JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 8, NO.2, AGUSTUS 2013: 691 – 697 ______________________________________________
HUBUNGAN KEMANDIRIAN ISTRI DENGAN KEHARMONISAN PERKAWINAN PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN DI KELURAHAN PAGENTAN KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG
Maria Agustin1 Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang Fabiola Hendrati2 Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang
Abstract This research is to find out if anything to do with the harmonious marriage of the wife of independence in the early stages of marriage. The population used in this study were those who married at an early stage at the village Pagentan Singosari Malang. Sampling was purposive technique. Methods of data collection using the likert method to scale marital harmony and independence wife. Validity of the results on a scale of marital harmony with significance level 0.05 moving from 0.310 to 0.594 with a valid aitem number by 52, while the results of the validity of the scale independence wife with a significance level of 0.05 moves from 0.304 to 0.551 with aitem valid number by 52. Calculation of variable reliability marital harmony obtained value α = 0.908 and Reliability wife independence obtained value α = 0.902. Where two numbers are according to the rules stated reliability is very reliable. The results of data analysis showed no association with the harmonious marriage of the wife of independence in the early stages of marriage with f table f count = 0.525 = 0.176, which f count (0.525) > ftable (0.176). The hypothesis states there is a relationship between self and wife with marital harmony in the early stages of marriage (ha) was accepted with a correlation coefficient of 0.525. Keywords: marital harmony, independence wife, and the early stages of marriage.
1 2
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected] Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected]
691
KEMANDIRIAN ISTRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN
atau
Pengantar Kehidupan dalam berkeluarga secara umum
berbasis
–
masing
dalam
menjalankan kehidupan perkawinan mereka. Begitu juga dalam hal mengatur perekonomian
undang
keluarga. Pasangan yang memiliki istri bekerja
perkawinan No. 1 Tahun 1974 perkawinan
memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
merupakan suatu ikatan lahir batin antara
dengan pasangan dengan istri tidak bekerja juga
seorang pria dan wanita sebagai suami istri
memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun
dalam hubungan formal untuk membentuk
kelebihan untuk pasangan dengan istri bekerja
kehidupan keluarga atau perkawinan yang
adalah minimalnya masalah yang disebabkan
harmonis. Perkawinan bahagia menurut Hurlock
perekonomian, namun kekurangannya adalah
(1996) adalah suami istri yang memperoleh
berkurangnya kualitas sebagai seorang istri
kebahagiaan
membuahkan
terhadap suami. Istri yang tidak bekerja
keputusan yang diperoleh dari peran yang
memiliki waktu dan kualitas yang lebih baik
mereka mainkan bersama, mempunyai cinta
sebagai istri terhadap suami, namun dengan
yang matang dan mantap satu sama lainnya,
kenyataan yang memiliki sumber penghasilan
dapat melakukan penyesuaian yang baik serta
hanya dari suami maka masalah yang sering
dapat menerima peran sebagai orang tua.
muncul adalah perekonomian. Hal tersebut
Keharmonisan
terwujud
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
apabila masing – masing unsur dalam keluarga
dalam penelitian sebelumnya jika konflik dalam
mampu berfungsi dan berperan sebagaimana
rumah tangga memiliki potensi lebih besar pada
mestinya. Keharmonisan di dalam rumah tangga
wanita yang bekerja dibandingkan wanita yang
akan lebih indah apabila suami istri dapat
tidak bekerja (Alteza & Hidayati, 2011)
mengerti, menghormati dan saling menghargai.
Berdasarkan
Menurut
bersama
berlandaskan
masing
pada
perkawinan.
atau
aturan
Undang
dan
perkawinan
Fenomena
terdapat
–
akan
di
desa
Putih
Kabupaten Kediri terkait dengan keluarga
kasus
tersebut
terlihat
jika
keharmonisan perkawinan pada masing – masing pasangan beranekaragam sebabnya.
dengan pasangan istri bekerja dan istri tidak
Penelitian majalah Redbok terhadap 730
bekerja, di mana idealnya sebuah rumah tangga
penyuluh pernikahan yang dikutip Nancy L.
membutuhkan suami sebagai kepala keluarga.
