HUBUNGAN LAMA PERSALINAN KALA II DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO
LINGGA MAHARANI NIM. 1211010022 Subject : Lama persalinan, Kala II, Asfiksia, Ibu bersalin DESCRIPTION Dalam proses persalinan terjadi kontraksi uterus kala II saat kontraksi berlangsung secara konsisten 90 detik, jumlah kontraksi adalah 3-4 kali tiap menit atau terjadi setiap 2-3 menit sekali, sehingga aliran darah ke janin dapat berkurang atau berhenti. Stimulasi kontraksi uterus yang berlebihan atau kurang sempurna dan lamanya persalinan kala II dengan teknik mengejan yang aktif berlangsung lebih dari 1 jam pada ibu primipara maka dapat menyebabkan ibu kelelahan dan gangguan pada sirkulasi utero – plasenter. Tujuan penelitian mengetahui hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Jenis penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Variable independen dalam penelitian ini adalah lama persalinan kala II. Variable dependent kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Populasinya adalah semua ibu bersalin di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 sejumlah 418 orang, dengan jumlah sample 204. Tekhnik Sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan data di lakukan pada tanggal 20 mei 2015 – 27 mei 2015. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan rekam medic. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebagian besar responden ibu bersalin normal sejumlah 127 orang (62,3%), sebagian besar responden tidak asfiksia sejumlah 121 orang (69,6%). Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value (= 0,012) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan institusi kesehatan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan penanganan resusitasi yang tepat sehingga bayi tidak mengalami komplikasi penyakit lain.
i
ABSTRACT
I pregnancy proses At the end of the second stage when the contractions take place consistently 90 seconds, the amount of contraction is 3-4 times per minute or occur every 2-3 minutes, so that blood flow to the fetus can be reduced or stopped. Excessive stimulation of uterine contractions or less perfect and the length of the second stage of labor with active pushing technique lasted more than 1 hour in primiparous mothers, it can lead to maternal exhaustion and disorders of the circulation utero - plasenter. This study aimed to a long relationship with the second stage of labor asphyxia in newborns in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. This type of research is analytic cross sectional. The independent variable in this study is the second stage of labor time, the population is all women giving birth in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 2014 some 418 people, the number of samples 204 sampling technique using Simple Random Sampling. Data were collected on 20 May 2015-27 May 2015. Data collection instrument using medical records. Based on the research results get the most respondents maternal normal number of 127 people (62.3%), most respondents do not asphyxiated some 121 people (69.6%). Based on the results of chi square test with SPSS found that the value ρ (= 0.012) <0.05 then H0 is rejected or accepted H1 means that there is a long relationship with the second stage of labor asphyxia in newborns in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, 2014. Based on the results of the study are expected to cooperate with health workers in the health volunteers to provide education on how to determine the ideal number of children so that mothers can have a healthy and prosperous family. Keywords: Old stage II, Genesis Asphyxia Countributor
: 1. Dian Irawati, SSIT., M.Kes 2. Dhonna Anggreni SKM Date : 13 Agustus 2015 Type Material : Laporan Penelitian Indentifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Dalam proses persalinan terjadi kontraksi uterus dan setiap kali kontraksi dapat mengakibatkan perfusi plasenta terganggu karena tekanan intrauteri meningkat diatas tekanan darah dengan intensitas 50 –60 mmHg. Pada akhir kala 1 atau kala II saat kontraksi berlangsung secara konsisten 90 detik, jumlah kontraksi adalah 3 –4 kali tiap 10 menit atau terjadi tiap 2 –3 menit sekali sehingga aliran darah ke janin dapat berkurang atau berhenti. Stimulasi kontraksi uterus yang berlebihan atau kurang sempurna dan lamanya persalinan kala II dengan teknik mengejan yang aktif berlangsung lebih dari 1 jam pada ibu
ii
