HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM SIGLI
TESIS
Oleh
SALAMI 037013014/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM SIGLI
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SALAMI 037013014/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM SIGLI Nama Mahasiswa : Salami Nomor Pokok : 037013014 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing:
(Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, SH) Ketua
(dr. Yulianti, Sp.P, MARS) Anggota
(Drs. A. Ridwan Siregar, M. Lib) Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Dr.Drs. Surya Utama, MS)
(Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Tanggal Lulus: 30 Juni 2008
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada tanggal: 30 Juni 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, SH
Anggota
: 1. dr. Yulianti, Sp.P, MARS 2. Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib 3. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si 4. dr. Fauzi, SKM
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM SIGLI TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Maret 2008
(Salami)
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Rekam medis (RM) merupakan bukti tertulis tentang pelayanan kesehatan yang diberikan dokter kepada pasien dan berperan dalam pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan. RM di BPK RSU Sigli hanya sekitar 30% yang terisi lengkap disebabkan perilaku para dokter spesialis yang kurang peduli terhadap kelengkapan pengisian RM. Namun demikian, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut apakah disebabkan oleh faktor ”ketidakmauan” atau ”ketidaktahuan” tentang cara pengisian RM dengan baik dan benar. Penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik yang bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis. Populasinya adalah dokter spesialis yang berjumlah 9 orang. Untuk melihat perilaku dokter dalam pengisian rekam medis (variabel dependen) dilakukan check list terhadap rekam medis yang diisi oleh dokter spesialis pada periode Oktober sampai Desember 2007. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diukur dengan skala likert. dan wawancara. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi Spearman (uji non parametrik). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dokter spesialis pada BPK RSU Sigli memiliki pengetahuan yang baik mengenai RM. Variabel motivasi untuk pengawasan menunjukkan dokter spesialis yang menyatakan pengawasan baik paling besar persentasenya, untuk variabel kondisi kerja yang menyatakan kondisi kerja baik paling banyak, dan untuk variabel pekerjaan itu sendiri paling banyak yang memiliki ketertarikan yang baik. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja dan pekerjaan itu sendiri mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis, sedangkan variabel pengakuan hubungannya tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketidaklengkapan RM di BPK RSU Sigli disebabkan kurangnya motivasi dan sosialisasi dari pihak manajemen terhadap pengisian RM. Disarankan kepada pihak manajemen BPK RSU Sigli agar mempertimbangkan reward yang sesuai untuk memberikan motivasi dalam pengisian RM dan lebih meningkatkan sosialisasi terhadap peraturan dan undangundang yang mengatur tentang RM. Kata Kunci: Rekam medis, pengetahuan, motivasi
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Medical record is the written evidence of the health service given by a physician to the patients and plays a role in the implementation of hospital management activities especially in improving service quality. In the Health Service Unit of Sigli General Hospital, only about 30% of the medical records which are completely filled out due to the behavior of the specialists who tend to ignore the completeness of filling out medical record. Yet, this tendency still needs to be further studied to find out whether it is caused by the factor of “unwillingness” or “not knowing” how to fill out the medical record well. The kind of research conducted is an analytical survey intended to analyze the relationship between knowledge and work motivation and the behavior of the specialists in filling out medical records. The populations for this study is 9 (nine) specialists. To recognize the behavior of the specialists in filling the medical record (dependent variable), the list of medical records filled out by the specialists from October to December 2007 were checked. The data were obtained through interviews and questionnaires distributed to the respondents then measured by means of Likert’s scale. Hypothesis was tested through Spearmans’s correlation test (non parametric test). The result of this study shows that 77.8% of the specialists have good knowledge and 22.2% have very good knowledge. Variable of motivation shows that 66.7% of the specialists said that the level of control is good and 33.3% said that the level of control is very good. In terms of the variable of work condition, 44.5% of the specialists said that it is good, 33.3% said that it is fair, and 22.2% said that it is very good. 55.6% of the specialists said that they have received good recognition from their superior. In terms of the work itself, 66.7% of the specialists said that it is interesting, 22.2% said that it is very interesting, and 11.1% said that it is normal. The result of statistical test shows that the variables of knowledge, control, work condition and the work itself have a significant relationship with the behavior of the specialists in filling out medical record, while the variable of recognition does not have any significant relationship with the behavior of the specialists in filling out medical record. Based on the result of study, it can be concluded that the incomprehensiveness of medical records in the Health Service Unit of Sigli General Hospital is because the management of the Health Service Unit of Sigli General Hospital have less motivation and socialization in filling out medical records. It is suggested that the management of the Health Service Unit of Sigli General Hospital consider providing another kind of reward needed as motivation and increase the socialization of the law regulating medical record. Key words : Medical Record, Knowledge, Motivation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli” dapat selesai. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (SPs USU). Tesis ini dapat disusun berkat dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. dr. Amri Amir, Sp. F, DFM, SH selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. 2. Ibu dr Yulianti, Sp.P, MARS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan begitu banyak bantuan sampai dengan selesainya penulisan. 3. Bapak Drs. A. Ridwan Siregar, M. Lib selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan untuk menyelesaikan tesis ini. 4. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Selaku komisi penguji dan Sekretaris Program Studi AKK SPs USU serta bapak dr. Fauzi, SKM selaku komisi penguji yang sangat banyak membantu dan memberikan masukan untuk menyempurnakan tesis ini.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi AKK SPs USU. 6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur SPs USU. 7. Bapak/Ibu staf pengajar Progam Studi AKK SPs USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga sangat membantu penyelesaian tesis ini. 8. Bapak/Ibu Karyawan Progam Studi AKK SPs USU yang telah membantu kelancaran administrasi selama perkuliahan hingga selesai. 9. Bapak Dr.Taufik Mahdi, Sp.OG selaku Direktur BPK RSU Sigli dan seluruh staf terutama Staf Bagian Rekam Medis. 10. Rekan-rekan Program Studi AKK SPs USU yang telah memberikan dorongan selama proses penyelesaian tesis ini. Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Yang Mulia Ayahanda Jalaluddin Hamid (Almarhum), Ibunda Rusmini Ali dan keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan dan bantuan selama perkuliahan dan proses penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman menyebabkan tesis ini tidak luput dari kesalahan, saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan di masa datang. Akhirnya, kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga tesis ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Medan,
Maret 2008 Penulis
Salami
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Salami
2. Tempat dan tanggal lahir : Banda Aceh, 14 Juni 1965 3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Jln. Banda Aceh Medan Komplek Puskesmas Indrapuri Aceh Besar
Riwayat Pendidikan
: 1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Banda Aceh tahun 1977 2) SMP Negeri 2 Banda Aceh 1981 3) SMA Negeri 3 Banda Aceh 1984 4) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 1994 5) Mahasiswa Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara
7. Riwayat Pekerjaan
: 1) Kepala Puskesmas Saree Kab.Aceh Besar 1994-1997 2) Kepala Puskesmas Seulimuem Kab. Aceh Besar 1998-2000 3) Kepala Puskesmas Sukamakmur Kab. Aceh Besar 2000-2003 4) Dokter Puskesmas Sukamakmur Kab. Aceh Besar 2005-2006 5) Kepala Puskesmas Indrapuri Kab. Aceh Besar 2007-Sekarang
Medan,
Maret 2008 Penulis,
Salami Nim. 037013014
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT..................................................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................................... RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
i ii iii v vi viii x
BAB 1. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ......................................................................... Perumusan Masalah ................................................................. Tujuan Penelitian ..................................................................... Hipotesis................................................................................... Manfaat Penelitian ...................................................................
1 7 7 7 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
9
2.1. Teori-teori yang Berkaitan Dengan Penelitian......................... 2.1.1. Teori perilaku ................................................................. 2.1.2. Pengetahuan ................................................................... 2.1.3. Motivasi ......................................................................... 2.1.4. Rekam Medis ................................................................. 2.2. Landasan Teori......................................................................... 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
9 9 10 11 14 25 28
BAB 3. METODE PENELITIAN...............................................................
29
3.1. 3.2. 3.3. 3.4.
Jenis Penelitian......................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... Populasi dan Sampel ................................................................ Metode Pengumpulan Data ...................................................... 3.4.1 Uji Validitas .................................................................... 3.4.2 Uji Reliabilitas ................................................................ 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 3.6. Metode Pengukuran ................................................................. 3.7. Metode Analisis Data...............................................................
29 29 29 30 31 32 33 34 39
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 4. HASIL PENELITIAN ....................................................................
41
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 4.2. Analisis Univariat .................................................................... 4.2.1. Karakteristik dokter........................................................ 4.2.2. Variabel independen....................................................... 4.2.3. Variabel dependen ......................................................... 4.3. Analisis Bivariat....................................................................... 4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis....................... 4.3.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis...................... 4.3.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis...................... 4.3.4. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis...................... 4.3.5. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis.......... 4.4. Hasil Wawancara ...................................................................... 4.4.1. Hasil Wawancara dengan Dokter Spesialis.................... 4.4.2. Hasil Wawancara dengan Ka. Sub Bidang Rekam Medis ................................................................. 4.4.3. Hasil Wawancara dengan Direktur Rumah Sakit...........
41 43 44 45 47 48
54 55
BAB 5. PEMBAHASAN ..............................................................................
57
48 49 50 51 52 53 53
5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ................................................ 5.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ................................................ 5.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ................................................ 5.4. Hubungan Pengakuan dengan Peerilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ................................................ 5.5. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis................................. 5.6. Analisis Hasil Wawancara .......................................................
63 64
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
66
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 6.2. Saran.........................................................................................
66 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
69
57 58 60 62
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
Hasil Pengujian Validitas Variabel ......................................................
32
3.2.
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Pengawasan, Kondisi Kerja, Pengakuan, dan Pekerjaan itu Sendiri menggunakan Cronbach’s Alpha.............................................
33
3.3.
Alternatif Jawaban dan Penilaian untuk variabel independen .............
36
3.4.
Range Skor untuk Penilaian Variabel Independen...............................
37
3.5.
Alternatif Jawaban, Range Skor dan Penilaian untuk Variabel Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM ..................................
38
4.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur............................................
44
4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja...................................
44
4.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................
45
4.4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan.................................
45
4.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan .................................
46
4.6.
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja...............................
46
4.7.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan....................................
46
4.8.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan itu sendiri ....................
47
4.9.
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Dokter dalam Pengisian RM .......................................................................................
47
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM .......................................................................................
49
Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM .......................................................................................
49
4.10.
4.11.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4.12.
Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM .............................................................
50
4.13. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM ......................................................................................
51
4.14.
Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM .............................................................
52
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Surat Permohonan Izin Penelitian........................................................... 73
2.
Surat Keterangan Selesai Penelitian........................................................ 74
3.
Daftar Pertanyaan/Kuesioner .................................................................. 75
4
Panduan Pertanyaan Wawancara ............................................................ 80
5.
Formulir Rekam Medis BPK RSU Sigli ................................................. 82
6.
Daftar Check List Rekam Medis ............................................................. 87
7.
Hasil Uji Validitas dan Reliability Variabel ........................................... 90
8.
Tabulasi Hasil Perhitungan Variabel ...................................................... 95
9.
Tabulasi Data Pengisian Rekam Medis .................................................. 96
10.
Struktur Organisasi BPK RSU Sigli ....................................................... 106
11.
Distribusi Variabel ................................................................................. 107
12.
Hasil Tabulasi Silang .............................................................................. 109
11.
Hasil Uji Korelasi Spearman................................................................... 114
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rekam Medis (RM) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. Namun, selama ini pengisian data RM oleh para petugas kesehatan di sejumlah rumah sakit masih sangat minim. Padahal data RM sangat diperlukan untuk kepentingan manajemen rumah sakit, pasien, dan petugas kesehatan sendiri. Di sisi lain, seiring dengan perkembangan di bidang kedokteran, masyarakat semakin selektif dalam memilih sarana pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Setiap rumah sakit
akan bersaing dan dituntut
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi bagi pasien.
Salah satu
pelayanan yang dapat menunjang pemberian pelayanan medis yang cepat, tepat, dan akurat adalah dengan pengelolaan RM yang dilakukan secara seksama dan lebih profesional. RM merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien yang merupakan cerminan kerja sama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Setiap staf rumah sakit perlu memahami pentingnya RM dalam memberikan pelayanan. Hal ini karena, tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit dapat segera terlihat pada lengkap tidaknya data perawatan yang tercantum dalam RM. Di samping itu, adanya tuntutan masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah sakit tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya, maka RM
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
dipergunakan sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997). Perkembangan RM berjalan sejajar dengan perkembangan ilmu kedokteran. Rumah sakit di Indonesia telah melakukan pencatatan RM sejak masa pra kemerdekaan. Namun, pada masa tersebut pencatatan belum dilaksanakan, ditata dan mengikuti sistem informasi yang benar
karena masih tergantung pada selera
pimpinan masing-masing rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997). Berkas RM mulai mendapat perhatian untuk pembenahan yang lebih baik sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 031/Birhup/1972
yang
menyatakan
bahwa semua
rumah
sakit
diharuskan
mengerjakan medical recording, reporting, dan hospital statistic. Kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis tersebut, semakin diperjelas dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34/Birhup/1972.
Pada bab 1 pasal 3
dinyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit harus : 1. Mempunyai dan merawat statistik yang mutakhir. 2. Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
telah
ditetapkan. Keputusan dikeluarkannya
Menteri Kesehatan Peraturan
Menteri
ini dipertegas secara rinci dengan Kesehatan
Republik
Indonesia
No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis. Dengan demikian, rekam medis mempunyai landasan hukum yang kuat untuk dilaksanakan oleh tenaga medis dan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
paramedis yang terlibat dalam penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit (Hanafiah dan Amir, 1999). RM menjadi penting karena berperan dalam pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit yang baik, terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. RM berperan sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. RM mencatat atau memuat data tentang perawatan dan pengobatan yang telah diberikan, bagaimana dosis dan efeknya sehingga dapat menjadi bahan untuk merencanakan perawatan maupun pengobatan tahap selanjutnya (Hanafiah & Amir, 1999; Brotowasisto, 2003; Waruna, 2003). Secara spesifik, RM menyediakan data khusus yang berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Kasus-kasus penyakit yang jarang terjadi atau pengobatan yang belum sempurna dapat terekam sehingga dapat ditindaklanjuti dan diangkat menjadi topik diskusi-diskusi ilmiah untuk mencari jalan keluarnya. Kegunaan lain dari RM adalah menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan rumah sakit yang rasional (data perencanaan). Bahkan RM mempunyai aspek hukum yang perlu disadari oleh semua pihak di rumah sakit termasuk pimpinan, dokter, perawat, pendaftar, dan pasien (Hanafiah dan Amir, 1999; Waruna, 2003). Hal tersebut dipertegas oleh Hatta (2003) bahwa RM yang berkualitas dapat membantu para praktisi kesehatan maupun pihak-pihak lainnya sebagai bukti konkrit dalam menyelesaikan berbagai masalah hukum yang timbul. Untuk itu, para praktisi kesehatan dipacu untuk memperbaiki perilaku pelaksanaan rekam medis
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
secara teratur dan bermutu. Bila tidak dilakukan maka yang bersangkutan dapat terkena sanksi ketidakdisiplinan. Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci terlaksananya kegunaan RM di atas. Namun, masih banyak dokter dan perawat yang enggan mengisi RM dengan benar karena alasan terbatasnya waktu atau anggapan bahwa RM hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Sunartini dalam Dewi, 1999). Lebih lanjut Wirjoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa proses pengisian dan penggunaan rekam medis sebagai sistim informasi manajemen untuk meningkatkan mutu dan pengembangan rumah sakit masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan tiga masalah pokok, yaitu: 1. Para dokter dan perawat belum mengerti kegunaan tersebut sehingga enggan untuk mengisi dengan benar, lengkap, dan jelas. 2. Para manajer rumah sakit juga belum atau kurang mengerti kegunaan rekam medis sehingga kurang mendorong dan mendukung perkembangan yang optimal rekam medis di rumah sakit. 3. Para pengelola rekam medis masih belum dapat memberikan umpan balik yang menarik bagi para dokter, perawat dan pengelola rumah sakit sehingga belum dapat menggairahkan partisipasi mereka. Hasil diskusi Kongres Perhimpunan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 1995 menyimpulkan bahwa kesulitan yang dialami oleh para petugas
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
maupun pengelola unit RM semakin berat dengan perilaku para dokter yang kurang peduli terhadap pengisian berkas RM. Namun demikian, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut apakah faktor “ketidakmauan” dan “ketidaktahuan” tentang cara pengisian RM yang baik dan benar ataukah faktor-faktor lain yang menyebabkannya. Masalah di atas dapat menjadi kajian empiris untuk menjadi dasar dalam mengetahui faktor-faktor apa yang memotivasi pengisian RM yang lengkap, dengan demikian berbagai pihak yang berkepentingan terhadap RM dapat mengambil kebijakan yang sesuai dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam pengisian RM sesuai dengan kondisi di lingkungannya masing-masing. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung dan mendorong
diselenggarakannya RM yang lengkap. Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.749a/Menkes/Per/XII/1989 menegaskan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib membuat rekam medis, dan dilakukan oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli (BPK RSU Sigli) merupakan rumah sakit pusat rujukan di Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien rawat inap di BPK RSUS adalah 6.813 pada tahun 2004, 9.583 pada tahun 2005 dan 8.972 pada tahun 2006. Sejalan dengan perkembangan rumah sakit dan tuntutan masyarakat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, saat ini BPK RSU Sigli sedang mempersiapkan diri untuk akreditasi. Salah satu bidang yang harus dibenahi adalah
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
bidang RM karena merupakan salah satu dari lima kegiatan pelayanan pokok untuk akreditasi tingkat dasar rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada BPK RSU Sigli dengan teknik wawancara diperoleh informasi dari sub bidang RM bahwa diperkirakan hanya sekitar 30% berkas RM yang diisi secara lengkap. Hasil wawancara dengan beberapa orang dokter menunjukkan masih kurangnya pengetahuan mengenai RM. Hal ini disimpulkan dari kurangnya pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang mengatur tentang RM, kegunaan dan manfaat RM secara menyeluruh.
