1
Hubungan Jumlah Anak Dan Kualitas Pendidikan: Uji Kuantitas Dan Kualitas Anak IFLS 2007 Utami Putri Manvi1, I Dewa Gede Karma Wisana2 1 2
Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia,Depok, Jawa Barat, Indonesia 16424 Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia,Depok, Jawa Barat, Indonesia 16424
E-mail:
[email protected]
Abstrak Dalam lingkup rumah tangga-mikro, orang tua memegang peran penting dalam menentukan kualitas anak. Teori klasik Becker dan Lewis (1974) membuktikan keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga membuat orang tua menghadapi trade-off antara jumlah anak dan kualitas anak. Studi ini bertujuan melakukan pengujian teori Becker secara empiris di Indonesia. Menggunakan data IFLS4 dan metode OLS, ditemukan hubungan positif antara jumlah anak dan lama sekolah. Hal ini mengindikasikan tidak terdapat trade-off antara kuantitas dan kualitas anak usia 7-24. Selanjutnya, variabel tingkat pencapaian pendidikan juga digunakan dalam uji ini sebagai pendekatan kualitas pendidikan lainnya. Menggunakan metode order logit, hasil pengujiannya mendukung temuan sebelumnya yaitu tidak terdapat trade-off antara jumlah anak dan tingkat pencapaian pendidikan anak.
The Relationship Numbers of Children and Education Quality Testing Quantity and Quality Children IFLS 2007
Abstract
Parents play an important role in determining the quality of children at home production. Classical theory of Becker and Lewis (1974) had proven that there is trade-off between quantity and quality of children because of their low income parents. This study aim for testing the Becker’s theory empirically in Indonesia by using the data IFLS 4 and OLS method. It is found that there is a positive relationship between number of children and years of schooling. This study indicates that there is no trade-off between quantity and quality of children ages 7-24. Furthermore, educational attainment level is also tested as an approach another education quality. By using order logit method, the test results support previous findings that could not find trade-off between number of children and level of educational attainment of children in Indonesia. Key word: Quantity and quality children, trade off, number of children, years schooling, educational attainment level
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
2 Pendahuluan Orang tua dalam rumah tangga memegang peranan penting dalam menentukan kualitas pendidikan anaknya. Berawal dari teori klasik Becker dan Lewis (1973), orang tua dihadapkan pada pilihan (trade-off) antara jumlah anak dan kualitas anak. Keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga menyebabkan orang tua yang fokus pada kualitas anak cenderung mempunyai jumlah anak lebih sedikit. Beberapa penelitian yang mendukung teori ini (Lee, 2008; Santosh & Adriana, 2011) menemukan hubungan negatif antara jumlah anak dan kualitas anak dalam rumah tangga. Sebaliknya, beberapa studi lainnya menunjukan hubungan positif antara kuantitas dan kualitas anak (Gomes, 1984; Qian, 2010). Studi ini akan melakukan pengujian teori Becker secara empiris di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat didunia setelah China, Amerika dan India dari tahun 1970-2012. Data sensus penduduk 2010 menunjukkan 66,09% penduduk Indonesia merupakan usia produktif. Surplus penduduk usia kerja ini akan berpengaruh kepada beban ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk usia produktif yang semakin rendah. Keadaan ini mendukung Indonesia untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang dikenal dengan bonus demografi (Adioetomo, 2005). Gambar 1.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2020 diestimasikan beberapa negara maju seperti Amerika, China, dan Jepang mengalami penurunan jumlah usia produktif. Pada periode yang sama, Indonesia memiliki surplus penduduk produktif sekitar 5 juta. Hal ini menunjukan bahwa dari sisi kuantitas, Indonesia diuntungkan dengan surplus penduduk usia kerja. Dalam lingkup regional ASEAN, Indonesia dipastikan turut serta dalam pasar bebas ASEAN (AEC) tahun 2015. Keikutsertaan Indonesia akan menghadapi tantangan dari sisi kualitas sumber daya manusia yang rendah. Data Education Index (Gambar 1.2), menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat keenam di ASEAN setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kualitas pendidikan Indonesia belum kompetitif dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Manfaat pasar bebas ASEAN tidak dapat dirasakan Indonesia jika hanya mengandalkan kuantitas yang besar tanpa peningkatan kualitas penduduk. Kualitas penduduk dapat meningkat jika setiap anak yang lahir berpendidikan
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
3
Gambar 1.1. Potential Surplus Population In Working Age Group 2020 Sumber: US. Census Bureau: BCG analysis
0.804
0.757
0.731
0.679
0.599
0.577
0.539
0.52
0.453
0.402
Gambar 1.1. Education Index Negara di ASEAN 2013 Sumber : Human Development Report 2013, United Nation : Development Program
Dalam lingkup rumah tangga (mikro), orang tua berperan dalam menentukan kualitas anak. Keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga membuat orang tua harus memilih antara kuantitas dan kualitas anak (Becker & Lewis, 1974). Orang tua yang lebih mementingkan kualitas anak cenderung mempunyai ukuran keluarga lebih kecil. Jumlah anak lebih sedikit membuat orang tua fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan pendidikan anak yang dimulai dari level rumah tangga akan memengaruhi kualitas anak ketika memasuki usia kerja. Uji kuantitas dan kualitas anak mempunyai tantangan tersendiri karena kuantitas dan kualitas merupakan variabel endogen yang saling berkaitan antara preferensi orang tua dengan Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
