HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DENGAN KECERDASAN KOGNITIF SISWA KELAS XII MA. AL-FALAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
SITI MARQIYAH NIM : 106011000178
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ABSTRAK Siti Marqiyah. Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada dunia pendidikan, masalah kecerdasan kognitif siswa khususnya dalam tingkat Aliyah/sederajat merupakan permasalahan yang sering menjadi sorotan mengingat kognitif ini menjadi salah satu aspek kemampuan yang mesti dimiliki siswa selain kemampuan afektif dan psikomotorik. Beragam persoalan yang menyangkut kecerdasan kognitif akibat dari proses pembelajaran yang bersifat monoton dan cenderung membosankan sehingga mematikan daya kognitif siswa. Hal inilah yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta, maka masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu apakah terdapat hubungan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di MA. Al-Falah Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket, test uji kecerdasan kognitif, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari siswa kelas XII. Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kategori yaitu instrument pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan test uji kecerdasan kognitif. Data penelitian pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diperoleh dengan menggunakan alat ukur pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdiri dari 30 item yang koefisien reliabilitasnya sebesar 0,88 dan alat ukur kecerdasan kognitif terdiri dari 24 butir pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan formula Product Moment Karl Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang aktif, transformatif dan menyenangkan dapat meningkatkan kecerdasan kognitif siswa.
Kata kunci: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, kecerdasan kognitif
i
KATA PENGANTAR
Bismillahi walhamdulillah. Assalamu’alaikum Wr.Wb. Tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT sebagai manifestasi rasa syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang dengan kecerdasan dan kesabarannya mampu mendobrak kejahiliyahan manusia. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggitingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih tidak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu, waktu dan berbagi pengalaman hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah dari semuanya. 4. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
ii
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustakaan dan sumber-sumber bacaan. 6. Kepala sekolah, guru dan semua staf di MA. Al-Falah Jakarta, khususnya Bapak Bahroin HN. S.Pd.i seorang guru agama yang memberikan arahan dan bimbingan hidup kepada penulis. 7. Ayahanda Mar’ali HM dan Ibunda Almh. Hj. Nusroh Sumayah yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi bagi penulis untuk dapat menghadapi segala cobaan dengan hati yang lapang. Terima kasih atas pengorbanan untuk anakmu ini. 8. H. Matsani (Pak Haji) dan Hj. Chaeriyah (Mak Haji) yang selama ini telah banyak memberikan doa dan perhatian kepada penulis. 9. Ibu Yuli Trisnawati yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga besar Alm. KH. Muhammad Chaer Djaza. Terima kasih atas doa dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada penulis. 11. H. Abdul Gofur S.Sos.i. Terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan untuk penulis sampai saat ini. 12. Siti Arfah, S. Kom dan Hadi Nugroho, SE yang selalu memberikan semangat dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat penulis Emi “MiQiSyaWa”, Syaidah “MiQiSyaWa”, Wati “MiQiSyaWa” dan teman-teman kelas E angkatan 2006 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 24 Februari 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7 C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7 D. Perumusan Masalah ............................................................ 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 8
BAB II
: KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kecerdasan Kognitif ............................................................ 9 1.
Pengertian Kecerdasan Kognitif .................................. 9
2.
Fungsi Kecerdasan Kognitif ........................................ 10
3.
Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif ........ 12
4.
Perkembangan Kecerdasan Kognitif ............................ 13
5.
Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif ....... 16
6.
Aspek-aspek Kompetensi Kognitif .............................. 17
7.
Macam-macam Gaya Kognitif ..................................... 20
8.
Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif .......... 22
B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........................... 24 1.
Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 24
2.
Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 27
3.
Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 30
4.
Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 32
5.
Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah ............................................. 34
iv
6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam .............................................................................. 35 7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 41 C. Hipotesis Penelitian ............................................................ 47
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 48 B. Variabel Penelitian .............................................................. 48 C. Metode Penelitian ................................................................ 48 D. Populasi dan Sampel ............................................................ 49 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49 F. Validitas dan Reliabilitas .................................................... 50 G. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 52 H. Teknik Analisis Data ........................................................... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MA. Al-Falah ........................................ 63 B. Deskripsi Data ..................................................................... 66 C. Analisis Data ........................................................................72 D. Interpretasi Data ..................................................................73
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 76 B. Saran ..................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
1. Sampel Penelitian .................................................................................. 49 2. Kriteria Penilaian Angket ...................................................................... 52 3. Kisi-kisi
Angket
Penelitian
Hubungan
Pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 55 4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 59 5. Penyampaian Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .. 66 6. Penggunaan Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .... 67 7. Sikap Mengajar Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 68 8. Isi Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .................. 68 9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) . 69 10. Penerapan Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..... 70 11. Evaluasi Test Formatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..................... 71 12. Evaluasi Test Sumatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 72 13. Hasil Koefisien Korelasi ........................................................................ 73
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data a. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Validasi ........... b. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Penelitian ......... Lampiran 2. Validitas a. Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ......................................................................................................... Lampiran 3. Reliabilitas a. Perhitungan
Varian
Total
Instrumen
Pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) .................................................................. b. Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ....................................................................................... Lampiran 4. Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ............................................................................................... Lampiran 5. Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa ..................................... Lampiran 6. Persiapan Perhitungan Koefisien Korelasi ....................................... Lampiran 7. Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan Kecerdasan Kognitif Siswa........................................ Lampiran 8. Perhitungan Koefisien Determinasi .................................................. Lampiran 9. Berita Wawancara............................................................................. Lampiran 10. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta .. Lampiran 11. Keadaan Siswa dan Siswi MA. Al-Falah Jakarta ........................... Lampiran 12. Keadaan Sarana dan Prasarana MA. Al-Falah Jakarta ...................
vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT dengan
segala bentuk rupa, kelebihan dan kekurangan yang pastinya berbeda satu sama lain. Allah SWT menciptakan manusia tidak lain untuk menjadi khalifah di muka bumi. Hal ini secara jelas telah Allah SWT kemukakan dalam al-Qur’an Surah AlBaqarah ayat 30:
…. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi....” (Qs. Al-Baqarah: 30) Terkait dengan tujuan penciptaannya itu, manusia diberikan beberapa kelebihan oleh Allah SWT yang dengan kelebihannya manusia diharapkan mampu menjadi khalifah (pemimpin) untuk mengolah dan memelihara apa yang sudah terdapat di alam raya ini. Salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada manusia yaitu kecerdasan. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah kepada manusia dan kecerdasan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk
hidup
lainnya.
Dengan
kecerdasannya,
manusia
dapat
terus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berpikir dan belajar secara berkesinambungan. Dari kecerdasan pula, Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhlukNya yang memiliki bentuk
1
2
2
paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Allah SWT menegaskan dalam al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Qs. At-Tin: 4). Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan “kecerdasan pada hakikatnya merupakan sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan, pemecahan masalah dan penalaran”.1 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Alisuf Sabri bahwa “kecerdasan secara umum dapat dipahami sebagai suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia”.2 Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang cukup kompleks, lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan. Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi masyarakat yang belum paham tentang intelligensi selain yang selama ini dipahami secara umum. Pada umumnya kecerdasan itu akan bermanfaat apabila dipraktekkan secara optimal dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam masyarakat, berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada batasan-batasan tidak logis yang justru membuat seseorang tampak tidak cerdas. Semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin cepat, tepat dan berhasil penuh dalam memecahkan masalah. Namun sebaliknya, semakin rendah kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin tidak dapat berbuat apa-apa apalagi untuk memecahkan masalah, mengurus kebutuhan diri yang rutin sehari-hari pun tidak mampu. Sejalan dengan hal di atas, ilmu Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku psikis individu dalam hubungannya dengan 1
Steven J. Stein dan Howard E. Book, Learning EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and You’r Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 33. 2 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 111.
3
lingkungan telah mengklasifikasikan kecerdasan itu menjadi beberapa macam dan diantara banyak kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan kognitif memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mengingat konsep pendidikan khususnya di negara Indonesia lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan mereka. Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa “kecerdasan kognitif merupakan kecerdasan yang mengembangkan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual seseorang pada setiap jenjang belajar”.3 Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan dapat memahami, mengingat dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari siswa. Begitu pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif mereka. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sendiri adalah proses interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar yang didalamnya terdapat materi berisikan persitiwa sejarah masa lalu. Dalam pembelajaran sejarah terdapat beberapa aspek yang mesti diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta, konsep, struktur komponen pendidikan dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. “Melalui kajian sejarah siswa dapat memperoleh gambaran mengenai latar belakang kehidupannya yang sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan
3
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. II, h. 54.
4
kehidupan masa kini”.4 Terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, Hariyono menjelaskan bahwa Pembelajaran mengenai materi Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah pembelajaran yang dapat diajarkan atau dipelajari dalam tata cara matematika atau bahasa asing tingkat dasar, seperti memotong dan memisahkan urutan informasi serta pelbagai prinsip untuk di ingat langkah demi langkah. Akan tetapi, pembelajaran sejarah merupakan materi pembelajaran yang di dalamnya terdapat usaha untuk bagaimana menguasai kemampuan berfikir secara imaginatif, mengorganisir informasi dan menggunakan pelbagai fakta dalam rangka menemukan dan memahami ide yang signifikan.5 Secara materi, Sejarah Kebudayaan Islam yaitu cerita masa lalu, namun ruang lingkupnya tidak sesempit apa yang diwacanakan. Di dalamnya termaktub kebudayaan yang banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Termaktub juga peradaban manusia yang direfleksikan dalam politik, ekonomi dan teknologi, yang tentu bisa dikaji guna kemajuan peradaban Islam masa kini. Manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis menjadi wujud dari peradaban dimaksud. Hal ini mengandung pemahaman bahwa Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekedar cerita masa lalu. Ia kental dengan budaya dan peradaban Islam sebagai komparasi dan ruh semangat peradaban masa kini dan mendatang. Siswa harus bisa memahami dan menghargai prestasi budaya serta peradaban dari pelaku sejarah masa lalu. Sebab di setiap zamannya terkandung nilai dan semangat yang bermanfaat untuk siswa, sekarang dan mendatang.6 Pada dasarnya, substansi materi Sejarah Kebudayaan Islam sangat kompleks dan membutuhkan daya nalar, analisis dan sintesis yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh bagaimana guru menyampaikan materi tersebut sehingga tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tercapai dengan baik dan kompleksitas materi pelajaran tersebut dapat dikuasai siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
4
Amru Sahmono, “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, dalam http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah, 14 Februari 2010. 5 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), Cet. I, h. 196. 6 Anang Sumarna, “Aktualisasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah”, dalam http://abineu.blogspot.com/, 05 Maret 2010.
5
Pembelajaran yang harusnya dikembangkan dalam Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah pembelajaran yang membosankan, tetapi pembelajaran aktif dan transformatif. ”Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran”.7 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mencakup pengelolaan informasi dan transformasi. Umumnya, dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerapkali guru terjebak dalam metode pengajaran yang justru jauh dari pembelajaran aktif dan transformatif serta cenderung membosankan siswa, seperti penerapan metode ceramah. Metode ini jelas mendatangkan kebosanan bila guru yang memberikan materi tersebut tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi siswa. Oleh karena itu, apabila terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh pula pada kecerdasan kognitif mereka dalam menyerap informasi Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa diharapkan tidak hanya dapat mengambil suatu kesan aktivitas edukatif yang diterapkan guru dalam bentuk life skill sesuai minat dan bakatnya, tetapi juga dapat menguasai materi pembelajaran secara teoritis. Bila mereka dapat menguasainya maka, materi itu pun bisa tersimpan dengan baik di memori otak mereka yang dapat terus di ingat dan inilah yang termasuk proses kognitif dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering kali guru tidak menghubungkan materi dengan tujuan pembelajaran. Guru masuk kelas dan langsung bercerita atau mendikte kisah sejarah. Guru lupa bahwa kegiatan yang dilakukan di dalam kelas adalah bertujuan. ”Tujuannya bukan hanya menghabiskan jam mata pelajaran saja namun, mengajak siswa untuk belajar dan menumbuh kembangkan kecerdasan yang dimiliki dalam hal ini kecerdasan
7
Tarmizi Ramadhan, ”Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”, dalam http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010.
6
kognitif yang meliputi proses belajar, persepsi, ingatan, berpikir dan memecahkan masalah”.8 Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya dapat digunakan untuk menanamkan kekuatan mental dan daya ingat seseorang. Melalui proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik dan memberikan peran aktif pada siswa akan dapat mempertajam kesenangan pencarian dan penemuan (inquiry and discovery). “Dari pencarian dan penemuan inilah yang nantinya akan membangun proses penyesuaian pikiran siswa dengan objek-objek sejarah yang mereka temukan. Proses yang demikian merupakan konsep perkembangan kognitif menurut Piaget”.9 Pada realita sekarang, materi Sejarah Kebudayaan Islam selalu disajikan dalam bentuk narasi kurang menarik. Kisah sejarah yang sering tampil dan menjadi bahan dialog adalah kisah sepotong-potong (atomic narrative) yang mematikan daya kognitif dan keaktifan siswa. Inilah sebabnya mengapa hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali tidak memberikan perkembangan berarti bagi kecerdasan kognitif siswa dan hanya kebosanan yang membodohkan mereka (the numbing dullness). Salah satu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam ini yaitu Madrasah Aliyah (MA) AlFalah Jakarta. Tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap Sejarah Kebudayaan Islam masih relatif kurang. Hal ini dikarenakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cenderung berkesan membosankan dan monoton. Selain itu minat siswa untuk membaca literatur tentang Sejarah Kebudayaan Islam juga masih kurang sehingga pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali mematikan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul yaitu:
8
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), Cet. I, h. 185. 9 Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25.
7
“Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta”.
B.
Identifikasi Masalah Kajian tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan
kognitif siswa terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Kurang
bervariasinya
penerapan
metode
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam. 2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 3. Rendahnya kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa. 4. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 5. Kurang menariknya penyajian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di sekolah.
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
D.
Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
8
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta?
E.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris mengenai
hubungan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta. 2. Manfaat penelitian Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang, selain itu, sebagai bahan pengembangan ilmu dan menambah wawasan tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif di Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A.
Kecerdasan Kognitif 1.
Pengertian Kecerdasan Kognitif Agar lebih jelas dalam membahas pengertian kecerdasan kognitif, maka
penulis akan menguraikan tentang pengertian kecerdasan terlebih dahulu. Menurut Howard Gardner seperti yang dikutip oleh Agus Efendi kecerdasan adalah “kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu”.1 Terkait dengan hal ini, Danah Zohar dan Ian Marshall menegaskan bahwa “pada dasarnya kecerdasan itu beragam. Menurutnya, ada tiga ragam kecerdasan yaitu intelligence quotient atau kecerdasan intelektual, spiritual quotient atau kecerdasan spiritual dan emotional quotient atau kecerdasan emosi”.2 Mengenai kecerdasan kognitif ini, berarti membicarakan adanya pengorganisasian saraf yang memungkinkan manusia berpikir secara rasional. Agar lengkap pengertian dan pemahaman tentang kecerdasan kognitif, maka berikut ini penulis mengemukakan pendapat para ahli mengenai kecerdasan kognitif itu. Siti Rahayu Haditono dan kawan-kawan menjelaskan bahwa kecerdasan kognitif adalah “pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, artinya tingkah laku yang mengakibatkan seseorang mendapatkan
1
Agus Efendi, Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful Intelligence Atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. I, h. 81. 2 Agus Efendi, Revolusi Abad 21…, h. 82.
9
10
pengertian atau hal-hal yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian”.3 Sedangkan menurut Margaret E. Bell kecerdasan kognitif yaitu “kelompok ingatan yang tersusun dan saling berhubungan, aksi serta strategi yang dipakai oleh anak untuk memahami dunia sekitarnya sesuai tahap perkembangannya yang berjalan secara tersusun, tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya”.4 Selanjutnya Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu berpendapat bahwa kecerdasan kognitif adalah “kemampuan yang mencakup perkembangan ingatan, perolehan informasi, proses berpikir logis dan perkembangan dalam memecahkan masalah”.5 Selanjutnya Steven J. Stein dan Howard E. Book mengatakan bahwa kecerdasan kognitif merupakan “kecerdasan yang mengacu kepada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola bahan, menggunakan kata-kata dan memahaminya, memahami fakta dan mengartikannya”.6 Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai kecerdasan kognitif, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kognitif merupakan kemampuan individu yang meliputi kemampuan berpikir, mengingat, menggunakan bahasa dan memecahkan masalah yang kesemuanya ini menjadi aktivitas mental yang dilakukan individu secara sadar dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau dengan kata lain, kecerdasan kognitif yakni kemampuan individu dalam melakukan abstraksi serta berpikir secara cepat untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru.
2. Fungsi Kecerdasan Kognitif Para ahli Psikologi telah sepakat bahwa inti dari fungsi kecerdasan kognitif manusia terletak pada otak. Otak merupakan organ yang dianggap mampu untuk mengelola berbagai informasi yang diterima oleh individu. 3
Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), Cet. VIII, h. 208. 4 Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 308. 5 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan: Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. I, h. 63. 6 Steven J. Stein dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 34.