Selanjutnya dengan mengikuti visite dokter di BPK RSU Sigli
diobservasi perilaku dalam pengisian RM oleh dokter. Hasilnya menunjukkan ada dokter yang mengisi lengkap dan ada yang mengisi tidak lengkap RM pasien yang divisitenya. Ketidaklengkapan disimpulkan berdasarkan tidak diisinya beberapa bagian dari RM, yaitu hasil pemeriksaan fisik, terapi, nama dokter, tanda tangan dokter, bahkan ada yang tidak mengisi RM pasien setelah visite. Pihak manajemen BPK RSU Sigli mengalami kendala dalam mengatasi ketidaklengkapan RM karena kesulitan dalam memberikan motivasi kepada dokter untuk mengisi RM dengan lengkap. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk melihat hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dalam kaitannya dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan
pengetahuan dan
motivasi kerja dengan perilaku
dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai menganalisis:
dengan
perumusan
masalah,
penelitian
ini
bertujuan
untuk
Hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter
spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.
1.4. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut : Hal:
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM.
Ha2: Ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 1. BPK RSU Sigli Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi dan perencanaan dalam upaya meningkatkan mutu kelengkapan pengisian dan pelayanan RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Ilmu pengetahuan Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu di bidang manajemen administrasi rumah sakit, khususnya dalam hal RM. 3. Penelitian selanjutnya Sebagai rujukan dan pengembangan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya di bidang RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori-teori yang Berkaitan dengan Penelitian 2.1.1. Teori Perilaku Perilaku manusia di tempat kerja ternyata kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu, permasalahan pada karyawan tidak hanya dapat diselesaikan dengan kesejahteraan finansial saja, tetapi harus melalui pendekatan perilaku organisasi dalam manajemen saat ini maupun yang akan datang (Muchlas, 1997). Beberapa teori determinan perilaku menurut Notoatmojo dalam Dewi (1999) yaitu teori-teori yang mengungkap determinan perilaku berangkat dari analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku: 1. Teori Kar Teori ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: Niat untuk bertindak, dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi atau fasilitas kesehatan, otonomi pribadi seseorang dalam mengambil tindakan atau keputusan dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak. 2. Tim kerja dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa seseorang berperilaku tertentu karena ada empat alasan pokok, yakni: a. Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan nilai-nilai
dan
terhadap suatu objek; b. Orang penting sebagai referensi; c. Sumber-
sumber daya misal: fasilitas, uang, waktu dan tenaga; d. Perilaku normal yaitu kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Perilaku mencerminkan sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Hasil dari motivasi dinilai dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha yang dikeluarkan, atau strategi pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan atau tugas. Perilaku dipengaruhi oleh input individu (kemampuan, pengetahuan, emosi, suasana hati, dan perasaan), faktor konteks pekerjaan (lingkungan fisik, merancang tugas, penghargaan dan dorongan, pengawasan dan bimbingan, norma-norma sosial, dan budaya organisasi), dan motivasi (Kreitner dan Kinicki, 2003).
2.1.2. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu“ manusia setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu melalui pancaindra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 1997). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2002). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perubahan perilaku pada manusia akan berlangsung lama apabila perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif. Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1.Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi nyata. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmojo, 1997). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur (Notoatmojo, 1997).
2.1.3. Motivasi 1. Pengertian Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rivai, 2004). Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Memotivasi seseorang berarti berusaha menimbulkan kebutuhan tertentu pada seseorang agar tingkah lakunya tertuju pada tujuan yang kehendaki
(Handoko,
1999). Wahjosumidjo dalam Saydam(1996) menyebutkan motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri sendiri. Selanjutnya Robbins dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan motivasi sebagai kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
(Hasibuan, 2005). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu proses interaksi yang menimbulkan kesediaan dari diri seseorang untuk bekerja dengan segala kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Faktor-faktor motivasi Dalam melakukan pekerjaan, seseorang berbuat atau tidak berbuat tidaklah semata-semata didorong oleh faktor-faktor rasio, tetapi juga kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor-faktor emosi/perasaan. Herzberg dalam Hasibuan (2005)
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu faktor-faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor-faktor motivasi (motivation factors). Faktor-faktor pemeliharaan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi, seperti gaji, kondisi fisik kerja, kepastian kerja, supervisi, dan tunjangan-tunjangan lainnya. Faktor-faktor motivasi merupakan faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang, yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Herzberg dalam Stoner (1994) mengembangkan teori motivasi dua faktor kepuasan yang disebut konsep higiene, yaitu faktor ketidakpuasan (faktor higiene) dan faktor kepuasan (faktor yang memotivasi-motivator). Menurut Herzberg, faktorfaktor yang memberikan kepuasan kerja terpisah dan berbeda dengan yang memberikan ketidakpuasan kerja. Faktor higiene mencakup: Administrasi dan kebijakan perusahaan,
supervisi, hubungan dengan penyelia, kondisi kerja, gaji,
hubungan dengan rekan kerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan (Herzberg dalam Robbins, 2002). Penilaian posistif terhadap faktorfaktor di atas tidak membimbing kepada kepuasan melainkan hanya kepada tidak adanya ketidakpuasan. Faktor kepuasan mencakup: tanggung jawab, kemajuan,
Prestasi,
pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
dan pertumbuhan (Herzberg dalam Robbins, 2002).
Tidak adanya kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
jika faktor ini ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Teori lain
yang dikemukakan oleh George
dalam Hasibuan (2005)
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah: Upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu, keamanan kerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, perlakuan yang wajar, dan pengakuan atas prestasi.
2.1.4. Rekam Medis 1. Pengertian dan Isi Istilah rekam medis dahulunya dikenal dengan istilah status pasien (Hanafiah dan Amir, 1999). Namun, saat ini lebih sering digunakan istilah rekam medis yang diterjemahkan dari medical record. Pengertian record adalah: “Anything (such as a document or a phonograph record or photograph) providing permanent evidence of or information about past events; a compilation of the known facts regarding something or someone; a document that can serve as a legal evidence of a transaction“ (Harper, 2001). Medical diartikan sebagai :“Pertaining to medicine or to the treatment of diseases, pertaining to medicine as opposed to surgery“ (Merriam-Webster’s, 2005). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.749a/Men.Keu/Per/XII/1989: “Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain pada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.“
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Hatta (2003) berpendapat bahwa RM merupakan kumpulan berkas atau kesan dari sesuatu yang diucapkan atau dituliskan perihal keadaan medis pasien dari masa ke masa, yang dapat berwujud sederhana dan dilakukan secara manual atau mengikuti perkembangan teknologi yang disesuaikan dengan kemajuan peradaban kebudayaan suatu bangsa. Huffman dalam Amir (1997) menyebutkan: ’’Medical record is the WHO, WHAT, WHERE, and HOW of patient care during hospitalization. It must contain sufficient information to clearly identify the patient, to justify the diagnosis and treatment, and to record the result.” Pengertian di atas menjelaskan bahwa rekam medis merupakan kumpulan catatan yang berisi keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pemberi layanan kesehatan kepada pasien dari waktu ke waktu. Catatan tersebut harus dapat menjawab pertanyaan:
Siapa yang dirawat,
kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana pengobatannya, siapa yang memberi obat, dan bagimana reaksinya. RM terdiri dari beberapa lembar yang harus diisi oleh tenaga kesehatan sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM menyebutkan bahwa isi RM untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: identitas pasien, anamnesa, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, persetujuan tindakan medik, catatan perawatan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Rekam medis untuk pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran umum dan lembaran-lembaran khusus. Menurut Depkes (1991) lembaran-lembaran umum misalnya: (1) ringkasan masuk dan keluar; (2) anamnesa dan pemeriksaan fisik; (3) lembaran grafik; (4) perjalanan penyakit, perintah dokter dan pengobatan; (5) catatan perawat, bidan/asuhan keperawatan; (6) hasil pemeriksaan laboratorium/roentgen; (7) resume keluar. Lembaran khusus misalnya: (1) lembaran kontrol istimewa; (2) laporan operasi; (3) laporan anesthesia; (4) riwayat kehamilan; (5) catatan/laporan persalinan; (6) identitas bayi. 2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001). Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) dan Hanafiah dan Amir (1999) kegunaan dari RM biasa disingkat dengan C.I. ALFRED, yaitu: C: Communication Value Berkas rekam medis dapat menjadi alat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara dokter dengan paramedis dalam usaha memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan. I: Information Value Berkas rekam medis menjadi sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah sakit yang berguna untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
A: Administrative Value Suatu berkas medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut masalah kebijaksanaan dan tindakan pejabat (administrator, tenaga medis) berdasarkan wewenang dan tanggung jawab selama memegang jabatan dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. L: Legal Value Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan hukum. Rekam medis merupakan bukti yang akan menjadi pegangan bagi rumah sakit dan tenaga kesehatan tentang kegiatan pelayanan kesehatan. F: Financial or Fiscal Value Berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan pembayaran biaya pelayanan rumah sakit. Lebih jauh lagi data ini dapat dipakai sebagai perencanaan keuangan rumah sakit untuk masa mendatang. R: Research Value Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya mengandung data atau informasi yang yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. E: Education Value Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data tentang perkembangan/kronologis kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
kepada pasien. Data tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pendidikan bagi si pemakai. D: Documentary Value Berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya merupakan sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit. Hatta (1986) mengemukakan bahwa kegunaan berkas RM hanya akan mengandung nilai ALFRED jika para praktisi kesehatan merekam segala urutan kegiatan dengan baik, cepat dan tepat. Kesadaran akan manfaat perekaman hasil kerja para praktisi kesehatan tersebut sangat penting bagi pasien, rumah sakit, praktisi kesehatan sendiri dan perkembangan ilmu pengetahuan yang secara global dapat dikatakan sebagai upaya mempertinggi peradaban manusia. 3. Perekaman Kegiatan Pelayanan Medis 1) Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis Tanggung jawab terhadap kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat (Departemen
Kesehatan R.I., 1997;
Samil, 2001). Namun demikian,
pengisian rekam medis dilakukan oleh: a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit. b. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit. c. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik. d. Tenaga
paramedis
perawatan dan tenaga paramedis non perawatan yang
langsung terlibat antara lain : Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anestesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medik dan lain sebagainya.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
e. Dalam
hal
dokter
luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997). Menurut Samil (2001),
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para
praktisi kesehatan untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, yaitu: a. Mencatat data secara tepat waktu; b. Mencatat data yang terbaru; c.
Mencatat data secara cermat dan lengkap;
d. Membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut kenyataan; e.
Memilih data yang berkaitan dengan masalahnya;
f.
Mencatat data secara objektif.
2) Ketentuan Pengisian Rekam Medis Rekam medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien mendapatkan pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis. b. Semua
pencatatan
harus ditandatangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal. c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh dokter pembimbingnya.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Catatan yang dibuat oleh residensi harus diketahui oleh dokter pembimbingnya. e. Dokter
yang
merawat
dapat
memperbaiki kesalahan
penulisan
dan
melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf. f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan (Departemen Kesehatan R.I., 1997). 3) Formulir Rekam Medis Formulir rekam medis terdiri dari formulir rekam medis pasien rawat jalan dan formulir rekam medis pasien rawat nginap. Sehubungan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/MenKes/Per/XII/1989 tentang rekam medis maka: a. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan dapat dibuat selengkap-lengkapnya dan sekurang-kurangnya
memuat:
identitas,
anamnesis,
diagnosis
dan
tindakan/pengobatan. b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang kurangnya memuat: identitas pasien, anamnesis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, persetujuan tindakan medis, tindakan pengobatan, asuhan keperawatan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan. 4. Aspek Hukum Rekam Medis 1) Pemilik Rekam Medis Rumah Sakit adalah pemilik rekam medis karena catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis memperlihatkan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan kepada pasien. Dokumen tersebut merupakan tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya penyembuhan pasien. Beberapa hal yang perlu
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
mendapat perhatian bagi petugas pelayanan yang terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien adalah: a. Mereka tidak diperkenankan membawa berkas rekam medis keluar dari instansi pelayanan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan sepengetahuan kepala unit rekam medis sesuai peraturan yang digariskan rumah sakit. b. Petugas unit rekam medis bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dibutuhkan pasien. c. Petugas harus menjaga berkas tersebut agar tersimpan dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi rekam medis (Samil, 2001). Peraturan Menteri Kesehatan tentang rekam medis dalam Bab 3 pada pasal 9 menyebutkan bahwa: (1) Berkas rekam medis milik sarana kesehatan; (2) Isi
rekam
medis milik pasien 2) Kerahasiaan Rekam Medis Informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya rahasia. Informasi dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangan yang berlaku. Jika dianalisis, dalam kerahasiaan ini banyak terdapat pengecualian (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001). Informasi dari rekam medis pada dasarnya dapat menjadi dua kategori, yaitu: a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan berupa laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan Jenis informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan meliputi perihal identitas (nama, alamat dan lain-lain) serta informasi lain yang tidak mengandung nilai medis (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001). 3) Rekam Medis di Pengadilan Setiap informasi di dalam rekam medis dapat dipakai sebagai bukti karena merupakan dokumen resmi dari kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercaya, maka keseluruhan atau sebagian dari informasi dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001). Hatta (2007) berpendapat bahwa RM yang lengkap, tepat dan mutakhir tidak hanya berguna bagi pasien tetapi juga bagi dokter sebagai alat bukti dalam menghadapi kasus-kasus gugatan malpraktik. Ameln (2003) juga menjelaskan bahwa tanpa berkas catatan medis yang dapat dibaca dan lengkap, dokter maupun rumah sakit tidak dapat membela diri di pengadilan karena tidak dapat membuktikan bahwa tindakantindakan medis dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Kedokteran.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Analisis Rekam Medis Secara sederhana yang dimaksud dengan analisis rekam medis adalah proses pengumpulan, pengolahan, penyajian serta interpretasi data yang terkandung dalam rekam medis sehingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan tentang sesuatu, sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan (Azwar, 2003). Ada dua bentuk analisis rekam medis, yaitu: 1) Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah lembaranlembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedis dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan. 2) Analisis kualitatif Analisis kualitatif ditujukan kepada kualitas (mutu) data yang tercantum dalam rekam medis. Baik atau tidaknya kualitas data yang tercantum ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud setidak-tidaknya adalah kebenaran pengisian data, ketepatan pengisian data serta kelengkapan data. Ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis yang mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997; Azwar, 2003).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
6. Rekam Medis Elektronik (Rekam Medis Berbasis Komputer) Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer (elektronik). Rekam medis berbasis komputer adalah penggunaan data base untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosis (EKG, radiologi dan lain-lain), konversi hasil pemeriksaan laboratorium dan interpretasi klinis (Fuad, 2007). Institute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya (Fuad, 2007). Doolan, Bates dan James dalam Fuad (2007) mempublikasikan suatu studi tentang keberhasilan penerapan rekam medis elektronik (RME) pada 5 rumah sakit utama di Amerika Serikat. RME diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratorium baik berupa teks, angka maupun gambar sudah tersedia dalam format elektronik. Catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun oleh perawat juga telah dimasukkan ke komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Sistem pendukung keputusan juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dokter secara rutin dapat menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi. Namun, kertas masih tetap digunakan oeh dokter untuk mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap pada waktu melakukan visite. Secara umum menurut Fuad (2007), faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer, yaitu:
(1) Leadership,
komitmen, dan visi organisasi; (2) Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien; (3) Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem; (4) Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis; (5) Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi. Faktor-faktor kendalanya yaitu: (1) Sosiokultural, (2) Sumber daya manusia, dan (3) Kecurigaan lemahnya aspek security, konfidensialitas dan privacy data medis Faktor-faktor di atas menggambarkan usaha luar biasa
dibutuhkan untuk
menerapkan catatan medis elektronik. Dalam penerapannya harus dipertimbangkan penggunaan teknologi informasi yang harus memberikan nilai lebih yang tinggi dibandingkan dengan investasinya.
