HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN METRORARGI PADA WUS DI BPS SRI ASTUTIK Amd, Keb DESA WARUNGERING KECAMATAN KEDUNG PRING KABUPATEN LAMONGAN
Ima Erviana *Amirul Amalia** ABSTRAK Metrorargi merupakan salah satu gangguan menstruasi yang sering dialami oleh beberapa wanita. Hal ini digambarkan dengan insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi. Salah satu penyebab metrorargi adalah pemakaian kontrasepsi hormonal.Pada survey awal didapatkan masih banyaknya akseptor KB hormonal yang mengalami metrorargi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan metrorargi. Desain penelitian ini menggunakan metode Analitik. Metode sampling yang digunakan adalah Conscutive Sampling.Populasi 50 responden Sampel yang diambil sebanyak 35 responden yaitu Akseptor KB hormonal Di BPS Sri Astutik. Amd, Keb. Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan, bulanDesember 2012- Agustus 2013. Data penelitisn ini diambil dengan menggunakan Rekam medis dan kuisioner tertutup. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dengan program SPSS dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB mengalami metrorargi yaitu sebanyak 29 orang (82,9%) dan hampir seluruh akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu sebanyak 28 orang (80%). Dari uji statistik diperoleh hasil ada hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan metrorargi dengan tingkat signifikansi 0,006 (p< 0,05). Upaya yang dilakukan dalam memberikan solusi untuk menangani metrorargi yaitu menjelaskan kembali bahwa kondisi yang di alami ibu adalah hal yang wajar atau memberikan saran kepada ibu untuk ganti metode kontrasepsi yang bisa membuat siklus haidnya teratur kembali. Kata Kunci :Pemakaian kontrasepsi hormonal, Metrorargi PENDAHULUAN. …… .
… ….
Metrorargi merupakan salah satu gangguan menstruasi yang sering dialami oleh beberapa wanita, Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah metrorargi digunakan untuk menggambarkan keadaan ini. Pada bentuk pola perdarahan abnormal yang bervariasi, dapat menjadi salah satu dari hal yang paling membingungkan karena waktu terjadinya bercak darah atau perdarahan tidak dapat diperkirakan. Tindakan untuk mencapai kembali pola menstruasi yang teratur pada wanita, akan memebantunya merasa berada dalam derajat kesehatan yang baik dan dapat menghindarkan ketidaknyamanan akibat
SURYA
93
aliran menstruasi yang tidak teratur (Varney, 2006). Sejauh ini, masalah tersering yang menyebabkan wanita pergi ke Dokter adalah gangguan dalam fungsi Haid : menoragia atau perdarahan yang banyak atau berkepanjangan saat haid, metrorargi atau perdarahan iregular antara haid, dan perdarahan ovulatorik atau antar haid. Gangguan menstruasi merupakan salah satu dari 10 kondisi yang paling sering dijumpai oleh dokter umum, Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita yang dirawat di Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
rumah sakit untuk perdarahan diluar haid berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun (Hanifa, 2007 ). Sejumlah gangguan menstruasi dapat terjadi pada perempuan, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh New York State Departement of Healht di Johns Hopkins University di Baltimore Amerika meninjau prevalensi potensi gangguan haid pada perempuan diperoleh diantaranya prevalensi amenorrhea sebanyak 35,5%, metrorargi sebanyak 40,5% dan oligomenore sebanyak 30,2% (Poz, 2010).Pada penelitian yang dilakukan Mahasiswi di salah satu Universitas di Makasar tahun 2003 mengenai gangguan menstruas diperoleh prevalensi Oligomenore sebanyak 64,3%, menorargia sebanyak 46,4%, metrorargi 45,6% dan amenore sebanyak 60,1% (Abadi Aman, 2003). Berdasarkan Survei awal yang dilakukan pada tanggal 10 Desember 2012 Di BPS Sri Astutik, Amd.Keb. Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan, Didapatkan dari 10 akseptor KB diperoleh data 7 orang (70%) mengalami perdarahan diluar siklus haid (metrorargi) dan 3 orang (30%) tidak mengalami Metrorargi. Maka masalah penelitian adalah bahwa masih banyaknya akseptor KB yang mengalami metrorargi. Banyak Faktor yang mempengaruhi terjadinya metrorargi diantaranya : Kehamilan, Infeksi, Trauma, Hormon. Kehamilan, harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kehamilan sebagai penyebab utama tejadinya perdarahan yang tidak teratur, bercak darah satu kali dapat diakibatkan perdarahan implantasi pada awal kehamilan, sementara pola bercak darah atau perdarahan yang tidak teratur dan berkelanjutan menunjukan tanba-tanda terjadinya aborsi spontan, kehamilan ektopik, atau neoplasma trofoblastik gestasional seperti mola hidatidosa (Varney, 2006) Infeksi, salah satunya seperti servitis atau vaginitis berat, sama halnya infeksi yang sudah menyebar seperti penyakit radang panggul (PRP), dapat mengakibatkan perdarahan vagina, serviks, atau uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2006)
