F
Jurnal
HUBUNGAN
tl
INTERNASIONAL Politik Luar Negeri Indonesia: Refleksi Keadaan Dalam Negeri Abdul Hadi Adnan Politik Luar Negeri Indonesia: Proyeksi Inferiority Complex Setia Permana Indonesia Dan Perkembangan Hubungan Internasional Awang Munawar Poros Setan, Awal Polarisasi Super Power?
Ade Priangani Dinamika Ekonomi AS Di Asia Pasifik Fahremi Imri
Satu Kota rnalistik di a, Jakarta,
KEBIJ AIC{N KEAMANAN, POSTUR MILITER DANI DINAMIKA PERS ENJATA.AN oleh Oman Heryaman Abstract, Armed competition phenomenon tightly related wrth one country national secuity proggram. lndonesia thrs case national security plotted as phsycttology freedom of anxiety, where international structure syslems today, casually, the supreme value justification. Without the capability of safety guarantee lndonesia survival, all the values and other purposes being threatenend. Every country seemingly feeling safe with strength and to have self protected most of country need to held the mill1ary power (armed accuisition) as much as their resources.
negara mengenai postur keamanan
Kebijakan militer (military policy) suatu negara memiliki dua komponen, yaitu struktur kekuatan (force structure) dan strategi militer (military strategy). Elemen-e[emen dari struktur kekuatan militer (senjata nuklir, senjata konvensional, akuisisi sistenr persenjataan, sumberdaya manusia, dan penetapan anggaran) inilah yang menjadi unsur kajian terpenting dari dinamika persenjataan (arms dynamic), yang selama ini lebih dikenal dan berawal dari istilah "perlombaan senjata" (arms
nasional {national secu ritjt pos ture). Posfur
race).
Staf Pengajar FISIP-HI Universitas Pasundan
Postur Militer dan Kebilakan Keamanan Nasional Untuk memaharni konsepsi postur militer (military poslure) suatu negara, kita harus melihat secara menyeluruh konsepsi
rniliter adalah salah satu komponen dari kebijakan keamanan nasional (national ec u rigt co u n cil1 y ang
memiliki tiga di mensi : kebijakan ekonomi, kebijakan militer dan kebijakan diplomatik. Kebijakan keamanan nasional ini merupakan bagian dari sistem s
keamanan nasional (national securitlt system) sebagai penjabaran dari konsepsi strategi nasional (national strategy) dan konsepsi kepentingan nasional (national interesfi yang dirumuskan oleh sebuah negara sebagai identifikasi dan adaptasi kepentingan terhadap sistem lingkungan internasion al linte rna tional environmen fi dan lingkungan domestik (domestic environmen{. Lebih jelasnya dapat dilihat gambar 1 mengenai militer dalam postur keamanan nasional.
82
Konsepsi "Pertombaan Senjata" atau " Din a mi ka Pe rse nja ta a n ? " Perlombaan senjata merupakan sub
bidang kajian penting dalam studi ilmu hubungan internasional. dan terutama dalam studi (pengkajian) strategis dan keamanan lsecurity and strategic studies), karena ia menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana usaha salah satu negara
untuk
meningkatkan kapabilitas
nasionainya melalui peningkatan kemampuan dan keunggulan militer mempengaruhi
sehingga dapat
hubungannya dengan negara lain. Namun demikian, perlombaan senjata merupakan salah satu sub bidang kajian yang rumit dalam sfudi strategis dan keamanan. Sulit
Fakultas Ihnu Sosial dan IImu Politik Universitas Prsuncian
83
senjata-senjata baru telah memainkan
membedakan antara apakah peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara
Fe
:erkait
peranan penting daiam aktivitas hubungan internasional terutama karena ia menentukan arah perlombaan senjata dan dengan demikian mempertanyakan sampai
merupakan bagian dari "perlombaan senjata" dengan negara lain atau sekedar usaha untuk "mempertahankan diri" atau bahkan hanya untuk memelihara "status quo" hubungan keamanan dalam suatu kawasan tertentu. Terlebih, pesatnya perkembangan teknologi dan penemuan
erar
rasionai
s
keamanan kebebasar dimana dal dewasa pertimbang Tanpa ke
seberapa jauh peningkatan kemampuan
pertahanan suatu negara benar-lenar mampu meningkatkan ketahanan nasionalnya.
keselamata dan tujuan Setiap neg
GAMBAR 1 MILITER DALAM POSTUR KEAtvtANAN NASIONAL
apabila dir
VALLIES
perlindurg
besar
ne mendapad militer seb sumberdal
INTERNATIONAL ENVIRONMENT
rnenurut
pengertiar \arms bu
NATIONAL STRATEGY
adalah dr "Pemban merujuk p spiral) pa
\-\TION.{l- sECURrn'
N.ATION,\L
S
L]RTN'POLIC\'
rniliter sep
DIPLON{ATIC rn-,. POLICY
ECONOMIC POLICY
in!.