2.2. Landasan Teori RM bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997;
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Samil, 2001). Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
031/Birhup/1972 menyatakan bahwa semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording, reporting, dan hospital statistic. Keputusan tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah sakit yang menyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan: 1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date 2. Membina medical record
yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Peraturan yang diterbitkan pemerintah mengenai RM dipertegas secara rinci dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/Per/XII/1989. Dalam SK ini tersurat adanya kewajiban bagi semua tenaga kesehatan untuk melaksanakan rekam medis. Dibutuhkan kesadaran yang ditunjukkan oleh perilaku dari berbagai pihak di rumah sakit untuk membenahi pengelolaan RM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengisian RM di rumah sakit di Indonesia belum lengkap dan hal ini sangat tergantung pada perilaku pengisi RM. Menurut Notoatmojo (1997) yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah:
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Faktor internal, yaitu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar; 2. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Pengetahuan dan motivasi merupakan dua faktor internal dari perilaku. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perubahan perilaku pada manusia akan berlangsung lama apabila perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif. Mathis dan Jackson (2001) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, diantaranya kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Lebih tegasnya disebutkan bahwa kinerja seseorang tergantung pada tiga faktor, yaitu kemampuan untuk mengerjakan pekerjaannya, tingkat usaha, dan dukungan yang diberikan pada orang tersebut. Selanjutnya Kreitner dan Kinicki (2003) menyebutkan bahwa prestasi dipengaruhi oleh kemampuan dan pengetahuan individu , motivasi, dan konteks pekerjaan. Penelitian ini juga didasari oleh teori motivasi dua faktor kepuasan yang dikembangkan oleh Herzberg dan disebut konsep higiene. Terdiri dari: faktor ketidakpuasan (faktor higiene) dan faktor kepuasan (faktor yang memotivasimotivator). Faktor higiene mencakup (Herzberg dalam Robbins, 2002): administrasi
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
dan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan dengan penyelia, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan kerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan.
Sedangkan faktor kepuasan mencakup: Prestasi, pengakuan,
pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan. 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Variabel Independen (X) 1. Pengetahuan (X1) Faktor Motivasi: 2. Pengawasan (X2) 3. Kondisi Kerja (X3) 4. Pengakuan (X4)
Variabel Dependen (Y) Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
5. Pekerjaan Itu Sendiri (X5)
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep pada Gambar 2.1. menggambarkan bahwa ada beberapa faktor yang diduga memepunyai hubungan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Pengetahuan dan faktor motivasi yang terdiri dari pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri merupakan variabel independen dalam penelitian ini.
Sedangkan
perilaku dokter spesialis sebagai pengisi RM
yang
bertugas di ruang rawat inap BPK RSU Sigli merupakan variabel dependen.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian digunakan jenis penelitian: Survey analitik (explanatory study), yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Notoatmojo, 2002). Penelitian ini dilakukan secara cross sectional, yaitu mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang diobservasi pada saat yang sama.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya di bagian RM. Bagian ini dipilih karena merupakan bagian yang menjadi sumber data dan informasi rumah sakit. Penelitian dilakukan selama 7 bulan, mulai Juli 2007 sampai dengan Desember 2007.
3.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah
dokter spesialis di BPK RSU Sigli yang
berjumlah 9 orang. Seluruh populasi menjadi sampel karena jumlahnya yang relatif sedikit, yaitu terdiri dari: Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (3 orang), dokter spesialis bedah (1 orang), dokter spesialis penyakit dalam (1 orang), dokter spesialis anak (1 orang), dokter spesialis mata (1 orang), dokter spesialis THT (1 orang) dan dokter spesialis saraf
(1 orang).
29
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Penilaian perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM, dilihat dari kelengkapan pengisian RM oleh masing-masing dokter spesialis selama periode 3 bulan. Kelengkapan pengisian RM dilihat dengan melakukan check list terhadap lembaran-lembaran RM yang harus diisi oleh dokter spesialis pada BPK RSU Sigli. Jumlah RM yang di check list sebanyak 15% (317 RM) dari jumlah seluruh RM dan jumlah RM yang dicheck list per dokter spesialis ditentukan secara proposional.
3.4. Metode Pengumpulan Data Dilihat dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dua cara, yaitu: Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada dokter spesialis yang mengisi RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli (Lampiran 3). Penyebaran dan pengumpulan data dari kuesioner langsung dilakukan oleh peneliti. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan pihak manajemen rumah sakit dan dokter spesialis yang mengisi RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli. Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran 4. 2. Data sekunder Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah dengan metode tidak langsung, yaitu teknik memperoleh data tanpa ada kontak langsung
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan responden. Berdasarkan pendekatan ini maka dapat dilakukan observasi terhadap seseorang tanpa sepengetahuan dirinya atau pencarian catatan yang sudah ada (Kreitner dan kinicki, 2003). Data diperoleh dari RM rawat inap yang diisi oleh dokter spesialis pada periode Oktober sampai Desember 2007. RM periode ini
digunakan sebagai
instrumen untuk menyimpulkan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli. Data dikumpulkan dengan check list yang dibuat berdasarkan lembaran RM yang harus diisi dokter spesialis di BPK RSU Sigli. Lembaran RM dan formulir check list dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. 3.4.1. Uji validitas Syarat penting yang berlaku bagi suatu kuesioner adalah valid dan reliabel. Suatu skala pengukuran disebut valid apabila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro, 2003). Esensi dari validitas adalah akurasi (Indriantoro dan Supomo, 2002). Penelitian ini menggunakan construct validity yang merupakan salah satu konsep untuk menguji validitas setiap butir pertanyaan dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variabel dengan skor total masing-masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian (Lampiran 7). Pengujian menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan dasar kesimpulan variabel dikatakan valid apabila koefisien korelasi lebih besar dari 0,3 (Malhotra, 1996). Hasil output Cronbach’s Alpha pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri setiap
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
butir pertanyaan Nilai Corrected Item- Total Correlation
lebih besar dari 0,30.
Dengan demikian dapat dinyatakan seluruh butir pertanyaan valid. Tabel 3.1. Hasil Pengujian Validitas Variabel No Pertanyaan
Pengetahuan
P1 P2 P3 P4 P5
.813 .379 .439 .575 .615
Corrected Item-Total Correlation Pengawasan Kondisi Pengakuan Kerja
.661 .737 .661 .567 .518
.323 .552 .779 .467 .328
.792 .807 .850 .347 .455
Pekerjaan itu Sendiri
.757 .590 .889 .350 .578
3.4.2. Uji reliabilitas Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran) (Kuncoro, 2003). Suatu kuesioner dianggap reliabel apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama hasilnya tetap konsisten. Pengukuran menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan dasar kesimpulan alat ukur dianggap andal jika nilai alpha >0,6 (Malhotra, 1996). Hasil pengujian reliabilitas dengan uji statistik Cronbach’s Alpha pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai reliability coefisients dari variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri reliabel karena nilainya > 0,60. Variabel dengan nilai reliabilitas paling tinggi adalah pengawasan, sedangkan yang paling rendah pengetahuan.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2. No 1 2 3 4 5
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Pengawasan, Kondisi Kerja, Pengakuan, dan Pekerjaan itu Sendiri menggunakan Cronbach’s Alpha Variabel Nilai Cronbach’s Alpha N of Items Pengetahuan 0,634 5 Pengawasan 0,813 5 Kondisi Kerja 0,652 5 Pengakuan 0,800 5 Pekerjaan itu Sendiri 0,785 5
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel independen (X), terdiri dari: 1) Pengetahuan (X1), yaitu:
Pengetahuan dokter spesialis yang mengisi RM
pasien rawat inap tentang peraturan yang mengatur RM, kegunaan RM, tanggung jawab, dan cara pengisian RM. 2) Pengawasan (X2), yaitu:
Pengecekan
terhadap RM yang dilakukan oleh
bagian RM secara rutin, teguran, pengecekan ulang, dan pembahasan rutin. 3) Kondisi kerja (X3), yaitu: Situasi kerja dalam pelaksanaan pengisian RM, termasuk ruang kerja, rekan kerja, perlengkapan, peralatan, dan waktu yang cukup. 4) Pengakuan (X4), yaitu Pengakuan terhadap pengisian RM dari atasan secara pribadi atau dihadapan orang lain dengan ucapan terima kasih, pujian, perasaan dihargai, ukuran kinerja, dan insentif khusus. 5) Pekerjaan itu sendiri (X5), yaitu Ketertarikan pengisi RM terhadap pegisian RM, sistematika formulir RM, pentingnya data RM, dan kegunaan RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Variabel dependen (Y) adalah Perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM Variabel ini didefinisikan sebagai perilaku dokter spesialis dalam pengisian lembaran-lembaran data RM. Pengukuran variabel dibuat dengan melihat kelengkapan-kelengkapan sebagai berikut : 1) Penulisan ringkasan (masuk dan keluar) di beri kode RM1. 2) Penulisan riwayat penyakit diberi kode RM2 3) Penulisan pemeriksaan fisik diberi kode RM3 4) Pencatatan perjalanan penyakit dan pengobatan diberi kode RM4 5) Penulisan nama dokter secara lengkap 6) Pembubuhan tanda tangan oleh dokter 3. Dokter adalah dokter spesialis yang bertugas di ruang rawat inap BPK RSU Sigli. Perilaku yang dinilai adalah kelengkapan pengisian RM berdasarkan lembaranlembaran formulir RM yang digunakan oleh BPK RSU Sigli yang seharusnya dilengkapi oleh dokter. 3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variable independen Variabel-variabel independen diukur dengan skala ordinal, yaitu berdasarkan Likert dengan skala 1 sampai dengan 5 (Agung, 1998). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2003).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Variabel Pengetahuan (X1) Variabel ini diukur berdasarkan pilihan jawaban ”benar” atau ”salah” oleh dokter terhadap 5 butir pernyataan tentang rekam medis. Dari 5 pernyataan tersebut, 3 pernyataan adalah benar, dan 2 pernyataan yang salah. Skor 1 diberikan apabila pilihan jawaban dokter sesuai dengan pilihan yang seharusnya (benar), dan skor 0 diberikan apabila pilihan jawaban dokter tidak sesuai dengan seharusnya (salah). 2. Variabel Pengawasan. (X2) Kondisi pengawasan dikategorikan berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan 5 skor indikator pengawasan, yaitu pengecekan terhadap RM, pengecekan rutin, teguran, keharusan melengkapi, dan pertemuan rutin untuk membahas masalah RM. 3. Variabel Kondisi Kerja (X3) Kondisi kerja dinilai berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator kondisi kerja, yaitu kondisi ruang kerja, peralatan dan perlengkapan, ketersediaan RM, teman sejawat, dan kecukupan waktu untuk mengisi RM. 4. Variabel Pengakuan (X4) Tingkat pengakuan dikategorikan berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator pengakuan, yaitu ucapan terimakasih, pujian, lebih dihargai atasan, ukuran kinerja, dan insentif khusus terhadap pengisian RM. 5. Variabel Pekerjaan itu sendiri (X5) Pekerjaan itu sendiri merupakan ketertarikan terhadap pengisian RM yang diukur berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator pekerjaan itu
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
sendiri, yaitu pengisian RM dengan senang hati, pentingnya data, kegunaan, sistematika formulir, perasaan tidak bosan. Variabel pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri diukur dengan skala ordinal, yaitu dengan pernyataan ”persetujuan“ dengan kategori sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataanpernyataan positif. Alternatif jawaban yang disediakan dan penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. No 1 2 3 4 5
Alternatif Jawaban dan Penilaian untuk variabel independen Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Nilai 5 4 3 2 1
Nilai setiap variabel adalah total skor yang didapat dari penjumlahan skor setiap indikator variabel. Total nilai yang diperoleh dalam kelompok kemudian diberi bobot secara ordinal (Tabel 3.4).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.4. Range Skor untuk Penilaian Variabel Independen No
1
Variabel
Pengetahuan
Jumlah Kategori indikator *
5
SB B BS TB STB
2
Pengawasan
5
SB B BS TB STB
3
Kondisi Kerja
5
SB B BS TB STB
4
Pengakuan
5
SB B BS TB STB
5
Pekerjaan itu sendiri
5
SB B BS TB STB
Bobot nilai 1 indikator
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Seluruh indikator
25
25
25
25
25
Skor >20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 >5 – 10 0 – 5 >20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5 >20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5 >20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5 >20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Keterangan: SB = Sangat Baik B = Baik BS = Biasa Saja TB = Tidak Baik STB = Sangat Tidak Baik Tabulasi hasil perhitungan variabel independen dapat dilihat pada lampiran 8.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
3.6.2. Variabel dependen (Y) Perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM diukur dengan menggunakan check list kelengkapan pengisian rekam medis. Metode pengukuran ini merujuk kepada metode yang digunakan Dewi (1999) dalam mengukur pengetahuan, sikap dokter dan perawat terhadap perlindungan hukum hubungannya dengan perilaku dalam pencatatan dan pendokumentasian rekam medis. Penyusunan lembar check list kelengkapan pengisian RM berdasarkan format baku lembaran RM yang digunakan oleh BPK RSU Sigli. Bagian RM yang harus diisi oleh dokter spesialis yang di check list, yaitu RM 1 = 10 data, RM2 = 9 data, RM3 = 23 data, dan RM4 = 5 data. Penilaian check list menggunakan nilai 10 atau nilai 0 (nol). Setiap data yang diisi diberi nilai 10, sedangkan yang tidak diisi diberi nilai 0 (nol). Tabulasi data pengisian RM dapat dilihat pada lampiran 9. Dengan demikian didapat nilai total dari check list per RM sebesar 470 (100%). Selanjutnya total nilai yang didapat setiap dokter dipersentasekan dan diukur dengan skala 1 sampai dengan 5 dengan alternatif kelompok perilaku
mulai dari sangat baik hingga sangat tidak baik. Alternatif
kelompok perilaku, range skor dan penilaiannya dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5.
