1
HUBUNGAN PENDIDIKAN DISIPLIN DALAM KELUARGA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK B PAUD IT IQRA’ KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Oleh Lidia Okta Marina NPM A1I011067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
2
HUBUNGAN PENDIDIKAN DISIPLIN DALAM KELUARGA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK B PAUD IT IQRA’ KOTA BENGKULU
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Oleh Lidia Okta Marina NPM A1I011067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
3
4
5
6
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’: 7) “Banyak kegagalan dalam hidup ini jika tidak menyadari betapa dekatnya dengan keberhasilan saat saya menyerah.” PERSEMBAHAN : Ya Allah... tiada kata yang pantas ku ucapkan selain kata syukur kepada Mu. Ini semua tak akan kulalui tanpa ridho-Mu, terimakasih atas segala nikmat dan berkah yang Engkau berikan untukku. Sehingga, aku dapat menyelesaikan karya kecil ini yang ku persembahkan untuk: Kedua orangtua ku yang sangat kusayangi dan kucintai. Terima kasih atas do'a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tak pernah putus dari mu ayah Prof. Dr. H. Syanurdin, M.Pd. dan dari mu ibu Dra. Hj. Lisninalita. Saudaraku dan ayuk iparku yang aku sayangi (Salman Impera, dr. Sora Melisa, Lizar Iman Jaya, dan Marliani, S.Km.). Terima kasih atas segala support dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Semua keluarga besarku yang telah mendoakan, mendukung, dan memotivasiku. Semua dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepadaku. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 PG-PAUD. Terimakasih atas canda, tawa, dan tangis yang telah kita lalui bersama. Semua ini tak akan mudah kulalui tanpa kalian semua. Semua keluarga besar di PAUD IT IQRA’ Kota Bengkulu. Almamater
8
9
HUBUNGAN PENDIDIKAN DISIPLIN DALAM KELUARGA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK B PAUD IT IQRA’ KOTA BENGKULU
LIDIA OKTA MARINA A1I011067
ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B P AUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Sampel yang digunakan adalah total sampling sebanyak 51 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) rata-rata pendidikan disiplin anak dalam keluarga yang bersekolah di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam kriteria baik (137.7). Artinya, orangtua sudah menanamkan sikap disiplin dalam diri anak dan konsisten dalam menerapkan peraturan kepada anak. (2) rata-rata kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam Kriteria baik (140,9). Artinya, anak sudah dapat tertib dan teratur dalam menjalankan peraturan di sekolah. (3) terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Hasil perhitungan diperoleh rhitung sebesar 0,715 kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (0,279) pada taraf 5% (0,05). Dengan demikian, terbukti bahwa rhitung (0,715) > rtabel (0,279), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dalam penelitian ini pendidikan disiplin dalam keluarga memberi kontribusi sebesar 50,41% terhadap kedisiplinan anak di sekolah dan sisanya 49,59% ditentukan oleh faktor lain. Disarankan kepada guru untuk memperhatikan perkembangan kedisiplinan anak, karena disiplin memberikan kontribusi yang kuat terhadap perkembangan kepribadian anak di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Pendidikan disiplin, Kedisiplinan
10
THE RELATIONSHIP BETWEEN DISCIPLINE EDUCATION IN THE FAMILY ON DICIPLINES OF CHILDREN IN SCHOOL GROUP B PAUD IT IQRA’ BENGKULU CITY
LIDIA OKTA MARINA A1I011067
ABSTRACT The problem in this research is how the relationship between education and discipline in the family to disciplines children’s in group B PAUD IT Iqra' city of Bengkulu. The purpose of this study was to determine whether there is a significant positive relationship between education and discipline in the family to disciplines children’s at school. The method used in this study is a correlational study. The sample used was total sampling were 51 respondents. The technic of collecting data using questionnaires and documentation. The data obtained were analyzed using product moment correlation. Based on the results of the study concluded that (1) the average of educational discipline the child’s in the family who attended in the group B PAUD IT Iqra' city of Bengkulu in both criteria (137.7). It means, parents are instilling discipline in children’s and consistent in applying the rules to the children’s. (2) the average child in school disciplines group B PAUD IT Iqra' city of Bengkulu in good Criteria (140.9). It means, the child’s is able to orderly and organized in implementing the rules at school. (3) there is a strong and significant relationship between educational discipline in the family to disciplines children’s in group B P AUD IT Iqra' city of Bengkulu. The results of the calculation of rhitung 0,715 then consulted with rtabel (0.279) at 5% level (0.05). With this proven that rhitung (0.715) > rtabel (0.279), so that Ho was rejected and Ha was accepted. In this research, educational discipline in the family give a contribution of 50.41% of the children’s in school disciplines and the remaining 49.59% is determined by other factors. Furthermore, it is recommended to teachers to pay attention to the development of child d iscipline, because the discipline bring of a strong contribution to the development of the child's personality in the future.
Key word: Discipline education, Disciplines
11
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Hubungan pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Rambat Nur Sasangko, M.Pd. sebagai Dekan Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Dr. Manap Somantri, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3.
Drs. H. M. Nasirun, M.Pd. selaku Ketua Prodi dan pembimbing utama yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, masukan, nasehat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Dr. Hj. Sumarsih, M.Pd. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan motivasi, arahan, masukan, nasehat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dra. Sri Saparahayu Ningsih, M.Pd. selaku penguji pertama seminar proposal, seminar hasil, dan sidang skripsi yang telah memberikan masukan, nasehat, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
12
6.
Wembrayarli, S.Pd, M.Sn. selaku penguji kedua seminar proposal, seminar hasil, dan sidang skripsi yang telah memberikan masukan dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Validator angket : a) Prof. Dr. H. Rambat Nur Sasangko, M.Pd. b) Prof. Dr. H. Riyanto, M.Pd. c) Dra. Sri Saparahayu Ningsih, M.Pd.
8.
Dra. Hj. Yulidesni, M.Ag. sebagai pembimbing akademik
yang telah
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama perkuliahan. 9.
Bapak dan Ibu dosen prodi PGPAUD yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat.
10. Kepala sekolah dan guru-guru di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu 11. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Penulis kesempurnaan,
menyadari
sepenuhnya
bahwa
skripsi
ini
masih jauh dari
mengingat keterbatasan kemampuan dalam hal pengetahuan,
penganalisaan masalah, maupun cara pemecahannya. Menyadari akan hal itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, mudah-mudahan karya sederhana ini menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak. Bengkulu, 11 Maret 2015
Penulis
13
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii vii viii ix x xi xiii xv xvi xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Identifikasi Masalah ........................................................................ C. Batasan Masalah .............................................................................. D. Rumusan Masalah ........................................................................... E. Tujuan Penelitian ............................................................................. F. Manfaat Penelitian ...........................................................................
1 6 7 7 7 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskritif Teoritik............................................................................. 1. Hakikat Pendidikan Disiplin ....................................................... a. Pendidikan Karakter ............................................................... b. Disiplin.................................................................................... 2. Disiplin Dalam Keluarga ............................................................ 3. Kedisiplinan Anak di Sekolah..................................................... 4. Hubungan Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Anak di Sekolah..................................................... B. Hasil Penelitian yang Relevan........................................................ C. Kerangka Berfikir ........................................................................... D. Hipotesis Penelitian........................................................................ BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian............................................................................. B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... C. Metode Penelitian ............................................................................ D. Populasi dan Sampel ....................................................................... E. Jenis Data dan Sumber Data ............................................................ F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 1. Angket ......................................................................................... 2. Dokumentasi ............................................................................... 3. Konsep dan pengukuran Variabel ............................................... 4. Kisi-kisi Angket ..........................................................................
9 9 9 12 25 33 39 41 41 42 43 43 44 45 46 47 47 48 48 50
14
5. Kalibrasi Instrument Penelitian ................................................... 51 G. Teknik Analisis Data statistik ......................................................... 53 H. Hipotesis Statistik ............................................................................ 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 58 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58 B. Pembahasan ..................................................................................... 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 71 A. Kesimpulan...................................................................................... 71 B. Saran ............................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 75 RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 121
15
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1Jadwal Penelitian.............................................................................. Tabel 3.2 Populasi Anak Kelompok B Paud IT Iqra’ ..................................... Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Orangtua/Wali Murid.......................................... Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Guru .................................................................... Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga ................ Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Kedisiplinan di Sekolah .................................... Tabel 3.6 Angka Indeks Kolerasi .................................................................... Tabel 4.1 Skor Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga ..................................... Tabel 4.2 Skor Kedisiplinan Anak di Sekolah ................................................
44 45 50 50 54 54 56 60 63
16
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1 Histogram data pendidikan disiplin dalam keluarga .................. 60 Gambar 4.2 Histogram data kedisiplinan anak di sekolah ............................. 63
17
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Nama Anak Kelompok B Paud IT Iqra’ ........................ Lampiran 2 Hasil angket Orangtua .............................................................. Lampiran 3 Hasil angket Kuesioner Guru.................................................... Lampiran 4 Mean pendidikan disiplin dalam keluarga ................................ Lampiran 5 Mean kedisiplinan anak di sekolah ........................................... Lampiran 6 Kolerasi Angket ....................................................................... Lampiran 7 Persentase ................................................................................. Lampiran 8 Angket Orangtua/wali murid .................................................... Lampiran 9 Angket Guru ............................................................................. Lampiran 10 Lembar Judgement Angket ....................................................... Lampiran 11 Uji Validitas Angket Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga ..... Lampiran 12 Uji Validitas Angket Kedisiplinan Anak Di Sekolah ............... Lampiran 13 Dokumentasi/foto ..................................................................... Lampiran 14 Surat Permohonan Validasi Angket.......................................... Lampiran 15 Surat Keterangan Validator Instrument .................................... Lampiran 16 Surat Izin Penelitian Dari Prodi ................................................ Lampiran 17 Surat Izin Penelitian Dari Falkutas ........................................... Lampiran 18 Surat Izin Penelitian Dari Diknas Pendidikan .......................... Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................
76 78 80 82 83 84 86 87 93 96 107 111 112 115 116 117 118 119 120
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 14
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Hal itu dilakukan melalui pemberian ransangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Harapannya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua. Hal itu dilakukan dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak. Tujuannya untuk menciptakan aura dan lingkungan, dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan. Pengalaman tersebut diperoleh dengan cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dengan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak (Sujiono, 2011: 7). Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh. Tujuannya untuk pembentukan kepribadian yang berkarakter, cerdas, ceria, kreatif, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
19
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran orang tua dan pendidik untuk bekerja sama dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar. Misalnya: pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan yang positif sehingga terbentuk anak usia dini yang berkarakter. Pendidikan karakter sangat penting ditanamkan sejak usia dini. Pada usia tersebut merupakan titik awal dari pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif, dan partisipatif dalam hidup bermasyarakat. Menurut Lickona dalam Wibowo (2012: 64) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral.
Sifat alami itu
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik. Pendidikan karakter itu sendiri merupakan usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan baik dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya. Dalam diri anak terdapat potensi-potensi yang siap dikembangkan. Melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang tua, guru, saudara dan tema n sebaya. Anak belajar memahami tentang perilaku mana yang buruk dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Perkembangan karakter pada anak menyangkut semua aspek kepribadian dan kehidupan seseorang.
20
Menurut Wiyani (2013: 23) karakter dasar yang harus dibentuk pada anak usia dini adalah karakter mandiri dan disiplin. Kedua karakter tersebut jika sudah dibentuk akan memudahkan orang tua dan guru untuk membentuk karakter-karakter lainnya. Dari kedua karakter dasar di atas, maka peneliti mengambil salah satu dari karakter tersebut yaitu kedisiplinan. Karakter kedisiplinan merupakan modal awal anak untuk membentuk kepribadian dan tanggung jawab anak di masa yang akan datang. Hal itu senada dengan apa yang dikatakan oleh Wibowo dalam Wiyani (2013: 24) disiplin adalah bagaimana cara kita melatih pikiran dan karakter seorang anak secara bertahap agar anak bisa menjadi seseorang yang memiliki kontrol. Pada akhirnya anak akan dapat bersosialisasi dan diterima oleh masyarakat. Tujuan dari
pembentukan
karakter
disiplin adalah
membentuk
kepribadian yang baik dan berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Sejalan dengan pendapat Wantah (2005: 140) bahwa untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri adalah dengan disiplin.
Dengan disiplin
anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas, karena kesetian dan kepatuhannya. Pendidikan disiplin dalam keluarga dimulai dari hal yang kecil, yaitu bagaimana cara orang tua dapat memberikan contoh terlebih dahulu berperilaku disiplin kepada anak. Orang tua dapat mendidik anak untuk melakukan hal yang positif dan bermanfaat. Misalnya, setelah anak bangun tidur orang tua dapat
21
mengajak anak untuk membereskan tempat tidurnya kembali. Orang tua dapat menunjukkan langkah-langkah atau cara untuk merapikan tempat tidurnya dan mendampingi anak saat merapikannya sampai anak dapat melakukannya sendiri secara disiplin. Penerapan disiplin tersebut
merupakan bentuk dari rasa
kesadaran pada diri anak akan pentingnya kerapihan bukan karena rasa takut atau paksaan dari orang tua. Dengan demikian, dalam penanaman kedisiplinan pada diri ana k dibutuhkan kesabaran, cinta, kasih sayang, dan pengertian terhadap anak. Sejak dini, orang tua harus membentuk kedisiplinan anak pada semua aspek kehidupannya, seperti: disiplin dalam makan, disiplin dalam mandi, disiplin dalam istirahat, disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah, disiplin dalam bermain, disiplin dalam melakukan pekerjaan rumah, dan juga disiplin dalam meraih cita-cita (Wiyani, 2013: 42). Selain di lingkungan rumah dalam mengembangkan prilaku disiplin, juga dapat dilaksanakan di sekolah. Lembaga pendidikan atau sekolah tidak hanya berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, terutama sikap dalam disiplin. Menurut Bafadal (2004: 37) disiplin sekolah adalah keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah, dan siswa tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Jadi, disiplin di sini berfungsi sebagai usaha pemantapan peraturan yang dilakukan secara rutin agar mendapatkan hasil perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan.