primipara maka dapat menyebabkan ibu kelelahan dan gangguan pada sirkulasi utero –plasenter (Ermi, 2014) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Creasy di Amerika Serikat pada tahun 2010 terhadap 3.675 ibu multipara didapatkan bahwa hampir 80% ibu mengalami kelancaran persalinan berikutnya, sebaliknya 36% ibu primipara mengalami penyulit persalinan sehingga persalinan berjalan lebih lama. Hal ini dikarenakan oleh kesalahan mengejan ibu, posisi janin dalam rahim dan ketidaksesuaian antara jalan lahir dengan ukuran kepala janin (Creasy, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barbara di Indonesia pada tahun 2010 hampir 33,8% ibu mengalami persalinan lama (Rendra, 2010). Asfiksia pada bayi bar lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kemetian bayi baru lahir setiap tahun di Indonesia angka kejadian Asfiksia di rumah sakit pusat rujukan profinsi di Indonesia sebesar 41,94% data mengungkapkan bahwa kira-kira 10 % bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang ekstensif, 5% bayi saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi untuk bernafas, antara 1%-10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi, dan sedikit saja yang membutuhkan inkubasi dan kompresi dada (Soleh, 2008). Jumlah ibu bersalin normal di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto tahun 2014 sejumlah 418 orang dan jmlah ibu yang bersalin dengan sectio caesarea mencapai 87 responden . Dari data juga menunjukan jumlah ibu bersalin dengan lama kala 2 mencapai 230 orang dan jumlah bayi yang mengalami asfiksi sebanyak 90 bayi. Faktor yang pengaruh terjadinya persalinan lama yaitu hormonal pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, nutrisi, faktor jalan lahir, kekuatan mengejan, posisi janin, psikis ibu dan penolong merupakan faktor yang mengakibatkan partus lama (Ruth, 2007). Paritas yang rendah atau primipara banyak mengalami persalinan yang lama hal ini dipengaruhi kelainan his/kontraksi uterus, kelainan letak dan bentuk janin, kelainan panggul. Persalinan yang berlangsung lama dapat menyebabkan bayi asfiksia, kelelahan pada ibu, kecacatan pada janin, kematian ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2009). Selain itu persalinan yang lama dapat menyebabkan komplikasi baik ibu maupun janin. Dalam proses persalinan pemanjangan kala II merupakan faktor penyebab kematian pada ibu bersalin (Ruth, 2007). Solusi untuk mengurangi kejadian asfiksia dibutuhkan pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga yang profesional yang terutama memiliki keterampilan bidan melalui pelatihan. Harapannya dengan tenaga yang terampil akan didapatkan pelayanan berkualitas sehingga akhirnya dapat membantu menurunkan angka kejadian persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru lahir. METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik Cross Sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama persalinan kala II, populasinya adalah semua ibu bersalin di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 sejumlah 418 orang, dengan jumlah sampel 204 teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Mei 2015 – 27 Mei 2015. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan data skunder rekam medik.
iii
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value = 0,012< 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 Pembahasan Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersalin normal sejumlah 127 orang (62,3%) Kala II dimulai dengan pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan kelahiran bayi (Ancheta, 2007). Sedangkan menurut Rustam (2007) kala II adalah suatu masa dalam persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai kelahiran bayi. Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Proses fisiologis kala II persalinan. diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alami bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, jongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alami bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, jongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya. Banyak faktor yang mempengaruhi lama kala II diantaranya Usia dan jumlah anak sangat. Persalinan biasanya akan lebih singkat apabila pasien atau ibu mengetahui tentang fisiologi persalinan normal, dalam keadaan sehat sewaktu memulai persalinan, dan percaya penuh kepada petugas yang merawat dan bersikap tenang. Namun, terdapat beberapa faktor penyebab suatu partus berlangsung terlalu lama yakni kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, dan ketuban pecah dini. Hasil Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai umur 20-35 tahun sejumlah 139 orang (68,1%). Usia 20-35 merupakan usia reproduktif pada usia tersebut rahim telah matang sel terlur telah siap dibuahi proses kehamilan dan persalinan sangat tepat dilakukan pada usia tersebut, resiko atau tanda bahaya sangat minim terjadi. Pada usia ini 20-35 tahun rata-rata wanita di Indonesia sudah mempunyai anak kedua. Sedangkan sebagian besar ibu yang mempunyai anak pertama masih berusia kurang dari 20 tahun dan 2 sampai 5 tahun berikutnya mempunyai anak yang kedua dari hasil penelitian cenderung mengalami lama kala II.