C!Ftu&6n! f r|l
MILiTARY STMTEG}'
I rl t
NATIONAL SECURITY
d,
pemilikan anggamn bersenjati senjata ga persenjab menginde
senjata
i
interaki mereka
a
-r"
"pembaru
oleh fakt
seperti fa Namun dr juga mer
"perlomt dengan Fakultas
I
lmainkan hubungan rena ia rnjata dan m sampai
nampuan
nr-benar ta hanan
Fenomena perlombaan senjata terkait erat dengan masalah keamanan nasionai suatu negara. Dalam hal ini keamanan nasional dirurrruskan sebagai kebebasan psikologis dari ketakutan,
umum lomba senjata adalah adanya derajat yang sangat cepat dari akuisisi senjata, akan tetapi sejumlah sarjana lain
dimana dalam struktur sistem intemasional
lamban" (slow motion). Pada sisi inilah pembangunan persenjataan d itempatkan. Dalam terma inilah, menurut Steiner perlombaan senjata didefinisikan sebagai "penyesuaian kemampuan mesin perang secara berulang, kompetitif dan timbal balik (reciprocal antara dua negara atau dua kelompok negara". Sementara Huntington lebih melihat dari segi kapan peristiwa dinamika itu terjadi dengan mendefinisikannya sebagai- "peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara atau kelornpok negara secara progresif yang terjadi pada masa damai yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan saling ketakutan". Sedangkan Hedley Bull mendefinisikan perlombaan senjata sebagai "kompetisi yang intens antara negam atau kelompok negara yang saling bertentangan di mana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai keunggulan kekuatan militemya dengan cara meningkatkan kuantitas atau memperbaiki kualitas sistem persenjataannya". Dilain pihak Colin Gray mencatat empat kondisi dasar untuk menunjukkan adanya perlombaan senjata: (1) Harus ada dua atau lebih negara yang bertikai; (2) Negara yang terlibat perlombaan senjata harus menyusun kekuatan bersenjata dengan perhatian terhadap efektifitas angkatan bersenjata dalam nrenghadapi, bertempur atau sebagai penangkal
dewasa
' ini
sering
merupakan
pertimbangan nilai utama \supreme value).
Tanpa kentampuart untuk. menjdmin keselamatan atau survival-nya. semua nilai dan tujuan lainnya menjadi terancam puia.
Setiap negara hanya dapat memsa aman apabila dirinya kuat, dan unfuk menjamin perlindungan diri itulah kemudian sebagian
besar negara merasa perlu untuk mendapatkan kekuatan (akuisisi senjata) militer sebanyak yang bisa dijangkau oleh sumberdayanya.
"Perlombaan persenjataan" menurut definisinya amat berbeda dengan pengertian "pembangunan persenjataan"
(arms build-up), walaupun keduanya adalah dua sisi dari satu mata uang. "Pembangunan persenjataan" hanya merujuk pada gmfik spiral ke atas (upward spiral) pada indikator-indikator utama militer seperti pengeluaran pertahanan dan
pemilikan persenjataan. Meningkatnya anggaran belanja pertahanan, angkatarr bersenjata yang lebih modern, akuisisi senjata yang lebih meningkat dan produlsi persenjataan di suatu kawasan tidak harus
mengindentifikasikan adanya perlombaan
senjata apabila tidak didorong oleh interaksi atau dinamika kompetisi di antara mereka yang terlibat. Dengan kata lain, "pembangunan senjata" bisa disebabkan
oieh faktor-faktor di luar antar-negara. seperti faktor domestik dan sebagainya. Namun demikian, "pembangunan senjata"
juga merupakan salah satu deiri adanya "perlombaan senjata". Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa karakteristik 84
beragunrentasi bahwa mungkin juga terjadi lomba senjata dengan gerak yang "sangat
terhadap peserta lomba senjata; (3) Mereka harus berkompetisi dalam kuantitas (SDM,
senjata) dan/atau kualitas (SDM, senjata, organisasi, doktrin, penggelaran); dan (4)
Fakultas ILnu Sosial dan Il:nu Po[tik Uru"ersitas pasun.l""
85
Harus ada peningkatan cepat dalam kuantitas dan/atau peningkatan dalam kualitas.