No 1 2 3 4 5
Alternatif Jawaban, Range Skor dan Penilaian untuk Variabel Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM Kriteria Perilaku Dokter Spesialis SB = Sangat Baik B = Baik BS = Biasa Saja TB = Tidak Baik STB = Sangat Tidak Baik
Range skor Kelengkapan Pengisian RM >80% -100% >60% - 80% >40 %- 60% >20% - 40% 0% - 20%
Nilai 5 4 3 2 1
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
3.7 Metode Analisis Data Pengujian akan dilakukan menggunakan perangkat lunak komputer. Kerangka model penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. Kedua hipotesis akan diuji menggunakan uji statistik secara parsial dengan uji Spearman Rank Correlation. Uji ini dilakukan dengan pertimbangan jumlah sampel kurang dari 30 mengharuskan pengujian non parametrik karena data dianggap tidak berdistribusi normal dan variabel diukur dengan skala ordinal. Santoso (2003) menyebutkan korelasi rank Spearman dapat digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non parametrik. Alat Uji Uji Rank Spearman Correlation
Variabel Independen (X1,2,3,4,5) X1 = Pengetahuan
X2 = Pengawasan
Variabel Dependen (Y) Y = Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
X3 = Kondisi kerja X4 = Pengakuan X5= Pekerjaan
Gambar 3.1. Kerangka Model Penelitian
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Rumusan Uji Spearman Rank Correlation (Siegel dan Castellan, 1988) sebagai berikut: 6
N ∑ di² i=1
rS = 1N³ - N Dimana:
rS = Koefisien korelasi di ²= Xi – Yi (selisih rank) N = Jumlah responden X i= Rank variabel independent (X), yaitu pengetahuan dan faktor motivasi Yi= Rank variabel dependent (Y), yaitu perilaku dokter dalam pengisian RM
Dalam penelitian ini, n<30 maka untuk menentukan tingkat signifikan Uji Spearman Rank Correlation dibandingkan nilai rs hitung dengan nilai rs kritis. Untuk uji dua sisi dasar kesimpulannya adalah: Jika rs hitung > rs tabel , atau rs hitung< rs tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak (Murti, 1996).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BPK RSU Sigli berada di Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berlokasi di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim. Rumah sakit ini milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Pada awal berdirinya, BPK RSU Sigli bernama RSU Sigli, dengan dikeluarkannya Qanun Kabupaten Pidie No.35 Tahun 2002 terjadi perubahan organisasi dan tata kerja sehingga terjadi perubahan menjadi BPK RSU Sigli. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.069.A/Menkes/SK/I/1993 tanggal 9 Januari RSU Sigli dikategorikan sebagai rumah sakit umum tipe C dengan kapasitas 126 tempat tidur. Sampai dengan akhir 2007 jumlah tempat tidur di BPK RSU Sigli telah bertambah menjadi 135 TT. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama pasca tsunami. Pelayanan untuk rawat inap pada tahun 2007 menunjukkan tingkat BOR (75,90%) meningkat sebesar 5,30% % dari BOR tahun 2006 (70,60%). Manajemen rumah sakit
terus meningkatkan pelayanan yang diberikan
dengan mengacu pada visi yang telah ditetapkan bersama, yaitu:
Memberikan
pelayanan yang prima, efektif, profesional dengan nurani yang Islami serta terjangkau bagi masyarakat Pidie. Untuk mencapai visi, rumah sakit juga menetapkan misi yang harus dijalankan, yaitu: 1. Menyelenggarakan rumah sakit sebagai pusat rujukan medis di Kabupaten Pidie 41 Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Meningkatkan sumber daya manusia BPK RSU Sigli 3. Memberdayakan karyawan secara profesional sehingga tercapai pelayanan yang bermutu dan Islami 4. Kesejahteraan asset BPK RSU Sigli sebagai program peningkatan kinerja pelayanan di RSU Sigli Pelaksanaan misi pada BPK RSU Sigli didukung oleh pembagian tugas dan fungsi dari setiap orang yang terlibat dalam operasional yang tergambar di dalam struktur organisasi.
Sebagai daerah yang berlaku Syariat Islam Struktur organisasi
BPK RSU Sigli mengacu pada Qanun No.35 Tahun 2002. Rumah sakit dipimpin oleh Kepala BPK RSU Sigli yang disebut Kepala Badan Pelayanan Kesehatan. Dalam menjalankan tanggung jawabnya kepala rumah sakit membawahi langsung: 1. Sekretariat yang terdiri dari 3 Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan 2. Kelompok Jabatan Fungsional. 3. Bidang Bina Program, terdiri dari 3 sub bidang, yaitu Sub Bidang Data Penyusunan Program, Sub Bidang Pengendali dan Pengawasan, dan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan 4. Bidang Keperawatan, terdiri dari 3 Sub Bidang, yaitu
Sub Bidang Asuhan
Keperawatan, Sub Bidang Etika profesi Keperawatan, dan Sub Bidang Pengendali Mutu dan Logistik Keperawatan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari 4 Sub bidang, yaitu Sub Bidang Pelayanan Rawat Jalan, Sub Bidang Pelayanan Rawat Inap, Sub Bidang Rawat Darurat, dan Sub Bidang Pelayanan Rehabilitasi Medis dan Intensif 6. Bidang Rujukan, Pelayanan Penunjang Medis dan RM terdiri dari 3 Sub Bidang, yaitu Sub Bidang Rujukan, Sub Bidang Pelayanan Penunjang Medis, dan Sub Bidang RM. Secara khusus yang mengelola RM adalah Sub Bidang RM. Untuk lebih jelasnya gambar struktur organisasi BPK RSU Sigli dapat dilihat pada lampiran 10. BPK RSU Sigli selama ini telah menjalankan berbagi fungsi sebagai berikut: 1. Pelayanan medis 2. Pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Pelayanan asuhan keperawatan 4. Pelayanan rujukan 5. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 6. Menunjang Pelaksanaan penelitian 7. Pengelolaan Administrasi dan Keuangan
4.2. Analisis Univariat Tujuan dari analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk melihat distribusi dari identitas responden (karakteristik responden), variabel dependen, dan variabel independen. Identitas responden meliputi: Umur, Masa Kerja, dan Jenis
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
kelamin. Variabel independen terdiri dari: Pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri (Lampiran 11). 4.2.1. Karakteristik Dokter Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi umur dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Usia 21-35 tahun 36-50 tahun >51 tahun Total
Frekwensi 1 7 1 9
Persentase (%) 11.1 77.8 11.1 100.0
Hasil penelitian pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar dokter spesialis yang bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam berumur 36 sampai dengan 50 tahun, yaitu sebanyak 7 dokter (77,8%), 1 dokter (11,1%) berumur 21 sampai dengan 35 tahun, dan 1 dokter (11,1%) berumur di atas 51 tahun. Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi masa kerja dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja < 5 tahun 6-10 tahun 11-20 tahun >21 tahun Total
Frekwensi 2 3 2 2 9
Persentase (%) 22.2 33.3 22.2 22.3 100.0
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Hasil penelitian pada Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 3 dokter (33,3%), telah bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama 6 sampai 10 tahun, 2 dokter (22,2%) dengan masa tugas dibawah 5 tahun, 2 dokter (22,25) dengan masa kerja 11 sampai dengan 20 tahun dan 2 dokter (22,3%) dengan masa kerja di atas 21 tahun. Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekwensi 5 4 9
Persentase (%) 55.6 44.4 100.0
Hasil penelitian pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dokter spesialis yang bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 dokter (55,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 dokter (44,4%). 4.2.2. Variabel independen Berikut ini ditampilkan distribusi jawaban responden untuk variable independen. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Baik Sangat Baik Total
Frekuensi
Persentase (%)
7 2 9
77.8 22.2 100.0
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa secara umum 7 dokter (77,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai RM yang meliputi pengetahuan tentang peraturan yang mengatur RM, kegunaan RM, cara pengisian RM dan jenis lembaran RM, dan 2 dokter (22,2%) memiliki pengetahuan sangat baik tentang RM. Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan Pengawasan Baik sangat baik Total
Frekuensi 6 3 9
Persentase (%) 66.7 33.3 100.0
Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa 6 dokter (66,7%) yang menyatakan tingkat pengawasan (pengecekan terhadap RM ) baik dan 3 dokter (33,3%) menyatakan tingkat pengawasan sangat baik terhadap pengecekan RM. Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Kondisi Kerja Biasa saja Baik sangat baik Total
Frekuensi 3 4 2 9
Persentase (%) 33.3 44.5 22.2 100.0
Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan 4 dokter (44,5%) memiliki kondisi kerja yang baik, 2 dokter (22,2%) dengan kondisi kerja sangat baik dan 3 dokter (33,3%) dengan kondisi kerja biasa saja. Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan Pengakuan Sangat tidak baik Tidak baik Biasa saja Baik Sangat baik Total
Frekuensi 1 1 1 5 1 9
Persentase (%) 11.1 11.1 11.1 55.6 11.1 100.0
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan 5 dokter (55, 6%) memiliki pengakuan tentang pengisian RM dari atasan dengan baik, 1 dokter (11,1%) dengan tingkat pengakuan yang sangat baik dan 1 dokter (11,1%) dengan tingkat pengakuan yang sangat biasa-biasa saja. Selain itu juga masih didapat dokter dengan tingkat pengakuan yang tidak baik dan sangat tidak baik sebanyak 11,1%.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan itu sendiri Pekerjaan itu sendiri Biasa saja Baik Sangat baik Total
Frekuensi 1 6 2 9
Persentase (%) 11.1 66.7 22.2 100.0
Hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan 6 dokter (66,7%) memiliki ketertarikan dalam pengisian RM yang baik, 2 dokter (22,2%) dengan tingkat ketertarikan pengisian RM baik dan 1 dokter (11,1%) dengan tingkat ketertarikan yang biasa saja. 4.2.3. Variabel dependen Berikut ini ditampilkan distribusi jawaban responden untuk variabel dependen. Tabel 4.9.
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
Perilaku Dokter Spesialis Kurang Baik Baik Total
Frekuensi 7 2 9
Persentase (%) 77.8 22.2 100.0
Hasil penelitian pada tabel 4.9 menunjukkan 7 dokter (77,8%) dengan perilaku pengisian RM yang kurang baik, yaitu dengan total skor >40%-60% dan 2 dokter Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
(22,2%) yang memiliki perilaku pengisian RM dengan baik, yaitu dengan total skor >60%-80%.
Berdasarkan hasil distribusi tersebut maka tidak ada dokter yang
berperilaku sangat baik, tidak baik dan sangat tidak baik dalam mengisi RM.
4.3. Analisis Bivariat Analisa bivariat
secara berturut-turut dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi Spearman (Lampiran 13). 4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Hasil pengujian hubungan antara pengetahuan tentang RM dengan perilaku dokter dalam pengisian RM (Tabel 4.10) diperoleh bahwa 7 dokter (100%) yang memiliki pengetahuan baik, tetapi berperilaku kurang baik dalam pengisian RM. Sedangkan 2 orang dokter dengan pengetahuan sangat baik telah berperilaku dengan baik (Lampiran 12). Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 1,000 dengan nilai p=0,000 (p value < 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Lampiran 13).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.10. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM Perilaku Dokter Dalam Pengisian RM Variabel Pengetahuan Kurang Baik Baik n % n % Baik 7 100% 0 0% Sangat Baik 0 0% 2 100% Total 7 2
4.3.2
Jumlah n % 7 100% 2 100% 9 100%
rs
P Value
1,000
0,000
Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Hasil pengujian hubungan antara pengawasan dengan perilaku dokter spesialis
dalam pengisian RM (Tabel 4.11) diperoleh bahwa 6 dokter (100%)
menyetujui
adanya pengawasan baik, tetapi berperilaku kurang baik dalam pengisian RM. Dari 3 dokter yang menyetujui adanya pengawasan sangat baik terdapat 2 dokter (66,7%) dengan perilaku pengisian RM yang baik dan 1 dokter (33,3%) berperilaku kurang baik (Lampiran 12).
Tabel 4.11.
Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
Perilaku Dokter Dalam Pengisian RM Variabel Pengawasan Kurang Baik Baik n % n % Baik 6 100% 0 0% Sangat Baik 1 33,3% 2 66,7% Total 7 2
Jumlah n % 6 100% 3 100% 9 100%
rs
p Value
0,756
0,018
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,756 dengan nilai p=0,018 (p value<0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Lampiran 13). 4.3.3
Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Hasil pengujian hubungan kondisi kerja dengan perilaku dokter spesialis
dalam pengisian RM (Tabel 4.12) diperoleh bahwa 3 dokter (100%) yang memiliki kondisi kerja biasa saja, mempunyai perilaku yang kurang baik dalam pengisian RM. Dari 4 dokter (100%) dengan kondisi kerja yang baik juga berperilaku kurang baik dalam melakukan pengisian RM, dan 2 dokter (100%) dengan kondisi kerja sangat baik mempunyai perilaku yang baik (Lampiran 12). Tabel 4.12. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM Perilaku Dokter Dalam Pengisian RM Jumlah Variabel p rs Value Kondisi Kerja Kurang Baik Baik n % n % n % Biasa Saja 3 100% 0 0% 3 100% Baik 4 100% 0 0% 4 100% 0,775 0,014 Sangat Baik 0 0% 2 100% 2 100% Total 7 2 9 100% Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,775 dengan nilai p=0,014 (p value < 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Lampiran 13).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4.3.4. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Hasil pengujian hubungan antara pengakuan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Tabel 4.13) diperoleh bahwa 1 dokter (100%) yang memiliki pengakuan sangat tidak baik, tidak baik, dan biasa saja mempunyai perilaku kurang baik dalam pengisian RM. Dari 5 dokter dengan pengakuan baik, terdapat 4 dokter (80%) yang berperilaku kurang baik dan 1 dokter (20%) berperilaku baik dalam melakukan pengisian RM. Terdapat 1 dokter (100%) dengan pengakuan sangat baik mempunyai perilaku baik (Lampiran 12). Tabel 4.13.
Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
Sangat Tidak Baik
Perilaku Dokter Dalam Pengisian RM Kurang Baik Baik n % n % 1 100% 0 0%
n % 1 100%
Tidak Baik
1
100%
0
0%
1 100%
Biasa-biasa Saja
1
100%
0
0%
1 100%
Baik
4
80%
1
20%
5 100%
Sangat Baik
0
0%
1
100%
1 100%
Total
7
Variabel Pengakuan
2
Jumlah
rs
p Value
0,567
0,111
9 100%
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,567 dengan nilai p=0,111 (p value > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengakuan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Lampiran 13).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4.3.5. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Hasil pengujian statistik hubungan pekerjaan itu sendiri dengan pengisian RM (Tabel 4.14.) menunjukkan 1 dokter (100%) yang memiliki ketertarikan biasa saja berperilaku kurang baik dalam pengisian RM. Dari 6 dokter (100%) dengan ketertarikan baik mempunyai perilaku kurang baik, dan dari 2 dokter (100%) dengan ketertarikan sangat baik mempunyai perilaku yang baik dalam melakukan pengisian RM (Lampiran 12).
Tabel 4.14.
Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM
Variabel Pekerjaan itu Sendiri Biasa-biasa Saja Baik Sangat Baik Total
Perilaku Dokter Dalam Pengisian RM Kurang baik Lengkap n % n % 1 100% 0 0% 6 100% 0 0% 0 0% 2 100% 7 2
Jumlah n 1 6 2 9
% 100% 100% 100% 100%
rs
p Value
0,866
0,003
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,866 dengan nilai p = 0,003 (p value < 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan itu sendiri dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM (Lampiran 13).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4.4. Hasil Wawancara 4.4.1. Hasil Wawancara dengan Dokter Spesialis Hasil wawancara langsung dengan dokter spesialis yang mengisi RM menunjukkan bahwa pada dasarnya mereka tidak mengalami kesulitan dalam memahami setiap pengisian lembaran RM yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua kelompok dokter, yaitu yang mempunyai perilaku baik
dan yang kurang baik
berpendapat sama bahwa terlalu banyak data yang harus diisi pada RM dan ada data yang sama harus diisi lagi pada lembaran RM yang lain (berulang-ulang). Dokter yang berperilaku kurang baik merasa bahwa waktunya untuk mengisi RM sangat sempit karena banyak pasien yang harus ditangani sementara tenaga dokter kurang. Masing-masing spesialisasi hanya ada 1 orang dokter kecuali untuk spesialis kebidanan dan kandungan ada 3 dokter termasuk 1 orang dokter direktur rumah sakit. Para dokter merasa bahwa masih kurang sosialisasi mengenai manfaat RM dan perhatian dari pihak manajemen terhadap pengisian RM masih kurang. Hasil wawancara dengan dokter yang berperilaku baik dalam mengisi RM menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari jawaban-jawaban yang diberikan mengenai Peraturan Menteri Kesehatan dan Undang-Undang yang mengatur praktik kedokteran bahwa isinya mengatur tentang kewajiban dokter dalam pengisian RM, tata cara penyelenggaran RM, kegunaan dan manfaat RM, isi RM, dan sanksi terhadap pelanggarannya. Hasil wawancara dengan dokter yang berperilaku kurang baik dalam mengisi RM menunjukkan bahwa mereka mengetahui bahwa RM diatur dalam Peraturan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Menteri Kesehatan dan Undang-Undang. Namun mereka tidak semua tahu hal-hal apa saja yang diatur didalamnya. Jawaban wawancara menunjukkan bahwa mereka tidak semua tahu pasal-pasal yang diatur didalamnya secara lengkap, misalnya tentang tata cara penyelenggaraan RM, keseluruhan data penting yang harus diisi, dan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan yang telah diatur tersebut. 4.4.2. Hasil Wawancara dengan Ka. Sub Bidang Rekam Medis Menurut Ka. Sub Bidang RM selama ini berkas RM yang diisi dengan lengkap masih sangat kurang. Belum ada evaluasi yang dilakukan pihak manajemen rumah sakit terhadap pengisian RM. Pengembalian RM yang telah diisi ke ruang RM paling lama 2 hari. Pengawasan yang dilakukan oleh bidang RM selama ini adalah dengan cara mengecek ulang setiap RM yang dikembalikan ke ruang RM. Apabila ada RM yang tidak lengkap maka petugas akan menelpon petugas di ruang rawat inap untuk mengambil kembali berkas RM yang tidak lengkap supaya diisi oleh dokter yang bersangkutan. Berdasarkan observasi, hal ini sudah dilakukan. Namun berkas RM yang dikembalikan ulang belum diisi lengkap juga. Hal ini menunjukkan motivasi dokter untuk mengisi RM masih rendah walaupun kebijakan yang ditetapkan untuk mendukung pengisian RM sudah dijalankan. Selama ini untuk ketersediaaan berkas RM dan memudahkan pengisiannya, petugas di ruang rawat inap wajib mengontrol ketersediaan lembaran RM di ruang rawat inap dimana dia bertugas. Apabila persediaan lembaran RM sudah menipis (hampir habis) maka petugas harus segera mengambil lagi di ruang RM. Oleh karena itu, lembar RM selalu tersedia jika dibutuhkan oleh dokter.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4.4.3. Hasil Wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Direktur
rumah
sakit
mengakui
bahwa
masih
banyak
terdapat
ketidaklengkapan dalam pengisian RM oleh dokter spesialis. Usaha untuk memberikan pemahaman terhadap pentingnya pengisian RM selama ini dilakukan pihak manajemen dengan melakukan sosialisasi kepada tenaga medis dan paramedis. Sosialisasi dilakukan pada saat pertemuan bulanan yang dihadiri juga oleh dokter spesialis yang bertugas di BPK RSU Sigli. Direktur BPK RSU Sigli mengatakan tidak tahu pasti apa yang menyebabkan dokter tidak mengisi dengan lengkap data RM. Pihak manajemen mengalami kesulitan dalam memotivasi para dokter, khususnya dokter spesialis
untuk
melengkapi pengisian rekam medik karena kelangkaan tenaga dokter spesialis yang bersedia ditugaskan di BPK RSU Sigli.