11
Informasi tersebut dapat berbentuk pelajaran, hal-hal yang spasial dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkan mengapa fungsi kecerdasan kognitif diukur pada tingkat kemampuan otak. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa “pada hakikatnya, fungsi kecerdasan kognitif diukur pada tingkat kemampuan otak dimana otak dipercaya mampu mengelola dan menggunakan informasi yang tersedia untuk aktivitas kehidupan sehari-hari”.7 Mengenai fungsi kecerdasan kognitif ini, Muhammad Said dan Junimar Affan menjelaskan dalam bukunya Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan Psikologi Pedagogis, yaitu “kecerdasan kognitif memiliki fungsi penting bagi individu yaitu membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas mengingat, berpikir, memahami, menalar, menganalisis, mensintesis, merencanakan dan sebagainya.”8 Semua aktivitas ini berpusat pada aktivator kerja otak. Oleh karena itu, tidaklah salah bila para ahli Psikologi bersepakat bahwa otaklah yang menjadi inti dari berfungsi atau tidaknya kecerdasan kognitif individu. Sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa “fungsi kecerdasan kognitif yaitu membantu individu mengembangkan daya kreasi dan inovasi (pembaharuan) terhadap sesuatu yang sedang diamati serta dipikirkan dalam proses internal mental di tengah-tengah adaptasinya dengan lingkungan”.9 Terkait dengan hal ini, bagi penganut aliran pendekatan kognitif (cognitive approach) salah satu proses yang dapat membentuk dan mengembangkan struktur kognitif individu yaitu proses belajar. Dalam proses belajar inilah individu akan selalu menemukan segala sesuatu yang baru yang dapat diamati dan dipikirkan dalam memori otak mereka. Dari pendapat terdahulu mengenai fungsi kecerdasan kognitif, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kecerdasan kognitif merupakan aktivitas dan tingkah laku mental yang merupakan sarana yang digunakan manusia untuk
7
Muhammad Al-Aziziyah, “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Kognitif”, dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010. 8 Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan Psikologi Pedagogis, (Bandung: Jemmars, 1990), h. 62. 9 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53.
12
mendapatkan dan memproses segala pengetahuan. Selain itu juga, kecerdasan kognitif menjadi salah satu dari sekian banyak kecerdasan individu yang mempunyai keterkaitan erat dengan kinerja otak sebagai pusat segala aktivitas individu.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif Kecerdasan kognitif tumbuh dipengaruhi oleh faktor-faktor. Fadilah Suralaga
dan
kawan-kawan
menyebutkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kecerdasan kognitif adalah “faktor biologik, lingkungan faktor pengalaman, faktor sosial dan motivasi”.10 Berikut ini penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif tersebut. Faktor biologik merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kognitif seseorang. Menurut Jean Piaget seperti yang dikutip oleh Zahrotun Nihayah dan kawan-kawan mengatakan bahwa Pada dasarnya perkembangan kognitif manusia berakar pada kerangka biologik, yakni setiap organisme mempunyai struktur dan organisasi. Agar dapat mempertahankan diri, organisme harus mampu mengadaptasikan struktur yang ada pada tuntutan lingkungan. Adaptasi merupakan suatu fungsi biologik dan oleh sebab itu, inilah yang menyebabkan biologik dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kognitif organisme.11 Faktor kedua yang mempengaruhi kecerdasan kognitif yakni lingkungan faktor pengalaman. Zahrotun Nihayah dan kawan-kawan dalam bukunya Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam menjelaskan bahwa Lingkungan faktor pengalaman berperan cukup penting dalam perkembangan kecerdasan kognitif manusia, demikian pula interaksi antara keduanya sangat berperan. Potensi yang dimiliki oleh individu dapat dioptimalkan sebaik mungkin apabila lingkungan sekitar dan pengalaman dapat memberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan individu.12
10
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 41. 11 Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25. 12 Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 24.
13
Selain faktor biologik dan lingkungan faktor pengalaman, faktor lain yang mempengaruhi kemampuan kognitif individu adalah faktor sosial dan motivasi. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa “peran faktor sosial tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam menumbuh kembangkan kemampuan kognitif manusia mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang kerapkali menggunakan kemampuan kognitifnya dalam menerima segala pengetahuan baru di lingkungan sosial tersebut”.13 Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif. Fadilah Suralaga dan kawan-kawan menjelaskan bahwa Motivasi (motivation) merupakan sebuah faktor penting yang dapat mendorong dan mempengaruhi fungsi kognitif pada diri individu. Tanpa adanya motivasi, maka individu tidak akan dapat terdorong untuk menggunakan kemampuan kognitif yang dimilikinya dalam berpikir serta mempelajari segala sesuatu seperti abstraksi, pengetahuan dan lain sebagainya.14 Dari penjelasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kecerdasan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu tidak terlepas dari faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif itu. Faktor tersebut diantaranya biologik, lingkungan faktor pengalaman, faktor sosial dan motivasi (motivation). Kesemua faktor ini saling berhubungan satu sama lain dalam menumbuh kembangkan kemampuan kognitif individu.
4. Perkembangan Kecerdasan Kognitif Dalam
perspektif
Psikologi,
perkembangan
kecerdasan
kognitif
didasarkan pada teori belajar kognitivisme dimana menurut teori itu, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah Bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila 13
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 72. 14 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 93.
14
materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.15 Dalam perkembangannya, setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini, yakni: teori perkembangan Jean Piaget, teori kognitif Jerome S. Bruner dan teori bermakna David P. Ausubel. 1. Teori perkembangan Jean Piaget Piaget
mengemukakan
bahwa
“proses
belajar
sebagai
proses
pentransferan pengetahuan terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan usia siswa dimana tahap tersebut diantaranya sensory motor, pra operasional, operasional konkret dan operasional formal”.16 Dalam konsep perkembangan kognitif Piaget ini dikenal ada dua fungsi dasar, yakni organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah “kecenderungan bawaan setiap individu untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren”.17 Sedangkan adaptasi ialah “suatu proses penyesuaian pikiran dengan objek tertentu”.18 Dalam teorinya, Piaget membagi proses adaptasi ke dalam tiga proses dimana ketiga proses tersebut berkaitan satu sama lain. Proses yang dimaksud itu yakni: a.
Proses asimilasi Asimilasi merujuk pada kejadian dimana individu bila setiap kali bertemu dengan suatu objek diluar dirinya akan memasukkan pengalaman atau paham baru tentang objek itu dengan membentuk ulang kognisinya sesuai sifat organisasi intelektual yang sudah dimilikinya. b. Proses akomodasi Dalam perkembangan kecerdasan kognitif, proses akomodasi ini dapat menyebabkan terbentuknya suatu taraf keseimbangan baru dengan struktur yang lebih jelas, lebih tajam dan lebih luas. c. Proses equilibrasi Terdapat proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Proses penyesuaian tersebut dalam perkembangan kecerdasan kognitif dikenal dengan istilah equilibrasi.19
15
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53. Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 72. 17 Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 210. 18 Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 25. 19 Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 322. 16
15
Dari uraian di atas mengenai konsep perkembangan kecerdasan kognitif dapat disimpulkan bahwa di dalam kegiatan berpikir manusia, sebagaimana yang diutarakan Piaget, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya akomodasi, asimilasi dan equilibrasi. Antara satu aktivitas mental dengan aktivitas mental lainnya tersebut saling berkaitan. Sehingga untuk memahami mekanisme perkembangan kognitif manusia, kita perlu memahami arti dan fungsi dari masing-masing aktivitas mental tersebut.
2. Teori kognitif Jerome S. Bruner Bruner merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif yang banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar dan mentransformasi pengetahuan. Dalam perkembangan kognitif, Brunner mengusulkan teori free discovery learning, yakni teori yang beranggapan bahwa “proses belajar manusia akan berjalan baik, kreatif dan kognitif berkembang optimal bila guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu aturan (konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh yang mewakili aturan yang menjadi sumbernya”.20 Dengan kata lain, kognitif akan dapat berkembang baik bila dalam proses belajar siswa dibimbing secara induktif untuk memahami dan mengingat suatu hal yang telah diterimanya. Terdapat tiga tahap dalam penerapan proses belajar yang dapat menumbuh kembangkan perkembangan kognitif manusia, yakni: a. Tahap enaktif Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar terdiri atas penyajian kejadian-kejadian lampau melalui respons-respons motorik. b. Tahap ikonik Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar dilakukan melalui sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, namun tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. c. Tahap simbolik Pada tahap ini, siswa dituntut untuk dapat memahami gagasangagasan secara abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.21
20
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 12. Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 70-71.
21
16
3. Teori bermakna David P. Ausubel David P. Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Kebermaknaan belajar ini diartikan sebagai “suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar”.22 Belajar dikatakan bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Bagi Ausubel, kognitif siswa dapat berkembang baik bila materi yang dipelajari siswa diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
5. Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif Membahas tentang perkembangan kognitif berarti membahas tentang perkembangan individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses mengetahui. Dalam Psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, bidang ini dipelopori oleh Jean Piaget. Dalam pandangan Piaget, individu memiliki potensi kognitif yang mengalami proses perkembangan dimana kecerdasan kognitif berkembang secara bertahap. Menurut Piaget tahapan ialah “suatu jangka waktu tertentu, dimana cara berpikir dan tingkah laku anak dalam berbagai situasi merefleksikan suatu struktur mental tertentu”.23 Dengan kata lain, tahap perkembangan pada setiap periode kehidupan anak adalah gambaran bagaimana cara-cara seorang individu memperoleh pengetahuan. Menurut Piaget tahap perkembangan kecerdasan kognitif manusia terdiri dari empat periode, yaitu: No.
22
Periode
Usia
Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman…, h. 199. Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 27.
23
17
1.
Sensory motor
0-2 tahun
2.
Pra operasional
2-7 tahun
3.
Operasional konkret
7-11 tahun
4.
Operasional formal
11-16 tahun
Berdasarkan pembahasan dalam judul skripsi ini yang membahas kecerdasan kognitif pada siswa tingkat Madrasah Aliyah/sederajat maka, penulis hanya akan menguraikan tahapan perkembangan kecerdasan kognitif pada periode operasional formal saja karena pada taraf usia operasional formal inilah siswa duduk di bangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat. Periode operasional formal (usia 11-16 tahun) merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif. Margaret E. Bell menjelaskan Dalam periode operasional formal, anak mampu melakukan operasi terhadap objek dan kejadian yang tidak hadir secara konkret atau dengan kata lain anak sudah berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini juga anak sudah berpikir rasional dan sistematis serta dapat memikirkan tentang proses pikiran mereka sendiri (metakognitif). Karena periode ini merupakan periode terakhir dalam perkembangan kognitif maka, setelah ini perubahan yang akan terjadi yakni pada aspek kedalaman dan keluasaan pengetahuan.24 Dari penjelasan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa tahap operasional formal yakni periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini yakni diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
6. Aspek-aspek Kompetensi Kognitif Pada umumnya dalam proses pembelajaran terdapat tiga aspek yang mesti dapat dikuasai oleh siswa. Ketiga aspek tersebut yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap bidang studi selalu mengandung ketiga aspek tersebut, tetapi 24
Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 333.
18
penekannya selalu berbeda. Bidang studi praktek lebih menekankan pada aspek psikomotorik, sedangkan bidang studi pemahaman konsep lebih menekankan pada aspek kognitif. Namun, kedua aspek tersebut mengandung aspek afektif. Terkait dengan hal ini, Bloom menjelaskan bahwa Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif berhubungan dengan watak (perilaku) individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Sedangkan aspek psikomotorik berhubungan dengan keterampilan yang melibatkan otot dan kekuatan fisik, misalnya menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.25 Nety Hartati dan kawan-kawan mengemukakan bahwa aspek kognitif merupakan “subtaksonomi yang mengungkapkan mengenai kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi yakni evaluasi”.26 Nety Hartati dan kawan-kawan menambahkan pula bahwa Tujuan aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.27 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan pada dasarnya aspek kognitif ini erat hubungannya dengan kemampuan berpikir termasuk didalamnya aktivitas kemampuan dalam memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Terkait dengan hal tersebut, dalam taksonomi Benjamin S. Bloom dijelaskan bahwa kemampuan kognitif dalam pembelajaran adalah “kemampuan berpikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi”.28
25
Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010. 26 Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. I, h. 65. 27 Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 67. 28 Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.
19
Berikut ini penulis akan menguraikan keenam aspek kognitif tersebut yang terdapat dalam taksonomi Bloom. 1. Pengetahuan (knowledge) Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya. Dengan kata lain, pada tingkat pengetahuan ini siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya. 2. Pemahaman (comprehension) Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini juga, siswa diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3. Penerapan (application) Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Analisis (analysis) Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5. Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan kemampuan individu dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.29 Terlepas dari hal di atas, salah satu bidang studi yang menuntut siswa memiliki aspek kognitif di atas yakni Sejarah Kebudayaan Islam yang banyak mengandung unsur-unsur pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi. Seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam sudah semestinya mampu untuk menerapkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang sejalan dengan perkembangan aspek kognitif siswa melalui cara-cara yang variatif sehingga pembelajaran tersebut memberikan implikasi yang nyata bagi perkembangan 29
Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 69-71.
20
kognitif siswa. Cara-cara variatif tersebut seperti “guru membuat desain rencana pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam termasuk didalamnya rencana penilaian (test) diantaranya membuat soal-soal yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan Islam berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan”.30 Adapun bentuk soal test yang dapat diterapkan guru guna menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yakni menjodohkan, pilihan ganda, test atau pertanyaan lisan di kelas, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat dan lain-lain. Umumnya, taraf perkembangan kognitif pada usia operasional formal atau usia saat individu duduk dibangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat sudah sampai di taraf sintesis (syntesis). Meski taraf tertinggi dari keenam aspek kompetensi kognitif ini adalah evaluasi (evaluation) namun, hanya sebagian siswa saja yang sudah sampai pada taraf ini. Meski begitu, taraf perkembangan kognitif siswa dapat dikatakan sudah mencapai tingkat optimal yang ditandai dengan tercapainya taraf pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis serta sintesis.
7. Macam-macam Gaya Kognitif Pada hakikatnya dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka kerapkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Cara berbeda tersebut merupakan indikasi dari adanya gaya pembelajaran setiap individu dalam memahami dan menyerap pelajaran atau informasi dari luar dirinya. Dalam hal ini, Dunn menjelaskan bahwa Gaya pembelajaran adalah cara seorang pelajar memproses serta mempertahankan informasi baru. Gaya pembelajaran tergantung ke fitur biologi dan perkembangan kepribadian seseorang dan ia dipengaruhi oleh lingkungan, emosi, pengaruh sosial serta perasaan individu. Akibatnya, sesuatu pengajaran
30
Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.
Kecerdasan
Kognitif”,
dalam
21
dapat efektif bagi seorang mahasiswa namun tidak efektif bagi siswa yang lain karena gaya pembelajaran mereka berbeda.31 Sedangkan
Renzulli
dan
Smith
sendiri
mendefinisikan
gaya
pembelajaran sebagai “suatu bidang strategi pengajaran yang mana siswa mencoba menuntut pembelajaran”.32 Mereka juga bependapat bahwa “siswa dapat belajar dengan lebih efektif jika pengajaran guru sesuai dengan gaya pembelajaran pelajar. Dengan ini, penyesuaian dalam pengajaran perlu dilakukan guna melayani gaya pembelajaran pelajar”.33 Keefe seperti yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya menjelaskan bahwa Gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu gaya kognitif, gaya afektif dan gaya kejiwaan. Gaya kognitif berkaitan erat dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi serta kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya afektif berkaitan erat dengan reaksi yang berdasarkan kepada motivasi dalam belajar sedangkan gaya kejiwaan bersifat tabiat yang berhubungan erat dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan lingkungan.34 Terkait dengan penjelasan di atas, dalam hal ini penulis akan mengemukakan tentang gaya kognitif itu sendiri dan macam-macamnya. Pada dasarnya kognitif yaitu “karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan”.35 Gaya kognitif juga dipahami sebagai “cara setiap individu dalam menerima, mengorganisasikan, merespons, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalamanpengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis”.36 Setiap individu tentunya akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Dalam proses pembelajaran, macam-macam gaya kognitif tersebut diantaranya, yaitu: a. Field Dependence (FD) 31
Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 152-153. Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010. 33 Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam http://www.jejakguru.co.cc/, 01 Agustus 2010. 34 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 186. 35 Munandir, Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 88. 36 Munandir, Rancangan Sistem…, h. 90. 32
22
Field dependence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh informasi yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.37 b. Field Independence (FI) Field independence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh informasi yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.38 c. Gaya impulsive Gaya impulsive yakni “gaya belajar yang cenderung bersifat menduga-duga, cepat berbuat atau berbuat yang untung-untungan”.39 d. Gaya reflective Gaya reflective yakni “gaya kognitif yang lebih banyak memanfaatkan perenungan dan pertimbangan secara matang”.40 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap individu mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menerima setiap informasi khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Gaya-gaya tersebut seperti gaya field dependence, field independence, impulsive dan reflective baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan kognisi individu.
8. Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Pengembangan Alat Ukur Psikologis dikemukakan bahwa “atribut kecerdasan kognitif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1.) hasil belajar, 2.) inteligensi, dan 3.) potensi intelektual”.41 Dalam pembahasan ini, penulis hanya akan menguraikan tentang hasil belajar saja. Hal ini didasari karena dalam proses pembelajaran hasil belajarlah yang menjadi salah satu aspek yang menjadi penentu tercapai tidaknya kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sebagai objek pendidikan. Menurut Dimyathi dan Mudjiono, hasil belajar yakni “hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila 37
Muhammad Suchaini, “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010. 38 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 190. 39 Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, h. 17. 40 Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran…, h. 25 41 Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 48.
23
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran”.42 Sumber lain yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.43 Hasil belajar ini digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan taksonomi Benjamin S. Bloom hasil belajar tersebut dicapai melalui tiga kategori ranah, antara lain: 1. Ranah kognitif. Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah afektif. Ranah ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkaitan dengan perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.44 Dari ketiga ranah di atas, hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan kognitiflah yang lebih dominan sebab dalam pendidikan di Indonesia, umumnya lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan mereka. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Kecerdasan sangat berpengaruh terhadap kognitif siswa. Semakin cerdas siswa maka, akan baik pula kognitifnya dan begitu pun sebaliknya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar kognitif menekankan pada kemampuan intelektual siswa. Hasil belajar kognitif ini dapat dioptimalkan dan dikembangkan dengan strategi belajar. Guru dapat mengubah teori-teori kognitif
42
Dimyathi dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
250-251. 43
Indra Munawar, “Pengertian dan Definisi Hasil Belajar”, dalam http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010. 44 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
24
dan pemrosesan informasi menjadi strategi-strategi belajar khas. Beberapa strategi belajar yang dimaksud adalah strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, strategi metakognitif. Berikut ini uraian dari keempat strategi tersebut. a. Strategi mengulang. Merupakan strategi yang dilakukan dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. b. Strategi elaborasi. Merupakan strategi yang membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. c. Strategi organisasi. Merupakan strategi yang bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. d. Strategi metakognitif. Merupakan strategi yang berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat.45 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan kecerdasan kognitif terdiri dari hasil belajar, inteligensi dan potensi intelektual. Hasil belajar sendiri yakni suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar ini dapat dicapai melalui tiga ranah, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dalam ranah kognitiflah yang lebih dominan dari ketiga ranah ini. Dalam pengembangan hasil belajar kognitif ini dapat dilakukan dengan menerapkan empat strategi belajar aktif, diantaranya strategi mengulang, elaborasi, organisasi dan metakognitif.
B.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1.
Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Supaya lebih jelas dalam membahas pengertian pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan satu persatu dari kata-kata tersebut. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya “aktivitas perubahan tingkah laku”.46 Perubahan tingkah laku ini ternyata
45
Anwar Kholil, Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar, (Yogyakarta: Andi Press, 2008), Cet. I, h. 50. 46 Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran”, dalam http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010.
25
mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau berpengetahuan dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai “proses yang diterapkan untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik”.47 Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran menjelaskan bahwa pembelajaran adalah “sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri”. 48 Dengan kata lain, pembelajaran yakni bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Adapun Sejarah Kebudayaan Islam sendiri didefinisikan sebagai “kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan
Islam
mulai
dari periode
perkembangan kekuasaan Islam sekarang”.
Nabi 49
Muhammad SAW
sampai
Sejarah Kebudayaan Islam juga
diartikan sebagai “kisah-kisah yang didalamnya terdapat cara-cara hidup yang ditempuh manusia dalam keaneka ragamannya untuk mencapai suatu tujuan”.50 Dalam sumber lain yang penulis peroleh disebutkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan “kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah, penggunaan bahasa dan kebiasaan hidup bermasyarakat”.51 Sidi Gazalba dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam memberikan definisi tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai “cara berpikir dan cara merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari golongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu”.52 Yatimin 47
http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran, 01 September 2010. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 85. 49 Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010. 50 Ustadz Muhammad Khair Abdul Kadir, Konsepsi Sejarah Islam dalam Sorotan, Terj. dari Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam, oleh Nabhan Husein, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet. II, h. 64. 51 Ahmad Hasimy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. I, h. 14. 52 Sidi Gazalba, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 2. 48
26
Abdullah dalam bukunya Studi Islam Kontemporer menegaskan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah “keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih ada”.53 Sedangkan menurut Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Metodologi Studi Islam yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.54 Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah ”proses yang diterapkan untuk membantu peserta didik dalam mengenal, mengetahui dan memahami setiap kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek”.55 Sumber lain
yang penulis
dapatkan memaparkan
bahwa pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam ialah Usaha yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik memahami Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat mendalami Islam yang lebih baik.56 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya adalah aktivitas pentransferan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada siswa yang berhubungan erat dengan peristiwa masa silam, baik itu peristiwa politik, sosial, 53
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Cet. I, h. 202. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. IV, h. 314. 55 Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. VIII, h. 66. 56 Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h. 6. 54
27
maupun ekonomi yang memang benar-benar terjadi dalam suatu negara Islam dan dialami oleh masyarakat Islam.
2.
Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dalam setiap bidang studi terdapat beberapa prinsip yang mesti
diperhatikan dan diterapkan oleh setiap guru guna mengefektifkan proses pembelajaran di ruang kelas. Salah satu bidang studi yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip tersebut yakni Sejarah Kebudayaan Islam. Muhaimin dan kawankawan dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran yang di maksud antara lain sebagai berikut: 1. Prinsip kesiapan (readliness) Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisikpsikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan subjek dapat melakukan kegiatan belajar. 2. Prinsip motivasi (motivation) Motivasi dapat diartikan sebagai “tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”. 57 Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang datang dari dalam diri siswa), dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri siswa). 3. Prinsip perhatian Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan, antara lain: a. Berorientasi kepada suatu masalah. b. Meninjau sepintas isi masalah. c. Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan d. Mengabaikan stimuli yang tidak relevan. 4. Prinsip persepsi Persepsi merupakan “suatu proses bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya”.58 Persepsi umumnya bersifat relatif, selektif dan teratur. Oleh karena itu, sejak dini kepada siswa perlu ditanamkan rasa memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari. 5. Prinsip retensi Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang 57 58
http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010.
28
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Umumnya, dalam belajar terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi retensi. Ketiga faktor tersebut yakni: a. Apa yang dipelajari pada permulaan (original learning). b. Belajar melebihi penguasaan (over learning), dan c. Pengulangan dengan interval waktu (spaced review). 6. Prinsip transfer Transfer yaitu suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer belajar dalam proses pembelajaran khususnya Sejarah Kebudayaan Islam sendiri merupakan aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap atau respons-respons lain dari suatu situasi ke dalam situasi yang lain. Umumnya, bentuk transfer dibedakan menjadi tiga macam, yakni: a. Transfer positif. Terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu atau mempermudah pembentukkan unjuk kerja siswa dalam tugastugas selanjutnya. b. Transfer negatif. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya menghambat atau mempersulit unjuk kerja dalam tugas-tugas baru. c. Transfer nol. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya tidak mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya.59 Selain Muhaimin dan kawan-kawan, Fadilah Suralaga dan kawan kawan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam juga menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri atas: 1. Prinsip motivasi (motivation) Motivasi merupakan sebuah prinsip penting dari beberapa prinsip pembelajaran. Hakikatnya, dalam proses pembelajaran di sekolah motivasi mempunyai peran yang begitu dominan dalam membangkitkan semangat individu guna mencari problem solving. Selain itu, motivasi jugalah yang mampu membantu merealisasikan tujuan yang akan diraih serta mempercepat daya tangkap pengetahuan yang dipelajari. Dengan pertimbangan inilah Fadilah Suralaga dan kawan-kawan menempatkan motivasi sebagai prinsip utama dalam proses pembelajaran. 2. Prinsip penghargaan (reward) Sama halnya dengan motivasi, penghargaan (reward) juga mempunyai posisi penting untuk mensupport individu melakukan respons yang positif dalam pembelajaran. Penghargaan (reward) yang diberikan tidak selalu berupa materi, namun bisa juga bersifat abstrak. Misalnya, penghargaan bisa diberikan dalam bentuk pujian, apresiasi maupun motivasi. Pujian seorang guru kepada muridnya dapat menyebabkan murid tersebut semangat untuk belajar. Dengan kata lain, penghargaan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk memunculkan respons positif yang mampu memberikan semnagat belajar. 59
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 145-147.
29
3. Prinsip partisipasi aktif (active participation) Partisipasi adalah “proses keterlibatan mental dan emosi seorang individu kepada pencapaian suatu tujuan dan individu tersebut ikut bertanggung jawab di dalamnya”.60 Belajar akan lebih baik dan lebih cepat bila ada partisipasi aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan siswa yang belajar. Setiap siswa pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 4. Prinsip konsentrasi (concentration) Konsentrasi ialah suatu proses pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Konsentrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Individu tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau dia tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya. Bila demikian, konsentrasi menjadi syarat mutlak dalam proses pembelajaran. Membangkitkan konsentrasi siswa bisa melalui berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan perumpamaan fakta yang mengandung makna, mengajukan pertanyaan, melakukan diskusi maupun dialog, menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti peta, sketsa, audio visual dan sebagainya.61 Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses mengajar maupun pembelajaran merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks. Dalam proses tersebut terdapat hal-hal yang sudah semestinya diperhatikan baik itu oleh guru maupun siswa. Hal-hal inilah yang disebut oleh para ahli pendidikan sebagai prinsip. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya kesiapan, motivasi, perhatian, persepsi, retensi dan transfer. Ada pula yang mengemukakan bila prinsip pembelajaran itu diantaranya motivasi, penghargaan, partisipasi aktif dan konsentrasi. Bagaimana pun pengklasifikasian prinsip pembelajaran oleh para ahli pendidikan tersebut, yang jelas prinsip-prinsip ini memiliki perannya masing-masing dalam menumbuh kembangkan keefektifan proses pembelajaran di sekolah.
60
Bambang Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 279. 61 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 96-100.
30
3.
Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat
sejarah dan kebudayaan mempunyai kedudukan dan peran inti, kedudukan serta posisi manusia ini di kisahkan dalam Al-Qur‟an diantaranya: 1. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan paling utama. Sebagai konsekuensi logis manusia memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, dalam arti yang seluas-luasnya dan pada dimensi beragam yang pada gilirannya merupakan amanat yang mesti dipikul. 2. Guna mengemban tugasnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT, tidak seperti ciptaan Allah SWT yang lain. Semuanya mempunyai tekanan yang sama yaitu agar manusia menggunakan akalnya hanya untuk hal yang positif sesuai dengan fitrah dan panggilan hati nuraninya, dan amatlah tercela orang yang terpedaya oleh hawa nafsu terlepas dari kemanusiaan dan fitrahnya. Terkait dengan hal di atas, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru di setiap lembaga pendidikan formal sudah sepatutnya diintegrasikan dengan kedudukan dan posisi manusia yang telah dikisahkan dalam Al-Qur‟an tersebut agar siswa dapat memahami hakikat mereka sebagai pelaku serta pembuat sejarah dan kebudayaan. Agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini dapat memberikan nilai edukasi tinggi kepada siswa, maka guru harus mengetahui dan memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut. Adapun fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam antara lain sebagai berikut: a. Fungsi inspiratif: Sejarah Kebudayaan Islam memberikan inspirasi mengenai gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan masa kini, khususnya yang berkaitan dengan semangat untuk mewujudkan identitas sebagai masyarakat Islam. b. Fungsi rekreatif: melalui membaca dan mempelajari Sejarah Kebudayaaan Islam seakan-akan kita melakukan perlawatan Sejarah Kebudayaan Islam karena menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman masa lampau untuk mengikuti setiap peristiwa yang terjadi.
31
c. Fungsi instruktif: Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bidang keilmuan yang diyakini dapat menunjang keterampilan-keterampilan tertentu. d. Fungsi edukatif: Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan nilai kearifan bagi siapa saja yang mempelajarinya. Selain itu, melalui Sejarah Kebudayaan Islamlah dapat dilakukan pewarisan nilai-nilai budaya Islam dari generasi terdahulu ke generasi masa kini. Dari pewarisan nilai-nilai itulah akan menumbuhkan kesadaran sejarah, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan masyarakat Islam.62 Zakiah Daradjat dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam menegaskan bahwa Fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya adalah membantu meningkatkan iman peserta didik dalam rangka pembentukan pribadi muslim, disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya, memberi bekal kepada peserta didik dalam rangka melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk menjalani kehidupan mereka bila mereka putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang disamping meluaskan cakrawala pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan umat manusia.63 Kartodirdjo seperti yang dikutip oleh Hariyono dalam buku Mempelajari Sejarah Secara Efektif menjelaskan bahwa fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam antara lain sebagai berikut: a. Melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik mendapatkan inspirasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi dari kisah-kisah yang benar-benar terjadi dan dialami secara langsung oleh pelaku. b. Membantu memupuk kebiasaan berpikir peserta didik secara kontekstual, terutama dalam hal meruang dan mewaktu, tanpa menghilangkan hakikat perubahan yang terjadi dalam proses sosio kultural masyarakat Islam. c. Membangkitkan perhatian dan minat perserta didik kepada sejarah masyarakat Islam sebagai satu kesatuan komunitas.64 Adapun fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008 yakni: 62
Siswo Dwi Martanto, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan dan Solusinya, (Yogyakarta: Ombak Press, 2008), Cet. I, h. 188-189. 63 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999), Cet. I, h. 175. 64 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), Cet. I, h. 191.
32
a. Melalui Sejarah Kebudayaan Islam, peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai masa lalu Islam dan kebudayaannya. b. Sejarah Kebudayaan Islam menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. c. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu sumber penting yang mempunyai kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.65 Dari uraian di atas tentang fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam berfungsi bukan hanya sebagai salah satu bidang studi yang memberikan nilai edukatif tinggi kepada siswa, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam juga berfungsi sebagai sumber penting yang mampu menumbuh kembangkan kesadaran siswa akan hakikat nilai-nilai kesejarahan Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan penghargaan dan apresiasi mereka terhadap perjuangan masyarakat Islam.
4. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru di lembaga-lembaga pendidikan formal seperti madrasah selain memiliki fungsi juga memiliki peran penting yakni menumbuh kembangkan pemahaman siswa tentang peristiwa masa lampau dan perkembangan kondisi masyarakatnya di suatu wilayah Islam. Namun, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun juga memiliki tujuan yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi dan perannya itu, yakni: Mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan mengenai masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami, menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat Islam
65
Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depag RI, 2008), h. 85.
33
serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam dunia.66 Sedangkan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang penulis peroleh dari sumber lain menegaskan bahwa Pada dasarnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu bertujuan untuk menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik mengenai adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat Islam dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang.67 Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini juga dijelaskan di dalam kurikulum Madrasah Aliyah yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008, antara lain sebagai berikut: a. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. e. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.68 Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa utamanya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di lembaga pendidikan formal bertujuan tidak hanya sekedar membentuk kepribadian siswa yang luhur dan mulia seperti tokoh66
Hansiswany Kamarga, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Informasi, Perlukah?, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. I, h. 20. 67 Nurul Fikri, “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010. 68 Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 85.
34
tokoh teladan dalam sejarah, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan menanamkan kesadaran berpikir siswa bahwa mempelajari kisah di masa lampau itu sangat berguna sebagai patokan untuk menjalani kehidupan di masa kini bahkan di masa mendatang dengan berpedoman pada pelajaran yang sudah di ambil dari masa lampau tersebut.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dalam pembahasan mengenai ruang lingkup pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, penulis akan menguraikan ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga pendidikan Madrasah Aliyah. Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah tersebut merupakan salah satu satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban Islam di masa lampau, yang di mulai dari: 1. Dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah dan periode Madinah. 2. Kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. 3. Perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (pada tahun 650 M-1250 M). 4. Perkembangan Islam pada abad pertengahan atau zaman kemunduran (pada tahun 1250 M-1800 M). 5. Perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (pada tahun 1800 M-sekarang). 6. Perkembangan Islam di Indonesia.69 Adapun penjelasan mengenai klasifikasi ruang lingkup pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di atas antara lain sebagai berikut: a. Ruang lingkup tentang dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah dan Madinah ini ditandai dengan perjuangan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan dan saat masa kerasulan dalam menyampaikan dakwah Islam baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan di kota Makkah hingga peristiwa hijrahnya beliau bersama kaum muslimin ke kota Madinah dan membentuk negara Islam di kota tersebut sampai peristiwa wafatnya Rasulullah SAW. b. Ruang lingkup tentang masa kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah SAW wafat ditandai dengan pengangkatan empat sahabat Rasul yakni 69
Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 89.