4 karakteristik anak. Keluarga berlatarbelakang pendidikan dan memiliki penghasilan tinggi cenderung memfasilitasi anaknya untuk mendapatkan pendidikan sebaik-baiknya. Ibu berpendidikan tinggi akan memberikan eksternalitas positif kepada keluarganya, mendorong peningkatan mutu anaknya yang berimbas pada produktivitas anak ketika memasuki usia kerja. Oleh karena itu, latar belakang keluarga berperan penting memengaruhi kualitas anak (Hauser & William, 1985). Dari sisi lain, perbedaan karakteristik endogen anak turut memengaruhi pencapaian pendidikan anak seperti urutan anak dan kognitif (Black, Devereus & Salvanes, 2005; Fleisher, 1977). Pada akhirnya, studi ini tertarik membahas kuantitas dan kualitas anak pada level mikro–rumah tangga dengan turut memerhatikan karakteristik orang tua dan karakteristik individu dari anak di Indonesia. Tinjauan Teoritis Nilai ekonomis seorang anak bagi orang tua dijawab oleh Gary Becker dan Lewis (1974) dengan melakukan uji kuantitas dan kualitas anak dengan pendekatan ekonomi demografi. Dasar permodelan yang digunakan oleh teori ini adalah shadow price dari anak. Teori ini menjelaskan bahwa penurunan kuantitas anak akan meningkatkan investasi pada kualitas anak. Hubungan negatif antara kuantitas dan kualitas anak dapat dijelaskan dengan biaya yang dikeluarkan setiap tambahan anak dalam satu keluarga (kuantitas, dengan asumsi kualitas konstan) lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu (kualitas dengan asumsi kuantitas konstan). Pada teori ini diasumsikan anak sebagai barang konsumsi normal. Dengan demikian, orang tua harus memilih antara kuantitas atau kualitas anak untuk memaksimalkan utilitasnya. Utilitas orang tua tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan konsumsi tetapi juga keputusan dalam menentukan jumlah serta kualitas anak yang digambarkan dalam fungsi di bawah ini: U = U (n, q, y)………………………….. (2.1) n adalah jumlah anak q adalah kualitas (diasumsikan sama untuk setiap anak) y adalah konsumsi
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
5 Pada kenyataannya untuk mencapai kepuasan maksimal rumah tangga dihadapkan oleh keterbatasan pendapatan sebagai kendala. Fungsi pendapatan sebagai kendala digambarkan dalam persamaan di bawah: I= nq! +y!y ……………………… (2.2) I adalah pendapatan !y adalah harga dari y ! adalah harga dari nq Jika rumah tangga ingin mengoptimalkan kualitas (q), maka maksimisasi fungsi utilitas (2.1) dengan kendala pendapatan (2.2). Hasil dari maksimisasi fungsi utilitas digambarkan dalam persamaan di bawah ini; !" = !"! = !"# = ! !! !" !" = !"! = !"# = !!! … … … … … … … … … … … . (2.3) !" !" = !"! = !"# = !!! !" MU adalah marginal utility dan P adalah marginal cost atau disebut juga dengan shadow price dan ! adalah marginal utility dari pendapatan. Persamaan di atas menunjukan shadow price dari kuantitas !!! berhubungan positif dengan kualitas artinya semakin banyak jumlah anak maka semakin tinggi biaya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitasnya. Begitu juga dengan shadow price dari kualitas berhubungan positif dengan kuantitas artinya semakin tinggi keinginan orang tua untuk meningkatkan kualitas anaknya maka biaya untuk mempunyai anak lebih banyak juga meningkat. Kesimpulan interaksi antara kuantitas dan kualitas anak dalam teori Becker adalah biaya peningkatan kualitas anak bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah anak. Kenaikan kualitas anak akan meningkatkan shadow price dalam kuantitas yang menurunkan permintaan anak, begitu juga sebaliknya. Beberapa studi empiris juga menunjukan bahwa orang tua cenderung memilih kualitas anak dibandingkan kuantitas anak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu yang digunakan ibu untuk merawat setiap anak lebih rendah jika memiliki banyak anak. Hubungan negatif antara fertilitas dan pendapatan juga Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
6 dapat dipengaruhi oleh kecenderungan istri berpotensi memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari suami dipasar tenaga kerja. Akibatnya mereka memilih untuk mengasuh anak dalam jumlah yang sedikit. Hubungan kuantitas dan kualitas di negara berkembang menjadi menarik untuk diuji karena karakteristik dari negara berkembang yang cenderung memiliki jumlah anak yang lebih banyak di dalam rumah tangga dibandingkan dengan rata-rata jumlah anak di negara maju. Santosh dan Kugler (2011) menemukan korelasi negatif antara family size dan pencapaian pendidikan anak setelah mengontrol variabel karakteristik orang tua dan urutan dari kelahiran anak (birth order). Trade-off antara kuantitas dan kualitas lebih terlihat di daerah rural di India terutama keluarga miskin dengan pendapatan rendah. Beberapa penelitan uji kuantitas dan kualitas anak di Indonesia dilakukan
oleh
Maralani (2004) yang melihat hubungan antara ukuran keluarga dengan tingkat pencapaian pendidikan antar kohor umur yaitu kohor umur 20-29 selanjutnya kohor umur 29-30 dan terkhir kohor umur 40-49. Penelitian yang dilakukan menggunakan data IFLS 1993 dan 2000. Berdasarkan hasil penelitiannya, menjelaskan bahwa hubungan ukuran keluarga dan tingkat partisipasi sekolah anak memiliki hubungan yang tidak sama antar kohor. Untuk daerah perdesaan secara statistik tidak terbukti ukuran keluarga negatif memengaruhi tingkat partisipasi sekolah. Sebaliknya daerah urban untuk kohor dari tahun 1948 – 1957 ukuran keluarga yang tergolong besar berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi sekolah. Namun, untuk kohor 1978-1981 ditemukan trade-off antara kuantitas dan kualitas anak di Indonesia. Penelitian lainnya (Millimet & Wang, 2011) juga melakukan uji kuantitas dan kualitas di Indonesia dari indikator kesehatan. Menggunakan instrumen komposisi gender dalam rumah tangga untuk anak pertama dan kedua. Studi ini tidak menemukan hubungan jumlah anak dengan proksi kualitas kesehatan berat badan perumur serta tinggi badan perumur. Namun menggunakan pendekatan kualitas kesehatan berat badan pertinggi, studi ini akhirnya menemukan trade-off antara kuantitas dan kualitas anak.