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita mngkum adanya beberapa unsur
pokok dalam perlombaan persenjataan, yaitu: (a) adanya pihak yang berlawanan; (b) adanya usaha untuk mencari keunggulan militer; (c) terjadi pada masa damai/tidak perang; (d) proses terjadi secara kompetitif, timbal balik, dan
atau yang terjadi pada masa damai. Berbeda dengan asumsi teoritis
bahwa perlombaan senjata selalu melibatkan bebarapa unsur; pertama, kompetisi untuk memperoleh kekuatan militer; dan, kedua, kemenangan adalah tujuan dalam lomba itu. Dalam prakteknya, dan bahkan pada umumnya literatur yang ada tidak selalu mencerminkan semua unsur itu secara seimbang. Buzan selain mencatat bahwa peningkatan kemampuan
eskaiatif.
sistem persenjataan suatu negara tidak
Implikasinya terhadap hubungan antar negara, BamT Buzan berpendapat bahwa perlo mbaan se njata mencerminkan makna adanya'belf-stimulafrngr persaingan militer antar negara di mana usaha peningkatkan kemampuan pertahanan salah satu pihak menimbulkan ancaman baru bagi pihak lain " (...self-stimulating military rivalry between states, in which their efforts b defend themselves militarily cause them to erthance the threats they pose to each other)." Sementara implikasinya
selamanya berlangsung dalam suatu proses
dalam interaksi strategis terlihat dari adanya perubahan konseptual Yang kemudian dikenal sebagai "stabilitas perlombaan senjata". Selama bertahuntahun stabilitas strategis telah menempati bagian penting bagi para pengambil keputusan. Konsep ini terdiri dari dua komponen, yaitu stabilitas krisis (czsls stability) dan stabilitas perlombaan senjata (arms-race stabilityj. Stabilitas krisis ten:tama- mempelajari keuntungan dan biaya serangan pertama pada saat krisis terkait dengan pecah atau tidaknya pemng, kemudian stabilitas petlombaan senjata terutama mempelajari keuntungan dan biaya penggelaran senjata-senjata baru dan terkait dengan ada atau tidaknya dorongan
untuk menemukan senjata-senjata baru meskipun tidak ada kemungkinan perang
kompetisi yang ketat juga menekankan betapa semua itu tidak dimaksud untuk mencapai kernenangan yang menenfukan.
Oleh sebab itu,
dalam menggambarkan realitas Yang ada Kusnanto Anggoro mengajukan istilah yang lebih tepat, yaitu "dinamika persenjataan"
(arms dynamic) sebagai model alternatif. Korsep ini dapat menjelaskan segala sebab (apa, mengapa dan bagaimana) Yang menjadikan suatu negara meningkatkan
kernampuan persenjataan melalui penyesuaian kuantitas maupun kualitas sistem yang telah dimillkinya. Karenanya, idiom-idiom mengenai perlombaan senjata dapat berlangsung dalam suasana sebagai berikut:
Pertama, "dinamika simetris" di mana kekuatan antara pihak-pihak yang berlomba dapat dibandingkan secara langsung karena memang sistem persenjataan itu (akan) digunakan untuk saling berperang. Konsekuensi pokok dari penggelaran senjita simetrikal ini adalah kecenderungannya untuk memperbesar target ratio dan kemampuan serangan pertama.
Kedua, "dinamika asimetris", di mana perkembangan kuantitatif dan kualitatif sistem persenjataan yang tidak
serupa (da
pada
un
meningkafl sisi perh}r Dalam pen
untuk nPr lawan. set
dimaksud r tingkat keli lawan de pertarna.
x ''dinamika
dinamilag bahwa ke dimiliki, t kearrnnan atau kelon konf igure bermusuh akan mel simehis al
T
ini juga st
bahwa
fenomerl hanyahh persenjal pemelitxu dan pem
build'uPl.
I
dinamika secam m lain:
I
action'n berangg
memperl karena a
adanya ancamal
model il Fakultas
86
t
l
tmal. rsi teoritis ta selalu pertama, kekuatan nn adalah mkteknya, ratur yang an semua san selain lmampuan yara tidak Etu proses nekankan suc unfuk rpnfukan.
dalam ada
ang
stilah yang
Pnjataan" altematif.
pla sebab
naj
yang ingkatkan
melalui
serupa (dan tidak seimbang). Gejala ini
pada umumnya dimaksud untuk
meningkatkan kemampuan pertahanan, sisi pertahanan dari strukfur penangkalan. Dalam perang konvensional ia dimaksud untuk menyerap kemampuan serangan lawan, sedang dalam perang nuklir ia dimaksud untuk menihgkatkan kadar dan tingkat ketidakpastian yang akan diperoleh Iawan dengan melakukan serangan pertama.