35
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib sebagai Khalifah Rasulillah (pengganti Rasul) untuk memimpin umat Islam dan sistem pemerintahan Islam selama kepemimpin empat sahabat Rasul ini disebut sebagai masa Khalifatur Rasyidin (pemimpin yang diberikan petunjuk). c. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (tahun 650 M-1250 M) merupakan masa permulaan Islam yang ditandai dengan lahirnya dinasti bani Umayyah di Damaskus, dinasti bani Abbasiyyah di Baghdad, dinasti bani Umayyah II di Andalusia sampai hancurnya dinasti bani Abbasiyyah IV yang sering disebut sebagai masa disintegrasi. d. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad pertengahan atau kemunduran (tahun 1250 M-1800 M) dibagi ke dalam dua fase, yaitu: a.) fase kemunduran (tahun 1250 M-1500 M) yang ditandai dengan hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol dan lahirnya dinasti Ilkhan, serangan-serangan Timur Lenk terhadap wilayah kerajaan Islam sampai bertahannya dinasti Mamalik di Mesir dari serangan bangsa Mongol maupun Timur Lenk. b.) fase tiga kerajaan besar (1500 M-1800 M) yang dimulai dengan zaman kemajuan (tahun 1500 M-1700 M) kerajaan Utsmani, Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga kerajaan ini (tahun 1700 M-1800 M). e. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (tahun 1800 M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para tokoh pembaharu Islam dengan segala macam bentuk pemikiran dan kontribusinya terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh pembaharu tersebut yakni: a.) Muhammad ibn Abdul Wahab, b.) Jamaluddin al-Afghani, c.) Muhammad Abduh, d.) Muhammad Rasyid Ridha, e.) Kamal Ataturk, dan f.) Muhammad Iqbal. f. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan proses masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di Indonesia, lahirnya ulama-ulama di Indonesia, peranan walisongo dalam penyebaran Islam dan sejarah berdirinya organisasi keIslaman seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.) Nahdatul Ulama (NU).70 6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Suatu proses pembelajaran dikatakan dapat mencapai tujuan pendidikan apabila dalam proses tersebut di dukung oleh aspek-aspek penting yang umumnya terdapat dalam lingkup dunia pendidikan. Aspek yang dimaksud itu diantaranya tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Aspek-aspek ini pula yang terdapat dalam proses pembelajaran
70
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. II, h. 218-219.
36
Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun penjelasan dari kesemua aspek ini akan penulis uraikan sebagai berikut. 1. Tenaga pendidik (guru) Sejarah Kebudayaan Islam Salah satu unsur penting dari proses kependidikan ialah guru atau pendidik. Secara umum, guru adalah ”orang yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik”.71 Sementara secara khusus, guru dalam perspektif pendidikan Islam yaitu ”orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi siswa, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam”.72 Dalam pendidikan Islam, khususnya di bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam ini seorang guru hendaknya mempunyai kompetensi yang bisa membedakannya dari yang lain. Dengan kompetensinya tersebut menjadi ciri dan sifat yang akan melandasi keberhasilan proses pembelajaran. Umumnya, kompetensi guru ini dibagi dua, yakni: a. kompetensi professional religius, dan b. kompetensi personal religius (sikap mengajar). Menurut Al-Ghazali seperti yang dikutip Muhaimin dalam bukunya menjelaskan bahwa Kompetensi professional religius guru ini mencakup bagaimana guru dalam penyampaian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, penguasaan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pendalaman materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, penggunaan serta penguasaan media pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.73 Sedangkan kompetensi personal religius (sikap mengajar) guru menurut Athiyah al-Abrasyi mencakup ”berlaku adil terhadap siswa, bersikap ramah terhadap siswa, bersikap lemah lembut terhadap siswa, bersikap bijaksana dalam menghadapi siswa, bersikap sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada siswa dan bersikap jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya kepada siswa”.74
71
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 41. 72 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 43. 73 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 98. 74 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 45.
37
2. Materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Materi atau bahan pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Materi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai ”segala sesuatu yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan”.75 Ahmad Mustofa menjelaskan bahwa Materi pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif) mencakup fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan (afektif) mencakup kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Adapun materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai (psikomotorik) adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, seperti nilai kasih sayang, kebersamaan, tolong menolong, kejujuran, semangat bekerja dan lain-lain.76 Umumnya, setiap bidang studi yang diajarkan guru disekolah memiliki materi pembelajaran yang dibangun berdasarkan ketiga aspek di atas dan salah satu bidang studi tersebut yaitu Sejarah Kebudayaan Islam. Membahas materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini tidak hanya dilihat dari ketiga aspek tersebut, tetapi juga ada hal-hal yang menjadi indikator dari materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini. Muhaimin dan kawan-kawan dalam bukunya mengemukakan bahwa Indikator yang menjadi dasar materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu masalah bagaimana cakupan atau isi materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu. Dalam menentukan ruang lingkup materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu memperhatikan tiga aspek, yaitu: aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif; dan aspek psikomotorik. Selain itu, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut: a. kelengkapan materi, materi yang disajikan mendukung pencapaian seluruh Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam work sheet. b. keluasan materi, menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, dan c. kedalaman materi, 75
Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. I, hlm. 77. 76 Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran…, h. 79.
38
seberapa detail konsep-konsep yang harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa. Ketepatan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam.77 Selain indikator di atas, kelayakan penyajian (sequencing) materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun tidak kalah pentingnya dengan cakupan atau ruang lingkup. Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan bahwa “tanpa adanya kelayakan penyajian (sequencing) yang tepat dan terperinci dalam materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, maka sudah tentu hal ini akan menyulitkan siswa dalam mempelajari dan memahami Sejarah Kebudayaan Islam”.78 Selain itu, sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa standar dalam kelayakan penyajian (sequencing) materi ini mencakup: a. Kelengkapan penyajian. Kelengkapan penyajian ini diantaranya: 1) Bagian awal. Meliputi: sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau ilustrasi dan daftar lampiran. 2) Bagian inti. Meliputi: judul bab, uraian bab, ringkasan bab, gambar atau ilustrasi, latihan atau contoh soal untuk evaluasi kompetensi. 3) Bagian akhir. Meliputi: rangkuman, lampiran dan daftar pustaka. b. Penyajian materi. Penyajian materi ini diantaranya: 1) Keruntutan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Materi Sejarah Kebudayaan Islam tidak menyimpang dari aqidah Islam. Artinya uraian materi menampilkan contoh atau bahasan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Hadits. 3) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menampilkan bahasan yang sesuai dengan aqidah Islam. 4) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menceritakan figur-figur teladan dalam Islam.79 3. Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan metode pembelajaran karena di dalamnya dijumpai berbagai materi tentang konsep dan wawasan Islam yang menuntut guru untuk komunikatif dan kreatif dalam menyampaikannya agar proses pembelajaran terkesan menarik. Menarik atau tidaknya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 77
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 242. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 173. 79 Sirajudin Zar, dkk., Hasil Rapat Kerja Penilaian…, 2010. 78
39
ini tentunya dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sendiri. Penerapan metode pembelajaran yang tepat seperti diskusi, tanya jawab, penugasan, kerja kelompok, karya wisata dan sebagainya sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Selain
penerapan
metode
pembelajaran,
penggunaan
metode
pembelajaran yang variatif juga dapat dilakukan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Armai Arief mengatakan bahwa ”metode pembelajaran yang variatif bukan hanya dapat memberikan kesan menarik kepada siswa, tetapi juga dapat membangkitkan motivasi belajar mereka”.80 Dengan variasi metode pembelajaran ini, siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran (akademis teoretis), tetapi juga menguasai aspek praktik dan pragmatik. Adapun variasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini seperti metode tanya jawab, diskusi, karya wisata, ceramah, kerja kelompok, penugasan dan sebagainya. Penguasaan metode pembelajaran juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas. Penguasaan metode pembelajaran yang profesional dan prima menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan.
4. Evaluasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Evaluasi merupakan “penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menguasai bahan pengajaran yang telah diberikan”.81 Tujuan dari evaluasi ini yakni untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebagai
80
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 39. 81 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. X, h. 40.
40
tindak lanjut dari tujuan ini yakni untuk mengetahui siapa di antara siswa yang cerdas dan yang lemah. Setiap materi pelajaran yang diajarkan guru di sekolah diharuskan melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Hal ini tidak terkecuali pada materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Evaluasi terhadap materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini umumnya dapat dilakukan melalui tiga tahap, yakni: a. Evaluasi test formatif. Yakni penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Tujuan tes ini yakni untuk membantu guru dalam mengetahui kesiapan siswa sebelum interaksi belajar dimulai. Tes formatif ini dapat dilakukan guru dengan cara mengadakan pre test (tes awal sebelum memulai pengajaran). Pre test ini dapat dilaksanakan melalui appersepsi (entering behaviour), mengadakan kuis interaktif guru dan siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa dan sebagainya. Selain pre test, guru juga dapat melaksanakan post test (tes yang dilakukan setelah setiap kali selesai mengajar untuk mengetahui hasil belajar siswa yang baru saja dilaksanakan). Post test ini bisa diterapkan dengan cara memberikan tugas kepada siswa setiap akhir pembahasan materi pembelajaran, mengadakan ulangan harian (test) setiap akhir pembahasan materi pembelajaran. b. Evaluasi test mid semester. Yakni penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran selama pertengahan semester proses pembelajaran. Test mid semester ini dapat digolongkan ke dalam bentuk test sumatif. Adapun tujuan test ini yakni untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama pertengahan semester. Penilaian mid semester dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS). c. Evaluasi test akhir semester. Yakni penilaian yang dilakukan terhadap terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran selama satu semester penuh (akhir tahun pembelajaran). Test akhir semester ini juga dapat digolongkan ke dalam bentuk tes sumatif. Tujuan test akhir semester yakni untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama satu semester penuh pada suatu unit pendidikan tertentu. Penilaian akhir semester ini dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) dan biasanya dalam test akhir semester ini guru juga memberikan penghargaan (reward) kepada siswa setiap akhir evaluasi pembelajaran sebagai bentuk ketercapaian hasil belajar selama satu semester penuh.82 Dari uraian di atas tentang aspek-aspek pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran 82
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran…, h. 92-94.
41
khususnya pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan di lembaga pendidikan formal tidak akan dapat berjalan optimal dan mencapai tujuan pendidikan bila tidak didukung oleh aspek-aspek yang dimana aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Aspek pembelajaran itu diantaranya tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Metode secara harfiah berasal dari kata methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis menjelaskan bahwa metode adalah “sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu”.83 Sedangkan metode pembelajaran sendiri merupakan “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”. 84 Di dunia pendidikan, metode pembelajaran ini memiliki peran penting dalam mewujudkan suatu tujuan pembelajaran dari setiap bidang studi yang telah ditetapkan. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai salah satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang diajarkan di lembaga pendidikan formal sama dengan bidang studi lain mempunyai tujuan pembelajaran yang dimana untuk merealisasikannya di lakukan melalui metode pembelajaran yang tentunya terkait dengan hal-hal kesejarahan dan kebudayaan Islam. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya sekedar menekankan kepada pengertian konsep-konsep sejarah belaka, tetapi bagaimana melaksanakan proses pembelajarannya dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran tersebut menjadi benar-benar bermakna. Namun, dalam prosesnya kerap kali ditemukan permasalahan seperti rendahnya minat peserta didik terhadap Sejarah Kebudayaan Islam, rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan berbagai metode dan pendekatan pengajaran 83
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 66. Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 113.
84
42
fakta (ceramah) dalam mengajarkan bidang studi ini sehingga pembelajaran terasa monoton dan di dominasi penuh oleh guru (teacher center). Sumber yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak bisa diajarkan dengan pendekatan pengajaran fakta (ceramah) saja, tetapi harus digunakan pendekatan-pendekatan yang cocok sehingga menuntut peserta didik memahami, menghayati, dan menginternalkan nilai-nilai sejarah ke dalam dirinya. Oleh karena itu, metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang dikembangkan pendidik sudah seharusnya dapat menantang daya kognitif (intektual) dan keaktifan peserta didik.85 Berhubungan dengan hal di atas, sebelum nantinya guru dapat menentukan metode yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sudah semestinya guru mempunyai pemahaman tentang hakikat pembelajaran sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang dibutuhkan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah serta kompetensi-kompetensi apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah itu sendiri. Sumber yang di dapatkan penulis menyebutkan bahwa Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kompetensi yang harus dikembangkan guru yakni kemampuan peserta didik dalam berpikir. Minimalnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus melatih peserta didik berpikir kronologis, logis (kausalitas), dan kreatif. Hal ini sesuai dengan fungsi otak pada manusia, otak kiri mempunyai kemampuan berpikir logis (terpusat atau konvergen) dan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir kreatif (menyebar atau divergen). Maka pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah proses pemahaman peristiwa sejarah melalui cerita kronologis beserta sebab-akibatnya dan pencarian makna serta nilai di dalamnya secara kreatif.86 Berdasarkan sumber di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islamlah kedua fungsi otak yang ada pada manusia dapat difungsikan secara seimbang dan maksimal. Agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat lebih bermakna dan bernilai tinggi, maka pendidik dapat menggunakan metode yang dapat menumbuhkan minat dan intelektual peserta didik. Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran 85
Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 118 86 Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama…, h. 120.
43
Sejarah Kebudayaan Islam adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diajarkan. Menurut Herny Andita dalam bukunya Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, ada lima
unsur
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan
Islam
yang
harus
diimplementasikan oleh guru. Kelima unsur tersebut yakni: a. Variatif. Pembelajaran apapun yang dilakukan jika monoton pasti membuat peserta didik jenuh, bosan, dan akhirnya kurang berminat. Hal ini terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, karena terkonsentrasi pada penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru Sejarah Kebudayaan Islam berasumsi bahwa materi pelajaran tersebut dapat dipindahkan secara utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran yang serupa. b. Dari fakta ke analisis. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer of value, bukan sekadar mengajarkan peserta didik menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Oleh karena itu, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan untuk mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah agar generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya. c. Terbuka dan dialogis. Praktek pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang tertutup dan monoton berpotensi membawa peserta didik dalam suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Oleh karena itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam wajib mendesain pembelajaran yang bersifat terbuka dan dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru sejarah untuk tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran di kelas, sebab paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah harus ditinggalkan kemudian beralih ke student centered. d. Kreatif (divergen). Sejalan dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan prinsip kreatif (divergen) sangat penting agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terhindar dari kecenderungan yang hanya menyampaikan fakta sejarah. e. Berorientasi maju (progresif). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu didasarkan pada prinsip progresif. Perspektif baru pendidikan Sejarah kebudayaan Islam harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Apabila Sejarah Pendidikan Islam hendak berfungsi sebagai pendidikan, maka harus dapat memberikan solusi cerdas dan relevan dengan situasi sosial dewasa ini. Penekanan prinsip ini merupakan pengejawantahan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan watak tridimensional.87
87
Herny Andita, Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet. I, h. 67.
44
Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cocok untuk menjadikan siswa aktif, kognitif mereka dapat berkembang maksimal dan guru sebagai fasilitatornya yakni metode pakem, inquiry dan cooperative learning. Metode pakem yakni ”metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang diterapkan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas”.88 Jenis metode yang dapat mewakili pakem yaitu “metode analisa studi kasus, tanya jawab, bermain peran, karya wisata”.89 Selanjutnya metode inquiry yaitu “proses untuk memperoleh informasi dengan melakukan observasi guna mencari jawaban terhadap pertanyaan dengan menggunakan kemampuan berpikir logis dan kritis”.90 Penerapan metode inquiry dalam Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan dapat merangsang siswa agar mereka mencari, meneliti serta memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. “Dalam pelaksanaannya, metode inquiry dapat dilakukan dengan cara diskusi, debat, pemecahan masalah (problem solving), penugasan dan resitasi (merangkum bahan berdasarkan kalimat dan pemahaman sendiri), kerja kelompok”.91 Selanjutnya metode cooperative learning yaitu “metode pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil”.92 Penerapan metode cooperative learning dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat menempatkan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi siswa dalam upaya mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam pelaksanaannya, metode cooperative learning dapat dilakukan dengan cara “jigsaw (membahas bahan permasalahan bersama teman sekelompok dan antar kelompok), think pair and share (berbagi pendapat atas suatu masalah),
88
Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://miratul.multiply.com/, 20 Maret 2011. Miratul, “Pembelajaran …”, 21 Februari 2011. 90 Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 118. 91 Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 120. 92 Wahyu Widyaningsih, “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, dalam dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari 2011. 89
45
student teams achievement divisions (belajar bersama antar siswa untuk memecahkan suatu masalah)”.93 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan bidang studi yang dapat mempengaruhi fungsi otak siswa agar lebih seimbang dan optimal. Hal ini tentu saja tidak dapat terealisasikan tanpa penerapan metode pembelajaran yang baik dan optimal pula. Inilah tugas para guru Sejarah Kebudayaan Islam untuk memilih dan menerapkan metode apa yang dapat membantu merangsang kecerdasan kognitif, kemandirian berpikir dan keaktifan siswa. Terkait dengan hal di atas, dalam Al-Qur‟anul Karim terdapat banyak ayat yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif ini. Ayat-ayat tersebut diantaranya: 1. Qs. Ar-Ra‟d ayat 19
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?. Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Qs. Ar-Ra‟d: 19). 2. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Hud ayat 30)
Dan (dia berkata): Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?. (Qs. Hud: 30) 3. Kisah Nabi Hud as. (Qs. Hud ayat 51)
93
Aini Muhfida, Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2000), h. 29.