SURYA
Trauma, dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan, sedanagkan dalam medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulakn gangguan kesehatan seseorang.Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatanya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Penyebab trauma yang menyebabkan perdarahan diluar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor KB IUD yang dapat menyebabkan metrorargi demikian halnya dengan wanita yang pernah mendapat penganiayaan (varney, 2006) Hormon, penyebab tersebut antara lain penggunaan kontrasepsi farmasi atau terapi sulih hormon, efek samping dari obat-obatan atau preparat herbal dan kelaiana aksis HPO. Berkaitan dengan kontrasepsi, setiap individu akan bereaksi secara berbeda terhadap dosis standar yang terkandung dalam kontrasepsi oral, suntikan hormon juga dapat menyebabkan terjadinya metrorargi (Varney, 2006) Perdarahan yang berlangsungdi periode menstruasi bila dibiarkan terus-menerus dapat menggiring Anda pada keadaan anemi defisiensi besi.Maka dari itu bidan harus memberikan solusi untuk menangani metrorargi, sebelumnya bidan harus menjelaskan kembali bahwa kondisi yang di alami ibu adalah hal yang wajar karena itu merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi yang dipakai apabila setelah dijelaskan ibu masih merasa kurang nyaman dengan keadaanya maka bidan bisa memberikan saran kepada ibu untuk ganti metode kontrasepsi yang bisa membuat siklus haidnya teratur kembali (varney, 2006) Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu : “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada WUS Di BPS Sri Astutik. Amd, Keb. Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan Tahun 2013 .”
94
Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
METODOLOGI .PENELITIAN
No 1
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan metode simple random sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor kb hormonal di bps sri astutik. amd, keb. desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan, bulan Desember 2012 - Agustus 2013 dengan besar sampel 49 orang. Variabel independennya yakni pemakaian kontrasepsi hormonal dan variabel dependennya metrorargi. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner tertutup dan Rekam Medis. Pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating dan analisa uji chi-square. HASIL .PENELITIAN
2 3 4 5
Jumlah 0
Presentase 0
2 25 7 1 35
5,7 71,4 20 2,9 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor KB berpendidikan SMP yaitu sebanyak 25 orang (71,4%) dan tidak satupun akseptor KB yang tidak sekolah. 3) Karakteristik PekerjaanResponden Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013. No Pekerjaan Jumlah Presentasi Ibu rumah 8 22,9 1 tangga Petani 16 45,7 2 Wiraswasta 3 8,6 3 PNS 2 5,7 4 Swasta 5 14,3 5 Buruh tani 1 2,9 6 Jumlah 35 100
…
Data Umum 1) Karakteristik Umur Responden Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013. No Umur Jumlah Presentase <20 tahun 1 2,9 1 20-35 tahun 7 20 2 >35 tahun 27 77,1 3 Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah akseptor KB memiliki pekerjaan petani yaitu sebanyak 16 orang (45,7%) dan sebagian kecil akseptor KB memiliki pekerjaan buruh tani yaitu sebanyak 1 orang (2,9%).
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB berumur >35 tahun yaitu sebanyak 27 orang (77,1%) dan sebagian kecil akseptor KB berumur <20 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,9%).
2. Data khusus 1.) Karakteristik Pemakaian Kontrasepai Hormonal Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Kontrasepai Hormonal di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013.
2) Karakteristik Pendidikan Responden Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013.