Ketiga, adalah kombinasi antara "dinamika simetris dan asimetris". Dalam dinamika gabungan ini'dapat digambarkan bahwa kemampuan persenjataan yang dimiliki, tergantung konsteks konfigurasi keamanan yang dihadapi oleh suafu negam atau kelompok negam. Adanya pergesemn
konfigurasi, misalnya dari situasi bermusuhan atau damai dan sebaliknya, akan menentukan terjadinya dinamika simetris atau asimetris. Konsepsi dinamika persenjataan ini juga sejalan dengan pendapat Buzan,
bahwa sebenarnya secara spesifik
r kualitas
fenomena lomba senjata (arms race)
il.renanya, an senjata
persenjataan. Bagian lainnya adalah
a sebagai
netris" di hak yang ll secara sistem an untuk okok dari ni adaiah qrerbesar
terangan ratris
",
di
atif
dan mg tidak 86
I I
hanyalah salah satu bagian dari dinamika pemeliharaan senjata (arms maintena nce)
dan pembangunan persenjataan (arms build-up).
Kemudian menurut polanya, dinamika persenjataan dapat berlangsung secara mengikuti beberapa model, antara lain: Model "aksi-reak si" (classical
action-reaction model). Model ini beranggapan bahwa negara-negara memperkuat sistem persenjataan mereka karena apa yang mereka anggap sebagai
adanya persepsi (threat percep'tion) ancaman dari luar. Dengan demikian model ini mengandalkan penalarannya
pada anarki intemasional dan ancaman luar. fuumsi pokok dalam modelini adalah rasionalitas para aktor (karena arus informasisempuma, dua pihak) dan bahwa
aksi-reaksi merupakan dorongan yang deterministik pada dinamika persenjataan.
Model ini tidak membedakan antara "periombaan senjata" dan "peningkatan
kemampuan senjata" (arms build-up) yang mu ngkin didorong ole h faktor non-inte mktif.
Formulasi ini lebih tepat menggambarkan sebab utama lomba senjata pada tingkat antar negara super power pada tingkatan sistem. Kepedulian keamanan intemal atau domestik dari sebuah negara atau rejim tidaklah dianggap sebagai aktor signifikan dalam proses pengambilan keputusan tentang akuisisi senjata kompetitif.
Model "struktur
domestik,, , Modbl ini beranggapan bahwa dinamika persenjataan lebih didorong.oleh faktorfaktor internal. Memang model ini tidak pernah mengatakan bahwa perSaingan (domestic structure modef
antar negara menjaditidak relevan. Mereka
hanya menggarisbawahi bahwa tatanan domestik (ekonomi, politik) telah melembaga sedemikian kuat sehingga menggeser tekanan-tekanan luar yang sern._ula menentukan arah dinamika persenjataan. Faktor luar masih tetap
penting dalam memberi "motivasi"
(sebagai faktor pendorong). Yang.menjadi
soal bagi pendekatan ini adalah bahwa anggaran militer, procuremenls dan teknologi yang dipakai dalam dinamika itu adalah ditetapkan di dalam negeri. Dengan kata lain, apakah dinamika persenjataan akan mengikut pola simetris dan/atau asimetris adalah persoalan yang sematamata bersifat domestik, misalnya strategi penangkalan dan doktrin pertahanan. Persoalan yang diangkat oleh model ini
Fakultas ilmu Sosial dan Ihnu politik Unitersitas pasundan
87
untuk melacak struktur dan mekanisme domestik seperti apa yang mempengaruhi dinamika persenjataan. Model "keharusan teknologikal" Itechnological imperative). Ada beberapa ursur yang belum terliput dalam dua model tersebut di atas. Kaitan antara teknologi
militer dan sipil, misalnya, seringkali memainkan peranan penting dalam dinamika persenjataan. Pertama, karena
tuntutan untuk perkombangan dan kemajuan teknologi tidak selamanya terletak pada teknologimiliter, dan, kedua, karena
sektor militer tidak dapat memisahkan dirinya dari kecendemngan perkembangan teknologi-teknologi tertentu yang memang berada di luaf kendali mereka. ModeU pendekatan initerutama berlaku di negara. negara kapitalis maju yang .memiliki komitmen besar pada inovasi teknologi
sebagai motor utama pertunibuhan ekonomi. Relevansinya bagi negara-ne gara berkembang terletak pada keharusan
mengungkap dinamika persenjataan dari segi motivasi,' lingkungan internasional, sebab serta pola penggelamn senjata baru.