46
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?. (Qs. Hud: 51) 4. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Hud ayat 78)
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?. (Qs. Hud: 78) 5. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Al-„Ankabut ayat 15)
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan (peristiwa) itu sebagai pelajaran bagi semua umat manusia. (Qs. Al-„Ankabut: 15) 6. Kisah Nabi Musa as. (Qs. Asy-Syu‟ara ayat 28)
Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal. (Qs. Asy-Syu‟ara: 28) 7. Kisah Nabi Yusuf as. (Qs. Yusuf ayat 111)
47
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Qs. Yusuf: 111) 8. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Al-Hijr ayat 74-75)
Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Qs. Al-Hijr: 74-75)
C.
Hipotesis Penelitian Untuk memudahkan penelitian skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis
yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang akan diajukan oleh seorang peneliti. Dikatakan sementara karena jawaban tersebut harus terlebih dahulu diuji oleh data. Adapun rumusan hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Ho (hipotesis nihil): Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. b. Ha (hipotesis alternatif): Adanya hubugan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah Madrasah
Aliyah (MA) Al-Falah yang beralamat di Jl. H. Tohir No. 43 RT: 03 RW: 07 Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dimulai sejak bulan Desember sampai dengan Januari 2011.
B.
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 2. Variabel terikat: Kecerdasan kognitif siswa
C.
Metode Penelitian Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis melalui jenis penelitian lapangan (field research).
48
49
49
D.
Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di
Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebanyak 120 siswa dari 3 kelas yang ada. 2. Sampel Penulis mengambil sampel sebanyak 35% dari jumlah populasi yang ada, dengan pembagian setiap kelas sebanyak 14 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. 1. Sampel Penelitian No.
Kelas
Jumlah Responden
1.
XII IPA
14 orang
2.
XII IPS
14 orang
3.
XII Bahasa
14 orang
Jumlah
42 orang
Sampel di atas tersebut dilakukan secara acak (random sampling) dengan cara melihat absensi siswa dari setiap kelas yang ada.
E.
Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam
mengumpulkan data. Teknik tersebut diantaranya yakni: 1. Observasi Teknik observasi ini dilakukan penulis untuk memperoleh data mengenai kondisi objektif Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebagai berikut: a. Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa. b. Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin, pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi. c. Sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi. d. Kegiatan ekstrakurikuler.
50
2. Wawancara Agar data menjadi lebih lengkap, maka penulis melakukan wawancara secara langsung dengan informan yang terdiri dari kepala sekolah MA. Al-Falah Jakarta dan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta. Wawancara ini penulis lakukan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII di sekolah tersebut. 3. Angket Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta, penulis akan memberikan angket sebanya 30 item kepada 42 sampel penelitian dengan alternatif jawaban yang tersedia. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana taraf kecerdasan kognitif siswa, penulis akan mengadakan test kognitif dimana soal-soal dalam test tersebut diambil dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester ganjil tentang pertumbuhan dan perkembangan Islam di Andalusia sebanyak 24 butir pertanyaan dan akan diujikan kepada 42 sampel penelitian.
F.
Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor
yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas, tiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada uji validasi angket ini, penulis menggunakan rumus PEARSON, yaitu:
rit
xixt xt xi 2
2
Keterangan: rit = Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
51
xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt1 Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan didapat angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf signifikansi 0,05. Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang terdapat dalam formula excel. 2. Uji Reliabilitas Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum, maka pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, rumusnya yaitu:
n Si r11 1 2 n 1 St Keterangan: r11
=
Koefisien reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir pernyataan
1
= Bilangan Konstan
Si = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir pernyataan St 2 = Varian total2
Hasil
perhitungan
uji
reliabilitas
angket
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) pada sampel sebanyak 42 siswa diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reliabilitas kuat atau tinggi sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.
1
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009), h. 32. 2 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 207-208.
52
G.
Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengolahan data
sebagai berikut: a. Editing (pemeriksaan data). Merupakan proses dimana penulis memeriksa kelengkapan data dan kejelasan angket yang berhasil dikumpulkan. b. Skoring. Merupakan proses dimana penulis memberikan skor atau nilai pada setiap angket. c. Tabulating. Merupakan proses mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan. Berikut ini merupakan penjabaran skor atau nilai pada setiap angket yang diberikan oleh penulis: 2. Kriteria Penilaian Angket Alternatif Jawaban
H.
Pernyataan Positif
Negatif
Sangat setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak setuju
2
3
Sangat tidak setuju
1
4
Teknik Analisis Data 1. Uji Analisis Deskriptif Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan
cara statistik deskriptif, dipergunakan untuk mengorganisasikan dan meringkas data numerik yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilapangan dalam bentuk tabulasi data, persentasi yang diwujudkan pada grafik-grafik atau gambargambar serta perhitungan deskriptif, sehingga dapat diketahui ciri-ciri khusus dari data tersebut yang selanjutnya dapat di interpretasikan sebagai informasi yang tegas dan jelas tentang data tersebut. Dalam teknis analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban dari setiap responden, lalu dijumlah dan menghasilkan skor total, diklasifikasikan
53
dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing lalu diprosentasikan dengan rumus:
P = f/N x 100 % Keterangan:
2.
P
= Angka prosentase
f
= Frekuensi setiap jawaban
N
= Number of cases (banyaknya individu)
100 %
= Bilangan tetap constant3
Uji Korelasi Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel
dalam penelitian skripsi ini maka, penulis menggunakan teknik uji analisis korelasional dengan rumus “Product Moment Karl Pearson” dimana rumusnya yakni sebagai berikut: rxy
N ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)
=
√{N ∑ X2 – (∑ X)2}{N ∑ Y2 – (∑ Y)2} Keterangan: rxy
= Koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y
∑ XY = Jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y X
= Skor variabel X
Y
= Skor variabel Y
N
= Number of cases (banyaknya individu)4
Dengan adanya perhitungan yang bersifat lebih praktis, maka rumus manual Product Moment Karl Pearson di atas dapat diproses dengan menggunakan program SPSS 13.0 for windows. 3
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 43. 4
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 206.
54
3.
Uji Koefisien Determinasi Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus “Coefficient of Determination” atau koefisien penentu. Rumus koefisien determinasi tersebut yaitu sebagai berikut:
KD = r² x 100 % Keterangan:
4.
KD
= Koefisien Determinasi
r
= Koefisien korelasi
100 %
= Bilangan tetap constant
Uji Test Kecerdasan Kognitif Perhitungan test kecerdasan kognitif ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar nilai kemampuan kognitif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu sebagai berikut:
B/∑ item x 100 Keterangan: B
= Jumlah jawaban yang benar
∑ item
= Jumlah soal
100
= Bilangan tetap constant
55
3. Kisi-kisi Angket Penelitian Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta No.
1.
Variabel Penelitian
Dimensi
Pembelajaran Sejarah
1.1 Guru Sejarah
Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam
(SKI)
(SKI)
Indikator
No.
Jum.
Item
Item
A. Penyampaian materi pembelajaran SKI. 1. Penguasaan materi pembelajaran SKI.
1,2
2. Pendalaman materi pembelajaran SKI.
3,4
3. Penyampaian materi pembelajaran SKI.
5,6
4. Penggunaan media pembelajaran SKI.
7,8,9
2
2
2
3
B. Sikap mengajar 1. Bersikap sabar dalam
10
1
mengajarkan siswa. 2. Bersikap bijaksana
11
dalam menghadapi
1
siswa. 3. Bersikap adil terhadap siswa.
12,13
2
4. Bersikap ramah terhadap siswa.
14
1
5. Bersikap lemah lembut terhadap semua siswa.
15
1
56
1.2 Materi pembelajaran SKI.
A. Cakupan/isi materi pembelajaran SKI 1. Kelengkapan materi pembelajaran SKI.
16,17
2
18
1
19,21
2
20,23
2
22,24,25
3
26,27
2
2. Keluasan materi pembelajaran SKI. 3. Kedalaman materi pembelajaran SKI. B. Kelayakan penyajian (sequencing) 1. Bagian awal materi pembelajaran SKI (sampul, kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, daftar gambar dan lampiran). 2. Bagian inti materi pembelajaran SKI (judul bab, uraian bab, ringkasan bab, gambar dan latihan soal). 3. Bagian akhir materi pembelajaran SKI (daftar pustaka, rangkuman dan lampiran). C. Penyajian materi pembelajaran SKI. 1. Keruntutan materi
57
pembelajaran SKI.
28
1
29
1
30
1
31,33
2
32
1
34,35
2
36,37
2
38
1
39
1
2. Materi SKI tidak menyimpang dari aqidah Islam. 3. Uraian materi SKI menampilkan bahasan yang sesuai dengan aqidah Islam. 4. Isi uraian materi pembelajaran SKI tentang figur-figur teladan Islam.
1.3 Metode pembelajaran SKI
A. Penerapan metode pembelajaran SKI. 1. Penguasaan metode pembelajaran SKI. 2. Penerapan metode pembelajaran SKI (metode diskusi, tanya jawab dan penugasan). 3. Penggunaan variasi metode pembelajaran SKI.
1.4. Evaluasi pembelajaran SKI.
A. Evaluasi test formatif 1. Tanya jawab guru SKI dan siswa. 2. Kuis interaktif guru
58
dan siswa. 3. Tugas akhir
40,41
2
42
1
43
1
44,45
2
pembelajaran SKI. 4. Ulangan harian pembelajaran SKI. B. Evaluasi test mid semester (sumatif) 1. Ujian Tengah Semester (UTS) pembelajaran SKI. C. Evaluasi test akhir semester (sumatif) 1. Ujian Akhir Semester (UAS) pembelajaran SKI.
59
4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta No.
2.
Variabel Penelitian
Kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-
Dimensi
2.1 Pengetahuan (knowledge)
Falah Jakarta
Indikator
1. Menyebutkan khalifah
No.
Jum.
Item
Item
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
yang berkuasa di Andalusia. 2. Menyebutkan pahlawan yang memimpin pasukan Islam di Andalusia. 3. Menyebutkan khalifah pendiri daulah bani Umayyah II di Andalusia. 4. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan umat Islam dalam menaklukkan Andalusia.
2.2 Pemahaman (comprehension)
5. Menjelaskan proses masuknya Islam ke wilayah Andalusia. 6. Menjelaskan ibrah dari masuknya Islam ke Andalusia. 7. Menjelaskan sebab-
60
sebab munculnya
7
1
8
1
9
1
10
1
11
1
12
1
Muluk Al-Thawaif (kerajaan kecil). 8. Menjelaskan perkembangan peradaban Islam pada masa daulah bani Umayyah II di Andalusia.
2.3 Penerapan
9. Menyebutkan nilai-
(application)
nilai prestasi dari kemajuan peradaban Islam di Andalusia. 10. Menyebutkan nilainilai keteladanan dari sejarah para tokoh daulah bani Umayyah II. 11. Menyebutkan nilainilai kepemimpinan dari para penguasa daulah bani Umayyah II. 12. Menyebutkan hikmah-hikmah dari sejarah perkembangan peradaban Islam di Andalusia.
61
2.4 Analisis (analysis)
13. Menyebutkan faktor pendukung kemajuan
13
1
14
1
15
1
16
1
17
1
18
1
19
1
peradaban Islam di Andalusia. 14. Mengidentifikasi hasil-hasil kemajuan daulah bani Umayyah II dalam bidang kebudayaan. 15. Menyebutkan ilmuwan, filsuf dan ulama pada masa daulah bani Umayyah II di Andalusia. 16. Mengidentifikasi faktor penyebab kemunduran dan kehancuran daulah bani Umayyah II di Andalusia.
2.5 Sintesis (syntesis)
17. Memberikan contoh dari sifat fisik perkembangan peradaban Islam di Andalusia. 18. Menjelaskan pengaruh peradaban Islam di Andalusia bagi Eropa dan penduduknya.
62
19. Menjelaskan sejarah dari kekuasaan dinasti Muwahhidun di
20
1
21
1
22
1
23
1
24
1
Andalusia. 20. Menjelaskan dampak negatif kemunduran dan kehancuran bani Umayyah II bagi peradaban Islam.
2.6 Evaluasi
21.
(evaluation)
Menjelaskan sebab umat Islam terusir dari Andalusia (Spanyol).
22.
Menjelaskan faktor dasar orang-orang Eropa mempelajari ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
23.
Menjelaskan peradaban Islam di Andalusia yang mengalami kehancuran setelah diserang bangsa Kristen.
24.
Menyebutkan faktor penyebab kemunduran peradaban Islam pada masa sekarang.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran umum MA. Al-Falah 1.
Sejarah Berdirinya MA. Al-Falah MA. Al-Falah di dirikan pertama kali pada tahun 1973, beberapa tahun
setelah berdirinya Mts. Al-Falah. Pada awal berdirinya, kepengurusan MA. AlFalah masih menjadi satu dengan Mts. Al-Falah. Pada tahun 1975, Bapak Balya Isa B. Sc ditugaskan menjadi sekretaris merangkap tata usaha menggantikan H. A. Dumyathi. Dua tahun kemudian, Bapak Husni Mansyur meninggal dunia, maka H. Hibatullah Shiddiq yang sebelumnya menjabat sebagai bendahara Mts. dan MA. Al-Falah, diangkat menjadi kepala sekolah, sedangkan bendahara sekolah setahun kemudian dipercayakan kepada Bapak Ibnu Umar Susilo. Pada tahun 1978, MA. Al-Falah mempunyai gedung baru yang terletak di Jl. Masjid Nur Grogol Utara, Jakarta Selatan, bersebelahan dengan Masjid Nur dan ril estat Permata Hijau. Mulai saat itu, jabatan sekretaris dihilangkan dan jabatan tata usaha difungsikan dan mulai tahun itu juga ada jabatan wakil kepsek dan bendahara II. Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka satu tahun setelah diberlakukannya kurikulum 1984, struktur organisasi MA yang asalnya menjadi satu dengan Mts. pun mengalami perubahan. Sejak itulah, Bapak Balya Isa B. Sc diangkat menjadi kepala sekolah. Berkat eksistensi dan kerja keras para pendidik,
63
64
pembina OSIS dan para pengurus satu periode berikutnya, MA. Al-Falah terus dapat berkiprah di masyarakat bahkan mendapat kepercayaan dari Kanwil Depag DKI Jakarta sebagai Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Pada tahun 1997, MA. Al-Falah berpindah lokasi ke Pondok Pesantren Al-Falah di Jl. H. Tohir No. 43 RT 03 RW 07 Kampung Baru, Sukabumi Selatan Jakarta Barat. Seiring dengan perpindahannya, untuk semakin meningkatkan mutu siswanya dan dalam rangka mempersiapkan siswa menghadapi kemajuan teknologi global, MA. Al-Falah pun membuka Lembaga Pendidikan Komputer Madrasah Al-Falah (LPKMA) pada 22 November 1997. Mulai tahun 1997 juga, MA. Al-Falah berhak menyandang status “DISAMAKAN” berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI No. 27/e/V/PP.032Kep/III/1997. Hal ini berarti MA. Al-Falah sudah dapat disamakan dan sederajat dengan MA. negeri lainnya. Saat ini, MA. Al-Falah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam formal di Jakarta sudah mampu menyediakan laboratorium bahasa dan IPA untuk menunjang proses belajar mengajar.
2. Visi, Misi dan Tujuan MA. Al-Falah Adapun visi dari MA. Al-Falah yakni menjadikan MA. Al-Falah sebagai salah satu madrasah kebanggaan masyarakat Islam DKI Jakarta dan sekitarnya yang dikembangkan dengan memasukkan ruhut Islam dalam setiap aktivitasnya yang bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak mulia, beriman, bertaqwa, cerdas, jujur dan terampil. Sedangkan misi dari MA. Al-Falah antara lain sebagai berikut: a. Mendidik siswa dengan berbekal iman dan taqwa guna mewujudkan izzul Islam wal muslimin. b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. c. Meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
siswa
untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran Islam.
65
d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengeratkan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Islam. Selain mempunyai visi dan misi yang telah dijabarkan di atas, MA. AlFalah sendiri juga mempunyai tujuan, dimana tujuan tersebut adalah membentuk peserta didik yang: a. Memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang tercermin dalam perilaku dan kehidupan di sekolah, di rumah dan masyarakat. b. Memiliki akhlak mulia, nilai-nilai etika dan estetika yang diamalkan dan diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. c. Memiliki sikap demokratis, toleran dan jujur yang tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. d. Menguasai ilmu dan teknologi serta kemampuan akademik yang merupakan bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. e. Memiliki keterampilan berkomunikasi dan kecakapan hidup yang bisa dimanfaatkan dalam menciptakan hari esok yang lebih cerah. f. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat dalam melaksanakan tugas-tugas baik untuk kepentingan individu, kelompok maupun masyarakat luas.
3. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki guru dan tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan guru bidang studi. Keadaan siswa dan siswi Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta juga sangat bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup dari kelas Ia, Ib, dan Ic, II IPA, II IPS dan II Bahasa, III IPA, III IPS dan III Bahasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.
