HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NILAI GUNA REKAM MEDIS DENGAN PERILAKU PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD LARANTUKA Dominika Paulina G1, Lily Widjaja2, Hosizah3, Mulyo Wiharto4 1,2,3
Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta 4) Bagian Rekam Medis RSUD Larantuka, Nusa Tenggara Timur
[email protected]
Abstract Since 2009, medical records have been become an important issue in healthcare facilities because it becomes the basis for calculating the cost of healthcare participants JAMKESMAS with INA-CBG›s system. The medical record is also a major element of standarization hospital accreditation. Therefore, the medical records must be recorded complete and accurate based on Decree of Ministry of Health of Republic Indonesia No. 269 of 2008. The results of quantitative analysis in RSUD Larantuka, the completeness authentication of inpatient medical records by attending physicians was 52.75%. The study aimed to determine the relationship between knowledge of medical records value and Behavioral on Medical Records Documentation by healthcare provider in RSUD Larantuka. The design cross-sectional study. Population study was 148 consists of physicians and nurses in RSUD Larantuka, sample size 60 consists of 6 physicians, 20 nurses of outpatient and 34 nurses of inpatient by simple random sampling. Data analysis was conducted by descriptive and Spearman Rank test. The Spearman Rank correlation value Knowledge of Medical Records and Behavioral on Medical Records Records and Behavioral on Medical Records Documentation of physicians and nurses in RSUD Larantuka. Keywords: knowledge, medical records, behavioral,
Abstrak Sejak tahun 2009 rekam medis menjadi isu penting dalam pelayanan kesehatan karena menjadi dasar perhitungan biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas dengan sistem INA-CBG’s. Selain itu rekam medis sebagai unsur penting dalam akreditasi rumah sakit Oleh karena itu, pengisian rekam medis harus dilakukan secara lengkap, akurat dan tepat waktu. Hal ini diatur dalam Permenkes No. 269 Tahun 2009 tentang Rekam oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka terdapat sebesar 52,75%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis oleh Tenaga Kesehatan di RSUD Larantuka. Disain penelitian ini cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian seluruh dokter dan perawat di RSUD Larantuka sebanyak 148 orang 60 orang diambil secara proporsional dari jumlah populasi sehingga sampel dokter diperlukan sebanyak 6 orang, perawat rawat jalan sebanyak 20 orang dan perawat rawat inap sebanyak 34 orang dengan teknik sampling secara simple random sampling uji korelasi Spearman Rank. Korelasi hubungan Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis r=0,794 dengan p=0,000 (p<0,005). Dengan demikian hubungan antara Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis perawat dan dokter di RSUD Larantuka Kata Kunci: Pengetahuan; Perilaku; Rekam Medis
rehabilitatif, rumah sakit juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
PENDAHULUAN Menurut WHO rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun 5
5
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan perorangan adalah sebagai bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang multi kompleks karena rumah sakit merupakan institusi yang padat modal, padat karya, padat profesi juga padat teknologi diperlukan rekam medis sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lain. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan membawa pengaruh penting terhadap peningkatan peranan rekam medis karena secara implisit membutuhkan adanya rekam medis yang bermutu sebagai bukti pelaksanaan pelayanan medis yang bermutu pula. Sejak diterbitkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), maka pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI sejak Tahun 2005 mengimplementasikannya dengan melaksanakan program jaminan kesehatan sosial di mulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin (2005-2007). Kemudian berubah nama menjadi program Jamkesmas dan sekarang dikenal dengan nama program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Beberapa tahun terakhir tepatnya sejak tahun 2009 sampai sekarang rekam medis menjadi isu penting dalam pelayanan kesehatan karena menjadi dasar perhitungan biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas dengan sistem INA-CBG’s. Selain itu rekam medis sebagai unsur penting dalam akreditasi rumah sakit. Kesulitan dalam menghadapi tuntutan hukum, kesulitan merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien, dan sebagainya karena dokumen rekam medis belum lengkap. Oleh karena itu, pengisian rekam medis harus dilakukan secara lengkap dan langsung pada waktunya dan tidak ditunda-tunda. Hal ini diatur dalam pasal 46 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran: (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis; (2) Rekam Medis sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan; (3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, 6
waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Pada Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008 pasal 5 dijelaskan bahwa setiap pencatatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan terkait yang memberikan pelayanan kesehatan atau tindakan medis secara langsung. Perilaku pengisian dokumen rekam medis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari tenaga kesehatan dalam mengisi dokumen rekam medis berisi tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien serta harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan pencatatan yang baik. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Untuk itu perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis dapat terlaksana dengan lengkap bila didukung oleh pengetahuan akan nilai guna rekam medis. Nilai guna rekam medis mencakup: administrasi; legal; masyarakat; perencanaan dan pemasaran. Melihat pentingnya rekam medis, di RSUD Larantuka sering mengadakan kegiatan sosialiasi tentang pentingnya nilai guna rekam medis berupa kegiatan seminar, workshop atau pelatihan. Namun pada kenyataannya pengetahuan tentang nilai guna rekam medis belum diimplementasikan dengan baik oleh tenaga kesehatan dalam perilaku pengisian dokumen rekam medis. Hal ini terbukti dari laporan unit kerja rekam medis pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2013 hasil analisis kuantitatif angka medis rawat inap oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka terdapat 58,24% tidak ada tanda tangan, 74,73% tidak ada nama jelas dan gelar, serta 25,27% tidak ada keterangan waktu. Dengan demikian secara pengisian dokumen rekam medis sebesar 52,75%. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan telah tahu tentang nilai guna rekam medis tetapi tidak dapat sepenuhnya mengisi rekam medis dengan lengkap di RSUD Larantuka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka.