22
Hasil pengamatan di Paud IT Iqra’ Kota Bengkulu sebagian besar tingkat kedisiplinan anak belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat ketika ada anak yang terlambat datang ke sekolah, anak yang belum dapat mengikuti kegiatan rutin setiap pagi, kurang tertib dalam berbaris, kurang disiplin dalam menyelesaikan tugas, membuang sampah sembarangan, dan bermain saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara anak yang kurang berdisiplin di sekolah dengan pendidikan disiplin yang diberikan oleh orangtua, begitu juga anak yang disiplin di sekolah bagaimana pendidikan disiplin yang diberikan oleh orangtuanya di rumah. Untuk itu, peneliti melakukan wawancara kepada orangtua murid untuk mengetahui pendidikan disiplin yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang sedang bersekolah di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Hasil wawancara dengan orangtua murid, anak yang disiplin di rumah berpengaruh pada kedisiplinan anak di sekolah, begitu juga sebaliknya anak yang kurang disiplin di rumah maka di sekolah tingkat kedisiplinan anak juga kurang, tetapi ada juga anak yang kurang disiplin di rumah kadang-kadang terpengaruh pada teman-temannya yang disiplin di sekolah. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini memfokuskan pada pendidikan disiplin dalam keluarga dan kedisiplinan anak di sekolah.
23
Berdasarkan fenomena di atas dan melihat permasalahan yang terjadi di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu, maka penulis ingin mengangkat masalahmasalah tersebut ke dalam skripsi dengan judul : “Hubungan pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah.” B. Identifikasi Masalah Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian teruta ma sikap disiplin dalam diri anak. Orangtua menginginkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun pendidikan disiplin dalam keluarga belum berjalan secara optimal, orangtua kurang konsisten dalam menanamka n kedisiplinan pada anak, toleransi terhadap perilaku anak yang kurang baik, dan pemberian hukuman yang kurang sesuai. Sedangkan fenomena yang ditemukan di sekolah, seperti: anak masih terlambat datang ke sekolah, anak belum dapat mengikuti kegiatan rutin setiap pagi, kurang tertib dalam berbaris, kurang disiplin dalam menyelesaikan tugas, membuang sampah sembarangan, bermain saat pembelajaran berlangsung dan alfa dalam absensi. Sehingga, tingkat kedisiplinan anak di sekolah belum berkembang secara optimal. Berdasarkan identifikasi
masalah tersebut, maka penelitian ini
memfokuskan pada pendidikan disiplin dalam keluarga dan kedisiplinan anak di sekolah.
24
C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut : 1. Pendidikan disiplin dalam keluarga. 2. Kedisiplinan anak di sekolah. 3. Hubungan pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah disusun sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pendidikan disiplin anak dalam keluarga yang bersekolah di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu? 2. Bagaimanakah kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu? 3. Apakah ada hubungan yang positif antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu? E. Tujuan penelitian Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pendidikan disiplin anak dalam keluarga yang bersekolah di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. 2. Untuk mendeskripsikan kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu.
25
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis: a. Orang tua: untuk menyadari pentingnya pendidikan disiplin anak dalam keluarga bagi kehidupan anak yang akan datang. b. Guru: untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh pendidikan disiplin anak dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak disekolah. c. Peneliti sendiri: untuk menambah wawasan peneliti, khususnya di bidang kedisiplinan tentang anak usia dini dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik kedisiplinan anak dalam keluarga.
26
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskritif Teoritik 1. Hakikat Pendidikan Disiplin a. Pendidikan Karakter Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai upaya mengubah perilaku individu (anak didik) dalam lingkungan yang terkontrol. (Suyadi, 2010: 7). Menurut Phenix dalam Shochib (2010: 1) pendidikan adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik serta memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Sedangkan menurut Sujiono (2011: 7) pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah seperangkat kegiatan yang mempengaruhi anak didik untuk menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Istilah “karakter” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” yang artinya menandai atau memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai dalam bentuk tingkah laku. Sehingga orang yang tidak jujur, rakus, kejam, dan perilaku jelek lainnya dapat dikatakan orang berkarakter jelek. Begitu pula dengan sebaliknya perilaku yang sesuai dengan kaidah akan di katakan berkarakter mulia (Tridhonanto, 2012: 3).
27
Menurut Pusat Bahasa Depdikbud (1999: 444) karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sedangkan menurut Musfiroh dalam Wibowo (2012: 65) karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Dari pengertian karakter di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berfikir seseorang dalam berperilaku yang baik untuk hidup di lingkungan masyarakat sekitar. Jadi, pendidikan karakter adalah usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya (Wiyani, 2013: 16). Sejalan dengan hal itu menurut Aunillah (2011: 18) pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan. Tujuannya untuk melaksanakan nilainilai positif, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa. Ada beberapa karakter yang harus diajarkan kepada anak sejak usia dini yaitu sifat dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. (Aunillah ,2011: 23)
28
Sedangkan menurut Tridhonanto (2012: 36) nilai karakter yang harus dimiliki anak, yaitu: toleransi, kreatif, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu, jujur, sopan, peduli, bersahabat, cinta damai, kerja keras, sikap yang baik, menghargai, dan semangat kebangsaan. Sementara menurut Wiyani (2013: 18) karakter yang har us dibentuk pada anak sejak usia dini antara lain: kesopanan, kasih sayang, keindahan, bersahabat, kepatuhan, kedisiplinan, dan kemandirian. Dari beberapa nilainilai karakter tersebut Wiyani menyimpulkan bahwa ada dua karakter dasar yang harus dibentuk sejak usia dini, yaitu karakter mandiri dan karakter disiplin. Jika kedua karakter dasar tersebut telah terbentuk maka nantinya akan memudahkan orangtua dan guru PAUD dalam membentuk nilai karakter-karakter yang lainnya. Dari dua karakter dasar di atas yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian, dan pengendalian diri anak adalah karakter disiplin. Hal ini sejalan dengan pendapat Wantah (2005: 140) disiplin membantu anak untuk mengembangkan pengendalian diri. Dengan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya. Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah seperangkat kegiatan yang diberikan kepada anak untuk pembentukan kepribadian dan pengendalian diri anak, khususnya karakter disiplin.
29
b. Disiplin a) Pengertian Disiplin Wiyani (2013: 41) menjelaskan tentang arti disiplin secara etimologi. Kata “disiplin” berasal dari bahasa latin, yaitu “disciplina” dan “discipulus” yang berarti perintah dan murid. Jadi, disiplin adalah perinta h yang diberikan oleh orang tua kepada anak atau guru kepada murid. Perintah tersebut diberikan kepada anak atau murid agar ia melakukan apa yang diinginkan oleh orangtua dan guru. Sementara dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 237) terdapat tiga arti disiplin, yaitu tata tertib, ketaatan, dan bidang studi. Menurut Wantah dalam Ibung (2009: 82) mendefinisikan disiplin dimengerti sebagai cara untuk membantu anak agar dapat mengembangka n pengendalian diri. Dengan disiplin, anak dapat memperoleh batasan untuk memperbaiki
tingkah
lakunya
yang
salah.
Disiplin
mendorong,
membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya. Serta mengajarkan kepada anak bagaimana berfikir secara teratur. Menurut Wiyani (2013: 42)
hakikat kedisiplinan anak usia dini
adalah suatu pengendalian diri terhadap perilaku anak usia 0-6 tahun dalam berperilaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bisa berupa tatanan nilai, norma, dan tata tertib di rumah maupun di sekolah.
30
Sedangkan menurut Anonimous dalam Wantah (2005: 140) disiplin adalah suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangka n pengendalian diri. Dengan menggunakan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan yang puas karena kesetiaan dan kepatuhannya dan mengajarka n kepada anak bagaimana berfikir secara teratur. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan anak usia dini adalah sikap taat dan patuh terhadap peraturan yang berlaku, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tujuannya adalah menyiapkan anak untuk hidup bermasyarakat da n bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang ada. b) Ke butuhan Disiplin Bagi Anak Disiplin
sangat
penting
bahkan
merupakan
keharusan
bagi
pertumbuhan anak. Tumbuh kembang anak tidak hanya secara fisiologis, tetapi juga secara mental dan sosial. Perkembangan diri yang utuh da n sehat secara jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual adalah cerminan dari kualitas disiplin yang dialami dan dijalani oleh anak sejak dia dalam kandungan hingga ia lahir.
31
Menurut Hurlock (1999: 83) ada beberapa kebutuhan masa kanakkanak yang dapat diisi oleh disiplin antara lain adalah: 1. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. 2. Dengan disiplin, membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang mengakibatkan rasa
tidak
bahagia
dan
penyesuaian
yang
buruk.
Disiplin
memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. 3. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang benar akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai ta nda kasih sayang dan penerimaan. 4. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi yaitu mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. 5. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani. Dengan terpenuhinya
kebutuhan masa kanak-kanak oleh disiplin dapat
membantu anak merasa bahwa dirinya bagian yang dapat diandalkan dari masyarakat dan karena itu anak yakin bahwa ia diterima dalam lingkungan sekitarnya.
32
c) Unsur-Unsur Disiplin Disiplin sebagai kebutuhan perkembangan dan sekaligus upaya pengembangan anak untuk berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang di tetapkan oleh masyarakat. Untuk dapat berfungsi dengan baik, sebagai alat untuk memudahkan anak menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, disiplin harus memenuhi empat syarat utama. Berikut ada empat unsur disiplin yang harus terpenuhi, antara lain: 1. Peraturan Salah satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingka h laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Aturan tingkah laku tersebut ditetapkan oleh orangtua, guru, atau teman bermain (Wantah, 2005: 150). Menurut Yonny dan Yunus dalam Wiyani (2013: 43) peraturan merupakan pegangan bagi setiap orang dalam suatu komunitas. Dalam peraturan terdapat hadiah dan hukuman. Anak akan mendapatka n konsekuensi yang berimbang
jika melanggar atau menunjukka n
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut Ibung (2009: 85) peraturan adalah pola yang ditetapkan pada tingkah laku dengan tujuan untuk memberi batasan pada seseorang mengenai perilaku yang dapat dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu.
33
Dapat disimpulkan bahwa peraturan adalah kumpulan aturan untuk membentuk tingkah laku seseorang dengan ketentuan-ketentua n tertentu.
Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoma n
perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Menurut Wantah (2005: 151) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk peraturan di rumah, yaitu: anak harus bangun pagi, sholat subuh, mandi sendiri, ganti pakaian sekolah, tepat waktu dalam makan, tepat waktu ke sekolah, tidak mengganggu saudaranya, tidak berteriak, tidak mengambil barak milik saudara, mengerjakan pekerjaan rumah, tidak berkata kasar,dll. Sedangkan aturan yang mesti dipatuhi di sekolah, yaitu: peraturan mengenai seragam sekolah, penggunaan peralatan sekolah, dan peraturan sekolah yang lainnya. Peraturan dibuat untuk kegiatan anak dalam situasi dan kondisi tertentu. Peraturan mempunyai dua fungsi penting dalam menanamka n nilai disiplin anak, yaitu fungsi pendidikan dan fungsi preventif. Dikatakan sebangai fungsi pendidikan sebab peraturan merupakan alat untuk memperkenalkan perilaku yang disetujui suatu kelompok kepada anak. Kemudian, dikatakan memiliki fungsi preventif karena peratura n membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar peraturan dapat berfungsi dengan maksimal, maka peraturan harus memenuhi syarat sebagai berikut: mudah dimengerti, muda h diingat, mudah dilaksanakan, dan mudah dijalani oleh anak. Karena itu,
34
peraturan harus dibuat dan disampaikan pada anak dalam bahasa yang jelas sehingga anak mudah untuk mengingatnya. 2. Konsistensi Menurut Ibung (2009: 87)
Konsistensi dimaknakan sebagai
kecenderungan menuju arah kesamaan. Artinya ada kesamaan dalam situasi dan kondisi berbeda dengan tujuan yang tetap. Hal ini memungkinkan dipertahankannya suatu konsep tanpa harus menguba h peraturan, ketika kebutuhan anak berubah seiring dengan tumbuh kembangnya. Menurut
Wantah
(2005:168)
konsistensi
dalam
disiplin
mempunyai tiga peran yang penting, yaitu: 1) Mempunyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten, maka akan mengacu proses belajar anak. 2) Unsur konsistensi dalam disiplin mempunyai nilai motivasi bagi anak. Anak yang menyadari bahwa pemberian penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui masyarakat dan hukuman selalu mengikuti
perilaku
yang
dilarang,
akan
terdorong
untuk
bertingkahlaku menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui. 3)
Konsistensi dalam menjalankan aturan. Memberi hukuman dan penghargaan akan mempertinggi penghargaan anak terhadap peraturan dan pihak yang menjalankan peraturan itu.