Oleh karena itu,
untuk memberikan
memberikan punishment sulit dilakukan. Usaha memperbaiki bentuk dan cara pengelolaan RM telah dilakukan dengan melakukan studi banding. Pihak manajemen telah mengunjungi rumah sakit lain yang telah terakreditasi untuk melihat bagaimana pengelolaan RM mulai dari model formulir RM sampai dengan dokumentasi RM yang diterapkan. Komite medis belum berperan dalam memotivasi para dokter dalam pengisian RM. Selama ini komite medis belum melakukan pengawasan ataupun pengecekan langsung terhadap pengisian RM. Walaupun sebagai rumah sakit pusat rujukan di Pidie, rumah sakit ini belum memiliki lingkungan kerja yang standar. Ruang kerja
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
masih kurang nyaman dan belum memiliki standar operasional prosedur untuk pengisian RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Pengujian statistik menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 1,00. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang
sangat
kuat (Budi, 2006). Nilai p = 0,000
(p value< 0,05) dan signifikan pada level 1% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik dan tidaknya pengetahuan seorang dokter terhadap perilaku pengisian RM. Pada hasil jawaban kuesioner diketahui bahwa pada umumnya pengetahuan dokter tentang peraturan yang mengatur RM, kegunaan RM, tanggung jawab, dan cara pengisian RM adalah baik dan sangat baik, sehingga dengan pengetahuan yang baik tersebut dokter dapat mengisi RM dengan lengkap. Bardasarkan hasil penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa pengetahuan berhubungan langsung terhadap kecenderungan berperilaku, yaitu semakin baik pengetahuan seseorang akan memberikan kontribusi yang semakin baik pula pada kelengkapan berkas RM. Hal ini sejalan dengan pernyataan tim kerja dari WHO dalam Dewi (1999) yang menyatakan bahwa seseorang berperilaku tertentu karena adanya empat alasan pokok, yakni : a) pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai terhadap suatu objek; b) orang penting sebagai
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
referensi; c) sumber-sumber daya dan: d) perilaku normal yaitu kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai. Hasil penelitian
menunjukkan pengetahuan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM sejalan dengan penelitian Setyawati dan Muchlas (1999) yang menemukan bahwa pengetahuan berhubungan secara langsung terhadap perilaku dokter spesialis sebagai responden yang sama dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan semakin baik pengetahuan seorang dokter spesialis akan memberikan kontribusi kecenderungan perilaku dokter spesialis yang semakin baik pula.
5.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Faktor pengawasan, menurut Hertzberg termasuk kedalam faktor higiene, bukan faktor motivasi. Maknanya bahwa faktor ini berpotensi untuk menurunkan motivasi kerja atau keluhan pegawai apabila tidak terpenuhi secara baik, tetapi tidak mampu memotivasi sekalipun diberikan perusahaan secara penuh. Pengujian statistik terhadap variabel pengawasan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,756. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat (Budi, 2006). Nilai p = 0,018
(p value <0,05) dan signifikan pada level 5% maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik dan tidaknya pengawasan terhadap RM dengan perilaku dokter spesialis dalam
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
pengisian RM. Dengan demikian, semakin baik pengawasan yang diberikan pihak rumah sakit terhadap pengisian RM maka akan semakin lengkap RM yang akan dihasilkan. Berdasarkan hasil tersebut maka masih perlu adanya peningkatan pengawasan hasil RM di Rumah Sakit Umum Sigli ini. Pelaksanaan pengawasan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen rumah sakit. Keberhasilan pengawasan sangat dipengaruhi oleh supervisor. Dalam konteks ini bisa atasan langsung, pimpinan kantor, aparat fungsional, maupun masyarakat (Nirwan dan Zamzami, 1999). Menurut Saydam (1996), jika supervisor ini dekat dengan karyawan dan menguasai liku-liku pekerjaan serta penuh dengan sifat-sifat kepemimpinan maka suasana kerja akan bergairah dan bersemangat; dan sebaliknya, apabila supervisor tersebut angkuh, mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan, akan menciptakan situasi kerja yang tidak mengenakkan, dan dapat menurunkan semangat kerja. Oleh karena itu, peran pengawasan sangat meningkatkan motivasi pengisian RM (motivasi kerja). Secara umum, pengawasan akan meningkatkan kedisiplinan.
Pembinaan
disiplin dapat ditegakkan dengan cara-cara persuasif, dan tidak akan berhasil apabila dengan cara-cara otoriter (dipaksakan), apalagi dengan ancaman-ancaman. Supervisor yang menjalankan tugasnya dengan bersandar kepada ”manajemen membalik keadaan dengan menimbulkan rasa takut” akan tidak berhasil dalam jangka panjang. Memang benar, kadang kala harus menggunakan cemeti, tetapi lebih baik bagi supervisor dan organisasinya, apabila ia pertama-tama mencari penyebab turunnya performa/motivasi kerja pegawai, dan kemudian menyusun rencana pemecahan masalahnya. Untuk itu,
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
seorang supervisor harus mempunyai kemampuan mendengar yang efektif, bukan saja apa yang dikatakan oleh pegawainya yang harus didengar, tetapi juga apa yang tidak dikatakannya (Buckman dalam Nirwan dan Zamzami, 1999). Hasil penelitian menunjukkan pengawasan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Namun harus diperhatikan dalam implementasinya bahwa pengawasan yang bersahabat akan lebih meningkatkan motivasi kerja pegawai (Saydam, 1999).
5.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Faktor kondisi kerja menurut Hertzberg merupakan
faktor higiene yang
mungkin menimbulkan keluhan apabila tidak terpenuhi, tetapi bukan faktor yang dapat memberi motivasi kerja. Pengujian statistik terhadap variabel kondisi kerja menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,775. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat (Budi, 2006). Nilai p = 0,014 (p value <0,05) dan signifikan pada level 5% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik dan tidaknya kondisi kerja
terhadap perilaku pengisian RM. Dengan demikian,
semakin baik kondisi kerja akan semakin baik pula perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM sehingga kelengkapan pengisian RM dapat terpenuhi. Hasil di atas konsisten dengan teori motivasi Herzberg yang menjelaskan bahwa kondisi lingkungan kerja akan mempengaruhi perilaku kerja seseorang. Orang
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
tidak dapat bekerja dengan baik jika kondsi lingkungan kerja tidak kondusif. Lingkungan kerja disini mencakup sarana dan prasarana, kondisi ruang kerja, dan hubungan antar manusia yang ada di dalamnya. Hal ini berarti, jika pihak manajemen BPK RSU Sigli
ingin mendapatkan kelengkapan pengisian RM berarti
harus
memperbaiki kondisi kerja. Hasil jawaban kuesioner menunjukkan bahwa masih ada dokter spesialis yang merasa kondisi kerjanya biasa saja walaupun persentasenya lebih kecil dibanding yang merasa kondisi kerja baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi kerja dalam pengisian RM belum seperti yang diharapkan oleh seluruh dokter spesialis.
Secara
lebih
detail
pihak
manajemen
BPK
RSU
Sigli
harus
mengindentifikasi kondisi kerja yang dirasa masih kurang. Hal ini karena kondisi kerja melingkupi banyak hal, termasuk ruang kerja, peralatan, perlengkapan, penataan udara sampai kenyamanan kursi atau dengan kata lain semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan harus tercakup di sini. Mulai dari penggunaan teknologi sampai dengan ”pengantar minuman” yang keliling dan evaluasi dari pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan (Forsyth, 1999). Hasil penelitian
menunjukkan kondisi kerja mempunyai hubungan yang
signifikan dengan perilaku dokter dalam
kelengkapan pengisian RM.
Hasil ini
konsisten dengan penelitian Setyawati dan Muchlas (1999) yang menyimpulkan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
bahwa semakin baik kondisi lingkungan kerja
akan memberikan kontribusi
kecenderungan perilaku dokter spesialis yang semakin baik.
5.4. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Faktor pengakuan menurut Hertzberg adalah ”faktor pemotivasi” yang mungkin menimbulkan peningkatan motivasi kerja pegawai apabila terpenuhi tetapi sebaliknya tidak dapat memberi motivasi kerja kalau tidak diberikan. Pengujian statistik menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,567. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan
yang cukup kuat (Budi, 2006) dan positif. Namun, nilai p =
0,111 (p value > 0,05) menyimpulkan bahwa hubungan yang ada tidak signifikan. Pengakuan merupakan bagian dari penghargaan yang diberikan organisasi kepada anggotanya atas hasil kerja, prestasi, dedikasi, pengabdian yang diberikannya kepada organisasi (Robbins, 2002). Apabila pengakuan dikaitkan dengan teori lima tingkat kebutuhan menurut Maslow maka
pengakuan merupakan bagian dari
kebutuhan tingkat keempat. Hal ini menunjukkan bahwa pengakuan menjadi dominan dibutuhkan jika tiga tingkat kebutuhan lainnya telah terpenuhi, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan sosial. Tidak signifikannya pengakuan pada BPK RSU Sigli sebagai motivasi dalam pengisian RM dapat disebabkan perilaku dokter dalam kelengkapan pengisian RM berkaitan dengan kompensasi secara finansial yang merupakan alat utama untuk
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
memenuhi kebutuhan tingkat pertama, yaitu kebutuhan fisik. Hal ini juga semakin diperburuk apabila perhatian manajemen terhadap RM masih rendah.
Pengakuan
akan menjadi faktor motivasi yang menarik apabila karyawan telah berada pada masa kecukupan ekonomi (Robbins, 2002).
5.5. Hubungan Pekerjaan itu sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis Faktor pekerjaan itu sendiri maksudnya pada kasus penelitian ini adalah pekerjaan pengisian RM yang mampu memberi motivasi pada pelakunya karena keberadaan RM itu sendiri memberikan semacam harkat self actualization di puncak piramida Maslow. Faktor ini termasuk faktor pemotivasi buat pegawai. Pengujian statistik terhadap variabel pekerjaan itu sendiri menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,866. Hal ini
menunjukkan
tingkat hubungan yang sangat kuat (Budi,
2006). Nilai p = 0,003 (p value < 0,05) dan signifikan pada level 1% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara pekerjaan itu sendiri dengan
perilaku dokter dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik dan tidaknya ketertarikan dokter dalam pengisian RM terhadap kelengkapan pengisian RM. Dengan demikian, apabila pengisi RM memiliki kertarikan/minat yang tinggi dalam mengisi RM maka akan menghasilkan RM yang lengkap. Hasil ini menunjukkan bahwa ketertarikan pekerjaan akan mendukung untuk penyelesaian pekerjaan dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Forsyth (1999) bahwa keadaan akan sangat terbantu apabila pegawai menyukai apa yang
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
mereka kerjakan. Hal ini berarti akan lebih mudah untuk memotivasi orang melakukan pekerjaan tertentu dibandingkan dengan pekerjaan lain. Secara teori, Kreitner dan Kinicki (2003) menjelaskan bahwa karakteristik pekerjaan adalah kunci motivasi karyawan. Satu pekerjaan yang membosankan dan monoton menghalangi motivasi untuk berprestasi baik, sedangkan suatu pekerjaan yang menantang akan meningkatkan motivasi. Tiga hal yang terdapat dalam suatu pekerjaan yang menantang adalah keragaman, otonomi, dan wewenang mengambil keputusan. Menggunakan konsep ini maka RM merupakan dokumen yang menjadi sumber informasi untuk menentukan tindakan medis yang menjadi otonomi dan wewenang dari dokter yang menangani atau bertanggung jawab terhadap pasien. Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan itu sendiri mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter dalam pengisian RM. Hasil ini konsisten dengan penelitian Setyawati dan Muchlas (1999) yang menyimpulkan bahwa semakin baik tanggapan terhadap pekerjaan
akan memberikan kontribusi kecenderungan
perilaku dokter spesialis yang semakin baik.
5.6 Analisis Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara diketahui bahwa beban kerja dokter spesialis dirasakan tinggi karena tenaga kerja dokter spesialis dirumah sakit sangat kurang. Hal ini menyebabkan waktu yang kurang untuk mengisi RM. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan tenaga kerja dokter spesialis. Sebagian besar dokter spesialis masih ada yang memiliki pengetahuan kurang baik mengenai isi peraturan dan Undang-undang yang berhubungan dengan RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Oleh karena itu masih diperlukan sosialisasi mengenai hal tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan bukan hanya dengan pertemuan rutin setiap bulan seperti yang diungkapkan direktur. Tetapi juga melalui media lain, seperti info RM tertulis yang disampaikan kepada para dokter, pelatihan tentang RM, dan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) RM yang selama ini belum ada. Formulir RM yag berisi data yang berulang-ulang disarankan para dokter untuk disederhanakan.
Hal ini menjadi penting untuk menghemat waktu dan
memudahkan pengisian RM.
Penyederhanaan ini dapat dilakukan dengan
kesepakatan pihak-pihak yang terkait dengan tetap tidak melanggar peraturan dan ketentuan standar formulir RM. Prosedur kerja Sub Bidang RM dengan mengontrol berkas RM yang diisi dokter dan mengembalikan lagi apabila belum lengkap sudah baik. Namun hal ini belum menunjukkan hasil karena RM yang dikembalikan masih ada yang belum dilengkapi juga. Dalam kondisi seperti ini, keberadaan komite medis harus lebih difungsikan untuk memotivasi dokter dalam pengisian RM. Hal ini dapat dilakukan dengan pengecekan langsung terhadap RM yang telah diisi dokter dan memberi reward, misalnya penghargaan sebagai dokter berprestasi baik dengan salah satu unsur penilainnya adalah perilaku pengisian RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Sebagian besar dokter spesialis pada BPK RSU Sigli memiliki pengetahuan yang baik mengenai RM, dan hanya sebagian kecil yang memiliki pengetahuan sangat baik. Variabel motivasi untuk pengawasan menunjukkan dokter spesialis yang menyatakan pengawasan baik lebih besar daripada yang menyatakan pengawasan sangat baik. Untuk variabel kondisi kerja dokter spesialis yang menyatakan kondisi kerja baik paling banyak, selanjutnya kondisi kerja biasa saja, dan paling sedikit yang merasa kondisi kerja sangat baik.