Analisa perbandingan memperhatikan pada latar belakang intemasional (darVatau
regional), pola penggelamn, faktor-faktor domestik yang mendorong penggelaran senjata-senjata baru. Sfudi kasus bisa melihat ketiga faktor (atau lebih) yang dianggap memainkan peranan penting dalam dinamika persenjataan.
Meskipun kombinasi dari
pendekatan:pendekatan di atas mampu menjelaskan gejala dinamika persenjataan dengan perspektif yang lebih utuh, ia tidak dengan sendirinya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang menentukan magnitude dan arah dari
dinamika persenjataan, terutama di negara-negara berkembang yang memang
seringkali lebih tepat disebut sebagai military (arms) build-up {aripada
Dinamika perse njahan setelah bemkhimya Perang Dingin di beberapa kawasan (misalnya fuia Tenggara) mungkin lebih. tepat dijelaskan dengan pendekatan ini daripada dengan pendekatan pertama yang disebut terdahulu.
perlombaan senjata. Arms build-up disini diartikan gebagai pe ningkatan secara spiral kemampuan militer suatu negara yang terlihat antam lain dari peningkatan belanja mil.iter, peningkatan personel militer, dan modernisasi sistem persenjataan. Hal ifu seringkali berkaitan ciengan faktor-faktor lain dari persaingan antar-negara. Dalam konteks fuia Tenggara, misalnya, akuisisi senjata dapat terjadi karena beberapa elemen dalam perlombaan senjata. Faktor lain yang sering disebut sebagai
Dalam pelaksanaan kajian, relevansi (kesesuaian) masing-masing
memainkan peranan penting dalam akuisisi ini adalah kemampuan industri
pendekatan/model .tersebut diatas akan berbeda dalam konteks analisa historis, sfudi kasus, dary'atau studi kompdrasi. Ini terutama disebabkan karena setiap faktor tidaklah memainkan perernan yang sama pentingnya dalam kurun waktu yang berlainan. Analisa historis berusaha
persenjataan lokal, pergeseran stmtegi dan doktrin pertahanan sebagai antisipasi dari
negara-negara itu untuk mengejar ketertinggalan teknologi (sipil maupun militer); ia dimaksudkan untuk "memelihara statu5 qug militer" daripada
"untuk mengantisipasi ancaman luar".
Kerr dalam studi adanya perlor persenjataan indikator an militer, peng€
angkatan
be
akuisisi persc
Dinamika P Konteks Re,
Dirx negara berke
terjadi di rn ternyata rnet
pendorong) I dan multi fal pada negara pas diteropor domestik. A memandang
dilihat dari I berikut: Pertarna.
ketiga konversi
dunia
ls
destruIsi relatif ba: belum
pentinE dalamlte negara-l
(dalam ancama
memperoleh sistem persenjataan dari pasar
ancalnal pi hak. ketergan keaman meyakin
intemasional.
tentang
pergeseran konfigurasi lingkungan internasional, peningkatan kemampiran ekonomi, dan kemudahan untuk
I
negara-l Jurnal Hubungan lnternasronal
88
Fakultas Ilmr
njataan dari iernasional, mjata baru.
perhatikan al (dan/aiau hktor-faktor -nggelaran kasus bisa bbih) yang an penting
lasi
dari
hs mampu prsenjataan
hh, ia tidak 5nenjawab tting yang , arah dari
yutama di [Imemang pt sebagai -daripada H-up disini rcara spiral gara yang hn belanja piliter, dan n. Hal itu
por-faktor
ra. Dalam tra, akuisisi
beberapa
a
Kemudian sebagai hai penting dalam studi strategis, untuk mengukur adanya perlombaan senjata atau dinamika
persenjataan dapat digunakan indikatorindikator anggaran pertahanan/belanja militer, pengembangan kekuatan personel angkatan bersenjata dan modernisasi/ akuisisi persenjataan.
Dinamika Persenjataan dalam Konteks Regional Asia Tenggara Dinamika persenjataan negaranegara berkembang seperti halnya yang terjadi di negara-negara fuia tnggara, ternyata memiliki latar belakang (faktor pendorong) motivasi yang lebih komplels dan multi faktor dari sekedar yang terjadi pada negara adidaya lebih -karenanya pas diteropong melalui pendekatan stnrktur domestik. Amitav Acharya dalam hal ini memandang bahwa alasan tercebut bisa dilihat dari beberapa kenyataan sebagai berikut: Pertama, ciri-ciri akuisisi dunia ketiga adala h se njata konvensional (munculnya negara dunia ketiga dengan senjata destruksi/pe musnah massal yang relatif baru dan secara signifikan belum tersebar). Kedua,
ph. Faktor , sebagai rg dalam n industri
dalam kepedulian keamanan dari
hategi dan
ancaman eksternal
bipasi dari Sgkungan
mampuan
E
untuk
dari pasar
dicari di luar payung hubungan kekuatan antar negara.
pentingnya faktor domestik negara-negara berkembang (dalam hubungannya dengan
atau ancaman antar nega.ra) disatu pihak, dan dipihak lain ketergantungan pada jaminan keamanan eksternal, akan meyakinkan bahwa ekspianasi tentang akuisisi senjata oleh negara-negara tersebut harus Fakultas
r*u td
Dari kerangka berpikir diatas idapat sepe rangkat kompleks faktor-faktor pendorong, dari perlunya percaya diri atau d
swa-percaya dari kekuatan eksternal sampai me mpertemukan (pertautan/ perkaitan) ancaman keamanan dengan sumber-sumber internal. Untuk mempertegas hal ini kiranya patut pula
djsebutkan pendapat dari Jacques
Huntinger tentang faktor-faktor pendorong tadi: "Singkatnya senjata konvensional dibutuhkan, terutama oleh negaranegara baru, untuk membangun pertahanan nasionalnya....namun senjata konvensional, tidak seperli
senjata nuklir, adalah multi fungsional: mereka dapat digunakan dalam wilayah konflik dan krrsis yang
luas, beragam dalam hakekat dan skalanya. Mereka memfasilitasi, sekalipun dengan biaya tinggi, kepuasan dari tujuan negara-negara baru: prestise, independensi, po*nr, se
kuritas/ke amanan,
dan
pemeliharaan tertib domestik.
Mereka akan dicari unfuk prestise, pengaruh, dan ekspansi regional dan untuk pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan kekuatan di wilayah yang secam potensialtidak stabil dan
berkonflik.
Akhirnya/walhasil
terdapat sejurnla h faktor intemal yang
mempengaruhi negara baru mengakuisisi senjata konvensional: untuk menekan subversi internal; untuk memelihara tertib desa dan
kota; dan untuk memuaskan kompleks-kompleks militer (lebih
89
"birokratik-militer" ketirnbang "industri-miliierl') yang dukungannya sangat penting untuk keianggengan rejim politik.
Dari pengertian diatas kita menggarisbawahi bahwa sejumlah motivasi tadi adalah bersifat "interaktif" (der-rgan pengertian bahwa pengejaran mereka oieh satu negara secara langsung dapat mempengaruhi keamanan negara lain terutama dalam konteks negara tetangga) dengan lingkungan internasionai (
inte rn a tion
a
I e nvi ro n me n t), sejun-riah
internasionai atau faktor iniemktif, menurut
perkembat
Amitav Acharya untuk menjelaskan fenomena dinamika persenjataan daiam konteks regional Asia Tenggara dapat
sistem pes sama lain.
dipandang meialui asumsi sebagai berikut:
regional p persenjal,
Pertama, adalah bahwa masalah keamanan antar negara dalam sebuah region atau kawasan lebih
yang lle
ketidakpastian yang boleh jadi
lingkungan ekstra-regional. Kedua, adalah bahwa n-iasalah keanranan antar negara tida dapat dipecahkan melalui mekanisme formal dan atau informal untuk pengendalian konfl ik, dan sebagai konsekuensinYa penggunaan kekuatan secata serius di gelarkan oleii negara-negara regional untuk meresolusil
nviro
n
menf1.
melaiui akuisisi senjata
mampu
mengundang usaha serupa oieh negara lain yang merupakan target utama dari strategi
keamanan negara Yang Pertama meningkatkan kekuatan rniliternya. Argumen-argumen yang dikembangkan oleh dilema ini secara garis besar mengasumsikan bahwa nlasalah keamanan adalah masalah sensitif. darl kebijaksanaan suatu negara untuk memperkuat keamanan senderung dipersepsikan oleh pihak lain sebagai hal yang dapat mengurangi atau mengancam keamanannya. Faktor non-interaktif, di pihak [ain bersifat evoiusioner atau lambat. muncui dengan sendirinya, namun tak mengancam dan dinilai (waiau tidak selaiu) sejalan dengan keper:tingan keamanan dan tujuan negara iain iiaian-r sisiem regional. Akhirn;',a _-dari aspek hngkungan )u r18ali] 11t.ei^na51oil(1
konfrontas
berhadapan dengan semua negaranegara regional sehubungan dengan
hakekatnya terkait dengan kondisi don-restik e
keamana; Perang Di persaingai kawasan -
domestik atau altcaman dan
lainnya juga bersifat non-interaktif dalam
Faktor-faktor interaktif seperti power dan pengaruh mengikuti logika "dilema keamanan lsecurity dilemma)", dalam mana upaya satu negara untuk meningkatkan kemampuan militernya
dipengar,ri
nyata ketimbang masalah keamanan
beberapa perubahan dalam
(d omes tic
t, .!