35
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran konsistensi dalam disiplin, yaitu: untuk memberi kesempatan belajar pada anak, menguatka n motivasi agar anak disiplin, dan meningkatkan wibawa pemegang kuasa pada penerima peraturan. 3.
Hukuman Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggar atas peraturan tersebut mendapatkan konsekuensi yang setimpal atau hukuman. Sementara hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran atau aturan-aturan yang telah ditetapka n (Wiyani, 2013: 44). Menurut Anonimous dalam Wantah (2005: 157) mengemukakan bahwa tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak untuk melakuka n sesuatu yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku denga n menggunakan metode yang memberikan efek jera baik secara biologis maupun psikologis. Jera
artinya anak bertobat dan tidak aka n
mengulangi perbuatannya yang tidak sesuai dengan aturan. Menurut Wantah (2005: 157) ada empat jenis hukuman, yaitu: (1) hukuman fisik, (2) hukuman dengan kata-kata, (3) melarang, dan (4) hukuman dengan dipinalti. Dua jenis hukuman pertama dan kedua merupakan metode disiplin yang tidak efektif karena menyakitkan fisik dan perasaan anak. Sedangkan jenis hukuman ketiga dan keempat dapat digunak sebagai metode disiplin yang efektif atau sebagai hukuman. Menurut Ibung (2009: 88) fungsi dari hukuman adalah:
36
1. Mencegah berulangnya tindakan yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. 2. Mendidik anak mengenai arti suatu tindakan (bahwa ada tingkah laku yang diharapkan lingkungan dan ada yang tidak) serta nilai setiap tindakan. 3. Menguatkan motivasi anak untuk melakukan tindakan yang didukung lingkungan dan menghindari atau menghilangkan tindakan yang tidak sesuai harapan lingkungan. Kunci keberhasilan dari hukuman itu sendiri adalah kesesuaian hukuman dengan tahap perkembangan anak. Hukuman yang baik dilaksanakan segera setelah pelanggaran terjadi dengan diberi penjelasan kepada anak. 4. Penghargaan Penguatan positif adalah teknik terbaik untuk mendorong tingkah laku yang diinginkan. Penghargaan dapat mendorong orang lebih termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hukuman. Menurut Maslow dalam Wantah (2005: 164) penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan
dirinya.
Seseorang
akan
terus
berupaya
meningkatkan dan mempertahankan disiplin, apabila pelaksanaan disiplin itu menghasilkan prestasi dan produktivitas yang kemudian mendapatka n penghargaan.
37
Pemberian penghargaan harus didasarkan kepada prinsip bahwa penghargaan
itu
akan
memberi
motivasi
kepada
anak
untuk
meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan da n norma-norma. Dalam pelaksanaannya pemberian penghargaan perlu memperhatikan mutu perilaku dan jenis tindakan, tingkat perkembangan, usia, serta situasi dan kondisi dimana
penghargaan itu diberikan.
Menurut Ibung (2009: 98) bentuk dari pelaksanaan penghargaan kepada anak adalah pelukan, ciuman, sentuhan dibahu, pujian, hadiah dan perilaku istimewa. Menurut Wantah (2005: 165) mengemukakan bahwa fungsi dan peranan penting dalam pemberian penghargaan adalah: 1.
Penghargaan
mempunyai
nilai
mendidik. Penghargaan
yang
diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. 2.
Penghargaan
berfungsi
sebagai
motivasi
pada
anak
untuk
mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara sosial. 3.
Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penghargaan
merupakan bentuk penguatan positif yang mempunyai fungsi sebagai nilai mendidik bagi anak, sebagai motivasi anak melakukan perbuatan yang baik, dan memperkuat perilaku yang disetujui secara sosil.
38
d) Jenis-Jenis Kedisiplinan Bagi Anak Penerapan disiplin dalam bentuk apa pun, baik lisan maupun tindakan pada
dasarnya
dilakukan agar
anak
usia
dini
mampu
mengendalikan diri. Hal ini berarti anak usia dini mampu mengatur dirinya untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk. Ada beberapa jenis kedisiplinan menurut Imron dalam Wiyani (2013: 47) dalam menerapkan kedisiplinan pada anak, yaitu: 1. Otoriter Disiplin ini mengutamakan peraturan yang ketat agar tujuan yang ditetapkan tercapai. Dengan kondisi tersebut, orangtua atau guru bisa bebas dengan memberikan perintah yang positif kepada anak usia dini. Dalam penerapannya, hukuman sering dipakai untuk memaksa, menekan, dan mendorong seseorang anak untuk mematuhi atau mentaati peraturan. Anak usia dini yang diperlakukan secara otoriter akan menjadi kurang percaya diri dalam bergaul dengan teman sebayanya karena merasa ragu-ragu dengan apa yang dilakukannya dalam bergaul. Menurut Ibung (2009: 104) anak yang disiplin otoriter akan mengakibatkan (1) tidak mengembangkan moral anak, (2) tidak membuat anak menyadari tugas dan tanggung jawabnya, dan (3) tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengerti permasalahan. Maka dari itu disiplin menggunaka n cara Otoriter kurang efektif bagi perkembangan anak.
39
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan disiplin otoriter adalah disiplin yang mengutamakan peraturan yang ketat agar tujuan yang ditetapkan tercapai. 2. Permissive Dalam jenis disiplin ini anak usia dini diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam rumah maupun di sekolah. Peraturan yang berlaku di rumah ataupun di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat. Anak dibiarkan berbuat apa saja sepanjang perbuatan itu menurutnya baik. Penerapan disiplin permissive cenderung memberikan kebebasan apa saja dan sangat tidak kondusif untuk pembentukan karakter anak. Penerapan disiplin permissive dapat mengakibatkan anak mengalami kebingungan dalam mengambil tindakan apabila mengalami suatu kesulitan. Karena sudah fitrahnya anak membutuhkan arahan dan bimbingan dari orangtua untuk mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, pendidikan disiplin permissive adalah disiplin yang memberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam rumah maupun di sekolah dengan peraturan yang tidak mengikat anak. 3. Demokratis Disiplin
demokratis
ini
dibangun
berdasarkan
konsep
kebebasan yang bertanggung jawab, memberikan kebebasan seluasluasnya kepada anak usia dini untuk berbuat apapun, tetapi konsekuensi
40
dari perbuatan itu haruslah ia yang menanggungnya. Konsep ini merupakan gabungan dari disiplin otoriter dan permissive. Tujuan
dari
disiplin
ini
adalah
untuk
melatih
anak
mengembangkan kontrol atas tingkah laku mereka sendiri sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan, walau tanpa kontrol pihak lain. Dengan kata lain, anak belajar untuk bertanggung jawab. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan disiplin demokratis adalah disiplin yang memberikan kebebasan da n tanggung jawab kepada anak namun dalam setiap perbuatan yang dilakukan memiliki konsekuensi. e) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ke disiplinan Anak Usia Dini Kedisiplinan pada anak harus ditanamkan sejak dini dengan baik agar menghasilkan disiplin diri yang lebih kukuh dan terus menetap dalam diri anak. Menurut Lonan dan Lioew dalam Wantah (2005: 48) ada empat faktor yang mempengaruhi kedisiplinan anak usia dini, meliputi: 1.
Banyak-sedikitnya anggota keluarga Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pola disiplin yang baik terdapat pada keluarga yang mempunyai keluarga besar. Artinya, semakin besar jumlah anggota dalam keluarga, pemberian disiplin terhadap anak semakin membaik.
2.
Pendidikan orangtua Semakin
tinggi
pendidikan orangtua, ada
kecenderunga n
kedisiplinan anak semakin baik. Hal ini disebabkan pendidikan orang
41
tua berhubungan dengan besarnya komitmen untuk mengasuh anak. Orangtua yang berpendidikan menyediakan pengasuhan yang lebih sehat, higienis, dan mereka tanggap terhadap permasalahan anak. 3.
Jumlah balita dalam sebuah keluarga Dari hasil penelitian Lonan dan Lioew dalam Wantah (2005: 48) diketahui bahwa pola kedisiplinan yang baik terdapat pada keluarga yang mempunyai satu orang anak balita saja. Semakin banyak anak balita dalam keluarga, pola kedisiplinan yang baik semakin berkurang.
4.
Pendapatan orangtua Semakin besar pendapatan keluarga, maka semakin kecil pula pola kedisiplinan yang diterapkan oleh orangtua kepada anak. Karena, pada umumnya orangtua yang berpenghasilan besar sibuk bekerja dan pengasuhan khusus dalam pembentukan kedisiplinan pada anak biasanya sedikit terbengkalai. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dan pertama
yang sangat berpengaruh pada pembentukan kedisiplinan anak adalah lingkungan keluarga. Pendidikan disiplin anak dalam keluarga diberikan agar anak dapat mengontrol dirinya dalam bertingkahlaku sesuai dengan normanorma yang ada. Tujuannya agar kelak anak dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat.
42
2. Disiplin Dalam Keluarga a. Pengertian Keluarga Menurut Soelaeman dalam Shochib (2010: 17) memaparkan secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalani oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan
diri.
Dalam usaha
saling
melengkapi
dan
saling
menyempurnakan diri terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orangtua (Soelaeman dalam shochib, 2010: 17-18). Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami-istri untuk hidup bersama, setia, sekata, seiring dan setujuan dalam membina mahgliga rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan Allah SWT (Djamarah, 2004: 28). Menurut Djamarah (2004: 19) keluarga adalah ladang terbaik dalam penyemaian nilai-nilai agama. Orangtua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak.
43
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Satiardarma (2011: 121) keluarga adalah sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Tugas dan tanggung jawab orangtua adalah melahirkan, memelihara, merawat, mengasuh, membimbing, dan membentuk disiplin anak. Dalam upaya membimbing dan membentuk disiplin anak, orangtua biasanya menerapkan berbagai cara yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, atau cara-cara baru yang dia pelajari dari lingkungannya. b. Peran Orangtua Dalam Membe ntuk Karakter disiplin Anak Orangtua selaku pendidik secara alamiah akan membimbing da n membelajarkan anak dalam membentuk disiplin dengan aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga. Bimbingan dan pembelajaran mengenai aturan inilah yang juga disebut sebagai upaya pembentukan disiplin anak dalam keluarga. Menghadapi berbagai kewajiban dan tanggung jawab sosialnya, orangtua melalui kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan pengetahuan yang dimiliki berusaha untuk membentuk dan mengembangkan disiplin pada anak. Seperti, bagaiman bertingkah laku yang baik dan menghindari tingkah laku kurang baik yang tidak disukai oleh orang lain. Membentuk karakter disiplin pada anak usia dini membutuhkan sebua h pembiasaan dan ketekunan dari orangtua. Maka dari itu, diperlukan peran orangtua yang efektif dalam pengembangan dan pembelajaran disiplin sejak usia dini.
44
Menurut Wiyani (2013: 110) ada beberapa peran penting yang dilakuka n orangtua dalam membentuk karakter disiplin anak usia dini, yaitu: 1.
Konsistensi dalam me nerapkan peraturan Peraturan merupakan tatanan yang dibuat untuk mengatur seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan penggunaa n peraturan adalah untuk meningkatkan disiplin pada anak agar dapat belajar hidup bersama dengan orang lain. Apabila anak dibesarkan tanpa aturan yang baik, maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubunga n dengan orang lain. Beberapa manfaat dari diterapkannya peraturan pada anak usia dini, yaitu: a)
Anak usia dini belajar bertanggung jawab. Peraturan untuk anak usia dini harus dibuat secara bersama, yaitu antara orangtua dengan anak. Peraturan tersebut harus disepakati bersama, dengan harapan anak dapat belajar untuk bertanggung jawab atas perjanjian yang telah disepakati.
b) Anak usia dini mengerti arti sebuah konsekuensi (sebab-akibat). Apabila peraturan telah disepakati bersama antara orangtua dan anak, tentu mereka sudah mengetahui sebab-sebab dari dibuatnya peraturan dan akibatnya bila anak melanggar. Dalam penerapan peraturan tersebut terdapat konsekuensi yang harus diterima anak, yaitu berupa hukuman (punishment) dan penghargaan (reward). c)
Anak usia dini belajar patuh kepada orangtua. Dalam penerapan peraturan anak akan belajar untuk patuh terhadap orangtua, karena
45
anak mengetahui bahwa peraturan yang dibuat bersama itu demi kebaikan dirinya. d) Melatih daya ingat anak usia dini. peraturan yang dibuat orangtua biasanya disampaikan secara lisan dan melalui media gambar. Dengan adanya peraturan, anak akan belajar melatih daya ingat. Anak akan berusaha
untuk
mengingat
peraturan-peraturan
yang
telah
disampaikan dan berusaha untuk mematuhinya agar mendapatkan penghargaan dari orangtuanya. e)
Mempermudah dalam mendisiplinkan anak usia dini. Dalam menerapkan disiplin orangtua sering mengaitkannya dengan kekerasan untuk menunjukkan ketegasannya. Dengan adanya peraturan, orangtua dapat meminimalisasi hal tersebut dalam mendisiplinkan anak usia dini. Dalam penerapan peraturan diperlukan sikap yang konsistensi
(istiqamah) dari orangtua. Jangan terlalu banyak memuat peraturan yang akhirnya hanya menjadikan anak usia dini tidak dapat menerapkannya dengan baik. Lebih baik membuat sedikit peraturan tetapi harus dilaksanakan secara konsistensi (istiqamah). 2.