Dominika P.G., Lily Widjaja, Hosizah, dan Mulyo Wiharto. Hubungan antara Pengetahuan tentang ...
boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Selanjutnya perilaku menurut Robert Kwick adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
2)
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini terdiri dari dua macam bentuk yakni pertama bentuk pasif yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Seseorang itu tahu akan sesuatu hal namun belum melakukan secara konkrit, perilaku ini masih terselubung (convert behavior). Yang kedua bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku seseorang sudah tampak dalam bentuk nyata (overt behavior). Menurut Green (Notoatmodjo, 2003), perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni: 1) Faktor perdisposisi (predisposing factors) Faktor perdisposisi merupakan suatu keadaan pikiran tentang sesuatu yang menguntungkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak
Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturanperaturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil. Rekam medis menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/ 2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas 3)
7
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut Depkes RI, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Menurut SK Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 135/KEP/ M.PAN/12/ 2002 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya, rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan. Menurut Edna K. Huffman (1994), rekam medis adalah kumpulan dari fakta-fakta atau bukti dari kehidupan seorang pasien, riwayat penyakit masa lalu dan penyakit serta pengobatan saat ini, yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut. Dokumen rekam medis wajib dibuat oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, hal ini diatur dalam UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, Permenkes RI Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran, Kepmenkes Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Konsil Kedokteran Indonesia. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, tenaga kesehatan adalah tenaga yang bertanggung jawab dalam mengisi rekam medis adalah dokter umum/spesialisis; dokter gigi/dokter gigi spesialis serta tenaga kesehatan lain yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengatahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan..
Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis Menurut Aristoteles, pengetahuan merupakan hasil penerapan akal manusia yang dibagi ke dalam tiga
8
kelompok, yaitu pengetahuan teoritis (pengetahuan yang diupayakan untuk kepentingan diri sendiri pengetahuan praktis (pengetahuan yang diaktualkan seperti etika dan politik), serta pengetahuan produktif (pengetahuan yang dikejar untuk membuat, menghasilkan dan menciptakan sesuatu). Ketigatiganya didasarkan pada proses persepsi induktif intuitif yang menyingkap kaitan-kaitan niscaya diantara bentuk-bentuk partikular yang dialami seseorang. Jika memiliki sistem deduktif yang teratur, pengetahuan disebut ilmu. Parmenides mengakui adanya dua pengetahuan baik pengetahuan khusus maupun pengetahuan umum. Pengetahuan khusus (indra) itu bukan pengetahuan yang sebenarnya karena indra itu tidak dapat dipercaya, sedangkan pengetahuan yang sebenarnya menurut Parmenides hanyalah pengetahuan umum yang disebut pengetahuan budi. Pengertian lain diungkapkan pula oleh Notoatmojo, bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Bloom (Notoatmodjo, 2003) pengetahuan dalam memberikan bukti seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi ide yang sudah pernah diterima sebelumnya. Sumber lain menyebutkan bahwa pengetahuan berasal dari kata ”tahu”, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan Pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah satu diantara unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran dan perasaan. Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui karena mempelajarinya atau yang diketahui karena mengalami, melihat dan mendengar. Maksud dari
Dominika P.G., Lily Widjaja, Hosizah, dan Mulyo Wiharto. Hubungan antara Pengetahuan tentang ...