Van Pelt (dalam Astuti, 2006) mengungkapkan
Adanya perbedaan antara masing – masing
terdapat
pasangan istri bekerja dan istri tidak bekerja
keharmonisan rumah tangga. Secara berurutan,
inilah yang sering menimbulkan konflik baik
kesepuluh penyebab rusaknya keharmonisan
secara masalah sosial maupun secara internal
rumah
dengan
Kehidupan
komunikasi keluarga (2) hilangnya tujuan dan
perkawinan masing-masing memiliki komitmen
perhatian bersama (3) ketidakcocokan dalam
pasangan
(suami).
sepuluh
tangga
itu
penyebab
adalah
(1)
rusaknya
rusaknya
692 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
AGUSTIN & HENDRATI
seksualitas (4) ketidaksetian (5) hilangnya
atas).
kegairahan dan kesenangan dalam hubungan
merupakan
suami istri (6) keuangan (7) pertentangan
penyesuaian diri bagi kedua belah pihak, pada
masalah anak-anak (8) pengunaan alkohol dan
tahun ini pula biasanya sangat sulit dilalui
obat bius lainnya (9) masalah hak-hak wanita
karena pasangan kurang mampu mengantisipasi
(10) ipar atau mertua.
ketegangan atau tekanan yang mungkin timbul
Pada awal usia perkawinan inilah masa
perkenalan
dan
masa
Berdasarkan dari data tersebut, salah
dalam kehidupan perkawinan. Tahapan ini
satu penyebab rusaknya keharmonisan di dalam
berlangsung antara usia pekawinan 0 sampai 10
perkawinan yaitu rusaknya komunikasi keluarga
tahun, suami istri harus saling belajar untuk
dan keuangan. Hal itu dapat di lihat dari hasil
saling mengenal sebab pada masa ini biasanya
wawancara peneliti dengan salah satu pasangan
terjadi suatu krisis yang disebabkan karena
di desa Putih bahwa mereka merasa tidak
masing – masing kurang memainkan peranan
harmonis dengan istri karena kurang mampunya
baru baik sebagai suami istri maupun sebagai
untuk
orang tua.
meluangkan
waktu
bersama
untuk
berkomunikasi. Terdapat kasus dimana istri
Pemaparan fenomena diatas diketahui
yang bekerja diluar rumah dengan jangka waktu
beberapa contoh bentuk ketidakharmonisan
6 – 8 jam sehari yang terlalu sibuk dan banyak
perkawinan dalam keluarga yang dipengaruhi
menghabiskan waktunya untuk pekerjaan tanpa
faktor
menjalankan fungsinya sebagai istri. Satu lagi
komunikasi pada awal masa perkawinan yang
kasus ketidak harmonisan dalam suatu keluarga
dapat terjadi karena adanya kurang mampunya
yaitu kurang mampunya istri dalam menerima
suami atau istri dalam menyesuaikan diri
kenyataan dan mengelola keuangan yang hanya
terhadap perubahan peran sebagai suami dan
bersumber pada satu pencari nafkah yaitu
istri di masa awal perkawinan yang juga
suami.