66
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang sekolah yang memadai maupun sarana yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12.
5. Keadaan Ekstrakurikuler Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki macam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh setiap siswa dan siswi. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah paskibra, basket, futsal, voly, nahwu dan sharaf, qasidah, seni mading, seni suara, seni baca Al-Qur’an, puisi dan vocal group.
B.
Deskripsi Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara,
penyebaran angket dan uji test kecerdasan kognitif siswa. Wawancara dilakukan guna mendapatkan data yang lebih lengkap tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dari informan yang terdiri dari guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta. Dengan kata lain, data utama yang digunakan dalam penelitian ini yakni: A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Data-data dalam angket pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai berikut: 5. Penyampaian Materi Pembelajaran SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Penguasaan materi pembelajaran SKI.
59,5%
30,9%
4,8%
4,8%
2.
Kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI.
40,4%
50%
7,3%
2,3%
3.
Pendalaman materi pembelajaran SKI.
42,8%
38,0%
14,4%
4,8%
4.
Pemahaman mendalam terhadap materi SKI.
50%
45,4%
2,3%
2,3%
5.
Penyampaian materi pembelajaran SKI dengan menarik.
16,7%
42,8%
26,1%
14,4%
67
6.
Penyampaian informasi dalam materi pembelajaran SKI.
30,9%
62%
4,8%
2,3%
Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar (59,5%) siswa sangat setuju guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI dengan baik. Sebagian kecil (30,9%) menyatakan setuju. Sedikit sekali (4,8%) merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (50%) siswa juga setuju guru SKI cakap dalam menguasai materi. Sebagian kecil (40,4%) sangat setuju. Sedikit sekali (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (42,8%) siswa sangat setuju guru SKI mendalami materi pembelajaran. Sebagian kecil (38,0%) merasa setuju, namun sedikit sekali (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selain itu, guru SKI juga memiliki pemahaman mendalam terhadap materi SKI dengan sebagian besar (50%) siswa menyatakan sangat setuju. Sebagian kecil (45,4%) setuju. Sedikit sekali (2,3%) merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (42,8%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disampaikan dengan menarik, namun sebagian kecil (26,1%) tidak setuju. Sedikit sekali (16,7% dan 14,4%) sangat setuju dan sangat tidak setuju. Informasi pun juga disampaikan dalam materi pembelajaran SKI dengan sebagian besar (62%) siswa merasa setuju. Sebagian kecil (30,9%) sangat setuju namun sedikit sekali (4,8% dan 2,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI memang menguasai, cakap, mendalami, memiliki pemahaman mendalam, menyampaikan materi dengan menarik dan memberikan informasi yang baik dalam materi pembelajaran SKI.
6. Penggunaaan Media Pembelajaran SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Penggunaan media pembelajaran SKI.
35,4%
50%
7,3%
7,3%
2.
Kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI.
7,3%
21,4%
40,4%
30,9%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil (35,4%) merasa sangat
68
setuju, namun sedikit sekali (7,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga menyatakan sangat tidak setuju guru SKI kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil (30,9%) sangat tidak setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 7,3%) merasa setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI memang menggunakan media pembelajaran SKI dan sudah terampil dalam menggunakannya.
7. Sikap Mengajar Guru SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Sabar dalam mengajarkan siswa.
30,9%
62%
4,8%
2,3%
2.
Bijaksana dalam menghadapi siswa.
30,9%
62%
4,8%
2,3%
3.
Bersikap adil terhadap siswa.
23,8%
57,0%
14,4%
4,8%
4.
Tidak membeda-bedakan semua siswa.
30,9%
57,0%
7,3%
4,8%
Sebagian besar (62% dan 57%) siswa menyatakan sangat setuju guru SKI sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa. Sebagian kecil (4,8%) menyatakan tidak setuju guru SKI sabar dan bijaksana dalam menghadapi siswa. Sedikit sekali (2,3% dan 4,8%) sangat tidak setuju guru SKI sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa, namun sebagian besar (23,8%) sangat setuju dan sebagian kecil (14,4%) menyatakan setuju guru SKI bersikap adil terhadap semua siswa. Berdasarkan tabel ini dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru SKI memang sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa.
8. Isi Materi Pembelajaran SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Isi materi pembelajaran SKI luas.
14,4%
35,4%
28,8%
21,4%
2.
Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup SK dan KD.
7,3%
28,8%
47,2%
16,7%
69
3.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak.
28,8%
52,0%
14,4%
4,8%
4.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail.
16,7%
45,1%
30,9%
7,3%
5.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks.
33,3%
40,4%
19,0%
7,3%
6.
Isi materi pembelajaran SKI tentang figur teladan Islam.
59,5%
30,9%
7,3%
2,3%
Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar (35,4%) siswa setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat luas. Sebagian kecil (28,8%) tidak setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) menyatakan sangat tidak setuju dan setuju. Sebagian besar (47,2%) siswa tidak setuju isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup SK dan KD. Sebagian kecil (28,8%) setuju, namun sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) merasa sangat tidak setuju dan sangat setuju. Menurut sebagian besar (52,0%) siswa setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak. Namun sebagian kecil (28,8%) merasa sangat setuju serta sedikit sekali (14,4% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Bagi sebagian besar (45,1%) siswa setuju isi materi pembelajaran bersifat detail. Sebagian kecil (30,9%) tidak setuju. Sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) merasa sangat setuju dan sangat tidak setuju. Selain detail, isi materi pembelajaran SKI juga bersifat kompleks menurut sebagian besar (40,4%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (33,3%) yang sangat setuju. Namun sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) siswa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (59,5%) siswa sangat setuju isi materi pembelajaran SKI tentang figur teladan Islam. Sebagian kecil (30,9%) setuju serta sedikit sekali menyatakan (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya isi materi pembelajaran SKI memang tentang figur teladan Islam dimana materi itu bersifat luas, banyak, detail dan kompleks namun sudah mencakup SK dan KD.
9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran SKI No.
1.
Indikator
Uraian bab materi pembelajaran SKI mudah dipahami.
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
16,7%
45,1%
30,9%
7,3%
70
2.
Kesesuaian latihan soal SKI dengan uraian materi.
21,4%
52,3%
19,0%
7,3%
3.
Kesesuaian rangkuman dengan pembahasan materi SKI.
23,8%
40,4%
21,4%
14,4%
4.
Keruntutan penyajian materi pembelajaran SKI.
16,7%
69,0%
9,5%
4,8%
Menurut tabel ini, sebagian besar (45,1%) siswa setuju uraian bab materi pembelajaran SKI mudah dipahami. Sebagian kecil (30,9%) tidak setuju, namun sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak setuju. Latihan soal SKI sudah sesuai dengan uraian materi menurut sebagian besar (52,3%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (21,4%) juga merasa sangat setuju. Sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga setuju adanya kesesuaian rangkuman dengan pembahasan materi SKI. Sebagian kecil (23,8%) sangat setuju serta sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (69,0%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disajikan secara berurutan. Sebagian kecil (16,7%) sangat setuju. Sedikit sekali (9,5% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari sini dapat disimpulkan uraian bab pada materi pembelajaran SKI memang mudah dipahami. Selain itu, antara uraian materi dengan latihan soal SKI juga sudah sesuai seperti halnya rangkuman dengan pembahasan materi SKI dan materi ini pula sudah disajikan secara berurutan.
10.Penerapan Metode Pembelajaran SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Guru SKI menguasai metode pembelajaran SKI.
40,4%
50%
2,3%
2,3%
2.
Guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI dengan
26,3%
42,8%
21,4%
9,5%
21,4%
54,8%
19,0%
4,8%
diskusi, tanya jawab dan penugasan. 3.
Penggunaan variasi metode pembelajaran SKI.
Sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI menguasai metode pembelajaran SKI. Sebagian kecil (40,4%) menyatakan sangat setuju namun,
71
sedikit sekali (2,3%) yang merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (42,8%) siswa juga setuju guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan. Sebagian kecil (26,3%) merasa sangat setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 9,5%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (54,8%) siswa setuju metode pembelajaran SKI ini sudah digunakan secara bervariasi. Sebagian kecil (21,4%) menyatakan sangat setuju namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI memang sudah menguasai metode pembelajaran dengan baik dan menerapkan metode pembelajaran itu secara bervariasi dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan.
11. Evaluasi Test Formatif SKI No.
Indikator
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
1.
Interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa.
33,3%
38,2%
19,0%
9,5%
2.
Kuis interaktif guru SKI dengan siswa.
23,8%
52,4%
19,0%
4,8%
3.
Tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa.
11,7%
50%
28,8%
9,5%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (38,2%) siswa setuju adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam pembelajaran. Sebagian kecil (33,3%) merasa sangat setuju. Sedikit sekali (19,0% dan 9,5%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (52,4%) siswa juga setuju guru SKI mengadakan kuis interaktif dengan siswa. Sebagian kecil (23,8%) lainnya merasa sangat setuju namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selain itu, sebagian besar (50%) siswa setuju adanya tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa namun, sebagian kecil (28,8%) merasa tidak setuju serta sedikit sekali (11,7% dan 9,5%) yang menyatakan sangat setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya dalam pembelajaran guru SKI memang mengadakan interaksi tanya jawab dan kuis interaktif dengan siswa serta memberikan tugas akhir.
72
12. Evaluasi Test Sumatif SKI No.
1.
Indikator
Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) oleh guru
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
23,8%
54,6%
14,3%
7,3%
33,3%
54,6%
7,3%
4,8%
SKI di sekolah. 2.
Pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI di sekolah.
Sebagian besar (54,6%) siswa setuju Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan di sekolah oleh guru SKI. Sebagian kecil (23,8%) merasa sangat setuju guru SKI melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) di sekolah. Namun, sedikit sekali (14,3% dan 7,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian kecil (33,3%) siswa juga merasa sangat setuju pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI di sekolah. Namun, sedikit sekali (7,3% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru SKI memang telah melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) di sekolah.
B. Kecerdasan Kognitif Siswa Data-data dalam soal uji test kecerdasan kognitif siswa dihitung dan dinilai berdasarkan rumus yang telah dijelaskan dalam bab 3. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan uji test kecerdasan kognitif ini dapat dilihat pada lampiran 5.
C.
Analisis Data Penulis mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa dengan menggunakan analisis data pada program SPSS 13.0 for windows yang rumus perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment Karl Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut:
73
13. Hasil Koefisien Korelasi Correlations VAR00001 VAR00001
Pearson Correlation
VAR00002 1
Sig. (2-tailed) N VAR00002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.507
**
.000 42
42
**
1
.507
.000 42
42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi di atas diketahui bahwa nilai r hitung = 0,507 yang kemudian dirujuk dengan r tabel pada taraf signifikansi 0,05 = 0,304 menggambarkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel sehingga dapat di interpretasikan bahwa hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “tidak adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” diterima, dengan tingkat pengaruh variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) terhadap kecerdasan kognitif siswa sebesar 27%.1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta dengan taraf signifikansi cukup atau sedang.
D.
Interpretasi Data Berdasarkan hasil dari data perhitungan dan analisis data yang telah
dilakukan, penulis menginterpretasikan hasil perhitungan di atas dengan menggunakan cara sebagai berikut: 1
Lampiran 8
74
1. Interpretasi secara sederhana Dari hasil perhitungan yang ada dalam lampiran, diperoleh nilai koefisien korelasi r xy sebesar 0,507. Jika diperhatikan maka indeks korelasi yang diperoleh tidak bertanda negatif, ini berarti korelasi antara variabel X (pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam) dan variabel Y (kecerdasan kognitif siswa) terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain terdapat korelasi yang positif. Nilai tersebut di interpretasikan dengan cara sederhana yakni dengan memberikan interpretasi terhadap angka koefisien korelasi Product Moment Karl Pearson. Adapun pedoman yang digunakan dalam memberikan interpretasi tersebut yakni sebagai berikut: Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment (r xy) Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, 0,00-0,20
namun korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y). Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
0,20-0,40
atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup
0,40-0,70
atau sedang. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat
0,70-0,90
atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
0,90-1,00
kuat atau sangat tinggi.2
Apabila diperhatikan besarnya r xy yang telah diperoleh (0,507) ternyata terletak antara 0,40-0,70. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel X dan
2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 193.
75
variabel Y terdapat korelasi yang cukup atau sedang dengan tingkat pengaruh (koefisien determinasi) sebesar 27%.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta sudah berjalan cukup efektif dan baik. Hal ini ditandai dengan kemampuan guru yang kompeten bukan hanya dalam menguasai, mendalami dan menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi juga dalam menerapkan berbagai variasi metode pembelajaran yang mengaktifkan dan menumbuh kembangkan kemampuan kognitif siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran oleh guru membuat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah tersebut tidak hanya sekedar mengandung nilai edukasi semata, namun juga memberikan kesan menarik bagi siswa. 2. Tingkat kecerdasan kognitif siswa kelas XII di MA. Al-Falah Jakarta relatif cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan hasil uji test kecerdasan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kemampuan berpikir
optimal
dalam
mengetahui,
memahami,
menerapkan,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. 3. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan kecerdasan kognitif memiliki hubungan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu
76
77
alur pembelajaran yang di dalamnya terdapat aspek-aspek kecerdasan kognitif siswa.
B.
Saran Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan keefektifan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta, sudah seharusnya semua pihak yang terkait dalam hal ini siswa dan pendidik saling mengisi serta bekerjasama agar terdapat hubungan timbal balik yang baik dimana pendidik akan merasa pembelajaran berjalan efektif dan berhasil dalam memberikan pengetahuan kepada siswa apabila siswa tersebut cakap serta mampu menyerap dan memahami pengetahuan itu dengan kecerdasan optimal yang dimilikinya. 2. Untuk lebih meningkatkan kecerdasan kognitif siswa di MA. Al-Falah Jakarta, sudah semestinya pihak pendidik menerapkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang aktif, transformatif dan menyenangkan. Konsep pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menghasilkan perubahan mendasar dalam diri siswa bukan hanya dalam bentuk sikap saja, akan tetapi keaktifan, ingatan, penguasaan serta pemahaman mereka terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pun dapat berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, Cet. I, 2006. Abdul Kadir, Muhammad Khair. Konsepsi Sejarah dalam Sorotan, Terj. dari Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam oleh Nabhan Husein, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. II, 1992. Abdul Hakim, Atang dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2007. Al-Aziziyah, Muhammad. “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Kognitif”, dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010. Al-Hafidzh, Muhammad. “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010. Andita, Herny. Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2004. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002. Arniko,
Muhammad.
“Gaya
Kognitif
dalam
Pembelajaran”,
dalam
http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010. Bell Gredler, E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Daradjat, Zakiah. Dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995. Departemen Agama RI. Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004. Departemen Agama RI. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008. Departemen Pendidikan Nasional RI. Kurikulum 2006: Kerangka Dasar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006. Dimyathi dan Mudijono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Efendi, Agus. Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful Intelligence Atas IQ, Bandung: Alfabeta, Cet. I, 2005. Fikri, Nurul. “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010. Gazalba, Sidi. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Haditono, Siti Rahayu., dkk. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cet. VIII, 1996. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006. Hariyono. Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, Cet. I, 1995. Hartati, Nety., dkk. Islam dan Psikologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2003. Hasimy, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 1975. Hidayati, Narendrani Heny. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010. Kamarga, Hansiswany. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Informasi, Perlukah?, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2009. Kholil, Anwar. Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar, Yogyakarta: Andi Press, Cet. I, 2008. Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006. Martanto, Dwi Siswo. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan dan Solusinya, Yogyakarta: Ombak Press, Cet. I, 2008. Miranda, Yula. Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2006. Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://mirahtul.multiply.com/, 20 Februari 2011.
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2002. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media, Cet. II, 2005. Muhfida, Aini. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2000. Munandir. Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, Yogyakarta: Kanisius, 1992. Munawar,
Indra.
“Pengertian
dan
Definisi
Hasil
Belajar”,
dalam
http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010. Mustofa, Ahmad. Pengembangan Materi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2004. Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2008. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. IV, 2006. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002. Ramadhan, Tarmizi. “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”, dalam http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010. Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1993. Said, Muhammad dan Junifar Affan. Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan Psikologi Pedagogis, Bandung:Jemmars, 1990. Sahmono, Amru. “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk
Meningkatkan
Minat
Belajar
Siswa”,
dalam
http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah, 14 Februari 2010. Satiadarma, Monty P dan Fidelis E. Waruwu. Mendidik Kecerdasan: Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Populer Obor, Cet. I, 2003.
Sofa,
Ahmad.
”Aspek
Penilaian
Kecerdasan
Kognitif”,
dalam
http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010. Strawaji,
Muhammad.
“Pengertian
Pembelajaran”,
dalam
http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010. Stein, Steven J dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Bandung: Kaifa, Cet. I, 2002. Suchaini, Muhammad. “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Suharya, Toto. Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Suralaga, Fadilah., dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005. Suryobroto, Bambang. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. X, 2007. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Uno, B. Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. II, 2008. Widyaningsih, Wahyu. “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran Alternatif
untuk
Meningkatkan
Motivasi
dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari 2011.