iv
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas yang paling aman dari sudut kematian maternal yaitu dengan paritas 2-3 kali, sedangkan paritas 1 kali atau paritas lebih dari 3 kali angka kematian maternalnya lebih tinggi. Kehamilan atau persalinan pada ibu dengan paritas lima atau lebih dengan kondisi keadaan umur yang kurang baik, dimana umur lebih dari 35 tahun sangat meningkatkan untuk terjadinya resiko,baik pada saat persalinan atau keadaan dan kondisi anak yang dilahirkan. Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau serviks yang kaki memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut kendor kekenyalan sudah kurang sehingga dapat memperpanjang proses persalinan. Teknik mengejan yang salah dapat menyebabkan ibu kelelahan dan kompresi otot abdomen dapat mengganggu sirkulasi janin dalam memperoleh oksigen dari plasenta. Proses transisi dan kala II cenderung menegangkan fisik serta emosional bagi ibu. Pendampingan pasangan atau keluarga dan dukungan serta ketrampilan dari tenaga medis sangat mempengaruhi kondisi psokologis ibu untuk menyelesaikan kala II, sehingga jika kondisi ibu tidak panik maka kala II yang lama atau cepat akan membuat persalinan kala II menjadi berhasil dan aman bagi ibu dan bayi. Adakalanya faktor risiko Asfiksia menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak Asfiksia sejumlah 121 orang (58,8%) Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan teratur. Sering sekali bayi mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah tersebut mungkin berkaitan erat dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Apabila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat (Depkes RI, 2010). Risiko dari bayi yang mengalami asfiksia adalah dapat mengakibatkan, gangguan bicara dan epilepsi. Asfiksia berat dan fatal akan mengakibatkan kerusakan otak permanen dan mengganggu tumbuh kembang anak seperti, tidak bisa duduk, tidak bisa merangkak, tidak bisa bicara banyak faktor yang berpengaruh terhadap asfiksia adalah ibu dan jani yang dilahirkan
v
Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar yang mempunyai umur 20-35 tahun sejumlah 139 orang (68,1%). Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksinya belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia perempuan untuk hamil dan melahirkan memiliki pengaruh yang berbeda pada kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan dan persalinan di bawah umur 20 tahun memiliki resiko yang sama tingginya dengan kehamilan umur 35 tahun keatas sehingga dapat menimbulkan resiko. Usia berkaitan dengan masalah kesehatan, resiko akan meningkat sejalan dengan usia. Persalinan pada ibu usia tua dapat menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan persalinan yang lebih sulit dan lama. Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, namun demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap proses reproduksi. Umur yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah antara 20-35 tahun. Sedangkan dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan. Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia mudah/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. begitu juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Beberapa penelitian yang dilakukan rahadi 2012 di Jakarta menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa resiko tertentu, termasuk resiko kehamilan, yang dapat berakibat buruk pada janin. Para peneliti menyatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi, yang merupakan salah satu faktor predisposisi dari ibu yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum wanita yang hamil pada usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita tekanan darah tinggi dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada penelitian di University Of California pada tahun 1999. Penelitian Zakaria di RSUP M. jamil padang tahun 1999 menemukan kejadian asfiksia neonatorum sebesar 36,4% pada ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3% pada ibu dengan usia lebih dari 34 tahun. Hasil penelitian Ahmad di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000 menemukan bayi yang lahir dengan asfiksia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Asfiksia dapat pada bayi dapat terjadi di sebabkan bayi belum dapat menggunakan paru – parunya dengan baik namun tidak hanya karena hal itu saja. Faktor ibu juga menjadi penyebab seperti panggul sempit dan nutrisi, perawatan saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan yang dapat mempengaruhi