dipengaruhi oleh kurang mampunya menerima Adanya perubahan peran seperti yang
ekonomi
kenyataan
dalam
dan
kurang
hal
ini
optimalnya
perekonomian,
telah dijelaskan sebelumnya terhadap suami istri
pengabaian tugas sebagai pasangan suami istri,
sering menyebabkan konflik diantara keduanya,
kurangnya
terlebih jika kurang mampunya salah satu
berdampak pada timbulnya pertengkaran dan
pasangan atau keduanya dalam menyesuaikan
percecokan
diri terhadap kehidupan perkawinan. Menurut
Ketidakmampuan
Ruben (dalam Husodo, 2007) yaitu kehidupan
menyelesaikan permasalahan, pertengkaran dan
perkawinan memiliki beberapa tahap, yaitu The
kurangnya
Early Years (0 – 10 tahun), The Middle Years
pasangan tersebut dimungkinkan karena adanya
(10 – 30 tahun), The Mature Years (30 tahun ke
tuntutan professional istri
waktu di
waktu
untuk dalam
bersama, rumah
pasangan untuk
bersama
yang tangga. dalam dengan
yang bekerja dan
JURNAL PSIKOLOGI _______________________________________________________________ 693
KEMANDIRIAN ISTRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN
menghabiskan banyak waktu diluar rumah,
bidang nafkah, seksual, pergaulan antar anggota
kurang
rumah
mampunya
berkomunikasi
untuk
tangga
dan
pergaulan
dengan
tuntutan yang melebihi batas kemampuan suami
masyarakat. Keadaan rumah tangga seperti
dalam memenuhi perekonomian untuk istri tidak
inilah yang disebut suami istri harmonis.
bekerja
Faktor
yang
mempengaruhi
keharmonisan perkawinan yang dikemukakan Keharmonisan Perkawinan
oleh Widarjono (dalam Fahroza, 2011) dibagi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
menjadi 10 faktor, yaitu : cinta, seiman, saling
secara terminologi keharmonisan berasal dari
percaya,
kata harmonis yang berarti serasi, selaras. Titik
menghindari pihak ketiga, menjaga romantisme,
berat dari keharmonisan adalah keadaan selaras
komunikasi,
atau serasi. Keharmonisan bertujuan untuk
memperhatikan. Agar pernikahan bahagia dan
mencapai keselarasan dan keserasian dalam
harmonis bila dipelihara dan dibina terus,
kehidupan.
masing-masing pihak terus menerus berusaha
Gunarsa
(dalam
Kurnia,
2011)
menjadi
seks,
ekonomi, dan
kehadiran
saling
pendamping
anak,
memuji
yang
dan
baik
bagi
perkawinan yang harmonis ditandai dengan
pasangannya
beberapa faktor yaitu adanya perhatian terhadap
tanggungjawab
seluruh anggota keluarga, mengetahui setiap
bukan mendahulukan minat dan keiinginannya
perubahan di dalam keluarga dan perubahan
sendiri.
anggota keluarga, adanya pengenalan diri setiap anggota
keluarga,
saling
dengan terhadap
mendahulukan pasangannya
dan
Menurut Marajo (dalam Kurnia, 2011),
pengertian,sikap
keluarga bahagia atau tidak bahagia dipengaruhi
menerima anggota keluarga yang satu terhadap
oleh beberapa kondisi pribadi, yaitu : Kondisi
kelemahan, kekurangan dan kelebihan anggota
fisik, Kondisi mental – psikis, Kondisi sosio-
keluarga lainnya, meningkatkan usaha dan
ekonomi dan budaya, dan Kondisi lingkungan
mengembangkan setiap aspek dari anggotanya
khusus.
secara optimal, serta dapat saling menyesuaikan
Pernikahan
yang
harmonis
adalah
diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pernikahan dua orang yang sama – sama
di dalam maupun di luar keluarga.
dewasa, saling percaya dan saling menghargai
Sahly (dalam Hadi, 2010) Hidup bahagia
demi menjalani hidup dengan cita – cita dan
dalam ikatan cinta kasih suami istri yang
konsep yang sama. Menurut Hawari (dalam
didasari oleh kerelaan dan keselarasan hidup
Maria, 2007) mengemukakan aspek – aspek
bersama, dalam ketenangan lahir dan batin
perkawinan harmonis: menciptakan kehidupan
karena merasa cukup puas atas segala sesuatu
beragama dalam keluarga, menyediakan waktu
yang ada dan telah dicapai yang menyangkut
bersama
dalam
keluarga,
mempunyai
694 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
AGUSTIN & HENDRATI
komunikasi yang baik antar anggota keluarga,
45 pasangan istri tidak bekerja. Variabel bebas
saling
anggota
penelitian ini adalah istri bekerja dan istri tida
keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang
bekerja, variabel tergantung penelitian ini
minim, adanya hubungan atau ikatan yang erat
adalah keharmonisan perkawinan.
