagikan kepada responden dan data sekunder yang diperoleh dari dinas pendidikan Kota Bengkulu yaitu jumlah siswi di SMAN 2 Kota Bengkulu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Pengetahuan Responden tentang Keputihan Rata-rata pengetahuan siswi cukup 76 orang 960,8%), pengetahuan siswi kurang 29 (23,2%) orang dan pengetahuan siswi baik 20 orang (16%).
5 2. Sikap Responden Tentang Keputihan
Lebih dari sebagian siswi yakni 69 orang (55,2%) tidak mendukung mengenai keputihan dan 56 orang siswi (44,8) mendukung mengenai keputihan. 3. Responden yang Menderita Keputihan Lebih dari sebagian besar yakni 77 orang siswi (61,6%) tidak menderita keputihan dan 48 orang siswi (38,4%) menderita keputihan.
4. Sikap Responden dengan Kejadian Keputihan Dari 68 responden dengan sikap tidak mendukung didapatkan 50,7% tidak mengalami keputihan dan 49,3% mengalami keputihan. Sedangkan 57 responden dengan sikap mendukung didapatkan 75% tidak mengalami keputihan dan 25% mengalami keputihan. Hasil analisis uji Chi-Square diperoleh ρ value 0,010 karena ρ value < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian keputihan yang dialaminya. Nilai Odds Ratio (OR) =2,914 (95% C1 = 1,353-6,277 ), menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap tidak mendukung mempunyai resiko 2,914 kali lebih besar mengalami keputihan dari pada responden yang memiliki sikap yang mendukung.
5. Pengetahuan Responden dengan Kejadian Keputihan Dari 76 responden dengan pengetahuan cukup didapatkan 65,8% tidak mengalami keputihan dan 34,2% mengalami keputihan. Sedangkan dari 29 responden dengan pengetahuan kurang didapatkan 31% tidak mengalami keputihan dan 69% mengalami keputihan dan dari 20 responden dengan pengetahuan baik didapatkan 90% tidak mengalami keputihan dan 10% mengalami keputihan. Dari uji Chi-Square diperoleh ρ value 0,00, karena ρ value < 0,05 maka Ha diterima artinya, ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian keputihan yang dialaminya. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri dengan kejadian keputihan dengan nilai ρ value 0,00. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakuakn oleh wahyu harjoni Noer’s, bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri dengan kejadian keputihan dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang akan berpeluang dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan akan membawa remaja putri untuk berpikir dan berusaha supaya keputihan tersebut tidak terjadi dan berusaha untuk mencegahnya, dalam hal ini komponen keyakinan juga ikut bekerja. Terbentuk prilaku menjaga kebersihan organ genetal, terutama pada remja putri dimulai pada domain kognitif dalam arti remaja putri harus tau terlebih dahulu tentang materi keputihan sehingga menimbulkan pengetahan dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap remaja putri terhadap objek yang diketahuinya yaitu keputihan (Notoadmodjo, 2005). Diharapkan dengan semakin tinggi pengetahuan maka semakin kecil juga resiko
6 terjadinya keputihan yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, sehingga remaja putri dapat menghindari keputihan patologis untuk mencegah datangnya suatu penyakit kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja putri dengan kejadian keputihan dengan ρ = 0,010 dan remaja putri yang memiliki sikap tidak mendukung mempunyai peluang 2,914 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki sikap yang mendukung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyu Harjani pada tahun 2007 di SMA Tunas Patria Ungaran, bahwa ada hubungan antara sikap remaja putri dengan kejadian keputihan. Menurut Notoadmodjo (2007) sebelum seseorang mengadopsi perilaku seseorang harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu salah satunya yaitu sikap. Seseorang remaja putri diharapkan memiliki sikap yang baik untuk dapat mencegah keputihan, karena dengan sikap yang mendukung remaja putri dapat melakukan perilaku yang positif seperti menjaga kebersihan organ genetalia, pemakaian celana dalam yang terlalu ketat dan lain-lain. Sebelum tindakan tersebut dilakuakn tentunya harus ada sikap yang mendukung dari remaja putri, sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting (guru, teman yang dianggap lebih pintar dibanding dirinya), kebudayaan, media massa : informasi yang diperoleh remaja putri baik melalui media cetak maupun elektronik yang dapat mempengaruhi pola pikir dan sikapnya, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional. Oleh karena itu, semakin baik / mendukung sikap remaja putri maka semakin kecil peluangnya mengalami keputihan, karena dengan sikap yang baik remaja putri dapat melakukan tindakan yang positif untuk mencegah terjadinya keputihan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hampir sebagian remaja putri mengalami keputihan, lebih dari sebagian tidak mendukung dengan keputihan, pengetahuan remaja putri sebagian kecil kurang mengenai keputihan di SMAN 2 Kota Bengkulu. Ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja putri terhadap keputihan di SMAN 2 Kota Bengkulu. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian keputihan di SMAN 2 Kota Bengkulu. Saran Saran Bagi Sekolah diharapkan dapat memasukkan materi tentang kesehatan reproduksi perempuan dalam salah satu mata pelajaran sehingga pengetahuan siswi menjadi meningkat dan menjadi salah satu upaya untuk mencegah keputihan. Serta bekerjasama dengan Puskesmas sekitar untuk melakukan penyuluhan pada remaja mengenai kesehatan reproduksi terutama mengenai keputihan.
7
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, edisi Revisi V. PT Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, Saifudin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas dan Balai Pustaka, Jakarta. Depkes RI. 2007. Propil Kesehatan Indonesia. Jakartas Dwiana. 2006. Keputihan. Diakses dari http : // www. Suara Karya Online. Com / neus. html. Maret 2011. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Media Asculapius, Jakarta. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta. Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. Wahyurini. 2005. Dampak Keputihan. Diakses dari http : // www. Kompas. Com. Maret 2011. Sarwono. 2004. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Fakultas Psikologi. UGM, Yogyakarta. Sugeng, Heriyadi. 2003. Psikologi Perkembangan. UPT UNNES Press. Semarang. Supriyadi, Teddy-Gunawan, Janes. 1994. Kapita Selekta Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Buku Kedokteran, Jakarta.
8 Daftar Tabel Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Siswi Kelas 1 SMA N 2 Kota Bengkulu Tahun 2011 Variabel Kurang Cukup Baik Total
Frekuensi 29 76 20 125
Prosentase (%) 23,2 60,8 16 100
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Sikap Remaja terhadap Keputihan pada Siswi Kelas 1 SMA N 2 Kota Bengkulu Tahun 2011 Variabel Tidak mendukung Mendukung Total
Frekuensi 69 56 125
Prosentase (%) 55,2 44,8 100
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden yang Menderita Keputihan pada Siswi Kelas 1 SMA N 2 Kota Bengkulu Tahun 2011 Variabel Keputihan Tidak keputihan Total
Frekuensi 48 77 125
Prosentase (%) 38,4 61,6 100
Tabel 4 Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas 1 SMA N 2 Kota Bengkulu Tahun 2011
Sikap Tidak mendukung Mendukung Total
Keputihan Keputihan Tidak keputihan 33 (49,3) 35 (50,7) 14 (25) 42 (75) 47 77
Total
X2
ρ Value
68 (100%) 57 (100%) '6,709 '0,010 125
OR '2,91 4
9 Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas 1 SMA N 2 Kota Bengkulu Tahun 2011 Pengetahuan Kurang Cukup Baik
Keputihan Ya Tidak 20 (69) 9 (31) 26 (34,2) 50 (65,8) 2 (10) 18 (90)
Total
X2
ρ Value
29 (100) 76 (100) 20 (100)
18,837
0,00