pengertian tersebut adalah bahwa pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar terlebih dahulu yang diperoleh melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Kegunaan atau manfaat rekam medis menurut Huffman (1999), adalah: 1)
2)
3)
4)
5)
6) 7)
8)
Dalam pengelolaan pasien. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan perkembangan penyakit, dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat pada institusi pelayanan kesehatan. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien. Dalam pengevaluasian kualitas pelayanan, digunakan sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Dalam pembayaran atas pelayanan pasien, digunakan sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien. Dalam perlindungan hukum, digunakan untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, institusi pelayanan kesehatan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam pendidikan, dapat menyediakan kasus studi yang aktual bagi pendidikan profesional kesehatan. Dalam penelitian, rekam medis menyediakan data yang dapat memperluas pengetahuan medis. Dalam kesehatan masyarakat
wabah penyakit sehingga perencanaan dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara nasional dan internasional. Dalam perencanaan dan pemasaran Rekam medis dapat dipakai untuk mengidenpromosi jasa pelayanan kesehatan.
Rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah: 1)
Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
2)
3)
4)
5)
6)
7) 8)
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.
Dari beberapa pengertian akan pengetahuan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang nilai guna rekam medis adalah hasil tahu dengan mempelajari atau mengamati tentang nilai guna rekam medis mencakup: administrasi; legal; finansial; riset; edukasi; dokumentasi; kesehatan masyarakat; perencanaan dan pemasaran. Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis bila tidak ditunjang dengan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis secara mendalam oleh tenaga kesehatan maka akan mengakibatkan terjadinya ketidaklengkapan pencatatan rekam medis. Dengan demikian maka pengetahuan tentang nilai guna rekam medis yang dimiliki oleh tenaga kesehatan berpengaruh terhadap perilaku pengisian dokumen rekam medis.
HIPOTESIS PENELITIAN Ada hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilaksanakan ini merupakan jenis penelitian analitik observasional, dengan rancangan penelitian cross-sectional, yaitu
9
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja selama periode waktu penelitian. Populasi penelitian seluruh dokter dan perawat di RSUD Larantuka sebanyak 148 orang 60 orang diambil secara proporsional dari jumlah populasi sehingga sampel dokter diperlukan sebanyak 6 orang, perawat rawat jalan sebanyak 20 orang dan perawat rawat inap sebanyak 34 orang dengan teknik sampling secara simple random sampling uji korelasi Spearman Rank.
Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis
HASIL
Pada tabel 3 diperoleh nilai mean 24,80, median sebesar 26, modus 28, standar deviasi 3,172, nilai minimum 18 dan maksimum 28. Dalam mengukur pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dipergunakan 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengetahuan responden kategori tinggi diperoleh dari skor lebih dari nilai median sedangkan pengetahuan responden kategori rendah diperoleh dari skor kurang atau sama dengan nilai median sehingga diperoleh prosentase seperti terlihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 1: Karakteristik Responden Kategori Sex
Laki-laki Perempuan
Usia Pendidikan
>39tahun SPK D3 Keperawatan S1 S2
Masa Kerja >10 tahun
Jumlah
Persentase
12
20,0
48 26 34
80,0 43,33 56,67
2 44 12
3,3 73,4 20,0
2
3,3
20
33,3 66,7
40
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis Variabel Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis
n 60
MinMax 18-28
Mean Median SD 24,80 26
3,172
Tabel 4. Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis di RSUD Larantuka
n=60 Berdasarkan tabel 1 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 48 orang atau sebesar 80%, umur responden sebagian besar di atas 39 tahun yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar 56,67%, pendidikan responden sebagian besar adalah D3 Keperawatan yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 73,4%, sebagian besar responden mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 40 orang atau 66,7 %.
Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis Tinggi ( > 26) Rendah ( < 26) Total
Jumlah
Persentase (%)
21 39 60
35,0 65,0
100
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui pengetahuan responden tentang nilai guna rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar masih rendah yaitu sebesar 65 %.
Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis Tabel 2: Hasil Uji Normalitas Data
Berdasarkan hasil uji kolmogorov smirnov pada tabel 2 didapatkan skor pengetahuan tentang nilai guna rekam medis sebagai variabel independen data berdistribusi tidak normal karena nilai p-value dokumen rekam medis sebagai variabel dependen data berdistribusi tidak normal karena p-value 0,001< 0,05.
10
Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis Variabel Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis
n 60
Min-Max Mean 5-13 9,27
Median 9
SD 1,999
Tabel 5 hasil pengukuran perilaku pengisian dokumen rekam medis diperoleh nilai mean 9,27, median 9, modus 11, standar deviasi 1,999, nilai minimum 5 dan nilai maksimum 13. Untuk menjelaskan lebih lanjut perilaku pengisian dokumen rekam medis dipergunakan 2 kategori yaitu, baik dan kurang baik.