Untuk variabel pekerjaan itu
sendiri paling banyak yang memiliki ketertarikan
baik, selanjutnya memiliki
ketertarikan sangat baik, dan paling sedikit memiliki ketertarikan biasa saja terhadap pengisian RM. 2. Perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM menunjukkan sebagian besar berperilaku kurang baik, dan sebagian kecil berperilaku baik. 3. Pengujian terhadap variabel pengetahuan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Dengan demikian semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula perilaku dokter spesialis dalam menghasilkan RM yang lengkap. 4. Pengujian variabel motivasi menunjukkan 3 variabel yaitu pengawasan, kondisi kerja, dan pekerjaan itu sendiri berhubungan secara signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. 66
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Pengakuan tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM.
Hasil ini mengindikasikan bahwa pengakuan belum
menjadi hal yang dominan dibutuhkan oleh dokter spesialis dalam pengisian RM. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mempertimbangkan reward lain yang lebih dibutuhkan sebagai motivasi.
6.2. Saran 1. Berdasarkan kesimpulan maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh manajemen BPK RSU Sigli, yaitu: 1) Pihak manajemen BPK RSU Sigli Nanggroe Aceh Darussalam agar memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya RM kepada para dokter
spesialis
dan
sebaiknya
diadakan
secara
bertahap
dan
berkesinambungan dalam pertemuan-pertemuan rutin. 2) Pihak manajemen perlu meningkatkan
pengawasan (controlling) terhadap
pengisian RM bekerjasama dengan tim komite medik. Masalah- masalah yang ditemukan dalam pengisian RM dibahas dan diselesaikan bersama dengan melibatkan seluruh dokter. 3) Kondisi ruang kerja, perlengkapan, dan peralatan yang menunjang kegiatan pengisian RM harus terus ditingkatkan, misalnya dengan menyediakan ruangan khusus bagi dokter di setiap bangsal perawatan agar dokter dapat mengisi RM dalam suasana yang lebih tenang dan nyaman. BPK RSU Sigli juga harus mengikuti perkembangan teknologi bagi RM. Oleh karena itu, format formulir RM dan pendokumentasiannya sebaiknya dibantu dengan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
menggunakan sistem komputerisasi. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, penggunaan sistem komputerisasi sangat memungkinkan untuk memudahkan pengisian RM. 4) Perlu peningkatan pengakuan dengan memberikan reward yang sesuai bagi para dokter spesialis di BPK RSU Sigli yang telah mengisi RM secara lengkap dan transparan serta penerapan sanksi yang tegas (punishment) baik berupa teguran lisan maupun tertulis bagi dokter yang lalai dalam pengisian RM. Sanksi yang diberikan dapat berupa penundaan pembayaran jasa medis atau biaya jasa lainnya bagi dokter yang belum mengisi RM dengan lengkap. Namun agar pelaksanaannya bersahabat, adil, dan bijaksana maka terlebih dahulu harus ada Standar Operasional Prosedur (SOP) pengisian RM. 2. Berdasarkan
penelitian
ini maka penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
dengan menguji faktor motivasi yang lain dan menggunakan analisis faktor untuk menentukan faktor yang dominan. Penelitian juga dapat dikembangkan dengan memperluas responden menjadi paramedis dan menggunakan uji beda rata-rata untuk melihat apakah ada perbedaan perilaku paramedis dalam pengisian RM.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. G. N. R., 1998. Metode Penelitian Sosial 2, Pengertian dan Pemakaian Praktis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ameln, F., 2003. Aspek Rekam Medis Dalam Mendukung Penyidikan Malapraktek. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI, 11-20. Amir, A.,1997. Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Jakarta: Widya Medika. Arikunto, S., 2003. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta: Binarupa Aksara. ________, 2003. Analisis Kuantitatif Dan Kualitatif Rekam Medis Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI, 84-93. Budi, T.P., 2006. SPSS 13.0 Terapan, Yogyakarta: Penerbit Andi. Brotowasisto., 2003. Peranan Rekam Medis Dalam Mendukung Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Kaitan Rumah Sakit Sebagai Unit Swadana. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI, 2632. Departemen Kesehatan R.I., 1972. Keputusan Menteri Kesehatan No.031/Birhup/ 1972. Jakarta: Depkes R.I. ________, 1972. Keputusan Menteri Kesehatan No.034/Birhup/1972. Jakarta: Depkes R.I. ________, 1989. Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Men.Kes/Per/XII/1989 Tentang Rekam Medis/Medical Record. Jakarta: Depkes R.I. ________, Direktorat Pelayanan Medik., 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.
69
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Dewi, I. A. K. S., 1999. Pengetahuan, Sikap Dokter dan Perawat terhadap Perlindungan Hukum Hubungannya dengan Perilaku dalam Pencatatan dan Pendokumentasian Rekam Medis, Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. Djojodibroto, D., 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Jakarta: Hipokrates. Forsyth, P., 1999. 30 Menit... Memotivasi Karyawan, Jakarta: Gramedia Fuad, A., Penerapan Informatika Kedokteran dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. http://anisfuad.orgfree.com/artikel/kumpulan tulisanmmr.pdf. Tanggal akses 22 Februari 2007. Hanafiah, M. J., & Amir A., 1999. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Jakarta: EGC. Handoko, T. H., 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, M. S. P., 2005. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara. Harper, D., Etymologi Dictionary 2001. http://dictionary. reference. com/search? q=record. Tanggal akses 21 Februari 2007. Hatta, G. R., 1986. Peranan Rekam Medis/Kesehatan (Medical Record) dalam Hukum Kedokteran. Naskah Lengkap Temu Ilmiah II Hukum Kesehatan, 1-19. __________, 2003. Peranan Rekam Medis dalam Tanggung Gugat Praktek Profesional Tenaga Kesehatan. Kumpulan Makalah Seminar Nasonal dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, 52-80. ___________, 2007. Kasus Malapraktik Kian Meningkat. Republika online: http:/www.republika.co.id. Tanggal akses 23 April 2007. Indriantoro, N., dan Bambang S., 2002. Metodologi Penelitian Bisnis, untuk Akuntansi & manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE. Kreitner, R., dan Knicki, A., 2003. Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat. Kuncoro, M., 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Jakarta: Erlangga. Malhotra, N. K., 1996. Marketing Research: An Applied Orientation, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Mathis, R. L., dan Jackson, J. H., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat. Merriam-Webster’s. Medical Dictionary, 2005. http://cancerweb.nd.ac.uk/cgibin/omd? query=medical&action=Search+OMD. Tanggal akses 21 Februari 2007. Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi I (Organizational Behavior), Yogyakarta: Karipta. Muninjaya, A.A. G., 1999. Manajemen Kesehatan, Jakarta: EGC. Murti, B,. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta:PT Gramedia Pustaka umum. Nirwan dan Zamzami F., 1999. Motivasi Kerja Pegawai Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jurnal Manajemen & Bisnis, 2(1). Notoatmojo, S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsip Dasar, Jakarta: Rineka Cipta. ____________, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Perhimpunan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia, 1995. Laporan Hasil dan Keputusan Kongres II, Kongres Pormiki II. Pratiknya, A. W., 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Riduwan, 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Penerbit Alfabeta. Rivai, V., 2004. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Robbins, S. P.,2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Jakarta: Erlangga. Sabarguna B. S., 2003. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam. Samil, R. S., 2001. Etika kedokteran Indonesia, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Santoso, S., 2003. Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Saydam, G., 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Jambatan. Setyawati, R. H. dan Muchlas, M., 1999. Hubungan Kepuasan Kerja, Kualitas dan Kecenderungan Perilaku Dokter Spesialis Merawat Pasien di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Fatmawati, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan , 2(3). Siegel, S. dan Castellan, 1988, Statistic non Paramettric for the Behavioral Sciences. New York: Mc Graw Hill. Stoner, J. AF., 1994. Manajemen. Edisi Kelima. Jakarta: Intermedia. Umar, D., 1998. Analisis Variabel Motivasi Kerja Karyawan Pertamina Operasi Produksi Explorasi Produksi Rantau, Tidak Dipublikasikan. Tesis: Program Magister Manajemen Universitas Syiah Kuala. Waruna, S. M., 2003. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Pencatatan Rekam Medis Pasien rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Tidak Dipublikasikan. Tesis: Program Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Watson, J. P., 2003. Health Record Management as a Supporting Tool for Developing Hospital. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI, 1-10. Wirjoatmodjo, K., 2003. Rekam Medis Sebagai Sistim Manajemen Kegunaannya pada Manajemen Mutu dan Pengembangan Rumah Sakit. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI, 116124.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3 Kuesioner Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli Perihal
: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth. : Bapak/Ibu Tenaga Kesehatan Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli Dengan hormat, Dalam rangka penyelesaian pendidikan di Pasca sarjana Magister Kesehatan Universitas Sumatera Utara maka mahasiswa diwajibkan untuk menyusun tesis. Untuk proses penyusunannya dilakukan penelitian yang pengumpulan datanya menggunakan kuesioner ini. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu sebagai dokter spesialis di
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli untuk meluangkan waktu
mengisinya. Kuesioner ini merupakan daftar pertanyaan yang disusun untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis. Jawaban Bapak/Ibu tidak akan mempunyai dampak apapun terhadap karir. Untuk itu tidak perlu ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya sesuai dengan pandapat Bapak/Ibu. Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai bagi penelitian ini. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen rumah sakit atau pihak lain yang terkait menyangkut dengan periaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu,kami ucapakan terima kasih. Peneliti,
Salami
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Pertanyaan terdiri atas dua bagian, yaitu: A. Pertanyaan yang menyangkut identitas responden Cara Mengisi: a. Berilah tanda silang (X) sesuai jawaban pilihan anda b. Pilihlah satu jawaban yang benar sesuai dengan keadaan sebenarnya.
A. IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden:……… 1. Umur: < 20 tahun 21 sampai dengan 35 tahun 36 sampai dengan 50 tahun > 51 tahun 2. Masa Kerja: < 5 tahun 6 sampai dengan 10 tahun 11sampai dengan 20 tahun > 21 tahun 3. Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
B. Pertanyaan yang menyangkut dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis a. Cara Mengisi: 1. Pada pertanyaan I. Pengetahuan (X1) anda cukup menandai jawaban pilihan sesuai dengan apa yang anda ketahui. 2. Pada kelompok pertanyaan berikutnya berilah tanda silang (X) sesuai jawaban pilihan anda 3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat menurut anda 4. Tidak ada pilihan jawaban yang salah, semua dianggap benar namun harus sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Pilihan: Untuk pertanyaan II sampai V Setiap pertanyaan mempunyai lima pilihan sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS) 3. Netral (N) 4. Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS) B. DAFTAR PERTANYAAN I. Pengetahuan (X1), yaitu: Pengetahuan pengisi rekam medis pasien rawat inap tentang peraturan yang mengatur rekam medis, kegunaan rekam medis, cara pengisian rekam medis, dan jenis lembaran rekam medis. Tandai B = Benar; atau S = Salah sesuai pilihan jawaban anda menanggapi pernyataan pernyataan berikut : Pilihan Jawaban: B atau S. 1. Rekam Medis adalah suatu instrumen pelayanan medis di RS setempat. Pelaksanaan kelengkapan RM cukup diatur saja oleh masing-masing RS sesuai dengan kondisi dan keperluan RS setempat. B atau S. 2. Rekam Medis bermanfaat terutama untuk mencatat riwayat pelayanan pengobatan pasien. Hal-hal lain hanya diperlukan kadang-kadang saja. B atau S. 3. Rekam Medis tidak cukup hanya diisi oleh perawat tetapi dokter sendiri memiliki tanggung jawab hukum dalam kelengkapan berkas RM. . B atau S. 4. Resume pasien pulang perlu diisi oleh dokter disertai tanda-tangan serta nama lengkap dari dokter. B atau S. 5. Kalau berhalangan dokter operator boleh mewakilkan wawancara Informed Consent Invasive pada perawat karena mereka juga sudah mengerti bagaimana cara melakukan-nya. .
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
II. Pengawasan (X2), yaitu: Pengecekan terhadap rekam medis yang dilakukan oleh bagian rekam medis. Bagaimana sikap anda ? Pilihan Jawaban SS S N TS STS 8. Pengecekan terhadap rekam medis pasien oleh bagian rekam medis mendorong saya untuk segera mengisi rekam medis. 9. Petugas rekam medis secara rutin melakukan pengecekan ulang terhadap rekam medis.
10. Saya mendapat teguran dari bagian rekam medis bila tidak mengisi rekam medis dengan lengkap. 11. Saya harus segera melengkapi bila ada rekam medis yang tidak terisi. 12. Ada pertemuan rutin ditempat kerja saya untuk membahas masalah rekam medis.
III. Kondisi kerja (X3), yaitu: situasi kerja dalam pelaksanaan pengisian rekam medis termasuk ruang kerja dan peralatan. Pilihan Jawaban SS S N TS STS 13. Ruang kerja yang nyaman mendorong saya untuk segera mengisi rekam medis. 14. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan sangat membantu saya dalam mengisi rekam medis. 15. Lembar rekam medis selalu tersedia bila sewaktu-waktu dibutuhkan. 16. Teman sejawat selalu mengingatkan saya untuk mengisi rekam medis secara lengkap. 17. Saya mempunyai waktu yang cukup untuk mengisi rekam medis.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
IV. Pengakuan (X4), yaitu: Pengakuan terhadap pengisian rekam medis dari atasan secara pribadi atau dihadapan orang lain. Pilihan Jawaban SS S N TS STS 18. Saya pernah mendapat ucapan terima kasih karena mengisi rekam medis secara lengkap. 19. Saya pernah mendapat pujian bila telah mengisi rekam medis secara lengkap. 20. Pengisian rekam medis dengan lengkap membuat saya lebih dihargai oleh atasan. 21. Saya akan mengisi rekam medis dengan lengkap karena rekam medis menjadi salah satu ukuran kinerja saya. 22. Saya akan mengisi rekam medis dengan baik karena ada insentif khusus V. Pekerjaan itu sendiri (X5), yaitu: Ketertarikan pengisi rekam medis terhadap pengisian rekam medis. Pilihan Jawaban SS S N TS STS 23. Saya mengisi rekam medis dengan senang hati karena merupakan sebahagian dari tugas saya. 24. Membuat data tentang pasien dan mencatatnya dalam rekam medis merupakan hal yang penting bagi saya. 25. Rekam medis sangat berguna untuk tindak lanjut penanganan pasien. 26. Sistematika isi formulir rekam medis membuat saya ingin segera mengisi rekam medis. 27. Saya tidak pernah merasa bosan mengisi rekam medis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Terima kasih atas waktu yang Bapak/Ibu luangkan untuk menjawab kuesioner penelitian ini
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 4 PANDUAN PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA PENGETAHUAN DOKTER
1. Tugas dan tanggung jawab dokter terhadap pelaksanaan rekam medis dalan Peraturan menteri kesehatan tentang rekam medis mengatur: 1) Ketentuan umum yang berisi pengertian rekam medis dan yang bertugas mengisi rekam medis 2) Rekam medis harus dibuat dengan segera dan lengkap. Tidak boleh melakukan penghapusan tulisan dan harus disimpan oleh petugas yang ditetapkan 3) Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit sedangkan isinya milik pasien yang harus dijaga kerahasiaannya. Tanggung jawab terhadap kehilangan, kerusakan, dan pemalsuan rekam medis berada pada pimpinan rumah sakit. Dalam operasional rumah sakit rekam medis akan digunakan untuk pengobatan pasien, bukti perkara hukum, bahan penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan. 4) Isi rekam medis untuk rawat inap setidaknya memuat identitas pasien, anamnese, riwayat penyakit, hasil laboratorium,diagnosis, dan persetujuan tindakan medik, tindakan/ pengobatan, catatan perawat, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan. 5) Sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran penyelenggaraan rekam medis berupa sanksi administratif, mulai dari teguran lisan sampai dengan pencabutan surat izin. 2. Dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran hal yang diatur mengenai rekam medis adalah: 1) Setiap dokter wajib membuat RM segera setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan 2) Dokumen RM milik dokter atau rumah sakit, sedangkan isi milik pasien yang harus dijaga kerahasiaannya 3. Rekam medis berguna untuk: 1) Tertib administrasi rumah sakit 2) Penegakan hukum 3) Penetapan pembayaran biaya rumah sakit 4) Bahan penelitian 5) Pendidikan 4. Pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat dari rekam medis: 1) Petugas kesehatan sebagai alat komunikasi dokter, tindak lanjut pengobatan, dan untuk perlindungan hukum 2) Pasien untuk mengetahui status kesehatan 3) Manajemen rumah sakit sebagai bahan perencanaan dan tertib administrasi
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Lembar Umum rekam medis yang harus diisi dokter adalah: 1) Lembaran ringkasan masuk dan keluar 2) Lembaran riwayat penyakit 3) Lembaran pemerikasaan fisik 4) Lembaran perjalanan penyakit dan pengobatan 5) lembaran resume 6. Data penting yang harus diisi dokter adalah: 1) RM 1: Diagnosis masuk, diagnosis utama, komplikasi, keadaan waktu keluar (pulang) 2) RM 2: Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, yang pernah diderita, dan riwayat penyakit keluarga 3) RM 3: Keadaan umum dan hasil pengamatan fisik 4) RM 4: Tanggal/jam dan perintah pengobatan yang diberikan 5) RM 5: Diagnosa masuk dan akhir, penemuan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, keadaan keluar 6) Setiap lembar RM harus dicantumkan nama dan tanda tangan. 7. Tata cara pengisian rekam medis yang benar adalah: Rekam medis harus diisi dengan segera atau paling lambat 24 jam dan tidak boleh dihapus.