Memberikan hukuman yang sesuai Setiap orangtua dapat dikatakan tidak pernah ada yang tidak menghukum anaknya. Dalam batas-batas tertentu, hukuman dapat bersifat wajib dan dapat juga menjadi dilarang. Hukuman bersifat wajib jika ditujukan sebagai tindakan preventif agar anak menjadi lebih baik, lebih
46
santun, dan lebih berguna bagi teman dan lingkungan tempat dia tinggal. Pemberian hukuman menjadi dilarang jika berefek buruk, yaitu membuat anak terpuruk, sedih, frustasi, bahkan depresi. Dengan demikian hukama n ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat dilarang. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh orangtua agar hukuman yang diberikan kepada anak berguna, yaitu: a)
Hukuman hanya diberikan jika anak berperilaku buruk. Ketika perilaku buruk muncul, orangtua harus tetap konsisten untuk melakukan hukuman.
b) Hukuman harus dilaksanakan segera setelah perilaku yang buruk dilakukan oleh anak. c)
Hukuman tidak boleh dilakukan di depan anak-anak lain karena akan mempermalukan anak dan menjadikan dia marah ke orangtuanya.
d) Orangtua harus bisa menjaga perilaku yang salah, jangan sampai diberi hadiah. e)
Anak tidak boleh dihukum terlalu berat atau terlalu sering karena anak mungkin akan melarikan diri. Anak yang biasanya dihukum secara fisik (bersifat kerugian) akan
meninggalkan kesedihan, ketakutan, dan kemarahan yang mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Selain itu, hukuman yang diberikan dapat memupuk kekerasan dan kemarahan dalam diri anak. Melihat dampaknya yang kurang efektif bagi anak, maka lebih baik hukuman tidak digunaka n untuk membentuk karakter disiplin anak.
47
3.
Memberi penghargaan Kata
penghargaan
atau
punishment
digunakan
untuk
mengungkapkan hasil atau perbuatan yang baik. Penghargaan yang diberikan tidak hanya berupa materi melainkan juga berupa nonmateri, seperti: pujian, acungan jempol, senyuman, pelukan, tepuk tangan, ata u bisa juga dengan tepukan di punggung. Terdapat beberapa perana n penghargaan dalam membentuk karakter anak usia dini, antara lain: a) Penghargaan mempunyai muatan atau nilai edukasi. b) Penghargaan dapat berfungsi sebagai dorongan untuk melakukan perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku. c) Penghargaan mempunyai fungsi untuk memperkuat perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku. 4.
Membatasi kritikan pada anak usia dini Orangtua sebaiknya membatasi kritikan terhadap perilaku buruk anak usia dini. jika anak sering dikritik oleh orangtuanya, hal itu aka n membuat anak merasa dirinya buruk dan lambat laun anak akan merasa bahwa dia tidak dapat mengerjakan apapun. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk membatasi mengkritik anak dan dapat menerima hasil dari setiap usaha yang dilakukan anak, walaupun belum sesuai dengan yang diharapkan. Jika anak melakuka n sesuatu dengan benar, ia akan merasa senang dan itu akan mendorongnya untuk melakukannya lagi dan lagi sehingga lama-kelamaan anak menjadi terampil untuk menyelesaikan tugasnya.
48
5.
Menanamkan nilai-nilai kebaikan sesering mungkin Orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama yang mempunyai waktu dan ruang yang lebih banyak untuk mengenalka n sekaligus menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya. Nilai-nilai kebaikan seperti terbiasa bermain bergantian, tidak suka memaksaka n kehendak, terbiasa menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak suka membuang sampah sembarangan. Penanaman nilai-nilai kebaikan di atas akan menumbuhkan kecintaan anak pada hal-hal yang telah biasa ia lakukan. Oleh karena itu, diperlukan waktu dalam penanaman nilai-nilai kebaikan tersebut. Agar anak memahami bahwa apa yang ia lakukan itu adalah sebagai tugas dan tanggung jawab yang dilakukannya secara konsisten. Konsisten juga mutlak diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Kerja sama antara orangtua dengan lingkunga n sekitar sangat diperlukan untuk meraih keberhasilan dalam pelaksanaa n pendidikan disiplin dalam keluarga bagi anak usia dini. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini akan melihat pendidikan disiplinan dalam keluarga dari segi peran orangtua, yaitu: konsistensi dalam menerapkan peraturan, memberikan hukuman yang sesuai, memberi penghargaan, membatasi mengkritik anak usia dini, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan sesering mungkin.
49
3.
Kedisiplinan Anak di Sekolah a. Pengertian sekolah Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 892) sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan menurut Desmita (2012: 232)
sekolah merupakan
lingkungan artifisal yang sengaja dibentuk untuk mendidik dan membina generasi muda kearah tujuan tertentu. Terutama untuk membekali ana k dengan pengetahuan dan kecakapan hidup yang dibutuhkan di kemudian hari. Sebagai lembaga pendidikan sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak-anak. Ada dua fungsi utama sekolah bagi anak menurut Dusek dalam Desmita (2012: 232) yaitu: (1) memberi kesempatan bagi anak untuk tumbuh secara sosial dan emosional, (2) membekali mereka denga n pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. b. Peran Guru Dalam Me mbentuk Karakter Kedisiplinan Anak Seorang guru harus mampu dan terampil dalam menyusun berbagai strategi pembelajaran. Dapat menciptakan suasana belajar dan mampu mengintegrasikan pembelajaran kedisiplinan dalam aktivitas belajar anak. Sehingga anak dapat bekerja sama dan bertingkah laku dengan baik selama pembelajaran sedang berlangsung. Maka dari itu, seorang guru harus menjadi contoh suri taulada bagi anak muridnya.
50
Dalam pembelajaran guru harus memperlihatkan contoh konkrit dalam semua hal yang diajarkan, karena anak usia dini dalam masa perkembangan periode pra operasional. Artinya, mereka belum dapat memikirkan hal-hal yang kompleks dan abstrak (Santrock dalam Yamin, 2013: 79). Berbagai faktor yang menyebabkan anak melanggar disiplin di sekolah seperti aturan yang terlalu kaku, guru menyampaikannya kurang jelas, dan penerapannya yang tidak konsisten. Padahal dari sisi anak, mereka tidak menyadari telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Guru perlu menyusun peraturan dengan baik dan konsisten akan mendorong anak untuk melaksanakan peraturan serta dapat membina kerjasama untuk mentaati peraturan tersebut. Aturan yang tersusun baik dan dilaksanakan secara konsisten akan membantu anak untuk tumbuh da n berkembang menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Sebaliknya, jika aturan yang disusun tidak realistis atau tidak adil hanya mementingka n kepuasan pendidikan, maka pendidik telah melatih anak untuk melakuka n sesuatu yang kurang baik dan pada akhirnya akan merugikan ana k dikemudian hari. Dengan adanya aturan yang baik dan konsisten dari guru maka anak dapat menjalankan peraturan tersebut dengan bahagia. Untuk itu, guru perlu untuk memberlakukan peraturan pada anak mulai dari satu aturan pada satu kesempatan, dan seterusnya sehingga anak mulai dari satu aturan
51
pada satu kesempatan, dan berikutnya sehingga anak akan terbiasa untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Berhasilnya tersebut merupaka n upaya guru untuk menanamkan dan mengajarkan disiplin pada anak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin pada anak menurut Aunillah
(2011: 56), diantaranya
adalah sebagai berikut: 1. Konsistensi Dalam hal ini, guru harus membuat kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik selama ia berada di lingkungan sekolah, seperti kesepakatan untuk tidak membuang sampah di sembarangan tempat, tidak membuat gaduh, masuk tepat waktu, dan mematuhi berbagai peraturan yang telah ditetapkan. Bersikap konsistensi dalam mematuhi peraturan dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri peserta didik. 2. Bersifat jelas Cara lain yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan sikap disiplin pada peserta didik adalah membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk melakukannya. Sebaliknya, peraturan yang kurang jelas dan cenderung berbelit-belit dapat menjadikan peserta didik merasa enggan untuk mematuhi peraturan tersebut sehingga ia akan melakukan pemberontakan dengan cara melanggarnya.
52
3. Memperhatikan harga diri Jika
ada
peserta
didik
yang
melakukan
pelanggaran
kedisiplinan, sebaiknya guru jangan menegurnya di depan banyak anak. Cara seperti itu dapat membuatnya merasa malu dan cenderung berusaha mempertahankan sikapnya. 4. Sebuah alasan yang bisa dipahami Jika guru hendak memberikan peraturan kepada anak, sebaiknya juga memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut. Jangan biarkan anak menerima peraturan itu tanpa pemahaman yang memadai tentangnya. Sebaliknya dengan memberikan alasan yang mudah dipahami, anak akan mentaati peraturan tersebut dengan penuh kesadaran diri. 5. Menghadiahkan pujian Tidak ada salahnya jika guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada peserta didik apabila ia telah mematuhi peraturan dan tertib kedisiplinan yang ada disekolah. Sebuah pujian yang dikatakan secara jujur dan terbuka oleh seorang guru akan menyebabkan peserta didik merasa dihargai sehingga ia tidak merasa tertekan dengan adanya peraturan tersebut. 6. Memberikan hukuman Apabila guru memang terpaksa memberikan hukuman, sebaiknya ia berhati-hati dalam menghukum. Hukuman hendaknya
53
tidak sampai menyakiti fisik dan psikologi anak. Guru harus memberi hukuman yang bersifat mendidik. 7. Bersikap luwes Guru harus mampu bersikap luwes dalam menegakkan disiplin. Hindari bersikap kaku terhadap peserta didik dalam menegakkan peraturan agar ia tidak merasa tertekan. Sebaiknya peraturan dan hukuman harus disesuaikan dengan situasi peserta didik. 8. Melibatkan peserta didik Dalam membuat peraturan, peserta didik sebaiknya dilinbatkan di dalamnya. Hindari membuat peraturan secara sepihak karena hal itu dapat menimbulkan pertentangan pada dirinya. Dengan melibatkan peserta didik, setidaknya guru mengerti sesuatu yang diinginkan oleh peserta didik terhadap lingkungan sekolahnya. 9. Bersikap tegas Bersikap tegas bukan berarti bersikap kasar. Ketegasan dalam hal ini lebih berarti sebagai keseriusan guru dalam menerapkan peraturan kedisiplinan itu. Sehingga, dengan sendirinya, guru juga harus berusaha menaatinya. 10. Tidak e mosional Dalam menghukum peserta didik, sebaiknya guru menghindari emosi yang berlebihan. Guru jangan menghukum peserta didik saat guru sedang marah. Sebab, itu dapat membuat guru tidak objektif dalam memperlakukan peserta didik.
54
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam membentuk kedisiplinan anak di sekolah, sebagai berikut: konsistensi dalam menerapkan peraturan, peraturan bersifat jelas, memperhatikan harga diri anak, sebuah alasan yang bisa dipahami anak, menghadiahkan pujian, memberikan hukuman, bersikap luwes, melibatkan peserta didik dalam membuat peraturan, bersikap tegas, dan tidak emosional. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan AUD (2011: 21) Indikator nilai-nilai kedisiplinan pada anak usia dini dapat dilihat dari segi nilai yang berkaitan dengan ketertiban dan keteraturan anak di sekolah, seperti: 1. Selalu datang tepat waktu 2. Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu. 3. Menggunakan benda sesuai dengan fungsinya. 4. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya. 5. Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati 6. Tertib menunggu giliran. 7. Menyadari akibat bila tidak disiplin Berdasarkan penjelasan di atas
maka penelitian ini akan melihat
kedisiplinan anak disekolah dari segi nilai yang berkaitan dengan ketertiban dan keteraturan anak di sekolah, yaitu: selalu datang tepat waktu, anak dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya, mengambil dan mengembalikan
55
benda pada tempatnya, berusaha mentaati aturan yang telah disepakati, tertib menunggu giliran, dan menyadari akibat bila tidak disiplin. 4. Hubungan Pendidikan Disiplin dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Anak di Sekolah Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian terutama sikap disiplin dalam diri anak. Orangtua menginginkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
dengan
baik
sampai
dewasa
sehingga
mereka
dapat
mengendalikan dirinya. Menurut Wantah (2005: 175) jika anak tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dari sikap orangtua yang kurang baik, maka hal ini akan terbawa sampai anak menjadi dewasa. Anak bersikap kurang baik mencontoh apa yang dilakukan ole h orangtua. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2007: 134)
bahwa
penegasan kekuasaan yang dilakukan orangtua menjadi model yang buruk bagi pengendalian diri anak, anak akan meniru model buruk itu ketika anak menghadapi situasi yang menyebabkan stress di lingkungan sekitarnya. Misalnya anak yang agresif meniru ayahnya yang sering menggunakan hukuman fisik. Ia akan memukul adiknya dengan berbagai cara hukuman fisik seperti yang dilakukan ayahnya. Dengan pengalaman seperti itu, pada waktu anak di sekolah ia akan meniru cara ayahnya untuk mengatasi masalah. Misalnya jika anak tidak menyukai apa yang dilakukan oleh temannya maka anak tersebut akan langsung memukulnya (Wantah, 2005: 191). Untuk itu para orangtua harus
56
menunjukkan perilaku yang baik di depan anak, misalnya memberi teknik hukuman kepada anak tanpa menunjukkan kekerasan. Hasil penelitian Reynolds dalam Shochib (2010: 8) menyatakan bahwa anak yang berhasil di sekolah adalah anak yang berlatar belakang dari keluarga yang berhubungan akrab, penuh kasih sayang, dan menerapkan disiplin berdasarkan kecintaan. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa ada hubungannya antara pendidikan disiplin dalam keluarga denga kedisiplinan anak disekolah. Anak yang mendapatkan pendidikan disiplin yang negative dalam keluarga akan berpengaruh pada kedisiplinan anak di sekolah dengan perilaku yang buruk, begitu juga anak yang mendapatkan kedisiplinan yang positif dalam keluarga akan berpengaruh pada kedisiplinan anak di sekolah dengan perilaku yang baik. B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini yaitu: 1. Penelitian Bintari, (2013) yang berjudul pengaruh pola asuh orang tua terhadap penanaman nilai-nilai kedisiplinan siswa di SD 2 Gajah Demak. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang positif antara pola asuh orang tua terhadap penanaman nilai-nilai kedisiplinan siswa di SD 2 Gajah Demak dengan nilai kolerasi sebesar 0,967. 2. Penelitian Mardiana, (2014) yang berjudul Hubungan pelaksanaan kemandirian anak dalam keluarga dengan pelaksanaan kemandirian anak di sekolah Paud Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini menunjukkan
57
bahwa ada hubungan yang kuat atau tinggi antara pelaksanaan kemandirian anak di rumah dengan pelaksanaan kemandirian anak di sekolah dengan nilai kolerasi sebesar 0,753. C. Kerangka Berfikir Penelitian ini, memfokuskan pada hubungan pendidikan disiplin anak dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak disekolah. Variabel X yaitu pendidikan disiplin anak dalam keluarga sedangkan variabel Y adalah kedisiplinan anak di sekolah.