Dominika P.G., Lily Widjaja, Hosizah, dan Mulyo Wiharto. Hubungan antara Pengetahuan tentang ...
Perilaku pengisian dokumen rekam medis kategori baik, diperoleh dari frekuensi skor lebih besar dari nilai median dan perilaku pengisian dokumen kategori kurang baik diperoleh dari frekuensi skor lebih kecil atau sama dengan nilai median. Kategori perilaku pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis di RSUD Larantuka Perilaku Pengisian Dokumen Jumlah Rekam Medis Baik ( > 26) 28 Kurang Baik ( < 26) 32
Total
60
Persentase (%)
46,7 53,3 100
Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka masih kurang baik yakni sebesar 53,3%.
Tabel 7: Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Hubungan Pengetahuan tentang Nilai Guna RM dengan Perilaku Pengisian Dokumen RM di RSUD Larantuka
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi antara variabel pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis sebesar 0,794. Hal ini memperlihatkan bahwa nilai r berada pada range 0,70–0,90 yang berarti bahwa hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan tergolong kuat, sedangkan tanda positif pada nilai r tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang nilai guna rekam medis maka semakin tinggi pula perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan. Nilai p=0,000
pengetahuan nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka.
PEMBAHASAN Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis Pengetahuan tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis rendah. Sebagian besar pendidikan terakhir tenaga kesehatan adalah D3 Keperawatan yaitu sebesar 73,4%. Dengan latar belakang pendidikan tersebut tentulah pengetahuan tentang rekam medis tidak mendalam seperti pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dengan latar belakang pendidikan formal D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Lebih lanjut, pengetahuan tenaga kesehatan di RSUD Larantuka rendah tentang nilai guna rekam medis pada aspek kesehatan masyarakat dan aspek perencanaan dan pemasaran. Menurut responden nilai guna rekam medis yang mereka ketahui melalui pendidikan formal maupun seminar bahwa nilai guna rekam medis lebih mengandung aspek Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumentasi atau disingkat ALFRED. Untuk itu manajemen RSUD Larantuka, perlu merencanakan dan melaksanakan program pelatihan bagi seluruh tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan mengenai pengetahuan tentang rekam medis dan nilai guna rekam medis baik perawat baru maupun perawat lama. Program pelatihan ini dapat dilakukan di rumah sakit mau pun di luar rumah sakit.
Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar kurang baik yakni sebesar 53,3%. Menurut Gibson (1997), variabel individu adalah salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Selanjutnya menurut Siagian (individu) dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah tanggungan dan masa kerja. Sejalan dengan Robbins (2001), mengungkapkan karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status pernikahan, keahlian, banyaknya tanggung jawab dan status masa kerja.
11
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 48 orang (80 %). Menurut beberapa kepala ruangan bahwa dalam satu minggu tingkat ijin kerja pulang cepat atau ijin tidak masuk kerja dari staf sangat tinggi dengan alasan ada urusan keluarga. Hal ini menyebabkan pendokumentasian pencatatan rekam medis tidak lengkap karena kekurangan staf pada shift yang bersangkutan. Sesuai teori yang diungkapkan oleh Shye (1991) dalam Ilyas (2002), mengemukakan bahwa tidak wanita dan perawat pria. Walaupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena sebagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita dan sebagian kecil berjenis kelamin pria. Pada pria beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja per minggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Damayati (1998), bahwa meskipun jenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih sedikit tetapi mempunyai peran dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Namun berbeda dengan teori dari Robbins (2003), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan maksud, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson (1997), yang menyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh tidak langsung kepada kinerja individu. Dengan melihat uraian tersebut, untuk memperbaiki perilaku pengisian dokumen rekam medis maka pihak manajemen rumah sakit harus memperhatikan atau mengevaluasi tingkat kehadiran tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas sesuai jadwal dinas sehingga perlu adanya pemberian reward dan punishment. Peningkatan kemampauan tenaga kesehatan dengan melakukan tour of duty atau rotasi bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Dengan adanya tour of duty secara rutin, maka masing-masing tenaga kesehatan tidak hanya mempunyai pengalaman cukup banyak dalam berbagai bidang tugas dan tanggung jawab, akan tetapi mereka akan mempunyai motivasi yang tinggi karena adanya suasana kerja baru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Di samping itu mereka akan mengalami pemerataan perasaan. Dalam arti setiap tenaga kesehatan akan melaksanakan dan menikmati pada bagian yang
12
basah dan kering, bagian yang loaded dan longgar di tempat kerjanya. Selain itu, perlu melakukan evaluasi terhadap pendokumentasian rekam medis secara rutin sehingga dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk tindakan perbaikan atau perubahan perilakunya tersebut.
Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisiain dokumen rekam medis di RUSD Larantuka. Berdasarkan hasil penelitian ini, perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis sebagian besar adalah kurang baik dan pengetahuannya tentang nilai guna rekam medis sebagian besar adalah rendah. Menurut penelitian Rogers (1994) terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau bagi organisasi. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan perilaku praktek pendokumentasian rekam medis, oleh karena itu tenaga kesehatan harus punya pengetahuan mengenai pendokumentasian rekam medis. Pengetahuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan antara lain pengertian pendokumentasian, sumber data pendokumentasian, arti pentingnya pendokumentasian, tujuan pendokumentasian, manfaat atau nilai guna pendokumentasian rekam medis. Hal ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini (2007), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan responden dengan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan salah satu faktor yang menghambat pendokumentasian keperawatan adalah kurang pemahaman tentang dasar-dasar dokumentasi keperawatan serta kurangnya kesadaran tentang pentingnya dokumentasi keperawatan. Dengan melihat uraian di atas maka untuk meningkatkan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis, maka manajemen RSUD Larantuka perlu melaksanakan pendidikan maupun pelatihan
Dominika P.G., Lily Widjaja, Hosizah, dan Mulyo Wiharto. Hubungan antara Pengetahuan tentang ...
yang diadakan di rumah sakit atau di luar rumah sakit. Perubahan perilaku tenaga kesehatan melalui cara pendidikan dan pelatihan atau promosi tentang nilai guna rekam medis ini diawali dengan cara pemberian informasi-informasi tentang rekam medis, hal ini akan meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). Perubahan perilaku melalui pendidikan dan pelatihan akan menghasilkan perubahan yang efektif bila dilakukan melalui metode diskusi partisipasi. Cara ini dalam memberikan informasi tentang rekam medis tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Ini berarti tenaga kesehatan akan aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan tentang nilai guna rekam medis sebagai dasar perilaku mereka, diperoleh lebih mantap dan mendalam dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi untuk perilaku orang lain.
SIMPULAN 1.
2.
Pengetahuan tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar masih rendah sebesar 65%, khususnya pada nilai guna aspek kesehatan masyarakat, perencanaan dan pemasaran. Pengetahuan tersebut rendah berasal dari sebagian tenaga kesehatan yang berlatar belakang pendidikan Diploma III Keperawatan. Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar adalah kurang baik sebesar 53,3% berasal dari karakteristik tenaga kesehatan yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berumur di atas 39 tahun dan masa kerja di atas 10 tahun. kesehatan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka dengan tingkat hubungan yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA Asmuji, Manajemen Keperawatan, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2012) Dinarti et al., Dokumentasi Keperawatan, (Jakarta: Trans Info Media, 2009) Dire ktorat B ina P e la yana n Ke pe ra wa ta n, Dokumentasi Keperawatan, Ditjen Bina Pelayanan Medik-Kementrian Kesehatan RI, 2008 (CD ROM) Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Pedoman Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006) Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Petunjuk Pelaksanaan Jenjang Karir Perawat Di Rumah Sakit , (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2003) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008) Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1997) Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006) Huffman, Edna K., Health Information Management, (Illinois: Physicians Record Company, 1999) Hatta, Gemala (Ed.), Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan, (Jakarta: UI-Press, 2008) Hosizah, Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (Yogyakarta: aptiRMIK Press, 2014) Martini, Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Ketersediaan Fasilitas Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rawat Inap BPRSUD Kota Salatiga, tesis pasca sarjana (Semarang: Universitas Diponogoro, 2007)
13
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Mentri Kesehatan RI, Kepmenkes Nomor 129/Menkes/ SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2008) Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Pasolong, Harbani, Metode Peneltian Administrasi Publik, (Bandung: Alfabeta, 2012) Sanusi, Anwar, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2011) Sari, Dewi Puspito, Analisis Karakteristik Individu dan Motivasi Eksentrik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hermina Depok, tesis pasca sarjana (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011)
14
Sarwono, Jonathan, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012) Setiadi, Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Sunyoto, Danang, Analisis Untuk Penelitian Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011) Widjayanti, Trisna Budi, Hubungan Antara K a r a k t e r i s t i k In d i v i d u , P s i k o l o g i s D a n O rg a n i s a s i D e n g a n P e r i l a k u Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Unit Rawat Inap RS.MH.Thamrin Purwakarta, tesis pasca sarjana (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012) Wijaya, Lily, Manajemen Informasi Kesehatan 3 Peningkatan Kelengkapan Pendokumentasian Klinis, (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2014)