PANDUAN PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA DENGAN PIHAK MANAJEMEN BPK RSU SIGLI 1. Bagaimana kebijakan manajemen rumah sakit yang dilakukan selama ini sebagai upaya untuk meningkatkan kelengkapan rekam medis 2. Apakah ada evaluasi yang dilakukan untuk menilai kelengkapan rekam medis 3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memperbaiki bentuk dan caara pengelolaan rekam medis 4. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan untuk meotivasi pengisian rekam medis 5. Bagaimana komite medis berperan dalam memotivasi pengisisian rekam medis.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
KUESIONER PENGETAHUAN DOKTER Petunjuk pengisian: Silanglah pada jawaban yang benar. Jawaban bisa lebih dari satu. 1. Peraturan menteri kesehatan Nomor 749a/Men.Kes/Per/XII/1989 tentang rekam medis/medical record memuat tentang: 1) Ketentuan umum yang berisi pengertian rekam medis dan yang bertugas mengisi rekam medis 2) Tata cara penyelenggaraan. Rekam medis harus dibuat dengan segera dan lengkap. Tidak boleh melakukan penghapusan tulisan dan harus disimpan oleh petugas yang ditetapkan 3) Pemilikan rekam medis Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit sedangkan isinya milik pasien yang harus dijaga kerahasiaannya. Tanggung jawab terhadap kehilangan, kerusakan, dan pemalsuan rekam medis berada pada pimpinan rumah sakit. 4) Pemanfaatan rekam medis. Dalam operasional rumah sakit, rekam medis akan digunakan untuk pengobatan pasien, bukti perkara hukum, bahan penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan. 4) Isi rekam medis untuk rawat inap setidaknya memuat identitas pasien, anamnese, riwayat penyakit, hasil laboratorium,diagnosis, dan persetujuan tindakan medik, tindakan/ pengobatan, catatan perawat, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan. 5) Sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran penyelenggaraan rekam medis berupa sanksi administratif, mulai dari teguran lisan sampai dengan pencabutan surat izin. 2. Hal yang diatur mengenai rekam medis dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pada Bab VII pasal 46 dan 47: 1) Setiap dokter dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat RM segera setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan 2) Setiap catatan RM harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. 3) Dokumen RM merupakan milik dokter atau rumah sakit 4) Isi RM milik pasien 5) RM harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 3. Rekam medis berguna untuk: 1) Tertib administrasi rumah sakit 2) Penegakan hukum 3) Penetapan pembayaran biaya rumah sakit 4) Bahan penelitian 5) Pendidikan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat dari rekam medis: 1) Petugas kesehatan sebagai alat komunikasi dokter, tindak lanjut pengobatan, dan untuk perlindungan hukum 2) Pasien untuk mengetahui status kesehatan 3) Manajemen rumah sakit sebagai bahan perencanaan dan tertib administrasi 5. Lembar Umum rekam medis yang harus diisi dokter: 1) Lembaran ringkasan masuk dan keluar 2) Lembaran riwayat penyakit 3) Lembaran pemerikasaan fisik 4) Lembaran perjalanan penyakit dan pengobatan 5) lembaran resume 6. Data penting yang harus diisi dokter: 1) RM 1:Diagnosis masuk, diagnosis utama, komplikasi, keadaan waktu keluar (pulang) 2) RM 2:Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, yang pernah diderita, dan riwayat penyakit keluarga 3) RM 3: Keadaan umum dan hasil pengamatan fisik 4) RM 4: Tanggal/jam dan perintah pengobatan yang diberikan 5) RM 5: Diagnosa masuk dan akhir, penemuan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, keadaan keluar 6) Setiap lembar RM harus dicantumkan nama dan tanda tangan. 7. Tata cara pengisian rekam medis yang benar: 1) RM harus dibuat dengan lengkap 2) RM dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien 3) Rekam medis harus diisi dengan segera atau paling lambat 24 jam 4) Pembetulan kesalahan catatan dalam RM dilakukan pada tulisan yang salah dan diberi paraf oleh petugas yang bersangkutan 5) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 6 Check List Indikator-indikator Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli oleh dokter Keterangan Pengisian: 1. Nilai: Jika data terisi diberi nilai 10 Jika data tidak diisi diberi nilai 0 2. Tanda silang (X) diberikan sesuai dengan kolom data diisi atau tidak Keterangan Diisi
Tidak diisi
No
Lembar RM 1 Ringkasan (Masuk dan Keluar) Data
1. 2. 3. 4.
Diagnosis masuk Diagnosis Akhir dan Kode (Utama) Diagnosis Akhir dan Kode (Komplikasi) Penyebab luar cedera & keracunan / Morfologi neoplasma (jika ada) 5. Nama operasi (jika ada) 6. Infeksi Nosokomial dan Penyebab infeksi 7. Pengobatan Radioterapi/Kedokteran nuklir 8. Keadaan Keluar 9. Dokter yang merawat 10. Tanda tangan dokter
Keterangan Diisi
Tidak diisi
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lembar RM 2 Riwayat Penyakit Data Kesadaran Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit yang pernah diderita Riwayat keluarga Keadaan sosial Pengamatan sistematis Nama dokter Tanda tangan dokter
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Keterangan Diisi
Tidak diisi
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23
Keterangan Diisi
Tidak diisi
No 1. 2. 3. 4. 5.
Lembar RM 3 Pemeriksaan Fisik Data Kesadaran Keadaan umum Kulit Mata Telinga Hidung Mulut Tenggorok Leher Dada Jantung Abdomen Genitalia Lympatic Pembuluh darah Locomotor Kaki & tangan Neurologi Rectal Vaginal Diagnosa Nama dokter Tanda tangan dokter
Lembar RM 4 Perjalanan Penyakit, Perintah Dokter & Pengobatan Data Tanggal/jam Perjalanan penyakit Perintah & pengobatan yang diberikan Nama dokter Tanda tangan dokter
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Keterangan Diisi
Tidak diisi
No
Lembar RM 8 Lembaran Ringkasan Keluar (Resume) Data
1. 2. 3. 4. 5.
Nama dokter Diagnosa waktu masuk dirawat Diagnosa akhir Operasi Ringkasan riwayat penemuan fisik penting: a. Riwayat b. Pemeriksaan fisik 6. Hasil-hasil laboratorium, Rontgen & Konsultasi (yang penting) 7. Perkembangan selama perawatan/dengan komplikasi (jika ada) 8. Keadaan pasien, pengobatan, kesimpulan pada saat keluar RS & Prognosa 9. Tanggal pengisian 10. Tanda tangan dokter
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 7 Hasil Pengujian Vailiditas dan Reliability Variabel
1. Variabel Pengetahuan Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .749
Cronbach's Alpha .634
N of Items 5
Inter-Item Correlation Matrix P1 1.000 .323 .354 .707 .730
P1 P2 P3 P4 P5
P2 .323 1.000 -.152 -.152 -.175
P3 .354 -.152 1.000 .500 .803
P4 .707 -.152 .500 1.000 .803
P5 .730 -.175 .803 .803 1.000
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
P1
Scale Mean if Item Deleted 17.5556
Scale Variance if Item Deleted 3.028
Corrected Item-Total Correlation .813
Squared Multiple Correlation .892
Cronbach's Alpha if Item Deleted .355
P2
17.7778
P3
16.8889
4.444
.379
.665
.875
4.361
.439
.849
P4
.577
16.8889
4.111
.575
.714
.532
P5
17.1111
3.361
.615
.951
.463
Scale Statistics Mean 21.5556
Variance 5.528
Std. Deviation 2.35112
N of Items 5
2. Variabel Pengawasan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Reliability Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .813
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .833
N of Items 5
Inter-Item Correlation Matrix P1 1.000 .806 .591 .438 .318
P1 P2 P3 P4 P5
P2 .806 1.000 .443 .598 .434
P3 .591 .443 1.000 .438 .538
P4 .438 .598 .438 1.000 .399
P5 .318 .434 .538 .399 1.000
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5
Scale Mean if Item Deleted 16.0000 15.6667 16.0000 15.4444 16.4444
Scale Variance if Item Deleted 3.750 4.750 3.750 4.778 4.278
Corrected Item-Total Correlation .661 .737 .661 .567 .518
Squared Multiple Correlation .755 .765 .551 .426 .399
Cronbach's Alpha if Item Deleted .760 .764 .760 .791 .805
Scale Statistics Mean 19.8889
Variance 6.361
Std. Deviation 2.52212
N of Items 5
3. Variabel Kondisi Kerja
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Reliability Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .652
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .695
N of Items 5
Inter-Item Correlation Matrix P1 1.000 .491 .286 -.081 .000
P1 P2 P3 P4 P5
P2 .491 1.000 .529 .618 .000
P3 .286 .529 1.000 .443 .655
P4 -.081 .618 .443 1.000 .185
P5 .000 .000 .655 .185 1.000
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5
Scale Mean if Item Deleted 16.3333 15.8889 15.8889 16.2222 16.1111
Scale Variance if Item Deleted 4.500 2.861 3.611 3.194 3.611
Corrected Item-Total Correlation .323 .552 .779 .467 .328
Squared Multiple Correlation .496 .756 .710 .611 .607
Cronbach's Alpha if Item Deleted .667 .518 .503 .568 .708
Scale Statistics Mean 20.1111
Variance 5.111
Std. Deviation 2.26078
N of Items 5
4. Variabel Pengakuan Reliability
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .800
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .767
N of Items 5
Inter-Item Correlation Matrix P1 1.000 .945 .848 -.177 .331
P1 P2 P3 P4 P5
P2 .945 1.000 .864 .000 .286
P3 .848 .864 1.000 .000 .474
P4 -.177 .000 .000 1.000 .401
P5 .331 .286 .474 .401 1.000
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5
Scale Mean if Item Deleted 14.6667 14.3333 14.5556 14.0000 14.4444
Scale Variance if Item Deleted 9.000 7.250 8.028 14.000 11.278
Corrected Item-Total Correlation .792 .807 .850 .347 .455
Squared Multiple Correlation .947 .952 .815 .598 .594
Cronbach's Alpha if Item Deleted .695 .679 .664 .876 .798
Scale Statistics Mean 18.0000
Variance 14.750
Std. Deviation 3.84057
N of Items 5
5. Variabel Pekerjaan Itu Sendiri Reliability
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .785
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .795
N of Items 5
Inter-Item Correlation Matrix P1 1.000 .784 .700 .038 .614
P1 P2 P3 P4 P5
P2 .784 1.000 .568 .098 .391
P3 .700 .568 1.000 .445 .744
P4 .038 .098 .445 1.000 -.022
P5 .614 .391 .744 -.022 1.000
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5
Scale Mean if Item Deleted 16.6667 16.4444 16.2222 16.8889 16.8889
Scale Variance if Item Deleted 5.250 5.278 4.444 6.861 4.111
Corrected Item-Total Correlation .757 .590 .889 .350 .578
Squared Multiple Correlation .758 .641 .848 .559 .726
Cronbach's Alpha if Item Deleted .698 .737 .633 .848 .766
Scale Statistics Mean 20.7778
Variance 7.694
Std. Deviation 2.77389
N of Items 5
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 8 Tabulasi Hasil Perhitungan Variabel-variabel Independen X1,2,3,4,5 dan Y Kode responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1
X2
X3
X4
X5
Y
5 4 5 4 4 4 4 4 4
5 4 5 5 4 4 4 4 4
5 3 5 4 3 3 4 4 4
4 4 5 4 1 2 3 4 4
5 4 5 4 3 4 4 4 4
4 3 4 3 3 3 3 3 3
Keterangan: Variabel Independen: X1 = Variabel Pengetahuan X2 = Variabel Pengawasan
(Hygiene Factor)
X3 = Variabel Kondisi Kerja
(Hygiene Factor)
X4 = Variabel Pengakuan
(Motivating Factor)
X5 = Variabel Pekerjaan itu sendiri
(Motivating Factor)
Variabel Dependen Y = Perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis (Diukur berdasarkan kelengkapan pengisian RM oleh tiap responden)
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 9
Tabulasi Data Pengisian Rekam Medis Responden 1
RM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
RM 1 100 100 100 100 100 100 100 90 100 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 90 90 100 100
RM 2 80 0 70 0 60 60 70 0 70 0 50 60 0 60 70 70 0 0 70 0 60 0 0 60 0 70 0 70 60 0 70 0 70 70 60 0 70 0 80
RM 3 200 0 200 0 170 170 200 0 160 0 0 200 0 170 170 170 0 0 200 0 200 0 170 0 210 200 0 200 0 0 190 0 200 200 0 0 180 0 210
RM 4 40 50 50 20 50 50 50 40 50 30 50 30 50 40 50 50 40 40 50 50 50 50 50 30 10 50 20 50 50 50 50 50 50 50 30 40 50 50 50
Total 420 150 420 120 380 380 420 130 380 120 190 380 140 360 380 380 130 130 410 140 400 140 310 190 320 420 120 420 210 140 410 150 420 420 190 130 390 150 440
Total Skor seharusnya 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470
% 89.36 31.91 89.36 25.53 80.85 80.85 89.36 27.66 80.85 25.53 40.43 80.85 29.79 76.60 80.85 80.85 27.66 27.66 87.23 29.79 85.11 29.79 65.96 40.43 68.09 89.36 25.53 89.36 44.68 29.79 87.23 31.91 89.36 89.36 40.43 27.66 82.98 31.91 93.62
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Total
90 90 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 90 90 100 100 100 100 100 100 6560
0 0 60 30 40 0 60 70 60 70 70 70 0 50 60 60 80 0 70 80 80 70 0 50 80 70 0 70 60 2940
200 0 0 0 0 0 160 200 200 200 210 0 210 160 0 0 200 0 0 210 0 200 0 200 200 200 0 0 140 6860
30 30 40 40 50 50 30 50 50 50 50 50 40 50 50 50 40 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 3060
320 120 200 170 190 140 350 420 410 420 430 220 350 360 210 210 420 140 220 440 230 410 140 400 430 420 150 220 350 19420
470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 31960
68.09 25.53 42.55 36.17 40.43 29.79 74.47 89.36 87.23 89.36 91.49 46.81 74.47 76.60 44.68 44.68 89.36 29.79 46.81 93.62 48.94 87.23 29.79 85.11 91.49 89.36 31.91 46.81 74.47 60.76
Responden 2
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
RM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Total
RM 1 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 90 90 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 90 90 100 3720
RM 2 30 70 30 50 60 0 50 50 60 70 60 40 60 30 70 70 50 70 50 50 60 50 50 30 60 60 60 40 40 30 90 90 90 60 60 60 60 20 2030
RM 3 0 0 20 0 30 30 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 90 0 0 0 40 0 0 50 300
RM 4 20 40 40 40 40 40 20 40 40 40 50 50 0 40 50 50 50 50 50 40 50 40 50 30 10 50 40 30 20 30 50 50 50 50 20 0 30 40 1430
Total 150 200 190 190 230 170 170 190 200 210 210 180 150 200 210 220 200 220 200 190 210 190 200 160 170 210 200 170 160 160 330 240 240 210 210 150 180 210 7480
Total Skor seharusnya 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 17860
% 31.91 42.55 40.43 40.43 48.94 36.17 36.17 40.43 42.55 44.68 44.68 38.30 31.91 42.55 44.68 46.81 42.55 46.81 42.55 40.43 44.68 40.43 42.55 34.04 36.17 44.68 42.55 36.17 34.04 34.04 70.21 51.06 51.06 44.68 44.68 31.91 38.30 44.68 41.88
Responden 3
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
RM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
RM 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2000
RM 2 90 90 10 50 90 20 50 60 50 90 60 40 60 40 60 70 50 70 50 40 1140
RM 3 0 0 0 190 50 0 20 50 190 0 190 0 180 190 0 180 200 0 40 170 1650