menghargai
antar
sesame
Metode
antar anggota keluarga, Vuuren
(dalam
Fahroza,
2011)
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini dengan menggunakan penskalaan.
mengemukakan bahwa istri bekerja adalah istri
instrumen
yang selain mengurus rumah tangga juga
mengumpulkan data dalam penskalaan skala,
memiliki
rumah,
yaitu skala keharmonisan perkawinan. Model
dikantor, yayasan, atau wiraswasta yang juga
skala yang digunakan dalam penelitian ini
menghasilkan
adalah model penskalaan Likert yang sudah
tanggung
jawab
penghasilan
diluar untuk
keluarga
yang
dengan kisaran waktu 6 jam sampai 8 jam
domodifikasi
dengan
sehari.
tengah atau netral.
digunakan
meniadakan
untuk
jawaban
2009)
Validitas item dalam alat ukur penelitian
mengemukakan wanita yang tidak bekerja
ini diuji dengan menggunakan teknik korelasi
adalah wanita yang setiap harinya tinggal
product moment dimana aitem dikatakan valid
dirumah dan menjalankan tugas sebagai wanita
jika probabilitas per item lebih besar daripada
antara lain mengurus anak dan melayani suami.
rtabel (0,301, N=90, α = 0,05 ), sedangkan untuk
Ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak
reliabilitas penelitian ini mengunakan teknik
waktu untuk memperhatikan keluarga ataupun
alpha cronbach melalui analisa SPSS.
Nancy
(dalam
Nuryati,
pasangannya. Adapun motif istri bekerja menurut Sean
Hasil dan Diskusi
Covey (dalam Mufidah, 2008) antara lain:
Penelitian ini mengambil tempat di desa
kebutuhan finansial, kebutuhan sosial relasional,
Putih Kabupaten Kediri dengan mengambil
dan kebutuhan aktualisasi diri.
masyarakat setempat sebagai penelitian.
dipakai
dalam
menggunakan
jenis
Penelitian
ini
Alat ukur dalam penelitian ini diuji
dilaksanakan di Desa Putih Kabupaten Kediri
validitas dan reabilitasnya setelah dilakukan
dengan populasi sebesar 628 pasangan dan
penyebaran skala 98 aitem yang ada di dalam
kemudian dengan mengunakan teknik purposive
skala keharmonisan perkawinan terdapat 90
sampling didapatkan sampel berjumlah 90
aitem yang valid dengan korelasi bergerak 0,301
pasangan dengan 45 pasangan istri bekerja dan
sampai
penelitian
ini
yang
penelitian ini berjumlah 90 pasangan dengan
Metode Penelitian Penelitian
Sampel
subyek dari
kuantitatif.
cirri : usia perkawina 1-10 tahun, seiman.
0,560. Hasil uji reliabilitas skala
JURNAL PSIKOLOGI _______________________________________________________________ 695
KEMANDIRIAN ISTRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN
keharmonisan perkawinan didapat
nilai α
1. Istri bekerja Istri
sebesar 0,941 yang berarti sangat reliable, sehingga
dapat
keharmonisan
diartikan
perkawinan
bahwa ini
skala
mempunyai
harus
membagi
dapat
waktu
pasangannya.
meluangkan
untuk Istri
dan
keluarga harus
dan
mampu
tingkat keandalan yang sangat tinggi. Pengujian
menjalankan tugas dan fungsi sebagai
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
seorang istri disela kesibukannya untuk
teknik korelasi Product Moment melalui SPSS.