Belajar
Siswa”,
dalam
Lampiran 1.a
Angket Penelitian (Validasi) Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta
Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
Petunjuk Pengisian : 1. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju) sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya. 2. Pendapat anda tidak akan mempengaruhi sedikit pun terhadap nilai sekolah anda dan tidak ada kaitannya. 3. Angket ini untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu kami berharap jawaban yang obyektif, jujur dan tidak mengada-ngada. 4. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terima kasih.
No. 1.
Pertanyaan Dalam mengajar di kelas, guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI dengan baik.
2.
Guru SKI memiliki kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI di kelas.
3.
Guru SKI mendalami materi pembelajaran SKI.
4.
Guru SKI memiliki pemahaman mendalam terhadap materi pembelajaran SKI.
SS
S
TS
STS
5.
Guru SKI menyampaikan materi pembelajaran SKI dengan menarik.
6.
Dalam penyampaian materi pembelajaran SKI, guru SKI memberikan informasiinformasi penting yang diperlukan siswa.
7.
Media pembelajaran yang digunakan guru SKI menampilkan pesan yang tidak menarik.*
8.
Guru SKI menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar SKI di kelas.
9.
Guru SKI kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran SKI.
10.
Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa.
11.
Guru SKI bijaksana dalam menghadapi siswa.
12.
Guru SKI bersikap adil terhadap siswa.
13.
Guru SKI tidak membeda-bedakan semua siswa.
14.
Guru SKI ramah terhadap semua siswa.*
15.
Guru SKI lemah lembut terhadap semua siswa.*
16.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak lengkap.
17.
Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup pencapaian seluruh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
18.
Isi materi pembelajaran SKI yang dipelajari siswa bersifat luas dan banyak.
19.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail.
20.
Penyajian bagian awal materi pembelajaran SKI yang baik meliputi sampul, kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, daftar gambar dan lampiran.*
21.
Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks.
22.
Setiap uraian bab dalam materi pembelajaran SKI mudah untuk dipahami.
23.
Sampul, kata pengantar, pendahuluan, daftar isi daftar gambar dan lampiran tidak terdapat dalam bagian awal materi pembelajaran SKI.*
24.
Dalam uraian bab, materi pembelajaran tidak disajikan dengan baik dan lengkap.*
25.
Latihan soal SKI yang ada dalam setiap bab sudah sesuai dengan uraian materi yang dipelajari.
26.
Daftar, pustaka, rangkuman dan lampiran sudah terdapat dalam setiap akhir penyajian materi pembelajaran SKI.*
27.
Rangkuman yang terdapat dalam setiap akhir materi pembelajaran SKI tidak sesuai dengan pembahasan.
28.
Materi pembelajaran SKI sudah disajikan secara berurutan.
29.
Materi pembelajaran SKI menyimpang dari aqidah Islam.*
30.
Uraian materi pembelajaran SKI menampilkan bahasan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam.*
31.
Isi materi pembelajaran SKI tentang figurfigur teladan dalam Islam.
32.
Guru SKI sudah menguasai metode pembelajaran SKI dengan baik di kelas.
33.
Terdapat ibrah dari kisah sejarah figurfigur teladan Islam dalam materi pembelajaran SKI.*
34.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru SKI sudah menerapkan metode pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan.
35.
Guru SKI hanya menerapkan metode ceramah saja dalam pembelajaran di kelas.*
36.
Guru SKI menggunakan variasi metode pembelajaran SKI dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
37.
Metode tanya jawab, diskusi, karya wisata, kerja kelompok dan penugasan tidak diterapkan guru SKI dalam pembelajaran SKI di kelas.*
38.
Adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam setiap awal kegiatan pembelajaran SKI.
39.
Guru SKI mengadakan kuis interaktif dengan siswa dalam setiap pembelajaran SKI di kelas.
40.
Tugas akhir pembelajaran SKI yang diberikan guru tidak berdasarkan pada materi pembelajaran yang sudah dipelajari.*
41.
Dalam setiap akhir pembahasan materi, guru SKI memberikan tugas akhir pembelajaran kepada siswa.
42.
Guru SKI tidak mengadakan ulangan harian dalam setiap akhir pembahasan materi pembelajaran SKI.*
43.
Adanya Ujian Tengah Semester (UTS) yang diadakan guru SKI di sekolah.
44.
Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) dalam setiap akhir program pembelajaran SKI.
45.
Soal-soal yang diujikan saat UAS tidak berdasarkan materi pembelajaran SKI yang sudah dipelajari.*
*: Tidak valid
Lampiran 1.b
Soal Test Penelitian Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta
I. Petunjuk Pengisian
: Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau
d untuk jawaban yang benar!
II. Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
1. Andalusia ditaklukkan dinasti bani Umayyah I pada tahun 711 M. Khalifah yang berkuasa pada saat penaklukkan Andalusia tersebut adalah... a. Harun al-Rasyid b. Walid ibn Abdul Malik c. Ahmad ibn Thulun d. Abu Ja’far al-Manshur 2. Dalam proses penaklukkan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang berjasa dalam memimpin satuan pasukan disana. Ketiga pahlawan tersebut adalah... a. Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, Musa ibn Nushair b. Abdullah ibn Ibrahim, Al-Mahdi, Tharif ibn Malik c. Al-Ghafiqy, Musa ibn Nushair, Hamdan ibn Hamdan d. Muhammad ibn Sa’ad, Thariq ibn Ziyad, Abdurrahman al-Nasir 3. Dinasti bani Umayyah II merupakan kerajaan Islam yang berhasil memisahkan diri dari kekuasaan bani Abbasiyyah. Siapakah tokoh pendiri dinasti bani Umayyah II ini?... a. Alauddin Husein ibn Husein b. Idris ibn Abdullah
c. Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah d. Abdurrahman al-Dakhil ibn Muawiyah ibn Hisyam 4. Di bawah ini salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan umat Islam dalam menaklukkan Andalusia adalah... a. Kestabilan politik di wilayah Andalusia b. Para prajurit Islam yang tampil cakap, berani, kompak dan percaya diri c. Kondisi
masyarakat
Andalusia
yang
berada
dalam
keadaan
menyedihkan d. Andalusia merupakan wilayah yang strategis dan mudah dicapai bagi prajurit Islam 5. Islam mengalami perkembangan pesat di Andalusia. Bagaimana proses masuknya Islam di wilayah Andalusia tersebut?... a. Melalui proses perkawinan b. Melalui proses perundingan c. Melalui proses perdagangan d. Melalui proses perluasan wilayah Islam 6. Salah satu ibrah yang dapat diambil dari masuknya Islam ke wilayah Andalusia adalah... a. Banyaknya penduduk yang keluar dari wilayah Andalusia b. Semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan ilmu pengetahuan di Andalusia c. Kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Andalusia d. Lahirnya berbagai jenis etnis dan revolusioner di Andalusia 7. Pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nashir, wilayah Andalusia terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan (Muluk al-Thawaif). Adapun penyebab kemunculan Muluk al-Thawaif ini adalah... a. Penduduk Andalusia yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan b. Dewan menteri bani Umayyah II yang menghapuskan sistem kekhalifahan c. Hubungan kerjasama antara umat kristen dan umat Islam di Andalusia
d. Sistem pemerintahan Islam bersifat absolut 8. Perkembangan peradaban Islam pada masa kekuasaan daulah bani Umayyah II di Andalusia dapat dilihat dari... a. Kemajuan dalam bidang politik, ilmu pengetahuan dan kebudayaan b. Kemuculan golongan pemberontak dan revolusioner Andalusia c. Lahirnya Muluk al-Thawaif (kerajaan kecil) di Andalusia d. Semangat umat Kristen dalam merebut kembali Andalusia dari Islam 9. Di bawah ini salah satu nilai pretasi yang dapat diambil dari kemajuan peradaban Islam di Andalusia adalah... a. Proses Islamisasi para penguasa muslim Andalusia b. Perlawanan umat Islam Andalusia terhadap serangan umat Kristen c. Persaingan sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah II di Andalusia d. Keberhasilan para ilmuwan muslim Andalusia dalam segala bidang intelektual, kesenian dan kebudayaan 10. Sejarah dari para tokoh daulah bani Umayyah II di Andalusia telah memberikan
nilai-nilai
keteladanan
bagi
umat
Islam.
Nilai-nilai
keteladanan tersebut adalah... a. Kewibawaan dan cinta terhadap ilmu pengetahuan b. Keegoisan dan keberanian c. Percaya diri dan ketidak adilan d. Kemunafikan dan ketabahan 11. Di antara nilai-nilai kepemimpinan para penguasa daulah bani Umayyah II di Andalusia yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan di masa sekarang adalah... a. Korupsi dan sikap toleransi b. Keshalehan dan kekerasan c. Solidaritas tinggi dan kezhaliman d. Kejujuran dan menjunjung tinggi persaudaraan 12. Hikmah dari sejarah perkembangan peradaban Islam pada masa daulah bani Umayyah II di Andalusia adalah...
a. Ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan mengalami kemajuan yang pesat b. Terpecahnya wilayah kekuasaan Islam ke dalam beberapa kerajaankerajaan kecil (Muluk al-Thawaif) c. Munculnya gerakan pemberontak di wilayah Andalusia d. Lahirnya semangat bersaing di antara para penguasa pemerintahan 13. Faktor yang mempengaruhi kemajuan peradaban Islam pada masa daulah bani Umayyah II di Andalusia adalah... a. Adanya penguasa-penguasa yang berwibawa dan tidak adil b. Kebjiksanaan penguasa-penguasa dalam mempelopori kegiatan ilmiah c. Penduduk Andalusia menjalin hubungan kerjasama dengan umat kristen d. Banyaknya wilayah Islam di Andalusia yang memisahkan diri dari pemerintahan pusat 14. Hasil kemajuan yang dicapai daulah bani Umayyah II dalam bidang kebudayaan adalah... a. Lahirnya berbagai seni musik dan karya sastra Arab dari para sastrawan muslim b. Wilayah kekuasaan Islam di Andalusia semakin luas c. Banyaknya penduduk Andalusia yang memeluk Islam d. Berkembangnya toleransi beragama terhadap penganut agama kristen dan yahudi 15. Ilmuwan, filsuf dan ulama yang ada pada masa daulah bani Umayyah II di Andalusia adalah... a. Buhaira, Abu Lahab dan Abu Bakr ibn al-Quthiyah b. Ahmad ibn Abbas, al-Farabi dan Ibn Hazm c. Yazid ibn Muawiyah, Abu Bakr ibn Thufail dan Munzir ibn Sa’id alBaluthi d. Ibn al-Khatib, Bilal ibn Rabah dan Ziyad ibn Abd al-Rahman
16. Pada tahun 1492 H kekuasaan daulah bani Umayyah II mengalami kemunduran dan kehancuran. Faktor penyebab kemunduran dan kehancuran bani Umayyah II tersebut adalah... a. Konflik Islam dengan kristen b. Kestabilan politik dan ekonomi di Andalusia c. Meningkatnya arus pembaharuan di Andalusia d. Adanya ideologi pemersatu bangsa di Andalusia 17. Di antara perkembangan peradaban Islam di Andalusia ada yang bersifat fisik dan non fisik. Contoh perkembangan peradaban Islam yang bersifat fisik adalah... a. Perkembangan ekonomi b. Perkembangan sosial dan politik pemerintahan c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan d. Pembangunan kota, istana-istana dan masjid-masjid 18. Peradaban Islam di Andalusia telah memberikan pengaruh besar bagi Eropa dan penduduknya secara keseluruhan. Pengaruh tersebut adalah... a. Semangat penduduk Eropa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dari umat Islam b. Penyerangan umat kristen Eropa terhadap umat Islam di Andalusia c. Permusuhan antara penduduk Eropa dengan umat Islam d. Adanya disintegrasi antara penduduk Eropa dengan umat Islam 19. Dalam sejarah peradaban Islam di Andalusia, kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa negara dan salah satu kekuasaan yang dominan adalah dinasti Muwahhidun. Siapakah pendiri dinasti Muwahhidun ini?... a. Muhammad ibn Sa’ad b. Yusuf ibn Tasyfin c. Muhammad ibn Tumart d. Ibn Abi Amir 20. Dampak negatif kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia adalah... a. Kemajuan peradaban b. Besarnya semangat ilmiah
c. Kemajuan ilmu pengetahuan d. Hilangnya semangat ilmiah 21. Di bawah ini salah satu faktor penyebab umat Islam terusir dari Andalusia (Spanyol) adalah... a. Kekalahan umat Islam dalam melawan serangan bangsa kristen b. Wilayah Andalusia (Spanyol) yang bersifat terpencil c. Pelanggaran janji umat Islam kepada bangsa kristen d. Berkembangnya usaha-usaha kreatif umat Islam 22. Faktor yang mendasari orang-orang Eropa mempelajari ilmu pengetahuan dan peradaban Islam adalah... a. Rasa kekaguman dan ketertarikan penduduk Eropa terhadap peradaban dan ilmu pengetahuan Islam b. Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam sulit untuk dipelajari c. Penduduk Eropa mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance) d. Penduduk Eropa hendak mengusir umat Islam dari Andalusia (Spanyol) 23. Gambaran peradaban Islam di Andalusia setelah di serang oleh bangsa kristen adalah... a. Mengalami masa stabil b. Mengalami masa integrasi panjang c. Mengalami masa kemajuan pesat d. Mengalami masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam 24. Faktor penyebab kemunduran peradaban Islam pada masa sekarang adalah... a. Para penguasa yang adil dan jujur b. Timbulnya sikap apatis dalam diri umat Islam c. Berkembangnya usaha-usaha kreatif dari umat Islam d. Semangat umat Islam dalam mengembangkan peradaban Islam
Lampiran 3.a
Perhitungan Varian Total Instrumen Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
St 2
xt Nxt
St 2
720366 5474 42
2
2
N 2
42
St 2
720366. 713444 ,67 42
St 2
6921 ,33 42
St 2 164 , 79 Jadi, varian total = 164, 79
Lampiran 3.b
Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
n r11 n 1
Si 2 1 2 St
45 r11 45 1
1 23 , 53 164 , 79
1 0 , 143 1 , 023 0 , 857
r11 1 , 023 r11
r11 0 , 88 Dengan angka reliabilitas 0,88 maka dapat disimpulkan bahwa angket instrument pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang kuat atau tinggi. Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut: Basarnya “r” Product Moment
Interpretasi
0,00–0,20
Tidak ada korelasi
0,20–0,40
Lemah atau rendah
0,40–0,70
Sedang atau cukupan
0,70-0,90
Kuat atau tinggi
0,90–1,00
Sangat kuat atau sangat tinggi (Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 7
Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
rxy
rxy
N X
N 2
XY X Y X N Y Y 2
2
42 x 326447
2
3813 3589
42 x 350721 3813 42 x 309947 3589 2
rxy
rxy
rxy
2
13710774 13684857
14730282 14538969 13017774 12880921 25917
191313 136853 25917 51168 ,131
rxy 0 , 507
Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,507
Lampiran 8
Perhitungan Koefisien Determinasi
Diket: r = 0,507 Rumus: KD = r² x 100 % = 0,507² x 100 % = 0,27 x 100 % = 27 %
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27% variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi kecerdasan kognitif siswa.
Lampiran 9
BERITA WAWANCARA
Nama Narasumber : Bahroin HN. S. Pdi Jabatan
: Guru SKI & Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : MA. Al-Falah Jakarta Hari/Tanggal
: Jum’at/04 Februari 2011
Pokok Pertanyaan 1. Cara-cara apa saja yang Bapak tempuh dalam meningkatkan penguasaan materi pembelajaran di bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ini?. Jawab: Cara-cara yang saya tempuh dalam meningkatkan penguasaan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah dengan banyak membaca sumber bacaan (referensi) yang terkait dengan materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tersebut serta mengikuti seminar-seminar. 2. Apakah Bapak menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas?. Jawab: Iya. Saya menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). 3. Bentuk media pembelajaran seperti apa saja yang bapak gunakan dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?. Jawab: Bentuk media yang kerap kali saya gunakan dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah LCD dan pemutaran film yang memang terkait dengan materi pembelajaran. 4. Menurut Bapak apakah para siswa telah menghapal, mengingat, memahami, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan baik dan benar?. Jawab: Relatif. Mayoritas siswa di sekolah ini (MA. Al-Falah Jakarta) masih dalam taraf mensintesis saja sedangkan dalam taraf mengevaluasi dapat dikatakan hanya sebagian siswa saja yang mampu.
5. Bagaimana penilaian Bapak terhadap isi materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang terdapat dalam sumber bacaan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk siswa tingkat Aliyah ini?. Jawab: Umumnya isi materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang ada dalam buku bacaan untuk siwa Aliyah bersifat kurang lengkap dan guna mensiasati hal ini saya membebaskan siswa untuk mencari referensi yang memang lebih lengkap disamping saya memberikan silabus dan rangkuman. 6. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), metode pembelajaran seperti apa yang Bapak terapkan guna menumbuh kembangkan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa di kelas?. Jawab: Metode pembelajaran yang saya terapkan yaitu metode inquiry, metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan lain-lain yang memang menurut saya dapat mengaktifkan dan mengembangkan kognitif siswa. 7. Alat evaluasi seperti apa yang Bapak gunakan untuk para siswa dalam setiap proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?. Jawab: Dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), alat evaluasi yang saya terapkan yaitu sistem kuis dengan memberikan pertanyaanpertanyaan langsung kepada siswa disamping ulangan harian, UTS (mid semester) dan UAS.