Metode Penelitian Studi ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007. IFLS adalah survey yang bertujuan memberikan gambaran keadaan sosial, ekonomi dan kesehatan rumah tangga di Indonesia. Berkaitan dengan penelitian ini penulis menggunakan data IFLS Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
7 2007 sebagai data cross section. Sebagai data cross section, IFLS dikumpulkan dalam waktu yang sama. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 7-24 tahun. Pembatasan umur pada usia sekolah supaya anak masih dalam pengawasan orang tua (Santosh & Kugler, 2011) untuk melihat pola hubungan karakteristik orang tua terhadap tingkat pencapaian pendidikan anak. Selain itu, umur unit analisis dibatasi untuk mengetahui pengaruh kognitif dengan tingkat pencapaian pendidikan anak menggunakan informasi pada buku kognitif IFLS 4. Selanjutnya, unit analisis merupakan anak kandung dari kepala rumah tangga dengan ibu yang berumur tidak lebih dari 49 tahun. Pembatasan umur ibu digunakan beberapa studi uji kuantitas dan kualitas anak (Santosh & Kugler, 2011; Black, Devereux, & Salvanes, 2005) untuk mengurangi bias pendefinisian variabel jumlah anak antara jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu selama masa produksinya dengan jumlah anak pada saat survey. Studi ini menggunakan metode Ordinary-Least Square (OLS) seperti beberapa penelitian uji kuantitas dan kualitas anak sebelumnya (Fleisher, 1977; Maralani, 2004; Santosh & Kugler, 2011) dengan data cross-section. OLS adalah metode regresi yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum. Metode OLS dapat memberikan koefisien estimasi yang baik atau bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Quality children = f ( Quantity, HH characteristic, Individu characteristic Years School = β0 + β1 sumchild + β2 cognitif +β3birth order + β4 mothereduc + β5 father educ + β6 ln PCE+β7sex + β8 urban + β9 Province + ɛ
(4.1)
Pembahasan Tabel 1 menunjukan hasil estimasi dari persamaan 4.1. Pengujian kelayakan hasil estimasi akan dilakukan dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu uji F-stat, uji t-stat, dan uji goodness of fit. Ketiga kriteria ini akan menunjukkan apakah model dan variabel yang terdapat pada model layak digunakan untuk kemudian dilakukan analisis. Berdasarkan Uji Fstat menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Nilai R-square adalah 0,1816 menjelaskan pada model lama sekolah, sekitar 18.16 % dari variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada pada model. Selanjutnya berdasarkan Uji t-stat, tidak semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama sekolah. Variabel yang Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
8 signifikan 5% dalam persamaan 4.1 adalah jumlah anak, kognitif, urutan kelahiran, pendidikan ayah (tamat SMP), pendidikan ibu, PCE, jenis kelamin, urban serta Jawa. Sedangkan variabel pendidikan ayah tamat SD signifikan pada level 10%. Uji kuantitas dan kualitas anak menyebabkan variabel jumlah anak merupakan fokus utama dalam studi ini. Jumlah anak pada studi ini signifikan memengaruhi kualitas anak. Setiap penambahan 1 orang anak dalam rumah tangga akan meningkatkan lama sekolah anak sebesar 0.8 tahun. Korelasi positif antara jumlah anak dan kualitas anak dalam indikator pendidikan menunjukan bahwa tidak terdapat trade off antara kuantitas dan kualitas anak di Indonesia untuk anak berusia 7-24 tahun. Beberapa studi (Gomes,1984; Qian, 2010) menyatakan bahwa meningkatnya jumlah anak dalam rumah tangga tidak serta merta menurunkan kualitas anak. Hubungan antara kuantitas dan kualitas anak juga berkaitan dengan tingkat pembangunan masyarakat serta akses sekolah. Bantuan pendidikan pemerintah dapat memperbesar peluang individu untuk dapat mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Tabel 1 Hasil Estimasi Lama Sekolah Number of obs = 7594 Prob (F-stat) = 0,000 R-squared = 0.1816 Lama Sekolah
Coef.