bekerja diluar rumah (misalkan menyiapkan
Hasil
analisis
menunjukkan
data
bahwa
yang ada
diperoleh
makan pagi, menyiapkan keperluan suami
perbedaan
bekerja), apabila pekerjaan diluar rumah
keharmonisan perkawinan ditinjau dari istri
tidak
bekerja dan istri tidak bekerja berdasarkan hasil
berkomunikasi dengan suami (misalkan istri
perhitungan dan analisis data di atas diperoleh t
mendapat tugas dari kantor keluar kota
hitung
(2,158) > t
tabel
(2,000). Hal ini berarti
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan keharmonisan perkawinan ditinjau
bisa
meminta
untuk
Istri yang tidak bekerja atau ibu rumah harus
mampu
dalam
menjaga
kualitas fungsi dan tugasnya terhadap
Kesimpulan dan Saran
pasangan dengan mengerjakan tugas – tugas
Kesimpulan pengumpulan data dan
analisis data penelitian diperkuat dengan teori yang telah dikemukakan, maka diperoleh t hitung sebesar 2,158 suatu kesimpulan bahwa perbedaan
suami
baik
2. Istri tidak bekerja tangga
ada
bantuan
lebih
menyelesaikan keperluan rumah tangga).
dari istri bekerja dan istri tidak bekerja.
Berdasar hasil
ditinggalkan
yang
signifikan
pada
keharmonisan perkawinan di tinjau dari istri bekerja dan istri tidak bekerja di Desa Putih Kab. Kediri yang terdiri dari rata – rata skor keharmonisan perkawinan istri tidak bekerja sebesar 236,60 > rata – rata skor keharmonisan perkawianan istri bekerja sebesar 250,73 . Saran Berdasar hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diajukan saran – saran sebagai berikut :
sebagai istri secara dan menjadi tempat berbagi dengan pasangan dalam keadaan apapun dan menerima kenyataan (misalkan suami mengalami masalah di tempat kerja istri harus mau dan mampu menjadi tempat curhat suami, menerima kenyataan tentang penghasilan yang suami berikan). 3. Bagi Suami Suami yang memiliki istri bekerja maupun istri tidak bekerja harus mampu menerima satu sama lain tentang kondisi rumah tangga, saling menghargai kondisi pasangan, mampu membangun komunikasi dan saling membantu (misalkan menerima dan
menyesuaikan
dengan
kekurangan
696 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
AGUSTIN & HENDRATI
ataupun kelebihan potensi istri, meluangkan waktu dan mengajak istri untuk saling bertukar pendapat ataupun keluhan dalam kehidupan perkawinan dan mencari solusi bersama). 4.
Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang tertarik dengan permasalahan yang sama dengan penelitian ini,
dapat
mengembangkan
menyempurnakan penelitian ini
dan dengan
memperdalam literatur mengenai faktor faktor
lain
yang
mempengaruhi
keharmonisan perkawinan.
Kepustakaan Alteza, M & Hidayati, L. N. 2011. Work family conflict pada wanita bekerja. Jurnal.
Kurnia, S. S. 2011. Pengaruh penerimaan diri terhadap keharmonisan perkawinan remaja perempuan yang menikah dini di Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan Madura. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Maria, U. 2007. Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Tesis. Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Mufidah, L. 2008. Perbedaan kecemasan istri akan kehadiran orang ke tiga ditinjau dari istri bekerja dan istri tidak bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Nuryati, I. 2009. Perbedaan tingkat depresi antara ibu rumah tangga yang bekerja dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Da’arul Ulum Jombang.
Astuti, S. 2006. Perbedaan keharmonisan perkawinan ditinjau dari komunikasi interpersonal dan kepuasan hubungan seksual pada pria dan wanita. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Fahroza, L. M. D. 2011. Hubungan kematangan emosi dengan keharmonisan pada pasangan pernikahan dini. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Hadi, S. 2010. Religiusitas dan keharmonisan suami istri di Desa Wringinsongo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Jurnal. Hurlock, E. B. 1996. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga Husodo, O. 2007. Perbedaan kepuasan perkawinan suami istri ditinjau dari status pekerjaan istri. Skripsi. Fakultas Pskologi Universitas Surabaya.
JURNAL PSIKOLOGI _______________________________________________________________ 697