SURYA
Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Jumlah
95
Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
No 1 2 3 4
Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi suntik 1 bulan Kontrasepsi suntik 3 bulan Pil Implant Jumlah
Jumlah Presentase 28
Jenis KB
80
3
8,6
4 0 35
11,4 0 100
Suntik 1 bulan 1 Suntik 3 bulan 2 Pil n=35
Total F 28
% 100
3
100
50,0 2 50,0 4 p=0,006 X2 = 10.192
100
33,3
2
66,7
Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa dari hampir seluruh akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan didapatkan hampir seluruhnya mengalami metrorargi dan dari sebagian kecil akseptor KB suntik 3 bulan hampir setengahnya mengalami metrorargi, sedangkan sebagian kecil akseptor KB suntik 3 bulan lebih dari setengah akseptor tidak mengalami metrorargi.
Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu sebanyak 28 orang (80%) dan tidak satupun akseptor KB yang menggunakan KB Implant. 2.) Karakteristik Responden yang mengalami Metrorargi Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan yang mengalami metrorargi di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013. No Metrorargi Jumlah Presentase Ya 29 82,9 1 Tidak 6 17,1 2 Jumlah 35 100
PEMBAHASAN .… .… Pemakaian Kontrasepai Hormonal di BPS Sri Astutik Amd. Keb Desa Warungering Kecamatan KedungpringKabupaten Lamongan Tahun 2013. Berdasarkan data khusus hasil penelitian pada tabel 4 diperoleh data bahwahampir seluruh akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan artinya hampir seluruh responden menggunakan kontrasepsi injeksi, yang berarti mengandung hormonal dengan demikian perlu diwaspadai terjadi efek samping yang akan menjadikan masalah tersendiri bagi pemakainya adabiasanya biasa-biasa saja tanpa efek yang berarti tetapi ada pula yang mengalami reaksi yang berarti terhadap tubuh kita untuk itu bidan harus menjelaskan kembali bahwa kondisi yang dialami ibu adalah hal yang wajar karena itu merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi yang dipakai apabila setelah dijelaskan ibu masih merasa kurang nyaman dengan keadaanya maka bidan bisa memberikan saran kepada ibu untuk ganti metode kontrasepsi yang bisa membuat siklus haidnya teratur kembali.
1)
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB mengalami metrorargi yaitu sebanyak 29 orang (82,9%). 3.) Karakteristik Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Tabel 6 Tabel silang Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013.
SURYA
Metrorargi Ya Tidak F % F % 26 92,9 2 7,1
96
Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
Kontrasepsi hormonal suatu metode kontrasepsi yang aman, sederhana, ada beberapa macam kontrasepsi hormonal salah satunya suntik, masyarakat banyak yang memilih kontrasepsi hormonal karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam yang bisa membuat mereka kurang nyaman, selain itu lebih terjangkau di banding kontrasepsi yang lain, mereka juga tidak perlu kawatir menyimpan obat, jangka waktu yang diperlukan juga tidak terlalu lama sehingga kemungkinan lupa relatif kecil. Hal ini sesuai teori Hanifa (2007) bahwa kontrasepsi hormonal Sangat efektif, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, efek samping sangat kecil,mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah kehamilan ektopik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi suntik 1 bulan adalah pendidikan.Dari tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor KB berpendidikan SMP. Dengan pendidikan yang cukup yaitu SMP ibu lebih cermat dalam memilih alat kontrasepsi, ibujuga mengetahui masing – masing efek samping dari kontrasepsi sehingga memudahkan ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai. Nursalam (2008) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang diperkenalkan. Selain itu faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi suntik 1 bulan adalah pekerjaan.Dari tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah akseptor KB memiliki pekerjaan petani. Ibu dengan pekerjaan petani lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal suntik 1 bulan karena lebih terjangkau yang sesuai dengan kondisi ibu yang bekerja sebagai petani, ibu juga tidak perlu kawatir dilakukan pembedahan kecil seperti halnya pemakaian KB implan
SURYA
yang dapat mengganggu pekerjaan ibu karena akseptor tidak boleh mengangkat benda berat Sesuaidenganpendapat Siswoyo (2004) Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Status ekonomi apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2)
Kejadian Metrorargi di BPS Sri Astutik Amd. Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013.
Berdasarkan data khusus hasil penelitian pada tabel 5 diperoleh data bahwa hampir seluruh akseptor KB mengalami metrorargi. Metrorargi merupkakan perdarahan di luar siklus haid Hal ini disebabkan karena adanya persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Sesuai dengan pendapat Hanifa (2007) Metrorargi adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB berumur >35 tahun. Pada usia ini organ reproduksi sudah mengalami kemunduran juga mendekati masa pramenopause sehingga fungsi hormonal berkurang dan siklus menstruasi menjadi terganggu atau tidak teratur. Salah satu faktor yang menyebabkan metrorargi adalah usia. Hal ini sesuai dengan Varney (2006) Umur berhubungan dengan struktur organ dan hormonal wanita, pada usia premenopause terjadi penurunan fungsi
97
Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
reproduksi pada wanita begitu pula pada siklus menstruasi.
PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Sebagian besar akseptor kontrasepsi hormonal yang berkunjung di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan. 2) Hampir seluruh akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013mengalami metrorargi 3) Ada hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013.
3)
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Di BPS Sri Astutik Amd.Keb Desa Warungering Kecamatan KedungpringKabupaten Lamongan Tahun 2013. Berdasarkan tabel 6 hasil identifikasi Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013menunjukkan bahwa hampir seluruh akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu sebanyak 28 orang (80%) dan tidak satupun akseptor KB yang menggunakan KB Implantdan hampir seluruh akseptor KB mengalami metrorargi yaitu sebanyak 29 orang (82,9%) dan yang tidak mengalami metrorargi yaitu sebanyak 6 orang (17,7%). Dari hasil uji statistic chisquare dengan α = 0,05 didapatkan nilai dengan tingkat signifikansi 0,006 (p< 0,05). Sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Di BPS Sri Astutik Amd, Keb Desa Warungering Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2013. Sebelumnya bidan harus menjelaskan metrorargi adalah salah satu efek samping dari KB hormonal dan setiap individu berbeda dan kondisi yang di alami ibu adalah hal yang wajar karena itu merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi yang dipakai apabila setelah dijelaskan ibu masih merasa kurang nyaman dengan keadaanya maka bidan bisa memberikan saran kepada ibu untuk ganti metode kontrasepsi yang bisa membuat siklus haidnya teratur kembali. Hal ini sesuai dengan teori Varney (2006) bahwa Tindakan untuk mencapai kembali pola menstruasi yang teratur pada wanita, akan membantunya merasa berada dalam derajat kesehatan yang baik dan dapat menghindarkan ketidaknyamanan akibat aliran menstruasi yang tidak teratur.
SURYA
2. Saran 1) Bagi Akseptor suntik 1 bulan Diharapkan akseptor suntik 1 bulan lebih aktif dalam mencari informasi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya metrorargi sehingga dapat mencegah kekhawatiran yang mungkin terjadi dikemudian hari akibat komplikasi. 2) Bagi Profesi Kesehatan Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi tentang cara mengatasi metrorargi sehingga mengurangi kekhawatiran dan ibu dapat mendapatkan panatalaksanaan yang tepat sesuai dengan yang dialami. 3) Bagi Institusi Pendidikan Dengan meningkatnya perkembangan hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi sehingga hasil penelitian dapat dijadikan pendukung teori yang sudah ada. 4) Bagi Tempat Penelitian Perlunya tindak lanjut dalam peningkatan pemberian informasi dan motivasi dengan memberikan penyuluhan dan
98
Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Metrorargi Pada Wus Di BPS Sri Astutik, Amd.,Keb Desa Warungering Kecamatan Kedung Pring Kabupaten Lamongan
pemberian leaflet cara mengatasi efek samping metrorargi. 5) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya. Disarankan untuk mengambil sampel lebih besar dan menggunakan metode yang lain sehingga hasil penelitiannya lebih representative. DAFTAR PUSTAKA Abadi, Aman (2003). “Perdarahan diluar siklus haid“ http.//bidanshop. Blogspot.com/20071/01/perdarahan-diluar-haid-tgs-asbid.html diakses tanggal 23 maret 2012 Hanifa, W (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta : YPB Hanifa, W (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YPB Nursalam.(2008). Konsep Dan Penerapan Metodeologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika Poz. (2010). “Angka Kejadian Gangguan Haid“ http.//bidanshop.Blogspot.com/20071/01/ Angka- kejadian- gagguan-haid -tgsasbid.html diakses tanggal 23 Maret 2012 Siswoyo. 2004. Metodologi Jakarta: Salemba Empat
Penelitian.
Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC
SURYA
99
Vol.01, No.XVII, Maret 2014