Std. Err.
t
P>t
Jumlah Anak
0.886
0.040652
21.8
0.000
Kognitif
1.499
0.083948
17.86
0.000
Urutan Kelahiran
-1.424
0.049458
-28.8
0.000
Lpce
1.545
0.074836
20.65
0.000
Tamat SD
-0.200
0.112715
-1.78
0.076
Tamat SMP
-0.582
0.123746
-4.71
0.000
Tamat SD
-0.564
0.108539
-5.2
0.000
Tamat SMP
-1.798
0.125015
-14.38
0.000
Jenis Kelamin
-0.196
0.080556
-2.43
0.015
Urban
0.438
0.086977
5.04
0.000
Jawa
0.301
0.083522
3.61
0.000
Konstanta
-14.004
0.96061
-14.58
0.000
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Catatan: Robust Standard Errror Sumber: Diolah dari IFLS 2007
Dalam rumah tangga posisi tertentu anak berdasarkan urutan kelahiran mempunyai pengaruh mendasar pada perkembangan anak selanjutanya (Hurlock, 2000). Urutan kelahiran unit analisis signifikan memengaruhi kualitas pendidikan yang ditunjukan dengan hubungan Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
9 negatif untuk anak termuda di dalam rumah tangga unit analisis. Lama sekolahnya anak termuda dalam rumah tangga lebih rendah 1,5 tahun dibandingkan saudara sebelumnya. Temuan ini sesuai dengan beberapa studi (Fleisher, 1977; Black, Devereux, & Salvanes, 2005; Haan, 2010) yang menggunakan variabel urutan anak dalam indikator pendidikan ataupun dari tingkat pengembalian upah. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan diatas yaitu: anak pertama lahir dari orang tua yang lebih berkualitas dan dari segi waktu, sehingga orang tua dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak pertama dibandingkan anak urutan lainnya (Zajonc, 1976). Selain itu, anak terakhir lahir ketika umur ibu lebih tua dibandingkan anak pertama yang cenderung memperoleh kualitas genetik ibu yang lebih rendah (Black, Devereux, & Salvanes, 2005). Kognitif secara signifikan memengaruhi kualitas pendidikan anak. Kognitif diatas rata-rata akan meningkatkan lama sekolah sebesar 1.4 tahun. Secara rasional anak yang tergolong cerdas berpeluang lebih besar untuk duduk di pendidikan yang lebih tinggi. Menggunakan variabel kognitif dalam studi ini untuk menangkap faktor genetik yang berbeda masing-masing anak dalam rumah tangga yang sama. Fleisher (1977) dalam studinya turut mendukung bahwa kognitif yang tinggi merefleksikan pencapaian pendidikan anak yang lebih baik. Variabel pendapatan rumah tangga pada studi ini di proksi dari per capita expenditure. Pengeluaran per kapita signifikan memengaruhi kualitas pendidikan anak. Meningkatnya pendapatan rumah tangga 1% akan meningkatkan lama sekolah 1.5 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua yang mempunyai pendapatan lebih tinggi akan mampu membiayai anaknya untuk dapat menduduki pendidikan yang lebih lama. Hal ini didukung oleh studi Becker (1974) yang menjelaskan semakin tinggi pendidikan orang tua akan meningkatkan pendapatan rumah tangga, pada akhirnya pengeluaran untuk pendidikan anak juga menjadi meningkat. Perbedaan gender menemukan pengaruh yang siginifikan negatif sebesar -0.2 dalam menentukan kualitas anak. Individu yang berjenis kelamin laki-laki diestimasikan memiliki lama sekolah (tahun) lebih rendah 0.2 tahun dibandingkan perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa perhatian orang tua terhadap pendidikan anak perempuan semakin baik yang mengakibatkan diskrimani gender dalam pendidikan mulai berkurang. Temuan ini didukung oleh Kevane dan Levine (2001) menyatakan bahwa tidak ditemukan gender gap dalam tingkat pencapaian pendidikan di Indonesia.
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
10 Pendidikan ibu signifikan dalam studi ini namun pendidikan ayah tidak signifikan pada level 10%. Hasil dari pengolahan data dalam studi ini menunjukan bahwa pendidikan ayah dan pendidikan ibu berkorelasi negatif dengan kualitas anak. Korelasi negatif antara pendidikan ayah dan ibu diduga karena unit analisis pada umur 7-24 terkonsentrasi pada level pendidikan belum atau tidak tamat SD, sehingga menyebabkan bias dalam melihat hubunggannya dengan tingkat pendidikan orang tua. Kasusnya dapat digambarkan bahwa ketika orang tua memiliki pendidikan tinggi namun mempunyai anak yang sedang menempuh pendidikan di SD sehingga anak terkategori belum tamat SD.