vi
kondisi bayi yang tidak dapat peneliti amati secara langsung dan tidak terdapat dalam catatan. Penelitian menunjukkan bahwa dari 127 responden yang bersalin normal sebanyak 15 (11,8%) mengalami Asfiksia dan 77 responden dengan l;ama persalinan 68 mengalami Asfiksia Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value = 0,012 < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. Kala II adalah suatu masa dalam persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai kelahiran bayi. Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul (Rustam 2007). Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di Indonesia. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin yang menyebabkan persalinan lama atau macet. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat, selama . Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada persalinan lama belum tentu mengalami Asfiksi, selama tidak terjdi perukaran gas dan bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru maka Asfisi dapat di hindari (Hendarso, 2014) Sedangkan dari faktor ibu ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia berat cenderung akan melahirkan bayi yang mengalami asfiksia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bobak (2004) vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Menurunnya oksigen maternal berarti terjadi hipoksia pada ibu, menurut Towell (1996) dalam Hassan (2007) hipoksia pada ibu akan menimbulkan hipoksia pada janin. Akibat lanjut dari hipoksia pada janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Hubungan kejadian persalinan lama kala II dengan asfiksia bayi baru lahir karena adanya beberapa keadaan yang terjadi pada ibu yang mengalami partus macet atau partus lama bisa menyebabkan kehabisan tenaga dan ibu bisa dehidrasi serta terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi dikarenakan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang Asfiksia termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, mordibilitas pada neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
vii
panjang terhadap kehidupan dimasa depan. Penyebab kematian utama kematian bayi sendiri yaitu asfiksia dan komplikasi pada bayi(Widodo, 2015) Menangis menandakan bahwa paru-paru bayi mulai berfungsi. Ketika di dalam rahim, oksigen didapat bayi dari ibu melalui plasenta. Setelah dilahirkan, bayi perlu menangis untuk membuka rongga pernapasan dan menghirup oksigen ke dalam paru-parunya. Bayi juga dapat mengalami kesulitan bernapas dan tidak menangis ketika dilahirkan jika bayi lahir sungsang dan jalan lahir ibu sempit dan persalinan lama. Penekanan tali pusar oleh bagian tubuh bayi, bentuk rahim tidak normal, bayi kembar, dan tumor di rahim juga dapat mengganggu pernapasaan bayi. Asfiksia juga dapat terjadi jika plasenta atau ari-ari lepas lebih terlebih dulu dan bayi terlilit tali pusar. Kejadian seperti itu dikenal dengan istilah kalung usus. SIMPULAN Hasil penelitian di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Dapat di simpulkan sebagian besar responden tidak mengalami kala II lama sejumla 127 orang (62,3%) Sebagian besar responden tidak Asfiksia sejumlah 121 orang (69,6%) Terdapat hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. SARAN 1. Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur guna mendeteksi dini adanya komplikasi. 2. Penelitian ini sebagai acuan mengajar mengenai teori yang berhubungan dengan persalina kala II dan Asfiksia 3. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan pre eklamsi berat yang mempengaruhi kejadian Asfiksia atau topik lain yang berhubungan dengan kejadian Asfiksia 4. Memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan penanganan resusitasi yang tepat sehingga bayi tidak mengalami komplikasi penyakit yang lain ALAMAT CORRESPONDENSI Alamat : Perumahan Kedung Prima Indah D-12 Kedungjajang Lumajang Jawa Timur. E-mail :
[email protected] No.Hp : 082231009889
viii
ix