Variable X
Variabel Y
Pendidikan disiplin dalam
Kedisiplinan anak di
keluarga
sekolah
Gambar Tabel 2.1 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan, sebagai berikut: Ha = Terdapat hubungan yang positif antara pendidikan disiplin dalam keluarga (X) terhadap kedisiplinan anak di sekolah (Y). Ho = Tidak terdapat hubungan yang positif antara pendidikan disiplin dalam keluarga (X) terhadap kedisiplinan anak di sekolah (Y).
58
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah Kelompok B PAUD IT Iqra’ Bandaraya Kota Bengkulu. B. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu, terletak di jalan Bandaraya RT 1 Kelurahan Rawa Makmur Permai Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B yang terdiri dari empat kelas yaitu: B1, B2, B3, dan B4. b. Waktu Penalitian Pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada
tahun ajaran
2014/2015. Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Desember 2014. Sedangkan, seminar proposal, perbaikan proposal, pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan, compre dan seminar hasil di bulan Januari dan Februari 2015. Selanjutnya, pada bulan Maret 2015 penyusunan skripsi sampai dengan penyempurnaan skripsi yang dapat dilihat secara rinci pada tabel 3.1, sebagai berikut:
59
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kegiatan
Desember
Januari
1 2 3 4
1 2 3 4
Februari 1 2
Maret
3 4 1 2
3 4
Penyusunan proposal Seminar proposal Perbaikan proposal Pelaksanaan penelitian Penyusunan laporan Compre dan seminar hasil Perbaikan laporan Sidang skripsi Penyempurnaan laporan
C. Metode Penelitian Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kuantitatif. Metode deskritif kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial, penelitian kuantitatif diolah dan dianalisis dengan statistik (Sugiyono, 2014: 7). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan korelasional. Menurut Arikunto (2006: 270) Korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat
60
menentukan tingkat hubngan antara variabel-variabel ini. Jadi dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui adakah hubungan yang positif antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2014:
80-81)
populasi
adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua anak kelompok B di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 51 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut ini: Tabel 3.2 Populasi Anak Didik di Kelompok B PAUD IT Iqra’ NO. 1 2 3 4
Kelas B1 B2 B3 B4 Jumlah
Jumlah anak 13 13 13 12 51
Sumber: Rekapitulasi data anak di PAUD IT Iqra’
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,2006: 131).
61
Menurut Arikunto (2006: 134) apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya menggunakan sampel total. Selanjutnya, apabila objeknya besar dapat diambil 10%, 15%, 20%, 25% atau lebih di sesuaikan dengan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga, dan dana yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi karena populasi kurang dari 100 (total sampling). Dimana jumlah anak B di PAUD IT Iqra’ Bandaraya sebanyak 51 orang anak. E. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang berupa angka-angka guna melengkapi penelitian ini, yaitu: hubungan pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. b. Sumbe r Data Beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer, yaitu pengumpulan data secara langsung dari lapangan ata u tempat penelitian. a) Data tentang pendidikan disiplin dalam keluarga diperoleh dari orangtua anak dengan menggunakan angket atau kuesioner. b) Data tentang kedisiplinan anak di sekolah diperoleh dari guru dengan menggunakan angket atau kuesioner. 2. Data Sekunder, yaitu sumber data penilitian yang diluar kata-kata denga n sumber data tertulis.
62
a) Data-data yang diperoleh dari sekolah, seperti: daftar nama anak, Biodata anak, dan daftar nama guru. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau prosedur pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan alat/instrument untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angket Menurut Arikunto (2006: 225) angket adalah kumpulan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Sedangkan menurut Sugiyono (20014: 142) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan skala penilaian. Angket tertutup adalah angket yang materi atau daftar pertanyaan dan alternative pilihan jawaban telah disediakan atau disiapkan, disusun sedemikian rupa sehingga calon responden dapat mengisi dengan mudah (Sugiyono, 2014: 143). 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu pengumpulan bukti-bukti dan keterangan yang menggambarkan gejala yang akan diselidiki. Teknik dokumentasi yang akan mendukung berjalannya penelitian ini yaitu berupa data-data yang
63
mendukung, seperti: daftar nama anak, identitas anak dan daftar nama guru di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. 3. Konsep dan Pengukuran Variabel Menurut Sugiyono (2014: 11) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Berdasarkan penelitian ini, variabel penelitian terdiri atas dua variabel, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. a.
Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan disiplin anak dalam keluarga (X).
b.
Variabel
dependen
(variabel
terikat)
merupakan
variabel
yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independe n (bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan anak di sekolah (Y). Menurut Sugiyono (2014: 93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya di variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun ite m instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
64
Untuk
mengukur
variabel-variabel
ini,
peneliti
menggunakan
instrument angket yang disebarkan kepada orangtua anak dan guru di PAUD IT Iqra’ yang dijadikan sampel penelitian. Instrument angket ini terdiri dari lima pilihan jawaban ( Sugiyono, 2014: 94), sebagai beikut: 1) Sangat sering 2) Sering 3) Kadang-kadang 4) Hampir tidah pernah 5) Tidak pernah Berdasarkan penjelasan di atas pilihan jawaban angket terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu: sangat sering, sering, kadang-kadang, hampir tidak pernah, dan tidak pernah. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori jawaban yaitu positif dan negatif. Kategori jawaban positif jika bentuk pernyataan tersebut menyatakan perbuatan yang baik, sedangkan kategori jawaban negatif jika bentuk pertanyaan tersebut menyatakan perbuatan yang kurang baik. Untuk mengukur kategori jawaban positif sangat sering diberi skor 5, sering diberi skor 4, kadang-kadang diberi skor 3, hampir tidak pernah diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Sedangkan, untuk mengukur kategori jawaban negatif sangat sering diberi skor 1, sering diberi skor 2, kadang-kadang diberi skor 3, hampir tidak pernah diberi skor 4, dan tidak pernah diberi skor 1.
65
4. Kisi-kisi Angket Untuk mengukur pendidikan disiplin dalam keluarga dan kedisiplinan ana k di sekolah, peneliti menggunakan instrument kuesioner yang disebarkan kepada orangtua anak dan guru di PAUD IT Iqra’. Kisi-kisi instrument kuesioner terdiri dari 34 butir soal, yaitu: Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Pendidikan Disiplin dalam Keluarga dan Ke disiplinan Anak di Sekolah Variabel Penelitian
Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga
Kedisiplinan Anak di Sekolah
Indikator
No Item Instrume n 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10,11,12 13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22 23,24,25,26,27,28, 29 30,31
Jumlah Item 12
32,33,34
3
1. Selalu datang tepat waktu
1,2,3,4
4
2. Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu 3. Menggunakan benda sesuai dengan fungsinya 4. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya 5. Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati 6. Tertib menunggu giliran 7. Menyadari akibat bila tidak disiplin
5,6,7
3
8,9,10,11
4
12,13,14,15,16,17, 18
7
19,20,21,22,23,24, 25,26,27,28 29,30,31 32,33,34
10
1. Konsistensi dalam menerapkan peraturan 2. Memberikan hukuman yang sesuai 3. Memberi penghargaan 4. Membatasi kritikan pada anak usia dini 5. Menanamkan nilai-nilai kebaikan sesering mungkin
10 7 2
3 3
66
5. Kalibrasi (Uji Coba) Instrument Penelitian a. Pengujian Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditasan atau keabsahan suatu instrument. Suatu instrument yang kurang valid mempunyai validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Menurut Sugiyono (2014: 125) jenis-jenis dalam pengujian validitas instrument terdiri dari validitas konstruksi, validitas isi, dan validitas eksternal. Berdasarkan keterangan tersebut maka peneliti menggunakan pengujian dengan validitas konstruksi. Validitas konstruksi menggunakan pendapat dari para ahli (judgment experts). Setelah instrument dikonstruksi tentang aspekapek yang akan di ukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Para ahli akan memberi keputusan, seperti: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan dirombak total. Dalam penelitian ini menggunakan 3 orang pakar. Setelah angket disusun berdasarkan kisi-kisi yang ada maka peneliti melakukan uji validitas angket dengan cara uji pakar. Jumlah item angket sebanyak 34 butir soal untuk pendidikan disiplin dalam keluarga dan 34 butir soal untuk kedisiplinan anak di sekolah yang nantinya akan disebarkan oleh guru dan orangtua anak. Berdasarkan hasil uji validasi angket pendidikan disiplin dalam keluarga sebagai berikut: pertanyaan yang valid tanpa perbaikan sebanyak 18 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 16, 17, 18, 20,
67
21, 22, 23, dan 33. Sedangkan, pertanyaan yang valid dengan perbaikan sebanyak 14 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 6, 11, 15, 19, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 34. Selanjutnya, pertanyaan yang tidak valid atau rombak total sebanyak 2 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 13 dan 14. Sehingga, total keseluruhan angket setelah divalidasi sebanyak 34 butir pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan hasil uji validasi angket kedisiplinan anak di sekolah sebagai berikut: pertanyaan yang valid tanpa perbaikan sebanyak 19 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, dan 31. Sedangkan, pertanyaan yang valid dengan perbaikan sebanyak 14 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 23, 28, 32, 33, dan 34. Selanjutnya, pertanyaan yang tidak valid atau rombak total sebanyak 1 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan nomor 18. Sehingga, total keseluruhan angket setelah divalidasi sebanyak 34 butir pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran 13. G. Teknik Analisis Data Statistik 1. Untuk mengetahui rata-rata (Mean) tentang data pendidikan disiplin dalam keluarga dan kedisiplinan anak di sekolah akan diolah dengan rumus ( Aqib,dkk, 2009: 204-205) :
Σx
𝑥= N
68
Keterangan:
𝑥
: Nilai rata-rata
∑X
: Jumlah nilai yang diperoleh
N
: Jumlah Anak
Jumlah skor untuk variabel X (Pendidikan disiplin dalam keluarga) dan variabel Y (Kedisiplinan anak di sekolah)
dikategorikan menjadi
sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Pada masing-masing variabel ini terdapat 34 petanyaan, dengan nilai tertinggi adalah 170 da n nilai terendah adalah 34. Dalam menentukan kategori kelas interval (i) adalah dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2014: 80) sebagai berikut:
𝐼=
I=
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 170− 34 5
I = 27,2
(di bulatkan menjadi 27)
Berdasarkan keterangan di atas maka rentang kelas interval dalam penelitian ini adalah 27. Jadi, untuk mengetahui tingkat pendidika n disiplin dalam keluarga yang diterapkan oleh orangtua menggunaka n ketentuan sebagai berikut:
69
Tabel 3.4 Kriteria Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga No Kelas Interval Kriteria 1 146 – 173 Sangat Baik 2 118 – 145 Baik 3 90 – 117 Cukup 4 62 – 89 Kurang 5 34 – 61 Sangat Kurang Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan anak di sekolah yang diamati oleh guru menggunakan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.5 Kriteria Kedisiplinan Anak di Sekolah No 1 2 3 4 5
2.
Kelas Interval 146 – 173 118 – 145 90 – 117 62 – 89 34 – 61
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Untuk menentukan persentase variabel X (Pendidikan disiplin dalam keluarga) dan variabel Y (Kedisiplinan anak di sekolah) maka dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
𝑓 𝑛
𝑥 100%
Keterangan: P : Persentase f : Jumlah frekuensi n : Number of cases (banyak individu) (Riduwan, 2013: 15)
70
3.