Selanjutnya dilakukan
pengujian variabel pendidikan orang tua dengan mempersempit rentang umur unit analisis dari 13 tahun sampai 24 tahun. Hasilnya adalah terdapat hubungan positif antara pendidikan anak dan kualitas pendidikan (tabel 2). Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin tingggi pula pendidikan anaknya. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi memberikan eksternalitas positif pada anaknya seperti transfer ilmu dan wawasan (Maralani, 2004). Tempat tinggal merupakan variabel kontrol yang digunakan dalam studi ini. Unit analisis yang tinggal diperkotaan memiliki lama sekolah akan sebesar 0.4 tahun lebih panjang dibandingkan yang bertempat tinggal di desa. Hal ini disebabkan karena kota lebih maju dari desa dari infrastruktur maupun sarana publik yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, Lloyd (1994) menjelaskan bahwa partisipasi sekolah di desa cenderung lebih rendah dibandingkan kota disebabkan akses pendidikan yang lebih tinggi di desa tidak sebanding dengan kota. Sedangkan untuk individu yang tinggal di pulau Jawa juga memiliki lama sekolah 0.3 tahun lebih lama dibandingkan individu yang tinggal di pulau lainnya. Temuan ini didukung oleh Shinta (2013) yang menjelaskan bahwa provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa akses memiliki akses pendidikan lanjut yang lebih tinggi dibandingkan daerah diluar Jawa. Hal ini menunjukan masih terdapat kesenjangan akses pendidikan antara Jawa dan luar Jawa. Analisis hubungan kuantitas dan kualitas anak Indonesia Uji kuantitas dan kualitas anak di negara maju cenderung negatif namun di negara berkembang hubungan kuantitas dan kualitas anak berkisar dari negatif, netral dan positif tergantung pada tempat dan waktu (Buchmann &Hannum, 2001). Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode OLS (tabel 1) ditemukan hubungan signifikan jumlah anak dalam rumah tangga dan kualitas pendidikan dari pendekatan lama sekolah untuk umur 7-24. Selanjutnya dalam studi ini juga akan membandingkan hasil estimasi sebelumnya (tabel 1) Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
11 menggunakan pendekatan kualitas pendidikan lainnya yaitu tingkat pencapaian pendidikan menggunakan metode order logit. Tingkat pencapaian pendidikan merupakan variabel kategori yang terdiri dari belum/tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP. Pembagian kategori pendidikan ini disesuaikan dengan proporsi tingkat pencapaian unit analisis dalam studi ini. Tingkat Pencapaian Pendidikan = β0 + β1 sumchild + β2 kognitif +β3birth order + β4 father educ + mothereduc + β5 β6 ln PCE+β7sex + β8 urban + β9 Province + ɛ.
(4.2)
Tabel 2 merupakan hasil estimasi menggunakan model order logit yang menunjukan hubungan positif antara jumlah anak dan tingkat pencapaian pendidikan anak. Ketika terjadi penambahanan satu orang anak dalam rumah tangga maka akan meningkatakan probabilitas individu untuk mampu menduduki pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini mendukung temuan pada metode OLS artinya tidak terdapat trade off antara kuantitas dan kualitas anak pada usia 7-24 tahun. Dalam tahap pembangungan tertentu dalam suatu negara, mempunyai ukuran keluarga yang besar yang ditandai dengan jumlah anak lebih banyak tidak selalu memberikan dampak negatif pada kualitas pendidikan (Lloyd, 1994; Qian, 2010). Jumlah anak yang banyak memberikan peluang untuk rumah tangga tersebut untuk dapat meningkatkan kualitas anaknya ketika adanya pola transfer kekayaan dalam rumah tangga. Pola transfer kekayaan dalam rumah tangga menyebabkan biaya pendidikan anak tidak hanya ditanggung oleh orang tua namun juga dilimpahkan pada yang lainnya. Misal anak pertama yang telah menyelesaikan pendidikannya akan menanggung biaya untuk pendidikan saudara-saudaranya. Oleh karena itu trade off antara kuantitas dan kualitas anak tidak serta merta membuat orang tua yang ingin meningkatkan kualitas anaknya untuk mempunyai keluarga berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena jumlah anak dalam rumah tangga tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan ekonomi tetapi juga faktor-faktor lainnya seperti akses pendidikan, akses kesehatan dan budaya. Di sisi lain kualitas anak juga dipengaruhi oleh ketersediaan sekolah, infrastruktur transportasi dan komunikasi. Berdasarkan studi dari Malarani (2004) uji kuantitas dan kualitas anak di Indonesia ditemukan hubungan dari negatif sampai positif yang ditentukan dari kohor kelahiran anak dengan membagi sampel berdasarkan tempat tinggal desa dan kota. Pada studi ini selanjutnya akan mengelompokan sampel menjadi umur 7-12 untuk individu yang seharusnya berada pada pendidikan dasar pada saat survei, 13-15 untuk menggambarkan partisipasi di SMP, 1618 untuk pendidikan SMA serta umur 19 tahun ke atas untuk pendidikan perguruan tinggi dengan tujuan melihat hubungan antara kuantitas dan kualitas anak. Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
12 Tabel 2 Perbandingan Hasil Estimasi Kualitas Pendidikan Kualitas Pendidikan Independen Variabel
0.89***
Tingkat Pendidikan 0.43***
(0.04)
(0.02)
1.50***
0.62***
(0.08)