berperan I konste las kawasan u (thrcaf1 m (model pa
menjaga sl
hubungan
antara nt dengan pa
Dingin, I
me mecahkan persengketaan mereka
konstelasi pergeseral
dengan negara Iain
regior-ral.
di
sebuah
dari
kawasan.
i
ka'.,.
kehadimn
Dalam realitasnYa kemudian dapat diidentifikasi dua hal sebagai berikut:
power
",'
ne gara -r:
Pertama. bila dicermati dinamika
memPert
persenjataan yang terjadi lebih sebagai upaya untuk mempertahankan diri atau
karena
bahkan hanya unfuk memelihara status quo
dalam hubungan keamanan dengan
kembali kecuriga,
sesama negara dikawasan, dibanding sebagai upaya untuk saling mengungguli
kawasan. memuncu
(kompetisi) kemampuan miiiter secara ketat untuk mencapai suatu kemenangan yang
akibat per
menentukan. Karenanya dinamika yang pada masa Perang Dingin terjadi -baik maupiln pasca Fer:ang Dingin- lebih
'bersiiat asimetris. dlmana ierjadi s0
l
keamanar
lama,
ber
(sesama
:
ekstra-ka', negara ,r
sebagai
a
Fakuitas ,.
akt;f. menurut ne nje Iaska n lataar-l dalam
ggara dapat bagaiberikut:
r
r--:asalah
ra dalam
perkembangan kuantitatif dan kualitatif sistem persenjataan yang tidak serupa satu sama iain.
Kedua, dalam sistem hubungan regional pasca Perang Dingin, dinamika persenjataan yang terjadi sangat dipengaruhi adanya perubahan strategis
yang mendasar daiam konfigurasi
asar lebih
keamanan regional dari era ke pasca Perang Dingin sebagai kelanjutan dari persaingan global negara-negara besar di kawasan ini. Pada masa Perang Dingin_ konfrontasi kekuatan AS dan US sanqat berperan mempengaruhi dan nrelinduigi konstelasi dinamika persenjataan di kawasan ini, baik sebagai faktor ancaman (threafi maupun sebagai faktor pelindung (model payung keamanan) yang mampu
keamanan
nar. dan olei jadi ra negaraan iengan r dalam
il.
Kedua, kearnanan ,rpecahkan
cian atau an konflik, rl
rnenjaga stabilitas kawasan dengan adanya
hubungan-hubungan strategis yang jelas
inya
antara negara besar
cara serius
dengan para sekutunya.