Untuk data hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah peneliti menggunakan analisa statistic dengan rumus kolerasi product moment. Secara operasional analisis teknik kolerasi dilakukan dengan rumus, sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =
𝑁𝛴𝑋𝑌 −(Σ𝑋) Σ𝑌 𝑁𝛴 𝑥 2 − Σ𝑥 2 N ΣY 2 −(ΣY)2
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦
=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= Jumlah responden
𝛴𝑥 y
= Jumlah perkalian antara variabel x dan y
∑𝑥 2
= Jumlah kuadrat dari nilai x
∑𝑦 2
= Jumlah kuadrat dari nilai y
∑𝑥
= Jumlah seluruh skor X
∑𝑦
= Jumlah seluruh skor Y (sumber : Arikunto, 2006: 170) Menurut Sugiyono, (2014: 184) apabila terdapat angka indeks
kolerasi yang telah diperoleh dari pertimbangan (proses komputasi) dapat diberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam memberika n interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya menggunakan pedoman sebagai berikut:
71
Tabel 3.6 Angka Indeks Korelasi “r” Product Mome nt Besarnya “r” product Moment 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah atau sangat lemah Rendah atau lemah Sedang Kuat atau tinggi Sangat kuat atau sangat tingggi
Sumber : Sugiyono, (2014: 184)
4. Untuk menguji taraf signifikan dengan rumus t-test, yaitu: 𝑡 hitung =
𝑟 𝑛 −2 1−𝑟2
Keterangan: r : Nilai koefisien kolerasi n : Jumlah sample (Riduwan, 2013: 229) 5. Menghitung koefisien penentu atau sering disebut koefisien determinasi, sebagai berikut: 𝑘𝑑 = 𝑟 2 × 100% Keterangan : r2 = koefisien korelasi (Riduwan, 2013: 229)
72
H. Hipotesis Statistik Dengan kriteria sesuai hipotesis dan membandingkan rhitung dengan rtabel, pada tingkat kepercayaan 95% dan ∝ = 00,05 sebagai berikut: a.
Jika rhitung > rtabel, maka Ha di terima, artinnya terdapat hubungan yang positif antara pendidikan disiplin anak dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu.
b.
Jika rhitung < rtabel, maka Ho di tolak, artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara pendidikan disiplin anak dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu.
73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik pengumpulan data dan penyebaran kuesioner kepada responden, tenyata semua kuesioner telah diisi dan memenuhi syarat untuk dianalisis. Data kuesioner yang telah terkumpul sebanyak 102 kuesioner dari 51 responden masih berupa data mentah yang harus diolah dan dianalisa agar dapat diambil suatu kesimpulan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: Data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner pendidikan disiplin dalam keluarga yang di berikan kepada orangtua/wali murid anak dan kuesioner kedisiplinan anak di sekolah yang di berikan kepada guru kelas. Data sekunder berupa dokumentasi penelitian dan dokumen pendukung dalam penelitian ini, seperti: daftar nama guru, daftar nama anak dan identitas anak. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu pada kelompok B. Hasil penelitian yang telah diperoleh dideskripsikan secara rinci untuk masing-masing variabel. Pembahasan variabel dilakukan dengan data kuantitatif, maksudnya adalah data yang diolah berbentuk angka a tau skor yang kemudian ditafsirkan secara deskritif. Data variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini meliputi: (a) pendidikan disiplin dalam keluarga (X), (b) kedisiplinan anak di sekolah (Y). Berikut dijelaskan secara rinci mengenai deskripsi data hasil penelitian untuk masing-masing variabel.
74
a) Deskripsi Data Pendidikan Disiplin dalam Keluarga (Variabel X) Pada angket variabel X, yaitu: pendidikan disiplin dalam keluarga terdapat beberapa indikator yang dijadikan pedoman untuk membuat angket sebagai instrumen penelitian. Adapun indikator yang diteliti dalam variabel pendidikan disiplin dalam keluarga adalah: (1) Konsistensi dalam menerapkan peraturan (2) Memberikan hukuman yang sesuai (3) Memberi penghargaan (4) Membatasi kritikan pada anak usia dini (5) Menanamkan nilai-nilai kebaikan sesering mungkin. Berdasarkan indikator penelitian tersebut dilakukan penyebaran angket pendidikan disiplin dalam keluarga kepada orangtua anak kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dengan jumlah angket sebanyak 34 butir pertanyaan dan jumlah responden 51 orang, soal tersebut berbentuk pilihan ganda dengan lima kategori jawaban. Kemudian orangtua menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu kategori pilihan jawaban yang telah disediakan. Data yang diperoleh berdasarkan jawaban responden tentang pertanyaa n mengenai pendidikan disiplin dalam keluarga dilakukan perhitungan dengan statistik sederhana, maka dapat diketahui kategori kelas interval tentang pendiikan disiplin yang diberikan orangtua di rumah pada anak kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu, sebagai berikut:
75
Tabel 4.1 Skor Data Pendidikan Disiplin Anak Dalam Keluarga di Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu No
Kelas Interval
F
%
1.
Kriteria Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga Sangat Baik
146 – 173
9
17,7%
2.
Baik
118 – 145
42
82,3%
3.
Cukup
90 – 117
-
-
4.
Kurang
62 – 89
-
-
5.
Sangat Kurang
34 – 61
-
-
51
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar data pendidikan disiplin dalam keluarga berada pada kelas interval 118 – 145 dengan jumlah frekuensi 42 resonden atau 82,3% menunjukkan kriteria yang baik. Kemudian pada kelas interval 146 – 173 dengan jumlah frekuensi 9 responden atau 17,7% menunjukkan kriteria yang sangat baik. Sedangkan pada kelas interval 90 - 117 (cukup), 62 – 89 (kurang) dan 34 – 61 (sangat kurang) tidak memiliki jumlah frekuensi atau nol. Maka, distribusi frekuensi data di atas menunjukkan pendidikan disiplin yang diberikan orangtua di rumah pada anak kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam kriteria yang baik. Selanjutya, data
yang disajikan dalam tabel 4.1 di atas dapat
divisualisasikan dalam bentuk histogram. Sajian data dalam bentuk histogram akanx mempermudah upaya memahami data secara keseluruhan. Histogram data x
pendidikan disiplin dalam keluarga disajikan dalam gambar 4.1, sebagai berikut:
76
50 40 30 20 10 0
42
9
y 34 - 61
62 - 89
90 - 117
118 - 145
146 - 173
Gambar 4.1 Histogram Data Pendidikan Disiplin dalam Keluarga
Selanjutnya, data tentang pendidikan disiplin dalam keluarga akan dicari perhitungan rata-ratanya berdasarkan tabel (lampiran 5). Data yang diperoleh dilakukan perhitungan dengan statistik sederhana dengan hasil Σx = 7022 dan n = 51 sehingga rata-rata skornya, yaitu:
𝑥= 𝑥
Σx N
=
7022 51
= 137,7
= Rata-rata skor angket
∑X = Jumlah total dari skor angket N = Jumlah anak Jadi rata-rata skor pendidikan disiplin dalam keluarga pada anak yang sedang bersekolah di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu adalah 137,7 dengan kriteria baik. Hal ini berarti orangtua sudah menanamkan sikap disiplin dalam diri anak sudah baik dalam menerapkan peraturan kepada anak.
77
b) Deskripsi Data Kedisiplinan Anak di Sekolah (Variabel Y) Pada angket variabel Y, yaitu: kedisiplinan anak di sekolah terdapat beberapa indikator yang dijadikan pedoman untuk membuat angket sebagai instrumen penelitian. Adapun indikator yang diteliti dalam variabel pendidikan disiplin dalam keluarga adalah: (1) Selalu datang tepat waktu (2) Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu (3) Menggunakan
benda
sesuai
dengan
fungsinya
(4)
Mengambil
dan
mengembalikan benda pada tempatnya (5) Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati (6) Tertib menunggu giliran (7) Menyadari akibat bila tidak disiplin. Berdasarkan indikator penelitian tersebut dilakukan penyebaran angket kedisiplinan anak di sekolah kepada PAUD IT Iqra’
empat orang guru kelas kelompok B
Kota Bengkulu dengan jumlah angket sebanyak 34 butir
pertanyaan dan jumlah responden 51 orang, soal tersebut berbentuk pilihan ganda dengan lima kategori jawaban. Berikut dijelaskan secara rinci rata-rata skor kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Data yang diperoleh berdasarkan jawaban responden tentang pertanyaan mengenai kedisiplinan anak di sekolah dilakukan perhitungan dengan statistik sederhana, maka dapat diketahui tingkatan atau kategori kelas interval tentang kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu, sebagai berikut:
78
Tabel 4.2 Skor Data Kedisiplinan Anak di Sekolah Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu No
Kelas Interval
F
%
1.
Kriteria Kedisiplinan Anak di Sekolah Sangat Baik
146 – 173
20
39,3%
2.
Baik
118 – 145
30
58,8%
3.
Cukup
90 – 117
1
1,9%
4.
Kurang
62 – 89
-
-
5.
Sangat Kurang
34 – 61
-
-
51
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar data kedisiplinan anak di sekolah berada pada kelas interval 118 – 145 dengan jumlah frekuensi 30 resonden atau 58,8% menunjukkan kriteria yang baik. Selanjutnya pada kelas interval 146 – 173 dengan jumlah frekuensi 20 responden atau 39,3% menunjukkan kriteria yang sangat baik. kemudian pada kelas interval 90 – 117 dengan jumlah frekuensi 1 responden atau 1,9 % menunjukkan kriteria cukup, sedangkan pada kelas interval 62 – 89 (kurang) dan 34 – 61 (sangat kurang) tidak memiliki jumlah frekuensi atau nol. Maka, distribusi frekuensi data di atas menunjukkan kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam kriteria yang baik. Selanjutya, data
yang disajikan dalam tabel 4.2 di atas dapat
divisualisasikan dalam bentuk histogram. Sajian data dalam bentuk histogram akan mempermudah upaya memahami data secara keseluruhan. Histogram data kedisiplinan anak di sekolah disajikan dalam gambar 4.2, sebagai berikut:
79
x 40x
30
30
20
20 10
1
0 34 - 61
62 - 89
90 - 117
118 - 145
146 - 173
y x
Gambar 4.2 Histogram Data Variabel Kedisiplinan Anak di Sekolah
Selanjutnya, data tentang kedisiplinan anak di sekolah akan dicari perhitungan rata-ratanya berdasarkan tabel (lampiran 6). Data yang diperoleh dilakukan perhitungan dengan statistik sederhana dengan hasil Σy = 7188 dan n = 51 sehingga rata-rata skornya, yaitu:
𝑥= 𝑥
Σy N
=
7188 51
= 140,9
= Rata-rata skor angket
∑y = Jumlah total dari skor angket N = Jumlah anak Jadi rata-rata skor kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu adalah 140,9 dengan kriteria baik. Hal ini berarti anak sudah dapat tertib dan teratur dalam menjalankan peraturan di sekolah. c) Deskripsi Data Hubungan Antara Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Anak di Sekolah Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara pendidikan disiplin dalam keluarga (variabel X) terhadap kedisiplinan anak di sekolah (variabel Y), maka peneliti menggunakan rumus product moment dengan memasukkan data
80
yang diperoleh ke dalam tabel pada (lampiran 7). Setelah dilakukan perhitungan dengan statistik sederhana menunjukkan bahwa N = 51,
x = 7022, y = 7188, x2
= 970448, y2 = 1018736, dan xy = 992921, maka : 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ( ∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
2 2 𝑁 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2 𝑁 ∑ 𝑦 − ( ∑ 𝑦)2
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
51 x 992921– (7022) (7188) 51 𝑥 970448−(7022) 2 51 𝑥 1018736−(7188) 2
50638971 –50474136 49492848−49308484 (51955536−51667344)
164835
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
184364 𝑋 288192
164835 53132229888
164835 230504,3
𝑟𝑥𝑦 = 0,715 Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan disiplin dalam keluarga (Variabel X) terhadap kedisiplinan anak di sekolah (Variabel Y) peneliti menggunakan rumus uji signifikan dengan r = 0.715, maka: 𝑡= = =
𝑟 𝑛 −2 1 − 𝑟2 0,715 51 − 2 1 − 0,7152 0,715 𝑥 7 1 − 0,51
81
= 7,15 Untuk menghitung koefisien determinasinya, yaitu: Kd = r2 x 100% = 0,7152 x 100% = 50,41% Berdasarkan perhitungan antara variabel x dan variabel y dengan menggunakan rumus
korelasi product moment, diperoleh rhitung sebesar 0,715 kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel (0,279) pada taraf 5% (0,05). Dengan ini terbukti bahwa rhitung (0,715) > rtabel (0,279), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini bearti terdapat hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. Hubungan tersebut diinterprestasikan dengan tabel 3.7. Berdasarkan tabel tersebut, maka hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah terletak pada interval koefisien 0,60 – 0,799 yang dapat di interprestasikan bahwa antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah memiliki hubungan yang kuat atau tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikannya hubungan tersebut dengan menggunakan rumus uji signifikan, maka di peroleh thitung sebesar 7,15 kemudian dikonsultasikan dengan ttabel (2,007) pada kesalahan 5% (0,05). Hal ini terbukti bahwa thitung (7,15) > ttabel (2,007). Jadi, antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Dengan ini pendidikan disiplin dalam keluarga memberi kontribusi sebesar 50,41% terhadap kedisiplinan anak di sekolah dan sisanya 49,59% ditentukan faktor lain. Faktor lain ini diantaranya adalah (1) banyak sedikitnya anggota keluarga, (2)
pendidikan orangtua, (3)
(4) pendapatan orangtua.