RM 4 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 40 50 50 50 50 30 50 50 970
Total 240 240 160 390 290 170 220 260 390 240 400 190 380 380 210 400 400 200 240 360 5760
Total Skor seharusnya 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 9400
RM 2
RM 3
RM 4
Total
Total Skor
% 51.06 51.06 34.04 82.98 61.70 36.17 46.81 55.32 82.98 51.06 85.11 40.43 80.85 80.85 44.68 85.11 85.11 42.55 51.06 76.60 61.28
Responden 4 RM
RM 1
%
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
90 90 90 90 90 100 90 90 100 100 100 100 100 100 90 90 90 90 100 100 100 100 10 100 100 100 90 90 2580
60 60 50 60 60 60 60 60 60 70 70 70 60 70 60 50 60 60 70 70 60 60 70 70 60 30 60 60 1710
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 70 0 0 0 0 90 0 0 0 0 0 0 220
50 50 50 50 50 50 50 50 50 40 40 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 0 50 50 50 50 1330
200 200 190 200 200 210 200 200 210 210 210 220 270 220 200 190 270 200 220 220 210 300 130 170 210 180 200 200 5840
seharusnya 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 13160
RM 1
RM 2
RM 3
RM 4
Total
Total Skor seharusnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total
42.55 42.55 40.43 42.55 42.55 44.68 42.55 42.55 44.68 44.68 44.68 46.81 57.45 46.81 42.55 40.43 57.45 42.55 46.81 46.81 44.68 63.83 27.66 36.17 44.68 38.30 42.55 42.55 44.38
%
Responden 5
RM
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
1
100
90
0
50
240
470
51.06
RM 1 100 100 200
RM 2 60 90 150
RM 3 0 40 40
RM 4 0 50 50
Total 160 280 440
Total Skor seharusnya 470 470 940
% 34.04 59.57 46.81
RM 2 40 60 70 50 60 80 80 70 60 70 60 50 40 790
RM 3 0 0 0 0 30 0 0 0 10 0 0 0 30 70
RM 2 50
RM 3 0
Responden 6
RM 1 2 Total
Responden 7
RM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
RM 1 90 90 100 90 100 100 100 100 100 90 100 100 90 1250
RM 4 50 0 30 0 40 50 50 50 40 50 0 30 0 390
Total 180 150 200 140 230 230 230 220 210 210 160 180 160 2500
Total Skor seharusnya 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 6110
% 38.30 31.91 42.55 29.79 48.94 48.94 48.94 46.81 44.68 44.68 34.04 38.30 34.04 40.92
Responden 8
RM 1
RM 1 100
RM 4 50
Total 200
Total Skor seharusnya 470
% 42.55
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
90 100 100 100 100 100 100 90 90 100 90 90 90 100 90 90 100 90 90 100 90 100 100 100 100 90 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 90 4250
60 90 90 90 70 90 60 60 50 60 40 30 50 50 40 60 60 50 60 40 40 30 50 60 60 70 70 50 90 50 70 40 40 40 50 60 60 60 90 90 50 60 30 2560
0 230 0 0 0 230 230 0 70 120 0 0 70 50 60 40 10 0 0 50 0 0 0 0 0 10 80 30 110 0 220 0 40 60 0 50 50 0 0 0 50 0 50 1910
RM 1 90 90
RM 2 60 90
RM 3 0 0
Total Responden 9
RM 1 2
0 50 50 50 20 50 50 50 50 50 30 50 20 50 50 10 10 40 50 50 50 50 50 40 50 50 50 0 50 50 0 50 50 50 50 50 50 20 50 50 0 50 1740
150 470 240 240 190 470 440 200 260 330 160 170 230 250 240 200 180 180 200 240 180 180 200 200 210 220 300 180 350 200 380 190 230 250 200 260 250 180 240 190 250 160 220 10460
470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 20680
31.91 100.00 51.06 51.06 40.43 100.00 93.62 42.55 55.32 70.21 34.04 36.17 48.94 53.19 51.06 42.55 38.30 38.30 42.55 51.06 38.30 38.30 42.55 42.55 44.68 46.81 63.83 38.30 74.47 42.55 80.85 40.43 48.94 53.19 42.55 55.32 53.19 38.30 51.06 40.43 53.19 34.04 46.81 50.58
RM 4 0 50
Total 150 230
Total Skor seharusnya 470 470
% 31.91 48.94
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 90 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100
70 50 60 60 60 70 70 60 70 70 0 0 60 60 60 50 60 70 60 60 60 70 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 90 9 90 90 90 60 60 70 60 70 50 70 60 90 40 50
100 0 0 0 0 0 30 0 0 0 70 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
70 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 30 0 50 40 40 40 0 40 30 50 0 40 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 0 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 0
340 200 210 210 210 220 250 210 220 220 220 120 160 200 200 190 200 200 200 190 210 170 230 210 210 210 210 210 210 210 200 210 240 159 240 190 240 210 210 220 210 210 200 220 210 240 190 150
470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470
72.34 42.55 44.68 44.68 44.68 46.81 53.19 44.68 46.81 46.81 46.81 25.53 34.04 42.55 42.55 40.43 42.55 42.55 42.55 40.43 44.68 36.17 48.94 44.68 44.68 44.68 44.68 44.68 44.68 44.68 42.55 44.68 51.06 33.83 51.06 40.43 51.06 44.68 44.68 46.81 44.68 44.68 42.55 46.81 44.68 51.06 40.43 31.91
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
100 90 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 10 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 90 100 90 100
50 70 60 70 60 60 0 50 50 80 70 60 60 70 50 60 60 60 90 90 60 60 90 70 60 60 50 50 80 80 80 70 70 60 80 70 50 70 50 70 70 60 80 50 60 60 60 70
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 20 0 0 180 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0
50 50 50 50 50 50 30 50 50 50 50 50 0 50 0 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 0 50 50 30 0 50 50 40 40 50 50 50 50 40 50 40 40 40
200 210 200 220 210 210 130 200 200 230 220 210 160 220 140 210 210 210 240 150 210 230 240 220 210 230 200 190 410 230 180 220 220 190 180 220 190 210 190 220 240 210 230 190 200 200 190 210
470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470 470
42.55 44.68 42.55 46.81 44.68 44.68 27.66 42.55 42.55 48.94 46.81 44.68 34.04 46.81 29.79 44.68 44.68 44.68 51.06 31.91 44.68 48.94 51.06 46.81 44.68 48.94 42.55 40.43 87.23 48.94 38.30 46.81 46.81 40.43 38.30 46.81 40.43 44.68 40.43 46.81 51.06 44.68 48.94 40.43 42.55 42.55 40.43 44.68
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
99 100 101 102 103 104 105 Total
100 100 100 100 100 100 100 10270
60 50 90 70 60 70 60 6569
0 0 0 0 0 0 0 510
50 50 50 50 0 50 50 4530
210 200 240 220 160 220 210 21879
470 470 470 470 470 470 470 49350
44.68 42.55 51.06 46.81 34.04 46.81 44.68 44.33
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 10. Struktur
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 11
Frequencies Statistics
N
PERILAK U DOKTER SPESIALI S PENGETAH UMUR MASAKERJ JENISKEL PENGAWAS KONDISI PENGAKUA PEKERJAA Valid 9 9 9 9 9 9 9 9 9 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table UMUR
Valid
21-35 tahun 36-50 tahun >51 tahun Total
Frequency 1 7 1 9
Percent 11.1 77.8 11.1 100.0
Valid Percent 11.1 77.8 11.1 100.0
Cumulative Percent 11.1 88.9 100.0
MASAKERJ
Valid
< 5 tahun 6-10 tahun 11-20 tahun >21 tahun Total
Frequency 2 3 2 2 9
Percent 22.2 33.3 22.2 22.2 100.0
Valid Percent 22.2 33.3 22.2 22.2 100.0
Cumulative Percent 22.2 55.6 77.8 100.0
JENISKEL
Valid
Laki-laki Perempuan Total
Frequency 5 4 9
Percent 55.6 44.4 100.0
Valid Percent 55.6 44.4 100.0
Cumulative Percent 55.6 100.0
PENGETAH
Valid
baik sangat baik Total
Frequency 7 2 9
Percent 77.8 22.2 100.0
Valid Percent 77.8 22.2 100.0
Cumulative Percent 77.8 100.0
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
PENGAWAS
Valid
baik sangat baik Total
Frequency 6 3 9
Percent 66.7 33.3 100.0
Valid Percent 66.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 66.7 100.0
KONDISI
Valid
Frequency 3 4 2 9
biasa-biasa saja baik sangat baik Total
Percent 33.3 44.4 22.2 100.0
Valid Percent 33.3 44.4 22.2 100.0
Cumulative Percent 33.3 77.8 100.0
PENGAKUA
Valid
sangat tidak baik tidak baik biasa-biasa saja baik sangat baik Total
Frequency 1 1 1 5 1 9
Percent 11.1 11.1 11.1 55.6 11.1 100.0
Valid Percent 11.1 11.1 11.1 55.6 11.1 100.0
Cumulative Percent 11.1 22.2 33.3 88.9 100.0
PEKERJAA
Valid
biasa-biasa saja baik sangat baik Total
Frequency 1 6 2 9
Percent 11.1 66.7 22.2 100.0
Valid Percent 11.1 66.7 22.2 100.0
Cumulative Percent 11.1 77.8 100.0
PERILAKU DOKTER SPESIALIS
Valid
Kurang baik Baik Total
Frequency 7 2 9
Percent 77.8 22.2 100.0
Valid Percent 77.8 22.2 100.0
Cumulative Percent 77.8 100.0
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 12
PENGETAH * PERILAKU DOKTER SPESIALIS Crosstab
PENGETAH
baik
sangat baik
Total
Count % within PENGETAH % of Total Count % within PENGETAH % of Total Count % within PENGETAH % of Total
PERILAKU DOKTER SPESIALIS Kurang Baik Baik 7 100.0% 77.8% 2 100.0% 22.2% 7 2 77.8% 22.2% 77.8% 22.2%
Total 7 100.0% 77.8% 2 100.0% 22.2% 9 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9.000b 4.144 9.535
df
8.000
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .003 .042 .002
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.028
.028
.005
9
a. Computed only for a 2x2 table b. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 44. Symmetric Measures
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Spearman Perilaku Ordinal Dokter Spesialis Correlation N of Valid Cases
Value 1.000 1.000
Asymp. a Std. Error .000b .000
b
9
a. Not assuming the null hypothesis. b. Based on normal Dokter Spesialis approximation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
PENGAWAS * PERILAKU DOKTER SPESIALIS Crosstab
PENGAWAS
baik
sangat baik
Total
Count % within PENGAWAS % of Total Count % within PENGAWAS % of Total Count % within PENGAWAS % of Total
PERILAKU DOKTER SPESIALIS Kurang Baik Baik 6 100.0% 66.7% 1 2 33.3% 66.7% 11.1% 22.2% 7 2 77.8% 22.2% 77.8% 22.2%
Total 6 100.0% 66.7% 3 100.0% 33.3% 9 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.143b 2.009 5.716
df 1 1 1
4.571
Asymp. Sig. (2-sided) .023 .156 .017
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.083
.083
.033
9
a. Computed only for a 2x2 table b. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 67.
Symmetric Measures
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Spearman Perilaku Ordinal Dokter Spesialis Correlation N of Valid Cases
Value .756
Asymp. a Std. Error .202
Approx. T 3.055
.756
.202
3.055
b
Approx. Sig. .018c .018
c
9
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
KONDISI * PERILAKU DOKTER SPESIALIS Crosstab
KONDISI
biasa-biasa saja
baik
sangat baik
Total
Count % within KONDISI % of Total Count % within KONDISI % of Total Count % within KONDISI % of Total Count % within KONDISI % of Total
PERILAKU DOKTER SPESIALIS Kurang Baik Baik 3 100.0% 33.3% 4 100.0% 44.4% 2 100.0% 22.2% 7 2 77.8% 22.2% 77.8% 22.2%
Total 3 100.0% 33.3% 4 100.0% 44.4% 2 100.0% 22.2% 9 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9.000a 9.535
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .011 .009
1
.023
df
5.195 9
a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44. Symmetric Measures
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Spearman Perilaku Ordinal Dokter Spesialis Correlation N of Valid Cases
Value .806
Asymp. a Std. Error .091
Approx. T 3.600
.775
.153
3.240
b
Approx. Sig. .009c c
.014
9
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
PENGAKUA * PERILAKU DOKTER SPESIALIS Crosstab RM Kurang Baik PENGAKUA
sangat tidak baik
Baik
Total
7 77.8% 77.8%
1 20.0% 11.1% 1 100.0% 11.1% 2 22.2% 22.2%
1 100.0% 11.1% 1 100.0% 11.1% 1 100.0% 11.1% 5 100.0% 55.6% 1 100.0% 11.1% 9 100.0% 100.0%
Value .484
Asymp. a Std. Error .162
Approx. T 1.464
.567
.186
1.821
Count % within PENGAKUA % of Total Count % within PENGAKUA % of Total Count % within PENGAKUA % of Total Count % within PENGAKUA % of Total Count % within PENGAKUA % of Total Count % within PENGAKUA % of Total
tidak baik
biasa-biasa saja
baik
sangat baik
Total
1 100.0% 11.1% 1 100.0% 11.1% 1 100.0% 11.1% 4 80.0% 44.4%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4.371a 4.531
4 4
Asymp. Sig. (2-sided) .358 .339
1
.171
df
1.875 9
a. 10 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22. Symmetric Measures
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Spearman Perilaku Ordinal Dokter Spesialis Correlation N of Valid Cases
b
Approx. Sig. .187c c
.111
9
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
PEKERJAA * PERILAKU DOKTER SPESIALIS Crosstab
PEKERJAA
biasa-biasa saja
Count % within PEKERJAA % of Total Count % within PEKERJAA % of Total Count % within PEKERJAA % of Total Count % within PEKERJAA % of Total
baik
sangat baik
Total
PERILAKU DOKTER SPESIALIS Kurang Baik Baik 1 100.0% 11.1% 6 100.0% 66.7% 2 100.0% 22.2% 7 2 77.8% 22.2% 77.8% 22.2%
Total 1 100.0% 11.1% 6 100.0% 66.7% 2 100.0% 22.2% 9 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9.000a 9.535
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .011 .009
1
.018
df
5.626 9
a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22. Symmetric Measures
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Spearman Perilaku Ordinal Dokter Spesialis Correlation N of Valid Cases
Value .839
Asymp. a Std. Error .103
Approx. T 4.073
.866
.135
4.583
b
Approx. Sig. .005c c
.003
9
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation.
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 13
Nonparametric Correlations Correlations Perilaku dokter spesialis Spearman's rho
Perilaku dokter spesialis
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
1.000
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
1.000(**)
.
.
9
9
1.000(**)
1.000
N pengetah
pengetah
N
.
.
9
9
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Correlations Perilaku dokter spesialis Spearman's rho
Perilaku dokter spesialis
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
1.000
.756(*)
.
.018
9
9
.756(*)
1.000
N pengawas
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
pengawas
.018
.
9
9
N * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Correlations Perilaku dokter spesialis Spearman's rho
Perilaku dokter spesialis
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
kondisi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
kondisi
1.000
.775(*)
.
.014
9
9
.775(*)
1.000
.014
.
9
9
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008
Nonparametric Correlations Correlations Perilaku dokter spesialis Spearman's rho
Perilaku dokter spesialis
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
1.000
.567
.
.111
9
9
.567
1.000
.111
.
9
9
N pengakua
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
pengakua
N
Nonparametric Correlations Correlations Perilaku dokter spesialis Spearman's rho
Perilaku dokter spesialis
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pekerjaa
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pekerjaa
1.000
.866(**)
.
.003
9
9
.866(**)
1.000
.003
.
9
9
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008. USU e-Repository © 2008