ra-ne gat'a
Dingin, terjadi perubahan-perubahan
lue ns
eresolusil
dan US-ASpasca kda Perang
konstelasi yang meliputi: (1) Terkait dengan
an mereka
pergesemn postur dan aliansi perlahanan regional. Berakhirnya kehadiran n-riliter US
.i sebuah
dari kawasan ini dan berkurangnya a kemudian bagaiberikut: i ciinamika ebrn sebagai kan diri atau am status quo nan dengan
r, dibanding rnengungguli n secara ketat nanQan yang naniii
brang Dingin ng:r- iebih
ar.a terjadi vq,J
kehadiran pasukan AS ditanggapi sebagai
power vacuum yang mengharuskan negara-negara Asia Tenggara untuk mempertahankan diri secara mandiri karena tidak adanya lagi jaminan keamanan; (2) Terkait dengan menguatnya
kembali persepsi ancaman akibat kecurigaan dan konflik intra-ekstra kawasan. Berakhirnya Perang Dingin telah memunculkan kembali rasa saling curiga akibat persepsi historis warisan pola politik
lama, berbagai sengketa intra-kawasan (sesama negara kawasan) dan sengketa ekstra-kawasan (negara kawasan dengan negara luar kawasan) yang dipandang sebagai ancaman keamanan bagi negaraFakuitas llmu Sosialt.t
negara dan keamanan regional; (3) Terkait
dengan adanya
pembangunan persenjataan dan dilema keamanan. Ancaman pasca Perang Dingin bukan lagi konfrontasi global AS-US di kawasan Asia tnggara, tetapi bemlih dengan munculnya
proyeksi kekuatan militer aktor-aktor
kekuatan regional baru (Cina, Jepang dan India sama-sarna memandang -yang adanya power vacuu jn dan perlunya keseimbangan kekuasaan baru) yar,g dipersepsi sebagai faktor ancama n regional potensial sebagai penalaran dari anarki internasional. Terjadinya peningkatan
kekuatan militer dari negara-negara kekuatan regional diatas dipandang sebagai kehawatiran oleh yang lainnya. Bagaimanapun hal ini dikarenakan nuansa makna antara regional arms race dynamic dan regional arms build-up adalah tidak kaku dan statis. Pembangunan militer yang diusahakan oleh sebuah negara, bahkan ketika memiliki determinan non-interaktif, mampu mengompori kecurigaan antar
negara bila tetap tidak dijelaskan permaksudannya kepada negara tetangga. Kapabilitas yang diperoleh sebuah nnjuru
rnenralui build-up non-interaktif dapat dipersepsi sebagai sebuah ancaman bagi
negara lain dalam kawasan tertentu sebagai hasil dari perubahan mendadak
dan tak terduga dalam lingkungan keamanan regional. Dalam hal lni dinamika persenjataan juga m'erupakan karakterisasi
pembangunan militer secara bersamaan oleh beberapa aktor regional ketika isu antar negara diantara mereka dinilai cukup serius untuk memayurlgi kepedulian keamanan ekstra regional dan keamanan domestik dan ketika resolusi atas isu tadi tak kuasa secara serius diselesaikan melalui cara-cara
damai; dan (4) Terkait clengan adanya
tekanan dari pemasok senjata (supply-side 91
pressuresl dan adanya perubahan pola dalam sistem perdagangan senjata internasional. Pada era Perang Dingin perdagangan senjata terbatas antara negara sekutu-satelitnya dan yang lebih menentukan terjadinya penjualan adalah pemasoknya sehingga pola ini disebut " seller markel (pasar penjual)", sedangkan pasca Perang Dingin silat perdagangan senjata tidak Iagi terbatas hanya pada negara sekufu dansatelitnya saja -terlebih adanya tekanan dari produsen senjata Barat yang gencar mencari pembeli di pasar internasional sebagai kompensasi atas menurunnya permintaan daiam negeri (akibat adanya keingina n pe ace d ivid e n!); seiring dengan itu berkurangnya konflik global AS-US membuat adanya limpahqn pasar senjata dari negara-negara e!<s
terhadap dinamika persenjataan di Asia Tenggara. Bera\hirnya Perang Dingin memungkinkan terjadinya perkembangan produksi, selain atas kemampuan sendiri juga karena faktor iisensi produsen Barat yang tidak lagi terbatas seperti Era Perang Dingin
This chaPt*.i
developmeil, T is bad or usd
surprisinglY. a effects. wth a well provide m
lndeed, andt not have sotn
Hubunga
Pendahuh
Per, rangkaian
struktur
domestik,,perubahan-perubahan
perubahanl secam sada pemerintah
lingkungan strategis diatas dikategorikan sebagai faktor-faktor interaktif dan semi interaktif. Sedangkan dari faktor noninteraktif.'kita dapat menjelaskan bahwa kapabilitas ekonomi tidak bisa diabaikan. Knmamp,ran ekonomi negara-negara fu ia gnam ne gara ASE4ry Tenggara. -terutama utarna, yang tercermin dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang meningkat 'pesat sarnpai tahun 1997 (saat erisi,s
rangka 1983:3).
pe"
Sr
pembangrm peiaksanaan
tahap dem prioritas,
bi
Per modemisa yang baruY
ekomomi.. ryulai malanda),,.,telah memudahkan dah riiemungklnkan terjad'iriya''Lkul.iri dan dinamika
Salah sahr,
mencapai kemampu
persenjataan.
Kemudian dari perspektif model
melepaskar kekangan a
keharusan teknologi (technological imperative), perkembangan industri hankam lokal turut memberikan andil ui1gal"l
YANG
Abstrak
anggota Pakta Warsawa, dengan deJnikian konsumen bebas menenhrkan keinginannya pola ini dis ebul" buyer market -sehingga (pasar pembeli)". '
Dalam perspektif
FOn
dicapai 92
o
F;kffi