Jakarta, 04 Februari 2011 Interviewer
Siti Marqiyah
Interviewee
Bahroin. HN. S. Pdi
Lampiran 10
Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta dilihat dari Jenjang Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi No.
Nama
Jenjang
Jabatan
Bidang Studi
1.
H. Balya Isa, B. Sc
S1
Ketua I yayasan
Bahasa Inggris
2.
Bahroin HN, S. Pdi
S1
Kepala Sekolah
SKI, Sosiologi
3.
Dra. Ida Idris
S1
Wakil Bid. Kurikulum
Sejarah, Geografi, Antropologi
3.
Drs. H. Abd. Rozak
S1
Wakil. Bid. Humas
Bahasa & Sastra Indonesia
4.
Drs. H. Marzuki
S1
Wakil. Bid. Sarpras
Bhs. Arab, Fiqih, Tafsir
5.
Ismail Bahruddin, MA
S2
Wakil. Bid. Kesiswaan
Al-Qur’an Hadits
6.
Drs. H. Sofyan Sauri
S1
Kepala Tata Usaha
Bahasa Inggris
7.
Drs. H. Mustofa
S1
Bendahara
Bahasa Arab
8.
Fauzah, S. Psi
S1
Koordinator BK
BK, Sosiologi
9.
Drs. Suhadi HM
S1
Kep. Perpustakaan
Penjasorker
10.
Drs. Tri Heru Sedono
S1
Kep. Lab. Kimia
Kimia, Matematika
11.
Drs. Lutfi Prastiono
S1
Kep. Lab. Fisika
Fisika, Matematika
12.
Hj. Dian Fitria, S. Pd
S1
Kep. Lab. Biologi
Biologi
13.
M. Yani, A. Md
D3
Kep. Lab. Komputer
Teknologi Informasi & Kom
14.
Drs. Masruchan
S1
Guru
Bahasa Arab, Balaghoh
15.
Dra. Zainah
S1
Guru/Wali Kelas
Bahasa Inggris
16.
H.A. Wasi, S. Ag
S1
Guru/Wali Kelas
Fiqih, Ushul Fiqih
17.
Nusyuroh, SEi
S1
Guru/Wali Kelas
Ekonomi
18.
H. Bahruddin, S. Pdi
S1
Guru
Fiqih, Aqidah, Tafsir
19.
Ika Rahmawati, S. Pd
S1
Guru/Wali Kelas
Bahasa & Sastra Indonesia
20.
Alawiyah, S. Pd
S1
Guru/Wali Kelas
PPKn, Sejarah
21.
Barkah, S. Pd
S1
Guru
Matematika
22.
Dian Awalina, S. Pd
S1
Guru/Wali Kelas
Sejarah, Bahasa Inggris
23.
Sanwani, SS
S1
Guru
Retorika, Seni Budaya
24.
Maulana Hasanuddin
MA
Staf TU
-
25.
Rochmani HM
MA
Karyawan
-
26.
Saifullah
SD
Karyawan
-
27.
Zainal Abidin
SD
Karyawan
-
28.
Muzayyin
SD
Satpam
-
Berdasarkan tabel di atas, Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta mempunyai guru dan tenaga kependidikan mayoritas lulusan S1, ada pula yang S2 dan juga D3. Dalam proses belajar mengajar, guru-guru tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan kompeten di bidang studi masing-masing.
Lampiran 11
Keadaan Siswa dan Siswi Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta
No.
Kelas
L
P
Jumlah
1.
Kelas Ia
15
21
36
2.
Kelas Ib
13
21
34
3.
Kelas Ic
15
19
34
4.
Kelas II IPA
12
11
23
5.
Kelas II IPS
37
28
65
6.
Kelas II Bahasa
19
10
29
7.
Kelas III IPA
10
16
26
8.
Kelas III IPS
31
32
63
9.
Kelas III Bahasa
19
12
31
Jumlah
171
170
341
Lampiran 12 Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta
No.
Sarana/Prasarana
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang/Lokal Belajar
6
Baik
2.
Laboratorium Komputer
1
Baik
3.
Laboratorium IPA
1
Baik
4.
Laboratorium Bahasa
1
Baik
5.
Perpustakaan
1
Baik
6.
Musholla
1
Baik
7.
Aula
1
Baik
8.
Ruang PMR
1
Baik
9.
Ruang TU
1
Baik
10.
Ruang Guru
1
Baik
11.
Ruang Kamar Mandi Guru
2
Baik
12.
Ruang Kamar Mandi Siswa/i
5
Baik
13.
Koperasi
1
Baik
14.
Asrama Pelajar
1
Baik
15.
Rumah Dinas Guru
1
Baik
16.
Lapangan Upacara
1
Baik
17.
Ruang BK
1
Baik
18.
Pos Satpam
1
Baik
Lampiran 2.a Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 A1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 A2 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 A3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 A4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 A5 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 2 2 3 4 1 A6 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 1 4 1 2 3 3 3 1 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 2 2 A7 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 1 1 2 2 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 A8 3 3 3 3 3 3 1 4 2 3 3 3 1 3 4 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 A9 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 1 4 1 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 4 4 3 A10 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 4 4 1 3 4 4 3 3 2 2 4 4 2 1 1 4 1 1 4 4 2 A11 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 1 3 3 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 1 A12 2 3 3 3 1 2 1 1 2 3 3 2 3 4 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 2 4 A13 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 A14 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4 4 3 1 1 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 A15 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 A16 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 3 4 2 2 1 3 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 A17 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 A18 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 1 4 4 3 A19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 2 4 2 1 3 4 3 3 4 2 4 4 3 A20 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 A21 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 4 2 A22 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 1 3 1 4 4 4 A23 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 A24 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 A25 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 A26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 A27 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 A28 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 A29 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 2 2 1 3 4 3 1 1 3 4 4 A30 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 4 2 A31 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 1 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 A32 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 1 3 1 2 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 1 4 4 3 A33 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 1 2 1 3 3 4 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 A34 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 3 2 3 1 3 3 1 2 1 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 4 4 A35 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 4 4 4 A36 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 A37 3 4 4 3 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 3 2 4 1 3 4 2 2 4 2 2 3 4 2 A38 3 4 4 4 4 4 3 1 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 A39 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 A40 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 1 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 1 2 4 3 1 A41 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 2 4 3 1 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 4 4 2 A42 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 3 1 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 rit 0.59 0.53 0.43 0.47 0.46 0.56 0.75 0.45 0.55 0.36 0.39 0.6 0.56 0.22 -0 0.31 0.4 0.62 0.65 0.2 0.46 0.37 0.26 0.7 0.32 0 0.44 0.58 0.11 0.18 0.39 0.6 0.24 0.68 0.04 0.38 0.2 0.59 0.48 0.08 0.55 0.29 0.39 0.41 0.19 rtab 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop
∑ 138 127 129 146 127 109 113 109 108 116 113 101 119 143 139 146 154 130 157 141 144 141 130 120 124 118 132 125 133 124 152 133 129 134 141 138 130 136 139 124 135 127
Lampiran 4 Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Nama Responden Afifah Ahmad Arief Ahmad Hilman Z. Ahmad Mahendra Ahmad Rifa'i Ahmad Roziqi Ahmad Susmiyanto Ahmad Wiza Walady Ainul Muqorobin Azizah Nur Fitria Azhar Halim Candra Hamzah Chaerul Kahfi Chaerunnida Daenuri Ridwan Dini Rachmawati Ditha Saviera Fajar Ariandi Fariha Febriyanti Hanifatun Nabilah Indah Nurwasilah Laili Fadilah Lia Nur Aulia Mahatan M. Marisa Ahsanti Mega Rizkiah Mery Fitriyeni Muhammad Ali M. Damanhuri Muhammad Fahri Muhammad Ilman Noval Kurniadi Nurdiyah B. Radinal Fata Rahmatun Nazilah Ramawidyafebro W. Rashifa Fauziah Rostia Mutiara Sari Siti Khaerani Sophi Oktaviana Yazid Awlawi
1 3 4 2 4 4 3 4 3 4 1 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 4 4
2 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3
3 3 2 1 2 4 3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 3 4 2 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 3
4 3 1 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4
5 2 4 1 2 3 4 3 1 4 1 1 3 3 2 3 4 3 2 2 3 1 2 3 4 3 3 3 1 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4
6 3 4 1 4 3 4 3 3 4 4 1 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4
7 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 2 4 3 2 3 3 3 4 1 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3
8 3 3 1 4 3 4 3 2 4 4 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 4 4 4 4 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4
9 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4
10 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
11 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 2 1 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3
12 3 1 4 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 2 3 4 3
13 2 3 1 4 2 4 2 1 4 4 3 1 4 1 4 2 4 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3 4 3 1 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3
14 2 2 2 4 3 3 3 2 4 3 2 4 4 1 3 3 4 3 1 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3
15 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 1 4 1 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3
16 4 1 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 1 3 1 3 2 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2
17 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 1 4 3 4 3 3 4 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 4 4 1 2 3 2 2 3 3 3 4 4
18 2 3 3 4 4 4 1 4 4 4 2 4 4 2 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 3 4 1 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 2 4 4
19 3 4 2 3 1 3 2 3 4 4 3 1 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3
20 3 3 2 4 3 2 4 2 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 1 3 1 3 3 3 4 3 3 1 1 2 4 3 4 4 3 2 3 3 2 2 2 4
21 3 3 4 4 3 4 2 4 4 1 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4
22 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4
23 3 1 1 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3
24 4 1 1 4 2 4 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 4 3 2 3 4 4 2 3 1 4 3 4 3 2 3 4 4
25 3 4 1 2 3 4 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 4 3 2 2 4 4 2 3 4 3 3 1 2 3 3 2 4 2 1 2 3 2 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3
27 3 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 1 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 2 3 3 4 4 4 4 4 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3
28 3 3 3 1 2 3 2 4 4 1 4 3 2 3 3 2 4 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3
29 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 1 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 4 2 4
30 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 1 3 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
Skor 92 82 68 105 96 111 89 88 116 97 81 73 98 78 99 86 87 87 77 96 81 78 78 94 95 91 92 92 95 109 103 101 82 82 91 87 97 95 78 86 96 104
Lampiran 5 Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa Nama Responden Afifah Ahmad Arief Ahmad Hilman Z. Ahmad Mahendra Ahmad Rifa'i Ahmad Roziqi Ahmad Susmiyanto Ahmad Wiza Walady Ainul Muqorobin Azizah Nur Fitria Azhar Halim Candra Hamzah Chaerul Kahfi Chaerunnida Daenuri Ridwan Dini Rahmawati Ditha Saviera Fajar Ariandi Fariha Febriyanti Hanifatun Nabilah Indah Nurwasilah Laili Fadilah Lia Nur Aulia Mahatan M. Marisa Ahsanti Mega Rizkiah Mery Fitriyeni Muhammad Ali M. Damanhuri Muhammad Fahri Muhammad Ilman Noval Kurniadi Nurdiyah B. Radinal Fata Rahmatun Nazilah Ramawidyafebro W. Rashifa Fauziah Rostia Mutiara Sari Siti Khaerani Sophi Oktaviana Yazid Awlawi
B 19/24 17/24 20/24 21/24 19/24 21/24 22/24 20/24 22/24 16/24 18/24 19/24 22/24 16/24 21/24 22/24 17/24 22/24 23/24 22/24 20/24 24/24 19/24 19/24 18/24 23/24 24/24 20/24 22/24 22/24 21/24 19/24 20/24 18/24 23/24 22/24 21/24 23/24 22/24 24/24 23/24 20/24
x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100 x 100
Skor 79 70 83 87 79 87 91 83 91 66 75 79 91 66 87 91 70 91 95 91 83 100 79 79 75 95 100 83 91 91 87 79 83 75 95 91 87 95 91 100 95 83
Lampiran 6 Persiapan Perhitungan Korelasi Nmr Resp A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A24 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36 A37 A38 A39 A40 A41 A42 ∑
X 92 82 68 105 96 111 89 88 116 97 81 73 98 78 99 86 87 87 77 96 81 78 78 94 95 91 92 92 95 109 103 101 82 82 91 87 97 95 78 86 96 104 3813
Y 79 70 83 87 79 87 91 83 91 66 75 79 91 66 87 91 70 91 95 91 83 100 79 79 75 95 100 83 91 91 87 79 83 75 95 91 87 95 91 100 95 83 3589
XY 7268 5740 5644 9135 7584 9657 8099 7304 10556 6402 6075 5767 8918 5148 8613 7826 6090 7917 7315 8736 6723 7800 6162 7426 7125 8645 9200 7636 8645 9919 8961 7979 6806 6150 8645 7917 8439 9025 7098 8600 9120 8632 326447
X² 8464 6724 4624 11025 9216 12321 7921 7744 13456 9409 6561 5329 9604 6084 9801 7396 7569 7569 5929 9216 6561 6084 6084 8836 9025 8281 8464 8464 9025 11881 10609 10201 6724 6724 8281 7569 9409 9025 6084 7396 9216 10816 350721
Y² 6241 4900 6889 7569 6241 7569 8281 6889 8281 4356 5625 6241 8281 4356 7569 8281 4900 8281 9025 8281 6889 10000 6241 6241 5625 9025 10000 6889 8281 8281 7569 6241 6889 5625 9025 8281 7569 9025 8281 10000 9025 6889 309947
Lampiran 7
Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
rxy
rxy
N X
N 2
XY X Y X N Y Y 2
2
42 x 326447
2
3813 3589
42 x 350721 3813 42 x 309947 3589 2
rxy
rxy
rxy
2
13710774 13684857
14730282 14538969 13017774 12880921 25917
191313 136853 25917 51168 ,131
rxy 0 , 507 Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,507
Lampiran 8
Perhitungan Koefisien Determinasi Diket: r = 0,507 Rumus: KD = r² x 100 % = 0,507² x 100 % = 0,27 x 100 % = 27 % Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27% variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi kecerdasan kognitif siswa.
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: Siti Marqiyah S. Pdi
Nama Panggilan
: Kiki
Tempat/ Tgl Lahir
: Jakarta, 19 November 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. KH. Mas’ud RT: 014 RW: 009 No: 09 Kb. Lama Utara Jakarta Selatan 12240
Email/ Facebook
:
[email protected]
Pendidikan
: 1. TK Islam Aisiyah (1993-1994) 2. MI. Darunnajah Jakarta (1994-2000) 3. Mts. Al-Falah Jakarta (2000-2003) 4. MA. Al-Falah Jakarta (2003-2006) 5. S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2011)
Motto
: “Jangan bersedih bila tidak dihargai, namun bersedihlah bila diri Qta tidak berharga dihadapan Allah Swt. La Tah zan Innallaha Ma’ana. Jadikan harimu adalah untuk hari ini!”.
Lampiran 1.c
Angket Penelitian Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c dan d sesuai dengan pilihanmu.
Pertanyaan-pertanyaan 1. Dalam mengajar di kelas, guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI dengan baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Guru SKI memiliki kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Guru SKI mendalami materi pembelajaran SKI a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Guru SKI memiliki pemahaman mendalam terhadap materi pembelajaran SKI a. Sangat setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Guru SKI menyampaikan materi pembelajaran SKI dengan menarik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dalam penyampaian materi pembelajaran SKI, guru SKI memberikan informasi-informasi penting yang diperlukan siswa a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Guru SKI menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar SKI di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Guru SKI kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran SKI a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Guru SKI bijaksana dalam menghadapi siswa
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Guru SKI bersikap adil terhadap siswa a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 12. Guru SKI tidak membeda-bedakan semua siswa a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak lengkap a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 14. Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup pencapaian seluruh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 15. Isi materi pembelajaran SKI yang dipelajari siswa bersifat luas dan banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 17. Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Setiap uraian bab dalam materi pembelajaran SKI mudah untuk dipahami a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19. Latihan soal SKI yang ada dalam setiap bab sudah sesuai dengan uraian materi yang dipelajari a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20. Rangkuman yang terdapat dalam setiap akhir materi pembelajaran SKI tidak sesuai dengan pembahasan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 21. Materi pembelajaran SKI sudah disajikan secara berurutan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
22. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur-figur teladan dalam Islam a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 23. Guru SKI sudah menguasai metode pembelajaran SKI dengan baik di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru SKI sudah menerapkan metode pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 25. Guru SKI menggunakan variasi metode pembelajaran SKI dalam kegiatan belajar mengajar di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 26. Adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam setiap awal kegiatan pembelajaran SKI a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 27. Guru SKI mengadakan kuis interaktif dengan siswa dalam setiap pembelajaran SKI di kelas. a. Sangat setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 28. Dalam setiap akhir pembahasan materi, guru SKI memberikan tugas akhir pembelajaran kepada siswa a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 29. Adanya Ujian Tengah Semester (UTS) yang diadakan guru SKI di sekolah a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 30. Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) dalam setiap akhir program pembelajaran SKI a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju