HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN RISIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA DI PUSKESMAS KALIJAMBE SRAGEN
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Keperawatan
Oleh : Nana Artika dewi NIM. ST 14043
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Nana Artika Dewi
NIM
ST.14043
:
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1)
Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatka gelar akademik ( Sarjana ), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2)
Karya tulis saya ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji
3)
Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam naskah daftar pustaka.
4)
Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diterima karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, ….…..…….….2016 Yang membuat pernyataan,
Nana Artika Dewi NIM: ST.14043
iv
KATA PENGANTAR
Asalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang dan atas segala rahmat hidayah serta inayahnya kepada kita semua dan tidak lupa juga kepada Nabi besar kita Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Riset Keperawatan yang berjudul “ Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Risiko Kanker
Serviks
Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen “. Riset Keperawatan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Dalam penyusunan riset keperawatan, penulis menyadari bahwa penyusunan riset keperawatan ini tidak akan lepas untuk mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, Perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Ns. Atiek Murharyati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan motivasi tiada henti dalam penyusunan riset keperawatan ini. 4. Ibu Ns. Alfyana Nadya R, M.Kep selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan arahan kepada penulis.
v
5. Kepada orang tua penulis, Bapak, Ibu serta adikku yang telah mengajarkan kepada penulis akan arti sebuah perjuangan dalam hidup. 6. Suamiku tercinta, Candra Firmansyah Dwi Nugraha, terima kasih atas dukungan, kesabaran, dan doa yang kau berikan selama ini. 7. Kepada responden terima kasih telah bersedia untuk menjadi respoden dalam riset keperawatan ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun riset keperawatan ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun riset ini jauh dari kata sempurna dan banyak kekuranganya, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan serta masukan yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan riset keperawatan ini. Harapan penulis, riset ini dapat berguna bagi penulis dan khususnya para pembaca dan pewaris yang budiman pada umumnya. Demikian, akhir kata bilahi taufik”walidaiya. Wasalam”mualaikum Wr.Wb
Surakarta,
Agustus 2015
Nana Artika Dewi ST. 14043 vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Manfaat Penelitian
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
7
2.1.1 Kanker Serviks
7
2.1.1.1 Pengertian
7
2.1.1.2 Epidemologi
8
2.1.1.3 Etiologi
9
2.1.1.4 Tanda dan Gejala
vii
10
2.1.1.5 Faktor Risiko
11
2.1.2 Alat Kontrasepsi
13
2.1.2.1 Pengertian
13
2.1.2.2 Metode Alat Kontrasepsi
14
2.1.3 Pemeriksaan IVA
24
2.1.3.1 Pengertian
24
2.1.3.2 Sasaran
25
2.1.3.3 Waktu Pelaksanaan
26
2.1.3.4 Langkah - Langkah
26
2.1.3.5 Kategori Pemeriksaan IVA
29
2.2 Keaslian Penelitian
30
2.3 Kerangka Teori
31
2.4 Kerangka Konsep
32
2.5 Hipotesis
32
BAB III METODE PENELITIAN
33
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
33
3.2 Populasi dan Sampel
34
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
35
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operational dan Skala Pengukuran
36
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
37
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
38
3.7 Etika Penelitian
40
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
42
4.1 Analisis Univariate
43
4.2 Analisis Bivariat
45
BAB V PEMBAHASAN
46
BAB VI PENUTUP
55
6.1 Kesimpulan
55
6.2 Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Keaslian Penelitian
29
3.1
Definisi Operasional
35
4.1
Karakteristik Responden Yang Mengikuti Pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Tahun 2015
42
4.2
Pemakaian alat kontrasepsi pasien dengan risiko kanker serviks di Puskesmas Kalijambe Sragen Tahun 2015
43
4.3
Risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Tahun 2015
43
4.4
Hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Tahun 2015
44
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Teori
30
2.2
Kerangka Konsep
31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
Keterangan
1
Jadwal Kegiatan Penelitian Riset Keperawatan
2
Surat Pengantar Responden
3
Lembar Persetujuan menjadi Responden
4
Lembar Observasi
5
Hasil Observasi
6
Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
7
Permohonan Izin studi Pendahuluan
8
Permohonan Izin Penelitian
9
Surat Rekomendasi Research/Survey
10
SOP Pemeriksaan IVA
11
Hasil Penelitian dari SPSS
12
Lembar Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
Nana Artika Dewi
Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Risiko Kanker Serviks Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen
Abstrak
Kanker serviks merupakan penyakit yang mematikan, risiko terjadinya kanker serviks salah satunya adalah penggunaan alat kontrasepsi. Salah satu skrining yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks adalah menggunakan metode IVA. Masyarakat menggunakan alat kontrasepsi cukup banyak dan bervariasi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah wanita pengguna alat kontrasepsi yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Besar sampel penelitian adalah 44 responden. Analisis data menggunakan Koefisien Kontingensi. Hasil analisis univariat di dapatkan hasil karakteristik responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen adalah sebagian besar usia ≥35, status perkawinan pertama, paritas < 3, dan terpapar asap rokok. Gambaran pemakaian alat kontrasepsi sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi efektif terpilih. Gambaran risiko terjadinya kanker seviks menunjukkan sebagian besar hasil pemeriksaan negatif. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara Pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen ( p = 0,323). Kata kunci: Alat kontrasepsi, kanker serviks, IVA. Daftar Pustaka: 48 (2005-2014)
xiii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Nana Artika Dewi The Relationship between the Use of Contraceptives and the Risk of Cervical Cancer Tested Using Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) at Kalijambe Public Health Center in Sragen Abstract Cervical cancer is a deadly disease; one of its risk factors is the use of contraceptives. VIA (Visual Inspection with Acetic Acid) method serves as one of screening tests performed to detect the cancer. Various kinds of contraceptives are used by the patients of Kalijambe public health center in Sragen. The research aims at finding out the relationship between the use of contraceptives and the risk of cervical cancer tested using VIA method at Kalijambe public health center in Sragen. This research applied quantitative correlational design. The population includes women using contraceptives undergoing VIA at Kalijambe public health center in Sragen. The samples of 44 respondents were taken using total sampling technique. The data were later analyzed using Contingency Coefficient. The results of a univariate analysis reveal that the respondents undergoing VIA at Kalijambe public health center are characterized with dominant age groups of ≥ 35, first marriage, parity of < 3, and smoke exposure. Most of them use effective chosen contraceptives and most of their screening results are categorized as negative. Bivariate analysis indicates that there is no relationship between the use of contraceptives and the risk of cervical cancer using VIA method at Kalijambe public health center in Sragen (p=0.323). Keywords : Contraceptives, Cervical cancer, VIA Bibliography : 48 (2005-2014)
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kanker seviks adalah pertumbuhan sel-sel yang tidak normal pada jaringan leher rahim (serviks), suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dan vagina (Diananda, 2009). WHO melaporkan 470.606 kasus kanker serviks dengan kematian 49,6%. Kanker serviks masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia reproduktif di negara berkembang. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang dengan jumlah kasus 91.451 orang dan kematian 43,02% (Hakim, 2005). Kasus baru kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia (Azamris, 2006). Kasus baru kanker serviks diperkirakan terjadi 15.000 setiap tahunnya di Indonesia, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Kasus baru kanker serviks diperkirakan terjadi 41 kasus dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut setiap harinya. Kasus baru kanker serviks di Indonesia pada tahun 2009 berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan. Kanker serviks menduduki tempat kedua dalam urutan keganasan pada wanita yaitu 16 orang per 100.000 penduduk wanita. Angka kejadian kanker serviks meningkat dari jumlah kasus pada 2006 sebanyak 4.696 kasus atau 11,07% dan sekitar 70% penderita berada dalam
1
2
stadium lanjut (Aditama, 2010). Kanker ini terbanyak berkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sekitar 89,48% kasus kanker serviks (Tresna, 2009). Kanker serviks sebanyak 2.076 kasus atau sekitar 19,70 % berada di Jawa Tengah pada tahun 2005 (Budiharjo, 2009). Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker serviks antara lain umur, jumlah pasangan seksual, frekuensi kehamilan, wanita yang merokok atau perokok pasif, penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama (Wijaya, 2010). Penelitian mengenai faktor risiko terjadinya kanker serviks dengan metode IVA di didapatkan dari 100 responden, 48% diantaranya positif lesi prakanker serviks, 74% berumur ≥ 35 tahun, 68% memiliki paritas < tiga kali, 67% berhubungan seksual pertama kali pada umur > 20 tahun, 94% memiliki partner sex satu orang, 96% tidak merokok dan 78% menggunakan pil kontrasepsi < empat tahun (Tri & Erry, 2014). Riwayat ibu menggunakan alat kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen memiliki risiko terkena kanker serviks 17,875 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen (Pratiwi, 2009). Cara deteksi dini kanker serviks yang paling sering dilakukan ialah metode usapan (smear) lendir leher rahim menurut Papanicolaou atau sering dikenal dengan Pap Smear. Petugas kesehatan akan melakukan pengambilan lendir pada leher rahim dengan cara usapan (smear) untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Cara deteksi yang lebih sederhana dari Pap Smear yaitu dengan cara inspeksi visual setelah meneteskan asam cuka atau asam asetat 2% - 5%, yang dikenal dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) atau VIA
3
(Visual Inspection with acetic acid). Metode ini sangat menguntungkan karena biaya untuk pemeriksaan cukup terjangkau (Prawirohardjo, 2006). Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 6696% dan spesifitas 64-98%. Nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya, 2010). IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010). Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa IVA akan mendeteksi dini lebih dari 65% lesi dan kanker invasif sehingga direkomendasikan peneliti sebagai alternatif skrining sitologi. Skrining IVA oleh bidan di Zimbabwe memiliki sensitifitas sebesar 77% dan spesifisitas sebesar 64% sedangkan pap smear memiliki sensitifitas sebesar 43% dan spesifisitas sebesar 91%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa sensitifitas IVA lebih baik meskipun spesifisitasnya lebih rendah (Emilia, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kalijambe pada tahun 2014 diperoleh data pengguna alat kontrasepsi sebanyak 7.316 jiwa dengan rincian Intra Uterine Devices (IUD) 201 orang (2,87%), Metode Operatif Pria (MOP) 18 orang (0,24%), Metode Operatif Wanita (MOW) 241 orang (3,29%), implant 944 orang (12,90%), suntik 4402 orang (60,17%), pil 373
4
orang (5,10%), kondom 37 orang (0,5%). Puskesmas Kalijambe Sragen mempunyai program pemeriksaan IVA yang dilakukan oleh bidan puskesmas. Melihat masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Kalijambe Sragen dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
1.2. Rumusan Masalah
Kanker serviks merupakan penyakit yang mematikan, risiko terjadinya kanker serviks salah satunya adalah penggunaan alat kontrasepsi. Salah satu skrining yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks adalah menggunakan metode IVA. Masyarakat menggunakan alat kontrasepsi cukup banyak dan bervariasi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen? “
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
5
1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden yang mengikuti pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. 2. Mengidentifikasi gambaran pemakaian alat kontrasepsi pasien dengan risiko kanker serviks di Puskesmas Kalijambe Sragen. 3. Mengidentifikasi
gambaran
risiko
terjadinya
kanker
seviks
menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. 4. Menganalisis hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat : 1. Bagi Wanita di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat terutama pada wanita yang memakai alat kontrasepsi untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat dan melakukan pemeriksaan IVA untuk mecegah risiko terjadinya kanker serviks. 2. Bagi Puskesmas Kalijambe Sragen Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perawat dan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kalijambe Sragen mengenai
6
gambaran hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada institusi pendidikan akan gambaran hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dilakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemakain alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA. 5. Bagi Peneliti Memperoleh kemampuan melakukan riset kuantitatif serta menambah pengalaman peneliti dalam penelitian di bidang keperawatan mengenai hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Kanker Serviks 2.1.1.1 Pengertian Serviks adalah bagian uterus yang terendah dan menonjol ke vagina bagian atas. Serviks terbagi menjadi dua bagian, bagian atas disebut bagian supravaginal dan bagian bawah disebut vaginal (portio). Serviks merupakan bagian yang terbawah dari badan uterus dan biasanya membentuk silinder, panjangnya 2,5-3 cm, mengarah ke belakang bawah. Bagian luar dari pars vaginalis disebut ektoserviks dan berwarna merah muda. Lubang di bagian tengah portio disebut ostium uteri eksternum yang berbentuk bulan pada wanita yang belum pernah melahirkan dan berbentuk bulan sabit bagi wanita yang pernah melahirkan. Ostium uteri eksternum dihubungkan oleh kanalis servikalis yang dilapisi oleh epitel endoserviks. Biasanya panjang kanalis servikalis adalah 2,5 cm, berbentuk lonjong, lebarnya kira-kira 8 mm dan mempunyai lipatan mukosa yang memanjang (Juandra, 2010). Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan
7
8
berkembang tidak terkendali, kecepatan tumbuhnya berlebihan, dan sering mengganggu organ lain. Kanker serviks adalah kanker yang berasal dan tumbuh pada serviks, khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar permukaan serviks dan 99,7% disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) (Samadi, 2010). Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker pada serviks uterus atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina atau daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim muncul adanya pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada leher rahim atau menghalangi leher rahim (Maharani, 2009). 2.1.1.2 Epidemologi Insidensi dan mortalitas kanker serviks di seluruh dunia masih menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara. Setiap tahun terdapat 500.000 kasus baru dan menyebabkan sekitar 250.000 mengalami kematian. Kematian karena kanker serviks di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2003-2008 sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari semua kasus kematian kanker ginekologi (Melva, 2008). Menurut
9
International Agency for Research on Cancer (IARC) insidensi kanker serviks di Indonesia sebesar 16 per 100.000 perempuan. Kanker serviks sebanyak 15.050 kasus baru muncul setiap tahunnya dan 7.566 kasus kematian terjadi akibat kanker serviks di Indonesia (WHO, 2007). Kanker ini terbanyak berkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sekitar 89,48%. Kanker serviks sebanyak 2.076 kasus atau sekitar 19,70 % berada di Jawa Tengah pada tahun 2005 (Budiharjo, 2009). 2.1.1.3 Etiologi Penellitian akhir diluar negeri mengatakan bahwa virus yang disebut HPV menyebabkan faktor risiko seorang wanita untuk terkena kanker servik meningkat tajam. Para wanita dengan HPV tinggi, paling sedikit 30 kali lebih cenderung berisiko mengidap penyakit kanker servik dibanding dengan wanita dengan HPV negatif ( Diananda, 2008). HPV penyebab kanker servik 99,7%. Virus ini berukuran kecil berdiameter kurang lebih 55nm. HVP juga disebut wart virus (virus kutil) (Emilia, 2010). Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi HPV resiko tinggi atau HPV onkogenik yaitu HPV yang mengandung protein penyebab terjadinya kanker (onkoprotein). Ada 30 hingga 40 jenis HPV yang menyebabkan penyakit kelamin. 13 jenis HPV (16,18,31,33,35,39,45,51,52,56,58, dan
10
69) menyebabkan kanker disebut HPV “resiko tinggi” yang ditularkan melalui hubungaan sex. Tipe yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 menyebabkan 70% kanker serviks. HPV yang tidak menyebabkan kanker serviks disebut HPV “resiko rendah” (Nurwijaya dkk, 2010). Infeksi
Human
Papilloma
Virus
persisten
dapat
berkembang menjadi lesi intraepitelial serviks. Jika seorang penderita dengan seksual aktif terinfeksi oleh HPV risiko tinggi, 80% akan menjadi transien dan tidak akan menjadi lesi intraepitelial serviks dan HPV sendiri akan hilang dalam kurun waktu 6-8 bulan. Sedangkan 20% sisanya, infeksi virus ini tidak menghilang dan terjadilah infeksi yang persisten (Rasjidi, 2009). 2.1.1.4 Tanda dan Gejala Kanker servik pada awalnya ditandai dengan tumbuhnya sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi sel kanker, terjadi perubahan pada sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Kanker ini cenderung tidak terdeteksi pada stadium awal,. Pada tahap awal prakanker, tidak ada gejala yang khas. Gejala yang mungkin muncul jika ada kanker, hanya berupa keputihan atau perdarahan pasca senggama.
11
Gejala kanker jika telah invasif akan muncul antara lain: 1.
Keputihan, yang semakin lama berbau busuk.
2.
Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang semakin lama akan terjadi perdarahan spontan (walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3.
Berat badan yang terus menurun.
4.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
5.
Pada masa invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau busuk dan bercampur dengan darah.
6.
Anemia karena perdarahan yang sering.
7.
Rasa nyeri pada genetalia.
8.
Timbul nyeri panggul (pelvis).
9.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
10. Edema kaki, muncul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum) (Diananda, 2009). 2.1.1.5
Faktor Risiko Faktor yang menyebabkan wanita berisiko terkena kanker serviks yaitu: 1. HPV adalah virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling utama untuk kanker serviks
12
2. Perilaku Seksual : Banyak mitra seks : perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seks berada pada risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus HPV. Aktivitas seksual dini : wanita yang memiliki aktivitas seksual dini, sebelum usia 18 tahun lebih berisiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh skuamokolumnar masih imatur sehingga pertahanannya belum baik. 3. Usia Kanker serviks lebih sering terjadi pada usia 40 tahun keatas, sangat jarang terjadi pada wanita kurang dari usia 15 tahun. 4. Tingkat Sosial Ekonomi Angka kematian akibat kanker serviks lebih tinggi pada wanita
dengan
tingkat
sosial
ekonomi
rendah.
Kemungkinan dikaitkan dengan faktor kebersihan yang sangat kurang mendapat perhatian disamping itu ketidak mampuan merekauntuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal. 5. Merokok Wanita merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terhadap kanker serviks dari pada non-perokok. Bahanbahan kimia yang ditemukan dalam rokok seperti nikotin
13
setelah terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah sampai ke serviks. Penelitian meyakini bahwa bahan-bahan kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan berkonstribusi terhadap berkembangnya kanker serviks. 6. Kontrasepsi Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks. Analisis data oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2003 menemukan bahwa ada peningkatan risiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral, dan risiko berkurang ketika obat kontrasepsi oral di hentikan. Laporan lain dari IARC menyatakan bahwa dari data 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif terhadap HPV, ditemukan peningkatan risiko 4 kali lebih besar pada mereka yang menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Nurwijaya dkk,2010).
2.1.2 Alat kontrasepsi 2.1.2.1 Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yaitu pertemuan antara sel telur (wanita) yang matang dan sel sperma (pria) yang
14
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadi
kehamilan
sebagai
akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2006) 2.1.2.2 Metode Alat Kontrasepsi 1. Metode Kontrasepsi Alamiah a. Senggama Terputus Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat kelamin wanita menjelang ejakulasi. Cairan sperma diharapkan tidak akan masuk ke dalam rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan (Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010). b. Pantang Berkala Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasrkan pada siklus haid atau menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya (Aspuah, 2010). c. Metode Lendir Servik Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat lendir dalam vagina untuk mengetahui masa subur
15
pada seorang wanita, dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas lainya (Aspuah, 2010). 2. Metode Kontrasepsi Sederhana a. Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet yang tipis yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis saat
berhubungan
seksual.
Berbagai
bahan
telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicide) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa, ketebalan, dan bahan (Hartanto, 2010). 1) Cara Kerja Kondom Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita, sebagai alat kontrasepsi, sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro organism penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual) 2) Efektifitas Kondom Efektivitas 85%. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau
16
terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain, membutuhkan waktu untuk pemasangan, dan mengurangi sensasi seksual (Wijoyo, 2010). 3) Keterbatasan Kondom Kerugian menggunakan kondom, yaitu : a) Angka kegagalan relatif tinggi b) Perlu
menghentikan
sementara
aktivitas
dan
spontanitas hubungan seks guna memasang kondom c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh kalau kondom dipakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati-hati. ( Hartanto , 2010 ) b. Spermisida Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum
17
spermatozoa bergerak ke dalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan
sperma
dan
menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin, 2006). c. Diafragma Diafragma merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai ala tempat spermisida (Saifuddin, 2006). 3. Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih a. Kontrasepsi Pil Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil di dalam setiap yang berisi gabungan dari hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari hormone progesteron saja. Cara kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2010). 1) Efektifitas pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99 % efektif mencegah kehamilan. Pemakaian pil yang kurang
18
seksama, efektivitasnya masih mencapai 93 %. ( Everett, 2007). 2) Keuntungan a)
Efektifitasnya tinggi
b)
Pemakai
dapat
hamil
lagi,
bila
dikehendaki
kesuburan dapat kembali dengan cepat c)
Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
d)
Siklus haid menjadi teratur
e)
Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (Mochtar, 2005)
3. Kontra indikasi Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil, perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi, depresi berat dan obesitas ( Everett, 2007). 4. Efek samping Mual muntah, berat badan bertambah, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ini berlangsung pada bulan – bulan pertama pemakain pil (Depkes RI, 2009). b. Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi Suntik adalah alat kontrasepsi yang mengandung
hormon
progesterone
dan
ekstrogen,
19
kontrasepsi ada 2 macam yaitu suntik yang sebulan sekali ( syclopen ) dan suntik 3 bulan sekali ( depo propera ), akan tetapi ibu lebih suka menggunakan suntik yang sebulan karena suntik sebulan dapat menyebabkan perdarahan bulanan teratur dan jarang menyebabkan spoting (Pendit, 2006). 1) Efektifitas Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99 % dan 100 % dalam mencegah kehamilan. Tinggat kegagalan kontrasepsi suntik sangat kecil. Keefektifannya 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian (Everett, 2007). 2) Keuntungan a)
Para ahli menilai sekitar 99 persen efektif, yang berarti bahwa jika 100 wanita menggunakan selama setahun, hanya sekitar satu yang akan menjadi hamil. Hal ini membuat injeksi salah satu yang paling efisien dari semua kontrasepsi.
b) Sederhana pemakaiannya c) Reversibel d) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
20
3) Efek samping Gangguan menstrulasi, terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian. Pemakaian akan mengalami masa perdarahan yang lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 2005). c. Alat Kotrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang megandung tembaga. Kontrasepsi ini sangat efektif digunakan bagi ibu yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormonal dan merupakan kontrasepsi jangka panjang 8 -10 tahun. Efek dari IUD dapat menyebabkan perdarahan yang lama dan kehamilan ektopik. Angka kegagalan pada tahun petama 2,2%. (Pendit.2006). a. Efektifitas Efektifitasnya sangat tinggi untuk mencegah dalam waktu yang lama (Mochtar, 2005). b. Keuntungan 1) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan 2) Dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran 3) Kesuburan cepat kembali setelah dicabut / buka 4) Tidak ada efek samping hormonal
21
5) Tidak mengganggu laktasi c. Efek samping IUD dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Sulistyawati, 2011). d. AKBK atau susuk AKBK
atau
implant
adalah
kontrasepsi
yang
disusupkan di bawah kulit (BKKBN, 2006). 1) Cara kerja (a) Menghambat terjadinya ovulasi (b) Menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi (c) Mempertebal lendir servik (d) Menipisnya lapisan endometrium (3) Keuntungan (a) Tidak menekan produksi ASI (b) Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) (c) Tidak ada faktor lupa (d) Masa pakai jangka panjang (5 tahun) (e) Membantu mencegah anemia (f) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan (g) tidak mengganggu ASI
22
(4) Efek samping (a) Gangguan haid (b) Depresi (c) Keputihan (d) Jerawat (e) Perubahan libido (f) Perubahan berat badan (g) Hematoma (h) Nyeri 4.
Metode Kontrasepsi Mantap a. Tubektomi Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk jangka panjang,
walaupun
kadang-kadang
masih
dapat
dipulihkan kembali seperti semula. Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain saat oprasi, cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba (Sulistyawati, 2011).
23
1) Keuntungan Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami (Sulistyawati, 2011). 2) Kontra indikasi a) Peradangan dalam rongga panggul b) Peradangan liang senggama akut c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor d) berada dalam posisi genupektorial e) Obesitas berlebihan f) Bekas laparatomi (Mochtar, 2005). b. Vasektomi Vasektomi
merupakan
operasi
kecil
yang
dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun, 2008) 1) Keuntungan a)
Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
b)
Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
24
c)
Morbiditas dan mortalitas jarang
d)
Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
e)
Tingkat
rasio
efisiensi
biaya
dan
lamanya
penggunaan kontrasepsi tinggi 2) Kelemahan Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi) (BKKBN, 2012)
2.1.3 Pemeriksaan IVA 2.1.3.1 Pengertian IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi hasilnya langsung ( Nugroho, 2010). Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna putih (epitel putih). Serviks yang telah di olesi asam asetat dalam waktu 1-2 menit efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih (Smart, 2010).
25
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah, tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus (Maryanti, 2009). Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker serviks yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Serviks yang ada kelainan akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker dalam waktu 60 detik ( Nugroho, 2010 ). 2.1.3.2 Sasaran Pemeriksaan IVA pada WUS (Wanita Usia Subur) yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49 tahun. Wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat sampai kira – kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks ( Prawirohardjo, 2005 ).
26
2.1.3.3 Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan IVA untuk masyarakat luas diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1 tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat, tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami ( Maryanti, 2009 ). Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode IVA adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim maka ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari pemeriksaan IVA dapat dibaca oleh dokter, Bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga, sehingga mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Hasil yang di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan di Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta diberikannya obat antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta maka akan langsung diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah Sakit untuk kryoterapi (McCromick, 2011). 2.1.3.4 Langkah – Langkah Pemeriksaan IVA 1. Memberi penjelasan pada ibu atas tindakan yang akan dilakukan
27
2. Menjaga privasi pasien 3. Menyiapkan alat yang diperlukan a. Sarung tangan / Handscoen b. Spekulum cocor bebek c. Tampon tang d. Kom kecil e. Lidi kapas f. Asam asetat 3-5% dalam botol g. Kapas DTT dalam kom h. Waskom berisi larutan klorin 0,5% i. Selimut j. Lampu sorot k. Tempat sampah medis dan non medis 4. Menyiapkan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur ginekologi 5. Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu 6. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dengan cuci tangan tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk bersih 7. Menggunakan sarung tangan steril 8. Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT
28
9. Memasukkan spekulum ke dalam vagina a. Tangan kiri membuka labia minora, spekulum dipegang dengan tangan kanan, dalam keadaan tertutup kemudian masukkan ujungnya ke dalam introitus b. Putar kembali spekulum 45º ke bawah sehingga menjadi melintang dalam vagina kemudian didorong masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai puncak vagina c. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan-lahan dan atur sampai porsio terlihat dengan jelas d. Kunci spekulum dengan mengencangkan bautnya kemudian ganti dengan tangan kiri yang memegang spekulum 10. Memasukkan lidi kapas yang telah diberi asam asetat 35% ke dalam vagina sampai menyentuh porsio 11. Mengoleskan lidi kapas ke seluruh permukaan porsio, lihat hasilnya 12. Membersihkan porsio dengan kasa steril menggunakan tampon tang 13. Mengeluarkan spekulum dari vagina 14. Merapikan ibu dan merendam alat dalam larutan klorin 0,5% 15. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
29
16. Beritahu hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap. (Maryanti, 2009). 2 .1.3.5 Kategori Pemeriksaan IVA Terdapat empat kategori yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan dengan metode IVA yaitu : 1. Pertama, IVA negatif, artinya tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau serviks normal berbentuk licin, merah muda, bentuk porsio normal. 2. Kedua, IVA radang, artinya serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya seperti polip serviks. 3. Ketiga, IVA positif yaitu ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker. 4. Keempat, IVA kanker serviks, pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan mudah berdarah. Ini pun masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika masih pada stadium invasive dini. (Maryanti, 2009).
30
2.3. Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
No
Nama Peneliti
Judul
1
Deviarbi Sakke Tira (2008)
Risiko Jumlah Perkawinan, Riwayat Abortus, Dan Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Serviks Di Rumah Sakit Pelamonia Makasar Tahun 2006 – 2007
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Case Control Study (kasus kontrol)
2
Sarwenda Abdullah Jeavery Bawotong Rivelino Hamel (2013)
Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Case Control Study (kasus kontrol).
3
Tri Wahyuning sih, Erry Yudhya Mulyani (2014)
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Ruang D Atas BLU, Prof, Dr, R. D.Kandau Manado Faktor Risiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi Dini Dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain CaseControl.
Hasil
Proporsi kejadian kanker serviks lebih banyak pada kelompok kasus yang memakai alat kontrasepsi hormonal dibandingkan dengan yang tidak memakai alat kontrasepsi hormonal Ada hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan kejadian kanker serviks
Ada hubungan yang signifikan antara umur responden, paritas, umur seks, jumlah partner sex dan lama penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian lesi prakanker serviks
31
2.4. Kerangka Teori
HPV Perilaku sosial Pemeriksaan screening: IVA Usia Risiko Kanker Serviks
Tingkat sosial
Ekonomi Pap Smear
Merokok
Kontrasepsi
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Nurwijaya dkk,2010) Keterangan : :
Diteliti
:
Tidak Diteliti
32
2.5. Kerangka Konsep
Variebel Independen
Variabel Dependen
Pemakaian
Risiko kanker Serviks
alat kontrasepsi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.6. Hipotesis Hipotesis yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini adalah: Ho :
Tidak ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
Ha :
Ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan
kuantitatif
adalah
penelitian
yang
banyak
menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2007). Penelitian dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti. Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain, besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi dengan teknik korelasi (Arikunto, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
33
34
3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, namun juga obyek ataupun benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2012: 80). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen periode bulan Mei – Juli 2015 sebanyak 44 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Populasi yang besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus betulbetul representative (mewakili) (Sugiyono, 2011) Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2014). Besar sampel
35
dalam penelitian ini adalah 44 responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut : 1.
Wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
2.
Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini sebagai berikut 1.
Hasil pemeriksaan IVA menunjukkan kanker serviks.
2.
Tidak bersedia menjadi responden.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Kalijambe Sragen pada bulan September 2015 sampai dengan November 2015.
36
3.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional
Alat ukur dan cara Hasil Ukur ukur
Alat Kontrasepsi
kontrasepsi adalah menghindari/menceg ah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Wawancara
-Tidak / memakai alat kontrasepsi -Metode kontrasepsi alamiah - Metode kontrasepsi sederhana - Metode kontrasepsi efektif terpilih - Metode kontrasepsi mantap
Risiko Kanker Serviks
Risiko terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada leher rahim atau menghalangi leher rahim
Pemeriksaan IVA dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang).
- Berisiko kanker serviks : IVA positif - Tidak berisiko kanker serviks: IVA negativ, IVA radang
Skala Ukur Nominal
Nominal
37
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data a. Alat Penelitian 1. Alat pemeriksaan IVA a) Sarung tangan / Handscoen b) Spekulum cocor bebek c) Tampon tang d) Kom kecil e) Lidi kapas f) Asam asetat 3-5% dalam botol g) Kapas DTT dalam kom h) Waskom berisi larutan klorin 0,5% i) Selimut j)
Lampu sorot
k) Tempat sampah medis dan non medis 2. Lembar pengamatan yang memuat pemakaian alat kontrasepsi dan hasil pemeriksaan IVA b. Cara Pengumpulan Data 1. Melaksanakan ujian proposal 2. Mengajukan izin penelitian ke kantor BAPPEDA Sragen 3. Menemui respoden dengan menjelaskan tentang tujuan penelitian, selanjutnya meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
38
4. Melakukan wawancara kepada responden tentang usia, frekuensi perkawinan, paritas, pemaparan asap rokok, dan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil wawancara dicatat di lembar observasi 5. Mendampingi bidan KIA dalam pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen 6. Hasil pemeriksaan IVA dicatat di lembar observasi
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dengan bantuan software SPSS melalui tahapan sebagai berikut (Hidayat, 2009): a. Editing Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Peneliti memberikan kode angka satu untuk hasil ukur pemeriksaan IVA berisiko kanker serviks dan kode angka dua untuk hasil tidak berisiko kanker serviks. Peneliti menggunakan kode angka satu untuk metode kontrasepsi alamiah, dua untuk metode kontrasepsi
39
sederhana, tiga untuk kontrasepsi efektif terpilih, empat untuk kontrasepsi mantap, lima untuk tidak memakai alat kontrasepsi c. Entry data Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database
komputer,
kemudian
membuat
distribusi
frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi. d. Tabulasi Hasil pengolahan data dimasukkan dalam tabel distribusi. 2. Analisa Data Untuk melakukan pengujian hipotesis, analisis data yang dilakukan adalah : a. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian, yang
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini analisis univariat menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengidentifikasi gambaran karakteristik responden, pemakaian alat kontrasepsi, risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. b. Analisa data bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis
40
bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks. Uji statistik yang digunakan adalah Koefisien Kontingensi. Koefisien Kontingensi digunakan untuk menghitung hubungan antar variable bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini mempunyai kaitan erat dengan Chi Kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen (Sugiyono, 2014). Rumus Koefisien Kontingensi : C =ට
௫;
ேା௫;
Hipotesis statistik asosiatif adalah: H0 : r = 0 ( Tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks ) H1 : r ≠ 0 ( Ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks ) (Sugiyono 2005).
3.7. Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.
41
a. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2011). b. Anonomity ( Tanpa nama ) Anonomity digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2011). c. Confidentiality ( Kerahasiaan ) Confidentiality memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 44 responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. Pengambilan data dilakukan sejak tanggal 15 September 2015 sampai tanggal 15 November 2015. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan wanita yang akan melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen mengenai usia, status perkawinan, paritas, pemaparan asap rokok, dan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil wawancara dan pemeriksaan IVA di catat dalam lembar observasi.Tujuan pengambilan data dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik responden, pemakaian alat kontrasepsi,risiko terjadinya kanker seviks dan hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
42
43
4.1 Analisis Univariate a. Gambaran Karakteristik Responden Yang Mengikuti Pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Yang Mengikuti Pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe SragenTahun 2015 ( n : 44 ) 1. Usia
< 35 ≥35
Total 2. Frekuensi status Perkawinan Total 3. Paritas Total 4. Pemaparan Asap Rokok Total
1 2 <3 ≥3 ya tidak
Frekuensi 16 28 44 42 2 44 29 15 44 26 18 44
Percent 36.4
63.6 100.00 95.45 4.55 100.00 65.91 34.09 100.00 59.09 40.91 100.00
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa karakteristik responden yang melakukan pemeriksaan IVA adalah terbanyak pada Usia ≥ 35 sebanyak 63,6 %. Berdasarkan frekuensi status perkawinan yang terbanyak mengikuti IVA adalah status perkawinan pertama sejumlah 95,45%.Karakteristik responden berdasarkan paritas yang terbanyak adalahParitas < 3 kali sebanyak 65,91%. Responden terbanyak berdasarkan pemaparan asap rokok adalah terpapar asap rokok sebesar 59,9%.
44
b. Gambaran pemakaian alat kontrasepsi pasien dengan risiko kanker serviksdi Puskesmas Kalijambe Sragen. Tabel 4.2 Pemakaian alat kontrasepsi pasien dengan risiko kanker serviks di Puskesmas Kalijambe SragenTahun 2015 ( n : 44 ) Frequency 4
Percent 9.1
Kontrasepsi sederhana
4
9.1
Kontrasepsi efektif terpilih
23
52.3
Kontrasepsi mantap
2
4.5
tidak memakai alat kontrasepsi
11
25
Kontrasepsi alamiah
Gambaran pemakaian alat kontrasepsi responden yang mengikuti pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen dari tabel 4.2 di dapatkan hasil pemakaian alat kontrasepsi oleh responden terbanyak menggunakan metode kontrasepsi efektif terpilih sebesar 52,3%. c.Gambaran risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Tabel 4.3 Risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe SragenTahun 2015 ( n: 44 ) R i Hasil IVA s i
Frequency
Percent
Negatif
42
95.5
Positif
2
4.5
Total
44
100.0
Risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen yang di ikuti 44 responden menunjukkan hasil pemeriksaan terbanyak adalah dengan hasil negatif sebanyak 95,5%.
45
4.2 Analisis Bivariat Hasil pengolahan data yang dilakukan menggunakan koefisien kontingensi yang menggambarkan hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunaka pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen dilakukan pada taraf signifikasi 5% dengan kriteria Ha diterima dan Ho ditolak jika p<0,05 dan Ha ditolak dan Ho diterima jika p>0,05.
Gambar 4.4Hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Tahun 2015 ( n : 44 ) Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient N of Valid Cases
Approx. Sig.
0.310
0.323
44
Analisis data diatas di dapat koefisien kontigensi (Contingency Coefficient) sebesar 0,310. Nilai koefisien kontingensi lebih mendekati nol, maka hubungan yang terjadi lemah.Hasil output diatas diketahui bahwa signifikansi (Approx Sig) adalah 0,323lebih dari 0,05 maka Ho di terima, artinya tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
46
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden Yang Mengikuti Pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen 5.1.1 Usia Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia yang mengikuti pemeriksaan IVA di puskesmas Kalijambe Sragen terbanyak adalah usia lebih dari 35 tahun yakni sebanyak 63,6%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden yang berkunjung untuk melakukan pemeriksaan IVA adalah ibu-ibu yang berumur ≥ 35 tahun. Hasil wawancara kepada responden dapat di simpulkan bahwa kesadaran wanita usia subur tentang kanker serviks pada saat ini semakin meningkat. Pada ibu yang berusia sekitar ≥ 35 tahun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Umur responden dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu < 35 tahun dan ≥ 35 tahun karena wanita yang rentan menderita kanker leher rahim adalah yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun (Rasjidi, 2009). Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan
46 46
47
terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia ( Diananda, 2009 ). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan menyebutkan jumlah responden terbanyak yang datang melakukan pemeriksaan IVA terdapat pada kelompok usia 35 - 39 tahun sebanyak 127 orang (20,8%) ( Rini, 2009 ) 5.1.2 Frekuensi status perkawinan Distribusi frekuensi responden berdasarkan responden status perkawinan dengan persentase terbesar adalah menikah 1x sejumlah 42 orang (95,45%). Hasil wawancara dari responden dapat disimpulkan bahwa semua responden telah menikah dan yang menikah satu kali proporsinya lebih besar dari pada yang menikah dua kali. Hal ini disebabkan karena adanya norma sosial yang mengikat dalam lingkungan masyarakat Kalijambe, yang masih menganggap tabu seseorang wanita untuk kawin lebih dari satu kali. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa presentase pernikahan yang terbanyak adalah menikah dengan frekuensi 1x yaitu 118 orang (98.3%) dan menikah dengan frekuensi 2x yaitu sejumlah 2 orang (1,7%) ( Suprijono, 2008 ). Distribusi frekuensi responden wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA berdasarkan responden status perkawinan dengan persentase terbesar adalah menikah 1x sejumlah 67 orang (88.2%) dan persentase responden terkecil adalah menikah 2x sejumlah 9 orang (11.8 %) ( Ari, 2012).
48
5.1.3 Paritas Pengelompokkan paritas pada responden dibedakan menjadi dua kategori, yaitu melahirkan < 3 kali dan ≥ 3 kali. Berdasarkan analisis univariat, diketahui bahwa sebagian besar responden melahirkan < 3 kali, yaitu sebanyak 29 orang (65,91,0%). Hal ini disebabkan karena ibu telah menerapkan program KB dengan baik yaitu 2 anak cukup. Ibu juga ikut mensukseskan program pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat (Bappeda, 2014). Penelitian yang dilakukan di Karanganyar juga menunjukkan hasil karakteristik wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Karanganyar berdasarkan paritas/jumlah anak yang di lahirkan persentase tertinggi adalah responden yang memiliki anak 2 yaitu 20 orang (26.3%) ( Ari, 2012 ). Frekuensi kehamilan juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah kelamin. Wanita dengan paritas tinggi yaitu > 3 kali berisiko 5,5 kali untuk terkena kanker serviks (Setyarini, 2009). Jumlah paritas meningkatkan risiko menderita kanker leher rahim tapi setelah di adjust jumlah hubungan seksual dan waktu pertama hubungan seksual ( Andrijono ,2007 ).
49
5.1.4 Pemaparan asap rokok Karakteristik responden yang sering terkena paparan asap rokok adalah sebanyak 59,09% lebih banyak dari pada yang tidak terkena paparan asap rokok sebanyak 40,91%. Hal ini dikarenakan responden mempunyai pasangan yang merokok sehingga secara tidak sadar responden menjadi perokok pasif. Asap rokok yang dihirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok disebut juga dengan perokok pasif (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Bahaya merokok tidak hanya menyerang perokok aktif saja, tetapi bisa menyerang orang yang berada disekitar, bahkan perokok pasif cenderung terkena kadar racun yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri ( Hikmat, 2007 ). Ditemukan juga hubungan antara kanker leher rahim dengan rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dan lama waktu konsumsinya. Mekanisme yang melibatkan karsinogen larut yang diduga memiliki efek langsung untuk merubah morfologi epitel leher rahim. (Odongua N, 2007). Penelitian yang telah dilakukan menyatakan paparan asap rokok menyebabkan kejadian lesi prakanker leher rahim dengan nilai OR= 4,75 ; 95% CI : 2,19-10,33 sehingga paparan asap rokok meningkatkan risiko terjadinya lesi prakanker leher rahim sebesar 4 kali dibanding tanpa paparan asap rokok ( Dewi, 2005 ).
50
5.2 Gambaran pemakaian alat kontrasepsi pasien dengan risiko kanker serviks di Puskesmas Kalijambe Sragen. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil Gambaran pemakaian alat kontrasepsi responden yang mengikuti pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen pemakaian alat kontrasepsi terbanyak menggunakan metode kontrasepsi efektif terpilih sebesar 52,3%. Metode kontrasepsi terpilih yang banyak dipilih responden yaitu KB suntik. Hasil wawancara kepada responden diketahui responden memilih memakai alat kontrasepsi suntik karena alat kontrasepsi suntik di nilai lebih efektif dan efisien dilihat dari harga, waktu dan cara penggunaan. KB suntik di nilai responden lebih efektif untuk menunda kehamilan berikutnya. Harga KB suntik yang terjangkau membuat KB ini dijadikan pilihan utama. Cara pemakaian yang mudah yakni dengan melakukan suntik di bokong dengan rentan waktu satu bulan atau tiga bulan di nilai lebih sederhana dari pada minum pil yang harus dilakukan setiap hari. Kontrasepsi suntikan adalah
pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Muskuler (IM) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2005). Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99 % dan 100 % dalam mencegah kehamilan. Tingkat kegagalan kontrasepsi suntik sangat kecil. Keefektifannya 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian (Everett, 2007). Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di
51
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman (Mochtar, 2005). Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suprijono yang menyebutkan penggunaan alat kontrasepsi pada respondennya yang terbanyak menggunakan KB suntik yaitu sejumlah 34 orang (28,3%) (Suprijono, 2008). Pengguna KB paling banyak memilih menggunakan suntik dengan persentase tertinggi pada kelompok perempuan usia 20-24 tahun sebesar 42,5 %. Pilihan berikutnya adalah pil dengan persentase tertinggi pada kelompok perempuan usia 35-39 tahun (Wijaya, 2010).
5.3 Gambaran risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Gambaran risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen yaitu 42 responden hasil pemeriksaan negatif dan dua responden hasil pemeriksaan positif. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan 95,5% wanita yang melakukan pemeriksaan IVA tidak berisiko kanker serviks sedangkan 4,5% wanita berisiko kanker serviks. Hal ini dikarenakan wanita di Puskesmas Kalijambe memiliki pola hidup yang sehat. Kesadaran masyarakat Kalijambe tentang pola hidup sehat yaitu dengan makan- makanan berupa sayuran dan buah, mengurangi makanan berlemak dan berpengawet serta melakukan aktivitas fisik paling tidak 30 menit setiap hari. Karakteristik pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe menunjukkan paritas anak <3 dan frekuensi status kawin menikah satu kali tidak termasuk berisiko kanker serviks. Hasil penelitian ini
52
didukung oleh penelitian sebelumnya yang manyatakan hasil pemeriksaan IVA dengan hasil pemeriksaan negatif adalah (92.1 %) ( Ari, 2012 ). Masyarakat desa memiliki gaya hidup yang sehat dengan hampir setiap hari hanya mengkonsumsi sayur - sayuran. Mereka jarang makan daging, lemak, jeroan, makanan kaleng, yang dapat memicu timbulnya zat karsionegenik. Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhasiat advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan ( Syifanoe, 2009).
5.4 Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Risiko Kanker Serviks
Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai koefisien kontingensi lebih mendekati nol, maka hubungan yang terjadi lemah. Hasil output diatas diketahui bahwa signifikansi (Approx Sig) adalah 0,323 lebih dari 0,05 maka Ho di terima, tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen.
53
Beberapa penemuan hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan adanya hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kontrasepsi dengan kejadian lesi prakanker serviks pada wanita pekerja seks ( Irmayani, 2014). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode kontrasepsi barier ( diafragma atau kondom ) akan menurunkan risiko kanker serviks. Hal ini dikarenakan serviks dilindungi dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen. Hampir semua spersimida mengandung surfaktan kimia aktif untuk menghentikan virus yang ditularkan secara sexual ( Rasjidi, 2009 ). Adanya peningkatan risiko karsinoma serviks akibat alat kontrasepsi suntik sangat sulit karena banyaknya factor yang membingungkan, tetapi semua kontrasepsi hormon, termasuk suntik sedikit berperan dalam meningkatkan risiko karsinoma serviks ( Glasier, 2006 ). Peneliti tidak mendapatkan informasi mengenai lama pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan karena sebagian penelitian menyebutkan bahwa penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi hormonal dipercaya berhubungan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Semakin lama seseorang menggunakan kontrasepsi hormonal, semakin tinggi risiko untuk mendapatkan kanker serviks. Hormon yang terkandung pada kontrasepsi hormonal dapat mengubah kepekaan sel serviks terhadap HPV. Penelitian lain menunjukkan bahwa risiko kanker serviks semakin meningkat selama seorang wanita menggunakan kontrasepsi oral, tetapi resikonya kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan. Penelitian
54
terbaru di dapatkan hasil bahwa risiko kanker serviks adalah dua kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun, namun resiko kembali normal 10 tahun setelah mereka hentikan ( Melva, 2008 ). Faktor risiko kanker serviks yang lain menurut karakteristik responden yaitu usia ≥ 35 tahun. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut, risikonya meningkat dua kali lipat setelah umur 35 tahun. Meningkatnya risiko ini merupakan gabungan dari meningkat dan bertambah lamanya pemaparan terhadap karsinogen
serta
makin
melemahnya
sistem
kekebalan
tubuh
karena
bertambahnya umur ( Setyarini, 2009 ). Selain itu paparan asap rokok juga sapat menjadi faktor risiko kanker serviks. Bahan-bahan kimia yang ditemukan dalam rokok seperti nikotin setelah terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah sampai ke serviks. Penelitian meyakini bahwa bahan-bahan kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks ( Nurwijaya dkk, 2010 ).
55
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan a. Karakteristik responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen adalah sebagian besar Usia ≥35, status perkawinan pertama, Paritas < 3, dan terpapar asap rokok. b. Gambaran pemakaian alat kontrasepsi responden yang mengikuti pemeriksaan IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi efektif terpilih. c. Gambaran risiko terjadinya kanker seviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen menunjukkan sebagian besar hasil pemeriksaan negatif. d. Tidak ada hubungan antara Pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA di Puskesmas Kalijambe Sragen ( p = 0,323).
6.2. Saran a.
Bagi Wanita di Puskesmas Kalijambe Sragen Masyarakat terutama wanita agar menghindari pamaparan asap rokok agar terhidar dari risiko kanker serviks. Wanita yang berusia ≥ 35 tahun untuk melakukan pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks.
55
56
b.
Bagi Puskesmas Kalijambe Sragen Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemakaian alat kontrasepsi, risiko kanker serviks dan pentingnya pemeriksaan IVA untuk mendeteksi secara dini risiko kanker serviks. Kegiatan yang dapat dilakukan di Puskesmas dengan menggiatkan program IVA dan tindak lanjut ke Dinas Kesehatan Kabupaten bagi responden yang berisiko kanker serviks untuk melakukan pengobatan dan kryoterapi.
c.
Bagi Institusi pendidikan Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi keperawatan akan gambaran hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA dan dapat dikembangkan sebagai kompetensi yang dapat dikuasai oleh mahasiswa.
d.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dilakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemakain alat kontrasepsi dengan risiko terjadinya kanker serviks menggunakan metode IVA seperti mengenai hubungan lama penggunaan alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks.
e.
Bagi Peneliti Penelitian lebih lanjut dan kontinyu sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan dalam memberikan pengetahuan tentang gambaran hubungan
57
pemakaian alat kontrasepsi dengan risiko kanker serviks menggunakan metode IVA.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press. Andrijono. (2007). Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bappeda. (2014). Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB). Dikases tanggal 2 Januari 2016, dari http://www.bappenas.go.id. BKKBN. (2006). Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling, Jakarta: BKKBN BKKBN. (2012). Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang: BKKBN. Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. (2009). Kota Berkelanjutan (Sustainable City). Bandung: P.T. Alumni. Depkes RI. (2009). Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN. Deviarbi Sakke Tira. (2008). Risiko Jumlah Perkawinan, Riwayat Abortus, DanPemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Serviks Di Rumah Sakit Pelamonia Makasar Tahun 2006 – 2007. Dewi D. (2005). Dentika Dental Journal. Pengaruh kebiasaan merokok terhadap mukosa mulut. 10, 132-5. Diananda, R. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka. Djuanda adhi. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan penerbitan FKUI. Emilia, O. (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress. Everett, Suzanne. (2007). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif, Ed.2. Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC. Glasier, A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Hakim, B.H.A. (2005). Risiko Merokok Terhadap Kejadian Kanker Leher Rahim. MKMI. Vol. 01, No. 03: 161 – 164. Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogya: Pustaka Rihanna. Hartanto Hanafi. (2010). Keluarga Berancana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hidayat. (2011). Menyusun Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Bandung: Informatika. Hikmat, Mahi M. (2007). Awas Narkoba, para Remaja Waspada. bandung: PT Grafitri Budi Utami. Maharani, S. (2009). Mengenal 13 Jenis Kanker & Pengobatannya. Yogyakarta: Katahati Maryani. (2008). Pelyanaan KB dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM. Maryanti, Dwi, Majestika Septikasari. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Nuha Medika:Yogyakarta. McCormick, M.D, Colleen, C., Acitra, Y, Giuntoli, R.L. (2011). Panduan untuk penderita kanker serviks. Jakarta: PT Indeks. Melva. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Mochtar, R. (2005). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Nugroho. (2010). Deteksi Kanker Serviks Dengan Metode Iva. Jakarta: Niaga Swadaya. Nurwijaya, H, dkk. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Odongua N, Chae YM, Kim MR, et al. (2007). Association between smoking, screening and death caused by cervical cancer in Korean Women. Yonsei Med J. V. 48, 192-200. Pendit.U. (2006). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC
Pratiwi, M. R. (2009). Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi Kombinasi Progesteron Estrogen Terhadap Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Surakarta. Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Proverawati, A, Islaely, A.D. & Aspuah, S. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Rasjidi. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarata: Sagung Seto. Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Samadi. (2010). Yes, I Know Everythink About Kanker Serviks!. Jakarta: Tiga Kelana. Setyarini, E. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Sarjana. Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Smart, Aqila.(2010). Kanker Organ Reproduksi. Jogjakarta: Darul Hikmah. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Sukaca. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Printika. Sulistyawati, A, (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Suprijono. (2008). Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Skripsi Fakultas Kedokteran. Universitas Dipnegoro. Semarang. Tresna, K. (2009). Deteksi Human Papiloma Virus pada Sediaan Sitologi Papanicolau Smear Lesi Serviks: Suatu Uji Diagnostik. Jakarta: Bina Pustaka Prawiroharjo Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas itu bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora. Wijono, W. (2010). Pedoman Penanggulangan Efek Samping / Kompilkasi Kontrtasepsi. Jakarta : Depkes RI .