(0.05)
-1.42***
-0.74***
(0.05)
(0.03)
1.55***
0.78***
(0.07)
(0.04)
-0.20*
-0.13**
(0.11)
(0.06)
-0.58***
-0.41***
(0.12)
(0.07)
-0.56***
-0.34***
(0.11)
(0.06)
-1.80***
-1.02***
(0.13)
(0.07
-0.20***
-0.09*
(0.08)
(0.05)
0.44***
0.22***
(0.09)
(0.05
0.30***
0.20***
(0.08)
(0.05)
N
7594
7594
R-Square
0.1816
0.0772
Jumlah anak Kognitif Urutan kelahiran Lpce
Lama Sekolah
Pencapaian
Pendidikan Ayah Tamat SD Tamat SMP Pendidikan Ibu Tamat SD Tamat SMP Sex Urban Jawa
* p<0.1 ** p<0.05 *** p<0.01 Sumber: Diolah dari IFLS 2007
Tabel 3 menunjukan bahwa hubungan positif antara jumlah anak dan lama sekolah ditemukan pada sampel usia 7-14 tahun. Namun untuk kelompok umur lainnya ditemukan hubungan negatif dan semakin kuat untuk kelompok umur tua. Pada kelompok umur sampel 13-15 yang seharusnya menduduki sekolah menengah pertama pada saat disurvei, menemukan adanya hubungan negatif yang tidak signifikan antara jumlah anak dan pencapaian pendidikan sekolah menengah pertama. Begitu juga kelompok umur 16-18 untuk jenjang pendidikan sekolah menengah atas ditemukan adanya trade-off antara kuantitas dan kualitas anak. Serta kelompok umur tertua 19-24 ditemukan hubungan negatif yang semakin kuat. Trade-off antara kuantitas dan kualitas anak merupakan pilihan dari orang tua akibat
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
13 keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga (Becker&Lewis 1973). Keterbatasan pendapatan orang tua untuk tingkat pendidikan lebih lanjut disebabkan karena dibutuhkan biaya peningkatan kualitas yang lebih tinggi. Psachropoulus dan Woodhall (1985) menyatakan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi diperlukan biaya yang lebih besar sepeti biaya SPP, buku, seragam sekolah serta transportasi. Pada akhirnya, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi terbukti ditemukan trade-off antara kuntitas dan kualitas anak (gambar 3). Tabel 3 Perbandingan Hasil Estimasi Berdasarkan Kelompok Umur Sekolah Lama sekolah
SD (7-12)
SMP (13-15)
SMA (16-18)
PT (19-24)
Jumlah anak
0.430***
-0.035
-0.074*
-0.0866***
(0.036)
(0.042)
(0.049)
(0.054)
Lpce
0.329***
0.432***
0.806 ***
1.355***
(0.052)
(0.076)
(0.102)
(0.136)
-0.149**
0.089
0.526***
0.771***
(0.089)
(0.112)
(0.145)
(0.190)
-0.043
0.329***
0.673***
1.219***
(0.105)
(0.146)
(0.187)
(0.286)
Pendidikan Ayah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
-0.078
0.399***
0.633***
1.891***
(0.101)
(0.132)
(0.177)
(0.255)
-0.131
0.257**
0.497***
0.792***
Pendidikan Ibu Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
(0.09)
(0.109)
(0.136)
(0.182)
-0.334***
0.231*
0.738***
0.879***
(0.104)
(0.144)
(0.190)
(0.280)
-0.368***
0.116
0.678***
1.077 ***
(0.109)
(0.146)
(0.202)
(0.322)
1.20***
0.37***
0.72***
1.47***
(0.06)
(0.09)
(0.11)
(0.15)
Urutan Kelahiran
-0.50***
-0.04
0.07
0.14
(0.04)
(0.06)
(0.08)
(0.11)
Sex
-0.20***
-0.21***
-0.48***
-0.27*
(0.06)
0.08
(0.11)
(0.15)
0.03
0.20***
-0.14
-0.16
(0.06)
(0.08)
(0.11)
(0.16)
0.01
0.09
0.40***
0.30***
(1.20)
(0.37)
(0.72)
(1.47)
Kognitif
Jawa Urban N R- square
3718
1405
1187
1284
0.1523
0.1209
0.2864
0.3537
Catatan :* p<0.1 ** p<0.05 *** p<0.01, Robust standar error dalam kurung Sumber: Diolah dari IFLS 2007 Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
14 1000000 800000 600000 400000
PCE
200000 0 Blm/Tdk SD
SD
SMP
SMA
PT
Gambar 3 Biaya Pendidikan pada Tingkat Pendidikan, diolah dari IFLS 2007
Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk melakukan uji kuantitas dan kualitas pendidikan anak menggunakan data IFLS 2007. Berdasarkan hasil pengujian kuantitas dan kualitas menggunakan metode OLS ditemukan hubungan positif antara jumlah anak terhadap lama sekolah. Penambahan satu anak dalam rumah tangga unit analisis akan meningkatkan lama sekolahnya sebesar 0,8 tahun. Sehingga, tidak ditemukan trade-off antara kuantitas dan kualitas anak untuk usia 7-24 tahun mengunakan data IFLS4. Variabel tingkat pencapaian pendidikan juga digunakan dalam uji ini sebagai pendekatan kualitas pendidikan lainnya. Menggunakan metode order logit, hasil pengujiannya mendukung temuan sebelumnya yaitu tidak terdapat trade-off antara jumlah anak dan tingkat pencapaian pendidikan. Namun, karena proporsi sampel yang paling besar adalah tidak tamat SD yaitu 49% mengakibatkan kualitas pendidikan yang digambarkan adalah pencapaian pendidikan dasar. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dan pendidikan pada level pendidikan selanjutnya yaitu SMP, SMA dan perguruan tinggi maka studi ini membagi unit sampel berdasarkan kelompok umur yang terdiri dari umur 7-12 untuk pendidikan SD, 13-15 untuk jenjang pendidikan SMP, 16-18 untuk SMA dan umur 19-24 untuk perguruan tinggi. Hubungan positif antara kuantitas dan kualitas tetap ditemukan pada jenjang pendidikan SD. Sedangkan untuk level pendidikan yang lebih tinggi ditemukan hubungan negatif yang berarti terdapat trade-off antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas dari masing-masing individu tidak bisa dipisahkan dari karakteristik individu. Karakteristik individu (kognitif, urutan kelahiran, jenis kelamin) dalam studi ini signifikan memengaruhi kualitas pendidikan. Individu yang cerdas (kognitif diatas rata-rata) berpeluang untuk melanjutkan pendidikan yang lebih lama. Selain itu, urutan anak signifikan memengaruhi kualitas pendidikan. Anak tertua cenderung memiliki lama sekolah lebih lama Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