jumlah balita
dalam sebuah
keluarga, dan
82
B. Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian rata-rata pendidikan disiplin dalam keluarga yang diberikan oleh orangtua terhadap anak di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu berada pada kelas interval 118-145 dengan jumlah frekuensi 42 responden atau 82,3% dalam kriteria baik. Perhitungan Mean atau rata-rata keseluruhan pendidikan disiplin dalam keluarga yang diberikan oleh orangtua terhadap anak di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu sebesar 137,7 dengan kriteria baik. Artinya, orangtua sudah baik dalam menerapkan peraturan, memberikan hukuman yang sesuai kepada anak, memberi penghargaan kepada anak, membatasi kritikan pada anak, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan pada diri anak. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan disiplin dalam keluarga merupakan fondasi awal anak untuk dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Satiardarma (2011: 121) keluarga adalah sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang terutama dalam penegasan sikap disiplin terhadap anak. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu berada pada kelas interval 118-145 dengan jumlah frekuensi 30 responden atau 58,8% dalam kriteria baik. Perhitungan Mean atau rata-rata keseluruhan kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu sebesar 140,9 dengan kriteria baik. Artinya, anak sudah dapat tertib dan teratur di sekolah, seperti: selalu datang tepat waktu, dapat memperkirakan
83
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya, mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya, berusaha mentaati aturan yang telah disepakati, tertib dalam menunggu giliran, dan menyadari akibat bila tidak disiplin. Hal ini membuktikan bahwa lembaga pendidikan atau sekolah tidak hanya berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, terutama sikap dalam disiplin. Menurut Bafadal (2004: 37) disiplin sekolah adalah keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah, dan siswa tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Jadi, disiplin di sini berfungsi sebagai usaha pemantapan peraturan yang dilakukan secara rutin agar mendapatkan hasil perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
hubungan pendidikan disiplin dalam
keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah diperoleh r kemudian dikonsultasikan dengan r demikian terbukti bahwa r
hitung
tabel
h itung
sebesar 0,715
(0,279) pada taraf 5% (0,05). Dengan
(0,715) > r
tabel
(0,279), sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal tersebut berarti terdapat hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah. Hubungan tersebut diinterprestasikan dengan tabel angka indeks korelasi r product moment. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka hubungan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah terletak pada interval koefisien 0,60 – 0,799. Jadi, dapat diinterprestasikan bahwa antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah memiliki hubungan
84
yang kuat atau tinggi. Artinya, apabila anak disiplin di rumah, maka anak akan disiplin pula di sekolah. Begitu juga sebaliknya, apabila anak kurang disiplin di rumah, maka anak akan kurang pula disiplin di sekolah. Hal itu senada dengan hasil penelitian Reynolds dalam Shochib (2010: 8) menyatakan bahwa anak yang berhasil di sekolah adalah anak yang berlatar belakang dari keluarga yang berhubungan akrab, penuh kasih sayang, dan menerapkan disiplin berdasarkan pada kecintaan. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan disiplin dalam keluarga memberi kontribusi sebesar 50,41% terhadap kedisiplinan anak di sekolah. Sisanya 49,59% ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain tersebut diantaranya adalah (1) banyak sedikitnya anggota keluarga, (2) pendidikan orangtua, (3) jumlah balita dalam sebuah keluarga, dan (4) pendapatan orangtua (Lonan dan Lioew dalam Wantah, 2005: 48).
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari lapangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendidikan disiplin anak dalam keluarga pada anak yang sedang bersekolah di kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam kriteria (137,7) baik. Artinya, orangtua sudah menanamkan sikap disiplin dalam diri anak dan sudah baik dalam menerapkan peraturan kepada anak. 2. Kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu dalam kriteria (140,9) baik. Artinya, anak sudah dapat tertib dan teratur dalam menjalankan peraturan di sekolah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu. Hal tersebut berdasarkan perhitungan korelasi product moment rhitung sebesar 0,715 kemudian dikonsultasikan dengan r tabel (0,279) pada taraf 5% (0,05). Dengan ini terbukti bahwa
rhitung (0,715) > rtabel (0,279).
Artinya, pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah memiliki hubungan yang kuat atau tinggi.
86
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru Sebaiknya, guru selalu konsisten dalam menerapkan sikap disiplin pada anak di sekolah serta selalu memperhatikan perkembangan kedisiplinan anak,
karena
disiplin
memberikan
kontribusi
yang
kuat
terhadap
perkembangan kepribadian anak di masa yang akan. 2. Orangtua Hendaknya, orangtua menanamkan pendidikan disiplin pada anak sejak sedini mungkin dan memberi contoh serta tauladan bagi anak-anaknya dalam berperilaku disiplin, khususnya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Peneliti Selanjutnya Pendidikan disiplin dalam keluarga memberikan kontribusi sebesar 50,41% terhadap kedisiplinan anak di sekolah dan sisanya 49,59% ditentukan oleh faktor lain. Oleh karena itu kepada peneliti berikutnya dapat meneliti faktor lain, misalnya: faktor pendidikan orang tua, banyak sedikitnya anggota keluarga, jumlah balita dalam sebuah keluarga, dan pendapatan orangtua.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: CV Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Aunillah, Isna Nurla. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana. Bafadal, Ibrahim. 2004. Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bintari, Novianita. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Penanaman Nilainilai Kedisiplinan Siswi di SD 2 Gajah Demak. http://ejournal.unsrat.ac.id Diunduh pada senin 22 desember 2014. Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dirjen PAUD. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan AUD. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syairul Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT. Asdi mahasatya. Hurlock, Elizabeth B. 1992. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Mardiana. Anissa. 2014. Skripsi Hubungan Pelaksanaan Kemandirian Anak dalam Keluarga dengan Pelaksanaan Kemandirian Anak di Sekolah Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Bengkulu: UNIB. Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Satiadarma, Monty P. 2011. Persepsi Orang Tua Membentuk Prilaku Anak. Jakarta: pustaka popular obor. Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Renika Cipta.
88
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Rineka cipta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: indeks. Suyadi, 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: PT. Pustaka insane madani. Tim redaksi. 2013. Himpunan Lengkap Undang-undang Sisdiknas dan sertifikasi Guru. Jakarta : Buku biru. Tridhonanto, Al. 2012. Membangun Karakter Sejak Usia Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wantah, Maria J. 2005. Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: ar-ruzz media. Yamin, Martinis dkk. 2013. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Referensi (Gaung Persada Pers Group).
89
90
Lampiran 1
Daftar Nama Anak di Paud IT Iqra’ Bandaraya Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2014/2015
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama anak M. Akbar Aqila Idli Jody M. apri Alby Rara Najla Dea Caca Sindy Oce Falla Aliyah Titans Fachry Rayyan Ara Azib Dhilah Intan Ita Abil Khansa Rara Fariz Afif Bila Ciqa Faitih Fadhil Quensha Inaya Viska Amelia Rara Veisya Zazkia
Kelompok B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3
Jenis kelamin L P L L L L P P P P P P P P L L L P L P P P L P P L L P P L L P P P P P P P
Umur 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun
91
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Nabila Tari Abil Noval Arka Dila Mutiah Dika Hafis Ana Afgha Syifa Sabiq
B3 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4 B4
P P L L L P L P L P L P L
Sumber: Rekapitulasi daftar nama anak di Paud IT Iqra Kota Bengkulu
Keterangan : Keterangan:
P P L
L
: Perempuan : Perempuan : Laki-Laki
: Laki-Laki
6 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 5 tahun 5 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 6 tahun 5 tahun 6 tahun
92
93
94
95
96
Lampiran 4
Skor Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga di Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Skor Pendidikan Disiplin dalam Keluarga (X) 152 123 123 126 122 126 127 127 128 129 129 129 131 132 137 133 134 126 135 135 135 135 136 137 133 137
No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
Skor Pendidikan Disiplin dalam Keluarga (X) 138 138 139 140 142 142 142 143 144 135 144 146 144 144 144 145 146 144 146 148 149 149 150 144 159 7022
97
Lampiran 5
Skor Kedisiplinan Anak di Sekolah Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Skor Ke disiplinan Anak di Sekolah (Y) 154 133 130 123 127 130 122 123 130 131 147 155 134 137 134 137 135 116 137 134 137 134 139 142 139 141
Skor Ke disiplinan Anak di Sekolah (Y) 27 139 28 142 29 144 30 147 31 145 32 146 33 147 34 148 35 147 36 144 37 130 38 147 39 148 40 137 41 148 42 149 43 150 44 153 45 160 46 155 47 133 48 156 49 163 50 162 51 147 Jumlah 7188 No
98
Lampiran 6
Korelasi Antara Variabel X ( Pendidikan disiplin dalam keluarga) dan Variabel Y (Ke disiplinan anak di Seklah) Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu No
X
Y
X2
Y2
XY
1
152
154
23104
23716
23408
2
123
133
15129
17689
16359
3
123
130
15129
16900
15990
4
126
123
15876
15129
15498
5
122
127
14884
16129
15494
6
126
130
15876
16900
16380
7
127
122
16129
14884
15494
8
127
123
16129
15129
15621
9
128
130
16384
16900
16640
10
129
131
16641
17161
16899
11
129
147
16641
21609
18963
12
129
155
16641
24025
19995
13
131
134
17161
17956
17554
14
132
137
17424
18769
18084
15
137
134
18769
17956
18358
16
133
137
17689
18769
18221
17
134
135
17956
18225
18090
18
126
116
15876
13456
14616
19
135
137
18225
18769
18495
20
135
134
18225
17956
18090
21
135
137
18225
18769
18495
22
135
134
18225
17956
18090
23
136
139
18496
19321
18904
99
24
137
142
18769
20164
19454
25
133
139
17689
19321
18487
26
137
141
18769
19881
19317
27
138
139
19044
19321
19182
28
138
142
19044
20164
19596
29
139
144
19321
20736
20016
30
140
147
19600
21609
20580
31
142
145
20164
21025
20590
32
142
146
20164
21316
20732
33
142
147
20164
21609
20874
34
143
148
20449
21904
21164
35
144
147
20736
21609
21168
36
135
144
18225
20736
19440
37
144
130
20736
16900
18720
38
146
147
21316
21609
21462
39
144
148
20736
21904
21312
40
144
137
20736
18769
19728
41
144
148
20736
21904
21312
42
145
149
21025
22201
21605
43
146
150
21316
22500
21900
44
144
153
20736
23409
22032
45
146
160
21316
25600
23360
46
148
155
21904
24025
22940
47
149
133
22201
17689
19817
48
149
156
22201
24336
23244
49
150
163
22500
26569
24450
100
50
144
162
20736
26244
23328
51
159
147
25281
21609
23373
∑
7022
7188
970448
1018736
992921
101
Lampiran 7
Perhitungan persentase variabel pendidikan disiplin dalam keluarga (X) No
Kriteria
Kelas Interval
1.
Sangat Baik
146 – 173
P 𝑓
P = x 100%
F
%
9
17,7%
42
82,3%
𝑛
P=
9 51
x 100%
P = 17,7 % 2.
Baik
118 – 145
𝑓
P = x 100% 𝑛
P=
42 51
x 100%
P = 82,3 % 3.
Cukup
90 – 117
-
-
-
4.
Kurang
62 – 89
-
-
-
5.
Sangat Kurang
34 – 61
-
-
-
51
100%
Jumlah
Perhitungan persentase variabel kedisiplinan anak di sekolah (Y) No
Kriteria
Kelas Interval
1.
Sangat Baik
146 – 173
P 𝑓
P = x 100%
F
%
20
39,3%
30
58,8%
1
1,9%
𝑛
P=
20 51
x 100%
P = 39,3 % 2.
Baik
118 – 145
𝑓
P = x 100% 𝑛
P=
30 51
x 100%
P = 58,8 % 3.
Cukup
90 – 117
𝑓
P = x 100% 𝑛
P=
1 51
x 100%
P = 1,9 % 4.
Kurang
62 – 89
-
-
-
5.
Sangat Kurang
34 – 61
-
-
-
51
100%
Jumlah
102
Lampiran 8
Surat Pengantar
Kepada Yth. Orangtua/wali murid PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu di Tempat
Assalammualaikum, wr. wb.
Dalam rangka menyelesaikan penelitian tentang pendidikan disiplin dalam keluarga terhadap kedisiplinan anak di sekolah, peneliti mengharapkan kepada Bapak/Ibu orang tua atau wali murid PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu untuk dapat membantu mengisi angket ini, pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu anggap sesuai. Atas jawaban dan perhatian Bapak/Ibu selaku orangtua atau wali murid anak, saya ucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum, wr. wb. Bengkulu, 26 Januari 2015 Peneliti
Lidia Okta Marina
103
ANGKET PENDIDIKAN DISIPLIN DALAM KELUARGA DI PAUD IT IQRA’ KOTA BENGKULU A. Identitas Diri (Mohon Untuk diisi) 1. Nama Lengkap Ayah
:
2. Nama Lengkap Ibu
:
3. Orangtua Dari a. Nama Lengkap Anak
:
b. Jenis Kelamin Anak
:
c. Umur anak
:
d. Anak Ke-
:
4. Pekerjaan Ayah
:
5. Pekerjaan Ibu
:
B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan sebenarnya. 2. Berilah tanda check list ( ) pada pilihan jawaban yang Bapak/Ibu anggap sesuai. Skor dan pilihan jawaban yang disediakan, yaitu: a. Sangat sering b. Sering c. Kadang-kadang d. Hampir tidak pernah e. Tidak pernah 3. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali. 4. Angket ini diserahkan kembali kepada guru kelas anak.
104
ANGKET KECENDERUNGAN ORANGTUA/WALI ANAK DIDIK
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Daftar Pertanyaan Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak bangun pagi pukul 05.00 WIB? Setelah bangun tidur, apakah Bapak/Ibu mengajak anak untuk sholat subuh berjamaah? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk mandi pagi sendiri? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk mengganti pakaian sendiri? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah? Apakah Bapak/ Ibu membiasakan anak berangkat ke sekolah sebelum jam masuk sekolah? Apakah Bapak/Ibu tidak mengikut sertakan anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti: membersihkan kamar tidur, merapikan mainan, menyapu, atau memasak? Apakah Bapak/Ibu tidak membiasakan anak untuk belajar di rumah? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan? Apakah Bapak/Ibu
Sangat sering
Sering
Kadang -kadang
Hampir tidak pernah
Tidak pernah
Alasan/ket
105
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
mengajarkan kepada anak untuk tidak berkata-kata kasar kepada saudaranya, teman sebaya, dan orang yang lebih tua? Apakah Bapak/Ibu mengajarkan kepada anak untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya? Apakah Bapak/Ibu memerintahkan anak untuk mengembalikan barang yang bukan miliknya sehabis bermain dengan temannya? Apakah Bapak/Ibu tidak konsisten dalam menerapkan peraturan kepada anak? Apakah peraturan yang Bapak/Ibu buat ditaati oleh anak? Apakah Bapak/Ibu konsisten dalam memberikan hukuman kepada anak apabila anak berperilaku buruk? Apakah Bapak/Ibu segera melaksanakan hukuman kepada anak setelah anak berperilaku buruk? Apakah Bapak/Ibu pernah menghukum anak di hadapan anak-anak yang lain? Apakah Bapak/Ibu memberi hukuman apabila anak tidak mengerjakan tanggung jawab terhadap pekerjaan rumahnya? Apakah Bapak/Ibu membiarkan anak untuk tidak membereskan mainannya kembali? Apakah Bapak/Ibu
106
21
22
23
24
25
26
27
28
29
menghukum anak dengan hukuman fisik, seperti: mencubit, dan menjewer telinga anak? Apakah Bapak/Ibu menghukum anak dengan kata-kata yang kasar, seperti: memaki dan meremehkan anak? Apakah Bapak/Ibu menghukum anak dengan pinalti, seperti: anak dilarang main di luar rumah dan memotong uang saku anak? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam beribadah? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam belajar di rumah? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam makan? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam waktu tidur? Apakah Bapak/Ibu enggan memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam mengerjakan pekerjaan rumah, seperti: membersihkan tempat tidur, mainan, dll? Apakah Bapak/Ibu memberikan pujian kepada anak apabila anak mau membantu orang lain? Apakah Bapak/Ibu
107
30
31
32
33
34
memberikan penghargaan kepada anak yang mau mengakui kesalahannya? Apakah Bapak/Ibu mengkritik pekerjaan yang dilakukan oleh anak? Apakah Bapak/Ibu dapat menerima apa adanya hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak? Apakah Bapak/Ibu enggan menanamkan pada diri anak untuk menjaga kebersihan lingkungan? Apakah Bapak/Ibu menanamkan pada diri anak untuk tidak memaksakan kehendak? Apakah Bapak/Ibu menanamkan pada diri anak untuk bermain secara bergantian dengan temannya?
108
Lampiran 9
ANGKET GURU Nama anak
:
Kelompok
:
Umur anak
:
Berilah tanda check list ( ) pada pilihan jawaban yang Ibu Guru anggap sesuai. No.
Daftar Pertanyaan
1
Apakah anak datang ke sekolah sebelum jam 07.00 WIB? Apakah anak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas? Apakah anak datang tepat waktu pada saat transisi kegiatan lain, seperti: wktu istirahat, waktu makan, dll? Apakah anak mengikuti senam pagi tepat waktu? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan belajar yang di buat oleh guru? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan bermain? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan berwudhu? Apakah anak meletakkan sepatu/sandal pada tempat yang telah disediakan? Apakah anak meletakkan tas pada tempatnya? Apakah anak duduk di atas meja? Apakah anak mencoret-coret di dinding atau di atas meja? Apakah anak mengembalikan kembali mainan pada
2 3
4 5
6
7
8
9 10 11 12
Sangat sering
Sering
Kadangkadang
Hampir tidak pernah
Tidak pernah
109
13
14 15
16 17
18
19
20
21 22 23 24
25
26 27 28 29 30
tempatnya? Apakah anak mengembalikan kembali alat tulis yang digunakannya? Apakah anak merapikan buku sendiri sesudah belajar? Apakah anak meletakkan kembali alat sholat yang telah digunakan? Apakah anak menyusun kembali meja dan kursi pada tempatnya? Apakah anak meletakkan piring setelah selesai makan pada tempatnya? Apakah anak mengambil dan mengembalikkan kembali sikat gigi dan odol pada tempatnya? Apakah anak menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah? Apakah anak ribut/membuat gaduh saat pembelajaran sedang berlangsung? Apakah anak rapi dalam berbaris? Apakah anak mengucapkan salam ketika masuk kelas? Apakah anak membuang sampah pada tempatnya? Apakah anak mengikuti kegiatan rutin setiap pagi, seperti: membaca iqra dan belajar membaca huruf latin? Apakah anak membaca doa pembuka dan penutup pembelajaran? Apakah anak makan sesuai dengan adab makan? Apakah anak mengganggu temannya saat bermain? Apakah anak bersikap kasar/ berkata-kata kasar di sekolah? Apakah anak tertib menunggu giliran untuk masuk ke kelas? Apakah anak tertib menunggu
110
31
32
33
34
giliran untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan? Apakah anak tertib menunggu giliran untuk mengambil wudhu? Apakah anak menyadari sanksi yang diberikan oleh guru jika anak melanggar aturan main? Apakah anak mau menerima sanksi yang diberikan oleh guru? Apakah anak mau meminta maaf dan berjanji untuk tidak melanggar aturan main lagi?
111
Lampiran 11
Uji Validitas Angket Pendidikan Disiplin Dalam Keluarga
No
Pertanyaan
1
Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak bangun pagi pukul 05.00 WIB? Setelah bangun tidur, apakah Bapak/Ibu mengajak anak untuk sholat subuh berjamaah? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk mandi pagi sendiri? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk mengganti pakaian sendiri? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah? Apakah Bapak/ Ibu membiasakan anak berangkat ke sekolah sebelum jam masuk sekolah? Apakah Bapak/Ibu tidak mengikut sertakan anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti: membersihkan kamar tidur, merapikan mainan, menyapu, atau memasak? Apakah Bapak/Ibu tidak membiasakan anak untuk belajar di rumah? Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan? Apakah Bapak/Ibu mengajarkan kepada anak untuk tidak berkata-kata kasar kepada saudaranya, teman
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Judge ment Pakar 1 Pakar II
Keterangan
Setuju
Setuju
Pakar III Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Valid
112
11
12
13
13
14
14
15
16
17
18
19
sebaya, dan orang yang lebih tua? Apakah Bapak/Ibu mengajarkan kepada anak untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya? Apakah Bapak/Ibu memerintahkan anak untuk mengembalikan barang yang bukan miliknya sehabis bermain dengan temannya? apakah Bapak/Ibu membiasakan anak untuk mentaati aturan secara terus menerus? Apakah Bapak/Ibu tidak konsisten dalam menerapkan peraturan kepada anak? apakah Bapak/Ibu menerapkan peraturan kepada anak sekali-kali boleh dilanggar ? Apakah peraturan yang Bapak/Ibu buat ditaati oleh anak? Apakah Bapak/Ibu konsisten dalam memberikan hukuman kepada anak apabila anak berperilaku buruk? Apakah Bapak/Ibu segera melaksanakan hukuman kepada anak setelah anak berperilaku buruk? Apakah Bapak/Ibu pernah menghukum anak di hadapan anak-anak yang lain? Apakah Bapak/Ibu memberi hukuman apabila anak tidak mengerjakan tanggung jawab terhadap pekerjaan rumahnya? Apakah Bapak/Ibu membiarkan anak untuk tidak membereskan mainannya
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju
Tidak Setuju
Tidak Valid/diubah total
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju
Tidak Setuju
Tidak Valid/diubah total
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
113
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
kembali? Apakah Bapak/Ibu menghukum anak dengan hukuman fisik, seperti: mencubit, dan menjewer telinga anak? Apakah Bapak/Ibu menghukum anak dengan kata-kata yang kasar, seperti: memaki dan meremehkan anak? Apakah Bapak/Ibu menghukum anak dengan pinalti, seperti: anak dilarang main di luar rumah dan memotong uang saku anak? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam beribadah? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam belajar di rumah? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam makan? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam waktu tidur? Apakah Bapak/Ibu enggan memberikan penghargaan kepada anak apabila anak disiplin dalam mengerjakan pekerjaan rumah, seperti: membersihkan tempat tidur, mainan, dll? Apakah Bapak/Ibu memberikan pujian kepada anak apabila anak mau membantu orang lain? Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
114
30
31
32
33
34
kepada anak yang mau mengakui kesalahannya? Apakah Bapak/Ibu mengkritik pekerjaan yang dilakukan oleh anak? Apakah Bapak/Ibu dapat menerima apa adanya hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak? Apakah Bapak/Ibu enggan menanamkan pada diri anak untuk menjaga kebersihan lingkungan? Apakah Bapak/Ibu menanamkan pada diri anak untuk tidak memaksakan kehendak? Apakah Bapak/Ibu menanamkan pada diri anak untuk bermain secara bergantian dengan temannya?
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
115
Lampiran 12
Uji Validitas Angket Kedisiplinan Anak di Sekolah
No
Pertanyaan
1
Apakah anak datang ke sekolah sebelum jam 07.00 WIB? Apakah anak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas? Apakah anak datang tepat waktu pada saat transisi kegiatan lain, seperti: wktu istirahat, waktu makan, dll? Apakah anak mengikuti senam pagi tepat waktu? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan belajar yang di buat oleh guru? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan bermain? Apakah anak mampu memperkirakan waktu dalam menyelesaikan kegitan berwudhu? Apakah anak meletakkan sepatu/sandal pada tempat yang telah disediakan? Apakah anak meletakkan tas pada tempatnya? Apakah anak duduk di atas meja? Apakah anak mencoret-coret di dinding atau di atas meja? Apakah anak mengembalikan kembali mainan pada tempatnya? Apakah anak mengembalikan kembali alat tulis yang digunakannya?
2 3
4 5
6
7
8
9 10 11 12
13
Judge ment Pakar 1 Pakar II
Keterangan
Setuju
Setuju
Pakar III Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Valid dengan reduksi Valid dengan reduksi Valid dengan reduksi
Valid dengan reduksi Valid dengan reduksi
116
14 15
16
17
18
18
19
20
21 22 23 24
25
26 27 28 29
Apakah anak merapikan buku sendiri sesudah belajar? Apakah anak meletakkan kembali alat sholat yang telah digunakan? Apakah anak menyusun kembali meja dan kursi pada tempatnya? Apakah anak meletakkan piring setelah selesai makan pada tempatnya? Apakah anak meletakkan buku tabungan pada tempatnya tanpa diperintah oleh guru? Apakah anak mengambil dan mengembalikkan kembali sikat gigi dan odol pada tempatnya? Apakah anak menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah? Apakah anak ribut/membuat gaduh saat pembelajaran sedang berlangsung? Apakah anak rapi dalam berbaris? Apakah anak mengucapkan salam ketika masuk kelas? Apakah anak membuang sampah pada tempatnya? Apakah anak mengikuti kegiatan rutin setiap pagi, seperti: membaca iqra dan belajar membaca huruf latin? Apakah anak membaca doa pembuka dan penutup pembelajaran? Apakah anak makan sesuai dengan adab makan? Apakah anak mengganggu temannya saat bermain? Apakah anak bersikap kasar/ berkata-kata kasar di sekolah? Apakah anak tertib menunggu
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju
Tidak Setuju
Tidak Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi Valid
117
30
31
32
33
34
giliran untuk masuk ke kelas? Apakah anak tertib menunggu giliran untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan? Apakah anak tertib menunggu giliran untuk mengambil wudhu? Apakah anak menyadari sanksi yang diberikan oleh guru jika anak melanggar aturan main? Apakah anak mau menerima sanksi yang diberikan oleh guru? Apakah anak mau meminta maaf dan berjanji untuk tidak melanggar aturan main lagi?
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
Setuju
Setuju
Setuju
Valid dengan reduksi
118
Lampiran 13
Dokumentasi Kegiatan Anak Dan Peneliti di Sekolah Kelompok B PAUD IT Iqra’ Kota Bengkulu
Kegiatan salam setelah selesai upacara
Anak-anak sedang belajar
Guru sedang menjelaskan tema/sub tema
Kegiatan menggosok gigi
119
Kegiatan mengambil wudhu
Kegiatan bernyanyi bersama
kegiatan bermain di sentra balok
Kegiatan makan bersama
120
Kegiatan observasi kepada orangtua murid
Pengembalian angket kepada peneliti
Penyerahan angket kepada orangtua murid
Penyerahan angket kepada guru
121
Lampiran 14
122
Lampiran 15
123
Lampiran 16
124
Lampiran 17
125
Lampiran 18
126
Lampiran 19
127
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Lidia Okta Marina, berjenis kelamin perempuan. Lahir di Bengkulu pada tanggal 16 Oktober 1993 dari pasangan Prof. Dr. H. Syanurdin, M.pd dan Dra. Hj. Lisninalita. Penulis
anak ketiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu pada tahun 1999. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 19 Kota Bengkulu pada tahun 2005 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2008 di SMPN 02 Kota Bengkulu. Kemudian, melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 03 Kota Bengkulu dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu melalui jalur SPMU. Pada tanggal 01 Juli sampai dengan 31 Agustus 2014 penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) periode 73 di desa Talang Pasak Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan II (PPL II) pada tanggal 29 September 2014 sampai dengan 5 Januari 2015 di PAUD IT IQRA’ Bandar Raya Kota Bengkulu.