15 dibandingkan anak termuda dalam rumah tangga. Selanjutnya perempuan cenderung memiliki lama sekolah lebih lama dibandingkan laki-laki. Hal ini mengindikasikan partisipasi sekolah perempuan meningkat dalam pendidikan. Karakteristik rumah tangga turut memengaruhi kualitas pendidikan anak. Semua variabel karakteristik rumah tangga dalam studi ini signifikan kecuali pendidikan ayah untuk kategori tamat SD. Hubungan pendidikan orang tua yang tidak sesuai dengan hipotesis penelitian dimana ditemukan hubungan negatif antara pendidikan orang tua dengan kualitas anak. Namun setelah dilakukan pengujian dengan membagi sampel menjadi kelompok umur 13-15, umur 16-18 serta kelompok umur 19-20 ditemukan hubungan positif antara pendidikan orang tua dan kualitas pendidikan anaknya. Selanjutnya variabel pendapatan rumah tangga signifikan positif memengaruhi kualitas pendidikan anak. Begitu juga untuk karakteristik tempat tinggal, individu yang tinggal di urban dan Jawa positif memengaruhi lama sekolah individu. Hal menarik yang ditemukan dalam analisis deskriptif adalah untuk individu yang berasal dari jumlah anak berapapun, rata-rata lama sekolah sudah mencapai 6 tahun. Temuan ini mengindikasikan pencapaian pendidikan sekolah dasar di Indonesia sudah cukup tinggi. Selain itu, pada pendidikan dasar tidak ditemukan trade-off antara kuantitas dan kualitas anak. Namun permasalahan disini untuk jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi masih ditemukan trade-off bagi orang tua antara kuantitas dan kualitas. Pada akhirnya, studi ini dapat membuktikan teori Becker. Keterbatasan pendapatan rumah tangga membuat orang tua dihadapkan pada pilihan antara kuantitas dan kualitas anak untuk jenjang pendidikan lanjut seperti SMA dan perguruan tinggi.
Keterbatasan Penelitian Beberapa hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini yaitu : 1. Penelitian ini menggunakan sampel yang terbatas yaitu penduduk usia 7-24 dimana proporsi terbesar sampel belum tamat SD dan sebagian sampel sedang menempuh pendidikan tertentu sehingga pendidikan pada saat disurvei belum tentu merupakan pendidikan terakhir. 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data cross section pada satu titik waktu (tahun 2007) sehingga analisis ekonometrik mengenai uji kuantitas kualitas tidak dapat menganalisis atar waktu.
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
16 Lampiran
Lampiran 1 Deskripsi Statistik variabel Dependen dan Independen Uji Kuantitas dan Kualias Variabel
Obs
Mean
Std. Dev.
Min
Max
Variabel Dependen Lama Sekolah
7594
5.84
3.867975
0
16
Tingkat Pendidikan
7594
0.79
0.853497
0
2
Jumlah Anak
7594
2.83
1.286896
1
11
Kognitif
7594
0.53
0.499253
0
1
Urutan Kelahiran
7594
2.14
1.059903
1
11
Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu PCE
7594 7594 7594
1.17 1.08 483788
0.843427 0.826336 408929.1
0 0 27740
2 2 6040489
Jenis Kelamin
7594
0.53
0.499201
0
1
Urban
7594
0.51
0.499988
0
1
Jawa
7594
0.54
0.498480
0
1
Variabel Independen
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
17 Daftar Referensi Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). (2014). “Statistik Populasi.” www. bps.go.id Becker, G. (1991). The Demand for Children. A Treatise on the Family, 135 - 154. Becker, G. & Lewis, H. (1974). Interaction between Quantity and Quality of Children. Economics of the Family: Marriage, Children, and Human, 81-90. Becker, G. & Nigel T. (1976) Child Endowments and the Quantity and Quality of Children,Journal of Political Economy, LXXXIV, S143-S162. Behrman, J. & Paul, T. (1986). Birth Order, Schooling, and Earnings. Journal of Labor Economics, IV , S121145. Behrman, J., Lori, K., & Michael, M. (1998). Microeconomics of College Choice, Careers, and Wages. Annals of the American Academy of Political and Social Science, 559(1), 12–23. Berhrman, J. & Rozenzweig, M. (2002). Does Increasing Women's shooling Raise The schooling of The next Generation? The American Economic Review , vol.92, 323-334. Black, S., Devereux, P., & Salvanes, K. S. (2005). The More the Merrier? The Effect of Family Size and Birth Order on Children’s Education. Blake, J. (1989). Family Size and Achievement. Berkeley and Los Angeles, CA: University of California Press. Borjas, G. (2008). Labor Economics. McGraw-Hill International Edition. Buchmann, C. & Emily Hannum. (2001). Education and Stratification in Developing Countries: a Review of Theories and Research. Annual Review of Sociology, 27: 77-102. Caceres, J. & Delpiano. (2005). The Impacts of Family Size on Investment in Child Quality. Featherman, D. & Robert M, H. (1978). Opportunity and Change. New York:. New York:. Fifi Husnil, F. (2011). Pengaruh ASI Ekslusif Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia 7-14 Tahun. Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia. Finlay, K. & Neumark, D. (2010). Is Marriage Always Good for Children? . Journal of Human Resources. 45(4), 1046-1088. Fleisher, B. (1977). Mother's Home Time and the Production of Child Quality. Demography, Vol. 14, No. 2 (May, 1977), pp. 197-212. Paul, G. & Glewwe, W. (1992). The willingness to pay for education for daughters in contrast to sons: evidence from Rural Peru. Journal Article - World Bank Economic Review. Vol. 6, No. 1, pp. 171-88. Gujarati, Damodar N &Porter, D. (2004). Basic Econometrics. McGraw-Hill. Haan, Monique De (2005), Birth Order, Family Size and Educational Attainment, Tinbergen Institute Discussion Papers 05-116/3, Tinbergen Institute December 2005. Hanushek, E. & Ludger, W. (2008). The Role of Cognitive Skills in Economic Development. Journal of Economic Literature, 46(3), 607-668. Hanushek, E. & Richard R. (1995). Who Chooses to Teach (and Why)? Economics of Education Review,14(2):, 101–17. Hauser, R. & William S. (1985). Birth Order and Educational Attainment in Full Sibships. American Educational Research Journal 22, 1-23. Hurlock, E. (2000). Development Psychology: A Life Span Approach 5th Edition. New York: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd. Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
18 Kevane, M. & Levine. (2001). The Changing Status of Daughters in Indonesia, mimeo, University of California, Berkeley CA, 2001. King E. (1987). The Effect of Family Size on Family Welfare: What Do We Know? Johnson DG, Lee RD, editors. Population Growth and Economic Development: Issues and Evidence. Madison, WI: The University of Wisconsin Press;. pp. 373–411 Knighton, Tamara, & Bussière, P. (2006). Educational Outcomes at Age 19 Associated with Reading Ability at Age 15. Culture, Tourism and the Centre for Education Statistics Research Paper 43. Lee, J. (2008). Sibling size and investment in children's education: an asian in strument. Journal of Population Economics, vol. 21, issue 4, 855-875. Llyod, C. (1994). Investing in the Next Generation: The Implications of High Fertility at the Level of the Family. Pp. 181-202 in Population and Development: Old Debates and Neo Conclusions, edited by Robert Cassen. New Brunswick, NJ: Transaction Publishers. Maralani, V. (2004). Sibship Size and Educational Attainment in Indonesia: A Cohort Perspective. Mare, R. & Meichu, C. (1986). Further Evidence on Sibship Size and Educational Stratification. American Sociological Review 51, 403-412. Millimet, D. & Wang, L. (2011). Is the Quantity-Quality Trade-Off a Trade-Off for All, None, or Some? Economic Development and Cultural Change, Vol. 60, No. 1, 155-195. Nachrowi, D. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Powell, B. & Steelman, L. (1993). The Educational Benefits of Being Spaced Out:Sibship Density and Educational Progress. American Sociological Review, LVIII, 367-381. Price, J. (2008). Parent-Child Quality Time: Does Birth Order Matter? Journal of Human Resources, 43(1), 240265. Psachropoulus, G. & Woodhall, M. (1985). Education for Development: An Analysis of investment Choices. Oxford University Press. Rivkin, S.(1995). Black/White Differences in Schooling and Employment. Journal of Human Resources, 30(4), 826–52. Rosenzweig, M. & Wolpin (1980) Testing the Quantity-Quality Fertility Model:The Use of Twins as a Natural Experiment. Econometrica, 48(1):227 Santosh, K. & Kugler, A. (2011). Testing the Children Quantity-Quality Trade-Off in India. MPRA Paper No. 42487, posted 7. November 2012 15:47 UTC. Schultz, T. (1961). Investment in Human Capital. The American Economic Review Vol. 51, hlm. 1-17. Schultz, T. (1965). The economic of education. Cambridge University Press. Shinta, D. (2013). Fiscal Decentralization and Disparity of Access to Primary Education in Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 2, Desember 2013, hlm. 223-233 Setyonaluri, D. (2002). Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan Rumah Tangga Usaha Tani di Indonesia: Analisis Data Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 1997. Skripsi sarjana. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Adioetomo, M. (2005). Bonus demografi: menjelaskan hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Srioniwati, S. (2008). Pengaruh pendidikan orang tua terhadap human capital penduduk bekerja : Analisis data Indonesia Family life survey (IFLS) 2000. Skripsi Fakultas Ekonomi Universits Indonesia. Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014
19 Suwardi, A. (2011). STATA: Regresi Linear (OLS)-Cross Section. Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Todaro,M. & Stephen, C. (2004). Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Wajib Belajar 9 Tahun Vogl, T. (2012). Family Size and Investment in Children over the Fertility Transition. Qian, N. (2010). Quantity-Quality and the One Child Policy: The Only Child Disadvantage in School Enrollment in China. Working Paper, Department of Economics, Yale university. Zajonc R. (1976). Family Configuration and Intelligence. Science, CXCII, 227-236.
Universitas Indonesia
Hubungan Jumlah..., Utami Putri Manvi, FE UI, 2014